Bali Compress
Bali Compress
PENDAHULUAN
lebih diutamakan dari wanita. Pria adalah penerus keturunan bapaknya yang
ditarik dari satu bapak asal, sedangkan wanita disiapkan untuk menjadi anak
orang lain yang akan memperkuat keturunan orang lain. Oleh karena itu
apabila satu keluarga tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak mempunyai
Bagi keluarga yang hanya memiliki anak perempuan dan sama sekali
Anak perempuan, tidak sebagai penerus keturunan dalam Hukum Hindu pada
maka ia tidak mendapatkan hak terhadap harta kekayaan orang tuanya. Anak
orang tua, dan melakukan upacara kematian ngaben jika orang tua
1
Hilman Hadikusuma, 1987, Hukum kekerabatan Adat, Fajar Agung, Jakarta, hlm. 33
2
Made Aripta Wibawa, 2006, Wanita Hindu Sebuah Emansipasi Kebablasan, PT Empat
Warna Komunikasi, Denpasar, hlm. 98
1
2
menikah dengan orang yang bukan dalam garis purusha (sistem keturunan
atau marga), maka anak perempuan tidak memiliki kewajiban terhadap orang
pemberian sama rata atau memilih untuk tidak menikah sepanjang hidup atau
dari clan atau kerabat ayah kandungnya namun membawa pihak laki-laki
pria. Sering terjadi saat seorang anak perempuan menikah dan keluar dari
lingkungan clan atau kerabat dari orang tuanya, orang tua memberikan harta
3
ibid hlm. 99
3
orang tuanya, wanita yang suaminya meninggal dunia juga tidak berhak
untuk memperoleh bagian dari harta yang selama suaminya hidup telah
bagian apa pun dari harta perkawinan. Sudah terbiasa kita dengar bahwa
perempuan Bali kawin tanpa membawa apa-apa dan ketika bercerai pulang
besar masih diterima oleh banyak wanita Bali yang dengan pasrah menerima
Adat Bali, yang berhak mewarisi sebagai ahli waris ialah hanya keturunan
pria dari pihak keluarga pria dan anak angkat lelaki.5 Yurisprudensi
anak laki-laki, maka anak itu adalah satu-satunya ahli waris, yang berhak
4
Luh Putu Anggreni “Kesetaraan Dalam Hukum Adat Bali”
http://www.balisruti.or.id/kesetaraan-dalam-hukum-adat-bali.html. Diakses tanggal 18 Juni 2011
5
Subekti, 1991, Hukum Adat Indonesia Dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung cetakan ke 4,
Alumni , Bandung, hlm. 7
4
ini memberikan gambaran relasi timpang atau relasi gender antara wanita dan
pria pada sistem pewarisan adat di Bali sangat jelas terungkap bahwa
kedudukan wanita Bali sangat subordinatif terhadap pria Bali, dan gerakan
dari pria untuk mengukuhkan proses itu sangat kuat. Hal tersebut
yang menjamin persamaan hak antara wanita dan pria. Melihat pengaturan
yang normatif seolah-olah terdapat jurang antara apa yang terumus dalam
Hukum Adat di satu sisi dan Hukum Nasional di sisi yang lain. Pada
mengalami diskriminasi dalam hal waris, dan tidak mempunyai akses kepada
Peradilan Negara.7
wanita Bali yang telah diatur dalam Keputusan Majelis Utama Desa
6
Ibid, hlm. 9
7
Sulistyowati Irianto, 2005, Perempuan di Antara Berbagai Pilihan Hukum, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm.4
5
istri dan anak terhadap harta pusaka dan harta gunakaya, termasuk hak
Bali (MUDP) Bali No. 01/ KeP/ Psm-3/ MDPBali/ X/ 2010 ini belum
mereka.
8
Bali Post, “Wanita Bali Multi Fungsi Tetapi dipinggirkan”
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaindex&kid=32&id=62487
Diakses tanggal 25 februari 2013.
9
Rimawati,Tody Sasmitha, 2012, “Hak Waris Anak Perempuan Pada Masyarakat Bali
Berdasarkan Keputusan Majelis Utama Desa Pakraman Bali Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP
6
hasil keputusan MDP (Majelis Desa Pakraman) Bali ini merupakan pilihan
Waris Adat Bali, dan penyelesaian pembagian waris bagi wanita jika tejadi
Buleleng Bali.
B. Perumusan Masalah
BALI/X/2010 Tentang Hasil Pasamuhan Agung III MUDP Bali”, Laporan akhir penelitian,
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, hlm. 36
7
C. Keaslian Penelitian
melakukan kajian tentang penelitian ini dalam bentuk skripsi, tesis atau
penelitian yang lain. Namun demikian, ada beberapa tulisan lain yang mirip
Yogyakarta.
8
mengenai persamaan dan hak yang sama anak perempuan dan anak
Pasamuan Agung III Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) BALI No.
dalam Hukum Waris Adat Bali, dan penyelesaian pembagian waris bagi
10
Maya Kania, “Analisis Yuridis Terhadap Hak Waris Anak Perempuan Pada Masyarakat
Batak Karo Menurut Hukum Adat (Studi Kasus putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1542/K/Pdt/1999” tanggal 24 Mei 2000)”, Tesis, Fakultas Hukum Magister Kenotariatan
Universitas Gadjah Mada, hlm.8
9
Sasmitha,S.H.,LL.M.
saat ini ?
Denpasar ?
11
Rimawati, Tody Sasmitha, 2012, Hak Waris Anak Perempuan Pada Masyarakat Bali
Berdasarkan Keputusan Majelis Utama Desa Pakraman Bali Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP
BALI/X/2010 Tentang Hasil Pasamuhan Agung III MUDP Bali, Laporan akhir penelitian,
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, hlm. 5
10
Buleleng Bali.
D. Tujuan Penelitian
rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini diuraikan dari rumusan masalah
di atas yaitu:
11
E. Manfaat Penelitian
Waris Adat Bali Setelah berlakunya Keputusan Pasamuhan Agung III MUDP
bagi semua pihak dari segi praktis atau teoritis. Adapun penjelasan yang
1. Jika dikaji dari sudut pandang teoritis penelitian ini diharapkan dapat
2. Jika dikaji dari sudut pandang praktis penelitian ini diharapkan dapat
Bali.