Anda di halaman 1dari 2

Cara Menangani Kucing yang Agresif dengan Benar

Sama seperti manusia, kucing memiliki berbagai bentuk dan pemicu agresi. Menangani agresi kucing,
bahkan menyelesaikannya, adalah hal yang mungkin dilakukan. Kebanyakan situasi yang melibatkan
agresi kucing bisa dikelola dan biasanya berasal dari rasa takut, kecemasan, kurangnya sosialisasi,
atau pengalaman hidup yang traumatis. Kucing memerlukan kesabaran dan pengertian untuk bisa
meningkatkan perilakunya. Akan tetapi, jika ia terus menerus bersikap agresif Anda perlu
mempertimbangkan pindah ke peternakan agar perilakunya bisa dialihkan ke kegiatan berburu.
Untuk keamanan diri dan orang lain yang melakukan kontak dengan kucing Anda, pahami dan kelola
perilakunya.

1. Cari pola-pola perilaku.


Bagi kita, kucing bisa terlihat susah diprediksi atau membingungkan, tetapi nyatanya kita
hanya tidak pintar membaca bahasa tubuh si kucing dan memahami maksudnya. Namun,
apa yang kita ketahui adalah ada berbagai pola-pola jelas yang melibatkan agresikucing.
Pola-pola ini bisa dibagi menjadi beberapa seri situasi – yaitu kategori-kategori terorientasi
yang tidak eksklusif secara mutual. [1]
- Agresi bermain terjadi saat kucing bermain dengan terlalu kasar.
- Agresi rasa takut/pertahanan diri berasal dari perasaan terancam bahaya, rentan, atau
terperangkap.
- Agresi teritori biasanya hanya terjadi di antara kucing dan bisa diekspresikan terhadap
manusia serta hewan lainnya.
- Agresi pemeliharaan tidak bisa dipahami secara penuh. Agresi ini mungkin berasal dari
stimulasi yang berlebih.
- Agresi antarpejantan timbul sebagai akibat sifat alami kucing jantan yang kompetitif.
- Agresi maternal merupakan respons protektif kucing betina.
- Agresi teralihkan bisa berasal dari rasa frustrasi yang tidak dapat disalurkan, sehingga
kucing mengalihkannya ke target lain, misalnya orang atau kucing lainnya.
- Agresi predator berasal dari kucing yang insting-insting predatornya terpacu.
- Agresi rasa nyeri berasal dari sensai rasa sakit yang sudah lama atau masih
berlangsung.
- Agresi idiopati bersifat spontan dan bisa menjadi ancaman terhadap keamanan fisik
seseorang yang melakukan kontak dengan kucing.

2. Pahami bahasa tubuh kucing.


Mengetahui kapan kucing akan bersikap ofensif atau defensif dengan memperhatikan
bahasa tubuhnya adalah kunci menangani masalah yang terjadi. Cari tanda-tanda agresi,
misalnya:
 Postur defensif
- Berjongkok
- Kepala yang tertunduk
- Ekor yang turun dan diselipkan di tubuh bagian belakang
- Mata terbuka lebar dengan pupil yang terdilasi, baik sebagian maupun sepenuhnya
- Telinga yang turun ke samping atau bagian belakang kepala
- Piloereksi (bulu kuduk berdiri)
- Menyampingi lawan, bukan berhadapan secara langsung
- Mendesis dengan mulut yang terbuka atau meludah
- Menyerang dengan kaki depan sambil mengeluarkan cakar

 Postur-postur ofensif
- Posisi tubuh yang tegang dengan kaki yang tegak
- Kaki belakang yang tegang, dengan bokong yang dinaikkan serta punggung yang
membungkuk
- Ekor yang kaku, diturunkan, atau ditempelkan ke lantai
- Pandangan langsung
- Telinga yang tegak, dengan punggung yang sedikit berputar ke depan
- Piloereksi (bulu-bulu yang berdiri), termasuk pada ekor
- Pupil yang menyempit
- Menghadap lawan secara langsung, kemungkinan juga mendekatinya
- Mungkin menggeram, melolong, atau menangis

 Agresi berlebih
- Mengayunkan atau menyerang dengan telapak kakinya
- Menggigit
- Berkelahi
- Menggeram dan bersuara tinggi
- Mencakar
- Bersiap menyerang besar-besaran dengan berguling ke sisi tubuh atau punggung
dan memamerkan gigi serta cakar-cakarnya. [2]

3. Ketahuilah kapan perilaku agresif terjadi.


Apa kucing menjadi agresif muncul saat ada kehadiran orang atau binatang lain? Dalam
banyak kasus, agresi terjadi karena pemicu tertentu. Perhatikan lingkungan kucing saat ia
bersikap agresif agar Anda bisa menentukan penyebabnya serta memperbaiki perilakunya.

4. Kenali agresi kucing maternal.


Kucing mungkin menjadi agresif setelah melahirkan. Induk kucing memiliki insting untuk
melindungi keturunannya dari bahaya potensial. Agresi maternal bisa terjadi saat induk
kucing dan anak-anaknya didekati oleh manusia atau hewan lain yang ia anggap sebagai
ancaman. Sang induk bisa sangat agresif saat mempertahankan anak-anaknya, terutama
dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan.[3] Hindari menangani anak kucing dalam
beberapa hari pertama. Perkenalkan diri Anda secara bertahap.

Sediakan lingkungan rendah stres, minimalkan jumlah pengunjung, dan hindari menangani
induk atau anak-anaknya bila Anda menemui agresi maternal.

5. Berbicaralah kepada dokter hewan atau ahli perilaku binatang.


Ini sangat penting setiap kali Anda mengurusi agresi hewan, untuk mengevaluasi opsi yang
tersedia. Karena ada berbagai jenis agresi, dengan sebagian lebih dapat diterima (atau
tidak), pastikan perilaku Anda tidak memperburuk masalahnya.

Sumber: https://id.wikihow.com/Menangani-Kucing-yang-Agresif-dengan-Benar

Anda mungkin juga menyukai