Disusun oleh:
1. Achmad Iqbal Arifin 4302180028
2. Ajeng Susilowati Wibowo 2302180224
3. Alfian Rizqi Kemal Akbar 2302180102
4. Daffa Mahendra Nugraha 4302180031
5. Iklima Rahmadian A. W. 1302181651
2021
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada hakikatnya, negara memiliki kewajiban untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Untuk memenuhi kewajiban ini negara membutuhkan
modal, nantinya modal ini akan digunakan dalam pelaksanaan program-program
pemerintah yang memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan negara. Negara
Indonesia memiliki dua sumber pendapatan negara yaitu pendapatan dalam
negeri dan penerimaan hibah. Pendapatan dalam negeri ini dibagi lagi menjadi
dua sumber besar, yaitu penerimaan perpajakan dan pendapatan negara bukan
pajak (PNBP).
Pada umumnya segala hal yang berkaitan dengan utang dan piutang akan
memiliki jalan atau proses yang sulit karena banyak pihak yang berusaha untuk
menghindari kewajibannya. Hal ini tentunya juga umum dialami oleh PUPN
dalam proses pengurusan Piutang Negara. Berbagai kendala dan hambatan ini
menjadi tantangan tersendiri bagi PUPN dalam melaksanakan tugasnya. Apabila
tantangan ini dapat diminimalisir, dicegah, atau bahkan dihilangkan maka akan
meningkatkan penerimaan PNBP dan akan menambah modal untuk
meningkatkan kesejahteraan negara Indonesia. Oleh sebab itu, penulis tertarik
untuk membahas lebih mendalam mengenai tantangan dalam proses
pengurusan Piutang Negara dan solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi
tantangan tersebut. Pembahasan ini akan dituangkan oleh penulis dalam bentuk
laporan PKL yang berjudul “Pengurusan Piutang Negara Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN) di KPKNL Surabaya”.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses penyelesaian piutang negara di KPKNL Surabaya?
b. Apa saja kendala yang dialami oleh KPKNL Surabaya dalam proses
penyelesaian tersebut?
c. Apa saja cara yang dilakukan oleh KPKNL Surabaya untuk mengatasi kendala
tersebut?
d. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan agar proses pengurusan Piutang
Negara tetap dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui proses penyelesaian piutang negara di KPKNL Surabaya.
b. Untuk mengidentifikasi kendala yang dialami oleh PUPN dalam proses
penyelesaian piutang negara.
c. Untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh KPKNL Surabaya untuk
menghadapi kendala tersebut.
d. Untuk memberikan solusi yang dapat dilakukan agar proses pengurusan
Piutang Negara tetap dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa PKL
Sebagai upaya yang diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
mengenai lingkungan kerja di KPKNL Surabaya, khususnya di bidang
pengurusan piutang negara
b. Bagi KPKNL Surabaya
Sebagai alat bantu peninjauan terhadap kesesuaian penerapan proses
pengurusan Piutang Negara dengan ketentuan yang berlaku dan sebagai
bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terkait pengurusan
piutang negara di masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Cara dan Opsi Penyelesaian yang Dilakukan oleh KPKNL Surabaya dalam
Menghadapi Kendala
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar barang jaminan yang
tidak marketable dapat ditetapkan sebagai PSBDT. Kriteria-kriteria tersebut
antara lain adalah:
a. Untuk barang jaminan berupa tanah atau tanah dan bangunan
berdasarkan laporan hasil Penilaian, mempunyai nilai jual yang
rendah atau sama sekali tidak mempunyai nilai jual, yang
disebabkan antara lain:
1) tanah yang terletak di daerah pegunungan, bukit atau jurang
yang jauh dari pemukiman;
2) tanah yang tidak ada/hampir tidak ada akses jalan;
3) tanah berada/berdekatan dengan pemakaman; dan/atau
4) tanah rawa.
b. untuk barang jaminan selain tanah dan/atau bangunan atau surat
berharga, penentuan kriteria tidak lagi mempunyai nilai ekonomis
dapat diperoleh dari hasil pemeriksaan, penelitian lapangan atau
konfirmasi/informasi tertulis dari penyerah piutang yang dimuat
dalam berkas penyerahan piutang negara atau dalam surat
tersendiri.
Penerbitan PJPN tersebut sesuai dengan pasal 62 ayat (1) poin a PMK
240 tahun 2016 tentang Pengurusan piutang negara yang menyatakan
bahwa :
“(1) Panitia cabang menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Jumlah Piutang
Negara, dalam hal Pernyataan Bersama tidak dapat dibuat karena:
a. Penanggung Utang tidak mengakui jumlah utang baik sebagian atau
seluruhnya, tetapi tidak dapat membuktikan;
b. Penanggung Utang mengakui jumlah utang, tetapi menolak
menandatangani Pernyataan Bersama tanpa alasan yang sah; atau
c. Penanggung Utang tidak memenuhi panggilan dan/ atau
pengumuman panggilan.”
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan pengurusan piutang negara, KPKNL Surabaya menganut
prinsip-prinsip good governance. Pengurusan piutang dilakukan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, mulai dari Penerimaan
pengurusan piutang, Penerbitan SP3N, Pemanggilan debitur untuk dimintai
keterangan atau diwawancarai, hingga penerbitan Surat Pernyataan Piutang
Negara Lunas. KPKNL Surabaya tetap melaksanakan penyelesaian
pengurusan piutang sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila terdapat
kendala-kendala yang terjadi seperti apabila debitur tidak memenuhi
panggilan, maka KPKNL Surabaya akan menerbitkan surat panggilan hingga
surat paksa sesuai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
b. Kendala yang ditemui dalam pengurusan Piutang Negara oleh KPKNL
Surabaya yaitu tidak adanya barang jaminan, jaminan yang tidak marketable,
debitur tidak ditemukan/pindah/wafat, debitur tidak mau mengakui jumlah
piutang baik sebagian maupun keseluruhan, dan debitur tidak mampu
membayar.
c. Perlu dilakukan penelitian lapangan yang dapat berupa survei ke lokasi
tempat debitur berada, mencari informasi ke penyerah piutang, dan mencari
kebenaran data terkait barang jaminan ke tempat yang berwenang.
d. Setelah dilakukan penelitian, diterapkan opsi penyelesaian sesuai dengan
kendala yang dihadapi dan bagaimana kondisi piutang tersebut.
2. Saran
Kendala terkait debitur tidak ditemukan/pindah/wafat dapat lebih efisien
jika dilakukan koordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Disdukcapil) untuk memperoleh data debitur. Jadi, PUPN perlu memiliki akses
terkait data kependudukan debitur untuk memudahkan dalam penelitian awal
terkait debitur sehingga identitas debitur sesuai dengan domisili. Dengan ini,
PUPN sekaligus dapat mengetahui update domisili apabila debitur pindah. Selain
itu, akses data dari Disdukcapil juga dapat membantu PUPN dalam mengetahui
apakah debitur masih hidup atau telah meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA