Anda di halaman 1dari 24

“ASUHAN KEPERAWATAN STROKE PADA LANSIA”

Oleh Dosen : Ns. Dwi Widiastuti.,M.Kep

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Achmad Ryanda S 1811102411052

Hikmata Anis Kurlillah Parmudika 1811102411090

Muhammad Kefie Reza A 1811102411115

Muhammad Ahluddin Ibnus Sani 1811102411109

Nurmalasari Eksaputri 1811102411135

Rizkia Cantika R 1811102411161

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN & FARMASI

PRODI S1 KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan hidayah-Nyalah Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya

dengan judul “Asuhan Keperawatan Stroke Pada Lansia”. Shalawat dan salam

semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang

dengan semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman

jahilliyah kepada jamani islamiyah.

Dalam menyelesaikan makalah ini banyak sekali hambatan yang penulis

temui, berkat keyakinan, kemauan penulis dan dorongan dari semua pihak

akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak

kekurangannya, maka dari itu penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun dari pembaca. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan semoga mendapat

imbalan yang setimpal dari Tuhan YME, kepada-Nyalah kita berserah diri dan

bermohon bahwa makalah ini hendaknya dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Samarinda, 03 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................4
D. Manfaat............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1. Konsep Stroke Pada Lansia............................................................................................6
2.2. Klasifikasi.......................................................................................................................6
2.3. Etiologi...........................................................................................................................8
2.4. Patofisiologi...................................................................................................................9
2.5. Pathway........................................................................................................................10
2.6. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi..................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................12
3.1. Anamnesa..................................................................................................................12
3.2. Pengkajian Fisik........................................................................................................13
3.3. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik..........................................14
3.4. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas..........................................................15
3.5. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................................16
3.6. Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer Sesuai Jurnal..................................18
BAB IV....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.............................................................................................................19
B. SARAN.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambahnya usia akan sejalan dengan penurunan fungsi setiap

organ manusia yang terjadi secara terus menerus. Menurut Meiner (2015)

bertambahnya usia maka akan terjadi proses alamiah yang disebut dengan

penuaan yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi setiap organ

termasuk jantung, dan pembuluh darah. Beberapa gangguan akibat

penurunan fungsi organ diantaranya hipertensi dan stroke (Meiner 2015).

Di negara maju, satu dari empat pria berusia diatas 85 tahun, dan satu dari

setiap lima wanita di atas 85 tahun mengalami stroke (Bernhardt, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ini, kejadian stroke pada kelompok usia 45

sampai 84 tahun lebih tinggi dibandingkan negara-negara Barat lainnya

(Azarpazhooh, 2010).

Menurut Aminan (2016) pada pasien yang mengalami stroke

iskemik selain dipengaruhi oleh proses penuaan juga disebabkan karena

mengalami hipertensi, dalam penelitiannya pasien yang mengalami stroke

iskemik akibat hipertensi sebanyak 46,42%. Menurut National Stroke

Association (2009), stroke merupakan salah satu penyakit serebrovaskuler

yang mempengaruhi arteri utama menuju dan terletak di otak. Stroke dapat

terjadi ketika suplai aliran darah ke otak tersumbat atau ketika suplai darah

terganggu akibat pecahnya arteri di otak (Batticaca, 2012). Jika kejadian

tersebut berlangsung lebih dari 10 detik akan menyebabkan kerusakan

permanen pada otak (Feigin, 2007).

Menurut World Health Organitation (WHO) penyakit

serebrovaskuler salah satunya adalah stroke merupakan penyebabkan

1
kematian kedua dan penyebab kecacatan ketiga paling umum di dunia

(WHO, 2019). Insiden tahunan angka stroke di Amerika Serikat adalah

hampir 700.000 kasus dengan prevalensi 5,5 juta (Bohannon, 2017). Hasil

studi di Iran menunjukkan bahwa 139 dari 100.000 orang setiap tahun

menderita stroke yang merupakan angka yang signifikan dibandingkan

dengan negara-negara Barat. Menurut Riset Kesehatan Daerah Departemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, laporan tersebut menemukan

bahwa di Indonesia, setiap 1000 penduduk, 8 diantaranya mengalami

stroke. Stroke merupakan penyebab kematian utama pada semua umur,

dengan proporsi 15,4% (Depkes RI, 2018).

Stroke dapat menampakkan gejala, atau mungkin juga tidak (stroke

tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung tempat dan ukuran kerusakan

dan jenis stroke. Gejala stroke mungkin bersifat fisik, psikologis dan / atau

perilaku (NSA, 2009; Batticaca, 2012). Terjadinya cacat motorik pada

ekstremitas atas dan bawah pasca stroke dan kerusakan motor cortex

merupakan hal yang umum terjadi yang menyebabkan terjadinya

hemiparesis. Hemiparesis/ hemiplegia, kelumpuhan, kelemahan, tonus otot

abnormal, spasme, postur abnormal, fungsi abnormal otot sinergis, dan

hilangnya koordinasi interjoint adalah cedera paling umum akibat

kerusakan motor cortex pasca stroke (Kato & Izumiyama, 2013). Sekitar

90% pasien yang mengalami stroke, tiba-tiba mengalami kelemahan

(hemiparesis) atau kelumpuhan pada separuh tubuh (NSA, 2009; Batticaca,

2012). Dari delapan puluh persen pasien yang mengalami upper akut

paresis ekstremitas setelah stroke, hanya sepertiga yang mencapai

pemulihan penuh dari fungsinya (Tononi, et al, 2014).

Pada pasien stroke akan mengalami lesi neoserebelum yang

menyebabkan gangguan gerakan sehingga otot mengalami kelemahan yang

2
berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan

ketegangan otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh

(Syaifuddin, 2014). Menurut Astriyana (2019) pada lansia yang mengalami

gangguan keseimbangan dan gangguan berjalan serta lemahnya otot

ekstremitas bawah menyebabkan jatuh pada lansia.

Dalam upaya mengurangi risiko jatuh dan mencapai pemulihan

akibat stroke pada lansia diperlukan peran perawat gerontik sebagai

edukator yaitu perawat berkewajiban memberikan informasi mengenai

status kesehatan kepada klien atau keluarga untuk mencapai perawatan diri

sesuai dengan kemampuannya (Perry & Potter, 2013). Dalam memberikan

edukasi pada lansia dan keluarga dapat mengenai beberapa hal diantaranya

deteksi penyakit, tentang penuaan yang sehat, pengobatan terhadap

penyakit dan rehabilitasi pada lansia dan keluarga (Tabloski, 2014).

Menurut Sun (2016) salah satu rehabilitasi yang dianjurkan pada pasien

yang mengalami stroke adalah dengan latihan gerak aktif yaitu dengan

latihan keseimbangan.

Menurut Bernhardt (2016) efek latihan gerak aktif dan pasif pada

sistem saraf adalah pengaktifan kembali saraf yang ada, koneksi,

pengembangan koneksi baru, dan regenerasi aksonal. Melakukan berbagai

latihan gerak setelah stroke menyebabkan perubahan pada korteks

sensorimotor dan meningkatkan fungsi motorik pada pasien (Lindberg et,

al 2012). Latihan fisik untuk rehabilitasi dapat dilakukan pada semua

persendian atau hanya pada bagian seperti leher, jari tangan, lengan, siku,

bahu, lutut, kaki dan pergelangan kaki yang diduga memiliki penyakit

sebagai salah satu kelemahan ekstremitas (Perry & Potter, 2008).

3
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan

asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Stroke Pada

Lansia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan

rumusan masalah ini adalah: “Bagaimana asuhan keperawatan Stroke Pada

Lansia?”

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari stroke

2. Mengetahui penyebab dari stroke

3. Mengetahui Gejala stroke

4. Mengetahui bagaimana cara mencegah stroke

5. Mengetahui komplikasi dari penyakit stroke

6. Mengetahui diagnosis stroke

7. Mengetahui penatalaksanaan stroke pada lansia

8. Mengetahui pola asuhan keperawatan stroke pada lansia

D. Manfaat

a. Bagi Lansia dan Keluarga

Sebagai salah satu cara perawatan mandiri yang dapat dilakukan

oleh lansia dan keluarga yang mengalami masalah keseimbangan

pasca stroke untuk mengurangi risiko jatuh.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam

memberikan asuhan keperawatan pada lansia post-stroke iskemik

dengan latihan keseimbangan cord stability untuk mengurangi risiko

jatuh.

4
c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam membuat SOP dan

menjadi pertimbangan dalam memberikan discharge planning pada

keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan post-stroke iskemik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Stroke Pada Lansia

a. Pengertian Stroke

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang

disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi

pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling

sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan

bicara, proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang

lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).

b. Pengertian Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa

dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah,2016).

Sedangkan, Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun

dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).

2.2. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, stroke diklasifikasikan menjadi dua jenis

yaitu (P2PTM Kemenkes RI) :

1. Stroke Iskemik (Stroke Sumbatan), Stroke yang paling sering

terjadi. Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian:

vaskular dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh

6
pembuluh darah yang tersumbat. pembuluh darah yang tersumbat

yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli,

thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan

hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. pembuluh darah yang

tersumbat yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala

pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya

iskemia. Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari

awal terjadinya pembuluh darah yang tersumbat. Hal ini berujung

pada kejadian stroke yang tiba-tiba. Stroke iskemik sendiri terbagi

menjadi dua :

a. Stroke Emboli : Bekuan darah atau plak yang terbentuk di

dalam jantung atau pembuluh arteri besar yang terangkut

menuju otak

b. Stroke Trombotik : Bekuan darah atau plak yang terbentuk

di dalam pembuluh arteri yang mensuplai darah ke otak.

2. Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah) dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah dan

darah masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan sel-sel otak

mati sehingga berdampak pada kerja otak berhenti. Penyebab

tersering adalah Hipertensi. Masuknya darah ke dalam parenkim

otak menyebabkan terjadinya penekanan pada berbagai bagian

otak seperti serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah

mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan

dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid

yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan

merangsang meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan

7
tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti

nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.

b. Perdarahan Subarachnoid : Pecahnya pembuluh darah yang

berdekatan dengan permukaan otak dan darah bocor di antara

otak dan tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda,

tetapi biasanya karena pecahnya aneurisma. Lokasi perdarahan

umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum

dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas

hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke

dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem ventrikuler

ke dalam rongga subaraknoid. Adanya perluasan intraventrikuler

sering berakibat fatal.

2.3. Etiologi

Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan

yangmenyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya

suplai darah keotak.Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi

lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor

resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan

kadar lipid darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular

dalam keluarga.

Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat

adanya perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang

mana perdarahan masuk ke ruang subaraknoid yang biasanya berasal

dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi arteriovenosa).

Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari

penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau

kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah

8
yang bisa terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang

meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry &

Weaver, 2013).

Usia menjadi salah satu faktor stroke yang tidak dapat

dikendalikan Lebih tua umur lebih mungkin terjadinya stroke.

Resiko semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak

terkena serangan stroke adalah usia 65 tahun ke atas. Namun stroke

tidak hanya diderita oleh orang lanjut usia saja, melainkan golongan

remaja akhir dan dewasa juga beresiko terkena stroke. Stroke juga

dapat terjadi pada usia muda, bahkan anak anak. Anak-anak

biasanya sangat senang bermain dan dapat beresiko jatuh serta

mengalami benturan dikepala.Apabila terjadi benturan di kepala,

maka ini dapat mengakibatkan stroke.Hal ini dapat mengakibatkan

terjadinya stroke hemoragik yaitu stroke yang diakibatkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak.

2.4. Patofisiologi

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal

(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh

karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan

jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting

trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau

darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan

lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral

oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis

dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang

sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari

keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral

9
terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh

anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit.

Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia

serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah

satunya cardiac arrest.

2.5. Pathway

10
2.6. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan stroke

dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Phase Akut :

a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,

oksigenisasi dan sirkulasi.

b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.

Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa

trombolitik/emobolik.

c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-

30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

pemberian dexamethason.

d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik

e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup

dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan

vena serebral berkurang

2. Post phase akut

1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik

2. Program fisiotherapi

3. Penanganan masalah psikososial

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Anamnesa

A. Identitas

1. Identitas Klien

Identitas umum meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada

usia tua), jenis kelamin (pada umumnya stroke lebih banyak menyerang

pada laki-laki dibandingkan pada wanita, risiko strokepria 1,25 lebih

tinggi dibandingkan wanita, hal ini tidak lepas karena laki-laki

memiliki pola gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan yang salah,

merokok,meminum,alkohol, dan kurang berolahraga menjadi salah satu

faktor yang dapat menyebabkan timbulnyastroke), pendidikan, alamat,

pekerjaan ,agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomer register,

diagnosa medis (Widoyono, 2011)

2. Identitas Penanggung Jawab

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan pasien

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pada umum keluhan pasien stroke terjadi dalam dua hal yaitu

stroke hemoragikdan non hemoragik. Stroke Non hemoragik

biasanya mengalami perubahan tingkat kesadaran, mual muntah,

kelemahan reflek, afasia (gangguan komunikasi), difasia

(memahami kata), kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak

sadar.Kemudian pada stroke hemoragik biasanya memiliki keluhan

perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala berat, mual muntah,

menggigil/berkeringat, peningkatan intrakranial, afasia, hipertensi

12
hebat, distress pernafasan dan koma (Rosjidi, H.C dan Nurhidayat S,

2014)

2. Riwayat kesehatan

Pengkajian yang mendukung dalam hal ini adalah apakah

sebelumnya pasien pernah menderita stroke, adanya riwayat berupa

hipertensi, riwayat penyakit jantung sebelumnya, diabetes mellitus,

penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dan hiperkolesterolemia

ataukolesterol tinggi (Kandou Manado, 2013)

3. Riwayat kesehatan Keluarga

Dalam hal ini kaji penyakit penyerta yang pernah diderita

keluarga pasien seperti diabetes mellitus dan obesitas, adakah

keluarga pasien yang menderita penyakit stroke sebelumnya seperti

penyakit keturunan yang diperoleh dari beberapa mekanisme yaitu

faktor genetik, faktor kepekaan genetik, faktor lingkungan, dan gaya

hidup (Tumewah dkk,2015).

3.2. Pengkajian Fisik

1. Keadaan Umum : lemah, pucat, tanda vital tacikardi, pernafasan cepat.

2. Wajah klien tampak meringis, konjungtiva anemis, mulut mukosa bibir

kering

3. Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan

lemah

4. Dada

 Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat

 Palpasi : Nyeri tekan

 Perkusi : Bunyi ketok sonor

 Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan

5. Abdomen

13
 Inpeksi : Simetris kiri dan kanan, memegang perut saat nyeri

 Palpasi : Nyeri tekan abdomen

 Perkusi : Bunyi ketok timpani

 Auskultasi : Bising usus kanan

6. Klien Integumen warna kulit pucat, turgor kulit jelek, ekstremitas

takikardi, kekuatan otot lemah

7. Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas

3.3. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik

1) Noncontrast Computed Tomography(CT) scanning merupakan

pemeriksaan umum yang digunakan untuk evaluasi pasien dengan

stroke akut.

2) Angiografi serebri Membantu menentukan penyebab dari stroke secara

spesifik seperti stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Pada

stroke perdarahan akan ditemukan adanya aneurisma

3) Lumbal fungsi Pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan

lumbal maka terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah.

4) CT-Scan Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara

pasti. Hasil pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang

masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.

5) Macnetic Resonance Imaging(MRI) Menentukan posisi serta besar/luas

terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan didapatkan area yang

mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik

6) USG DopplerUntuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena

(masalah sistem karotis)

14
7) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbuldan

dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik

dalam jaringan otak.

8) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.

Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.

Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar

leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang

menyerang pasien.

9) Test darah koagulasi Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:

prothrombin time, partial thromboplastin (PTT), International

Normalized Ratio(INR) dan agregasi trombosit. Keempat test ini

gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal.

Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau

pembekuan darah.

10) Test kimia darah Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,

kolesterol, asam urat, dll.

3.4. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral b/d Gangguan Aliran Darah

Sekunder Akibat Peningkatan Tekanan Intracranial

2. Gangguan Komunikasi Verbal b/d Kehilangan Kontrol Otot Facial atau

Oral

3. Gangguan Mobilitas fisik b/d Kerusakan Neuromuscular

4. Resiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d

Ketidakmampuan Menelan

5. Kurangnya Perawatan Diri b/d Hemiparese / Hemiplegi

6. Gangguan Presepsi Sensori : Perabaan yang b/d Penekanan Pada Saraf

Sensori.

15
7. Resiko Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d

Menurunnya Refleks Batuk.

8. Resiko Gangguan Integritas Kulit b/d Tirah Baring lama

9. Gangguan Eliminasi Urin b/d Penurunan Sensasi

10. Gaungguan Eliminasi Avi (Konstipasi) b/d Imobilisasi.

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1.1. Berikan penjelasn
Perfusi Jaringan keperawatan selama ... x 24 kepada keluarga klien
Cerebral b/d jam diharapkan klien dapat tentang sebabsebab
Gangguan Aliran mempertahankan Perfusi peningkatan TIK dan
Darah Sekunder Jaringan Otak dengan akibatnya.
Akibat kriteria hasil: 1.2. Anjurkan Kepada
Peningkatan klien untuk bed rest
Tekanan 1. Tidak gelisah total
Intracranial (3) ke (5) 1.3. Observasi dan catat
2. Tidak ada nyeri kepala Tanda tanda vital
(3) ke (5) 1.4. Berikan posisi kepala
3. GCS 456 (3) ke (5) lebih tinggi 1530
4. Tanda tanda vital (2) ke dengan jantung
(5) 1.5. Anjurkan klien untuk
5. Pupil isokor,reflek menghindari batuk dan
cahaya (2) ke (5) mengejan berlebihan
1.6. Ciptakan lingkungan
Keterangan: yang tenang dengan
1 = Memburuk pemberian terapi
2 = Cukup Memburuk komplementer seperti
3 = Sedang terapi zikir,musik dll.
4 = Cukup membaik 1.7. Kolaborasi dengan
5 = Membaik dokter dalam
pemberian obat
neuroprotektor.
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 2.1. Kaji tipe/derajat
Komunikasi keperawatan selama … x 24 disfungsi,seperti

16
Verbal b/d jam diharapkan klien dapat pasien tidak tampak.
Kehilangan mempertahankan Kekuakan 2.2. Bedakan antara
Kontrol Otot Komunikasi Verbal klien afasia dengan
Facial atau Oral dengan kriteria hasil: disatria.
2.3. Perhatikan
1. Menerima pesan pesan kesalahan dalam
melalui metode alernatif komunikasi dan
(2) ke (5) berikan umpan baik.
2. Memperlihatkan suatu 2.4. Mintalah pasien
peningkatan kemampuan untuk mengikuti
berkomunikasi (2) ke (5) perintah sederhana
3. Meningkatkan seperti buka mata
kemampuan untuk tunjuk ke pintu
mengerti (2) ke (5) sebagai kalimat
4. Mengatakan penurunan sederhana
frustasi dalam 2.5. Tunjukan objek dan
berkomunikasi (2) ke (5) minta pasien untuk
5. Mampu berbicara yang menyebutkan nama
korehen (2) ke (5) benda terssebut.

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 3.1. Kaji kemampuan
Mobilitas fisik keperawatan selama … x 24 secara
b/d Kerusakan jam diharapkan klien dapat fungsional/luasnya
Neuromuscular mempertahankan Mobilisasi kerusakan awal dan
klien mengalami peningkatan dengan cara yang
dengan kriteria hasil: teratur
1. Mempertahankan posisi 3.2. Ubah posisi minimal
optimal (2) ke (5) setiap 2 jam
2. Mempertahankan atau 3.3. Letakan pada posisi
meningkatkan kekuatan telungkap 1 kali.

17
fungsi tubuh (2) ke (5) 3.4. Mulailah melakukan
3. Mempertahankan perilaku gerakan aktif dan
yang memungkinkan pasif (ROM)
adanya aktivitas. 3.5. Sokong ekstermitas
dalam fungsionalnya
Keterangan:
3.6. Tempatkan bantal
1 = Menurun
dibawah aksila untuk
2 = Cukup Menurun
abduksi pada tangan.
3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat
5 = Meningkat

3.6. Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer Sesuai Jurnal

Judul jurnal : Pemberian Terapi Klenengan Gending Jawa Pada


Penderita Stroke Di Desa Bandar Agung Sribawono
Lampung Timur
Peneliti : Sri Haryani,Umi Romayati,Dessy Hermawan,Aryanti
Wardiyah,Eka Trismiyana,Wahid Tri Wahyudi
Jenis : Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM),
P-ISSN: 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030
VOLUME :4
NOMOR :1
TAHUN : 2021
HAL : 31-36

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Ada beberapa jenis terapi komplementer yaitu :

1. Terapi pikiran-tubuh (mind-body)

2. Terapi sistem pengobatan alternatif (alternative medical system)

3. Terapi berbasis biologi (biological based therapies)

18
4. Terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and body based

system)

5. Terapi energi (energy therapies)

6. Terapi pikiran tubuh (mind-body) sebagiannya adalah edukasi pasien,

terapi musik, berdoa dan perbaikan mental.

Pada intervensi keperawatan terapi komplementer kami menggunakan terapi

pikiran tubuh (mind-body) dengan cara terapi musik yaitu Klenengan Gending

Jawa. Pada jurnal Penelitian tahun 2021 tentang “Pemberian Terapi

Klenengan Gending Jawa Pada Penderita Stroke Di Desa Bandar Agung

Sribawono Lampung Timur” dengan cara terapi musik menggunakan

Klenengan Gending Jawa mempunyai pengaruh yang bermakna dalam

meningkatkan keadaan penurunan kecemasan dan keadaan fisik serta keluhan

pasien berkurang terkait penyakit stroke dan yang diderita oleh pasien.

Pada Terapi musik itu sendiri mendengarkan musik kleningan gending jawa

klasik memiliki tempo lambat antara 60-100 bpm (beats per menite), frekuensi

8-13 per menit, harmoni yang lambat, warna nada yang konsisten dan pitch

yang rendah dengan tape recorder atau CD Player selama 10 – 15 menit

sebanyak 2 kali pada waktu longgar atau istirahat dapat menenangkan pikiran

pasien agar memberikan vibes positif dalam proses penyembuhan penyakit

stroke pada lansia dan juga membangkitkan rasa percaya diri dan rasa

optimisme (harapan kesembuhan), dimana dua rasa ini merupakan dua hal

yang sangat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-

obatan dan tindakan medis yang diberikan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

19
Dampak psikologis penderita stroke pada lansia akan terjadi perubahan

mental. Setelah stroke memang dapat terjadi gangguan pada daya pikir,

kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya.

Semua hal tersebut dengan sendirinya memengaruhi kondisi psikologis

penderita. Salah satu cara proses penyembuhan penyakit stroke pada lansia

dengan terapi komplementer yaitu dengan terapi musik klenengan gending

jawa yang membuat pikiran menjadi rilex dan tenang dan ini sudah dibuktikan

oleh jurnal penelitian yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa

optimisme (harapan kesembuhan), dimana dua rasa ini merupakan dua hal

yang sangat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit di samping obat-

obatan dan tindakan medis yang diberikan.

B. SARAN

Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai

perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang

stroke seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta

konsep keperawatan bagi pasien yang menderita stroke, agar gangguan pada

sistem persarafan ini dapat teratasi dengan baik.

Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai

referensi untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Stroke dan makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk

menambah pengetahuan bagi para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan D. Struk. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.

Haryani, S., Keswara, U. R., Hermawan, D., Wardiyah, A., Trismiyana, E., &
Wahyudi, W. T. (2021). Pemberian Terapi Klenengan Gending Jawa Pada
Penderita Stroke Di Desa Bandar Agung Bandar Sribawono Lampung
Timur. JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(PKM), 4(1), 31-36.

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/apa-
saja-jenis-jenis-stroke

Kholifah, S.N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Kemenkes RI Pusdik SDM Kesehatan

Lukman, L., Putra, S. A., & Aguscik, A. (2020, August). DAMPAK ZIKIR
ASMAUL HUSNA TERHADAP TINGKAT KESADARAN PASIEN
STROKE. In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 6, No. 1, pp.
155-160).

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan , Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan


keperawatan , Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

Ummaroh EN. Pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dengan gangguan


komunikasi verbal Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono. Univ muhammadiyah
Ponogoro [Internet]. 2019; Available from:
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5088

21

Anda mungkin juga menyukai