Anda di halaman 1dari 16

14 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

KONSEP KEJAHATAN DALAM AL-QURAN


(Perspektif Tafsir Maudhu’i)

Muzdalifah Muhammadun

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email:musdalifahstain@yahoo.co.id

Abstract: This article describes the concept of evil in the Quran with commentary
maudhu'i approach. The results of this study obtained information that the Qur'an uses
several terms to represent various forms of crimes committed by humans. Among these
terms are al-fasad, al-fusuq, al-isyan, al-itsm, al-zulm, al-fahsiyah, al-munkar, al-
bagy, al-batil dan makr. Based on the etymological sense contained in the word and by
looking at the context of its use in the Quran, it is understood that: 1) Ontology crime is
the use of one of the potential given by Allah SWT. outside the corridor he has set,
2) Existence of evil in the Quran include crimes against God, a crime against the
environment, the social evil, evil cultural, economic crimes, crimes of personal and
communal, 3) factors causing crime is an internal factor in the form of insularity and
ignorance, arrogance and hubris, despair in life. In addition to external factors ie
Satan's temptation and pleasure. As a result of the crime is the appearance of damage
(al-facade) and evil (al-syarr).

Kata Kunci: Kejahatan, Alquran, Tafsir Mudgu’i

I. PENDAHULUAN rakat Arab, menurut Hisam Djait,


disebut dengan istilah muru’ah. Istilah
Manusia dalam pandangan Islam
inilah yang kemudian dikembangkan
adalah tokoh sentral yang banyak
oleh para penyokong faham
disebut dalam alquran. Kitab suci ini 3
humanisme.
selain sebagai petunjuk hidup dan
Manusia pada awalnya diciptakan
penjelasan bagi manusia 1 yang mem-
oleh Allah dalam keadaan fitrah. 4
bicarakan berbagai hal, juga sangat
Namun sejatinya, manusia selain diberi-
memuliakan kedudukan manusia. 2
kan potensi oleh Allah untuk menjaga
Sebagai makhluk Tuhan yang
dirinya sehingga tetap berada dalam
mempunyai unsur fisik (jasad) dan non-
kondisi fitrah tersebut, juga diberikan
fisik (jiwa, pikiran, nafsu, dsb.),
potensi untuk mengotori fitrahnya.
manusia dalam kehidupan juga mem-
Dalam al-Syams [91]: 7-10, Allah
punyai berbagai tujuan hidup dan
berfirman:
obsesi yang hendak diraihnya. Namun
semua yang hendak dicapai itu harus      
menyesuaikan dengan jalan Tuhan.
Dalam artian, manusia sebisanya harus
menyeimbangkan unsur ragawi,        
indrawi, dan rohani. Penyeimbangan
unsur-unsur ini dalam tradisi masya-    
15 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

Terjemahnya: dalam lapangan ilmu ini adalah apakah


Dan demi jiwa dan penyempurnaan- nilai (baik dan jahat) terkandung di dalam
nya.Lalu Allah memberikan ilham diri obyeknya ataukah nilai merupakan
kepadanya berupa kedurhakaan dan suatu sikap subyek terhadap obyek-obyek
ketaqwaan. Sungguh telah ber- tertentu. Pertanyaan lainnya adalah apa
untunglah siapa yang telah men- yang akan dijadikan sebagai tolok ukur
sucikannya. Dan sungguh merugilah untuk memberikan nilai, sedangkan nilai
siapa yang mengotorinya. tidak dapat didefinisikan.7
Sayyid Quthub memandang firman Sedangkan pandangan para ahli
Allah di atas sebagai pondasi teori hukum (fikih Islam) ketika membicarakan
kejiwaan dalam Islam. Selanjutnya ia tentang kejahatan, maka lebih banyak
mengemukakan bahwa manusia adalah diarahkan kepada tindakan-tindakan
makhluk dwi-dimensi dalam tabiatnya, pidana yang diberikan hukuman.
potensinya dan aktualisasinya. Ini karena Kejahatan pidana tersebut terdiri dari
ciri penciptaannya sebagai makhluk yang kejahatan terhadap jiwa raga manusia
tercipta dari tanah dan hembusan ruh ilahi, seperti pembunuhan dan melukai anggota
menjadikannya memiliki potensi yang tubuh manusia, kejahatan terhadap harta
sama dalam kebaikan dan kejahatan, seperti pencurian, kejahatan terhadap
petunjuk dan kesesatan. Manusia mampu keturunan seperti perbuatan zina,
membedakan mana yang baik dan mana kejahatan terhadap kehormatan seperti
yang buruk dan mampu mengarahkan menuduh berbuat zina, kejahatan ter-
dirinya menuju kebaikan atau keburu- hadap akal seperti minum khamar, ke-
kan dalam kadar yang sama. Dengan jahatan terhadap agama seperti murtad,
demikian potensi-potensi tersebut kejahatan terhadap kepentingan umum
terdapat dalam diri manusia. Kehadiran seperti perampokan dan membuat ke-
Rasul, petunjuk-petunjuk dan faktor- rusakan di muka bumi.8
faktor eksternal lainnya hanya berfungsi Kejahatan dalam pandangan ahli
membangkitkan potensi tersebut, hukum dibagi dua yaitu kejahatan
mendorong dan mengarahkannya dan menyangkut hak Allah atau kepentingan
bukan menciptakannya. 5 Oleh karena umum dan kejahatan yang menyangkut
itu, tidaklah mengherankan apabila dalam hak manusia. Dari segi hukumannya,
kehidupan di dunia dijumpai banyak kejahatan juga dibagi dua yaitu kejahatan
kejahatan yang dilakukan oleh manusia. yang hukumannya secara tegas disebutkan
Secara etimologi, kata kejahatan di dalam alquran dan hadis yaitu hudud
berasal dari kata jahat yang men- dan qisas dan kejahatan yang hukumannya
dapatkan imbuhan ke-an. Jahat secara tidak secara tegas disebutkan di dalam
linguistik berarti sangat jelek, buruk. Ketika alquran tetapi diserahkan kepada kebijak-
mendapatkan imbuhan ke-an maka makna- sanaan penguasa yang disebut ta'zir.9
nya adalah perbuatan yang jahat, sifat Dalam sejarah perkembangan teologi
yang jahat, dosa dan perilaku yang Islam, persoalan baik dan jahat menjadi
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma- salah satu polemik di antara aliran-aliran
norma yang berlaku menurut ketentuan yang ada. Masalah baik dan jahat
yang disahkan oleh hukum tertulis.6 merupakan salah satu masalah pokok
Sementara itu, dalam pandangan dalam persoalan kekuasaan akal dan
para filosof perbincangan tentang baik fungsi wahyu. Polemik yang terjadi ialah
dan jahat adalah menyangkut tentang apakah mengetahui baik dan jahat serta
aksiologi masalah nilai. Beberapa per- kewajiban mengerjakan perbuatan baik
tanyaan mendasar yang sering diajukan dan kewajiban menjauhi perbuatan jahat
16 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

dapat diperoleh melalui akal atau melalui Tuhan menyampaikan maksudnya untuk
wahyu.10 menciptakan manusia. Selengkapnya
Persoalan kejahatan nampaknya malaikat member tanggapan sebgaimana
memang mempunyai dimensi yang terekam dalam surah al-Baqarah [2]: 30
sangat luas mencakup segi filosofis, berikut:
teologis, teleologis, sosiologis dan
historis. Oleh karena itu, wawasan alquran       
dalam persoalan ini mempunyai nilai
yang sangat urgen karena diyakini bahwa
alquran datang membawa petunjuk-       
petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-
aturan, prinsip-prinsip dan konsep-konsep   
   
  
     
  
 
 
     
 
 
 
baik yang bersifat global maupun terinci,
yang eksplisit maupun yang implisit dalam
berbagai persoalan dan bidang kehidupan    
manusia.
Berdasarkan latar belakang di atas, Terjemahnya:
maka masalah pokok yang akan dikaji Mereka berkata: "Apakah Engkau
dalam makalah ini adalah konsep alquran akan menjadikan di bumi (makhluk)
tentang kejahatan dalam tinjauan yang akan merusak di dalamnya dan
perspektif tafsir maudhu‘i. Adapun menumpahkan darah, sementara
rumusan masalahnya adalah: kami senantiasa bertasbih dengan
1. Bagaimana hakikat kejahatan dalam memuji-Mu dan mensucikan-Mu?"
alquran? Kata yufsidu berasal dari kata afsada
2. Bagaimana wujud kejahatan yang yang merupakan bentuk mazid dari kata
dikemukakan di dalam alquran? fasada yang secara bahasa merupakan
3. Apa faktor penyebab munculnya antonim dari kata al-salah atau al-
tindakan kejahatan dan dampak yang maslahah.11 Sesuatu dapat dikatakan salih
ditimbulkannya? apabila mempunyai keadaan yang meng-
himpun nilai-nilai tertentu yang telah
ditetapkan berdasarkan dalil akal dan dalil
II. PEMBAHASAN
wahyu. Apabila terjadi kerusakan yang
A. Hakikat dan Wujud Kejahatan ditandai dengan hilangnya nilai, sebagian
dalam Alquran atau keseluruhan, sehingga substansi yang
Secara umum, alquran mengguna-kan bersangkutan tidak berfungsi sebagaimana
berbagai terma yang berkaitan dengan biasanya, maka keadaan semacam ini
kejahatan dalam dua bentuk. Pertama, disebut fasad.12 Dengan demikian afsada
menggunakan secara mutlak tanpa ada adalah tindakan yang menyebabkan
batasan. Kedua menggunakan dengan kerusakan (fasad).
batasan-batasan tertentu baik yang Kata fasad dengan segala per-ubahan
berupa obyek kejahatan seperti zalamu bentuknya disebutkan di dalam alquran
anfusahum atau pun tempat kejahatan sebanyak 50 kali.13 Kata ini lebih sering
yufsiduna fi al-ard. muncul dalam bentuk fi’l mudari14 dan
Terma yang sejak dini dugunakan ism fai1.15 Boleh jadi ini adalah isyarat dari
oleh alquran untuk menunjukkan tindakan alquran bahwa tindakan merusak adalah
kejahatan yang berpotensi merusak adalah tindakan yang secara terus menerus
yufsidu. Kata ini digunakan oleh malaikat dilakukan oleh manusia sebagaimana yang
untuk menunjukan reaksi mereka ketika dipahami dari bentuk fi’l mudari’ bahkan
17 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

menjadi sifat yang melekat pada terhadap ling-kungan alam secara


kebanyakan manusia (sebagaimana keseluruhan karena keduanya
yang dipahami dari bentuk ism fai’l), merupakan sumber utama kehidupan.
apalagi tindakan merusak adalah salah Dari sini dapat dipahami bahwa merusak
satu sifat orang munafik yang ditonjolkan lingkungan adalah salah satu bentuk
oleh Allah (al-Baqarah [2]: 12). Berikut: kejahatan. Berikut tampilan ayatnya.
tampilan ayat tersebut.
      
      
Terjemahnya:       
Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah
orang-orang yang membuat kerusakan,  
tetapi mereka tidak sadar.
Kata fasad menurut Izutsu adalah kata Terjemahnya:
yang sangat komprehensif dan mampu Dan apabila ia berpaling (dari kamu),
menunjukkan semua jenis perbuatan buruk ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
-sesuatu yang bersifat religius maupun non- kerusakan padanya, dan merusak
religius.16 tanam-tanaman dan binatang ternak,
Dengan menelusuri ayat-ayat Alquran dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
nampak bahwa penggunaan kata ini Ungkapan kebinasaan di sini adalah
memang sangat komprehensif. Fir'aun ibarat dari orang-orang yang berusaha
misalnya digolongkan sebagai al- menggoncangkan iman orang-orang
mufsidun karena tindakannya menyem- mukmin dan selalu mengadakan ke-
belih anak laki-laki bangsa Israil (al-Qasas kacauan.
[28]: 4), atau karena ia ingkar dan Kata lain yang digunakan oleh
berbuat zalim terhadap ayat-ayat Allah alquran untuk menamai ketidakpatuhan
(al-A'raf [7]: 103), kaum Nabi Syu'aib juga pertama yang dilakukan oleh makhluk
disebut al-mufsidun dalam konteks terhadap Tuhan adalah fasaqa. Ini bisa
kecurangan mereka dalam menggunakan ditemukan dalam Q.S. al-Kahfi [18]:50
takaran dan timbangan serta mengambil berikut:
hak orang lain dengan cara yang curang
(Hud [11]: 85); al-Syu'ara' [26]: 183; al-
     
Ankabut [29]: 36 dan al-A'raf [7]: 85),
kaum Luth juga disebut al-mufsidun
karena perilaku homoseksual yang mereka        
lakukan secara terang-terangan, al-Ankabut
[29]: 30.       
Meskipun demikian, alquran secara
khusus banyak merangkaikan kata ini
dengan frase fi al-Ardi.17 Dalam Surah al-        
Baqarah [2]: 205, Allah  Terjemahnya:
menginfomasikan bahwa orang-orang
munafik adalah perusak natural Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
environment yang dilambangkan kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
dengan dua terma yaitu al-hars (flora) kepada Adam", maka sujudlah mereka
dan al-nasl (fauna). Tindakan pengrusakan kecuali iblis. Dia adalah dari golongan
terhadap dua hal ini adalah pengrusakan jin, maka ia mendurhakai perintah
18 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

Tuhannya. Patutkah kamu mengambil surah al-Zariyat [51]: 46.


dia dan turunan-turunannya sebagai Kata yang selanjutnya digunakan oleh
pemimpin selain daripada-Ku, sedang alquran untuk menunjukkan pelanggaran
mereka adalah musuhmu? Amat terhadap larangan Tuhan adalah kata
buruklah iblis itu sebagai pengganti ‘asha.20 Ini bisa ditemukan dalam surah
(Allah) bagi orang-orang yang zalim. Thaha [20]: 121.
Pada dasarnya menilik akar katanya,
kata fasaqa dapat dikembalikan pada      
ungkapan ‫الرطَبَةُ عن قِ ْشرها‬
ُّ ‫ت‬ِ ‫( فَس َق‬biji kurma
keluar dari kulitnya).18Kata fisq juga berarti        
kemaksiatan dan meninggalkan perintah
Allah dan keluar dari jalan kebenaran;   
fusuq artinya keluar dari agama dan
condong kepada kemaksiatan. Dengan Terjemahnya:
dasar ini, pengertian fasaqa dalam ayat di Maka keduanya memakan dari buah
atas menurut al-Farra' adalah keluar pohon itu, lalu nampaklah bagi
dari ketaatan kepada Tuhannya, sedang- keduanya aurat-auratnya dan mulailah
kan menurut Ibnu Manzur maknanya keduanya menutupinya dengan daun-
adalah menolak perintah Tuhannya.18 daun (yang ada di) surga, dan
Dengan demikian fasiq adalah durhakalah Adam kepada Tuhan dan
sebutan bagi yang telah mengakui, sesatlah ia.
sekaligus mentaati hukum-hukum syariat Kata ‘asha mempunyai konotasi yang
lalu ia merusak dan meruntuhkan peng- umum karena meliputi dosa besar (al-
akuannya itu dengan melakukan per- Ahzab [33]: 36) dan dosa kecil, atau
buatan-perbuatan yang menyimpang dari bahkan yang tidak menunjukkan satu dosa
ketentuan syariat tadi. Baik sebagiannya (al-Kahf [18]: 69 dan Taha [20]: 93). Dari
maupun keseluruhannya. Dalam kaitan- beragam redaksi inilah, maka ada
nya dengan ini, orang-orang kafir ter- perbedaan pendapat di kalangan ulama
kadang disebut dengan al-fasiqun sebab mengenai ketidaktaatan Adam as. apakah
pada hakikatnya mereka meruntuhkan hal tersebut termasuk dosa atau tidak.
ketentuan-ketentuan syariat yang telah Penggunaan kata fasaqa untuk
mereka akui.19 menunjukkan pembangkangan Iblis
Kata fasaqa dengan segala perubahan terhadap perintah Tuhan untuk sujud
bentuknya disebutkan di dalam alquran kepada Adam as., dan penggunaan kata
sebanyak 54 kali dengan berbagai makna ‘asha untuk menunjukkan ketidakpatuhan
selain penentangan iblis terhadap Tuhan, Adam as. terhadap larangan Tuhan
di antaranya: menunjukkan adanya perbedaan makna
- Perbuatan homoseksual kaum Luth di antara keduanya. Perbedaan kedua
dalam surah al-Anbiya' [21]: 74. terma ini dapat ditelusuri dalam surah al-
- Tuduhan berzina terhadap wanita Hujurat [49]:7. Pada ayat ini kedua terma
muhshan dalam surah al-Nur [24]: 4. tersebut disandingkan oleh Allah swt. selain
- Penentangan Fir'aun terhadap Nabi terma lain yang disebutkan pertama yaitu
Musa as. dalam surah al-Naml kufr. Allah berfirman:
[27]:12.
ِْ ‫ب إِلَْي ُكم‬
‫اْلميَا َن َوَزيـَّنَهُ ِِف قُـلُوبِ ُك ْم‬ ِ
- Penentangan orang-orang Yahudi
terhadap Muhammad SAW. dalam ُ َ َّ‫َولَـٰك َّن اللَّهَ َحب‬
‫صيَا َن‬ ِ َ ‫وَكَّره إِلَي ُكم الْ ُك ْفر والْ ُفس‬
surah al-Hasyr [59]: 5. ْ ‫وق َوالْع‬ ُ ََ ُ ْ َ َ
- Penentangan kaum Nabi Nuh as. dalam
19 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

Terjemahnya:
      
... dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau
ia menuruti (kemauan) kamu dalam         
beberapa urusan benar-benarlah kamu
akan mendapat kesusahan tetapi Allah       
menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan
       
kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan kedurhakaan. Mereka        
itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus, ...     
 
 
  
  
 
   
     
       
Dalam ayat tersebut disebutkan
bahwa yang dijadikan sebagai kecintaan
bagi orang yang beriman hanyalah satu    
yaitu keimanan, sedangkan yang dijadi-
Terjemahnya:
kan kebencian kepada mereka ada tiga
yaitu al-kufr (kekafiran), al-fusuq Ceriterakanlah kepada mereka kisah
(kefasikan) dan al-isyan (kemaksiatan). Al- kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
Maraghi memberikan penjelasan bahwa hal menurut yang sebenarnya, ketika
tersebut dikarenakan iman terdiri dari keduanya mempersembahkan korban,
tiga unsur yang menyatu, yaitu pem- maka diterima dari salah seorang dari
benaran dengan hati, ucapan dengan mereka berdua (Habil) dan tidak
lidah dan pengamalan dengan anggota diterima dari yang lain (Qabil). Ia
tubuh. Padanan dari unsur pembenaran berkata (Qabil): "Aku pasti
hati adalah kekufuran, padanan dari membunuhmu!" Berkata Habil:
ucapan dengan lidah adalah kefasikan "Sesungguhnya Allah hanya menerima
sedangkan padanan dari pengamalan (korban) dari orang-orang yang
adalah kemaksiatan.21 Pandangan senada bertakwa" (27). Sungguh kalau kamu
dikemukakan pula M. Quraish Shihab.22 menggerakkan tanganmu kepadaku
Al-Zamakhsyari berpendapat bahwa untuk membunuhku, aku sekali-kali
al-kufr adalah menutupi dan memandang tidak akan menggerakkan tanganku
remeh nikmat Allah dengan penolakan, al- kepadamu untuk membunuhmu.
fusuq adalah keluar dari keimanan dengan Sesungguhnya aku takut kepada Allah,
melakukan dosa-dosa besar, sedangkan al- Tuhan seru sekalian alam."(28)
isyan adalah meninggalkan ketaatan dan "Sesungguhnya aku ingin agar kamu
ketundukan sebagaimana yang diperintah- kembali dengan (membawa) dosa
kan oleh syariat.23 (membunuh) ku dan dosamu sendiri,
Kejahatan berikutnya yang dicerita-kan maka kamu akan menjadi penghuni
di dalam alquran adalah pembunuhan neraka, dan yang demikian itulah
yang dilakukan oleh anak laki-laki Adam pembalasan bagi orang-orang yang
as. terhadap saudaranya.25 Mengenai hal ini zalim." (29).
Allah menjelaskan dalam surah al-Maidah Di dalam ayat tersebut, dosa
[5]: 27-29 berikut. pembunuhan tersebut disebut dengan itsm
dan yang melakukannya termasuk dalam
        kategori al-zalimin. Kata al-itsm di dalam
alquran diperhadapkan dengan kata al-
20 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

birr (al-Maidah [5]: 2). Definisi bolehlah berburu. dan janganlah


kontekstual kata ini dalam kerangka sekali-kali kebencian(mu) kepada
umum pemi-kiran Quranik dikemukakan sesuatu kaum karena mereka meng-
dalam surah al-Baqarah [2]: 177. Nabi halang-halangi kamu dari Masjidil-
saw. juga mem-perhadapkan antara al- haram, mendorongmu berbuat aniaya
itsm dengan al-birr dan memberikan (kepada mereka). dan tolong-
penjelasan bahwa al-birr adalah akhlak menolonglah kamu dalam (mengerja-
yang baik sedangkan al-itsm adalah apa kan) kebajikan dan takwa, dan jangan
yang menyesakkan dada dan tidak disukai tolong-menolong dalam berbuat dosa
apabila diketahui oleh orang lain. Berikut dan pelanggaran. dan bertakwalah
tampilan surah al-Maidah dan al-Baqarah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
yang dimaksud. Allah Amat berat siksa-Nya.

             

            

          

             

         

          

 
      
   
  
         
    

  
    
   
    
  
     
  
       

       


Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman,
     
janganlah kamu melanggar syi'ar- Terjemahnya:
syi'ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
jangan (mengganggu) binatang- arah timur dan barat itu suatu
binatang had-ya, dan binatang- kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) kebajikan itu ialah beriman kepada
mengganggu orang-orang yang Allah, hari Kemudian, malaikat-
mengunjungi Baitullah sedang mereka malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
mencari kurnia dan keredhaan dari memberikan harta yang dicintainya
Tuhannya dan apabila kamu telah kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
menyelesaikan ibadah haji, Maka orang-orang miskin, musafir (yang
21 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

memerlukan pertolongan) dan orang- fahisyah berarti zina dan perzinaan sendiri
orang yang meminta-minta; dan dinamakan fahisyah.27
(memerdekakan) hamba sahaya, men- Ayat-ayat alquran menggunakan kata
dirikan shalat, dan menunaikan zakat; fahisyah bukan hanya dalam arti zina
dan orang-orang yang menepati tetapi meliputi pula bentuk penyimpangan
janjinya apabila ia berjanji, dan seksual. Penyimpangan seksual dalam
orang-orang yang sabar dalam bentuk perilaku homoseksual yang pertama
kesempitan, penderitaan dan dalam kali dilakukan oleh kaum nabi Luth as.
peperangan. mereka Itulah orang- dinamakan dengan fahisyah (al-A'raf
orang yang benar (imannya); dan [7]:80; al-Naml [27]:54 dan al-Ankabut
mereka Itulah orang-orang yang [29]:28). Perzinaan juga dinamai fahisyah
bertakwa. (al-Isra [17]:32), demikian pula perilaku
Adapun kata zulm mempunyai arti lesbian (al-Nisa [4]:15), perselingkuhan
menempatkan sesuatu bukan pada (al-Nisa [4]:19 dan 25], serta porno aksi
tempatnya,24 sehingga ia merupakan dalam bentuk telanjang meskipun untuk
lawan dari kata adil yang berarti ibadah (al-A'raf [7]:28).
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pada surah Ali Imran [3]:135 Allah
Dengan demikian semua kesalahan pada swt menggandengkan antara terma
hakikatnya dapat disebut zulm. Dapat pula fahisyah dengan zulm yang dibatasi
dikatakan bahwa zulm bertingkat-tingkat dengan nafs. Menurut al-Maraghi, lafadz
mulai dari yang terkecil sampai kepada fahisyah yang dimaksudkan di dalam ayat
kemusyrikan yang merupakan kezaliman ini adalah perbuatan keji yang sangat
yang terbesar. Oleh karena itu, dapat buruk yang efeknya juga berimbas kepada
dipahami apabila nabi-nabi juga terkadang orang lain, sedangkan zulm al-nafs adalah
berbuat zalim.25 dosa yang hanya berakibat kepada
Di sisi lain, alquran banyak meng- pelakunya.28 Ada pula yang berpendapat
gunakan kata zalama yang dirangkaikan bahwa fahisyah adalah dosa besar
dengan diri [nafs dan anfus]26 untuk sedangkan zulm al-nafs adalah dosa atau
menunjukkan kejahatan terhadap diri pelanggaran secara umum termasuk di
sendiri. Meskipun harus pula dikatakan dalamnya dosa besar. Ada juga yang
bahwa obyek kejahatan tersebut bisa saja memberikan pengertian yang sebaliknya.
tidak secara langsung terhadap diri Sedangkan Muhammad Sayyid Thanthawi
sendiri tetapi karena akibatnya akan berpendapat fahisyah dan zulm a1-nafs
kembali kepada pelakunya, maka ia tetap merupakan dua sisi dari setiap kedur-
dikatakan menzalimi diri sendiri. hakaan. Setiap perbuatan keji (fahisyah)
Bentuk kejahatan lainnya yang yang dilakukan oleh seseorang berakibat
disebutkan di dalam alquran adalah penganiayaan atas dirinya, demikian pula
kejahatan seksual yang sering dilambang- sebaliknya.29
kan dengan kata fahisyah. Kata fahisyah Dengan demikian, hubungan antara
yang terdiri dari huruf fa-ha-syin kedua kata ini menurut al-Maraghi dan
mempunyai beberapa arti di antaranya Thantawi adalah tabayun, sedangkan
bertambah dan menjadi banyak, sehingga menurut pendapat yang kedua dan ketiga
semua yang melewati ukuran dan adalah zikr al-am ba'da al-khas dan
batasannya disebut fahisy. Begitu juga sebaliknya.30
sesuatu yang tidak sesuai dengan Terma lain yang sering muncul di
kebenaran dan ukuran. Fahisyah juga dalam alquran yang juga menunjukkan
berarti ucapan dan perbuatan yang keji. salah satu bentuk kejahatan adalah
Menurut Ibn al-Asir kebanyakan kata munkar. Kata ini merupakan antonim dari
22 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

kata ma 'ruf yang mempunyai arti sesuatu akal, dan al-bagy adalah upaya melampaui
yang menenteramkan hati.31 Sehingga batas dengan berbuat kezaliman.34
munkar bisa dipahami sebagai sesuatu yang Menurut M. Quraish Syihab, terma al-
menggelisahkan hati. Makna lain dari kata fahsya adalah nama bagi segala per-
munkar adalah semua yang dipandang buatan atau ucapan bahkan keyakinan
buruk oleh syariat, diharamkan dan tidak yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal
disukai. 32 yang sehat, serta mengakibatkan dampak
Allah  merangkaikan antara terma buruk bukan saja bagi pelakunya tetapi juga
al-fahsya, al-munkar dan al-bagy dalam bagi lingkungannya. Kata al-munkar dari
surah al-Nahl [16]:90. segi bahasa adalah sesuatu yang tidak
dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya ia
       diperhadapkan dengan kata al-ma 'ruf. Ibn
Taimiyah, sebagaimana dikutip oleh
 
 
      
 
   
 
 
 
    
   
   Quraish, mendefinisikan munkar dari segi
pandangan syariat sebagai segala sesuatu
    
  
 
    
 
 
    
      yang dilarang agama.
Dari definisi tersebut dapat disimak
Terjemahnya: bahwa kata munkar lebih luas jangkauan
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) maknanya dari kata maksiat. Binatang
berlaku adil dan berbuat kebajikan, yang merusak tanaman, merupakan
memberi kepada kaum kerabat, dan kemunkaran tetapi bukan kemaksiatan
Allah melarang dari perbuatan keji, karena binatang tidak dibebani tanggung
kemungkaran dan permusuhan. Dia jawab demikian juga meminum arak bagi
memberi pengajaran kepadamu agar anak kecil adalah kemungkaran walau apa
kamu dapat mengambil pelajaran. yang dilakukannya itu bukanlah ke-
Di dalam ayat ini perintah berbuat maksiatan. Sesuatu yang mubah pun,
adil diperhadapkan dengan larangan apabila bertentangan dengan budaya
berbuat fahisyah. Sedangkan perintah dapat dinilai munkar apabila dilakukan
berbuat ihsan diperhadapkan dengan dalam suatu masyarakat yang budayanya
larangan berbuat munkar. Adapun tidak membenarkan hal tesebut.35
perintah memenuhi hak-hak kerabat Dalam pandangan 'Ibn Asyur,
berhadapan dengan larangan menahan sebagaimana dikutip oleh M. Quraish
hak orang atau berbuat aniaya. Shihab bahwa terma munkar adalah segala
Abdul Muin Salim memberikan sesuatu yang tidak berkenan di hati orang-
penjelasan bahwa apabila manusia hidup orang normal serta tidak direstui oleh
sesuai dengan kodratnya yaitu sesuai syariat, baik ucapan maupun perbuatan.
dengan tuntunan agama maka ia disebut Termasuk di dalamnya hal-hal yang
berbuat adil. Tetapi jika ia menyimpang mengakibatkan gangguan yang berkaitan
dari kodratnya, maka itu berarti ia berbuat dengan kebutuhan pokok maupun tersier
fahisyah karena dengan penyimpangan itu walau tidak mengakibatkan mudharat.36
ia hidup memenuhi tuntutan hewani atau Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
nabati. 33 al-munkar adalah sesuatu yang dinilai
Adapun menurut al-Zamakhsyariy, buruk oleh suatu masyarakat serta
al-fahisyah adalah sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah
melanggar batasan-batasan yang telah adalah lawan ma'ruf yang merupakan
ditetapkan oleh Allah. Sedangkan al- sesuatu yang baik menurut pandangan
munkar adalah sesuatu yang ditolak oleh umum suatu masyarakat selama sejalan
dengan al-khair.
23 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

Dari beberapa pandangan di atas lajunya dakwah dan menipu masyarakat


dapat dikatakan bahwa munkar adalah umum, antara lain dengan menimbulkan
satu bentuk kejahatan kultural yang teror, menghembuskan isu-isu negatif dan
mengancam budaya masyarakat baik menyebarkan kebohongan dinamakan
budaya tersebut berasal dari ajaran-ajaran dengan makr karena di dalam tindakan-
agama ataupun merupakan produk dari tindakan tersebut telah terjadi pemutar-
masyarakat itu sendiri asalkan tidak balikan fakta yang menyebabkan hakikat
bertentangan dengan nilai-nilai agama. persoalan menjadi kabur sebagaimana
Adapun kata al-bagy terambil dari kata daun yang tidak diketahui sumber
baga yang secara etimologis bermakna dahannya.
mencari sesuatu dan sejenis kerusakan, Adapun kejahatan dalam bidang
kemudian maknanya menyempit sehingga ekonomi, alquran menggunakan kata al-
pada umumnya ia digunakan dalam arti batil yang didahului dengan akala untuk
menuntut hak pihak lain tanpa hak dan menjelaskan perilaku manusia yang telah
dengan cara aniaya/tidak wajar.37 Kata menggunakan harta benda orang lain
tersebut mencakup segala pelanggaran hak secara tidak benar. Dua ayat yaitu al-
dalam bidang interaksi sosial, baik Baqarah [2]:188 dan al-Nisa' [4]:29 dalam
pelanggaran itu lahir tanpa sebab, seperti konteks larangan dan pada dua ayat yang
perampokan, pencurian maupun dengan lain yaitu al-Nisa' [4]:161 dan al-Taubah
dalih yang tidak sah bahkan walaupun [9]:24 dalam konteks menceritakan
dengan tujuan penegakan hukum tetapi perilaku umat terdahulu.
dalam pelaksanaannya melampaui Kata lainnya yang digunakan di dalam
batas. Tidak dibenarkan memukul se- alquran yang menunjukkan tindakan
seorang yang telah diyakini bersalah yang merugikan orang lain secara
sekalipun dalam rangka memperoleh ekonomi adalah bakhs.40 Kata ini
pengakuannya. Membalas kejahatan orang melambangkan kecurangan dalam me-
pun tidak boleh melebihi kejahatannya.38 lakukan interaksi ekonomi, baik penipuan
Dengan demikian, al-bagy adalah pelang- dalam nilai atau kecurangan dalam
garan terhadap hak-hak sosial yang timbangan dan takaran dengan cara
dimiliki oleh orang lain. melebihkan atau mengurangi. Adapun
Adapun kejahatan sistematis dan terma ini salah satunya tercantum dalam
terorganisir yang dilakukan oleh sekelom- surah Hud [11]: 85 berikut.
pok orang di dalam satu masyarakat
untuk memusuhi para tokoh agama    
(baca: Rasul) dilambangkan oleh Allah
dengan kata makr. Alquran lebih banyak
menggunakan kata ini dalam bentuk      
jamak dibandingkan dengan yang
berbentuk mufrad. Kata makr pada      
mulanya digunakan untuk menunjukkan
kepada pohon yang memiliki banyak Terjemahnya:
dahan, ranting dan daun yang karena
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku,
banyaknya sehingga tidak diketahui
cukupkanlah takaran dan timbangan
sehelai daun berasal dari dahan yang
dengan adil, dan janganlah kamu
mana.39
merugikan manusia terhadap hak-hak
Berdasarkan makna bahasa makr
mereka dan janganlah kamu membuat
tersebut, dapat dipahami bahwa tindakan
kejahatan di muka bumi dengan
yang berusaha untuk menghambat
membuat kerusakan.
24 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

Terma lain yang banyak digunakan di dan kejahatan komunal dilambangkan


dalam alquran untuk menunjukkan dengan makr.
kejahatan yang dilakukan oleh manusia
B. Penyebab dan Akibat Kejahatan
adalah jarimah. Dalam alquran, kata ini
paling sering muncul dalam bentuk Sebagaimana yang telah dikemuka-
partisipal, yaitu mujrim atau dalam bentuk kan pada bagian pendahuluan bahwa
jamaknya mujrimin, yang berarti orang setiap manusia yang lahir ke dunia
yang telah melakukan jarimah, dan acuan membawa potensi atau fitrah berketuhanan
akhirnya hampir pasti adalah kekafiran. Di dan berbuat baik. Namun di sisi lain
antara perbuatan jahat yang digolongkan alquran juga menginformasikan bahwa
dalam jarimah adalah mendustakan para kebanyakan di antara manusia itu berada
nabi (al-An’am [6]:147), menyombongkan dalam keadaan fasik. Dengan demikian
diri (al-A’raf [7]: 40), kemunafikan (al- dipahami bahwa ada faktor-faktor yang
Taubah [9]:66-67). memalingkan manusia dari fitrahnya yang
Dari berbagai terma yang digunakan di berakibat ia melakukan perbuatan
dalam alquran untuk menggambarkan kejahatan.
bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan Faktor penyebab kejahatan, menurut
oleh manusia, dapat ditarik satu benang hemat penulis, secara umum ada dua
merah bahwa ada satu kesamaan yang macam, yaitu faktor yang bersifat internal
terkandung di dalamnya. Persamaan ter- atau datang dari dalam diri manusia itu
sebut adalah adanya pergeseran, per- sendiri yang melahirkan dorongan untuk
ubahan dan penyimpangan dari kondisi berbuat jahat, dan faktor eksternal dari
awal atau dari yang semestinya. Pergeseran pihak luar. Faktor internal adalah sifat-sifat
tersebut bisa dalam bentuk hilangnya nilai negatif yang ada pada diri manusia,
(fasad), keluar dari ketaatan (fasaqa), sekaligus merupakan kelemahan-ke-
menyalahi (‘asha), menempatkan sesuatu/ lemahan yang menyebabkan ia ber-
seseorang bukan pada tempatnya (zulm), gelimang dalam kejahatan. Faktor-faktor
melewati ukuran (fahisya), melanggar tersebut, di antaranya adalah kepicikan dan
(baga) dan seterusnya. kebodohan, kesombongan dan keang-
Dari persamaan tersebut, dapat ditarik kuhan dan keputusasaan dalam hidup.
satu kesimpulan bahwa hakikat dari Kebodohan yang dimaksud sebagai
kejahatan adalah penggunaan salah satu penyebab kejahatan bukanlah kebodohan
potensi yang dimiliki oleh manusia di luar yang menyangkut daya intelegensi
dari koridor yang telah ditetapkan oleh seseorang dan kecerdasan intelektualnya.
Allah. Kebodohan yang dimaksudkan adalah
Dari berbagai terma tersebut juga berkaitan dengan hati yang tertutup dan
tergambar dengan jelas adanya berbagai tidak mau menghayati dan menghargai
wujud kejahatan, seperti kejahatan ter- eksistensi dari berbagai realitas yang
hadap Tuhan yang di antaranya dilam- terdapat di sekitarnya. Hal tersebut
bangkan dengan terma fasaqa dan ‘asha, terungkap dalam surah al-Ahqaf [46]:23
kejahatan terhadap lingkungan dilam- berikut:
bangkan dengan fasad fi al-ardi,
kejahatan sosial dilambangkan dengan        
baga, kejahatan kultural dilambangkan
dengan munkar, kejahatan ekonomi      
dilambangkan dengan akala bi al-batil,
kejahatan personal dengan zulm al-nafs Terjwmahnya:
Ia berkata: "Sesungguhnya penge-
25 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

tahuan (tentang itu) hanya pada sisi kehidupan dunia memperdayakan


Allah dan aku (hanya) menyampaikan kamu, dan jangan (pula) penipu
kepadamu apa yang aku diutus (syaitan) memperdayakan kamu
dengan membawanya tetapi aku lihat dalam (mentaati) Allah.
kamu adalah kaum yang bodoh". Namun tentu saja yang paling
Keangkuhan dan kesombongan juga dominan adalah faktor internal yang
menjadi penyebab kejahatan karena terdapat di dalam diri manusia itu sendiri.
dengan sifat tersebut orang akan bersifat Sekuat apapun godaan setan dan
egoistis, berpandangan sempit sehingga seindah bagaimanapun tipuan dunia,
sukar menerima realitas di luar dirinya. apabila manusia mampu membenahi dan
Itulah sebabnya para pemimpin dan tokoh mengendalikan dirinya, ia akan terpelihara
masyarakat pada umat-umat terdahulu dari berbagai bentuk kejahatan tersebut.
(dan mungkin juga sekarang) teramat Adapun untuk menggambarkan
sulit menerima seruan dari Nabi-nabi Allah akibat dari kejahatan yang dilakukan
yang mengajarkan kebenaran dan kebaikan oleh manusia, alquran paling tidak
kepada mereka. menggunakan dua terma, yaitu al-fasad
Adapun faktor ekstemal adalah dan al-syarr. Kata al-fasad selain
godaan setan, baik dari kalangan jin digunakan untuk menunjukkan tindakan
maupun manusia dan faktor lingkungan manusia yang merusak, juga digunakan
atau kesenangan dunia. Kedua faktor untuk menunjukkan akibat dari tindakan
eksternal inilah yang banyak memalingkan tersebut. Dalam hal ini Allah berfirman
manusia dari kebaikan untuk berbuat dalam al-Rum [30]: 41 sebagai berikut:
kejahatan, sehingga Allah mengingatkan
kepada manusia agar keduanya tidak       
memperdaya manusia. Demikian hal
tersebut difirmankan Allah dalam surah      
Luqman [31]: 33.
         

Terjemahnya:
       
Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena
          perbuatan tangan manusi, supaya
Allah merasakan kepada mereka
      sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
 
Ayat ini memberikan petunjuk
bahwa relasi antara manusia dengan
Terjemahnya:
alam semesta berbanding lurus. Dalam arti
Hai manusia, bertakwalah kepada bahwa semakin banyak tindakan kejahatan
Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang dilakukan oleh manusia, akan
yang (pada hari itu) seorang bapak semakin parah pula kerusakan yang terjadi
tidak dapat menolong anaknya dan pada alam semesta. Di sisi lain, semakin
seorang anak tidak dapat (pula) banyak kerusakan yang terjadi pada alam
menolong bapaknya sedikitpun. semesta, maka akan semakin banyak
Sesungguhnya janji Allah adalah pula bencana yang bisa menimpa
benar, Maka janganlah sekali-kali
26 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

manusia. Hal ini disebabkan kejahatan dan kerusakan. Kata ini berlawanan dengan
yang dilakukan oleh manusia akan kata al-khayr yang mencakup segala
mengakibatkan disharmoni dan gangguan sesuatu yang bermanfaat, baik dan
keseimbangan pada alam makrokosmos. maslahat. Al-khayr adalah sifat dasar dari
Sebaliknya adanya ketidakseimbangan semua makhluk, sedangkan al-syar
pada alam makrokosmos akan meng- adalah sifat sekunder dan bersifat relatif.43
akibatkan siksaan kepada manusia. Ibn al-Qayyim sendiri menjelaskan
Allah menciptakan semua makhluk bahwa al-syar mencakup dua hal yaitu
dalam satu kesatuan dan saling berkaitan. sakit (pedih) dan yang mengantarkan
Dalam keterkaitan tersebut, lahir ke- kepada sakit (pedih). Penyakit, kebakaran
serasian dan keseimbangan dari yang atau tenggelam adalah sakit, sedangkan
terkecil hingga yang terbesar, semuanya kekufuran, kemaksiatan dan sebagainya
tunduk dalam pengaturan Allah yang adalah sesuatu yang mengantarkan
maha besar. Bila terjadi gangguan pada kepada kepedihan siksa Tuhan. 44
keharmonisan dan keseimbangan maka Adapun al-Zamakhsyari ketika me-
kerusakan terjadi. Kerusakan tersebut akan nafsirkan firman Allah, “wa min syarri ma
berdampak pada seluruh bagian alam khalaq“ mengemukakan bahwa al-syarr
termasuk manusia, baik yang merusak adalah apa yang dilakukan oleh seorang
maupun yang merestui pengrusakan mukallaf berupa perbuatan maksiat (al-
tersebut bahkan yang tidak terlibat di ma'ashl), dosa-dosa (al-maatsim) dan
dalamnya. yang membahayakan satu sama lain
Dalam hal ini, al-Thabathaba'i menulis yang berupa kezaliman, aniaya, pem-
sebagai berikut: "Alam raya dengan bunuhan, pemukulan, penghinaan dan
segala bagiannya saling berkaitan antara yang lainnya. Juga apa yang dilakukan
satu dengan yang lain, bagaikan satu oleh hewan yang tidak mukallaf seperti
badan dalam keterkaitannya pada rasa memakan, menggigit, menerkam seperti
sakit atau sehatnya, juga dalam pelak- serigala dan hasyarat. Termasuk juga apa
sanaan aktifitas dan kewajibannya. yang disifati oleh Allah  pada benda--
Semua saling mempengaruhi dan pada benda mati yang berupa bahaya-bahaya
akhimya, sebagaimana dijelaskan seperti sifat membakar pada api dan sifat
alquran bertumpu dan kembali kepada membunuh pada racun.45
Allah swt. Apabila salah satu bagian Dengan demikian, kejahatan yang
tidak berfungsi dengan baik atau dilakukan oleh manusia akan menyebab-
menyimpang dari jalan yang seharus- kan dampak buruk bagi manusia itu
nya di tempuh, maka akan nampak sendiri baik sebagai pelaku kejahatan
dampak negatifnya pada bagian yang atau pun terhadap orang lain. Selain itu,
lain dan pada akhimya akan mem- kejahatan juga akan menyebakan dampak
pengaruhi seluruh bagian. Hal ini buruk bagi lingkungan dan pada
berlaku tehadap alam raya dan me- akhirnya kejahatan akan menyebabkan
rupakan hukum alam yang ditetapkan turunnya siksa Allah.
oleh Allah. yang tidak mengalami
III. KESIMPULAN
perubahan, termasuk terhadap manusia" 42
Terma lain yang digunakan alquran Alquran menggunakan beberapa
untuk menunjukkan akibat dari kejahatan terma untuk melambangkan berbagai
manusia adalah al-syarr [keburukan]. bentuk kejahatan yang dilakukan oleh
Kata al-syarr menurut Rasyid Rida adalah manusia. Di antara terma tersebut adalah
kata yang mencakup segala hal yang al-fasad, al-fusuq, al-isyan, al-itsm, al-
dapat menimbulkan bahaya, kejelekan zulm, al-fahsiyah, al-munkar, al-bagy,
27 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

al-batil dan makr. Berdasarkan Sadr.


pengertian etimologis yang terdapat di Ibn Faris Ibn Zakariyya, Abu al-Husayn
dalam kata tersebut dan dengan melihat Ahmad. 1979. Mu jam Maqayis al-
konteks penggunaannya di dalam alquran, lugah, ditahkik dan diteliti oleh Abd
dapat disimpulkan sebagai berikut: al-Salam Muhammad Harun. Juz IV.
1. Ontologi kejahatan adalah peng- Beirut: Dar al-Fikr.
gunaan salah satu potensi yang
diberikan oleh Allah swt. di luar Isutzu, Toshihiko. 1993. Ethico Religious
koridor yang telah ditetapkannya. Concepts in The Qur an,
2. Wujud kejahatan di dalam alquran diterjemahkan oleh Agus Fahri
meliputi kejahatan terhadap Tuhan, Husein dkk. dengan judul Konsep-
kejahatan terhadap lingkungan, ke- Konsep Etika Religius dalam Qur
jahatan sosial, kejahatan kultural, an. Yogyakarta: Tiara Wacana
kejahatan ekonomi, kejahatan personal Yogya.
dan komunal. Kattsoff, Louis O. 2004. Elements of
3. Faktor penyebab kejahatan adalah Philosophy, diterjemahkan oleh
faktor internal yang berupa kepicikan Soejono Soemargono dengan judul
dan kebodohan, kesombongan dan Pengantar ilsafat. Cet. IX
keangkuhan, keputusasaan dalam Yogyakarta: Tiara Wacana.
hidup. Selain itu faktor eksternal
yaitu godaan setan dan kesenangan Al-Khawarizmiy, Abu al-Qasim Jarullah
dunia. Akibat dari kejahatan adalah Mahmud Ibn Umar al-Zamakhsyari.
munculnya kerusakan (al-fasad) dan T.th. AI-Kasysyaf an-Haqaiq al-
keburukan (al-syarr). Tanzil wa `Uyun al-aqawil fi wujuh
al-Ta'wil. Juz IV, al-Fijalah:
IV. DAFTAR PUSTAKA Maktabah Misr.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1946.
‘Abd al-Baqi, Muhammad Fuad. t.th. AI- Tafsir al-Maraghi. Juz IX. Beirut:
Mu jam al-Mufahras Ii al-Alfaz al- Dar al-Fikr.
Qur an al-K a r i m , Beirut: Dar al- Nasution, Harun. 1991. Teologi Islam;
Fikr. Aliran-aliran Sejarah Analisa
Cawidu, Harifuddin. 1991. Konsep Kufr Perbandingan. Cet. V; Jakarta:
dalam AIquran; Suatu Kajian Universitas Indonesia.
Teologis dengan Pendekatan Tafsir Quthub, Sayyid. 1971. Fi Zilal al-Qur
Tematik. Jakarta: Bulan Bintang. an. Juz. VI. Kairo: Dar al-Syuruq.
DEPDIKBUD. 1994. Kamus Besar Bahasa Al-Raziy, Muhammad ibn Abi Bakar ibn
Indonesia. Balai Pustaka. 'Abd al-Qadir. T.th. Mukhtar al-
Al-Dimasyqiy, Ibn Kasir al-Qurasyiy. Sihhah, Mesir: Dar al-Manar.
1994 M/ 1414 H. Tafsir al-Qur an Ridha, Muhammad Rasyid. 2005. Tafsir
al-Azim, juz II, Beirut: Dar al-Fikr. al-Fatihah wa sittu suwar min
Harjono, Anwar. 1968. Hukum Islam Khawatim al-Quran: al-Ashr, wa al-
Keluasan dan Keadilannya. Jakarta: Kautsar, wa al-Kafirun, wa al-Ikhlas,
Bulan Bintang. wa al-Muawwizatayn, diterjemah-
kan oleh Tiar Anwar Bachtiar
Ibn Manzur, Abu al-Fadhl Jamal al-Din dengan judul Tafsir al-Fatihah;
Muhammad Bin Mukram. 1968.
Lisan al- Arab, Juz III, Beirut: Dar al-
28 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

6
Menemukan Hakikat Ibadah. Cet. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia
I; Bandung: Penerbit al-Bayan. (Balai Pustaka, 1994), h. 394.
7
Louis O. Kattsoff, Elements of Philosophy,
Salim, Abd. Muin. 2002. Konsepsi diterjemahkan oleh Soejono Soemargono
Kekuasaan Politik Dalam alquran. dengan judul Pengantar Filsafat (Cet. IX;
Cet. III; Jakarta: PT RajaGrafindo Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 317 dst.
Persada. 8
Ismail Muhammad Syah dkk., Filsafat
Shihab, M. Quraish. 1995. Membumikan Hukum Islam (Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara,
1992), h. 222-225.
AI-Qur an. Cet. X; Bandung: Mizan.
9
Anwar Harjono, Hukum Islam; Keluasan
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan dan Keadilannya (Jakarta: Bulan Bintang, 1968),
alquran. Cet. II; Bandung: Penerbit h. 158-161.
Mizan. 10
Abu Huzail, al-Nazzam, al-Jubbaiy dan
Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir al- Abu Hasyim dari kalangan Mu'tazilah
berpandangan bahwa baik dan jahat dapat
Misbah; Pesan, Kesan dan diketahui dengan perantaraan akal dan dengan
Keserasian AI-Qur an. Cet. VII; demikian wajib mengerjakan yang baik
Jakarta: Lentera Hati. umpamanya bersikap lurus dan adil serta wajib
menjauhi yang jahat seperti berdusta dan
Syah, Ismail Muhammad, dkk. 1992. bersikap zalim. Kalangan Asy'ariyah ber-
Filsafat Hukum Islam. Cet. II; argumen bahwa baik dan jahat ditentukan oleh
Jakarta: Bumi Aksara. Allah, bukan oleh akal manusia, karena itu akal
tidak mampu mengjangkaunya. Golongan
Al-Thabathaba'i, Muhammad Husayn. Maturidiyah mencoba mencari jalan tengah
1411 H/ 1991 M. AI-Mizan fi Tafsir dengan mengatakan bahwa akal dapat
alquran. Juz VIII. Cet. I; Beirut: mengetahui baik dan jahat, tetapi akal tidak
Muassasah al-A'lamiy Ii al- dapat menentukan bahwa mengerjakan yang
baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib
Mathbu'at. karena akal tidak membuat sesuatu menjadi
harus atau wajib. Penjelasan lebih terrinci baca
Catatan Akhir: Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran
Sejarah Analisa Perbandingan, ed. II (Cet. V;
1
Al-Baqarah [2/87]: 185 Jakarta: Universitas Indonesia, 1919), h. 81-95.
2 11
Al-Isra [17/50]: 70. Izutsu membagi istilah-istilah dalam
3 Alquran tentang konsep etik dan moral menjadi
Hichem Djait,”Humanisme et rationalime
dua kelompok utama. Pertama terdiri dari
Musulmans” dalam Connaissance de l’Islam
istilah-istilah yang berkenaan dengan kehidupan
(Paris: Syiros, 1992), h. 18.
etik orang-orang Islam pada Masyarakat Islamik
4
Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah swt (Ummah), sedangkan kelompok yang lainnya
dalam al-Rum [30]: 3 0 . Ulama berbeda pendapat tentang istilah-istilah yang bersifat etika religius.
tentang maksud kata fitrah pada ayat ini. Ada Lebih lanjut lihat Toshihiko Izutsu, Ethico
yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Religious Concepts in The Qur'an,
keyakinan tentang keesaaan Allah swt. yang telah diterjemahkan oleh Agus Fahri Husein dkk.
ditanamkan di dalam setiap manusia. Menurut dengan judul Konsep-Konsep Etika Religius
al-Biqa'iy fitrah adalah ciptaan pertama atau dalam Qur'an (Yogyakarta: Tiara Wacana
tabiat awal yang Allah ciptakan manusia atas Yogya, 1993), h. ix.
dasamya. Menurut Ibn Asyur fitrah adalah unsur- 12
Muhammad ibn Abi Bakar ibn 'Abd al-
unsur dan sistem yang Allah anugerahkan kepada
Qadir al-Raziy, Mukhtar al-Sihhah (Mesir: Dar al--
setiap makhluk. Selengkapnya baca M. Quraish
Manar, t.th.), h 235; Abu al-Fadl Jamal al-Din
Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan
Muhammad ibn Manzur, Lisan al- Arab, Juz III
Keserasian AIquran, vol. XI (Cet. VII; Jakarta:
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 335.
Lentera Hati, 1428 H/ 2007), h. 52-61.
13
5 Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan
Sayyid Quthub, Fi Zilal alquran, Juz. VI
Politik Dalam al-Qur'an (Cet. III; Jakarta: PT
(Kairo: Dar al-Syuruq, t.th.), h. 3917.
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 127.
29 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29

14
Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi. AI-Mujam tersebut bisa dibaca pada Ibn Kasir al-Qurasyiy
al-Mufahras li al Alfaz al-Qur'an al-Karim al-Dimasyqiy, Tafsiral-Qur'an al-Azim, Juz. II
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 658-659. (Beirut: Dar al-Fikr, 1994 M/ 1414 H), h. 53-55.
15 27
al-Baqarah [2/87]: 11, 27, 30, 205; al-A'raf Muhammad ibn Abi Bakar ibn ‘Abd Al-
[7/39]: 56, 85, 127; al-Isra' [17/50]:4. Qadir al-Raziy, op.cit., h 194.
16 28
al-Baqarah [2/87]: 12, 60; Ali Imran Ibnu Faris, Juz III, op.cit., h. 468.
[3/89]:63; al-A'raf [7/39]:74, 86, 103 dan 142. 29
al-Baqarah [2]: 54, 231; Ali Imran [3]: 135;
17
Toshiko Izutsu, o p . c i t , h. 255. al-Nisa [4]: 64, 110.
18 30
al-Baqarah [2/87]: 11, 27; ai-Maidah Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn
[5/112]: 33, 64; al-A'raf [7/39]: 56, 85 dan 127. Manzur, op. cit., Juz. VI, h. 325-326.
19 31
Abu al-Husayn Ahmad ibn Faris ibn Muhammad Mustafa al-Maraghi,
Zakariyya, Mujam Maqayis al-lugah, ditahkik op.cit., Juz IX, h. 64.
dan diteliti oleh Abd al-Salam Muhammad 32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op,
Harun, Juz IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 502;
cit., Volume. II, h.222-223
Muhammad ibn Abi Bakar ibn 'Abd al-Qadir al-
33
Raziy, op. cit., h 235. Muhammad Mustafa al-Maraghi, loc. cit.
20 34
Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn Abu al-Husayn Ahmad ibn Faris ibn
Manzur, op. cit., h. 308. Zakariyya, op. cit., Juz V, h 476.
21 35
Sebagian ulama tafsir membatasi penyebab Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn
kefasikan pada dosa-dosa besar yang dilakukan Manzur, op. cit., Juz. V, h. 234.
oleh seseorang. Tegasnya, orang fasik adalah 36
orang yang keluar dari perintah Allah karena Abd. Muin Salim, op. cit., h. 128.
37
melakukan dosa besar. Konsep fasiq mengalami Abu al-Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umar
transformasi makna pada kaum muktazilah dan al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, op. cit., Juz II, h.
menjadi sangat eksklusif yaitu seseorang yang 599.
berada di luar lingkup mukmin tetapi tidak 38
termaasuk ke dalam kategori kafir. Aliran-aliran M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op.
lainnya memaknai konsep fasiq tidak secara cit., Volume. VII, h.326.
independen, tetapi selalu dirangkaikan dengan 39
Ibnu Faris, op.cit., Juz 1, h. 271.
konsep lain balk iman atau pun kufr. Aliran 40
Khawarij menganggap pelaku dosa besar kafir M. Quraish Shihab, op. cit., Vol. VII, h.
fasiq. Aliran Syi'ah menganggapnya kafir nikmat 326-327.
lagi fasik. Aliran Asy'ariyyah mengkategorikannya 41
penggunaan kata ini di antaranya pada
sebagai mu’min fasiq. Demikian yang surah al-Baqarah [2/87]: 282; al-A'raf [7/39]: 85.
disimpulkan oleh Harifuddin Cawidu, op. cit., h. 42
55. Muhammad Husayn al-Thabathaba’I, al-
22
Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz VIII (Cet. I; Beirut:
Kata ini dengan segala derivasinya Muassasah al-A’lamiya li al-Matbu’at, 1411
disebutkan di dalam al-Qur'an sebanyak 32 kali H/1991 M), h. 200.
lihat Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi. op. cit., h. 43
588-589. Muhammad Rasyid Rida, Tafsir al-Fatihah
23
wa Sittu Suwar min Khawatim al-Qur'an,
Muhammad Mustafa al-Maraghi, Tafsiral- diterjemahkan oleh Tiar Anwar Bachtiar dengan
Maraghi, Juz IX (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 126. judul Tafsir al-Fatihah: Menemukan Hakikat
24
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op. Ibadah (Cet. I; Bandung: Penerbit al-Bayan, 2005
cit., Volume. XIII, h.7. M/ 1426 H), h. 228.
44
25
Abu al-Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umar lebih jauh penjelasan M. Quraish Shihab,
al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, al-Kasysyaf an- Wawasan al-Qur’an (Cet. II; Bandung: Penerbit
Hagaiq al-Tanzil wa 'uyun al-aqawil fi wujuh al- Mizan, 1996), h. 124-126.
Ta'wil, Juz IV (al-Fijalah: Maktabah Misr, t.th ), h. 45
251. Al-Zamakhsyari, op.cit., Juz III, h. 653.
26
Dalam beberapa riwayat disebutkan
bahwa yang membunuh benama Qabil dan
yang dibunuh benama Habil. Riwayat-riwayat

Anda mungkin juga menyukai