Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat kita dihadapkan dengan berbagai


masalah yang seringkali perlu segera diselesaikan.Memang tidak semua masalah
yang kita hadapi adalah masalah-masalah matematis, tetapi untuk mengatasi masalah-
masalah itu tidak sedikit yang memerlukan pemikiran matematis.Oleh karena itu
salah satu tugas guru (matematika) yang terpenting adalah membantu anak belajar
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan.Untuk
menyelesaikan suatu permasalahan selain diperlukan ketrampilan yang konperhensif,
seperti ketrampilan mengamati, menganalisis, membaca, mengkalkulasi, dan
menyimpulkan, diperlukan juga pengetahuan dan ketajaman nalar.

Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana


memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak yang
juga kesulitan mempelajarinya.Kesulitan ini bisa muncul karena paradigma bahwa
jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah.Anak seringkali
menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab penekanan
pada jawaban akhir.

Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari memecahkan masalah yaitu
bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih penting dan mendasar. Ketika
jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya belajar menyelesaikan satu masalah
khusus, namun ketika proses ditekankan, anak tampaknya akan belajar lebih
bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lainnya.

Dalam matematika, hal seperti itu biasanya berupa pemecahan-masalah


matematika yang pada umumnya berupa soal cerita.Untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam pemecahan-masalah, hal yang perlu ditingkatkan adalah

1
kemampuan menyangkut berbagai teknik dan strategi pemecahan-
masalah.Pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman, merupakan elemenelemen
penting dalam belajar matematika.Dan dalam pemecahan-masalah, siswa dituntut
memiliki kemampuan untuk mensintesis elemen-elemen tersebut sehingga ahirnya
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah “Strategi


Pemecahan Masalah Matematis” adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pemecahan masalah matematis?


2. Mengapa strategi pemecahan masalah matematis penting?
3. Apa saja jenis-jenis strategi pemecahan masalah matematis?
4. Bagaimana indikator strategi pemecahan masalah matematis?
5. Bagaimana rubrik penilaian strategi pemecahan masalah matematis?
6. Bagaimana instrumen strategi pemecahan masalah matematis?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah “Strategi Pemecahan
Masalah Matematis” adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pemecahan masalah matematis.
2. Untuk mengetahui pentingnya strategi pemecahan masalah matematis.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pemecahan masalah matematis.
4. Untuk mengetahui indikator strategi pemecahan masalah matematis.
5. Untuk mengetahui rubrik penilaian strategi pemecahan masalah matematis.
6. Untuk mengetahui instrumen strategi pemecahan masalah matematis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pemecahan Masalah Matematis

Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam


pembelajaran matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematik
dimiliki oleh siswa dikemukakan oleh Branca (Jihad, 2006 : 1) sebagai berikut: (1)
kemampuan menyelesaikan merupakan tujuan umum pengajaran matematika; (2)
penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti
dan utama dalam kurikulum matematika; dan (3) penyelesaian matematika
merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

(Problem Solving) Strategi Pemecahan Masalah bidang studi Matematika ini


ditujukan untuk para pengajar bidang studi Matematika sebagai alternatif dalam
menerapkan dan mengembangkan proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang
lebih produktif dan bermakna. Strategi pemecahan masalah merupakan suatu proses
memecahkan suatu masalah dan yang menyangkut merubah keadaan yang aktual
menjadi keadaan seperti yang dikehendaki.

Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu strategi


pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut Purwanto, Strategi Pemecahan
Masalah adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu
untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan
keinginan yang telah ditetapkan. Jadi, strategi pemecahan masalah marematis
merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan atau melatih siswa untuk
dapat menghadapi masalah matematika dan memecahkannya.

3
Menurut Dewey belajar memecahkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan.Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving adalah suatu strategi


pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan memecahkan
masalah atau memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara
menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses
berpikir.

Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di mana individu


mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan ekspansi tentatif atau
hipotesis, memverifikasi hipotesis tentatif tersebut dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi data, dan menyatakan kembali hipotesis hingga menjadi suatu
generalisasi.

Berdasarkan beberapa konsep tentang Pemecahan Masalah (Problem


Solving) seperti tersebut di atas, yang dimaksud Problem Solving dalam penelitian ini
adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa yang dapat melatih
siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah
atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut

4
B. Pentingnya Strategi Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting baik dalam proses


pembelajaran, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah sebagai
langkah awal siswa dalam mengembangkan ide-ide dalam membangun pengetahuan
baru dan mengembangkan keterampilan-keterampilan matematika.Seperti yang
diungkap dalam NCTM (2000:52) bahwa semua siswa harus membangun
pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan
dalam proses pemecahan masalah, siswa juga dapat berusaha untuk belajar mengenai
konsep yang belum diketahui, sehingga siswa dapat menjadikan pembelajaran
tersebut sebagai pengalaman belajar selanjutnya dengan masalah/soal yang dengan
bobot sama.

Masalah matematika bagi siswa adalah soal matematika. Menurut Polya yang
dikutip oleh Suherman, 2001: 253), “Soal matematika tidak akan menjadi masalah
bagi seorang siswa, jika siswa (1) mempunyai kemampuan dalam menyelesaikannya,
ditinjau dari segi kematangan mental dan ilmunya; (2) berkeinginan untuk
menyelesaikannya”. Menurut Gagne (yang dikutip oleh Ruseffendi, 1991: 335)
menyatakan bahwa, “Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling
tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya”. Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah pada siswa, khususnya dalam matematika, terlihat
dalam pernyataan Branca (dalam Adhar Effendi, 2012: 9) yang menyatakan bahwa
(1) kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan umum dari pembelajaran
matematika; (2) pemecahan masalah meliputi metode, prosedur dan strategi yang
merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika; (3) pemecahan
masalah merupakan kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika.

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus


memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah.Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa, siswa yang diberi banyak latihan pemecahan

5
masalah, memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak
yang latihannya lebih sedikit. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun
penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Aktivitas mental yang dapat dijangkau
dalam pemecahan masalah antara lain adalah mengingat, mengenal, menjelaskan,
membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai pendekatan dan tujuan yang


ingin dicapai setelah belajar matematika Hamzah (2003 : 56). Jika pemecahan
masalah sebagai pendekatan, maka asumsi-asumsi yang terdapat dalam pendekatan
tersebut harus muncul dalam langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Siswa dilatih untuk mampu memecahkan masalah dengan menggunakan langkah-
langkah pemecahan masalah.Pemecahan masalah dipandang sebagai alat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi maupun dalam memahami atau menemukan
suatu konsep matematika.Sedangkan pemecahan masalah sebagai tujuan yang ingin
dicapai artinya setelah pembelajaran, siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang
terkait dengan indikator pemecahan masalah.

Indikator pemecahan masalah yang termuat dalam Standar Isi (SI) pada
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, antara lain: memiliki kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Tidak jauh berbeda dengan itu, Utari (2010 : 40) menyatakan
bahwa tujuannya adalah siswa mampu mengidentifikasi unsur yang diketahui,
ditanyakan, dan kecukupan unsur; membuat model matematika; menerapkan strategi
menyelesaikan masalah dalam/ di luar matematika, menjelaskan/ menginterpretasikan
hasil; menyelesaikan model matematika dan masalah; serta menggunakan matematika
secara bermakna. Kemampuan atau indikator-indikator tersebut sejalan dengan empat
langkah pemecahan masalah dari Polya.

6
C. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Pemecahan Matematis

Menurut Polya (1973) masalah terbagi menjadi dua:

1. Masalah untuk menemukan, dapat teoretis atau praktis, abstrak atau


konkret, termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah adalah apakah
yang dicari, bagaimana data yang diketahui dan bagaimana syaratnya. Ketiga
bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah
jenis ini.
2. Masalah membuktikan adalah untuk menunjukkan pernyataan itu benar
atau salah, tidak keduanya. Hal ini dilakukan dengan cara menjawab
pertanyaan: apakah pernyataan itu benar atau salah, Bagian utama dari
masalah ini adalah hipotesis dan konklusi suatu teorema yang harus
dibuktikan kebenarannya.

Hudgson dan Sullivan dalam Nurman (2008) membagi masalah


matematika berdasarkan jenjang kesulitan, sebagai berikut:

1. Very easy problem-exercise (masalah sederhana-latihan). Soal yang


tergolong dalam masalah seperti ini adalah semua jenis soal yang
penyelesaiannya menggunakan algoritma yang sudah jelas dan sudah
dipelajari. Jadi suatu soal dapat diklasifikasikan sebagai latihan,
tergantung kepada pengalaman si pemecah masalah (siswa). Dengan
demikian suatu soal bisa menjadi masalah bagi seseorang, tetapi bagi
orang lain mungkin hanya sebagai latihan, atau mungkin suatu soal
adalah masalah untuk hari ini, tetapi besok mungkin tidak jadi masalah
lagi.
2. Problem witha clear context (masalah dengan konteks yang jelas).
Masalah dengan konteks yang jelas memerlukan kemampuan untuk
melihat algoritma yang sesuai untuk menyelesaikannya. Pada umumnya
masalah dengan konteks yang jelas banyak ditemui pada bagian akhir setiap

7
bab/topik bahasan di dalam buku teks matematika. Disebut masalah
dengan konteks yang jelas, karena masalah tersebut hanya dalam konteks
materi pada topik bahasan tersebut. Pemecahan masalah jenis ini hanya
menggunakan konsep, operasi, atau pun prinsip yangterdapat pada topik
bahasan tersebut.
3. Problems without a clear context (masalah tanpa konteks yang jelas). Masalah
seperti ini bisa muncul dari berbagai situasi, terutama dalam kehidupan sehari-
hari. Pemecahan masalah seperti ini tidak jelas, dalam arti tidak tertentu
algoritma yang harus digunakan dan juga tidak kepada konteks
matematika yang harus digunakan. Untuk memecahkan masalah seperti
ini, seseorang harus memiliki kemampuan tertentu untuk melihat konsep
matematika yang perlu dan cocok digunakan. Masalah tanpa konteks
yang jelas banyak dipergunakan sebagai suatu alat bantu untuk penemuan
maupun pengembangan konsep matematika baru. Penggolongan masalah
seperti yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa masalah dalam
matematika cukup beragam, jenis maupun tingkat kompleksitasnya.
Masalah yang berkaitan dengan penerapan matematika ke bidang lain
bisa muncul dalam ketiga tingkatan masalah tersebut. Masalah penerapan
dengan konteks yang jelas banyak terdapat dalam buku teks matematika
pada akhir setiap topik bahasan. Sebaliknya untuk masalah tanpa konteks
yang jelas, banyak muncul dari berbagai bidang atau situasi.

Penyelesaian tidak menunjuk pada satu konsep atau prinsip matematika


tertentu, dan mungkin saja harus melibatkan lebih dari satu konsep atau
prinsip. Dari beberapa penjelasan di atas, untuk selanjutnya masalah matematika
pada penelitian ini ditetapkan sebagai suatu soal yang benar-benar baru bagi
pemecah masalah (siswa), dan pada soal tersebut tidak segera ditemukan
cara/teknik yang dapat digunakan secara langsung menyelesaikan soal tersebut.
Sedangkan masalah matematika non rutin adalah masalah yang bukan mencakup

8
aplikasi prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang sudah dipelajari
di kelas.

D. Indikator Strategi Pembelajaran Pemecahan Matematis

Indikator dalam pemecahan masalah matematika menurut BadanStandar


Nasional Pendidikan (BNSP) adalahsebagai berikut:

1. Menunjukkan pemahaman masalah.


2. Mengorganisasi data dan menulis informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah.
3. Menyajikan masalah secaramatematika dalam berbagaibentuk.
4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secaratepat.
5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatumasalah.
7. Menyelesaikan masalah matematika yang tidak rutin.

Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Zakaria dkk bahwaterdapat


empat langkah dalam pemecahan masalah matematika, yaitu :

1. Memahamimasalah
2. Membuatrancangan pemecahan masalah
3. Melaksanakan rancangan pemecahan masalah
4. Memeriksa hasil kembali.

Alat yangdigunakan untuk mengukur kemampuan pemecahanmasalah


matematika siswa adalah tes yang berbentuk essay (uraian).

Menurut Nana Sujana dengan tes uraian siswa dibiasakan


dengankemampuan pemecahan masalah, mencoba merumuskan

9
hipotesis,menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan
dari suatu permasalahan.

10
E. Rubrik Penilaian Strategi Pemecahan Masalah Matematis

Arens menyatakan bahwa “Rubrik merupakan deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang
akan digunakan untuk menilai “(2008: 244).

Tabel Panduan Pemberian Skor Pemecahan Masalah Menurut Polya (Aryan, 2002)

Aspek yang dinilai Skor Keterangan


Salah menginterpretasikan/salah sama sekali (tidak
0 menyebutkan/menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal).
Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan
Memahami masalah kondisi soal (menyebutkan/ menuliskan apa yang diketahui
1
dan apa yang ditanyakan dari soal dengan kurang tepat).
Memahami masalah soal selengkapnya (menyebutkan/
2 menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari
soal dengan tepat).
Membuat rencana pemecahan Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan
0
masalah (tidak menyajikan urutan langkah penyelesaian sama sekali).
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan,
1 sehingga rencana itu tidak mungkin dapat dilaksanakan
(menyajikan urutan langkah penyelesaian yang mustahil
dilakukan).
Membuat rencana dengan benar tetapi salah dalam hasil/ tidak
2
ada hasil (menyajikan urutan langkah penyelesaian yang
benar tetapi mengarah pada jawaban yang salah).
3 Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap
(menyajikan urutan langkah penyelesaian yang benar tetapi
kurang lengkap).

11
Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarahkan
pada solusi yang benar (menyajikan urutan langkah
4
penyelesaian yang benar tetapi mengarah pada jawaban yang
benar ).
0 Tidak melakukan perhitungan.
Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin
Melakukan rencana/ perhitungan 1
menghasilkan jawaban benar tetapi salah perhitungan.
Melakukan proses yang benar dan mendapakan hasil yang
2
benar.
0 Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain
1 Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas.
Memeriksa Kembali
2 Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses.

12
F. Instrumen Strategi Pemecahan Masalah Matematis

KISI-KISI INSTRUMENT TES STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


Jenis Sekolah : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/Genap
Indikator Pemecahan
Butir Soal Alternative Jawaban Skor
Masalah

 Menunjukkan pemahaman Disuatu kelas terdiri dari 15 laki-laki Diketahui : 10


masalah, meliputi dan 20 perempuan. Jika 10 orang
Jumlah siswa laki-laki = 15 orang
kemampuan mengidentifikasi siswa menyukai matematika., 15
unsur-unsur yang diketahui, orang menyukai olahraga dan 12 Jumlah siswa perempuan = 20 orang
ditanyakan, dan kecukupan orang menyukai yang lainnya .
Siswa menyukai matematika = 10 orang
unsur yang diperlukan berapak orang siswa yang menyukai
 Merumuskan masalah olahraga dan Matematika ? Siswa menyukai olahraga = 15 orang
matematika situasi sehari- Siswa menyukai kegiatan lain = 12 orang
hari dalam matematika
 Menerapkan strategi untuk Ditanya : Berapa orang siswa yang menyukai
menyelesaikan berbagai matematika dan olahraga ?
masalah matematika Jawaban :
 Menjelaskan atau
menginterprestasikan hasil Misalkan :
permasalahan menggunakan
M = siswa suka matematika

13
bahasa matematika secara O = siswa suka olahraga
bermakna
X = siswa suka matematika dan olahraga

Perhatikan diagram venn berikut :

M = 10 – x

O = 15 – x

Banyak siswa seluruhnya = 25 + 10 = 35

Maka,

35 = 10 – x + x + 15 – x + 12

35 = 37 – x

x = 37 -35

x=2

Jadi, jumlah siswa yang menyukai matematika

14
dan olahraga adalah 2 orang.
Alif memiliki Akuarium dengan Diketahui: 10
panjang 4 cm lebihnya dari lebar.
 Akuarium berbentuk persegi panjang
Jika keliling akuarium 24 cm.
 p=4+l
tentukanlah luas akuarium Alif !
 Keliling akuarium = 24 cm

Ditanya : Berapa luas akuarium ?

Jawaban :

Misalkan :

Lebar akuarium = a

Maka, p = 4 + a

Keliling akuarium = 24

2p + 2l = 24

2 (4 + a) +2a = 24

8 + 2a + 2a = 24

4a + 8 = 24

4a = 24 - 8

4a = 16

a=4

Maka, diperoleh

15
panjang akuarium = 4 + 4 = 8 cm

lebar akuarium = 4 cm

Sehingga,

Luas akuarium = p x l = 4 x 8 = 32 cm2 .

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah dalam matematika adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab


langsung karena pada titik awal belum diketahui aturan atau hukum yang dapat
digunakan untuk mendapatkan jawabannya dan siswa merasa tertantang untuk
menyelesaikannya.Menurut Herman dan Akbar, menyelesaikan masalah merupakan
proses menerimatantangan untuk menjawab masalah. Lebih fokus lagi, Bell
menyatakan bahwa pemecahanmasalah matematika ialah pemecahan situasi dalam
matematika yang dianggap masalah olehseseorang yang memecahkan masalah
tersebut.Pemecahan masalah memiliki beberapa langkah, yaitu:

1. Memahami masalah
2. Membuat rencana penyelesaian
3. Penyelesaian masalah
4. Pemeriksaan kembali jawaban yang ditemukan

Dalam dokumen National Research Council (1989), dinyatakan bahwa


pengalaman- pengalaman yang diperoleh melalui proses pemecahan masalah
matematis memungkinkan berkembangnya kekuatan matematis yang antara lain
meliputi kemampuan membaca danmenganalisis situasi secara kritis,
mengidentifikasi kekurangan yang ada, mendeteksikemungkinan terjadinya bias,
menguji dampak dari langkah yang akan dipilih, sertamengajukan alternatif solusi
kreatif atas permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, pemecahan masalah
matematis dapat membantu seseorang memahami informasi yang tersebardi
sekitarnya secara lebih baik.Menurut Polya, masalah dibagi atas dua macam, yaitu
masalah rutin dan masalah tidakrutin. Masalah di dalam matematika dapat

17
diklasifikasi dalam dua jenis (Pusat Kurikulum,2002 a, b, dan c), yaitu: Penemuan
(Problem to find) dan Pembuktian (Problem to prove).

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pemecahan masalah matematis menurut


Pepkin? (Nana Hardiana Lestari)
Jawab:

Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving adalah suatu


strategi pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan
memecahkan masalah atau memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak
hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah
memperluas proses berpikir.

2. Mengapa strategi pemecahan masalah matematis penting menurut NCTM?


(Amanda Handya Putri)
Jawab:
Seperti yang diungkap dalam NCTM (2000:52) bahwa semua siswa
harus membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan masalah.
Hal ini dikarenakan dalam proses pemecahan masalah, siswa juga dapat
berusaha untuk belajar mengenai konsep yang belum diketahui, sehingga
siswa dapat menjadikan pembelajaran tersebut sebagai pengalaman belajar
selanjutnya dengan masalah/soal yang dengan bobot sama.

18
3. Sebutkan pembagian masalah menurut Polya! Jelaskan! (Agatha Friendsi
Manalu)
Jawab:
Menurut Polya (1973) masalah terbagi menjadi dua:
1) Masalah untuk menemukan, dapat teoretis atau praktis, abstrak
atau konkret, termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah
adalah apakah yang dicari, bagaimana data yang diketahui dan
bagaimana syaratnya. Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan
untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini.
2) Masalah membuktikan adalah untuk menunjukkan pernyataan itu
benar atau salah, tidak keduanya. Hal ini dilakukan dengan cara
menjawab pertanyaan: apakah pernyataan itu benar atau salah,
Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan konklusi suatu
teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.
4. Sebutkan indikator pemecahan masalah menurut BNSP! (Anjela Putriani
Simatupang)
Jawab:
Indikator dalam pemecahan masalah matematika menurut
BadanStandar Nasional Pendidikan (BNSP) adalah sebagai berikut:
1) Menunjukkan pemahaman masalah.
2) Mengorganisasi data dan menulis informasi yang relevan
dalam pemecahan masalah.
3) Menyajikan masalah secaramatematika dalam berbagai bentuk.
4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
7) Menyelesaikan masalah matematika yang tidak rutin.

19
5. Jelaskan pembagian masalah menurut Hudgson dan Sullivan! (Devi Irawaty
Nadeak)
Jawab:
Hudgson dan Sullivan dalam Nurman (2008) membagi
masalah matematika berdasarkan jenjang kesulitan, sebagai berikut:
1) Very easy problem-exercise (masalah sederhana-latihan). Soal yang
tergolong dalam masalah seperti ini adalah semua jenis soal yang
penyelesaiannya menggunakan algoritma yang sudah jelas dan sudah
dipelajari. Jadi suatu soal dapat diklasifikasikan sebagai latihan,
tergantung kepada pengalaman si pemecah masalah (siswa).
Dengan demikian suatu soal bisa menjadi masalah bagi
seseorang, tetapi bagi orang lain mungkin hanya sebagai
latihan, atau mungkin suatu soal adalah masalah untuk hari ini,
tetapi besok mungkin tidak jadi masalah lagi.
2) Problem witha clear context (masalah dengan konteks yang jelas).
Masalah dengan konteks yang jelas memerlukan kemampuan
untuk melihat algoritma yang sesuai untuk menyelesaikannya. Pada
umumnya masalah dengan konteks yang jelas banyak ditemui pada
bagian akhir setiap bab/topik bahasan di dalam buku teks matematika.
Disebut masalah dengan konteks yang jelas, karena masalah
tersebut hanya dalam konteks materi pada topik bahasan tersebut.
Pemecahan masalah jenis ini hanya menggunakan konsep, operasi,
atau pun prinsip yangterdapat pada topik bahasan tersebut.
3) Problems without a clear context (masalah tanpa konteks yang jelas).
Masalah seperti ini bisa muncul dari berbagai situasi, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah seperti ini tidak jelas,
dalam arti tidak tertentu algoritma yang harus digunakan dan juga
tidak kepada konteks matematika yang harus digunakan. Untuk
memecahkan masalah seperti ini, seseorang harus memiliki

20
kemampuan tertentu untuk melihat konsep matematika yang perlu
dan cocok digunakan. Masalah tanpa konteks yang jelas
banyak dipergunakan sebagai suatu alat bantu untuk penemuan
maupun pengembangan konsep matematika baru. Penggolongan
masalah seperti yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa
masalah dalam matematika cukup beragam, jenis maupun tingkat
kompleksitasnya. Masalah yang berkaitan dengan penerapan
matematika ke bidang lain bisa muncul dalam ketiga tingkatan
masalah tersebut. Masalah penerapan dengan konteks yang jelas
banyak terdapat dalam buku teks matematika pada akhir setiap
topik bahasan. Sebaliknya untuk masalah tanpa konteks yang
jelas, banyak muncul dari berbagai bidang atau situasi.

B. Saran

Semoga makalah yang telah kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca dan
khususnyakami sebagai penyusun. Dan diharapkan pembaca dapat menganalisis lebih
jelas lagi mengenai pemecahan masalah Matematika dengan cara mencari literatur-
literatur lain yang dapatmenambah wawasan pembaca dalam menganalisis materi
tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Musdi, fauzan. 2014. “Penerapan Strategi Pemecahan Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII
SMP Negeri 7 Padang”. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika 3(2):20-24

Fauzan, Ahmad dkk. 2014. “Penerapan Strategi Pemcahan Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII
SMP Negeri 7 Padang”. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika 3(2) : 20-22.

Khotimah, Masduki. 2016. “Improving Theaching Quality and Problem Solving


Ability Through Contextual Teaching and Learning in Differential Equations :
A Lesson Study Approach”. Journal of Research and Advances in
Mathematics Education 1(1) : ISSN 2503-3697

Sudiarta, I Gusti Putu. 2006. “Pengembangan dan Implementasi Pembelajaran


Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-Ended untuk
Siswa Sekolah Dasar”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSA
ISSN 0215 – 8250

22
LAMPIRAN

Nana Hardiana Lestari

23
24
Anjela Putriani Simatupang

25
26
Agatha Friendsi Manalu

27
28
Amanda Handya Putri

29
30
Devi Irawaty Nadeak

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai