Muzdalifah Muhammadun
Abstract: This article describes the concept of evil in the Quran with commentary
maudhu'i approach. The results of this study obtained information that the Qur'an uses
several terms to represent various forms of crimes committed by humans. Among these
terms are al-fasad, al-fusuq, al-isyan, al-itsm, al-zulm, al-fahsiyah, al-munkar, al-
bagy, al-batil dan makr. Based on the etymological sense contained in the word and by
looking at the context of its use in the Quran, it is understood that: 1) Ontology crime is
the use of one of the potential given by Allah SWT. outside the corridor he has set,
2) Existence of evil in the Quran include crimes against God, a crime against the
environment, the social evil, evil cultural, economic crimes, crimes of personal and
communal, 3) factors causing crime is an internal factor in the form of insularity and
ignorance, arrogance and hubris, despair in life. In addition to external factors ie
Satan's temptation and pleasure. As a result of the crime is the appearance of damage
(al-facade) and evil (al-syarr).
dapat diperoleh melalui akal atau melalui Tuhan menyampaikan maksudnya untuk
wahyu.10 menciptakan manusia. Selengkapnya
Persoalan kejahatan nampaknya malaikat member tanggapan sebgaimana
memang mempunyai dimensi yang terekam dalam surah al-Baqarah [2]: 30
sangat luas mencakup segi filosofis, berikut:
teologis, teleologis, sosiologis dan
historis. Oleh karena itu, wawasan alquran
dalam persoalan ini mempunyai nilai
yang sangat urgen karena diyakini bahwa
alquran datang membawa petunjuk-
petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-
aturan, prinsip-prinsip dan konsep-konsep
baik yang bersifat global maupun terinci,
yang eksplisit maupun yang implisit dalam
berbagai persoalan dan bidang kehidupan
manusia.
Berdasarkan latar belakang di atas, Terjemahnya:
maka masalah pokok yang akan dikaji Mereka berkata: "Apakah Engkau
dalam makalah ini adalah konsep alquran akan menjadikan di bumi (makhluk)
tentang kejahatan dalam tinjauan yang akan merusak di dalamnya dan
perspektif tafsir maudhu‘i. Adapun menumpahkan darah, sementara
rumusan masalahnya adalah: kami senantiasa bertasbih dengan
1. Bagaimana hakikat kejahatan dalam memuji-Mu dan mensucikan-Mu?"
alquran? Kata yufsidu berasal dari kata afsada
2. Bagaimana wujud kejahatan yang yang merupakan bentuk mazid dari kata
dikemukakan di dalam alquran? fasada yang secara bahasa merupakan
3. Apa faktor penyebab munculnya antonim dari kata al-salah atau al-
tindakan kejahatan dan dampak yang maslahah.11 Sesuatu dapat dikatakan salih
ditimbulkannya? apabila mempunyai keadaan yang meng-
himpun nilai-nilai tertentu yang telah
ditetapkan berdasarkan dalil akal dan dalil
II. PEMBAHASAN
wahyu. Apabila terjadi kerusakan yang
A. Hakikat dan Wujud Kejahatan ditandai dengan hilangnya nilai, sebagian
dalam Alquran atau keseluruhan, sehingga substansi yang
Secara umum, alquran mengguna-kan bersangkutan tidak berfungsi sebagaimana
berbagai terma yang berkaitan dengan biasanya, maka keadaan semacam ini
kejahatan dalam dua bentuk. Pertama, disebut fasad.12 Dengan demikian afsada
menggunakan secara mutlak tanpa ada adalah tindakan yang menyebabkan
batasan. Kedua menggunakan dengan kerusakan (fasad).
batasan-batasan tertentu baik yang Kata fasad dengan segala per-ubahan
berupa obyek kejahatan seperti zalamu bentuknya disebutkan di dalam alquran
anfusahum atau pun tempat kejahatan sebanyak 50 kali.13 Kata ini lebih sering
yufsiduna fi al-ard. muncul dalam bentuk fi’l mudari14 dan
Terma yang sejak dini dugunakan ism fai1.15 Boleh jadi ini adalah isyarat dari
oleh alquran untuk menunjukkan tindakan alquran bahwa tindakan merusak adalah
kejahatan yang berpotensi merusak adalah tindakan yang secara terus menerus
yufsidu. Kata ini digunakan oleh malaikat dilakukan oleh manusia sebagaimana yang
untuk menunjukan reaksi mereka ketika dipahami dari bentuk fi’l mudari’ bahkan
17 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
Terjemahnya:
... dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau
ia menuruti (kemauan) kamu dalam
beberapa urusan benar-benarlah kamu
akan mendapat kesusahan tetapi Allah
menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan
kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus, ...
Dalam ayat tersebut disebutkan
bahwa yang dijadikan sebagai kecintaan
bagi orang yang beriman hanyalah satu
yaitu keimanan, sedangkan yang dijadi-
Terjemahnya:
kan kebencian kepada mereka ada tiga
yaitu al-kufr (kekafiran), al-fusuq Ceriterakanlah kepada mereka kisah
(kefasikan) dan al-isyan (kemaksiatan). Al- kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
Maraghi memberikan penjelasan bahwa hal menurut yang sebenarnya, ketika
tersebut dikarenakan iman terdiri dari keduanya mempersembahkan korban,
tiga unsur yang menyatu, yaitu pem- maka diterima dari salah seorang dari
benaran dengan hati, ucapan dengan mereka berdua (Habil) dan tidak
lidah dan pengamalan dengan anggota diterima dari yang lain (Qabil). Ia
tubuh. Padanan dari unsur pembenaran berkata (Qabil): "Aku pasti
hati adalah kekufuran, padanan dari membunuhmu!" Berkata Habil:
ucapan dengan lidah adalah kefasikan "Sesungguhnya Allah hanya menerima
sedangkan padanan dari pengamalan (korban) dari orang-orang yang
adalah kemaksiatan.21 Pandangan senada bertakwa" (27). Sungguh kalau kamu
dikemukakan pula M. Quraish Shihab.22 menggerakkan tanganmu kepadaku
Al-Zamakhsyari berpendapat bahwa untuk membunuhku, aku sekali-kali
al-kufr adalah menutupi dan memandang tidak akan menggerakkan tanganku
remeh nikmat Allah dengan penolakan, al- kepadamu untuk membunuhmu.
fusuq adalah keluar dari keimanan dengan Sesungguhnya aku takut kepada Allah,
melakukan dosa-dosa besar, sedangkan al- Tuhan seru sekalian alam."(28)
isyan adalah meninggalkan ketaatan dan "Sesungguhnya aku ingin agar kamu
ketundukan sebagaimana yang diperintah- kembali dengan (membawa) dosa
kan oleh syariat.23 (membunuh) ku dan dosamu sendiri,
Kejahatan berikutnya yang dicerita-kan maka kamu akan menjadi penghuni
di dalam alquran adalah pembunuhan neraka, dan yang demikian itulah
yang dilakukan oleh anak laki-laki Adam pembalasan bagi orang-orang yang
as. terhadap saudaranya.25 Mengenai hal ini zalim." (29).
Allah menjelaskan dalam surah al-Maidah Di dalam ayat tersebut, dosa
[5]: 27-29 berikut. pembunuhan tersebut disebut dengan itsm
dan yang melakukannya termasuk dalam
kategori al-zalimin. Kata al-itsm di dalam
alquran diperhadapkan dengan kata al-
20 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
memerlukan pertolongan) dan orang- fahisyah berarti zina dan perzinaan sendiri
orang yang meminta-minta; dan dinamakan fahisyah.27
(memerdekakan) hamba sahaya, men- Ayat-ayat alquran menggunakan kata
dirikan shalat, dan menunaikan zakat; fahisyah bukan hanya dalam arti zina
dan orang-orang yang menepati tetapi meliputi pula bentuk penyimpangan
janjinya apabila ia berjanji, dan seksual. Penyimpangan seksual dalam
orang-orang yang sabar dalam bentuk perilaku homoseksual yang pertama
kesempitan, penderitaan dan dalam kali dilakukan oleh kaum nabi Luth as.
peperangan. mereka Itulah orang- dinamakan dengan fahisyah (al-A'raf
orang yang benar (imannya); dan [7]:80; al-Naml [27]:54 dan al-Ankabut
mereka Itulah orang-orang yang [29]:28). Perzinaan juga dinamai fahisyah
bertakwa. (al-Isra [17]:32), demikian pula perilaku
Adapun kata zulm mempunyai arti lesbian (al-Nisa [4]:15), perselingkuhan
menempatkan sesuatu bukan pada (al-Nisa [4]:19 dan 25], serta porno aksi
tempatnya,24 sehingga ia merupakan dalam bentuk telanjang meskipun untuk
lawan dari kata adil yang berarti ibadah (al-A'raf [7]:28).
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pada surah Ali Imran [3]:135 Allah
Dengan demikian semua kesalahan pada swt menggandengkan antara terma
hakikatnya dapat disebut zulm. Dapat pula fahisyah dengan zulm yang dibatasi
dikatakan bahwa zulm bertingkat-tingkat dengan nafs. Menurut al-Maraghi, lafadz
mulai dari yang terkecil sampai kepada fahisyah yang dimaksudkan di dalam ayat
kemusyrikan yang merupakan kezaliman ini adalah perbuatan keji yang sangat
yang terbesar. Oleh karena itu, dapat buruk yang efeknya juga berimbas kepada
dipahami apabila nabi-nabi juga terkadang orang lain, sedangkan zulm al-nafs adalah
berbuat zalim.25 dosa yang hanya berakibat kepada
Di sisi lain, alquran banyak meng- pelakunya.28 Ada pula yang berpendapat
gunakan kata zalama yang dirangkaikan bahwa fahisyah adalah dosa besar
dengan diri [nafs dan anfus]26 untuk sedangkan zulm al-nafs adalah dosa atau
menunjukkan kejahatan terhadap diri pelanggaran secara umum termasuk di
sendiri. Meskipun harus pula dikatakan dalamnya dosa besar. Ada juga yang
bahwa obyek kejahatan tersebut bisa saja memberikan pengertian yang sebaliknya.
tidak secara langsung terhadap diri Sedangkan Muhammad Sayyid Thanthawi
sendiri tetapi karena akibatnya akan berpendapat fahisyah dan zulm a1-nafs
kembali kepada pelakunya, maka ia tetap merupakan dua sisi dari setiap kedur-
dikatakan menzalimi diri sendiri. hakaan. Setiap perbuatan keji (fahisyah)
Bentuk kejahatan lainnya yang yang dilakukan oleh seseorang berakibat
disebutkan di dalam alquran adalah penganiayaan atas dirinya, demikian pula
kejahatan seksual yang sering dilambang- sebaliknya.29
kan dengan kata fahisyah. Kata fahisyah Dengan demikian, hubungan antara
yang terdiri dari huruf fa-ha-syin kedua kata ini menurut al-Maraghi dan
mempunyai beberapa arti di antaranya Thantawi adalah tabayun, sedangkan
bertambah dan menjadi banyak, sehingga menurut pendapat yang kedua dan ketiga
semua yang melewati ukuran dan adalah zikr al-am ba'da al-khas dan
batasannya disebut fahisy. Begitu juga sebaliknya.30
sesuatu yang tidak sesuai dengan Terma lain yang sering muncul di
kebenaran dan ukuran. Fahisyah juga dalam alquran yang juga menunjukkan
berarti ucapan dan perbuatan yang keji. salah satu bentuk kejahatan adalah
Menurut Ibn al-Asir kebanyakan kata munkar. Kata ini merupakan antonim dari
22 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
kata ma 'ruf yang mempunyai arti sesuatu akal, dan al-bagy adalah upaya melampaui
yang menenteramkan hati.31 Sehingga batas dengan berbuat kezaliman.34
munkar bisa dipahami sebagai sesuatu yang Menurut M. Quraish Syihab, terma al-
menggelisahkan hati. Makna lain dari kata fahsya adalah nama bagi segala per-
munkar adalah semua yang dipandang buatan atau ucapan bahkan keyakinan
buruk oleh syariat, diharamkan dan tidak yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal
disukai. 32 yang sehat, serta mengakibatkan dampak
Allah merangkaikan antara terma buruk bukan saja bagi pelakunya tetapi juga
al-fahsya, al-munkar dan al-bagy dalam bagi lingkungannya. Kata al-munkar dari
surah al-Nahl [16]:90. segi bahasa adalah sesuatu yang tidak
dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya ia
diperhadapkan dengan kata al-ma 'ruf. Ibn
Taimiyah, sebagaimana dikutip oleh
Quraish, mendefinisikan munkar dari segi
pandangan syariat sebagai segala sesuatu
yang dilarang agama.
Dari definisi tersebut dapat disimak
Terjemahnya: bahwa kata munkar lebih luas jangkauan
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) maknanya dari kata maksiat. Binatang
berlaku adil dan berbuat kebajikan, yang merusak tanaman, merupakan
memberi kepada kaum kerabat, dan kemunkaran tetapi bukan kemaksiatan
Allah melarang dari perbuatan keji, karena binatang tidak dibebani tanggung
kemungkaran dan permusuhan. Dia jawab demikian juga meminum arak bagi
memberi pengajaran kepadamu agar anak kecil adalah kemungkaran walau apa
kamu dapat mengambil pelajaran. yang dilakukannya itu bukanlah ke-
Di dalam ayat ini perintah berbuat maksiatan. Sesuatu yang mubah pun,
adil diperhadapkan dengan larangan apabila bertentangan dengan budaya
berbuat fahisyah. Sedangkan perintah dapat dinilai munkar apabila dilakukan
berbuat ihsan diperhadapkan dengan dalam suatu masyarakat yang budayanya
larangan berbuat munkar. Adapun tidak membenarkan hal tesebut.35
perintah memenuhi hak-hak kerabat Dalam pandangan 'Ibn Asyur,
berhadapan dengan larangan menahan sebagaimana dikutip oleh M. Quraish
hak orang atau berbuat aniaya. Shihab bahwa terma munkar adalah segala
Abdul Muin Salim memberikan sesuatu yang tidak berkenan di hati orang-
penjelasan bahwa apabila manusia hidup orang normal serta tidak direstui oleh
sesuai dengan kodratnya yaitu sesuai syariat, baik ucapan maupun perbuatan.
dengan tuntunan agama maka ia disebut Termasuk di dalamnya hal-hal yang
berbuat adil. Tetapi jika ia menyimpang mengakibatkan gangguan yang berkaitan
dari kodratnya, maka itu berarti ia berbuat dengan kebutuhan pokok maupun tersier
fahisyah karena dengan penyimpangan itu walau tidak mengakibatkan mudharat.36
ia hidup memenuhi tuntutan hewani atau Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
nabati. 33 al-munkar adalah sesuatu yang dinilai
Adapun menurut al-Zamakhsyariy, buruk oleh suatu masyarakat serta
al-fahisyah adalah sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah
melanggar batasan-batasan yang telah adalah lawan ma'ruf yang merupakan
ditetapkan oleh Allah. Sedangkan al- sesuatu yang baik menurut pandangan
munkar adalah sesuatu yang ditolak oleh umum suatu masyarakat selama sejalan
dengan al-khair.
23 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
Terjemahnya:
Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supaya
Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
Ayat ini memberikan petunjuk
bahwa relasi antara manusia dengan
Terjemahnya:
alam semesta berbanding lurus. Dalam arti
Hai manusia, bertakwalah kepada bahwa semakin banyak tindakan kejahatan
Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang dilakukan oleh manusia, akan
yang (pada hari itu) seorang bapak semakin parah pula kerusakan yang terjadi
tidak dapat menolong anaknya dan pada alam semesta. Di sisi lain, semakin
seorang anak tidak dapat (pula) banyak kerusakan yang terjadi pada alam
menolong bapaknya sedikitpun. semesta, maka akan semakin banyak
Sesungguhnya janji Allah adalah pula bencana yang bisa menimpa
benar, Maka janganlah sekali-kali
26 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
manusia. Hal ini disebabkan kejahatan dan kerusakan. Kata ini berlawanan dengan
yang dilakukan oleh manusia akan kata al-khayr yang mencakup segala
mengakibatkan disharmoni dan gangguan sesuatu yang bermanfaat, baik dan
keseimbangan pada alam makrokosmos. maslahat. Al-khayr adalah sifat dasar dari
Sebaliknya adanya ketidakseimbangan semua makhluk, sedangkan al-syar
pada alam makrokosmos akan meng- adalah sifat sekunder dan bersifat relatif.43
akibatkan siksaan kepada manusia. Ibn al-Qayyim sendiri menjelaskan
Allah menciptakan semua makhluk bahwa al-syar mencakup dua hal yaitu
dalam satu kesatuan dan saling berkaitan. sakit (pedih) dan yang mengantarkan
Dalam keterkaitan tersebut, lahir ke- kepada sakit (pedih). Penyakit, kebakaran
serasian dan keseimbangan dari yang atau tenggelam adalah sakit, sedangkan
terkecil hingga yang terbesar, semuanya kekufuran, kemaksiatan dan sebagainya
tunduk dalam pengaturan Allah yang adalah sesuatu yang mengantarkan
maha besar. Bila terjadi gangguan pada kepada kepedihan siksa Tuhan. 44
keharmonisan dan keseimbangan maka Adapun al-Zamakhsyari ketika me-
kerusakan terjadi. Kerusakan tersebut akan nafsirkan firman Allah, “wa min syarri ma
berdampak pada seluruh bagian alam khalaq“ mengemukakan bahwa al-syarr
termasuk manusia, baik yang merusak adalah apa yang dilakukan oleh seorang
maupun yang merestui pengrusakan mukallaf berupa perbuatan maksiat (al-
tersebut bahkan yang tidak terlibat di ma'ashl), dosa-dosa (al-maatsim) dan
dalamnya. yang membahayakan satu sama lain
Dalam hal ini, al-Thabathaba'i menulis yang berupa kezaliman, aniaya, pem-
sebagai berikut: "Alam raya dengan bunuhan, pemukulan, penghinaan dan
segala bagiannya saling berkaitan antara yang lainnya. Juga apa yang dilakukan
satu dengan yang lain, bagaikan satu oleh hewan yang tidak mukallaf seperti
badan dalam keterkaitannya pada rasa memakan, menggigit, menerkam seperti
sakit atau sehatnya, juga dalam pelak- serigala dan hasyarat. Termasuk juga apa
sanaan aktifitas dan kewajibannya. yang disifati oleh Allah pada benda--
Semua saling mempengaruhi dan pada benda mati yang berupa bahaya-bahaya
akhimya, sebagaimana dijelaskan seperti sifat membakar pada api dan sifat
alquran bertumpu dan kembali kepada membunuh pada racun.45
Allah swt. Apabila salah satu bagian Dengan demikian, kejahatan yang
tidak berfungsi dengan baik atau dilakukan oleh manusia akan menyebab-
menyimpang dari jalan yang seharus- kan dampak buruk bagi manusia itu
nya di tempuh, maka akan nampak sendiri baik sebagai pelaku kejahatan
dampak negatifnya pada bagian yang atau pun terhadap orang lain. Selain itu,
lain dan pada akhimya akan mem- kejahatan juga akan menyebakan dampak
pengaruhi seluruh bagian. Hal ini buruk bagi lingkungan dan pada
berlaku tehadap alam raya dan me- akhirnya kejahatan akan menyebabkan
rupakan hukum alam yang ditetapkan turunnya siksa Allah.
oleh Allah. yang tidak mengalami
III. KESIMPULAN
perubahan, termasuk terhadap manusia" 42
Terma lain yang digunakan alquran Alquran menggunakan beberapa
untuk menunjukkan akibat dari kejahatan terma untuk melambangkan berbagai
manusia adalah al-syarr [keburukan]. bentuk kejahatan yang dilakukan oleh
Kata al-syarr menurut Rasyid Rida adalah manusia. Di antara terma tersebut adalah
kata yang mencakup segala hal yang al-fasad, al-fusuq, al-isyan, al-itsm, al-
dapat menimbulkan bahaya, kejelekan zulm, al-fahsiyah, al-munkar, al-bagy,
27 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
6
Menemukan Hakikat Ibadah. Cet. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia
I; Bandung: Penerbit al-Bayan. (Balai Pustaka, 1994), h. 394.
7
Louis O. Kattsoff, Elements of Philosophy,
Salim, Abd. Muin. 2002. Konsepsi diterjemahkan oleh Soejono Soemargono
Kekuasaan Politik Dalam alquran. dengan judul Pengantar Filsafat (Cet. IX;
Cet. III; Jakarta: PT RajaGrafindo Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 317 dst.
Persada. 8
Ismail Muhammad Syah dkk., Filsafat
Shihab, M. Quraish. 1995. Membumikan Hukum Islam (Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara,
1992), h. 222-225.
AI-Qur an. Cet. X; Bandung: Mizan.
9
Anwar Harjono, Hukum Islam; Keluasan
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan dan Keadilannya (Jakarta: Bulan Bintang, 1968),
alquran. Cet. II; Bandung: Penerbit h. 158-161.
Mizan. 10
Abu Huzail, al-Nazzam, al-Jubbaiy dan
Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir al- Abu Hasyim dari kalangan Mu'tazilah
berpandangan bahwa baik dan jahat dapat
Misbah; Pesan, Kesan dan diketahui dengan perantaraan akal dan dengan
Keserasian AI-Qur an. Cet. VII; demikian wajib mengerjakan yang baik
Jakarta: Lentera Hati. umpamanya bersikap lurus dan adil serta wajib
menjauhi yang jahat seperti berdusta dan
Syah, Ismail Muhammad, dkk. 1992. bersikap zalim. Kalangan Asy'ariyah ber-
Filsafat Hukum Islam. Cet. II; argumen bahwa baik dan jahat ditentukan oleh
Jakarta: Bumi Aksara. Allah, bukan oleh akal manusia, karena itu akal
tidak mampu mengjangkaunya. Golongan
Al-Thabathaba'i, Muhammad Husayn. Maturidiyah mencoba mencari jalan tengah
1411 H/ 1991 M. AI-Mizan fi Tafsir dengan mengatakan bahwa akal dapat
alquran. Juz VIII. Cet. I; Beirut: mengetahui baik dan jahat, tetapi akal tidak
Muassasah al-A'lamiy Ii al- dapat menentukan bahwa mengerjakan yang
baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib
Mathbu'at. karena akal tidak membuat sesuatu menjadi
harus atau wajib. Penjelasan lebih terrinci baca
Catatan Akhir: Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran
Sejarah Analisa Perbandingan, ed. II (Cet. V;
1
Al-Baqarah [2/87]: 185 Jakarta: Universitas Indonesia, 1919), h. 81-95.
2 11
Al-Isra [17/50]: 70. Izutsu membagi istilah-istilah dalam
3 Alquran tentang konsep etik dan moral menjadi
Hichem Djait,”Humanisme et rationalime
dua kelompok utama. Pertama terdiri dari
Musulmans” dalam Connaissance de l’Islam
istilah-istilah yang berkenaan dengan kehidupan
(Paris: Syiros, 1992), h. 18.
etik orang-orang Islam pada Masyarakat Islamik
4
Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah swt (Ummah), sedangkan kelompok yang lainnya
dalam al-Rum [30]: 3 0 . Ulama berbeda pendapat tentang istilah-istilah yang bersifat etika religius.
tentang maksud kata fitrah pada ayat ini. Ada Lebih lanjut lihat Toshihiko Izutsu, Ethico
yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Religious Concepts in The Qur'an,
keyakinan tentang keesaaan Allah swt. yang telah diterjemahkan oleh Agus Fahri Husein dkk.
ditanamkan di dalam setiap manusia. Menurut dengan judul Konsep-Konsep Etika Religius
al-Biqa'iy fitrah adalah ciptaan pertama atau dalam Qur'an (Yogyakarta: Tiara Wacana
tabiat awal yang Allah ciptakan manusia atas Yogya, 1993), h. ix.
dasamya. Menurut Ibn Asyur fitrah adalah unsur- 12
Muhammad ibn Abi Bakar ibn 'Abd al-
unsur dan sistem yang Allah anugerahkan kepada
Qadir al-Raziy, Mukhtar al-Sihhah (Mesir: Dar al--
setiap makhluk. Selengkapnya baca M. Quraish
Manar, t.th.), h 235; Abu al-Fadl Jamal al-Din
Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan
Muhammad ibn Manzur, Lisan al- Arab, Juz III
Keserasian AIquran, vol. XI (Cet. VII; Jakarta:
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 335.
Lentera Hati, 1428 H/ 2007), h. 52-61.
13
5 Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan
Sayyid Quthub, Fi Zilal alquran, Juz. VI
Politik Dalam al-Qur'an (Cet. III; Jakarta: PT
(Kairo: Dar al-Syuruq, t.th.), h. 3917.
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 127.
29 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 1, Januari 2011, hlm 14-29
14
Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi. AI-Mujam tersebut bisa dibaca pada Ibn Kasir al-Qurasyiy
al-Mufahras li al Alfaz al-Qur'an al-Karim al-Dimasyqiy, Tafsiral-Qur'an al-Azim, Juz. II
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 658-659. (Beirut: Dar al-Fikr, 1994 M/ 1414 H), h. 53-55.
15 27
al-Baqarah [2/87]: 11, 27, 30, 205; al-A'raf Muhammad ibn Abi Bakar ibn ‘Abd Al-
[7/39]: 56, 85, 127; al-Isra' [17/50]:4. Qadir al-Raziy, op.cit., h 194.
16 28
al-Baqarah [2/87]: 12, 60; Ali Imran Ibnu Faris, Juz III, op.cit., h. 468.
[3/89]:63; al-A'raf [7/39]:74, 86, 103 dan 142. 29
al-Baqarah [2]: 54, 231; Ali Imran [3]: 135;
17
Toshiko Izutsu, o p . c i t , h. 255. al-Nisa [4]: 64, 110.
18 30
al-Baqarah [2/87]: 11, 27; ai-Maidah Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn
[5/112]: 33, 64; al-A'raf [7/39]: 56, 85 dan 127. Manzur, op. cit., Juz. VI, h. 325-326.
19 31
Abu al-Husayn Ahmad ibn Faris ibn Muhammad Mustafa al-Maraghi,
Zakariyya, Mujam Maqayis al-lugah, ditahkik op.cit., Juz IX, h. 64.
dan diteliti oleh Abd al-Salam Muhammad 32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op,
Harun, Juz IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 502;
cit., Volume. II, h.222-223
Muhammad ibn Abi Bakar ibn 'Abd al-Qadir al-
33
Raziy, op. cit., h 235. Muhammad Mustafa al-Maraghi, loc. cit.
20 34
Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn Abu al-Husayn Ahmad ibn Faris ibn
Manzur, op. cit., h. 308. Zakariyya, op. cit., Juz V, h 476.
21 35
Sebagian ulama tafsir membatasi penyebab Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad ibn
kefasikan pada dosa-dosa besar yang dilakukan Manzur, op. cit., Juz. V, h. 234.
oleh seseorang. Tegasnya, orang fasik adalah 36
orang yang keluar dari perintah Allah karena Abd. Muin Salim, op. cit., h. 128.
37
melakukan dosa besar. Konsep fasiq mengalami Abu al-Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umar
transformasi makna pada kaum muktazilah dan al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, op. cit., Juz II, h.
menjadi sangat eksklusif yaitu seseorang yang 599.
berada di luar lingkup mukmin tetapi tidak 38
termaasuk ke dalam kategori kafir. Aliran-aliran M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op.
lainnya memaknai konsep fasiq tidak secara cit., Volume. VII, h.326.
independen, tetapi selalu dirangkaikan dengan 39
Ibnu Faris, op.cit., Juz 1, h. 271.
konsep lain balk iman atau pun kufr. Aliran 40
Khawarij menganggap pelaku dosa besar kafir M. Quraish Shihab, op. cit., Vol. VII, h.
fasiq. Aliran Syi'ah menganggapnya kafir nikmat 326-327.
lagi fasik. Aliran Asy'ariyyah mengkategorikannya 41
penggunaan kata ini di antaranya pada
sebagai mu’min fasiq. Demikian yang surah al-Baqarah [2/87]: 282; al-A'raf [7/39]: 85.
disimpulkan oleh Harifuddin Cawidu, op. cit., h. 42
55. Muhammad Husayn al-Thabathaba’I, al-
22
Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Juz VIII (Cet. I; Beirut:
Kata ini dengan segala derivasinya Muassasah al-A’lamiya li al-Matbu’at, 1411
disebutkan di dalam al-Qur'an sebanyak 32 kali H/1991 M), h. 200.
lihat Muhammad Fuad 'Abd al-Baqi. op. cit., h. 43
588-589. Muhammad Rasyid Rida, Tafsir al-Fatihah
23
wa Sittu Suwar min Khawatim al-Qur'an,
Muhammad Mustafa al-Maraghi, Tafsiral- diterjemahkan oleh Tiar Anwar Bachtiar dengan
Maraghi, Juz IX (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 126. judul Tafsir al-Fatihah: Menemukan Hakikat
24
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, op. Ibadah (Cet. I; Bandung: Penerbit al-Bayan, 2005
cit., Volume. XIII, h.7. M/ 1426 H), h. 228.
44
25
Abu al-Qasim Jarullah Mahmud Ibn Umar lebih jauh penjelasan M. Quraish Shihab,
al-Zamakhsyari al-Khawarizmi, al-Kasysyaf an- Wawasan al-Qur’an (Cet. II; Bandung: Penerbit
Hagaiq al-Tanzil wa 'uyun al-aqawil fi wujuh al- Mizan, 1996), h. 124-126.
Ta'wil, Juz IV (al-Fijalah: Maktabah Misr, t.th ), h. 45
251. Al-Zamakhsyari, op.cit., Juz III, h. 653.
26
Dalam beberapa riwayat disebutkan
bahwa yang membunuh benama Qabil dan
yang dibunuh benama Habil. Riwayat-riwayat