Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan.
Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan
seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan
merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi. Lebih dari itu,
kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan
serta kematian organisasi.
Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari 120 negara bertemu dalam kongres ke-
21 International Council Of Nurses (ICN) di Vancouver, British Columbia, untuk membahas
arah pelayanan kesehatan internasional dari perawat diseluruh dunia. Tema utama dari
kongres tersebut adalah bagaimana “memancing para perawat untuk melatih kemampuan
kepemimpinan” mereka sebagai pendamping, dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Tenaga keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia dalam suatu
unit pelayanan keperawatan, dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat berkaitan erat
dengan kualitas sumber daya manusianya (Nayak, 2007).
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan
rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan
pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di
mata masyarakat. Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan
keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.
Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan yang bersifat
konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,
konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka
perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan (Aziz Alimul, 2004).
2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:
a. Mengidentifikasi perbedaan arti pemimpin dan kepemimpinan
b. Menjelaskan teori kepemimpinan dasar
c. Menjelaskan kepemimpinan Contingency
d. Menjelaskan kepemimpinan Contemporary
e. Mengidentifikasi Issue dalam kepemimpinan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Defenisi
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan -
khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu
beberapa tujuan. (Kartini Kartono,1994:181).
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki
kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna
mencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005).
Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih
memengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang memengaruhi mereka.
Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi
anggota lainnya di dalam kelompok”.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas
yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi
komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya
organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry,
Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group objectives. Stoner,
kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiata-
kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya.
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to
follow in the achivement of a common goal. Handbook of Leadership, memberikan definisi
kepemimpinan sebagai “suatu interaksi antar anggota suatau kelompok.

2. Teori Kepemimpinan Dasar


 Konsep Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan
oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal
sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya
dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya
dapat dikemukakan disini adanya tiga teori kepemimpinan:

 Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang
dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang
perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:

1. Kecerdasan
2. Kemampuan mengawasi
3. Inisiatif
4. Ketenangan diri
5. Kepribadian

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagaio rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan
prinsip keteladanan.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan


kepemimpinan organisasi, antara lain :
 Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
 Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil.
Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan
pendirian yang diyakini kebenarannya.
 Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja
yang optimal, efektif dan efisien.
 Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya
mampu berpihak kepadanya.

Kajian kepemimpinan pada mulanya didasarkan pada asumsi bahwa pemimpin


dilahirkan, tidak dibuat. Peneliti kemudian mengidentifikasi serangkaian pembawaan
pemimpin yang membedakan dengan pengikutnya, serta pemimpin efektif dengan pemimpin
tidak efektif. Teori pembawaan kepemimpinan mencoba menjelaskan karakteristik khusus
kepemimpinan yang efektif. Peneliti menganalisis pembawaan fisik dan psikologis serta
kualitas, seperti level kemampuan yang tinggi, keagresifan, kepercayaan pada diri sendiri,
daya persuasif yang dimiliki dan kekuasaannya dalam mengidentifikasi serangkaian
pembawaan yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Dalam berbagai sumber dinyatakan
bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat dan perangai pemimpin tersebut.
Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik, sosial dan psikologis (Introducing Leadership
Studies, 2001: 18; Leadership, 2001: 1; Sadler, 2001: 11).
Atas dasar pemikiran di atas ada anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari
para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan
tugas kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum
seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut
“teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).

Teori Sifat atau Pembawaan


(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

Bakat-bakat kepemimpinan: merepresentasikan karakteristik


personal yang membedakan para pemimpin dari bawahannya.
 Temuan historis menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan
dibedakan berdasarkan:
- intelijensi,
- dominasi
- kepercayaan diri
- tingkat energi dan aktivitas
- pengetahuan yang relevan dengan tugas
 Temuan kontemporer menunjukkan bahwa:
- orang cenderung mempersepsikan seseorang selaku pemimpin
ketika menunjukkan bakat yang berhubungan dengan
intelijensi, maskulinitas dan dominasi
- orang mengharapkan pemimpin tersebut menjadi kredibel
- pemimpin yang kredibel adalah pemimpin yang jujur,
berpandangan jauh ke depan dan cakap.

Daftar pembawaan digunakan sebagai prasyarat untuk mengusulkan calon untuk


menduduki posisi kepemimpinan. Calon yang bisa diberi kesempatan menduduki posisi
kepemimpinan adalah yang memiliki semua pembawaan yang diidentifikasi. Namun, tidak
satu pun yang menjadi daftar pembawaan universal yang dimiliki oleh pemimpin sukses atau
pembawaan yang menjamin keberhasilan kepemimpinan. Pertanyaannya, perangai
bagaimana yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin. Ternyata hasil usaha yang dilakukan
oleh para pakar sangat heterogen sehingga timbul keraguan terhadap hasil tersebut. Sisi
positifnya ialah meskipun tidak ada daftar yang menjamin keberhasilan kepemimpinan,
namun pembawaan yang terkait dengan keberhasilan kepemimpinan dapat teridentifikasi.
 Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal
ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:

 Konsiderasi dan struktur inisiasi


Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki cirri
ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima
usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat
dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
meningkatkan tugas organisasi.
 Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan
bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan
dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasasrnya
ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).
Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua
dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi.
Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapat
dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

 Studi Ohio State University mengidentifikasi dua dimensi


penting perilaku pemimpin
(1) Konsiderasi: menciptakan respek dan kepercayaan timbal-
balik dengan bawahan
(2) Inisiasi struktur: mengorganisir dan meredefinisi apa-apa
yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok
 Studi Michigan University mengidentifikasi dua gaya
kepemimpinan yang sama dengan studi yang dilakukan oleh
Ohio State University.
= salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya yang satunya
terfokus pada pekerjaan
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya
kepemimpinan yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan
tertentu tergantung pada situasi di mana gaya tersebut
diterapkan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif
melakukan konsiderasi tergantung pada aspek berikut:
 Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang
ditunjukkan oleh pemimpin.
 Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak
menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak
mendesak.
 Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih
banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
 Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan
meningkatkan kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur adalah:
 Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan meningkatkan kepuasan.
 Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah
tersedia.
 Inisiasi struktur akan meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas.
 Inisiasi struktur tidak akan mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas (Leadership, 2001:
2).
Uraian di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan
keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami sifat-sifat
pekerjaan pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg merupakan salah satu
contoh teori kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku menekankan pada penemuan cara
mengklasifikasikan perilaku yang dapat memberikan pemahanan mengenai kepemimpinan.

 Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:

- Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas


- Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
- Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
- Norma yang dianut kelompok
- Rentang kendali
- Ancaman dari luar organisasi
- Tingkat stress
- Iklim yang terdapat dalam organisasi
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi
yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntunan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
1. Model Kontinum Otkratik-demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang
harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan
pemimpin bargaya demokratik dan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai
perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
2. Model “Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi
yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
- Hubungan atasan dan abwahan dikategorikan baik.
- Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.
- Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
3. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan
tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kemimpinan yang digunakan dalam
model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya
dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan
yang dapat digunakan adalah:
- Memberitahukan
- Menjual
- Mengajak
- Melakukan pendelegasian
4. Model “Jalan-Tujuan”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu
menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk
mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahan. Perilaku pimpinan berkaitan
dengan hal tersebut harus merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas
yang harus diselesaikan oleh bawahannya.

3. Kepemimpinan Kontingency
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena
teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori
kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya
pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman
sosial atau lingkungan.  Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota
kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik.
Pada mulanya, teori kepemimpinan yang dibangun oleh Fiedler ini menekankan pada
dua sasaran, yakni melakukan idenfikasi faktor-faktor penting dalam situasi tertentu dan
memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tertentu.
Hasil penelitian Fiedler menunjukkan bahwa, dalam situasi kerja selalu ada tiga elemen yang
menentukan gaya kepemimpinan yang efektif, yakni: hubungan pemimpin dengan bawahan,
struktur tugas dan ketangguhan posisi pemimpin.

Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh
karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau
pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.  Namun, sebagaimana telah kita pahami
bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi
lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach.
Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan
kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.  Untuk dapat memahami secara lengkap
efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation  dan  Situation Favorability.
a. Leader Orinetation adalah  : apakah pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi
pada relationship atau beorientasi pada task. Leader Orientation diketahui dari
Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi
(Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi
rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap
menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa
pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah
menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa
para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada
tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka
yang mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang apabila
kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin
dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila
kontrol situasinya moderat.
b. Situation favorability adalah  : sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan
suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
1. Leader-Member Orintation (LMO): hubungan pribadi antara pemimpin dengan para
anggotanya.
2. Task Structure (TS): tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk
dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power (PP): tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena
kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP besar, sebaliknya
Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah dan PP sedikit.

Representasi Model Kontingensi Fiedler


(Sumber: diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

Pengendalian Pengendalian Situasi Pengendalian Situasi Pengendalian


Situasional Tinggi Moderat Situasi Rendah

Hubungan Baik Baik Baik Baik Buruk Buruk Buruk Buruk


Pemimpin-Anggota

Struktur Tugas
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah

Kekuatan posisi
Kuat Lemah Kuat Lemah Kuat Kuat Kuat Lemah

Situasi I II III IV V VI VII VIII

Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan


Kepemimpinan Memotivasi Memotivasi Memotivasi
Optimal Tugas Hubungan Timbal- Tugas
Balik
4. Kepemimpinan Contemporary
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata
merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-
individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih oleh banyak orang yaitu:
 Teori penyimpulan terkait (correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain
merupakan sumber informasi yang kaya.
 Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional resources) Bahwa
proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan)
 Teori atribusi internal dan ekternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu
teori yang berfokus pada akal sehat.

5. Issue Kepemimpinan
Ada atau tidak adanya kepercayaan menjadi isu kepemimpinan yang sangat penting
dalam organisasi dewasa ini. Adapun lima dimensi kunci kepercayaan:
 Integritas : merujuk pada kejujuran dan kebenaran
 Kompetensi: mencakup pengetahuan dan keterampilan tehnis dan interpersonal
 Konsistensi: terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi.
 Loyalitas: keinginan melindungi orang lain (biasanya atasan)
 Keterbukaan: kejujuran terhadap orang lain
Isu terkait kepemimpinan kontemporer:
a. Kepemimpinan Kharismatis: pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan heroic/luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku pemimpin mereka.
b. Kepemimpinan transformasional: pemimpin yang menginpirasi pengikut untuk
melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalam
dan luar biasa pada para pengikut.
c. Kepemimpinan Visioner: kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang
realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out).

2. SARAN
 Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
 Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA

1. James A.F. Stoner, Management, Secont Editions, Prentice-Hall International, Inc.,


1982.
2. Robert J. Thierauf, Robert C. Klekamp, Daniel W. Gedding, Management Principles
and Practices: A Contigency and Questionnare Approach, John Willey & Son, New
York, 1997
3. Stephen J. Carrol & Henry L. Tosy, Organizational Behavior, John Willey & Son,
New York, 1977
4. Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill.
5. Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of
India.

6. Vroom V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh, PA:
University of Pittsbyrgh Press.
7. Robbins, Stephen, et.al. 1994. Organizational Beharviour: Concepts, Controversies
and Applications, Prentice-Hall Australia and New Zealand.
8. Howell, J.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership,Transactional
Leadership, Locus of Control Support for Innovation, Journal of Applied Psychology
78, p. 891-902.

Anda mungkin juga menyukai