Disusunoleh:
KELOMPOK VIII
PINKY NUR INDAH RAMADHANI 180501020007
ADELIA PUTRI RAHMAWATI 18050102006
DIMAS PRAYOGA 18050102005
1
Ramadhaniikhsan. “Skripsi : Analisistingkatkesehatan Bank menggunakanMetodeRgec (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada Pt. Bank BukopinTbk” Sumber :
https://core.ac.uk/download/pdf/225829785.pdf
2. Risiko Pasar, Risiko pasar adalah suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai
suatu investasi akibat pegerakan pada faktor – factor pasar.
3. Risiko Likuiditas, Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya penarikan dana
secara serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank.
4. Risiko Operasional, Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak
memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian
eksternal.
5. Risiko Hukum, Risiko hokum merupakan risiko dari ketidakpastian tindakan atau
tuntutan maupun ketidakpastian dari pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak, hokum
atau peraturan.
6. Risiko Strategi, Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi
bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
7. Risiko Kepatuhan, Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untuk
melakukan perundang – undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
8. Risiko Reputasi, Risiko yang diakibatkan karena menurunnya tingkat kepercayaan stake
holder yang bersumber dari persepsi negative terhadap bank.
B. Risiko Imbal Hasil di Perbankan Syariah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/23/PBI/2011 tanggal 2 November
2011tentang penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariahyang dimaksud dengan risiko imbal hasil ialah risiko akibat perubahan tingkat imbal
hasilyang dibayarkan bank kepada nasabah kaena terjadi perubahan tingkat imbal
hasil yangditerima bank dari penyalur dana , yang dapat mempengaruhi perilaku nasabaj dana
pihakketiga. Risiko ini muncul akibat adanya perubahan perilaku nasabah dana pihak
ketigayang dipengaruhi oleh perubahan ekspetasi atas tingkat bagi hasil yang bank berikan.
Perubahan ekspetasi ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal
daneksternal. Faktor internal misalkan penurunan dari nilai saham bank syariah ( jika sudahgo
public) atau penurunan nilai rasio kecukupan modal. Sedangkan contoh dari faktoreksternal
seperti naiknya imbal hasil yang ditawarkan bank syariah lain atau naiknyatungkat suku
bunga yang ditawaran oleh bank konvensional.
Risiko imbal hasil serupa dengan risiko tingkat suku bunga yang terdapat di
bankkonvensional . Namun terdapat perbedaan antara risiko imbal hasil dengan risiko
tingkatsuku bunga yang ada di bank konvensional, sebagaimana yang terdapat dalam
tabel berikut.2
2
M.Nur Rianto Al–Arif. Management risiko bank syariah. Jakarta. UIN Press.2015, hal:179
teknik darisimple gap sampai simulasi yang mahir untuk pendekatan yang digunakan dapat
diterima diestimasi pada periode pendapatan masa depan, keberagamannya dan
pendapatan akanmemberikan hasil pada beragam tingkatan kembalian yang diharapkan
nasabah mudharabah.
Proses pengukuran adalah penting untuk melihat potensi ancaman yang ada dan
materialserta dapat memberikan dampak pada posisi neraca. Bank syariah akan memastikan
apakahmereka memahami karakteristik yang berbeda dari posisi neracanya pada mata uang
yang berbeda dimana mereka beroperasi.Bank syariah harus menghitung jatuh tempo
behavioral kontraktual dari transaksi dalam penilaian eksposur risiko ini, yang dalam konteks
lingkungan dimana mereka beroperasi dan perubahan kondisi pasar, contohnya ialah
pembiayaan lebih awal dari nasabah mudharabah ,dan transaksi ijarah.
Dibeberapa negara bank syariah memberikan rebat pada beberapa transaksi. Bank syariah
harus mampu menggunakan teknik neraca untuk meminimalisir eksposur menggunakan
beberapa strategi sebagai berikut :
Menentukan rasio laba pada masa depan dibandingkan dengan ekspetasi kondisi pasar
Menggunakan instrument baru yang sesuai syariah
Menerbitkan sekuritisasi tranches yang sesuai dengan aset yang diizinkan dalamketentuan
syariah.
D. Kebijakan PER dan IRR Dalam Risiko Imbal Hasil
Akad berbasis syirkah berpotensi memberikan imbal hasil yang fluktuatif. Untuk itu,guna
menjaga agar bagi hasil yang diperoleh nasabah Investment Account Holder (IAH)menjadi
tidak fluktuatif sekaligus mencegah terjadinya displayed commercial risk ,terdapat
rekomendasi agar bank islam mempraktikkan konsep Profit Equlization Reserve (PER) dan
Investment Risk Reserve (IRR).
Rekomendasi diadakannya kedua cadangan ini sepertinya didasarkan pada asumsi bahwa
nasabah IAH bank syariah sangat peduli terhadap imbal hasil yang merekadapatkan.
Sehingga, bilamana imbal hasil yang diperoleh menurun, maka mereka dapat
memindahkannya ke bank konvensional.
Oleh karenanya, bank syariah akan berupaya menjaga agar imbal hasil yang diperoleh
nasabah IAH tidak terlalu fluktuatif, meskipun bank harus menyisihkan sebagian
dariekuitasnya untuk menjaga hal tersebut. Dengan demikian PER dan IRR ditujukan
untukmelindungi gerusan pada ekuitas bank syariah yang mungkin timbul akibat upaya
banksyariah untuk tetap mendistribusikan imbal hasil pada nasabah IAH dengan tingkat
yang biasa diperolehnya. Praktik ini dilakukan oleh bank syariah pada saat kondisi
bisnissedang lesu , dan imbal hasil yang diperoleh dari penyaluran dana sedang menurun.
PER dicadangkan dari total keuntungan sebelum dialokasikan antara pemegang saham
,nasabah IAH , dan bagian bank atas hasil syirkah. Sementara IRR dicadangkan dari jumlah
keuntungan yang dibagikan kepada IAH , PER lebih ditujukan untuk nasabah IAHsementara
IRR ditujukan untuk menutupi potensi kerugian yang bisa muncul akibatruginya proyek yang
dibiayai dari dana nasabah IAH tersebut. Pencadangan ini juga berpengaruh pada nasabah
IAH yang menaruh dana dalam jangka pendek atau menaruhdana dalam periode dimana
kinerja sedang baik. Karena pencadangan ini mereka akanmendapatkan imbal hasil yang lebih
rendah dari pada seharusnya diterima jika ada pencadangan. Bank pun terkena dampak karena
labanya akan tergerus oleh pencadangan ini.
E. Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko Imbal Hasil
Peringkat kualitas yang dibuat oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) harus diterapkan dalam
perbankan syariah, diantaranya sebagai berikut :
1. Strong = Kualitas penerapan manajemen risiko imbal hasil sangat memadai. Meskipun
terdapatkelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan sehinnga
dapatdiabaikan.
2. Satisfactory = Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan pada
bisnis normal.
3. Fair = Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai.
Meskipunterdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut membutuhkan
perhatianmanajemen.
4. Marginal = Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai.
Terdapatkelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen risiko imbal
hasil yangmembutuhkan tindakan korektif segera.
5. Unsatisfactory = Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil tidak memadai.
Terdapatkelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen risiko imbal hasil
dimanatindak penyelesaiannya diluar kemampuan manajemen.
Adapun Penetapan Peringkat Risiko Inheren Dalam Penerapan Manajemen Risiko Untuk
RisikoImbal HasilManajemen Risiko Untuk Risiko Imbal Hasil, sebagai berikut :
Daftar Pustaka
http://www.syariahmandiri.co.id/
3
http://www.syariahmandiri.co.id/