Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar Email : erikamanuela05@gmail.com Abstract Homeostasis plays a major role in the proper functioning of the body. It is regulated by different mechanisms such as osmoregulation, thermoregulation and chemical regulation by different systems in the body like respiratory system, digestive system, nervous system, urinary system. These systems maintain the stability of the body by releasing the stimulus when the hormone levels increases or decreases. The stimulus is generated; the cells act accordingly to maintain the proper functioning of the cell. Thus feedback mechanisms work and maintain the cells to meet the set point. The endocrine system has a regulatory effect on other organ systems in the human body. In the muscular system, hormones adjust muscle metabolism, energy production, and growth. In the nervous system, hormones affect neural metabolism, regulate fluid and ion concentration and help with reproductive hormones that influence brain development. Keywords: Homeostasis, Membrane Plasma, Osmosis, Sel
1. PENDAHULUAN Homeostasis adalah keadaan yang
Homeostasis merupakan mekanisme relatif konstan di dalam lingkungan internal pengaturan lingkungan kesetimbangan yang tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan dinamis di dalam tubuh hewan yang konstan. atau mekanisme pengaturan lingkungan Konsep homeostasis ini mengacu kepada kesetimbangan dinamis dalam (badan pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di organisme) yang konstan. Homeostasis dalam lingkungan cairan internal yang merupakan salah satu konsep yang paling membasuh semua sel tubuh. Karena sel-sel penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat tubuh tidak berkontak langsung dengan mengklasifkasikan mekanisme homecstasis lingkungan luar, kelangsungan hidup sel pengaturan dalam organisme. Umpan balik bergantung pada pemeliharaan lingkungan homeostasis terjadi pada setiap organisme cairan internal yang stabil yang berhubungan (Resha,2009). langsung dengan sel. Sebagai contoh, di Mekanisme dalam homeostasis diatur lingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus oleh otak terutama hipotalamus. Hipotalamus terus menerus diganti sesuai kecepatan memiliki termostat yang merespons terhadap penggunaannya oleh sel. Jadi homeostasis perubahan suhu tubuh dengan cara dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengaktifkan mekanisme yang mempertahankan lingkungan dalam yang memperbanyak hilangnya panas atau stabil. Sel tidak dapat berfungsi lebih baik perolehan panas. Sel-sel saraf yang apabila mengalami kekurangan dan kelebihan mengindera suhu tubuh terletak pada cairan. Pertukran zat antara sel-sel dapat kulit,hipotalamus itu sendiri dan beberapa terjadi bila kondisi sel ditempatkan dalam bagian lain sistem saraf. Beberapa diantaranya suatu larutan dengan berbagai macam adalah reseptor panas yang memberi sinyal konsentrasi yang bersifat isotonis, hipotonis, kepada termostat di hipotalamus ketika suhu maupun hipertonis. kulit atau darah meningkat. Sedangkan Osmosis adalah proses perpindahan zat reseptor dingin bekerja mensinyal termostat pelarut dari konsentrasi terlarut rendah ke ketika suhu tubuh menurun.Proses ini akan konsentrasi terlarut tinggi melalui membran terjadi terus-menerus hingga lingkungan semipermeabel. Osmosis akan membuat dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah konsentrasi zat terlarut kedua bagian sama. yang normal (Campbell, 2008:144) Hal terjadi karena pelarut dari konsentrasi Setiap sel dibatasi oleh membran yang rendah akan pindah ke konsentrasi terlarut bersifat semipermeabel yang hanya dapat tinggi dan membuat perbandingan antara zat dilewati oleh beberapa zat tertentu tapi zat lain pelarut dan terlarut keduanya setara. tidak. Membran tersebut berperan sebagai jalur lintas sejumlah substansi yang masuk dan 2. TINJAUAN PUSTAKA keluar sel. Hal ini akan menentukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis sekeliling sedotan sampai ruang antar atau tidak. Homeostasis sel adalah kemampuan cangkang dan sedotan tertutup rapat, (8). sel untuk memperoleh lingkungan internal Mengamati pergerakan air atau cairan dalam yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair sedotan setiap 5 menit. Mengukur tinggi cairan melalui membran sel. Molekul air cukup kecil di dalam sedotan dengan menggunakan mistar. untuk bergerak melewati membran, tetapi Kegiatan II molekul-molekul di dalam sel telur Langkah-langkah yang dilakukan, terlalu besar untuk keluar dari sel. Gerakan air yaitu : (1). Menyuntik kantung limfa pada melewati membran tersebut dinamakan katak hingga katak terbius, (2). Menggunakan osmosis (Adnan, 2009). scalpel dan melepaskan kulit yang menempel Pada hakekatnya semua organ dan pada badan katak, (3). Membersihkan kulit jaringan tubuh melakukan fungsi yang katak, mengisi tabung dengan NaCl 8%, membantu mempertahankan keadaan konstan kemudian menutup mulut tabung dengan tersebut. Misalnya paru-paru menyediakan mengikat kulit katak tersebut dengan oksigen sebanyak yang diperlukan sel. Ginjal menggunakankulit kata dan mengikatnya juga mempertahankan konsentrasi ionion yang menggunakan gelang karet, (4). Melakukan konstan. Selain itu penyediaan nutrient oleh pengamatan setiap 5 menit selama 3 jam, (5). usus juga termasuk ke dalam fungsi yang Mengamati tinggi permukaan larutan NaCl di mempertahankan keadaan konstan tersebut dalam tabung reaksi. (Guyton, 1976). Kegiatan III Langkah-langkah yang dilakukan, 3. METODE PENELITIAN yaitu : (1). Membersihkan usus ayam dari Metode yang digunakan ialah metode kotoran, memotong sepanjang 15 cm, eksperimen dengan menggunakan model (2).Mengikat salah satu ujung usus ayam perlakuan dan pengukuran. Praktikum ini dengan karet gelang, (3) Memasukkan larutan dilaksanakan pada hari Rabu, 21 April 2021, NaCl 6% dan 8% pada masing-masing usus, Pukul 10.00-12.00 Wita, di Laboratorium (4). Memasukkan setiap usus ayam ke dalam Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UNM. tabung reaksi menusuk bagian ujung usus Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam ayam yang terbuka dengan lidi sebagai kegiatan I. Alat: Gelas aqua, sedotan penggantung pada mulut tabung reaksi., (5). transparan, lilin, korek api, mistar dan Karet Isi tabung reaksi dengan air suling dengan gelang. Bahan : Telur, aquades, dan larutan menggunakan syringe hingga 3/4nya. NaCl 0,2 %, 0,4 %, 0,8 %, 1%, 2% dan 4%. Menandai tinggi permukaan air di dalam Kegiatan II. Alat : Gelas kimia, tabung reaksi, tabung reaksi, (6).Melakukan pengamatan rak tabung reaksi, mistar, penjepit tabung setiap 30 menit selama 24 jam.Mengamati reaksi, karet gelang, alat seksi dan papan seksi. tinggi permukaan air di dalam tabung reaksi. Bahan : Kodok, aquadest dan larutan NaCl 2%, 4%, 6% dan 8%. Kegiatan III. Alat : 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabung reaksi, tali raffia, mistar, rak tabung Tabel 3.1 kegiatan I reaksi dan syringe. Bahan : Usus ayam, air Me Aqua Na Na Na Na Na Na suling dan larutan NaCl 6% dan 8%. nit des Cl Cl Cl Cl Cl Cl Kegiatan I Ke- 0,2 0,4 0,8 1 2 4 Langkah-langkah yang dilakukan, M M M M M M yaitu : (1). Mengisi aqua gelas dengan air 5 0 cm 0 0 0 0 0 0 suling hingga tiga perempatnya, (2) Mengetuk cm cm cm cm cm cm ujung cangkang telur yang membulat secara 10 0 cm 0 0 0 0 0 0 hati-hati, (3). Melepaskan cangkang telur cm cm cm cm cm cm secara hati-hati sebesar ukuran jari, (4). 15 0 cm 0 0 0,5 0 0,5 0 Mengetuk ujung telur yang runcing, Membuat cm cm cm cm cm cm lubang sebesar pipet sedotan, (5). Meletakkan 20 0 cm 0 0,5 0,5 0 0,5 0 telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul cm cm cm cm cm cm di bawah pada mulut gelas yang beriasi air, (6) 25 0 cm 0 1 0,5 0 1 0 Memasukkan ujung sedotan ke dalam lubang cm cm cm cm cm cm cangkang menembus membrane cangkang, (7). 30 0 cm 0 1, 0,5 0 2 0 Menyalakan dan meneteskan lilin cair di cm 5 cm cm cm cm 4 9,9 cm 9,8 cm cm 5 9,9 cm 9,8 cm 35 0 cm 0 2 0,5 0 3 0 6 9,9 cm 9,8 cm cm cm cm cm cm cm 7 9,9 cm 9,7 cm 40 0 cm 0 2,5 0,5 0 3,8 0 8 9,8 cm 9,7 cm cm cm cm cm cm cm 9 9,8 cm 9,7 cm 45 0 cm 0 3 0,5 0 4 0 10 9,8 cm 9,6 cm cm cm cm cm cm cm 11 9,8 cm 9,6 cm 50 0 cm 0 3,5 0,5 0 4,8 0 12 9,8 cm 9,5 cm cm cm cm cm cm cm 13 9,8 cm 9,4 cm 55 0 cm 0 4 0,5 0 6 0,5 14 9,7 cm 9,3 cm cm cm cm cm cm cm 15 9,7 cm 9,3 cm 60 0 cm 0 4,5 0,5 0 7 0,5 16 9,6 cm 9,2 cm cm cm cm cm cm cm 17 9,6 cm 9,2 cm Tabel 3.2 kegiatan II 18 9,6 cm 9,1 cm Pengamatan Bagian dorsal Bagian 19 9,6 cm 9,1 cm ke- (8%) ventral (8%) 20 9,6 cm 9,1 cm 1 4 cm 4 cm 21 9,6 cm 9,1 cm 2 4,1 cm 4,1 cm 22 9,5 cm 9 cm 3 4,1 cm 4,2 cm 23 9,5 cm 8,9 cm 4 4,2 cm 4, 4 cm 24 9,4 cm 8,8 cm 5 4,2 cm 4,7 cm 25 9,3 cm 8,7 cm 6 4,3 cm 4,9 cm 26 9,2 cm 8,6 cm 7 4,3 cm 5,2 cm 27 9,1 cm 8,5 cm 8 4,5 cm 5,6 cm 28 9 cm 8,4 cm 9 4,5 cm 5,8 cm 29 9 cm 8,4 cm 10 4,6 cm 6,3 cm 30 8,9 cm 8,3 cm 11 4,7 cm 6,5 cm Kegiatan I dengan tujuan mengamati 12 4,8 cm 6,7 cm keadaan sel pada keadaan yang isotonis, 13 4,9 cm 7,1 cm hipotonis, dan hipertonis. Dalam percobaan ini 14 5,0 cm 7,5 cm telur digunakan sebagai sampel yang akan 15 5,1 cm 7,7 cm diamati pergerakan zat cair yang melalui 16 5,1 cm 7,9 cm membran telur. Setiap konsentrasi larutan 17 5,2 cm 8,2 cm NaCl yang berbeda, yakni NaCl 0,2%, 0,4%, 0,8%, 1%, 2% dan 4% akan menyebabkan 18 5,2 cm 8,3 cm pengaruh yang berbeda pula terhadap 19 5,3 cm 8,6 cm pergerakan zat cair. Dari hasil pengamatan 20 5,4 cm 8,9 cm dapat dilihat bahwa tinggi telur dalam pipet 21 5,5 cm 9,1 cm yang telurnya diletakkan dalam larutan NaCl 22 5,6 cm 9,3 cm dengan konsentrasi 2% adalah yang tertinggi. 23 5,7 cm 9,6 cm Sedangkan telur dalam pipet yang ditempatkan 24 5,8 cm 9,7 cm pada larutan NaCl 0,2% dan 1% tidak bergerak 25 5,9 cm 9,8 cm sedikitpun. Telur dalam pipet yang 26 6,0 cm 10 cm ditempatkan pada air suling tidak mengalami 27 6,1 cm 10,3 cm perubahan dibandingkan pada NaCl 0,4%; 28 6,2 cm 10,5 cm 0,8%; 2% dan 4% 29 6,3 cm 10,7 cm Berdasarkan data yang diperoleh, maka 30 6,4 cm 11 cm terjadi perbedaan antara teori dengan hasil Tabel 4.1 kegiatan III yang diperoleh. Seharusnya yang lebih dahulu Pengamatan ke- NaCl 6 % NaCl 8% mengalami pertambahan air adalah pipet pada 1 10 cm 10 cm telur yang ditempatkan dalam aquades. Karena 2 10 cm 10 cm aquades merupakan air yang memiliki nilai 3 9,9 cm 9 cm potensial air yang tinggi atau kemampuan air untuk berpindah besar dibandingkan larutan NaCl yang mengandung zat terlarut yang dipengeruhi oleh ketebalan membran sehingga berarti nilai potensial airnya lebih rendah proses osmosis lebih banyak terjadi pada kulit dibandingkan dengan aquades Wulangi bagian ventral dari pada kulit bagian dorsal (1993). sebab kulit ventral lebih tipis dibandingkan Selain itu pertambahan air yang paling kulit dorsalnya. banyak seharusnya terjadi pada telur yang Kegiatan III dengan tujuan praktikum diletakkan dalam aquades dibandingkan mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam dengan telur yang diletakkan dalam larutan dilakukan pada larutan NaCl 6% dan 8%. NaCl namun terjadi sebaliknya. Hal ini dapat Setelah mengamati selama 15 jam dimana terjadi karena akibat kesalahan dalam prosedur pengambilan data dilakukan dalam interval 30 kerjanya seperti kekeliruan dalam perhitungan menit diperoleh data yang mengalami waktu dan juga luas permukaan membran penurunan dengan menunjukkan pergerakan cangkang telur yang berbeda. air di tabung reaksi yang berisi NaCl 8% lebih Kegiatan II dengan tujuan praktikum signifikan mengalami penurunan dengan tinggi mengamati peristiwa osmosis pada kulit kodok awal 10 cm dan tinggi akhir mencapai 8,3 cm pada bagian ventral (perut) dan dorsal ini berarti bahwa air dalam tabung berpindah (punggung) yang berperan sebagai membran masuk ke dalam usus dan menyebabkan usus semipermeabel. Larutan yang digunakan yaitu membengkak. Sebaliknya tinggi awal pada NaCl 8%. Setelah mengamati selama 15 jam tabung reaksi 6% yakni 10 cm dan tinggi akhir dimana pengambilan data dilakukan dalam 6,4 cm serta membengkak. Meskipun interval 30 menit diperoleh data yang mengalami kenaikan tapi tidak sebesar larutan mengalami kenaikan. Data awal yang pada konsentrasi 8%. Bila sel berada pada diperoleh yaitu larutan dalam tabung yang larutan yang bersifat hipotonis (konsentrasi ditutup kulit katak bagian perut adalah 4 cm rendah) akan menyerap air dalam jumlah yang dan data akhir dari pengamatannya yaitu 11 besar karena adanya osmosis air dari cm; sedangkan pada kulit katak bagian lingkungan ke dalam sel dan menyebabkan sel punggung, data awal yang diperoleh yaitu 4 membengkak (Campbell, 2008:144) cm dan data akhir akhirnya yaitu 6,4 cm Peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel 5. KESIMPULAN melalui membran semipermeabel dari Sel yang berada pada larutan isotonis keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, tidak akan mengalami perubahan cairan karena sehingga terjadi plasmolisis yang konsentrasi sel dan larutan berada dalam menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari keadaan setimbang. Sel yang berada pada dinding sel disebut osmosis. Dengan larutan hipertonis akan menyebabkan air pengertian osmosis tersebut maka dapat dalam sel keluar menuju lingkungan. Sel yang dibuktikan data hasil pengamatan terjadinya berada pada larutan hipotonis akan mengalami peristiwa osmosis pada lapisan kulit katak . peristiwa osmosis Osmosis berlangsung pada Hal ini juga sesuai dengan teori menurut kulit katak karena kulit katak merupakan Wulangi (1993), yakni tentang peristiwa membran semipermeabel. Proses osmosis osmosis, dimana air murni (aquades) dalam lebih banyak terjadi pada kulit bagian ventral gelas kimia akan mengalami perpindahan dibandingkan kulit bagian dorsal karena kulit kedalam lautan NaCl melalui membrane dorsal lebih tebal dibandingkan kulit bagian semipermeabel dalam hal ini kulit katak. Hal ventral. Osmosis dapat terjadi pada lapisan ini disebabkan karena aquades memiliki nilai usus ayam karena usus ayam termasuk potensial air yang lebih tinggi dibandingkan membran semipermeabel dan terjadi proses dengan larutan NaCl masuknya air dari luar lingkungan yang Hal ini dapat dilihat dengan adanya menyebabkan usus membengkak. Peristiwa ini pertambahan volume secara berkelanjutan terjadi karena adanya perbedaan PA air, selama masa pengamatan pada tabung berisi dimana terjadi perpindahan air dari yang ber- larutan. Selain itu berdasarkan data diperoleh PA tinggi ke larutan yang ber-PA rendah jumlah peningkatan volume air dalam tabung larutan yang dilapisi kulit katak bagian ventral 6. REFERENSI mengalami peningkatan yang sangat signifikan Abbas, K., Rasha, B. 2009. jika dibandingkan dengan bagian dorsal. Hal Phonocardiography Signal ini sesuai dengan teori bahwa osmosis Processing. Morgan & calypool publisher Adnan. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM Campbell, Neil A.2008. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Guyton C., Arthur. 1976. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Kependidikan Proyek Pembinaan.