SIROSIS HEPATIS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Aida Sri Rachmawati.,S.kep, M.kep
Disusun Oleh:
Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 2A
Kelompok 6
Allysa Putri Dierayani C1914201012
Ayang Lusianti C1914201028
Wiwid Wulandari C1914201017
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan
racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita bayangkan
akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul dan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur. (Smeltzer,
Bare, 2001).
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah
akibat alkoholisme. Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya
seperti kekurangan gizi, protein deficiency, hepatitis dan jenis lain dari
proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Gejala yang
ditimbulkan sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat
menggambarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan
komplikasi seperti hematemesis melena, koma hepatikum.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep teori sirosis hepatis
2. Asuhan keperawatan sirosis hepatis
A. Pengertian
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa
penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2013).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang
difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2011).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang
difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul.
Dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2011).
C. Etiologi
Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi
ada dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis
hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah
satu penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian
Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita
dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan
yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi
chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih
banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan
memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis.
Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi
lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat
hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis
hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum
yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan
parenkim hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua
kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu:
a. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi
dari Fe.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya
dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik.
Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan
menyebabkan timbulnya sirosis hati.
D. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya
jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati,
walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau
hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang
kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan
membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta,
dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada
sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi
peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel,
terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari
reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang
aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada
sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan
makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator
timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan
nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke
parenkim hati.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat
bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada penderita dengan
asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine
kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah
terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada
penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen empedu rendah.
Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam
usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen
yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau kehitaman.
c. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia
yang ringan, kadang –kadang dalam bentuk makrositer
yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12
atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah
mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru akan
terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni
bersamaan dengan adanya trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes
faal hati, lebih lagi penderita yang sudah disertai tanda-
tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik,
sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari
akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan
sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per
hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38.
Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur
melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum.
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau
lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah
satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati
secara dini.
F. Farmakoterapi
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan
pada faktor-faktor penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi,
obstruksi bilier, toksin, masalah jantung, dan sebagainya. Tindakan medis
yang lain disesuaikan pada tanda-tanda timbul, misalnya:
1. Antihistamin untuk pruritus
2. Kalium untuk hipokalemia
3. Diuretic untuk edema
4. Vitamin
G. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik
Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan chirrosis
hepatis :
1. Aktivitas dan istirahat :
kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa
otot/tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit
jantung, reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal
hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).
3. Eliminasi
Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites),
penurunan atau tidak ada bising usus, Feces warna tanah liat,
melena, urin gelap, pekat.
4. Nutrisi
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima,
Mual, muntah, Penurunan berat badan atau peningkatan cairan
penggunaan jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit
kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor
hepatikus, perdarahan gusi.
5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian,
penurunan mental, perubahan mental, bingung halusinasi, koma
bicara lambat/tak jelas.
6. Nyeri
Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer,
Perilaku berhati-hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.
7. Respirasi
Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan,
Ekspansi paru terbatas (asites), Hipoksia
8. Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik,
ekimosis, petekia.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.
9. Seksualitas
Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia,
kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
H. Diagnose Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan
berat badan
b. Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses
inflamasi pada sirosis
c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan
edema.
d. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang
membesar serta nyeri tekan dan asites)
e. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
I. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC Rasional
Intoleransi Tujuan: 1. Tawarkan 1. Memberikan
aktivitas Peningkatan energi diet tinggi kalori bagi tenaga
berhubungan dan partisipasi kalori, tinggi dan protein bagi
dengan dalam aktivitas protein proses
kelelahan dan Kriteria Hasil: (TKTP). penyembuhan.
penurunan Melaporkan 2. Berikan 2. Memberikan
berat badan peningkatan suplemen nutrien tambahan.
kekuatan dan vitamin (A, B 3. Menghemat
kesehatan pasien. kompleks, C tenaga pasien
Merencanaka dan K) sambil
n aktivitas untuk 3. Motivasi mendorong
memberikan pasien untuk pasien untuk
kesempatan istirahat melakukan melakukan
yang cukup. latihan yang latihan dalam
Meningkatka diselingi batas toleransi
n aktivitas dan istirahat pasien.
latihan bersamaan 4. Motivasi 4. Memperbaiki
dengan dan bantu perasaan sehat
bertambahnya pasien untuk secara umum dan
kekuatan. melakukan percaya diri
Memperlihatk latihan dengan
an asupan nutrien periode waktu
yang adekuat dan yang
menghilangkan ditingkatkan
alkohol dari diet. secara bertahap
J. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya.
1. Nyeri terkonntrol
2. Keseimbangan terpenuhi
3. Toleransi terhadap aktivitas terpenuhi
4. Risiko infeksi tidak terjadi
BAB III
PENYELESAIAN KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki usia 28 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri
perut kuadran kanan atas, tidak ada nafsu makan, mual, muntah dan lesu.
Hasil pengkajian klien, abdomen tampak ascites, hasil palpasi kuadran
kanan atas teraba massa, kulit tampak ikterik, dan seclera jaundice. Tanda-
tanda vital menunjukan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
88x?menit, suhu 37 C, frekuensi nafas 22x/menit Hb 9,8 kadar SGOT,
SGPT meningkat. Perawat melakukan kolaborasi pemberian terapi
analgetik, kemudian mendokumentasikannya dalam buku catatan pasien.
B. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Paien mengeluh nyeri perut kuadran kanan atas
b. Pasien tidak nafsu makan
c. Pasien mengeluh mual
d. Pasien mengeluh muntah dan lesu
2. Klinis
a. Abdomen tampak ascites
b. Hasil palpasi kuadran kanan atas teraba massa
c. Kulit tampak ikterik
d. seclera jaundice
e. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah 110/70 mmHg
2) Frekuensi nadi 88 x/menit
3) Suhu 37 C
4) Frekuensi nafas 22 x/menit
f. Hb 9,8 kadar SGOT
g. SGPT meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Scan CT, atau MRI
b. Biopsi hepar dan Ultrasonografi
C. Analisis Patofisiologi
Berasal dari faktor-faktor seperti, mempunyai Hepatitis B atau C
sebelumnya, mengkonsumsi alkohol, riwayat Diabetes Melitus, Malnutrisi.
Menyebabkan Nekrosis di Parenkim Hati dan terjadi pembentukan
jaringan ikat yang membuat Disfungsi Hati dan gangguan metabolisme.
Setelah terjadinya pembentukan jaringan ikat, maka hati akan mengalami
inflamasi atau iritasi yang menyebabkan nyeri di ulu hati.
D. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan adanya
perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan
E. Intervensi
Proses Keperawatan
NOC NIC Rasional
Kontrol nyeri, setelah 1. Lakukan 1. Untuk
dilakukan perawatan penilaian menentukan
selama 2x24 jam nyeri terhadap intervensi yang
berkurang dengan nyeri, sesuai dan
kriteria hasil: lokasi, keefektifan dari
1. Nyeri berkurang karakteristik theraphy yang
2. Mampu istirahat , dan faktor- diberikan.
3. Menggunakan faktor yang 2. Meningkatkan
teknik non menambah kenyamanan.
farmakologi nyeri. 3. Mengurangi
2. Fasilitasi nyeri dan
lingkungan memungkinkan
nyaman. pasien untuk
3. Berika obat mobilisasi tanpa
anti nyeri nyeri.
4. Ajarkan 4. Meningkatkan
teknik non relaksasi dan
farmakologi membantu untuk
(relaksasi memfokuskan
dan perhatian.
distraksi)
F. SOP Tindakan Keperawatan
Tahap Aktifitas
Pra Interaksi a. Membaca status pasien
b. Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
Orientasi a. Memberikan salam (senyum)
b. Mengenalkan diri
c. Mengklarifikasi masalah nyeri pasien
d. Menyampaikan tujuan kedatangan dan
tindakan
e. Menjelaskan prosedur
f. Meminta kesediaan pasien
Kerja a. Menanyakan hal-hal yang memunculkan
nyeri
b. Menanyakan hal-hal yang menyebabkan
nyeri meningkat
c. Menanyakan hal-hal yang membuat nyeri
berkurang
d. Menanyakan rasa nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk/ terbakar/ disayat-sayat/
tertekan benda berat/ berdenyut
e. Menanyakan berapa kali nyeri dirasakan
dalam sehari
f. Menanyakan tempat/lokasi nyeri dirasakan
g. Menanyakan apakah nyeri menjalar/
menyebar ke bagian lain
h. Menanyakan bagaimana pengaruh nyeri yang
dirasakan pada aktifitas sehari-hari
i. Menanyakan skala nyeri (0-10)
j. Menanyakan kapan terjadinya nyeri dan
berapa lama nyeri di rasakan
Terminasi a. Memberitahukan bahwa
pengkajian/wawancara sudah selesai
b. Mengevaluasi/ menyimpulkan hasil
pengkajian/ wawancara
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Berpamitan, salam dan senyum