Anda di halaman 1dari 9

Jurnal

Kardiologi Indonesia
J Kardiol Ind 2007; 28:445-453
Laporan Kasus ISSN 0126/3773

Infark Miokard Ventrikel Kanan

Starry H. Rampengan*, Eko Antono**

Infark miokard merupakan penyebab utama kematian ini menjalar sampai ke dada tengah, lamanya lebih
pada orang dewasa di seluruh dunia. Infark ventrikel dari 30 menit. Pasen merasa lemah dan keluar keringat
kanan (right ventricle, RV) biasanya menyertai infark dingin, sampai ke tangan dan kakinya. Juga timbul
inferior pada 30-50% kasus, dan infark anterior pada sakit kepala (pusing) dan mual muntah 3 kali, berupa
10% kasus. Beberapa komplikasi dapat menyertai cairan dan sisa-sisa makanan tanpa darah. Delapan
infark inferior yang disertai infark RV, komplikasi ini jam kemudian pasien berobat ke mantri dan diberi
dapat menimbulkan kematian. Berikut akan disampai- beberapa macam obat maag, namun tidak ada
kan contoh kasus dengan permasalahnya, dan perubahan. Sepuluh jam kemudian setelah merasa tak
pembahasan tentang tatalaksana yang benar. ada kemajuan, pasen berobat ke dokter umum di
rumah sakit POLRI Lembang, dan dikatakan ada
gangguan jantung sehingga perlu dirujuk ke RSHS.
Ilustrasi Kasus Dalam persiapan berangkat ke RSHS inilah pasen
mengalami penurunan kesadaran secara berangsur,
Perempuan usia 65 tahun, sehari-hari hidup sebagai hingga koma.
ibu rumah tangga, datang di unit gawat darurat Riwayat diabetes mellitus (DM) tidak diketahui,
rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung atas pasen melahirkan 3 orang anak normal tanpa masalah.
rujukan rumah sakit POLRI Lembang, dengan Sejak sebelas tahun yang lalu pasen memang sering
penurunan kesadaran. Dari allo-anamnesis diperoleh mengeluh badan lemah, tetapi tidak pernah menjalani
keterangan bahwa, sejak 24 jam sebelumnya, saat pemeriksaan laboratorium. Ia hanya berobat di
bangun tidur pasen mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri Puskesmas, dan dikatakan tekanan darah tinggi, pernah
mencapai tekanan sistolik 170. Meskipun sudah
mendapat obat, pasen tidak kontrol rutin dan 4 bulan
terakhir tak ada obat yang ia minum. Riwayat penyakit
jantung koroner, meninggal mendadak dan DM dalam
keluarga tak diketahui.
* Peserta Program Studi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak
Darah Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas sakit berat, dengan kesadaran somnolen. Pasen terlihat
Kedokteran Universitas Indonesia gemuk/overweight (berat dan tinggi tak diukur),
** Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
tekanan darahnya 70/40 mmHg, nadi 36 kali/menit,
Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
irreguler dengan pengisian lemah. Pernafasan 20 kali/
Alamat korespondensi: menit, suhu 35ºC. Pada pemeriksaan kepala
Starry H. Rampengan, Peserta Program Studi Dokter Spesialis konjungtiva tampak pucat, sklera tidak ikterik. PCH
Jantung dan Pembuluh Darah, Departemen Kardiologi dan (-), SPO (+). JVP 5 + 4 cm, tak ada pembesaran kelenjar
Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia getah bening. Toraks bentuk dan geraknya simetris.

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007 445


Jurnal Kardiologi Indonesia

Ictus cordis di sela iga V kiri, di garis mid klavikula kali permenit, sensitivitas 1MV, output 1MA.
kiri, tidak kuat angkat. Pemeriksaan jantung dan paru Angiografi koroner memperlihatkan oklusi total di
dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen teraba bagian proksimal RCA sebelum percabangan arteri SA
hepar 4 cm di bawah arkus kosta dan prosesus Node, dan stenosis 90% di D1, tekanan diastolik akhir
xyphoideus, tumpul, kenyal dan rata, selebihnya ventrikel kiri (LVEDP 10 mmHg). Dilakukan dilatasi
normal. Ekstremitas: kedua tungkai tidak udema, pada RCA tanpa dipasang stent, residual stenosis 10%,
tetapi dingin di akral dengan pulsasi nadi yang lemah aliran TIMI 3.
dan kukunya agak sianosis. Selanjutnya pasien dirawat di ICCU, dengan
Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin 9,5 gr/dL, terapi: Heparin selama 5 hari, Dobutamin 10 ug/
leukosit 11.300/mm3, trombosit 170.000/mm3, kgBB/menit i.v, ticlopidin 2 x 1 tablet selama 7 hari,
hematokrit 31%. Ureum 56 mg/dL, Kreatinin 2,25 Tromboaspilet 100 mg/12 jam, antibiotik Ceftriaxone
mg/dL, gula darah sewaktu 519 mg/dL, Natrium 2 gr per 12 jam iv, rencana pemberian ISDN dan
128mEq/L, Kalium 3,9 mEq/L, Calcium 4,3 mEq/ amlodipin ditunda mengingat tekanan darah pasien
L, Magnesium 3,3 mEq/L, CKMB 129,1 U/L, terlalu rendah.
Troponin T 2,0 (+) ng/ml. Berat jenis plasma 1,037 Hasil CT scan otak normal. Gula darah berhasil
dengan osmolaritas 298,16. Urine : berta jenis 1,025, dikontrol 12 jam kemudian, tekanan darah berkisar
PH 5.0, protein 500 (+++), reduksi (++++), bilirubin 80-90/50 mmHg, tanda gagal jantung kanan
(-), urobilinogen <1, keton (-), eritrosit 3-5/lpb, berkurang, tetapi kesadaran pasien tetap tidak
leukosit 4-6/lpb, epitel 3-4/lpk. membaik. Produksi urine kurang dari ½ ml/kg BB/
Elektrokardiogram memperlihatkan irama sinus jam, kadar ureum dan kreatinin terus meningkat, dan
dengan blok AV derajat III, QRS 35 kali/ menit, ST analisis gas darah memperlihatkan asidosis metabolik
elevasi 1-2 mm di II,III, aVF, V3R, V4R, Qs di II,III, dengan kompensasi respiratorik. Setelah perawatan 24
aVF, V3R, V4R, dengan VES unifokal infrekuen. Foto jam di ICCU, pasien mengalami gagal nafas, apneu
toraks PA memperlihatkan jantung sedikit membesar, disertai penurunan tekanan darah. Pernafasan pasen
dengan dugaan udem paru ringan. dibantu dengan ventilasi mekanik, dosis dobutamin
Diagnosis kerja yang ditegakkan saat itu: syok dinaikkan, volume cairan ditambah, tetapi tekanan
kardiogenik pada Infark miokard akut ST elevasi di darah tetap cenderung turun. Akhirnya terjadi henti
dinding inferior dan infark ventrikel kanan, dengan jantung yang tak berhasil diresusitasi.
komplikasi blok AV derajat 3. DM tipe 2 (diagnosis
banding hiperglikemi reaktif ), chronic kidney disease
(CKD) akibat nefropati DM, dan anemia. Somnolen Diskusi.
akibat gangguan metabolik hipoperfusi, hipoksia atau
hiperglikemi (sesuai hasil konsultasi neurologi, dan Infark Inferior dan Ventrikel Kanan
dianjurkan CT scan).
Pasen kemudian diberi oksigen nasal 3 liter/menit a. Patofisiologi Infark Ventrikel Kanan
dan diinfus NaCl 0,9 % sebanyak 1 liter - sesuai RV merupakan ruang jantung berdinding tipis,
respons hemodinamik, heparin 60 U/KgBB iv bolus berfungsi pada tekanan dan kebutuhan oksigen yang
dilanjutkan 12 U/KgBB/jam, Aspilet 80 mg/ 12 jam rendah. Secara anatomi dan fisiologi, RV didesain
per-oral, Insulin drips 1 u/jam (dosis titrasi sampai untuk melayani tekanan yang rendah dari sirkulasi
target GD 200 mg/dl), sulfas atropine i.v. 0.25 mg. pulmonal. Massa otot RV hanya 15% dari massa
Direncanakan pemasangan TPM dan CT scan untuk ventrikel kiri (left ventrikel, LV), dan kekuatan kerja
menyingkirkan stroke. Diberikan diet jantung I, diet RV hanya 25% dari kekuatan LV. Tetapi RV
DM 1700 kal/hari dengan KH 60 % dan dilakukan mempunyai curah jantung yang sama dengan LV.
pemeriksaan gula tiap 2 jam, K tiap 4 jam, urine Cabang posterior desending dari RCA biasanya
lengkap, PT dan APTT. memperdarahi dinding bagian inferior dan posterior
Enam jam setelah upaya menstabilkan kondisi RV, serta septum interventrikular posterior; sedangkan
pasen di UGD, dilakukan CT scan dan pemasangan cabang marginal memperdarahi dinding lateral RV.
pacu jantung temporer, angiografi koroner dengan Dinding anterior RV mempunyai suplai ganda, yakni
standby PTCA. Delapan jam sejak pasien datang di dari cabang konus RCA dan arteri cabang moderator
UGD pacu jantung terpasang dengan laju pacing 80 dari LAD. Oleh sebab itu, infark RV umumnya

446 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007


Rampengan SH dkk. Infark Miokard Ventrikel Kanan

mengenai septum posterior dan dinding inferior, RV biasanya menyertai 30-50% infark inferior dan
posterior RV, tidak pada dinding bebas RV. Kontraksi 10% infark anterior LV. Seseorang dikatakan
dinding anterior RV biasanya masih baik, karena mengalami serangan IMA, jika didapati 2 dari 3 kriteria
banyaknya kolateral. Aliran darah kolateralnya juga berikut :
didapat dari vena thebesian dan difusi oksigen langsung - Nyeri dada khas infark. Nyeri dada akibat IMA
melalui dinding ventrikel. biasanya berlangsung lebih dari 20 menit,
Korelasi langsung muncul antara sisi anatomi dari retrosternal, bisa di tengah atau di dada kiri,
oklusi RCA dan luas infark RV, semakin proksimal menjalar ke rahang, punggung atau lengan kiri.
oklusi RCA maka semakin luas daerah infark RV. RV Rasa nyeri ini dapat digambarkan oleh pasen
seperti kantung yang dikelilingi oleh LV, dan sebagai rasa tertekan benda berat, diremas-remas,
dipisahkan dari LV oleh septum interventrikularis dan rasa terbakar atau ditusuk-tusuk. Kadangkala rasa
perikardium. nyeri ini terasa di daerah epigastrium, sehingga
Karena RV merupakan pompa darah dengan sering disalah interpretasikan sebagai dispepsia.
tekanan rendah, maka kontraktilitasnya sangat Keluhan nyeri dada seringkali diikuti keringat
tergantung pada tekanan diastolik. Ketika kontrak- dingin, rasa mual dan muntah, rasa lemas, pusing,
tilitas dan fungsi diastolik terganggu akibat infark RV, rasa melayang, bahkan pingsan karena rangsang
maka curah RV akan menurun secara dramatik, parasimpatis. Jika gejala-gejala ini timbul tiba-tiba
tekanan diastolik RV meningkat secara substansial dan dengan intensitas yang tinggi, kecurigaan terhadap
tekanan sistolik turun. Kenaikan tekanan diastolik RV IMA harus pikirkan.
diikuti oleh kenaikan tekanan atrium kanan dan Pada pasen yang sudah diketahui menderita
kongesti vena sistemik. Jika disfungsi RV juga diikuti penyakit jantung koroner, peningkatan kualitas
oleh disfungsi LV, maka terjadi peningkatan beban nyeri dada merupakan indikasi adanya plak
akhir (afterload) RV yang akan memperburuk kondisi ateroma yang tidak stabil yang dapat memburuk
RV. Peningkatan tekanan atrium kanan oleh karena menjadi IMA. Pada pasen DM, usia lanjut, dan
infark RV, merangsang sekresi natriuretik atrial, yang perempuan, keluhan mungkin tidak khas, seperti
akan memperburuk gejala klinik infark RV. Penurunan sesak napas, nyeri ulu hati, mual, muntah dan
curah RV mengakibatkan penurunan beban awal nyeri dada atipikal.
(preload) LV, dan hilangnya sikronisasi atrioventrikular. - Perubahan EKG. Perubahan EKG yang terjadi
Tekanan atrium kanan yang tinggi pada infark RV berupa perubahan segmen ST (baik elevasi
diassosiasikan dengan tingginya angka kematian selama ataupun depresi) dengan cut off point > 0,2 mV
perawatan. pada infark dinding anterior, septal dan lateral,
Jika sumbatan terjadi sebelum cabang marginal atau > 0,1 mV pada infark dinding inferior,
RCA dan tidak ada cabang kolateral dari LAD, maka posterior dan RV; minimal pada 2 lead yang
ukuran infark RV biasanya luas. Luasnya infark RV berkaitan)
juga tergantung dari berapa banyak aliran yang - Kenaikan ensim jantung. Kenaikan enzim jantung
melewati vena thebesian. lebih dari nilai normal (CKMB > 2 kali nilai
normal; Troponin T > 0,1).
b. Diagnosis Infark Ventrikel Kanan Seseorang dikatakan mengalami STEMI inferior
Infark miokard akut (IMA) didefinisikan sebagai jika pada elektrokardiografi didapat elevasi segmen ST
nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak > 0,1mV minimal pada dua lead dari lead II, III dan
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut aVF. Sedangkan infark RV ditunjukkan oleh adanya
arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar elevasi segmen ST pada V3R dan/atau V4R > 1 mm1,5,6
disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri disamping adanya pola QS atau QR > 0,04 detik pada
koroner, yang kemudian diikuti oleh terjadinya lead V3R dan/atau V4R.1,5
trombosis, vasokonstriksi, reaksi inflamasi dan Pasen yang kami laporkan dikatakan mengalami
mikroembolisasi distal. Meski jarang, sumbatan akut serangan infark, karena: 1) ada nyeri ulu hati, keringat
ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, dingin, mual muntah, 2) EKG memperlihatkan elevasi
emboli atau vaskulitis. ST 1-2 mm di II,III, aVF, V3R, V4R; Qs di II,III,
Infark miokardium merupakam penyebab utama aVF, V3R, V4R, disertai komplikasi gangguan irama,
kematian pada orang dewasa di seluruh dunia. Infark yaitu blok AV total, serta 3) kenaikkan enzim jantung

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007 447


Jurnal Kardiologi Indonesia

melebihi nilai normal (CKMB : 129,1 U/L, dan Kegagalan ini biasanya ditemukan bersama dengan
Troponin T 2,0 ng/m). infark miokardium inferior luas yang disertai infark
Infark RV dicurigai pada pasen dengan IMA ventrikel kanan.
inferior jika ditemukan trias: hipotensi, tidak ada ronki
pada paru dan tekanan vena jugularis meningkat. Syok Kardiogenik
Walaupun tanda-tanda ini tidak sensitif (<35%) Penyebab syok kardiogenik antara lain adalah infark
namun cukup spesifik.2,4-6 Peningkatan vena jugularis miokardium akut anterior luas dengan atau tanpa
atau adanya tanda Kussmaul (distensi vena jugularis ruptura katup, infark inferior dan ventrikel kanan,
pada saat inspirasi) merupakan tanda yang sensitif dan aritmia, atau gagal jantung kongestif yang hebat. Pasien
spesifik adanya infark RV pada penderita dengan IMA dapat mengalami nyeri dada, edema paru, atau
inferior. Tanda ini mencerminkan peningkatan tekanan kematian mendadak.
pengisian ventrikel kanan. Namun seringkali tanda- Syok kardiogenik ditandai oleh tekanan sistolik
tanda ini tidak ditemukan pada saat deplesi cairan, yang turun kurang dari 90 mmHg dan keluaran urine
dan baru terlihat setelah pemberian cairan yang < 20-30 ml/jam. Secara hemodinamik, pasen ini
adekuat. Adanya perubahan EKG infark pada sadapan memperlihatkan bukti indeks curah jantung yang
dada kanan (V4R) juga sangat mendukung diagnosis. rendah, peningkatan resistensi pembuluh darah
Sementara manifestasi infark RV sangat bervariasi dari sistemik, dan peningkatan tekanan pengisian.
asimptomatik sampai syok kardiogenik.4
Ekokardiografi sangat membantu diagnosis infark Blok AV derajat 2 atau 3
RV pada kondisi klinis dan EKG yang tidak Blok AV derajat III (Blok AV Total) pada infark inferior
mendukung. Ciri khasnya: dilatasi RV dengan gerak akut umumnya didahului blok AV derajat II yang
asinergi mulai hipokinetik sampai akinetik, dan bermanifestasi sebagai irama nodal dengan kompleks
gerakan interatrial dan interventrikular yang abnormal, QRS normal dan frekuensi 50-60 x/menit. Curah
akinesis atau diskinesis segmen dinding, dan jantung umumnya tidak terlalu banyak turun dan
menurunnya fungsi sistolik serta dapat pula ditemukan prognosisnya relatif lebih baik. Akan tetapi bila terjadi
adanya pirau dari kanan ke kiri melalui patent foramen blok AV derajat III prognosisnya jelek. Blok AV total
ovale. Temuan ini harus dicurigai jika terdapat hipoksia ini disebabkan oleh nekrosis luas jaringan konduksi
yang persisten dan tidak memberikan respon baik yang sering menyertai infark inferior akut yang luas.
dengan pemberian oksigen pada penderita dengan Gangguan hemodinamik yang berat sering terjadi, dan
infark RV. Atrium kanan juga dilatasi disertai angka mortalitasnya sangat tinggi walaupun dipasang
regurgitasi katup trikuspid akibat dilatasi annulus pacu jantung. Mortalitas umumnya disebabkan oleh
trikuspid.1,2,4,5 gagal jantung yang berat.
Bila terjadi blok AV, perlu dipasang pacu jantung
c. Komplikasi Infark Ventrikel Kanan terutama bila tidak respon dengan sulfas atropin,4
Pasen infark inferior dan RV dalam perjalanannya idealnya dipasang pacemaker dual-chamber.5
dapat mengalami komplikasi: aritmia berupa blok AV Pada penderita ini dari pemeriksaan fisik didapatkan
derajat 2 atau 3, atrial fibrilasi, formasi trombus trias hipotensi, peningkatan tekanan vena jugularis, tanpa
ventrikel kanan dan emboli pulmonal, gagal jantung terdengar ronki pada paru; sedangkan EKG tampak irama
kanan, ruptur septal ventrikel serta syok kardiogenik.6 sinus dengan blok AV derajat III, elevasi ST dan
Penyulit ini pada akhirnya akan menyebabkan iskemik gelombang QS di II, III, avF, V3R, V4R, kesemuanya
dan kerusakan sel dan jaringan berbagai organ tubuh, ini merupakan tanda khas infark RV yang menyertai
yang berakhir dengan kegagalan fungsi multi organ infark inferior. Disamping itu juga disertai keringat
yang fatal. dingin, akral dingin, frekuensi nadi yang pelan dengan
pulsasi yang lemah, penurunan kesadaran (somnolen),
Gagal jantung kanan oliguri dan hipotensi (syok), menandai penurunan curah
Gagal jantung kanan terjadi bila kerusakan sel miokard jantung yang hebat akibat gagal jantung kanan.
ventrikel kanan cukup luas, sehingga menekan fungsi Pemeriksaan angiografi koroner mengkonfirmasi oklusi
sistolik ventrikel kanan. Kondisi ini ditandai adanya total RCA proksimal. Pada sadap jantung juga dibuktikan
bendungan vena sistemik berupa JVP yang meningkat, bahwa LVEDP dalam batas normal, sehingga kegagalan
hepar yang membesar, sampai udema pada tungkai. fungsi jantung kiri dapat disingkirkan.

448 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007


Rampengan SH dkk. Infark Miokard Ventrikel Kanan

d. Tatalaksana Infark Ventrikel Kanan Nitroprusid, Hydralazin) sering dibutuhkan untuk


American College of Cardiolog y/American Heart “unload” ventrikel kiri dan kemudian ventrikel kanan.
Association dan European Society of Cardiology pada 5. Pemberian inotropik
tahun 2004 mengeluarkan pedoman tatalaksana infark Meskipun pemberian cairan merupakan langkah
akut dengan elevasi ST. 5 Khusus untuk infark inferior pertama dalam tatalaksana hipotensi pada infark RV,
dengan infark RV, anjurannya sebagai berikut: inotropik khususnya dobutamin harus segera
1. Reperfusi diberikan jika curah jantung sama sekali tidak
Untuk infark inferior yang disertai infark RV, terapi mengalami perbaikan setelah pemberian cairan 0,5
reperfusi dini baik berupa pemberian Trombolitik/ sampai 1 liter. Dobutamin dapat meningkatkan curah
Fibrinolitik dan Percutaneous Transluminal jantung, indeks isi sekuncup dan fraksi ejeksi RV.
Coronary Angioplasty (PTCA) primer, terbukti
dapat mengurangi luasnya infark, memperbaiki Pada kasus ini, mungkin pemberian dobutamin
fraksi ejeksi ventrikel kanan, dan mengurangi agak terlambat. Sesuai Guideline STEMI ACC/AHA
kejadian blok AV komplit, sehingga dapat 2004, semestinya setelah diberikan cairan garam
memperbaiki angka harapan hidup serta kualitas fisiologis 1-2 liter secara agresif dalam 1 jam pertama
hidup. Sehingga pada infark inferior dan RV yang dan tidak menunjukkan perbaikan curah jantung;
terjadi kurang dari 12 jam, dianjurkan untuk maka segera diberikan dobutamin. Pemberian
dilakukan trombolitik, alternatif pilihan yang dobutamin dititrasi dengan kecepatan 2,5 ug/kg/
paling baik adalah Percutaneous Coronary menit, bertahap dinaikkan sampai mencapai dosis 20
Intervention (PCI) yang dapat menghasilkan ug/kg/menit; sambil tetap diberikan cairan garam
perbaikan hemodinamik lebih cepat. Coronary fisiologis 200 ml/jam.5 Tindakan ini dapat dilakukan
artery bypass graft (CABG) perlu dipertimbangkan sambil menunggu persiapan pemasangan alat pacu
terutama pada pasen dengan multivesel disease dan/ jantung yang perlu dipasang segera. Pasen ini onset
atau left main stenosis. serangan infarknya lebih dari 24 jam, sehingga
2. Sinkronisasi kontraksi atrium dan ventrikel dan pemberian trombolitik tidak akan ada manfaatnya.
mengatasi bradikardi dengan menggunakan alat Untuk mencegah kerusakan miokard lebih luas,
pacu jantung tindakan reperfusi dengan PTCA semestinya cepat
3. Pertahankan beban awal (preload) ventrikel kanan dilakukan, dan sebaiknya dalam dukungan IABP bila
Pada infark inferior akut disertai infark RV curah jantung tetap rendah; sayangnya alat ini tak
dibutuhkan 1-2 liter normal saline dalam 1 jam tersedia. Tindakan PTCA dapat dilakukan pada saat
pertama, dan kemudian 200 ml tiap jam berikutnya. pemasangan pacu jantung, diawali dengan pemberian
Sesuai hukum Starling, curah jantung berbanding obat anti trombotik secara oral golongan antagonist
lurus dengan RVEDP. Pemantauan hemodinamik reseptor adenosine difosfat (clopidogrel). Obat ini bekerja
secara seksama sangat diperlukan pada saat pada jalur ASA-tromboksanA2 dengan menghambat
pemberian cairan intravena ini. Pemantauan ADP (adenosine di phospat), sehingga mencegah
pemberian cairan ini sebaiknya dilakukan dengan agregasi trombosit. Dosis pembebanan diberikan 300
kateter arteri pulmonalis. Tujuannya adalah mg, dan tetap diberikan selama minimal 3 bulan dan
meningkatkan tekanan atrium kanan (RAP) dan sebaiknya hingga 1 tahun pasca PTCA, dengan dosis
tekanan pulmonary wedge (PCWP), sehingga 75 mg perhari. Selain itu, sebaiknya juga ditambahkan
diharapkan dapat memperbaiki curah jantung. antagonis reseptor GpIIb/IIIa pada pasen ini; karena
Pemakaian obat-obat opiad (morfin), nitrat, berdasarkan studi EPILOG, Capture dan Gusto IV
diuretik dan ACE inhibitor harus dihindari, karena ACS, penggunaan antagonis reseptor GpIIb/IIIa
dapat menurunkan preload. sebelum PCI (penggunaan upstream) sangat ber-
4. Kurangi beban akhir (afterload) ventrikel kanan yang manfaat dalam menurunkan resiko kematian atau
disertai disfungsi ventrikel kiri. Pada infark RV yang infark miokard. Reseptor GpIIb/IIIa merupakan
disertai disfungsi ventrikel kiri, keadaan akan semakin reseptor penting pada proses akhir agregasi trombosit,
memburuk karena terjadi peningkatan afterload dan karena akan berikatan dengan fibrinogen plasma dan
penurunan isi sekuncup RV. Pada keadaan demikian, faktor von willenbrand. Ikatan ini akan menjadi
pemasangan Intra-aortic balloon counter pulsation jembatan antar trombosit yang berdekatan untuk saling
(IABP) dan obat-obatan vasodilator arterial (Natrium berikatan, membentuk trombus. Pada saat PTCA

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007 449


Jurnal Kardiologi Indonesia

dilakukan sebaiknya obat antagonis reseptor GpIIb/ penurunan berat badan; serta baal-baal, kesemutan,
IIIa masih diinfuskan sehingga inhibisi trombosit gatal-gatal, impotensi, penglihatan menurun dan
dipertahankan dengan baik.6 sebagainya)
Pada saat PTCA ditemukan adanya trombus di b. pemeriksaan fisik adanya temuan komplikasi DM
bagian distal RCA pasen ini, alangkah baiknya jika (retinopati diabetika, ulkus/ gangren diabetik foot,
trombus disedot (suction), karena berpotensi sellulitis), dapat juga dilakukan pemeriksaan kadar
menyebabkan terjadinya embolisasi dan restenosis di HbA1c.5
bagian lebih distal. Juga sebaiknya dipasang stent c. Stress hyperglycemia yang seringkali terjadi pada
setelah dilakukan dilatasi dengan baloon. pasen kritis/sakit berat (critically ill patients). Reaksi
Kateter Swan-Ganz untuk memantau tekanan ini tidak hanya terjadi pada non DM, tetapi juga
wedge kapiler pulmonal (PCWP) juga semestinya pada pasen DM.
dipasang, tekanan ini merupakan pengukur tak Pada pasen ini, tak dapat dilakukan anamnesis
langsung LVEDP; sehingga pemberian cairan dapat tentang riwayat DM, allo anamnesis pun tak jelas.
lebih cermat. Disamping itu, kateter ini juga dapat Namun dari data yang ada, pasen diketahui sering
dihubungkan dengan mesin pengukur curah jantung. mengeluh lemah badan sejak sebelas tahun silam, kadar
gula darah 519 mg/dL, pada urine didapatkan
e. Prognosis Infark Ventrikel Kanan proteinuria (+++), Reduksi (++++)/glukosuria (+++)
Adanya iskemia RV yang terbukti melalui kriteria dan keton (-). Kemungkinan besar pasen memang
noninvasif berhubungan secara bermakna dengan sudah mengidap DM sejak lama dan tak terkontrol
peningkatan morbiditas dan mortalitas jangka pendek baik, disertai komplikasi nefropati DM. Pemeriksaan
maupun jangka panjang.4,7,8 Perbaikan klinis maupun kadar HbA1c semestinya dapat membantu memasti-
hemodinamik dapat terjadi pada pasen dengan kan hal ini. Pasen ini kemudian mengalami komplikasi
disfungsi RV setelah beberapa minggu atau bulan. Hal makrovaskuler berupa infark miokard inferior dan RV
ini kemungkinan berhubungan dengan perbaikan disertai penurunan curah jantung yang berat, berakibat
disfungsi ventrikel kiri, sehingga dapat mengurangi keadaan yang disebut stress hiperglikemia. Dengan
afterload ventrikel kanan.4 adanya kadar gula darah sewaktu yang demikian tinggi
Adanya infark RV yang menyertai infark inferior pada pasen ini, mungkin pasen mengidap DM tipe 2
berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas dengan stress hiperglikemia
secara signifikan 35-40%.4 Penelitian Zehender dkk,
mendapatkan peningkatan angka mortalitas infark Mekanisme Terjadinya Stress Hyperglycemia
inferior yang disertai infark RV sebesar 36% dibanding- Stress hyperglycemia sangat berhubungan dengan
kan 6% bila tanpa infark RV.7 Penelitian serupa oleh respon metabolik terhadap stress atau injury
Bueno dkk. pada kasus yang berusia >65 tahun (trauma), yang merupakan interaksi kompleks
mendapati case fatality rate lebih tinggi pada pasen melibatkan beberapa mediator, termasuk sistem
dengan infark RV, yakni 47% dibandingkan 10% bila neurologi, hormon, dan messenger sitokin. Kondisi
tanpa infark RV. Ia juga mendapatkan perbedaan yang memicu respon metabolik ini antara lain
kejadian komplikasi lain, yaitu syok kardiogenik (52% trauma, sepsis, atau pembedahan. Sebenarnya
vs 5%), blok AV komplit (43% vs 9%), dan ruptur respons ini merupakan respon fisiologis yang
septum interventrikular (9% vs 0%). Sekitar 80 - 90% karakteristik, dalam upaya mempertahankan
pasien yang mengalami syok kardiogenik meninggal kehidupan sel. Secara sederhana respon metabolik
meskipun telah diberi terapi medis yang agresif.8 yang terjadi terbagi atas respon lokal dan sistemik.
Respon lokal timbul akibat reaksi neurohormonal,
Bagaimanakah regulasi gula darah pada guna meningkatkan aktifitas metabolik dan
pasien dengan infark RV? mekanisme lokal tingkat seluler. Sedangkan respon
sistemik dimanifestasikan sebagai peningkatan
Untuk membedakan apakah suatu hiperglikemia akibat “counter-regulatory hormones” seperti kortisol,
proses reaktif/stres ataukah pasen penderita diabetes epinefrin, dan glukagon, yang akan berkolaborasi
mellitus (DM), digunakan beberapa pedomaan, yaitu: dalam kaskade sitokin. Jadi, stress hyperglycemia
a. anamnesis untuk mencari tanda dan gejala DM merupakan manifestasi yang umum terjadi pada
(sering haus, sering lapar, sering kencing dan pasen kritis.

450 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007


Rampengan SH dkk. Infark Miokard Ventrikel Kanan

Faktor-faktor yang berperan meliputi: 2,3,9,10 glikosilasi immunoglobulin mengakibatkan terganggu-


• Peningkatan sekresi hormon-hormon counter- nya fungsi imunitas.3,8
regulatory, seperti: katekolamine, kortisol, Selama stress akut, katekolamin yang berlebih akan
growth hormone, glukagon menghambat sel â pankreas dalam melepas insulin dan
• Terjadinya resistensi insulin akibat meningkat- meningkatkan lipolisis sekunder; kedua hal ini
nya kadar berbagai sitokin (I-CAM1, V-CAM) menyebabkan hiperglikemia baik pada pasen DM atau
• Defisiensi insulin relatif non DM.6 ,7 Hiperglikemia atau defisiensi insulin
• Faktor iatrogenik, karena pemberian obat-obatan relatif (atau kedua-duanya) yang terjadi selama kondisi
tertentu, seperti: katekolamin, vasopresor, steroid, kritis dapat menjadi predisposisi timbulnya komplikasi
cairan infus yang mengandung dextrose, serta baik secara langsung maupun tak langsung, berupa
nutrisi enteral atau parenteral. kejadian infeksi berat, polineuropati, multiple organ
Secara klasik respon terhadap stress hiperglikemi failure, dan kematian.
digambarkan melalui dua phase; yaitu fase ebb dan fase Sebagaimana disebutkan terdahulu, pasen ini
akut (flow phase). Phase ebb terjadi 24 hingga 48 jam sudah lama mengidap DM disertai komplikasi
setelah injuri. Selama periode yang singkat ini terjadi mikrovaskular berupa nefropati diabetika 12 dan
peningkatan aktifitas saraf simpatis dan peningkatan komplikasi makrovaskuler berupa infark miokard. Dan
aksis hipofisis-hypothalamus. Sedangkan fase kedua akibat infark tersebut serta komplikasinya, maka
yang disebut fase akut atau flow phase, terjadi timbul suatu keadaan yang disebut stress hiperglikemia,
hipermetabolisme, katabolisme dan peningkatan yang menyebabkan gula darah naik tinggi (sampai 519
konsumsi oksigen. Mekanisme ini terjadi karena peran mg/dl).
mediator-mediator seperti sitokin, hormon, dan Untuk menurunkan gula darah pada pasien ini
rangsangan pada saraf afferent dari tempat injuri. sebaiknya diberikan insulin. Pada DIGAMI study
Glukosa diperlukan dalam metabolik aktif pada sistem dengan memberikan infus 500 ml 5 % glukosa dengan
saraf pusat, luka dan sistem immunologi. Asam lemak 80 IU insulin solubel (≈ 1 IU/6 ml). Dimulai dengan
merupakan cadangan energi yang tersedia untuk dosis 30 ml /jam.Kemudian diperiksa gula darah (GD)
jantung, otot, hati dan beberapa jaringan lainnya. setelah 1 jam. Laju infus diatur sesuai dengan protokol
Meskipun sebagian asam lemak ini digunakan untuk dan target kadar gula darah sewaktu 127-199 mg/dL.
keperluan glukoneogenesis, sebagian besar diperuntuk- Dilanjutkan dengan pemberian insulin subcutan (SC)
kan proses sintesis protein pada fase akut, sebagai tiga kali sebelum makan, digabung dengan medium-
termogenesis dan precussor dalam perbaikan jaringan. long insulin pada malam hari.
Dalam proses pemulihan hal ini juga terjadi, diawali Pada pasien ini regulasi gula darah dengan insulin
penurunan proses metabolik, melengkapi penurunan dimulai 4 jam setelah masuk emergensi, jadi agak
cadangan energi tubuh, dan mengatasi penurunan lambat. Sebaiknya dimulai lebih awal (setelah 1 jam
berat badan. Katabolik, proses metabolik, pengaturan rehidrasi) dan disertai dengan pemeriksaan GDS yang
cairan dan sensitifitas insulin semuanya akan kembali lebih sering (tiap jam). Pada pasien ini GDS dapat
normal ke tingkat sebelum injury dan homeostatis terkontrol dalam 24 jam, ini artinya kontrol GD cukup
baru. Dalam keadaan ini proses anabolisme menjadi baik.
lebih dominan.11
Apa penyebab kematian pada pasen ini ?
Konsekuensi akibat Stress Hyperglycemia
Konsekuensi klinis stress hyperglycemia pada pasen kritis Pasen ini didiagnosis menderita DM tipe II yang
bervariasi, salah satu yang patut diperhitungkan adalah mengalami infark dengan elevasi ST di bagian inferior
terjadinya gangguan imunitas. Hal ini berkaitan dan RV, dengan komplikasi blok AV total dan syok
dengan penurunan kemampuan-kemampuan: adhesi kardiogenik, yang diperberat dengan stress hiper-
neutrofil, daya kemotaksis, fagositosis (berhubungan glikemia. Pada keadaan curah jantung yang sangat
dengan defek intrinsik dari sel-sel PMN), dan rendah, terjadi hipoperfusi pada seluruh organ tubuh.
kemampuan membunuh mikroba oleh enzim-enzim Di otak menyebabkan penurunan kesadaran akibat
lisosomal dari sel PMN. Normalisasi kadar glukosa hypoxic ischemic brain injury. Selain itu, hiperglikemia
darah dalam 48 jam akan meningkatkan kembali menyebabkan peningkatan produksi asam laktat yang
kemampuan membunuh mikroba. Selain itu, menimbulkan asidosis intraseluler. Hal ini selanjutnya

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007 451


Jurnal Kardiologi Indonesia

mendorong dimulainya secondary injury cascade.3 Di Daftar Pustaka


hati terjadi iskhemik hepatik, di ginjal terjadi gagal
ginjal akut, yang pada akhirnya menyebabkan 1. Kalim H, Irmalita. Pedoman Tatalaksana Sindroma Koroner
kegagalan multi organ. Akut dengan ST-Elevasi, PERKI Pusat, Jakarta, 2004.
Stress hyperglycemia yang terjadi pada infark akut 2. Antman EM, Braunwald E. Acute Myocardial Infarction. In:
berhubungan dengan peningkatan mortalitas pada pasen Braunwald E. editor. Heart Disease, A textbook of cardiovascular
dengan DM maupun non DM, karena meningkatkan medicine. 6th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 2001:
kejadian gagal jantung dan syok kardiogenik. 2,5 1114-271
Disamping itu, juga meningkatnya kadar asam lemak 3. Kinch JW, Ryan TJ. Right Ventricular Infarction. N.Engl J.
bebas, dan penggunaan asam lemak tertentu oleh Med 1994;330:1211-17
miokard, dianggap sebagai mekanisme memburuknya 4. Greineder K, Strichartz GR, Lilly LS. Basic cardiac structure
iskemia dan menginduksi aritmia pada pasen infark akut and function. In: Lilly LS. Editor. Pathophysiology of heart
dengan DM.13,14 Kondisi ini mengakibatkan perluasan disease. Baltimore: Williams & Wilkins, 199: 1-23
infark, kolateral berkurang, menginduksi kematian sel 5. Ryan TJ, Antman EM, Brooks NH, Califf RM, Hillis LD,
jantung melalui apoptosis, dan menambah injuri iskemia Hiratzka LF, et al,.2004. Update: ACC/AHA Guidelines
reperfusion. Hiperglikemia juga mempengaruhi for the Management of Patients With ST-Elevation
perubahan tekanan darah, meningkatkan katekolamin, Myocardial Infarction—Executive Summary. A Report of
kelainan trombosit, dan perubahan elektrofisiologi. Pasen American College of Cardiology/American Heart Association
mengalami kejang-kejang sebelum meninggal, sayangnya Task Force on Practice Guidelines. Circulation. 2004;
tak ada data EKG, diduga telah terjadi VT/VF. VF yang 110:588-636
seringkali merupakan kejadian terminal pada penyakit 6. Van de Werf F, Ardissino D, Betriu A, Cokkinos DV, Falk E,
jantung koroner dapat terjadi pada infark miokard akut Fox KA, et al. Management of acute myocardial infarction
seperti yang terjadi pada kasus ini. Kejadian VF juga in patients presenting with ST-segment elevation. The task
meningkat dengan adanya asidosis metabolik. Disamping force on the management of acute myocardial infarction of
itu, aritmia sangat rentan terjadi oleh karena sel miokard European Society of Cardiology. European Heart Journal.
dalam kondisi tak stabil (stunning, hibernating), lalu 2003;24:28-66
timbul gangguan pembentukan impuls, apalagi pada 7. Zehender M, Kasper W, Kauder E, et al. Right ventricular
fraksi ejeksi yang rendah. Pasen ini menunjukkan infarction as an independent predictor of prognosis after acute
penurunan tekanan darah sejak beberapa jam sebelum inferior myocardial infarction. N. Engl J. Med 1993;328:
meninggal, mungkin infark RV telah menyebabkan 981-88
penurunan curah jantung yang tak membaik dengan 8. Bueno H, Palop RL, Bermejo J, Sendon L, Delcan JL. In-
tindakan PTCA. Sebagaimana diketahui dalam hospital outcome of elderly patients with acute inferior
perjalanan penyakitnya, PTCA pada pasen ini terlambat myocardial infarction and right ventricular involvement.
dilakukan. Curah jantung rendah yang berlangsung lama Circulation. 1997;96: 436-41
mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk otot jantung, 9. Hochman JS, Ingbar D. Cardiogenic Shock and Pulmonary
sehingga memperburuk fungsi pompa jantung, dan isi Edema. In: Braunwald E, Fauci AS, et al, editor. Harrison’s
sekuncup semakin rendah. Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York, McGraw-
Hill; 2003;255: 1612-7
10. Myerburg RJ, Castelanos A. Cardiovascular Collapse,
Kesimpulan Cardiac Arrest and Sudden Cardiac Death. In: Braunwald
E, Fauci AS, et al, editor. Harrison’s Principles of Internal
Telah dilaporkan kasus infark miokard inferior dan Medicine. 16 th ed. New York, McGraw-Hill; 2003;256:
ventrikel kanan pada pasen diabetes mellitus tipe 2 1618-24
yang tidak terkontrol baik. Penyulit yang terjadi berupa 11. Colucci WS, Braunwald E. Pathophysiology of Heart Failure.
blok AV total dan curah jantung rendah kurang cepat In: Braunwald E, editor. Braunwald: Heart Disease, A Textbook
ditangani, karena pasen terlambat datang, dan ketidak of Cardiovascular Medicine. 5th ed. Philadelphia, WB Saunders
siapan tatalaksana reperfusi dini serta sarana Company; 1996: 503-33
pendukung seperti IABP, pemantau curah jantung. 12. Silkensen JR, Agarwal A. Diabetic Nepropathy. In : Wilcox
Kasus seperti ini merupakan kasus sulit yang angka CS, Tisher CC, editor. Handbook of Nephrology and
kematiannya tinggi meskipun di senter maju. Hypertension. 5th ed. USA, Lippincott Williams & Wilkins;

452 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007


Rampengan SH dkk. Infark Miokard Ventrikel Kanan

2004: 43-9 14. Habib A, Neuschwander-Tetri BA. The Liver in Systemic


13. Sherlock S, Dooley J. Circulatory Failure. In: Disease of the Disease. In: Friedman SL, editor. Current Diagnosis &
liver and biliary system, 10th ed. London, Blackwell science; Treatment in Gastroenterology. 2nd ed. New York, Lange
1997;11: 194-9 Medical Books/McGraw-Hill; 2003;45: 680-3

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 28, No. 6 • November 2007 453

Anda mungkin juga menyukai