Cekcek
Cekcek
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Alamat : Kapuk Muara, Penjaringan Jakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
No. Rekam Medik : 41XX49
MRS : 24 Januari 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri pada anus sejak 1 minggu SMRS
2
muntah (-) anosmia (-) augesia (-) sesak nafas (-) keringat pada malam hari (-)
penurunan berat badan secara signifikan (-). BAK dan BAB juga tidak ada
keluhan. Kemudian pasien berobat di diklinik dan diberi obat pulang. (pasien lupa
nama obatnya)
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh benjolan pada anus tidak mengecil
dan semakin nyeri. Pasien juga masih mengeluh demam naik turun terutama pada
malam hari (tidak dicek memakai therometer), batuk (+) tidak terdapat lendir dan
darah pada saat batuk, nafsu makan berkurang augesia (+), BAB hari ini sudah
>10 kali dengan konsistensi cair, terdapat darah pada saat BAB dan badan terasa
lemas. Pilek (-) mual (-) muntah (-) anosmia (-) augesia (-) sesak nafas (-) keringat
pada malam hari (-) penurunan berat badan secara signifikan (-) Pasien juga
merasa setelah meminum obat keluhan tidak berkurang. Kemudian pasien dibawa
berobat oleh keluarganya ke IGD RS Ridwan MRM
3
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
PEMERIKSAAN FISIK (24 Januari 2021)
KGB
KGB di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak teraba.
Kepala
Bentuk normocephali
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor.
Hidung
Deformitas (-), septum deviasi (-), mukosa hidung normal, epistaksis (-)
Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), selaput lendir baik, pendengaran baik.
Mulut
Mukosa bibir sianosis (-), T1/T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-),
stomatitis (-), Pharynx hiperemis (-).
Leher
Pembesaran KGB dan kelenjar thyroid (-), JVP (5+0) cmH2O, kaku kuduk (-).
Dada
4
Bentuk dada simetris, retraksi (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Paru
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : Fremitus Vocal Dextra = Sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) N, ronki +/- minimal, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : batas jantung kanan ICS II Linea parasternal dextra
Batas pinggang jantung ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Apex jantung ICS V Linea Aksilaris Anterior
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : cekung, sikatrik (-), hematom (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : thympani diseluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Genital
Tampak Benjolan pada Regio Ani
Ekstremitas
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), CRT < 2”
Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak kaki pucat (-), turgor kembali lambat (-),
CRT < 2”
5
Status Lokalis :
Regio Ani
a. Inspeksi : tampak benjolan berbentuk bulat tidak rata berwarna
kemerahan berukuran sekitar 3x3x3 cm
b. Palpasi : nyeri tekan (+) konsistensi kenyal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG (25 Januari 2021)
6
Interpretasi EKG:
- irama : Sinus
- axis : normoaxis
- Laju : 92x/m
- Kelainan :-
Hasil pemeriksaan :
7
- Infiltrat dan cavitas serta konsolidasi di kedua apex pulmo, parahiller
bilateral
- Konsolidasi inhomogen di parahiller dan paracardial bilateral
Kesan: TB aktif dengan Pneumoni bilateral susp. e.c Viral Pneumoni
RESUME
Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,
warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu
makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan
keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien
berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas
sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien
melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh
sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih
kurus karena berat badannya menurun.
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas
muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga
mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien
8
dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL
RSMP.
Vital Sign :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 110 kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
RR : 28 kali/menit
Temperatur : 37,80C
Pada pemeriksaan paru didapatkan stemfremitus kanan < kiri, redup di
apex paru kanan dan ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan dan
lapangan bawah paru kiri. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
epigastrium, turgor kulit kembali lambat.
DIAGNOSA BANDING
Susp. TB Paru Kasus Putus Obat
PPOK
Pneumonia
DIAGNOSA KERJA
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
Susp. Covid 19
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
PENATALAKSANAAN
A. Planning Diagnostic + Monitoring
Raber dokter spesialis Bedah, Paru, dan Penyakit Dalam
Instruksi dr Spesialis Bedah
- Rencana Operasi
- Swab PCR sebelum operasi
- Sebelum operasi, Hb harus diatas 10. Transfusi sesuai arahan
Spesialis Penyakit dalam
9
- Jika hasil swab PCR (+), tunda operasi, alih DPJP ke dr Spesialis
Paru sampai hasil swab PCR (-)
Instruksi dr Spesialis Paru
- Cek sputum GenXpert
- Cek SGOT, SGPT, Ur, Cr
- Saran tunda operasi sampai 2 minggu pemberian OAT
Instruksi dr Spesialis Penyakit Dalam
- Rencana transfusi PRC 500cc dengan premed furosemide 1 amp
jika TD bagus
Non farmakologis
- Observasi KU & vital sign
- O2 nasal 3L/menit
- Diet DM
Farmakologi
Instruksi dr Spesialis Bedah
- IVFD RL 500cc / 12 jam
- Drip ketorolac 2x1 (jika skala nyeri >5)
- Ardium 3x1 tablet
10
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
11
Follow Up
12
Pemeriksaan Hasil Cek H2TL post Tranfusi
Hemoglobin 8,7 PRC 500cc
Leukosit 13.500
Hematokrit 29%
Trombosit 710.000
Gula Darah Sewaktu 141
A SGOT Covid
10 19 terkonfirmasi
SGPT 10 e.c Hemmoroid interna gr IV
Anemia
Ureum 0,70
Creatinin TB14Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
13
Instruksi dr Spesialis Paru
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x1600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
Instruksi dr Spesialis Penyakit Dalam
Rencana transfusi PRC 2 kantung kembali
dengan premed furosemide 1 amp jika TD
bagus
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
New diatabs 3x2 tablet (jika BAB sudah tidak
cair di STOP)
14
Keluarga Pasien sudah ke RS Haji untuk melakukan test genXpert tetapi tidak
tersedia
Pasien belum mendapatkan PRC untuk Tranfusi
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
15
S Benjolan pada anus (+) tidak mengecil, nyeri
pada benjolan (+) semakin berkurang, batuk
(+) tidak berdahak dan berdarah, lemas (+)
BAB normal tidak cair dan tidak terdapat darah
maupun lendir, lemas, keluhan lain (-)
O: Keadaan umum
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 90x/menit
Pernapasan 20x/menit
Temperatur 37ºC
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 9,2
Leukosit 13.300
Hematokrit 30%
Trombosit 801.000
Gula Darah Sewaktu 94
SGOT 20
SGPT 12
Ureum 0,77
Creatinin 1
CRP 25,1
D-Dimer 1002
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
16
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
17
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 9,0
Leukosit 11.800
Hematokrit 29%
Trombosit 784.000
Gula Darah Sewaktu 161
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
18
Sangobion 1x1
As. Folat 3x1
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 9,5
Leukosit 12.200
Hematokrit 30%
Trombosit 774.000
Gula Darah Sewaktu 143
19
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
20
Instruksi dr Spesialis Paru
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
21
Pemeriksaan Head to Toe Conjungtiva anemis(-)
Pada regio ani masih tampak benjolan
berbentuk bulat tidak rata berwarna kemerahan
berukuran sekitar 2x2x2 cm, nyeri tekan (-)
konsistensi kenyal.
Hasil genXpert
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
22
Instruksi dr Spesialis Paru
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
23
konsistensi kenyal.
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 11,5
Leukosit 8.100
Hematokrit 35%
Trombosit 686.000
Gula Darah Sewaktu 151
SGOT 36
SGPT 43
Ureum 16
Creatinin 0,88
CRP 23,2
D-Dimer 965
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
24
Drip ketorolac 2x1 (jika skala nyeri >5)
Ardium 3x1 tablet
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
25
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
Hari ke 11
27
Instruksi dr Spesialis Paru
Obat
Rencana Aff infus lapor ke Sp.Pd dan SP.B
Terapi OAT lanjut
Avigan 2x600mg
Bcomzet 1x1
HiD 1x5000U
Vit E 1x200U
Hari ke 11 Swab PCR
Hari ke 12
28
A Covid 19 terkonfirmasi
Anemia e.c Hemmoroid interna gr IV
TB Paru Klinis Kasus Putus Obat
P Observasi KU dan Vital Sign
O2 Nasal 3L/m bila sesak
IVFD RL 500cc/12 jam
29
Ardium 3x1 tablet
Ketorolac stop ganti As. Mefenamat 3x1 (kalau
perlu)
Pencegahan
30
4. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke
ruang tidur dan ruangan lainnya.
5. Imunisasi BCG pada bayi.
6. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.
7. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
BAB III
ANALISA KASUS
TEORI KASUS
TB paru adalah infeksi kronik pada Batuk ≥ 3 minggu,
paru yang disebabkan oleh basil Timbul sesak nafas setelah batuk-
Mycobacterium Tuberculosis, batuk
ditandai dengan pembentukan Sering berkeringat saat sore dan
granuloma dan adanya reaksi malam.
hipersensitifitas tipe lambat. Sumber Sering demam, tidak tinggi, naik
penularan umumnya adalah penderita turun disertai menggigil terutama
Tb yang dahaknya mengandung Basil malam hari.
Tahan Asam(BTA). Nafsu makan menurun.
Diagnosis tuberkulosis paru dapat Berat badan menurun.
ditegakkan berdasarkan gejala
klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks,
pemeriksaan sputum BTA dan
laboratorium penunjang.
31
Demam, tidak tinggi, naik
turun, terutama pada sore dan
malam.
Sering berkeringat pada sore
dan malam
Badan terasa lemah,
Nafsu makan dan penurunan
berat badan.
Gejala respiratorik
Batuk kronis, >3minggu,
kering/berdahak/berdarah.
Sesak napas, biasanya muncul
saat batuk-batuk.
Rasa nyeri dada.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan Kelainan pulmo yang dapat
fisik sangat tergantung pada luas dan ditemukan:
kelainan struktural paru. • stem fremitus kanan < kiri,
Pemeriksaan fisik dapat normal pada • redup pada paru kanan dan
lesi minimal, kelainan umumnya
sonor pada paru kiri
terletak pada daerah apikal/posterior
lobus atas dan daerah apikal lobus • ronki basah halus di seluruh
bawah. lapangan paru kanan dan lapangan
bawah paru kiri.
Kelainan yang dapat ditemukan
bentuk dada yang tidak simetris,
pergerakan paru yang tertinggal,
peningkatan stem fremitus,
redup pada perkusi,
suara napas bronkial / amforik /
vesikuler melemah, / ronkhi
basah
Dari pemeriksaan foto thorax Pada foto thorax pasien ini tampak
ditemukan ditemukan gambaran lesi TB aktif
Gambaran lesi TB paru aktif biasanya berupa infiltrate dan kavitas pada
berupa infiltrat nodular berbagai paru kanan dan kiri
ukuran di lobus atas paru, kavitas
(terutama lebih dari satu), bercak
milier ataupun adanya efusi pleura
unilateral.
Gambaran lesi tidak aktif berupa
fibrotik, atelektasis, kalsifikasi,
penebalan pleura, penarikan hilus dan
32
deviasi trakea.
33
pada malam hari, lemah, nafsu
hilang nafsu makan turun
makan, BB turun,
lemas.
34
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
Memiliki efek samping hepatotoksik.
2. Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister )
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama
untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek samping
anoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna
merah.
3. Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg
BB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.
4. Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang
sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unuk
berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.
5. Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis
30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.
Prinsip Pengobatan
1. Tahap Intensif
35
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalamkurun waktu 2
minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif
( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit ,
namum dalam jangka waktu yang lebih lama
36
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan
untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu (1)
penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
1. Katagori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ),
Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan
setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian diteruskan dengan
tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan Rifampisin ( R )
diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).
2. Katagori 2
37
Tahap intensif diberikan selama 6 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniasid (H) , Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),dan Etambutol
(E) setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4
bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu
diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita
selesai menelan obat.
Catatan:
38
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal
untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat
badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).
39
Pasien ini termasuk dalam kategori kasus putus obat, jadi perlu diobati
dengan OAT kategori II, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Etambutol dan Streptomisin selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4
bulan Rifampisin, INH dan Etambutol.
DAFTAR PUSTAKA
40
8. Depkes RI. 2001. Pedoman Umum Promosi
Penanggulangan Tuberculosis, Jakarta , 2001
41