Dahulu kala, di desa itu hiduplah sepasang suami istri bernama Aki Ambu
Kolot dan Nini Arga Piara. Pernikahan mereka sebenarnya cukup bahagia,
rukun dan tentram karena jarang terjadi perselisihan besar. Keduanya selalu
Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hati mereka hingga
sekarang yaitu ketiadaan anak di dalam hidup keluarga itu. Bahkan hingga
demikian, keduanya tetap teguh bersatu, saling menjaga satu sama lain.
Aki Ambu Kolot adalah seorang nelayan yang tekun. Ia pergi pagi pulang
malam untuk mencari ikan di laut. Hasil tangkapannya lalu dijual di pasar dan
jika masih ada yang tersisa akan diolah istrinya menjadi ikan asin yang lezat.
Pada suatu hari, Aki Ambu Kolot pamit pada istrinya untuk pergi melaut
seperti biasanya. Namun entah kenapa saat itu, sang istri seperti tak rela
melepas suaminya untuk mencari ikan. Ada sesuatu yang menahan hatinya
“Perasaan aku tidak enak, Pak. Bagaimana jika khusus hari ini libur dan
tidak usah melaut dulu. Kebetulan masih ada sedikit beras dan lauk untuk kita
makan,”cegah Nini Arga Piara. Namun sang suami tetap ingin melaut dengan
kekhawatiranmu itu. Aku melaut kan sudah bertahun-tahun lamanya. Aku akan
jaga diri baik-baik sementara kamu doakan agar aku bisa pulang dengan selamat
serta membawa tangkapan ikan yang banyak, ya?”jawab Aki Ambu Kolot
Segalanya berjalan lancar sampai muncul awan hitam di langit yang bergumpal-
gumpal. Itu adalah pertanda cuaca buruk. Hadirnya badai yang mengerikan. Aki
Ambu Kolot jadi teringat ucapan sang istri. Maka iapun segera berkemas untuk
kembali pulang. Namun belum sampai ke tepi pantai dan menyelamatkan diri,
ikut terkoyak dan tenggelam digulung ombak. Aki Ambu Kolot tidak pernah
kembali ke rumah.
Nini Arga Piara yang menunggu hingga malam menjadi semakin cemas.
Ia ingin pergi ke tepi pantai dan mencari suaminya namun hujan deras dan
harinya. Ditemani para tetangga yang bersimpati, ia lalu pergi mencari sang
suami. Ada yang menyisir pantai dan ada juga yang mencari di lautan siapa tahu
semua usaha itu gagal. Aki Ambu Kolot hilang tak berbekas.
Hari-hari berikutnya menjadi saksi betapa sedih Nini Arga Piara ditinggal
sang suami tercinta. Pekerjaannya hanya merenung dan berdiam diri di atas batu
karang berharap keajaiban datang dan suaminya bisa pulang dengan selamat.
Namun apa daya semua itu hanya khayalan belaka. Hingga karena sudah tidak
tahan lagi, Nini Arga Piara lalu berdiri dan menengadahkan tangan ke langit
berdoa dengan khusyuk agar suaminya bisa kembali dalam keadaan apapun. Ia
dengan kencang. Air laut meluap-luap dan keadaan menjadi gelap. Namun
perlahan tapi pasti keadaan berangsur reda dan pulih seperti sedia kala. Dan
tepat dihadapan Nini Arga Piara munculah jasad Aki Ambu Kolot dari dasar
laut. Terapung-apung dalam kondisi utuh dan baik meski sudah beberapa hari
“Ya Tuhan, aku tidak ingin kembali ke rumah. Aku ingin bisa bersatu
janji suci sehidup semati kami berdua,”mohon Nini Arga Piara untuk yang
kesekian kalinya.
Doa itupun menjadi kenyataan, jasad Aki Ambu Kolot lalu berubah menjadi
batu karang yang kemudian diberi nama Bale Kambang atau batu mengambang.
Sementara Nini Arga Piara yang tengah bersujud berubah pula menjadi batu
karang yang diberi nama Karang Nini oleh masyarakat sekitar. Keduanya bisa
bersama kembali meski dalam wujud yang berbeda. Kisah cinta mereka terus
Once upon a time, in that village there lived a husband and wife
named Aki Ambu Kolot and Nini Arga Piara. Their marriage is actually
quite happy, harmonious and peaceful because big disputes are rare. Both
of them always love each other and promise to be loyal to death.
However, there is one thing that remains on their hearts until now,
namely the absence of children in the family's life. Even until they enter
their old age, they still don't get a baby. Even so, the two of them remain
steadfastly united, taking care of each other.
One day, Aki Ambu Kolot said goodbye to his wife to go to sea as
usual. But somehow at that time, the wife seemed unwilling to let her
husband go fishing. There is something holding her heart from giving her
blessing to her husband.
"I feel bad, sir. What if this is a special day off and you don't have
to go to sea first. Incidentally there is still a little rice and side dishes for us
to eat, ”prevented Nini Arga Piara. But the husband still wants to go to sea
because the price of fish is rising.
When will the price of fish be this high, ma'am. Please erase all your
worries. I've been fishing for years. I will take good care of myself while
you pray that I can come home safely and bring a large catch of fish, huh?
”Replied Aki Ambu Kolot, calming his wife's heart.
The following days witnessed how sad Nini Arga Piara was left
behind by her beloved husband. Her job is only to contemplate and remain
silent on the rock hoping for a miracle to come and her husband can come
home safely. However, all that power is just a delusion. Until she couldn't
take it anymore, Nini Arga Piara then stood up and raised her hands to the
sky praying fervently so that her husband could return in any situation.
He will be willing to accept sincerely.
His prayer was granted by God. Not long after, the wind was
blowing hard. The sea water was overflowing and it was dark. But slowly
but surely the situation gradually subsided and recovered as before. And
right in front of Nini Arga Piara, Aki Ambu Kolot's body appeared from
the bottom of the sea. Floating in intact and good condition even though
it's been several days lost in the sea swallow.
The prayer became a reality, Aki Ambu Kolot's body then turned
into a rock which was later given the name Bale Kambang or floating
stone. Meanwhile, Nini Arga Piara, who was prostrate, also turned into a
rock that was named Karang Nini by the local community. The two of
them can be together again even in different forms. Their love story
continues to be legendary until now