Anda di halaman 1dari 147

PKPA INDUSTRI

“RESUME KOMPETENSI KHUSUS”

OLEH :

NAMA : ANDITO SAPUTRA


STAMBUK : 15120200043
KELOMPOK :X

DOSEN PEMBIMBING :

apt. Rusli, S. Si., M.Si

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
1. Mampu memahami 12 aspek CPOB tahun 2018 (KK No.1)

Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik, bahwa aspek CPOB terdiri atas :

1. Sistem Mutu Industri Farmasi

Suatu industri farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan tanggungjawab memobilisasi
sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk mencapai kepatuhan terhapan regulasi.
Manajemen puncak bertanggungjawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari personal pada semua tingkat di berbagai departemen dalam
perusahaan, juga pemasok dan distributor.

Unsur infrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya serta tindakan sistematis yang diperlukan untuk
mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (jasa
pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

a. Sistem Mutu Industri Farmasi

Manajemen mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek baik secara
individual maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu produk. Manajemen
mutu bertujuan memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan.
Oleh karena itu, manajemen mutu mencakup Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)

b. Cara Pembuatan Obat Yang Baik

CPOB adalah bagian dari manajemen mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau spesifikasi produk.

c. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan.

d. Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan konsistnsi proses,
kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi untuk melihat
tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

e. Manajemen Resiko Mutu

Manajemen resiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian resiko terhadap mutu obat. Prinsip manajemen
resiko mutu adalah (1) evaluasi risiko terhap mutu dilakukan berdasarkan
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan
pada akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien, (2) tingkat upaya pengambilan
tindakann, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu
sepadaan dengan tingkat risiko.
2. Personalia
Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu
industri farmasi harus bertanggungjawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Industri farmasi hendaklah memiliki personel dalam jumlah yang memadai dan
berpengalaman praktis. Manajemen puncak hendaklah menetapkan dan menyediakan
sumber daya yang memadai dan tepat (manusia, finansial, bahan, fasilitas, dan
peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi sistem mutu industri farmasi dan
meningkatkan efektivitas secara terus menerus. Tiap personel tidak boleh dibebani
tanggung jawab berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas.
a. Personel Kunci
Manajemen puncak hendaklah menunjuk personel kunci termasuk kepala produksi.,
kepala pengawasan mutu, dan kepala pemastian mutu.
Tugas kepala pemastian mutu :
- Memastikan penerapan (bila diperlukan) membentuk sistem mutu
- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan
- Memprakarsai dan mengawal audit internal atau inspeksi diri berkala
- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
- Mengevaliasi /mengkaji catatan bets
- Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait
- Memastikan bahwa setia bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa sesuai
dengan peraturan yang beraku di negara tersebut dan sesuai dengan persyaratan
izin edar
- Tanggung jawab kepala pemastian mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya
kepada personel yang berwenang
Tanggung Jawab kepala produksi :

- Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar


memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

- Memberikan persetujuan terhadap prosedur yang terkait dengan kegiatan


produksi dan memastikan bahwa prosedur diterapkan secara ketat

- Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh


personel yang berenang
- Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunan-fasilitas serta
peralatan di bagian produksi
- Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan
- Memastikan bahwa pelatihan awal dan
berkesinambungan bagi personel didepartemennya dilaksanakan dan
diterapkan sesuai kebutuhan.

Tanggung Jawab Kepala pengawasan mutu :

- Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,


metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain

- Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan

- Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak

- Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunan-fasilitas serta


peralatan di bagian produksi pengawasan mutu

- Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan

- Memastikan bahwa pelatihan awal dan kesinambungan bagi personel di


departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan

- Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi
b. Pelatihan

Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang


bertugas di area produksi, gudang penyimpanan, laboratorium, dan personel lain
yang kegiatannya berdampak pada mutu produk. Pelatihan berkesinambungan
hendaklah juga diberikan, dan efektivitas penerapannya hendaklah dinilai secara
berkala. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di
area dimana kontaminasi menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius, atau menimbulkan
sensitisasi. Pengunjung atau personel yang tidak mendapatkan pelatihan sebaiknya
tidak memasuki area produksi dan laboratorium pengawasan mutu.
c. Higiene Perorangan

Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses


perekrutan. Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang
yang berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada personel yang telibat
dalam pembuatan obat. Wajib menggunakan pakaian pelindung sesuai dengan
kegiatan yang akan dilakukan. Dilarang melakukan kediatann yang tidak higienis di
dalam area pembuatan atau diarea lain yang dapat mempengaruhi mutu produk.

d. Konsultan

Konsultan hendaklah memiliki pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang


memadai atau kombinasinya untuk memberikan saran.

3. Bangunan-Fasilitas

Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang
benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil
resiko ketidakjelasan, kontaminasi silang, dan kesalahan lain, serta memudahkan
pemberihan, sanitasi, dan perawtan yang efektif untuk menghindarkan kontaminasi
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.

a. Area Penimbangan

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dilakukan di area
penimbangan terpisah yang didesain khusus dan dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area roduksi.

b. Area Produksi

Area yang dirancang untuk produksi dimana saling berhubungan dengan ruang
produksi lainnya untuk mencegah kontaminasi. Permukaan dinding, lantai dan
langit-langit bagian dalam ruangan halus, bebas retak dan sambungan terbuka,
mudah dibersihkan. Lantai di area pengolahan dibuat dari bahan kedap rembesan,
permukaan rata, mudah dibersihkan, sudut dinding dan lantai berbentuk
lengkungan. Pipa tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan. Lubang
udara masuk dan keluar dipasang sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi.
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar dan dilengkapi parit perangkap
untuk mencegah alir balik. Area produksi di ventilasi dengan filter udara,
pengendali suhu, dan bila perlu pengendali kelembaban. Tingkat kebersihan
ruangan didasarkan pada jumlah maksimum partikel di udara yang diijinkan dan
jumlah maksimum mikroorganisme di udara yang diijinkan. Kategori A, B, C, dan
D adalah produk steril. Produk non-steril Kelas E.
c. Area Penyimpanan
Area terpisah dengan ruang produksi, bersih, kering dan mendapat pencahayaan
yang cukup. Selain itu, Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk
penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang
dikembalikan. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di
tempat terkunci.
d. Area Pengawasan Mutu

Laboratorium kendali mutu harus dipisahkan dari area produksi. Laboratorium


kendali mutu harus dirancang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

e. Sarana Pendukung

Harus ada kamar kecil, kantin, ruang ganti, toilet, bengkel perbaikan dan
pemeliharaan, terpisah dari area produksi dan laboratorium kendali mutu. Ruang
istirahat dan kantin harus dipisahkan dari area produksi dan laboratorium kendali
mutu. Jika perlu, fasilitas perawatan hewan harus dilengkapi dengan pintu masuk
terpisah (jalur hewan) dan perangkat kontrol udara terpisah.

f. Pembersihan dan Sanitasi Bangunan-Fasilitas

Desain dan konstruksi bangunan yang digunakan untuk produksi farmasi harus
berkontribusi pada kebersihan yang layak. Untuk penggunaan rodentisida,
insektisida, fungisida, fumigan, kebersihan dan sanitasi yang layak, diperlukan
prosedur tertulis. Prosedur tertulis harus diikuti untuk mencegah kontaminasi
peralatan, bahan awal, wadah farmasi, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau
produk jadi.

4. Peralatan

Peralatan dalam produksi obat harus memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran
yang sesuai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin.

a. Desain dan Kontruksi

Peralatan produksi harus ditempatkan dan dikelola sesuai dengan tujuannya.


Permukaan peralatan yang digunakan tidak boleh menimbulkan reaksi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian (diluar batas yang telah ditentukan).

b. Pemasangan dan Penempatan

Peralatan produksi ditempatkan dengan mengikuti jarak (berjarak) agar tidak terjadi
kekeliruan dan ketercampurbaauran produk. Tiap peralatan utama diberi tanda
dengan nomor identitas yang jelas. Jika ada peralatan yang rusak, hendaklah
dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya diberikan
penandaan yang jelas.
c. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

Setelah penggunaan, peralatan dibersihkan secara menyeluruh baik bagian dalam


maupun bagian luar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

d. Pemeliharaan

Peralatan harus dipelihara sesuai jadwal untuk menegah malfungsi atau kontaminasi
yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

5. Produksi

Proses produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatn dan izin edar. Proses produksi dilakukan dan disupervisi oleh tanaga
berkompeten. Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai prosedur atau
instruksi tertulis dan sebaiknya dilakukan pencatatan. Bahan yang diterima dilakukan
pemeriksaan kesesuaian dengan pesanan. Penyimpanan bahan dan produk jadi
disimpan pada kondisi yang telah ditetapkan pabrik dan disimpan secara rapi. Bila
terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari kepala bagian
manajemen mutu (pemastian mutu) dan bila perlu melibatkan bagian pengawasan
mutu.

a. Bahan Awal

- Bahan aktif
Bahan aktif yang diterima dari pemasok hendaklah dilakukan seleksi,
kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan dari pemasok bahan awal.
Ketelusuran rantai pasok bahan awal hendaklah dinilai secara resmi dan
diverifikasi secara berkala
- Eksipien
Eksipien dan pemasok eksipien dikendalikan hasil penilaian risiko mutu yang
resmi. Penilaian risiko mutu dapat mengacu pada Pedoman PIC/S mengenai
pelaksanaan penilaian risiko untuk pemastian penerapan Cara Pembuatan yang
Baik untuk eksipien obat untuk manusia atau pedoman internasional. Bahan
awal di area penyimpanan diberi label yang tepat (memuat nama bahan , nomor
bets/kontrol yang diberikan saat penerimaan bahan, status bahan tanggal
kedaluwarsa/ tanggal uji ulang).

b. Validasi
Ketika suatu formula atau metode preparasi baru diadopsi, baiknya dilakukan
pembuktikan prosedur tersebut cocok atau tidak untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan
yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Baiknya revalidasi dilakukan secara berkala untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
c. Pencegahan Kontaminasi Silang

• Tindakan teknis terdiri atas :


a) Fasilitas pembuatan terdedikasi (bangunan-fasilitas dan peralatan)
b) Area produksi terkungkung dengan alat pengolahan dan sistem tata udara
yang terpisah
c) Desain proses pembuatan, bangunan-fasilitas dan
peralatan yang dapat meminimalisasi risiko
kontaminasi silang

d) Penggunaan "sistem tertutup" untuk pemrosesan dan transfer


bahan/produk antar peralatan
e) Penggunaan sistem penghalang fisik, termasuk isolator
f) Pembuangan debu terkendali di dekat sumber kontaminan
g) Dedikasi peralatan, dedikasi bagian kontak produk atau dedikasi bagian
tertentu yang sulit dibersihkan (misal filter), dedikasi alat pemeliharaan
h) Penggunaan teknologi sekali pakai
i) Penggunaan peralatan yang dirancang untuk memudahkan pembersihan
j) Penggunaan penyangga udara dan pengaturan perbedaan tekanan yang
tepat untuk membatasi kontaminan
k) Meminimalkan risiko kontaminasi yang disebabkan oleh resirkulasi
l) Penggunaan sistem otomatis pembersihan-di-
tempat yang tervalidasi efektivitasnya
m) Pemisahan tempat pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan
untuk area pencucian umum.
• Tindakan terorganisir terdiri atas :
a) Dilakukan pemisahan berdasarkan waktu yang diikuti dengan proses
pembersihan yang telah divalidasi
b) penggunaan pakaian pelindung khusus
c) verifikasi pembersihan setelah setiap pembuatan produk
d) risiko kontaminasi, verifikasi pembersihan permukaan yang tidak kontak
dengan produk dan pemantauan udara di dalam area pembuatan dan/atau
daerah yang bersebelahan untuk menunjukkan efektivitas
e) penanganan limbah, air bilasan yang terkontaminasi dan pakaian kotor
f) pencatatan terhadap tumpahan, kejadian tidak sengaja atau
penyimpangan prosedur
g) proses pembersihan untuk bangunan-fasilitas dan peralatan sehingga
tidak menyebabkan risiko kontaminasi silang
h) catatan rinci untuk proses pembersihan untuk pemastian penyelesaian
pembersihan sesuai dengan prosedur yang disetujui
i) penggunaan area pencucian umum
j) dilakukan supervisi perilaku kerjayang bertujuan untuk memastikan
efektivitas pelatihan serta kepatuhan
d. Sistem Penomoran Bets/Lot

Pada proses penomoran bets/lot dilakukan secara rinci yang bertujuan untuk
memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi
dapat diidentifikasi. Pada sistem penomoran bets/lot diharuskan terjamin bahwa
nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang serta dilakukan pencatatan
pada logbook.

e. Penimbangan-Penyerahan

Pada proses penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal,


bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan haruslah tercakup dalam
prosedur serta hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu serta belum kedaluwarsa yang
boleh diserahkan. Untuk bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait
dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan yang bertujuan
untuk meminimalisir kontaminasi silang, serta ketercampuran antar bahan. Setiap
proses penimbangan atau pengukuran dilakukan oleh dua orang personel serta
dilakukan pencatatan terkait hasil penimbangan tersebut. Ruang penimbangan
hasrulah dalam keadaan serta menggunakan alat yang bersih, Sesudah ditimbang
atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan serta diberikan penandaan
yang jelas. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan
hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor
produksi sebelum dikirim ke area produksi.

f. Pengembalian

Untuk bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar,
namun tidak boleh dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.

g. Operasi Pengolahan Produk Antara dan Produk Ruahan

Dilakukan pemeriksaan pada semua bahan sebelum digunakan. Kegiatan yang


berbeda tidak boleh dilakukan dalam ruangan yang sama untuk meminimlisir
kontaminasi silang.
Lingkungan pada area produksi harus selalu dipantau dan dikendalikan serta selalu alat
produksi dipastikan dalam keadaan yang bersih secara tertulis. Semua kegiatan
pengolahan dilakukan dengan mengikuti prosedur yang tertulis, Ketika terjadi
penyimpangan baiknya dijustifikasi dan dilaporkan. Pada bagian wadah dan peralatan
yang berisi produk antara harus diberi label namun sebelum dilakukan baiknya semua
penandaan terdahulu harus dihilangkan. Hasil tiap tahap pengolahan bets dicatat dan
diperiksa serta dibandingkan dengan hasil teoritis.
h. Bahan dan Produk Kering

Pada tahap ini diperlukan perhatian untuk melindungi produk terhadap kontaminasi
serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas dihindarkan. Ayakan hendaklah
diperiksa terhadap keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.

- Pencampuran dan Granulasi

Parameter operasional (misalnya: waktu, kecepatan dan suhu) pada tiap proses
pencampuran, pengadukan dan pengeringan harus tercantum dalam dokumen
produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dilalukan pencatatan.
Dilakuakan pemasangan Kantong filter pada mesin pengering fluid bed namun tidak
boleh dipakai untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Pembuatan
dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga risiko kontaminasi atau pertumbuhan mikroba.

- Pencetakan Tablet

Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu untuk
menghindarkan kecampurbauran antar produk. Untuk mencegah kecampurbauran
perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun
penandaan. Pada tahap ini diperlukan alat timbang yang akurat yang telah
dikalibrasi yang bertujuan untuk pemantauan bobot tablet. Tablet yang telah
diambil untuk proses pengujian tidak boleh dimasukkan Kembali kedalam bets,
untuk tablet yang ditolak ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas
mengenai status dan jumlahnya dicatat pada catatan pengolahan bets. Sebelum dan
setelah dipakai, punch and die hendaklah diperiksa keausan dan kesesuaiannya
terhadap spesifikasi dan dilakukan pencatatan setelah digunakan.

- Penyalutan

Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Dilakukan dokumentasi terkait proses
pembuatan dan penggunaan larutan penyalut.

- Pengisian Kapsul Keras

Cangkang kapsul harus disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan
dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban.

- Penandaan Tablet Salut dan Kapsul


Diberikan perhatian khusus untuk menghindarkan kecampurbauran selama proses
pemeriksaan, penyortiran dan pemolesan kapsul dan tablet salut.

i. Produk Cair, Krim, dan Salep (non-steril)

Dalam mendesain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit mungkin ada


sambungan- mati (dead-legs) atau ceruk di mana residu dapat terkumpul dan
menyebabkan proliferasi mikroba. Mutu bahan yang diterima dalam tangki dari
pemasok hendaklah diperiksa sebelum ditransfer ke dalam tangki penyimpanan

j. Bahan Pengemas

Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada personel yang berwenang sesuai


prosedur tertulis yang disetujui. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau
bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolet hendaklah dimusnahkan dan
dicatat.

k. Kegiatan Pengemasan

Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga


identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Sebelum kegiatan
pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan langkah untuk memastikan bahwa area
kerja, jalur pengemasan, mesin pencetakan dan peralatan lain telah bersih serta bebas
dari produk lain, bahan, atau dokumen yang digunakan sebelumnya, jika tidak
diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan.
Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara sebagai
berikut:

a) menggunakan label-gulung
b) pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c) dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis
d) label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masingmasing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda
e) di samping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah
dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu
selama dan pada akhir proses pengemasan

l. Pengawasan Selama Proses


Dalam memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan
selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya
dicatat.

m. Bahan dan Produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan


Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah pada restricted area. Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan
kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah
apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat. Pada produk yang dikembalikan dari peredaran
dan yang telah lepas dari pengawasan industri farmasi harus dilakukan pemusnah.
Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut
hanya bila tanpa keraguan mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi
secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu sesuai prosedur tertulis. Evaluasi
tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran.

6. Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik


Jika industri Farmasi berfungsi sebagai pusat distribusi maka wajib menerapkan pedoman
cara distribusi obat yang baik. Tujuan pedoman ini yaitu untuk membantu dalam
penjaminan mutu selama proses penyimpanan dan pengiriman obat.
a. Personalia
Personil kunci yang terlibat memiliki kemampuan dan pengalaman juga tanggung
jawab untuk memastikan obat tempat dikirim dan disimpan.
b. Organisasi dan Manajemen
Setiap personil tidak boleh memiliki beban tanggung jawab yang berlebihan untuk
menghindari resiko terhadap mutu obat. tanggung jawab dan kewenangan personil
diuraikan secara jelas uraian tugas tertulis. Tersedia prosedur keselamatan yang
berkaitan dengan semua aspek.
c. Manajemen Mutu
Tersedia prosedur pelulusan obat bahwa obat yang dijual maupun didistribusikan hanya
kepada distributor atau sarana yang berwenang. Tersedia prosedur dan juga catatan
tertulis untuk menelusuri distribusi produk.
d. Bangunan-Fasilitas Penyimpanan
Obat disimpan pada tempat yang sesuai untuk mencegah kontaminasi, kecampurbauran
dan kontaminasi silang. Area penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang
memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.
e. Penerimaan
Pemeriksaan jumlah produk dilakukan pada saat penerimaan untuk memastikan jumlah
yang diterima sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam catatan penyerahan dari
produksi.
f. Kondisi Penyimpanan dan Transportasi
Obat hendaklah disimpan dan diangkut dengan memenuhi prosedur sedemikian hingga
kondisi suhu dan kelembaban relatif yang tepat dipertahankan, misal menggunakan
cold chain untuk produk yang tidak tahan panas. Kendaraan dan pelengkapan yang
digunakan untuk mengangkut, menyimpan atau menangani obat hendaklah sesuai
untuk mencegah pemaparan produk terhadap kondisi yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk dan keutuhan kemasan, serta mencegah semua jeniskontaminasi
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk
pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan dilakukan. Penilaian produk jadi hendaklah mencakup semua
faktor yang terkait. Termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama proses, evaluasi
dokumen produksi, sesuai dengan spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalm
kemasan akhir.
A. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik
Bangunan dan fasilitas laboratorium pengawasan mutu memenuhi persyaratan
umum dan khusus. Peralatan laboratorium tidak boleh dipindah-pindahkan agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Jumlah personil, bangunan, fasilitas dan peralatan
laboratorium sesuai dengan jenis dan skala kegiatan pembuatan.
Kegiatan pengambilan sampel harus dicatat dengan menguraikan : metode
pengambilan sampel, peralatan yang dipakai, jumlah sampel yang diambil, instruksi
untuk semua pembagian sampel yang diperlukan, kondisi dan tipe wadah sampel,
penandaan wadah yang di sampel, tindakan khusus yang diperhatikan, kondisi
penyimpanan dan prosedur pembersihan penyimpanan alat sampling. Sampel mewakili
bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Wadah sampel memiliki label
berisikan nomor bets, tanggal pengambilan dan wadah yang diambil sampelnya.
Personil pengambilan sampel sudah melakukan pelatihan yang mencakup
rencana prosedur, teknik dan peralatan untuk pengambilan sampel, resiko kontaminasi
silang, tindakan pencegahan untuk zat yang tidak stabil atau steril, kepentingan
pertimbangkan tampilan visual bahan wadah dan label dan kepentingan mencatat
keadaan tak terduga.
Pengambilan sampel harus dilakukan dengan mencegah kontaminasi atau efek
lain yang mempengaruhi mutu. wadah yang sudah diambil sampelnya diberikan label
berisikan isi wadah, nomor bets, tanggal pengambilan dan tanda sampel itu diambil
lalu ada di tutup rapat. Alat pengambilan sampel harus bersifat inert dan bersih.
intruksi pengambilan sampel meliputi
: metode dan pola pengambilan sampel, peralatan yang dipakai, jumlah sampel yang
diambil, intruksi pembagian sampel sesuai kebutuhan, jenis wadah sampel yang harus
digunakan, wadah, peringatan khusus, kondisi penyimpanan dan instruksi tentang
pembersihan dan penyimpanan alat yang digunakan untuk pengambilan sampel. Tiap
wadah sampel memiliki label berisikan nama bahan, nomor bets, nomor wadah yang
diambil sampelnya, tanda tangan petugas pengambil sampel dan tanggal.
Laboratorium yang menggunakan metode analisis tanpa validasi awal harus
melakukan verifikasi terlebih dahulu. Semua kegiatan pengujian diuraikan dalam izin
edar obat dan dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui. Hasil penguji
hari di dan kalkulasinya harus diperiksa dengan kritis. catatan pengujian berisikan
nama bahan atau produk, Di mana perlu, bentuk sediaan, nomor bed dan, dimana
relevan, pembuat atau pemasok, rujukan spesifikasi dan prosedur pengujian relevan,
Hasil pengujian, tanggal pengujian, paraf personil yang menguji, para personel yang
memverifikasi, pernyataan pelulusan atau penolakan dengan tanda tangan personil
yang bertanggungjawab dan dilengkapi tanggal, dan rujukan peralatan yang dipakai.
Perhatian khusus diberikan pada mutu pereaksi, larutan, alat gelas, baku pembanding
dan media pembenihan. reaksi larutan dan baku pembanding juga media pembenihan
an tanggal pembuatan dan tanggal dibuka juga tanda tangan personil yang membuat.
Bila perlu tercantum tanggal penerimaan tiap bahan yang dipakai pada wadah. Media
dan Galur mikrobiologi bekas pakai harus di dekontaminasi dan dibuang. Hewan yang
digunakan untuk pengujian, bahan atau produk perlu dikarantina sebelum digunakan.
B. Persyaratan Pengujian
Pengawasan mutu harus memastikan bahan yang akan dirumuskan yaitu bahan
awal atau bahan pengemas Sudah diuji kesesuaiannya terhadap spesifikasi untuk
identitas, kekuatan, kemurnian dan parameter mutu lain. Setiap produk harus dilakukan
pengujian laboratorium meliputi spesifikasi produk akhirnya sebelum diluluskan.
Produk harus ditolak apabila produk jadi tersebut tidak memenuhi spesifikasi dan
kriteria mutu. Produk hasil pengolahan ulang harus memenuhi semua spesifikasi dan
kriteria mutu sebelum diluluskan dan didistribusikan. Pemantauan meliputi
pemantauan teratur mutu air untuk proses,Pemantauan mikrobiologis pada lingkungan
produksi, pengujian terhadap lingkungan sekitar area produksi dan pemantauan
kontaminan udara. Waktu penyimpanan harus ditetapkan untuk setiap bahan awal,
produk antara dan produk ruahan. jika melewati batas waktu ini maka hendak diuji
oleh pengawasan mutu meliputi identitas, kekuatan kemurniaan dan mutu. jika bahan
yang disimpan pada kondisi yang tidak sesuai harus diuji ulang lalu dinyatakan lulus
oleh pengawasan mutu sebelum akhirnya bahan tersebut digunakan dalam proses.
Pengujian tambahan dilakukan sesuai ketentuan terhadap produk jadi hasil pengolahan
ulang kemudian uji stabilitas lanjut dilakukan sesuai dengan keperluan.
C. Program Stabilitas Pascapemasaran
Setelah dipasarkan, obat harus dipantau secara berkesinambungan untuk
mendeteksi semua masalah stabilitas. tujuan program stabilitas pasca pemasaran ini
yaitu untuk memantau produk selama masa edar dan memenuhi spesifikasinya selama
disimpan pada kondisi penyimpanan yang tertera pada label.Untuk produk ruahan yang
disimpan dalam jangka waktu lama sebelum dikemas atau dikirim maka hendaklah
dievaluasi dan dikaji. Parameter yang dilakukan sebagai protokol untuk program
stabilitas pasca pemasaran meliputi jumlah bed kekuatan dan ukuran bed yang
berbeda, ada metode pengujian yang relevan, kriteria keberterimaan, rujukan metode
pengujian, uraian sistem tutup wadah, interval pengujian, kondisi penyimpanan dan
parameter lain yang spesifik . Hasil studi stabilitas pasca pemasaran dapat diakses oleh
personil kunci dan personil yang berwenang jika stabilitas on going dilakukan diluar
lokasi pembuatan produk ruahan atau produk akhir harus tersedia persetujuan tertulis
antara kedua pihak dan tersedia di lokasi pembuatan untuk diperiksa oleh BPOM.
D. Transfer Metode Analisis
Transfer metode analisis dari satu laboratorium ke laboraturium lain hendaklah
dijelaskan dalam protokol rinci.

8. Inspeksi Diri
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi
diri dilakukan secara independen dan rinci oleh personel perusahaan yang kompeten.
Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya
masing-masing dan memahami CPOB
A. Audit Mutu
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagaian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusu untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
B. Audit dan Persetujuan Pemasok
Kepala pemastian mutu bertanggung jawab dengan bagian lain untuk memberi
persetujuan pemasok untuk memasok bahan awal dan pengemas dengan spesifikasi
yang ditentukan. Daftar pemasok bahan awal dan pengemas yang disetujui harus dibuat
untuk disiapkan dan dikaji.

9. Keluhan dan Penarikan Produk


Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur yang sesuai hendaklah
tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi, dan meninjau keluhan termasuk potensi
cacat mutu dan jika perlu segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji klinik dari
jalur distribusi secara efektif.
A. Personel dan Pengelolaan
Personel yang bertanggung jawab dalam investigasi keluhan dan cacar mutu serta
memutuskan langkah yang diambil dalam suatu masalah seperti penarikan harus
terlatih dan berpengalaman. Personel tersebut harus independen dari bagian penjualan
dan pemasaran, namun terkecuali jika ada justifikasi. Personel untuk penanganan,
penilaian, investigasi, peninjauan keluhan dan cacat mutu, pengurangan-risiko, serta
dapat berkomunikasi dengan otoritas pengawas obat harus terlatih dan memadai, dan
dapat dipertimbangkan pula jika ada tim yang memadai.
B. Prosedur Penanganan dan Investigasi Keluhan Termasuk Cacat Mutu yang Mungkin
Terjadi Prosedur untuk investigasi cacat mutu harus mencakup:
- Deskripsi cacat mutu.
- Penentuan luas cacat mutu, dengan dilakukan pengujian terhadap sampel
pembanding dan/atau sampel tertinggal. Selain itu pada kasus tertentu dilakukan
peninjauan catatan produksi bets, sertifikasi bets dan distribusi bets untuk produk
tidak tahan panas.
- Permintaan sampel atau produk cacat yang dikembalikan agar dapat dievaluasi.
- Penilaian resiko akibat cacat mutu, berdasarkan tingkat keparahan dan luasnya.
- Proses pengambilan keputusan terkait kemungkinan tindakan pengurangan-risiko
dalam distribusi seperti penarikan bets/produk atau tindakan lainnya.
- Penilaian dampak dari tindakan penarikan obat, terutama terkait ketersediaan
peredaran bagi pasien dan kebutuhan laporan dampak penarikan kepada otoritas
terkait.
- Komunikasi internal dan eksternal.
- Identifikasi akar masalah cacat mutu.
- Kebutuhan melakukan identifikasi dan implementasi tindakan
pembenaran dan pencegahan serta penilaian efektivitas.

C. Investigasi dan Pengambilan Keputusan


Informasi kemungkinan cacat mutu harus dicatat termasuk data yang asli dan rinci.
Cacat mutu yang dilaporkan harus didokumentasikan dan dinilai sesuai prinsip
Manajemen Risiko Mutu untuk mendukung keputusan tindakan yang diambil. Jika
ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada bets, pemeriksaan ebts dan produk lain harus
dipertimbangkan untuk pemastian dampak kepada bets dan produk lain.Tinjauan
terhadap laporan cacat mutu sebelumnya atau informasi terkait harus tercakup pada
investigasi cacat mulu agar masalah spesifik dan berulang dapat mendapatkan
perhatian dan tindak lanjut. Keputusan saat dan setelah investigasi cacat mutu dapat
menjelaskan tingkat risiko cacat mutu dan keseriusan ketidakpatuhan persyaratan
dokumen izin edar/spesifikasi produk, keputusan ini diambil untuk memastikan
keselamatan pasien. Informasi jenis dan luas cacat mutu tidak selalu didapatkan pada
awal investigasi, sehingga pengambilan keputusan tetap memastikan tindakan
pengurangan-risiko yang tepat tetap diambil, dan keputusan atau tindakan yang
diambil harus didokumentasikan.Cacat mutu harus dilaporkan tepat waktu oleh pabrik
pembuat kepada yang memegang izin edar dan otoritas pengawas obat, terutama pada
kasus cacat mutu yang mengakibatkan penarikan dan pembatasan pasokan produk.
D. Analisis Akar Masalah dan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Analisis akar masalah yang tepat harus dilakukan selama investigasi cacat mutu, jika
akar masalah tidak dapat ditemukan, pertimbangan harus diberikan untuk
mengidentifikasi akar masalah yang paling mungkin dan mengidentifikasi tindakan
untuk mengatasinya. Jika ada kecurigaan pada faktor kesalahan personel, maka harus
dijustifikasi secara formal dan hati-hati untuk memastikan kesalahan proses,
prosedural, sistem atau masalah lain tidak terabaikan.Tindakan pencegahan dan
korektif juga harus diambil sebagai tindak lanjut terhadap cacat mutu dan setelahnya
tindakan tersebut harus dipantau dan dinilai. Cacat mutu harus ditinjau dan dianalisis
secara berkala.
E. Penarikan Produk dan Kemungkinan Tindakan Pengurangan Risiko Lain
- Harus terdapat prosedur yang tertulis yang dapat dikaji secara berkala untuk
mengatur tindakan penarikan atau pengurangan-risiko lain.
- Penarikan harus dilakukan segera sebelum menetapkan akar masalah dan luas dari
cacat mutu untuk melindungi kesehatan masyarakat. Catatan distribusi bets/produk
digunakan oleh personel bertanggung jawab saat penarikan.
- Untuk obat uji klinik, semua lokasi dan negara tujuan harus diidentifikasi, pabrik
pembuat harus bekerja sama dengan sponsor untuk memberitahukan pemilik izin
edar terkait dengan obat uji klinik yang telah memiliki izin edar terkait dengan
cacat mutu.
- Setelah berkonsultasi dengan otoritas pengawas harus ada pertimbangan, cakupan
jalur distribusi tindakan penarikan, dengan mempertimbangan risiko terhadap
kesehatan masyarakat dan dampak lain yang mungkin terjadi.
- Semua otoritas pengawas diinformasikan sebelum penarikan, namun untuk masalah
yang serius seperti dapat memberikan efek serius pada kesehatan pasien, tindakan
pengurangan- risiko harus cepat dilakukan sebelum melapor pada otoritas
pengawas obat.
- Pertimbangan dilakukan apabila tindakan penarikan dapat memengaruhi pasar
dengan cara berbeda-beda sehingga tindakan pengurangan-risiko yang tepat harus
dibuat dan didiskusikan dengan otoritas pengawas obat.
- Produk yang ditarik harus diberi identitas dan disimpan terpisah di area yang aman,
dan disposisi formal dari bets yang ditarik harus dibuat dan didokumentasikan.
- Efektivitas dari penarikan harus dievaluasi secara berkala untuk mengetahui
ketangguhan dan kelayakan prosedur.
- Selain penarikan, tindakan tambahan untuk mengurangi risiko akibat cacat mutu
harus dipertimbangkan, tindakan yang dilakukan adalah penerbitan surat peringatan
kepada tenaga kesehatan profesional terkait bets yang berpotensi cacat.

10. Dokumentasi
- Dokumen harus didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan, selain itu dokumen juga
harus sesuai dengan Berkas Spesifikasi Produk, dokumen Izin Industri Farmasi dan Izin
Edar yang relevan. Dokumen reproduksi yang didapatkan dari dokumen induk tidak
menimbulkan kesalahan.
- Dokumen yang berisi prosedur harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personel yang tepat dan berwewenang, isi dokumen harus bermakna ganda dan diberi
tanda unik serta ditetapkan tanggal berlaku.
- Dokumen dengan isi intruksi disajikan dengan rapi dan mudah dicek, gaya dan bahasa
juga harus sesuai dengan penggunaan. Prosedur dan metode kerja harus ditulis dengan
kalimat perintah.
- Dokumen dalam Sistem Mutu Industri harus dikaji berkala, bila dokumen direvisi harus
dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak
berlaku lagi. Dokumen tidak boleh ditulis-tangan, bila perlu pencatatan data harus
disiapkan ruang untuk mencatat.

11. Kegiatan Alih Daya


Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontak yang
secara jelas menentukan peran dan tanggungjawab masing-masing pihak. Mutu industri
farmasi dari pemberi kontrak hendaklah menyatakan secara jela prosedur pelulusan tiap
bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggungjawab penuh kepala pemastian mutu.
Dalam bab ini dijelaskan tanggungjawab industrii farmasi terhadap badan POM dalam
pemberian izin edar dan izin industri farmasi.
A. Pemberi kontrak
Sistem mutu industri farmasi pemberi kontrak hendaklah mencakup pengawasan dan
pengkajian terhadap kegiatan alih daya. Proses ini harus memasukkan prinsip
manajemen resiko mutu termasuk :
- Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai legalitas, kesesuaian dan
kompetensi Penerima Kontrak.
- Pemberi Kontrak harus menyediakan informasi dan pengetahuan kepada
Penerima Kontrak sesuai dengan Izin Edar produk terkait.
- Pemberi Kontrak harus memantau dan mengkaji kinerja Penerima Kontrak.
Kepala Pemastian Mutu Pemberi Kontrak harus:
- Bertanggung jawab untuk mengkaji dan menilai semua catatan
- Memastikan produk dan bahan yang dikirim sesuai proses CPOB dan Izin Edar.
B. Penerima Kontrak
- Penerima Kontrak harus melaksanakan pekerjaan yang diberika Pemberi Kontrak
- Penerima Kontrak harus memastikan semua produk
- Penerima Kontrak tidak boleh mengalihkan pekerjaan apapun
- Penerima Kontrak tidak boleh melakukan perubahan apapun
- Penerima Kontrak harus memahami kegiatan-kegiatan yang diperiksa Badan
POM
C. Kontrak
- Kontrak tertulis dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak.
- Kontrak harus menguraikan secara jelas pihak yang melaksanakan setiap kegiatan
yang dilakukan.
- Semua Catatan terkait alih daya disimpan dan disediakan oleh Pemberi Kontrak.
- Kontrak harus mencakup izin bagi Pemberi Kontrak untuk menginspeksi.

12. Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi dan Validasi diterapkan di fasilitas, peralatan, sarana penunjang dan proses
yang digunakan pada pembuatan obat dan bahan aktif obat. Pendekatan manajemen risiko
mutu harus dilakukan sepanjang siklus hidup obat. Data pendukung kualifikasi dan validasi
diperoleh dari sumber di luar program industri
Pengorgansasian dan Perencanaan Kualifikasi dan Validasi
A. Kegiatan kualifikasi dan validasi direncanakan
B. Kegiatan kualifikasi dan validasi dilakukan oleh personel dengan pelatihan
C. Personel diberitanggung jawab untuk kualifikasi/validasi melapor sesuai Sistem Mutu
Industri Farmasi
D. Elemen kunci program kualifikasi dan validasi harus ditetapkan secara jelas dalam
Rencana Induk Validasi.

2. Mampu melakukan penelusuran informasi terkait karakteristik fisika, kimia, fisikokimia,


farmakologi, mikrobiologi, serta regulasi sebagai landasan studi praformulasi (KK No.2)
Jawab :

A. Karakteristik
Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683)

Nama Resmi TEOFILIN


Kemurnian Tablet Teofilin mengandung teofilin
anhidrat, C7H8N4O2, tidak kurang
dari 94,0% dan tidak lebih dari
106,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Rumus Molekul C7H8N4O2.H2O


Berat Molekul 198,18
Rumus Struktur

Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa


pahit; stabil di udara.
Kelarutan Sukar larut dalam air; tetapi lebih mudah
larut dalam air panas; mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam
amonia; agak sukar larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter.
pH -
Mikrobiologi -
Penetapan Kadar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

B. Karakteristik Farmakologi
Teofilin Tablet (Drugs.com, DIH dan Goodman and Gilman)
Indikasi Bronkodilator yang digunakan untuk
mengobati gejala asma , bronkitis,
emfisema , dan masalah pernapasan
lainnya. Teofilin termasuk dalam
kelompok obat yang dikenal sebagai
bronkodilator. Bronkodilator adalah
obat-obatan yang mengendurkan otot di
saluran bronkial (saluran udara) paru-
paru. Meredakan batuk, mengi, sesak
napas, dan gangguan pernapasan dengan
meningkatkan aliran udara melalui
saluran bronkial.
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap teofilin atau
komponen formulasi lainnya; injeksi
premiks mungkin mengandung
dekstrosa yang diturunkan dari jagung
dan penggunaannya dikontraindikasikan
pada pasien dengan alergi terhadap
produk terkait jagung
Golongan Bronkodilator
Mekanisme Kerja menghambat enzim nukleotida siklik
fosfodiesterase (PDE). PDE
mengkatalisis pemecahan AMP siklik
menjadi 5’- N N N N H3C CH3 O H O
AMP dan GMP siklik menjadi 5’-GMP.
Penghambatan PDE menyebabkan
penumpukan AMP siklik dan GMP
siklik, sehingga meningkatkan tranduksi
sinyal melalui jalur ini. Teofilin
merupakan suatu antagonis kompetitif
pada reseptor adenosin, kaitan
khususnya dengan asma adalah
pengamatan bahwa adenosin dapat
menyebabkan bronkokonstriksi pada
penderita asma dan memperkuat
mediator yang diinduksi secara
imunologis dari sel must paru-paru
Secara umum teofilin dengan cara
mengendurkan otot di saluran
pernapasan sehingga udara dapat
mengalir dengan lebioh lancar dan
proses bernapas juga bisa lebih mudah. 
Efek Samping - Cardiovascular: Flutter,
tachycardia

- Central nervous system:


Headache, hyperactivity (children),
insomnia, restlessness, seizures

- Endocrine & metabolic:


Hypercalcemia (with concomitant
hyperthyroid disease)

- Gastrointestinal: Nausea, reflux


or ulcer aggravation, vomiting

- Genitourinary: Difficulty
urinating (elderly males with prostatism)

- Neuromuscular & skeletal:


Tremor

- Renal: Diuresis (transient)

Dosis dan aturan pakai  Dewasa, remaja, dan anak-anak


di atas usia 1 tahun dengan berat
lebih dari 45 kg —Mula-mula
300 mg/hari dibagi dan diberikan
setiap 6 sampai 8 jam. Dokter
Anda mungkin menyesuaikan
dosis Anda sesuai
kebutuhan. Namun, dosis total
biasanya tidak lebih dari 600
mg /hari
 Orang dewasa yang lebih tua —
Dosis harus ditentukan oleh
dokter Anda. Namun, dosis total
biasanya tidak lebih dari 400
mg/hari dibagi dan diberikan
setiap 6 hingga 8 jam.
 Anak-anak dan remaja berusia 1
sampai 15 tahun dengan berat
kurang dari 45 kg —Dosis
didasarkan pada berat badan dan
harus ditentukan oleh dokter
Anda. Dosis pertama adalah 12
sampai 14 mg per kg berat badan
per hari, dibagi dan diberikan
setiap 4 sampai 6 jam. Dokter
Anda mungkin menyesuaikan
dosis Anda sesuai
kebutuhan. Namun, dosis total
biasanya tidak lebih dari 20 mg
per kg berat badan per hari atau
600 mg per hari.
 Bayi di bawah usia 1 tahun —
Dosis didasarkan pada berat
badan dan usia dan harus
ditentukan oleh dokter Anda.

C. Regulasi Studi Praformulasi (Kemenkes RI, 2018, Teknologi Sediaan Solid)


1. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat
yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan dalam ukuran,
bentuk, berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe atau jenis tablet
dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan kemudian melepaskan
bahan obat yang ada di dalam tablet tersebut ke dalam saluran pencernaan. Tablet
dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solida yang mengandung satu atau lebih
zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan mutu sediaan tablet,
kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat anti
lekat serta dibuat dengan cara mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
2. Preformulasi dapat juga dikatakan sebagai tahap awal dalam rangkaiaan proses
pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif
dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk
sediaan farmasi. Dengan kata lain, preformulasi merupakan suatu investigasi sifat
sifat fisik dan kimia zat aktif tunggal atau digabung dengan eksipien
3. Tujuan Preformulasi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi formulator
dalam mengembangkan bentuk sediaan yang stabil dan ketersediaan hayati yang
dapat di produksi dalam skala besar. Selanjutnya, preformulasi dalam arti luas
digunakan untuk berbagai macam sediaan farmasi tertentu, dan di definisikan
sebagai pendahuluan untuk penetapan formula akhir yang sebenarnya dan arah kerja
untuk pembuatan produk. Sediaan harus stabil, kompatibel, tersedia hayati, dan dapat
dibuat suatu cara yang ekonomis. Studi Preformulasi awal mempelajari sifat fisik
dan kimia senyawa dengan sasaran pemilihan formulasi sediaan dalam komposisi
yang optimal.
4. Studi Preformulasi terdiri atas :
a. Organoleptis
Dalam istilah organoleptis ini menekankan bahwa preformulasi harus dimulai
dengan pemerian zat aktif, warna, bau, dan rasa zat aktif harus dicatat dengan
menggunakan terminologi deskriptif.
b. Analisis Fisikokimia
analisis fisikokimia ini dilakukan untuk identitas dan kadar zat aktif. Untuk
penetapan kualitatif digunakan kromatografi lapis tipis, spektrum serapan
inframerah, reaksi warna, spektrum serapan ultraviolet, dan reaksi lainnya.
Penetapan kadar dilakukan dengan metode spektrofotometri, kromatografi gas,
kromatografi cair kinerja tinggi, titrasi kompleksometri, asam basa,
argentometri, dan iodometri.
c. Sifat – sifat fisikomekanik
- Ukuran Partikel
Berbagai sifat kimia dan fisik zat aktif dipengaruhi oleh distribusi ukuran
dan bentuk partikel. Zat aktif yang sangat halus sulit di tangani, tetapi
banyak kesulitan dapat diatasi dengan membuat dispersi padat zat aktif
dengan suatu pembawa, seperti polimer larut air. Ukuran partikel
mempengaruhi faktor dalam stabilitas, bahan halus agak lebih terbuka pada
pajanan oksigen atmosfer, panas, cahaya, kelembapan, dan interaksi eksipien
daripada bahan kasar. Tidak hanya ukuran, tetapi bentuk juga mempengaruhi
aliran dan efisiensi pencampuran serbuk dan granul.
- Teknik menetapkan ukuran partikel
Metode yang digunakan untuk memantau ukuran partikel, antara lain metode
mikroskopik, pengayakan, penetapan volume partikel. Pengukuran volume
partikel meanggunakan alat yang disebut coulter counter, memungkinkan
menghitung suatu diameter setara dengan volume. Untuk analisis kuantitatif,
distribusi ukuran partikel bahan yang berkisar lebih dari 50µm dapat
menggunakan metode pengayakan, walaupun bentuknya mempunyai
pengaruh kuat pada hasil.
- Bentuk dan luas permukaan partikel
Bentuk dan luas permukaan partikel diperlukan karena bentuk memengaruhi
aliran dan sifat permukaan suatu serbuk dan mempunyai pengaruh pada luas
permukaan.
- Sifat aliran serbuk
Sifat aliran serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien. Sifat
aliran serbuk yang baik merepukan hal penting untuk pengisian yang
seragam dan untuk memudahkan gerakan bahan disekitar fasilitas produksi.
Sifat aliran dipengaruhi oleh aliran, ukuran partikel, bobot jenis, muatan
elektrostatik dan kelembapan.
- Karakteristik pengempaan/ kompaktibilitas/ ketermampatan Ketermampatan
adalah kemampuan mengurangi volume di bawah tekanan. Manfaat dari uji
kemampatan adalah memberi petunjuk tentang sifat serbuk yang elastis,
plastis atau rapuh. Kompaktibilitas adalah kemampuan bahan serbuk yang
dikempa menjadi suatu tablet dengan kekuatan regang tertentu.
- Sifat terbasahi
Sifat terbasahi dapat memengaruhi granulasi solid, perembesan cairan
disolusi ke dalam tablet dan granul, dan adhesi bahan solut pada tablet. Sifat
terbasahi diuraikan dengan sudut kontak dengan menempatkan setetes cairan
pada bahan yang dipadatkan. Semakin hidrofobik suatu bahan, semakin
tinggi sudut kontak.
- Higroskopisitas
Jumlah lembap yang diadsorpsi oleh suatu bobot tetap sampel anhidrat
berada dalam keseimbangan dengan lembap dari udara pada suhu tertentu
disebut “kandungan keseimbangan lembap”. Zat-zat higroskopis harus
disimpan dalam suatu wadah tertutup rapat, yang lebih baik dilengkapi
dengan suatu zat pengering.

d. Sifat kristal
Polimorfisa adalah sifat zat aktif yang terdiri atas satu bentuk kristal dengan
pengaturan ruang kisi-kisi yang berbeda. Polimorf adalah bentuk kristal yang
berbeda. Pseudopolimorf adalah suatu kristal solid yang sering menjerat molekul
pelarut dalam suatu posisi kisi-kisi tertentu dan dalam stokiometri.
e. Stabilitas solid
stabilitas harus memipertimbangkan dua hal, yaitu:
- Pengembangan suatu profil zat aktif
- Pertimbangan interaksi yang mungkin terjadi antara zat aktif dan eksipien
yang merupakan calon untuk dimasukan pada formulasi yang diinginkan
stabilitas solid berkaitan dengan stabilitas fisik dan kimia. Umumnya bahan
solid farmasetik terdegradasi sebagai akibat solvolisis, oksidasi, fotolisis, dan
pirolisis. Sifat fisik zat aktif seperti kelarutan, pKa, titik cair, bentuk kristal,
dan kandungan keseimbangan lembap juga memengaruhi stabilitasnya.
Faktor paling umum yang menyebabkan reaksi dalam keadaan solid adalah
panas, cahaya, oksigen, dan kelembapan. Reaksi dalam keadaan solid
umumnya lambat dan biasanya menggunakan kondisi perlakuan tekanan
dalam menginvestigasi stabilitas
f. Studi kompatibilitas
Suatu sediaan tablet mengandung bebrapa jenis eksipien, yaitu pengisi, pengikat,
penghancur, lubrikan, glidan, antilekat, dan adjuvan (jika perlu). Perbandingan
tersebut harus konsisten dengan perbandingan yang paling mungkin dihadapi
dalam tablet jadi dan akan tergantung pada sifat eksipien, ukuran dan potensi
tablet.
g. Parameter yang mempengaruhi absorbs
Absorpsi zat aktif solid yang diberikan secara oral terdiri dari dua proses
berurutan yaitu proses disolusi, diikuti dengan transportasi zat terdisolusi. Sifat
fisikokimia yang berkaitan dengan proses absorpsi yaitu koefisien partisi, yang
merefleksikan kelarutan relatif dalam air dan lemak suatu zat dan perilaku
ionisasi. Ketiga parameter ini secara bersamaan/masing-masing membantu
mengkarakterisasi perilaku permeasi suatu zat aktif.
1. Koefisien Partisi
Koefisien Partisi diterapkan untuk:
- penilaian kelarutan dalam air
- petunjuk respon biologis
- mengekstraksi zat aktif dari cairan berair (terutama darah dan urine)
- membantu pemilihan kolom atau fase gerak untuk analisi kromatografi
- menetapkan konsentrasi zat aktif dan/ pengawet dalam fase berair
sediaan emulsi
- memperkirakan pelepasan zat aktif sediaan semisolid seperti dasar salep
2. Konstanta Ionisasi
Absorpsi zat aktif yang bersifat asam atau basa lemah dalam saluran cerna
merupakan fraksi zat aktif tidak terionisasi. Faktor penting dalam absorpsi
zat aktif yang bersifat asam dan basa lemah adalah pH pada tempat absorpsi,
konstanta ionisasi, dan kelarutan spesi takterionisasi dalam lemak. Semua
faktor ini merupakan teori pH partisi yang diterima secara luas. Kecepatan
Disolusi, yaitu untuk memprediksi absorbsi dan sifat fisikokimia. Konstanta
Disosiasi, yaitu menyangkut proses transfer melalui sel membran, untuk
penelitian stabilitas dan solubilitas obat dalam larutan. Konstanta disosiasi
ini biasanya ditentukan dengan titrasi potensiometri.

3. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar, Teknik dan peralatan yang digunakan dalam


pembuatan sediaan farmasi (KK No.3)
Jawab :

Menurut Kemenkes, Tahun 2018 Tentang Teknologi Sediaan Solid, bahwa prinsi-prinsip
dasar, Teknik dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi, yaitu :
A. Prinsip-prinsip dasar sediaan farmasi
- Metode Kempa Langsung
Metode kempa langsung, adalah suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Istilah kempa langsung ini telah lama digunakan untuk
memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal. Senyawa ini biasanya berupa
garam garam anorganik. Namun demikian, sekarang ini istilah kempa langsung
digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa langsung dari campuran
serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan),
yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu
padatan yang kuat. Tidak ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada
pencampuran serbuk, walaupun ada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada
salah satu dari eksipien. Sepanjang tidak melibatkan granulasi atau penggumpalan
(aglomerasi), proses pentabletan akhir seperti ini masih dapat disebut cetak langsung
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya.
Namun demikian, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr, dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa. Selain itu, zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah
jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum,sifat zat aktif yang cocok untuk metode
kempa langsung adalah sebagai berikut:
a. alirannya baik,
b. kompresibilitasnya baik,
c. bentuknya kristal, dan
d. mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.

B. Teknik dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi


1. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi
- Mesin cetak tablet

a. Hopper (corong pengisi) Hopper adalah tempat untuk menyimpan dan


memasukkan granulat dan kemudian mengalirkan granul untuk dikempa.
Bagian bawah hopper disebut sepatu pengisi yang mengandung bahan yang
akan dibuat tablet. Sepatu pengisi ini bergerak di atas piring ruang cetak.
Saat mesin dijalankan, dasar dari sepatu pengisi sebagian dipotong. Dengan
demikian, massa tablet pada gerakan ke depan dapat meluncur dari corong ke
dalam ruang cetak. Saat maju ke depan sepatu pengisi mendorong sekaligus
tablet yang terbentuk pada pencetakan sebelumnya di atas sebuah jalan
penyalur
b. Die Die adalah tempat granul yang akan di cetak dan juga yang menentukan
ukuran dan bentuk tablet
c. Punch atas adalah alat untuk mengempa granul yang telah berada di die. Saat
mesin dijalankan, punch atas meluncur ke dalam ruang cetak dan mendorong
serbuk bersamasama, kemudian mencetaknya menjadi tablet. Tebal tablet,
kekompakan, dan kilau dari hasil pencetakan tablet tersebut tergantung dari
punch atas dan tekanannya. Kedalaman dan kuatnya tekanan dapat diatur.
d. Punch bawah Punch bawah adalah alat untuk mengeluarkan tablet yang telah
dicetak. Punch bawah dijumpai di bagian dalam ruang cetak, yaitu yang
membatasi ruang pengisian ke bawah. Selama pencetakan punch bawah
membentuk tempat lawan (hanya pada mesin-mesin yang lebih besar juga
terlibat pada aksi pencetakan). Setelah pencetakan selesai, punch bawah akan
mengarah ke atas dan dengan demikian membawa tablet ke sisi atas ruang
cetak, dimana tablet ini didorong kesamping. Pada saat yang bersamaan
punch bawah jatuh kembali ke posisi semula dan kemudian ruang cetak siap
untuk pengambilan pengisisan selanjutnya.
2. Teknik dalam pembuatan sediaan tablet
- Teknik kempa langsung
Berdasarkan pada gambar diatas dapat dilihat bahwa metode kempa langsung
menawarkan kepraktisan dalam prosesnya, yang mana hanya membutuhkan 2
proses untuk menjadi sebuah tablet yaitu dengan cara pencampuran dan
pengempaan.
Fase-fase dalam proses pencetakan tablet saat menggunakan mesin pencetak tablet
menurut Voight (1995) dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Fase 1: Pengisian die dengan granul Punch atas dan punch bawah seperti
halnya sepatu pengisi berada pada posisi awal. Serbuk atau granul-granul
dialirkan dari hopper masuk ke dalam die (aliran sesuai grafitasi). Sementara
itu, ruangan cetak diisi dengan massa tablet.
b. Fase 2: Pencetakan Granul Punch atas meluncur ke dalam ruang cetak dan
mencetak tablet. Pada tahap ini, hopper akan kembali pada tempatnya dan
punch atas akan turun mengempa granul menjadi tablet.
c. Fase 3: Pengeluaran Tablet Punch atas bergerak keposisi semula. Sementara
itu, punch bawah meluncur ke atas dan membawa tablet ke atas pinggiran
ruang cetak
d. Fase 4: Pencetakan selanjutnya Sepatu pengisi bergerak maju dan mendorong
tablet di atas jalan penyalur. Punch bawah jatuh kembali ke posisi semula.
Secara bersamaan massa tablet meluncur untuk pencetakan selanjutnya dari
sepatu pengisi ke dalam ruangan cetak

4. Menjelaskan peran bahan tambahan dalam formulasi sediaan farmasi, a.l. dapar,
pengawet, anti oksidan, dan/atau bahan penolong lainnya (KK No.4)
Jawab :
A. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan
Povidone
Pemerian Laktosa monohidrat dan povidone
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi
yang lebih baik daripada campuran
fisik sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin
dan geometri tablet, dan tidak
meningkat pada penyimpanan.
Waktu hancur telah terbukti tidak
meningkat pada gaya kompresi
tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi
tablet kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi
langsung. Sangat cocok untuk obat
dosis rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.

Fungsi Bahan Ludipress menggabungkan tiga


fungsi sebagai bahan pengisi,
pengikat dan desintegran dalam
eksipien yang siap digunakan untuk
pembuatan tablet menggunakan
teknologi kompresi langsung.
Dimana bahan laktosa berfungsi
sebagai pembawa dan pengisi,
Kollidon® 30 sebagai zat pengikat
dan Kollidon® Cl sebagai
desintegran terbaik.
Uji Kekerasan Komposisi unik ludipress
menghasilkan tablet dengan sifat
kekerasan dan kompresi yang sangat
baik
Stabilitas dan penyimpanan Simpan pada suhu kamar dalam
wadah tertutup rapat.

B. Magnesium Stearat (HOPE Ed 6 Hal 404)


Nama kimia Magnesium Stearat
Rumus Molekul dan Berat Molekul C36H70 MgO dan 591.24
Rumus Struktur [CH3(CH2)16COO]2Mg
Pemerian Magnesium stearat adalah bubuk yang
sangat halus, putih, diendapkan atau
digiling, dengan kepadatan curah yang
rendah, memiliki bau samar asam
stearat dan rasa yang khas. serbuk ini
berminyak saat disentuh dan mudah
menempel di kulit.
Fungsi Bahan Lubrikan dalam formulasi tablet pada
konsentrasi antara 0,25% dan 5,0%
w/w
Stabilitas & Penyimpanan Magnesium stearat stabil dan harus
disimpan di tempat tertutup wadah di
tempat yang sejuk dan kering.

5. Menjelaskan prinsip stabilitas sediaan farmasi, faktor yang berpengaruh, serta teknik
pengujiannya (KK No. 5)
Jawab :

A. Prinsip Stabilitas dan factor yang berpengaruh terhadap sediaan farmasi


Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu produk sesuai
dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan penggunaanya atau umur simpan
suatu produk dimana produk tersebut masih mempunyai sifat dan karakteristik yang
sama seperti pada waktu pembuatan. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari
sediaan farmasi, antara lain stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan
bahan tambahan, proses pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan
kondisi lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan dan
jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan seperti temperatur,
radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan uap air) juga
mempengaruhi stabilitas. Demikian pula faktor formulasi seperti ukuran partikel, pH,
sifat dari air dan sifat pelarutnya dapat mempengaruhi stabilitas (Osol et al, 1980; USP,
1990).
Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat penting untuk
suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat obat, obat dapat berubah menjadi
toksik atau terjadinya perubahan penampilan sediaan (warna, bau, rasa, konsistensi dan
lain-lain) yang akibatnya merugikan bagi si pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan
farmasi dapat dideteksi melalui perubahan sifat fisika, kimia serta penampilan dari suatu
sediaan farmasi. Besarnya perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju
penguraian obat melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu, atau berdasarkan
derajat 2 degradasi dari suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas obat
dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan. Secara
fisiologis, larutan obat harus diformulasikan sedekat mungkin ke pH stabilitas
optimumnya karena besarnya laju reaksi hidrolitik dipengaruhi/dikatalisis oleh gugus
hidroksi (Ansel, 1989; Lachman et al,1994).
B. Teknik Pengujian
1. Evaluasi Sediaan Granul/Massa Cetak
- Uji Waktu Alir
Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel-
partikel padat saling tarik-menarik dan gaya yang bekerja antara partikel bila
mereka berhubungan terutama gaya permukaan. Gaya gesekan, gaya tegangan
permukaan, dan gaya mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya
partikel yang bentuknya tidak teratur. Sementara itu, gaya elektrostatik dan gaya
kohesi dapat mempengaruhi sifat mengalir dari zat padat. Granul-granul yang
diperoleh dari granulasi basah, gaya gesekan umumnya lebih menonjol daripada
gaya kohesi (Lachman, dkk., 1994). Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10
gram massa massa tidak lebih dari 1 detik (Aulton, M.E. 1988). Tabel 1 berikut
memperlihatkan syarat waktu air yang telah ditentukan untuk uji granul/massa
cetak.

- Persen Kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Volume gumpalan dapat ditentukan dengan alat
seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk mekanik yang
mempunyai cara pemotong yang berputar. Sejumlah berat tertentu ditambahkan
hat-hati ke dalam silinder dengan bantuan corong. Volume awal dicatat,
kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak terjadi lagi pengurangan volume. Harus
digunakan sejumlah ketukan yang cukup menjamin hasil pengulangan yang sama
dari bahan yang ingin diperiksa. Dari kerapatan bulk dapat diperoleh persen
kompresibilitas di bawah ini.
Secara teori makin meningkat kemampuan untuk dikempanya suatu serbuk atau
granul, makin kurang daya mengalirnya. Sebaliknya makin berkurang
kemampuan untuk dikempa, makin besar daya mengalirnya. Granul kecil lebih
dapat membentuk massa yang lebih kompak daripada granul besar (Lachman,
dkk, 1994). Tabel berikut memperlihatkan syarat kompresibilitas granul/massa
cetak.

Alat yang digunakan untuk melakukan presen kompresibilitas terhadap


granul/massa cetak adalah berupa Jouling tester (Tapped density tester)

Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang
dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu
granul kedalam gelas ukur. Adapun cara melakukanya menurut Lachman (1994),
adalah sebagai berikut.
- Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
- Pasang gelas ukur pada alat.
- Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak terjadi
pengurangan volume.
- Catat volume akhir.
- Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya

- Uji Kadar Lembab


Uji terhadap kadar lembab ini dikhususkan untuk granulasi basah. Penentuan
kelembaban terhadap granul ini sangat diperlukan. Selanjutnya, untuk
menentukan kandungan air didalam bahan padat dapat digunakan metode cara
timbang-pengeringan. Cara ini berdasarkan atas perbedaan berat zat, dimana
yang paling sederhana, bahan yang akan dikeringkan (granulat) ditimbang
sebelum dan sesudah pengeringan (misalnya di dalam lemari pengering) dan
selisihnya adalah kandungan air (%) (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar
air adalah kurang dari 2 – 4 % (Farmakope Indonesia, 1979). Dari uji kadar
lembab dapat diperoleh persen kelembaban di bawah ini :

alat untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul yang berupa Moisture
Analyzer.

Adapun cara melakukan uji kadar lembab menggunakan alat ini adalah sebagai
berikut.
a. Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol power.
b. Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c. Atur parameter dengan cara:
- Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian tekan enter.
- Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panah kemudian tekan
enter.
- Atur waktu pengujian menjadi “0” (Mode automatis).
- Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan menekan panah
kemudian tekan enter.
- Pilih start parameter menjadi
- kemudian tekan enter
- Pilih 0.0 kemudian tekan enter
- Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik
d. Ukur sampel dengan cara:
- Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
- Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
- Masukkan sampel yang akan di uji (+ 5 gram), ratakan di atas wadah
aluminium.
- Tutup alat kemudian tekan enter.
- Pada akhir pengujian catat kadar lembab sampel.

2. Evaluasi Sediaan Tablet


a. Uji Visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya
sangat penting untuk penerimaan konsumen dan pengontrolan keseragaman
antara bahan serta antara tablet yang satu dengan yang lain serta memantau
pembuatan yang bebas dari kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet,
mencakup pemeriksaan keseluruhan identitas secara visual yang diberikan oleh
tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan umum melibatkan penetapan
beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa,
bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca tanda-tanda pengenal
(Lachman, dkk, 1994).

b. Uji Keseragaman Bobot


Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Berikut table
penyimpangan bobot rata-rata terhadap tablet

Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet menggunakan


timbangan analitik adalah sebagai berikut.
- Pilih 20 tablet
- Timbang 20 tablet tersebut.
- Timbang satu persatu.
- Hitung bobot rata-ratanya.
- Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
% penyimpangan = selisih 𝑊𝑜−𝑊1 𝑊1 x 100 %
Keterangan: Wo = bobot rata-rata W1 = bobot tablet
- Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih
besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai
penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B (lihat tabel 3). (Farmakope
Indonesia, 1979)
c. Uji Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung.
Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan memudahkan
dalam pengemasan (Lachman, dkk, 1994). Kecuali dinyatakan lain, diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (Farmakope
Indonesia, 1979)
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet dapat dilakukan
menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong. Gambar 10 berikut
memperlihatkan alat untuk melakukan uji keragaman terhadap ukuran tablet
yang berupa Jangka Sorong.

Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Farmakope


Indonesia, 1976).
- Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
- Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
- Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
- Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1⅓ tebal tablet.
d. Uji Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat
proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan
minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3 . Alat yang digunakan pada uji
kekerasan adalah hardness tester dan digital (Ansel, 1989).

Prosedur kerja uji kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut.


- Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
- Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada
tablet.
- Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai
penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.
e. Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan.
Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan. Kerenyahan atau
friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan tablet. Tablet yang mudah
menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan
kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya dan dapat
menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman, dkk,
1994). Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini
dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan
dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada
kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran.
Sejumlah tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang
ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan
(Lachman, dkk, 1994).
Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang
hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang
digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, dkk, 1994)

Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen kerenyahan di bawah ini.


% kerenyahan = 𝑊𝑜−𝑊𝑓 𝑊𝑓 x 100 %
Keterangan : Wo = Bobot massa awal dan Wf = Bobot setelah putaran

Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet, yaitu


sebagai berikut:
- Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
- Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo.
- Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit
dengan kecepatan 25 rpm.
- Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil.
- Ditimbang bobot tablet = Wf.
- Hitung persen kerapuhan.
f. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin
tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah
kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput.
Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Farmakope
Indonesia, 1995). Untuk melakukan uji waktu hancur terhadap tablet dapat
dilakukan alat yang diperlihatkan pada gambar berikut ini, yaitu berupa
Desintegrator tester.

Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976) adalah
sebagai berikut:
- Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
- Masukkan ke dalam beaker 1 liter
- Pasang beaker pada alat
- Pasang keranjang.
- Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
- Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media.
- Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
- Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
- Angkat keranjang.

6. Melakukan studi praformulasi dan menetapkan formulasi sediaan farmasi dengan


memperhatikan aspek mutu, efektivitas, keamanan maupun stabilitas sediaan (KK
No.6)
Jawab :

Studi Praformulasi
1. Karakteristik Zat Aktif
Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683 dan Puchem.NCBI Theophylline)

Nama Resmi TEOFILIN


Kemurnian Tablet Teofilin mengandung teofilin
anhidrat, C7H8N4O2, tidak kurang
dari 94,0% dan tidak lebih dari
106,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Rumus Molekul C7H8N4O2.H2O


Berat Molekul 198,18
Rumus Struktur

Pemerian Serbuk hablur/kristal, putih; tidak


berbau; rasa pahit; stabil di udara.
Kelarutan Sukar larut dalam air; tetapi lebih
mudah larut dalam air panas; mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam amonia; agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter.
Organoleptik Warna : Putih alkaloid kristal,
berbentuk jarum atau piring, tidak
berbau, rasa pahit.
Titik lebur 522 sampai 525  ° F atau 274 ° C
Dekomposisi Ketika dipanaskan hingga terurai, ia
mengeluarkan asap beracun / nitrogen
oksida
pH Larutan jenuh dalam air agak asam
Konstanta Ionisasi (pKa) 9.0
Mikrobiologi -
Penetapan Kadar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

2. Bahan Eksipien
a. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan Povidone
Pemerianz Laktosa monohidrat dan povidon
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi yang
lebih baik daripada campuran fisik
sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin dan
geometri tablet, dan tidak meningkat
pada penyimpanan. Waktu hancur
telah terbukti tidak meningkat pada
gaya kompresi tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi tablet
kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi langsung.
Sangat cocok untuk obat dosis
rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.

Fungsi Bahan Ludipress menggabungkan tiga fungsi


sebagai bahan pengisi, pengikat dan
desintegran dalam eksipien yang siap
digunakan untuk pembuatan tablet
menggunakan teknologi kompresi
langsung. Dimana bahan laktosa
berfungsi sebagai pembawa dan
pengisi, Kollidon® 30 sebagai zat
pengikat dan Kollidon® Cl sebagai
desintegran terbaik.
Inkompatibilitas Laktosa Monohidrat : Reaksi
kondensasi tipe Maillard mungkin
terjadi di antara keduanya laktosa dan
senyawa dengan gugus amina primer
membentuk coklat, atau produk
berwarna kuning kecokelatan.
Interaksi Maillard memiliki juga telah
terbukti terjadi antara laktosa dan
amina sekunder. Namun, urutan
reaksi berhenti dengan pembentukan
imina, dan tidak ada warna kuning-
coklat yang berkembang. Laktosa
juga tidak cocok dengan asam amino,
amfetamin, dan lisinopril. Povidon :
Povidone kompatibel dalam larutan
dengan berbagai anorganik garam,
resin alami dan sintetis, dan bahan
kimia lainnya. Itu terbentuk molekul
tambahan dalam larutan dengan
sulfathiazole, natrium salisilat, asam
salisilat, fenobarbital, tanin, dan
senyawa lainnya.
Uji Kekerasan Komposisi unik ludipress
menghasilkan tablet dengan sifat
kekerasan dan kompresi yang sangat
baik
Stabilitas dan penyimpanan Simpan pada suhu kamar dalam
wadah tertutup rapat.

b. Magnesium Stearat (HOPE Ed 6 Hal 404)


Nama kimia Magnesium Stearat
Rumus Molekul dan Berat Molekul C36H70 MgO dan 591.24
Rumus Struktur [CH3(CH2)16COO]2Mg
Pemerian Magnesium stearat adalah bubuk yang
sangat halus, putih, diendapkan atau
digiling, dengan kepadatan curah yang
rendah, memiliki bau samar asam
stearat dan rasa yang khas. serbuk ini
berminyak saat disentuh dan mudah
menempel di kulit.
Persyaratan Kadar Mengandung setara dengan tidak
kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari
8,3% MgO.
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol,
dan dalam eter.
Fungsi Bahan Lubrikan dalam formulasi tablet pada
konsentrasi antara 0,25% dan 5,0%
w/w
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali,
dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan sebagian besar garam
alkaloid.
Batas Mikroba Angka lempeng total tidak lebih dari
1000 per g dan tidak boleh
mengandung Escherichia coli.
Stabilitas & Penyimpanan Magnesium stearat stabil dan harus
disimpan di tempat tertutup wadah di
tempat yang sejuk dan kering.
7. Menetapkan spesifikasi bahan baku, bahan kemasan, dan sediaan/produk mengacu
pada ketentuan Farmakope Indonesia atau kompendium lain yang sesuai (KK No. 7)
Jawab :

Menurut CPOB, 2018, bahwa spesifikasi bahan baku, bahan kemasan dan sediaan/produk
yaitu :
1. Spesifikasi untuk bahan awal dan pengemasan primer atau cetak hendaklah mencakup,
jika memungkinkan:
a. Deskripsi bahan, mencakup:
- Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
- Rujukan monografi farmakope, bila ada;
- Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan; dan
- Spesimen bahan cetak;
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas keberterimaan;
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.

2. Spesifikasi Bahan Baku/Bahan Awal (CPOB Jilid 1 Tahun 2012)


Contoh Spesifikasi Bahan Baku Teofilin
Teofilin Tablet (FI VI hal 1681 dan 1683)

Nama Resmi THEOPHYLLINE


Nama lain Teofilin Mohonohidrat
Pemerian Bahan Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit, dan
stabil diudara
Tetapan Fisis tidak ada
Penetapan kadar Hitung jumlah dalam mg per tablet teofilin,
C7H8N4O2, dengan rumus:

5000 ( CV ) x( RuRs )
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; V adalah volume konsentrat dalam mL
Larutan uji; RU dan RS bertutur-turut adalah
perbandingan respons puncak teofilin terhadap baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku.

Kemurnian Tablet Teofilin mengandung teofilin anhidrat,


C7H8N4O2, tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih
dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Spesifikasi Lain Tidak ada
Kelarutan Sukar larut dalam air; tetapi lebih mudah larut dalam
air panas; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam amonia; agak sukar larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
3. Spesifikasi Bahan Pengemasan
Spesifikasi bahan pengemas hendaklah mencakup, di mana diperlukan:
a. Deskripsi bahan pengemas, termasuk
- nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal; 
- rujukan monografi farmakope, bila ada;
- pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan;
- standar mikrobiologis, bila ada;
- spesimen bahan pengemas cetak, termasuk warna;
- petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan;
- persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan;
- kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
- batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
Menurut Ansel”s Pharmaceutical Dosage Form Disperse System Hal, 292, bahwa
dalam proses pengemasan suatu tablet terdiri atas :
1. Strip packaging
Pada pengemasan ini menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan
padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya
adalah mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut.
Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan
mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena
adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk
keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk
dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. 
2. Blister pack
Pada proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah
dipanaskan, hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas
kemudian dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan
laquer dipakai untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu
dicut. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box.

8. Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi steril dan non steril dengan mematuhi
ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik (GMP). (KK No.8)
Jawab :
Berdasarkan CPOB Tahun 2006 Tentang Prosedur pembuatan Tablet, terdiri atas :
1. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan.
2. Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk
jadi dapat diidentifikas
3. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah
sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditaka
4. Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat
pada saat pelaksanaannya
5. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam
dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam
catatan bets
6. Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan dan
kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah disimpa
7. Larutan penyalut hendaklah dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko partumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut
hendaklah didokumentasikan.
8. Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindari campur baur selama proses
penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau
bets yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang
memada
9. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode yang digunakan pembuatan tablet teofilin yaitu
menggunakan metode kempa langsung. Prinsip dasar dari metode kempa langsung yaitu
pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering
tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. tablet dikempa langsung dari campuran
serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan), yang
akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang
kuat. Tidak ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada pencampuran serbuk,
walaupun cada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada salah satu dari eksipien.
Kempa langsung hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat
aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. (Kemenkes RI hal.127, 2018)

Adapun proses pembuatan Teofilin Tablet skala lab (1000 tablet) :


a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Timbang semua bahan yang akan digunakan yaitu bahan zat aktif Teofilin 100 gram.
Bahan tambahan : Ludipress 147 gram dan Magnesium Stearate 3 gram.
c. Ayak masing - masing bahan dengan menggunakan ayakan 0.8 mikro meter
d. Masukkan bahan kedalam alat mixing
e. Lakukan pencetakan tablet menggunakan alat mesin cetak tablet
f. Lakukan pengemasan primer menggunakan mesin kemas
g. Dilanjutkan pengemasan sekunder dan tersier.
h. Simpan pada tempat kering dengan suhu sejuk , terhindar dari paparan cahaya langsung

9. Merancang kemasan, label & brosur/leaflet sediaan farmasi, serta memastikan


ketersediaan informasi yang dibutuhkan, a.l. ED, BUD, pelarut, kompatibilitas, kondisi
penyimpanan (KK No.9)
Jawab :
A. Brosur

®
TEOFIN TABLET
Teofilin 100 mg
Komposisi :
Tiap 100 mg Teofin Tablet ® mengandung:
Teofilin ………………………………………………………………………………………………….
100 mg
Bahan tambahan.................................................................................................q.s
Indikasi :
Obstruksi saluran napas reversible, asma akut dan berat.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap teofilin, Porphyria, MI baru-baru ini, takiaritmia akut. Penggunaan
Bersama dengan efedrin (pada anak-anak kurang dari 6 tahun atau dengan berat badan kurang dari
22kg).
Mekanisme Kerja :
Mekanisme Aksi Menyebabkan bronkodilatasi, diuresis, SSP dan stimulasi jantung, dan sekresi asam
lambung dengan memblokir fosfodiesterase yang meningkatkan konsentrasi jaringan dari cyclic
adenine monophosphate (cAMP) yang pada gilirannya meningkatkan stimulasi katekolamin dari
lipolisis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis dan menginduksi pelepasan epinefrin dari adrenal. sel
medula
Dosis dan Aturan Pakai :
Dewasa : 130 – 150 mg/hari, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya
Anak-anak : 6-12 tahun : 65-150 mg, kurang dari 1 tahun : 65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan
Efek Samping :
Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala, stimulasi system saraf
pusat, insomnia dan aritmia
Perhatian dan Peringatan :
Hati-hati pada pasien yang mengalami penyakit jantung, hipertensi, tukak lambung, gangguan fungsi
hati, epilepsy, pasien porfiria, lansia dan ibu hamil Kategori C.

SIMPAN PADA SUHU DIBAWAH 20-25oC DAN


TERLINDUNG DARI SINAR MATAHARI LANGSUNG

No. Registrasi : DKL2110001510A1


No.Batch : 101001
Tgl. Produksi : 15 Februari 2021
Tgl. Kadaluarsa : 15 Februari 2023
Diproduksi Oleh:
PT. UMI Pharma
Makassar, Indonesia

B. Kemasan Strip
C. Kemasan Karton
10. Menetapkan kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang ditetapkan (KK No.10)
Jawab :
Berdasarkan CPOB Tahun 2018, bahwa :

Sebelum meluluskan bahan awal atau bahan pengemas untuk digunakan, kepala bagian
Pengawasan Mutu hendaklah memastikan bahwa bahan tersebut telah diuji kesesuaiannya
terhadap spesifikasi untuk identitas, kekuatan, kemurnian dan parameter mutu lain. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri. Sertifikat Analisis berisi ringkasan hasil pengujian sampel produk atau
bahan termasuk evaluasi untuk memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.

A. Contoh Sertifikat Analisis Teofilin


B. Sertifikat Analisis Ludipres

C. Sertifikat Analisis Magnesium Stearat


11. Menyiapkan lembar kerja, menghitung kebutuhan bahan dan peralatan, dan
memastikan ketersediaan bahan dan peralatan di tempat kerja. (KK No.11)
Jawab :

Lembar kerja dari Teofilin Tablet


A. Proses pembuatan Teofilin Tablet skala industry (100.000 tablet)
a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
b. Timbang semua bahan yang akan digunakan yaitu bahan zat aktif Teofilin 100
gram. Bahan tambahan : Ludipress 147 gram dan Magnesium Stearate 3 gram.
c. Ayak masing - masing bahan dengan menggunakan ayakan 0.8 mm
d. Masukkan bahan kedalam alat mixing
e. Lakukan pencetakan tablet menggunakan alat mesin cetak tablet
f. Lakukan pengemasan primer menggunakan mesin kemas
g. Dilantutkan pengemasan sekunder dan tersier.

B. Perhitungan bahan skala industry (100.000 tablet)


Nama Bahan Jumlah per 1 tablet (berat Jumlah batch yang akan
sediaan per tablet) diproduksi (1000 tablet)
Teofilin 100 mg 100 gram
Ludipress 147 mg 147 gram
Magnesium Stearat 3 mg 3 gram
Total 250 gram 250 gram

Jumlah bahan yang ditetapkan pada master formula :


Teofilin ...............................................100 g
Ludipress …............................................147 g
Magnesium stearate …...............................3 g

Perhitungan Batch (1000 tablet) :


Alprazolam 100 mg x 1000 = 100 g
Ludipress 147 mg x 1000 = 147 g
Magnesium Stearate 3 mg x 1000 =3g

C. Peralatan
a. Timbangan
analitik
b. Ayakan saringan
0.8 mm
c. Alat mixing
tablet
d. Alat pencetakan
tablet
e. Alat pengemasan
D. Ketersediaan bahan
Setelah bahan baku datang terlebih dahulu dilakukan cek secara fisik teradap barang
yang datang berupa pemeriksaan terhadap kemasan barang yang rusak atau tidak.
Kemudian dilakukan cek administrative yang berupa daftar checklist kesesuaian Surat
Pesanan (SP) dengan surat jalan yang memuat informasi mengenai tujuan, nomor SP,
identitas barang (nomor bets dan tanggal kadaluarsa) dan jumlah barang, Certificate of
Analysis (CoA), Material Safety Data Sheet (MSDS), kehalalan bahan serta label B3
untuk bahan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Bahan baku/bahan kemas yang telah
diterima di area karantina maka pihak QC melakukan pengujian dan hasil pemeriksaan
berupa Laporan Analisa (LA), Bagian QC akan menetapkan kesesauaian bahan baku
dengan CoA bahan baku dari pemasok. Kemudian di beri label berwarna hijau apabila
bahan baku diluluskan untuk digunakan. Apabila bagian QC akan melakuakan
pemeriksaan bahan yang akan digunakan maka akan menkorscek daftar pemeriksaan.
(CPOB, 2012)

Tgl Nama Bahan Jumlah bahan 1 Memenuhi TTD


batch (1000
persyaratn
tablet)
18- 2-2021 100 gram  QC
Teofilin

18- 2-2021 Ludipress 147 gram  QC

18- 2-2021 Magnesium Stearat 3 gram  QC


A. Ketersediaan peralatan
Sebelum peralatan digunakan Qualy control akan melakuakan kualifikasi dan
kalibrasi dari alat alat yang akan digunakan. Adapun peralatan yang digunakan
yaitu perlatan berupa pembuatan tablet metdoe kempa langsung. Berikut adalah
alat yang akan digunakan serta dikualfikasi dan kalibrasi dari alat yang akan
digunakan .
a. Timbangan analitik, menimbang jumlah satuan satuan mg dan gram.
Kalibrasi menggunakan anak timbangan dari massa terkceil hingga
terbesar.
b. Ayakan saringan 0.8 mm. menyaring partikel bahan baku dengan ukuran
0.8 mm dan dikalibrasi menggunan particle size analyser.
c. Alat mixing tablet. Diletakan pada ruangan khsus mixing, mencampur
bahan baku dalam waktu 30 menit. Dikalibrasikan dengan alat yang
sudah terstandar terlebih dahulu.
d. Alat pencetakn tablet. Mencetak tablet dalam jumlath 1000 dengan ukuran
punch dye bobot 206 mg, diameter 10 mm. kalibrasi mamandingkan
dengan alat mixing yang sudah terstandar.
e. Alat pengemasan primer. Mampu merekatkan bahan pengemas dalam menajdi
1000 kemasan stripApabila bagian QC akan melakuakan klabirasi terhdapa mesin
yang digunakan maka akan menkorscek daftar pemeriksaan. (CPOB, 2012)
Tgl Nama alat Teerkalibrasi TTD
terkualifikasi

18- 2-2021 Timbangan analitik 


QC
18- 2-2021 Ayakan saringan 0.5 
mm QC
18- 2-2021 Alat mixing tablet. 
QC
18- 2-2021 Alat pencetakn tablet 
QC
18- 2-2021 Alat pengemasan 
primer QC
12. Menyiapkan bahan, peralatan dan ruang untuk pembuatan sediaan farmasi
sesuai kebutuhan (KK No.12)
Jawab :

Menurut CPOB Tahun 2018, bahwa bahan, peralatan dan ruang untuk pembuatan
sediaan farmasi, yaitu :

A. Bahan
Bahan merupakan Istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan bahan
baku (bahan awal, reagensia, pelarut), bahan pembantu proses, produk antara,
BAO dan bahan pengemas dan label. Sedangkan Bahan awal untuk bahan aktif
obat yaitu bahan baku, produk antara atau BAO yang digunakan untuk
memproduksi BAO dan fragmen struktural bermakna dalam struktur BAO. Suatu
bahan awal untuk BAO dapat berupa barang niaga yang dibeli dari satu atau lebih
pemasok di bawah kontrak atau persetujuan komersial atau diproduksi sendiri.
Bahan awal untuk BAO lazimnya mempunyai sifat dan struktur kimiawi tertentu.

Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi, yaitu :

- Zat Aktif Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683 dan Puchem.NCBI
Theophylline)

Nama Resmi TEOFILIN


Kemurnian Tablet Teofilin mengandung teofilin
anhidrat, C7H8N4O2, tidak kurang
dari 94,0% dan tidak lebih dari
106,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Rumus Molekul C7H8N4O2.H2O


Berat Molekul 198,18
Rumus Struktur

Pemerian Serbuk hablur/kristal, putih; tidak


berbau; rasa pahit; stabil di udara.
Kelarutan Sukar larut dalam air; tetapi lebih
mudah larut dalam air panas; mudah
larut dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam amonia; agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter.
Organoleptik Warna : Putih alkaloid kristal,
berbentuk jarum atau piring, tidak
berbau, rasa pahit.
Titik lebur 522 sampai 525  ° F atau 274 ° C
Dekomposisi Ketika dipanaskan hingga terurai, ia
mengeluarkan asap beracun / nitrogen
oksida
pH Larutan jenuh dalam air agak asam
Konstanta Ionisasi (pKa) 9.0
Mikrobiologi -
Penetapan Kadar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

- Bahan Eksipien
a. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan Povidone
Pemerian Laktosa monohidrat dan povidon
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi yang
lebih baik daripada campuran fisik
sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin dan
geometri tablet, dan tidak meningkat
pada penyimpanan. Waktu hancur
telah terbukti tidak meningkat pada
gaya kompresi tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi tablet
kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi langsung.
Sangat cocok untuk obat dosis
rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.

Fungsi Bahan Ludipress menggabungkan tiga fungsi


sebagai bahan pengisi, pengikat dan
desintegran dalam eksipien yang siap
digunakan untuk pembuatan tablet
menggunakan teknologi kompresi
langsung. Dimana bahan laktosa
berfungsi sebagai pembawa dan
pengisi, Kollidon® 30 sebagai zat
pengikat dan Kollidon® Cl sebagai
desintegran terbaik.
Inkompatibilitas Laktosa Monohidrat : Reaksi
kondensasi tipe Maillard mungkin
terjadi di antara keduanya laktosa dan
senyawa dengan gugus amina primer
membentuk coklat, atau produk
berwarna kuning kecokelatan.
Interaksi Maillard memiliki juga telah
terbukti terjadi antara laktosa dan
amina sekunder. Namun, urutan
reaksi berhenti dengan pembentukan
imina, dan tidak ada warna kuning-
coklat yang berkembang. Laktosa
juga tidak cocok dengan asam amino,
amfetamin, dan lisinopril. Povidon :
Povidone kompatibel dalam larutan
dengan berbagai anorganik garam,
resin alami dan sintetis, dan bahan
kimia lainnya. Itu terbentuk molekul
tambahan dalam larutan dengan
sulfathiazole, natrium salisilat, asam
salisilat, fenobarbital, tanin, dan
senyawa lainnya.
Uji Kekerasan Komposisi unik ludipress
menghasilkan tablet dengan sifat
kekerasan dan kompresi yang sangat
baik
Stabilitas dan penyimpanan Simpan pada suhu kamar dalam
wadah tertutup rapat.

b. Magnesium Stearat (HOPE Ed 6 Hal 404)


Nama kimia Magnesium Stearat
Rumus Molekul dan Berat Molekul C36H70 MgO dan 591.24
Rumus Struktur [CH3(CH2)16COO]2Mg
Pemerian Magnesium stearat adalah bubuk yang
sangat halus, putih, diendapkan atau
digiling, dengan kepadatan curah yang
rendah, memiliki bau samar asam
stearat dan rasa yang khas. serbuk ini
berminyak saat disentuh dan mudah
menempel di kulit.
Persyaratan Kadar Mengandung setara dengan tidak
kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari
8,3% MgO.
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol,
dan dalam eter.
Fungsi Bahan Lubrikan dalam formulasi tablet pada
konsentrasi antara 0,25% dan 5,0%
w/w
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali,
dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa
vitamin, dan sebagian besar garam
alkaloid.
Batas Mikroba Angka lempeng total tidak lebih dari
1000 per g dan tidak boleh
mengandung Escherichia coli.
Stabilitas & Penyimpanan Magnesium stearat stabil dan harus
disimpan di tempat tertutup wadah di
tempat yang sejuk dan kering.

B. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan tablet, yaitu :


1. Alat penimbangan : Neraca analitik
2. Alat Pada proses pengayakan :
a. Fitzmill, suatu alat yang digunakan untuk menggiling campuran
untuk pembuatan granulasi sehingga menjadi lebih halus dan ukurannya
seragam. Di dalam alat ini terdapat pisau-pisau yang dapat menghaluskan
dan ayakan untuk menyeragamkan ukuran
b. Sifter
Sifter adalah mesin pengayak yang berukuran besar yang mampu
beroperasi dengan kapasitas besar. Mesin ini merupakan salah satu mesin
yang berfungsi mengayak atau memisahkan produk berdasarkan granulasi.
Setiap mesin sifter terdiri dari delapan pintu yang masing-masing pintu
terdapat 24-27 ayakan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda. Prinsip
kerja alat ini adalah dengan memberi gerakan pada sifter dan produk
dialirkan melalui ayakan-ayakan yeng terdapat dalam sifter dan masing-
masing output akan keluar melalui masing- masing lubang.
3. Alat Pada Proses Mixing
a. Drum Rotator
Drum Rotator adalah alat yang berguna untuk mengho- mogenkan
suatu campuran serbuk sehingga menghasilkan campuran yang homogen.
Alat ini berupa drum yang diisikan suatu campuran lalu diletakkan pada
rotator
Drum Rotator digunakan untuk membalikkan dan memutar drum serta
isi drum. Jenis alat drum ini memiliki gigi cincin dan rotator yang baik
dapat menggunakan tenaga listrik maupun hidrolik.

b. Reynold Mixer
Reynold Mixer merupakan alat yang berguna untuk mencampukan
campuran dan larutan pengikat sehingga meng- hasilkan granul basah. Alat
ini terdiri dari reynold bowl, pengaduk/impeller dan mesin reynold mixer.
Reynold bowl merupakan wadah untuk pencampuran berbentuk silinder
dengan bagian bawah melengkung atau datar. Pengaduk/impeller
digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari pengaduk beragam
disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Sedangkan mesin
reynold mixer merupakan mesin yang digunakan untuk menjalankan
Reynold Mixer.
c. Ribbob Blender
Ribbon Blender merupakan salah satu alat pencampur yang dapat
menghasilkan suatu dispersi yang sejenis atau homogen. Pada alat ini
terdapat sumber tenaga yang berfungsi sebagai penggerak dalam proses
pengadukannya. Pada alat ini bejana atau wadah tidak bergerak atau
berputar. Pada pencampuran menggunakan Ribbon Blender hanya
pengaduk yang bergerak melingkari wadah atau bejana alat tersebut.

4. Alat Pada Proses Granulasi


a. Rotary Wet Granulation
Rotary wet granulation atau RWG adalah mesin untuk pembuatan
granul dari bahan obat khususnya pada pembuatan tablet yang sebelumnya
semua bahan- bahan obat telah dicampur terlebih dahulu di mesin mixer.
Komponen yang kontak langsung dari produk dari mesin Rotary Wet
Granulation terbuat dari stainless steel yang telah memenuhi standar kadar
stainless steel untuk pembuatan bahan obat. Pengoperasian Rotary Wet
Granulation hanya memiliki dua tombol yang berfungsi yaitu tombol hijau
atau tombol ON untuk menjalankan mesin dan tombol merah atau OFF
untuk mematikan mesin.
5. Alat Pada Proses Drying
a. Drying Oven
Drying Oven merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan
produk pada suhu rendah secara konstant. Alat ini berguna untuk
mengeringkan granul basah dengan temperatur terkontrol. Prinsip kerja
mesin ini adalah memanaskan produk pada suhu yang bisa diatur, disertai
dengan penyedotan (pemvakuman) uap air dari produk yang dipanaskan
tersebut.

b. Fluid Bed Dryer


Fluid Bed Drying atau pengering hamparan fluidisasi adalah alat
pengering dengan menggunakan prinsip fluidisasi. Prinsip kerja mesin
pengering ini adalah penghembusan udara panas oleh kipas peniup
(blower) melalui suatu saluran ke atas bak pengering yang menembus
hamparan bahan sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan memiliki
sifat sepertifluida. Metode pengeringan fluidisasi digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan dan mempertahankan mutu bahan kering
6. Alat Pada Proses Kompresi/Pencetakan
a. Compressing Tablet Killian Ruz
Compressing Tablet Killian Ruzs berguna untuk mencetak tablet.
Mesin pencetak tablet ini merupakan mesin pencetak tablet double punch,
yaitu terdiri dari dua punch. Cara kerja alat ini adalah dengan memasukkan
granul ketempat pencetakkannya dan dikempa oleh gerakan punch atas
dan bawah. Mesin ini biasanya digunakan untuk produksi tablet skala
besar di perusahaan-perusahaan farmasi.

b. Mesin Tablet TDP-1.5


Mesin Tablet TDP-1.5 adalah jenis mesin cetak tablet elektrik tipe
kecil. Mesin cetak tablet single punch ini memiliki kapasitas kecil, cocok
untuk industri kecil, industri rumah tangga, laboratorium pendidikan dan
laboratorium pengujian. Dapat digunakan untuk produksi obat, obat
herbal, tablet pertanian (seperti pupuk) atau produk lain yang berbentuk
tablet. Penggunaan mudah dengan kapasitas produksi tiap jam cukup
tinggi

7. Alat Pada Proses Coating


a. Accela cota 48”

Alat ini berguna sebagai alat penyalutan tablet. Alat ini dilengkapi
dengan penyemprot atau sprayer yang dapat menyemprot laruatn penyalut
kedalam coating pan. Pada alat juga terdapat saluran udara masuk dan
saluran udara keluar agar tablet yang telah disemprot dengan larutan
coating dialiri udara yang telah diatur suhu, tekanan dan alirannya
sehingga tablet yang telah disalut menjadi kering

b. Coating Pan

Mesin Coating Tablet adalah alat pelapisan/penyalut tablet. Alat


ini dilengkapi dengan sistem spray dan udara panas. Keunggulan alat ini
dengan adanya sistem spray akan memberikan efisiensi pada proses
pelapisan tipis tablet dan memungkinkan pengawasan otomatis pada
pemakaian cairan dalam proses tersebut. Prinsip kerja dari mesin mini
coating tablet ini adalah pan akan berputar perlahan-lahan dengan aksis
yang miring sehingga tablet akan menggelinding secara teratur diatas
tablet yang lain. Alat ini memiliki system spray cairan sehingga
penambahan cairan penyalut disemprotkan oleh sistem tersebut.
Selanjutnya suatu masukan udara panas dan penyedotan dipasang didalam
pan agar sirkulasi udara dapat dilakukan.
8. Alat Pada Proses Printing
a. Markem Printer
Markem Printer adalah alat ini berguna untuk mencetak logo pada tablet
yang telah disalut. Jenis Markem Printer yang dapat digunakan untuk
mencetak logo pada tablet adalah Markem Model 156A MKII. Markem
printer ini dapat mencetak logo pada satu atau kedua sisi tablet

C. Ruang
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa
untuk memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan
lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak
lain yang dapat menurunkan mutu obat.

1 Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan pada jumlah


maksimum partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan. Kelas kebersihan tersebut hendaklah
disesuaikan dengan tingkat risiko terhadap produk yang dibuat. Kelas A, B, C dan
D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk steril dan Kelas E
adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril, dimana
persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi nonoperasional
adalah 3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk
partikel ukuran ≥ 5 µm. Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri
berdasar kajian risiko dari jenis sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat.
Berdasarkan pada hal tersebut maka ruang yang digunakan untuk Teofilin Tablet
yaitu ruang kelas E yang digunakan untuk produk non steril.

13. Membuat sediaan farmasi steril dan/atau non-steril menggunakan teknik yang
tepat sesuai prosedur yang telah ditetapkan (KK No.13)
Jawab :

Menurut Kemenkes 2018, Tentang Teknologi Sediaan Solid


Prosedur sediaan farmasi non steril dengan Teknik kempa langsung :
a. Siapkan semua bahan awal
b. Campur semua serbuk (komponen) dalam alat campur menjadi massa kempa
c. Massa kempa dicetak menjadi tablet jadi dalam mesin cetak tablet

14. Melakukan pengujian mutu selama proses produksi, produk antara dan produk
akhir (KK No.14)
Jawab :

A. Teknik Pengujian Mutu Selama Proses Produksi, Produk antara dan Produk Akhir
1. Evaluasi Sediaan Granul/Massa Cetak
- Uji Waktu Alir
Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya.
Partikel-partikel padat saling tarik-menarik dan gaya yang bekerja antara
partikel bila mereka berhubungan terutama gaya permukaan. Gaya
gesekan, gaya tegangan permukaan, dan gaya mekanik yang disebabkan
oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur. Sementara
itu, gaya elektrostatik dan gaya kohesi dapat mempengaruhi sifat mengalir
dari zat padat. Granul-granul yang diperoleh dari granulasi basah, gaya
gesekan umumnya lebih menonjol daripada gaya kohesi (Lachman, dkk.,
1994). Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10 gram massa massa tidak
lebih dari 1 detik (Aulton, M.E. 1988). Tabel 1 berikut memperlihatkan
syarat waktu alir yang telah ditentukan untuk uji granul/massa cetak.
- Persen Kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Volume gumpalan dapat ditentukan
dengan alat seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk
mekanik yang mempunyai cara pemotong yang berputar. Sejumlah berat
tertentu ditambahkan hat-hati ke dalam silinder dengan bantuan corong.
Volume awal dicatat, kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak terjadi lagi
pengurangan volume. Harus digunakan sejumlah ketukan yang cukup
menjamin hasil pengulangan yang sama dari bahan yang ingin diperiksa.
Dari kerapatan bulk dapat diperoleh persen kompresibilitas di bawah ini.

Secara teori makin meningkat kemampuan untuk dikempanya suatu


serbuk atau granul, makin kurang daya mengalirnya. Sebaliknya makin
berkurang kemampuan untuk dikempa, makin besar daya mengalirnya.
Granul kecil lebih dapat membentuk massa yang lebih kompak daripada
granul besar (Lachman, dkk, 1994). Tabel berikut memperlihatkan syarat
kompresibilitas granul/massa cetak.

Alat yang digunakan untuk melakukan presen kompresibilitas terhadap


granul/massa cetak adalah berupa Jouling tester (Tapped density tester)
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas
yang dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah
tertentu granul kedalam gelas ukur. Adapun cara melakukanya menurut
Lachman (1994), adalah sebagai berikut.
- Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
- Pasang gelas ukur pada alat.
- Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
- Catat volume akhir.
- Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya

- Uji Kadar Lembab


Uji terhadap kadar lembab ini dikhususkan untuk granulasi basah.
Penentuan kelembaban terhadap granul ini sangat diperlukan. Selanjutnya,
untuk menentukan kandungan air didalam bahan padat dapat digunakan
metode cara timbang-pengeringan. Cara ini berdasarkan atas perbedaan
berat zat, dimana yang paling sederhana, bahan yang akan dikeringkan
(granulat) ditimbang sebelum dan sesudah pengeringan (misalnya di
dalam lemari pengering) dan selisihnya adalah kandungan air (%)
(Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar air adalah kurang dari 2 – 4 %
(Farmakope Indonesia, 1979). Dari uji kadar lembab dapat diperoleh
persen kelembaban di bawah ini :

alat untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul yang berupa
Moisture Analyzer.
Adapun cara melakukan uji kadar lembab menggunakan alat ini adalah
sebagai berikut.
a. Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol
power.
b. Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c. Atur parameter dengan cara:
- Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian tekan
enter.
- Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panah kemudian
tekan enter.
- Atur waktu pengujian menjadi “0” (Mode automatis).
- Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan menekan
panah kemudian tekan enter.
- Pilih start parameter menjadi
- kemudian tekan enter
- Pilih 0.0 kemudian tekan enter
- Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik
d. Ukur sampel dengan cara:
- Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
- Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
- Masukkan sampel yang akan di uji (+ 5 gram), ratakan di atas
wadah aluminium.
- Tutup alat kemudian tekan enter.
- Pada akhir pengujian catat kadar lembab sampel.

2. Evaluasi Sediaan Tablet


a. Uji Visual
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh
keelokannya sangat penting untuk penerimaan konsumen dan
pengontrolan keseragaman antara bahan serta antara tablet yang satu
dengan yang lain serta memantau pembuatan yang bebas dari
kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, mencakup
pemeriksaan keseluruhan identitas secara visual yang diberikan oleh
tablet tersebut. Kontrol terhadap penampilan umum melibatkan
penetapan beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada
tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk
membaca tanda-tanda pengenal (Lachman, dkk, 1994).

Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa bentuk


teofilin tablet, yaitu biplanar/bulat pipih dan berwarnah putih.

b. Uji Keseragaman Bobot


Tablet tidak bersalut, tetapi harus memenuhi syarat keragaman
bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot
rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
dari harga yang ditetapkan kolom B. Berikut tabel penyimpangan bobot
rata-rata terhadap tablet

Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet


menggunakan timbangan analitik adalah sebagai berikut.
- Pilih 20 tablet
- Timbang 20 tablet tersebut.
- Timbang satu persatu.
- Hitung bobot rata-ratanya.
- Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
% penyimpangan = selisih 𝑊𝑜−𝑊1 𝑊1 x 100 %
Keterangan: Wo = bobot rata-rata W1 = bobot tablet
- Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan
lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B (lihat
tabel 3). (Farmakope Indonesia, 1979)
Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa bobot rata-rata
tablet teofilin yaitu 247 mg, jadi untuk penyimpangan bobot rata-ratanya
(%) A 7.5 % dan B 15%

c. Uji Keseragaman Ukuran


Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang
melengkung. Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh
konsumen dan memudahkan dalam pengemasan (Lachman, dkk, 1994).
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (Farmakope Indonesia, 1979)
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet dapat
dilakukan menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong. Gambar 10
berikut memperlihatkan alat untuk melakukan uji keragaman terhadap
ukuran tablet yang berupa Jangka Sorong.

Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut


(Farmakope Indonesia, 1976).
- Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
- Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
- Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
- Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet.
Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa diameter
teofilin tablet, yaitu 8mm.

d. Uji Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan
pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4
kg/cm3 . Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness
tester dan digital (Ansel, 1989).

Prosedur kerja uji kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut.


- Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat
dihidupkan.
- Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang
diberikan pada tablet.
- Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka
sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram.

Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa untuk


kekerasan teofilin tablet yaitu 83 N

e. Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan
tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah
pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen
enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet (Lachman, dkk, 1994). Alat penguji friabilitas
dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini dengan memperlakukan
sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan
dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25
rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah
tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan
ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1%
masih dapat dibenarkan (Lachman, dkk, 1994).
Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet
yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu.
Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman,
dkk, 1994)

Dari uji kerapuhan dapat diperoleh persen kerenyahan di bawah ini.


% kerenyahan = 𝑊𝑜−𝑊𝑓 𝑊𝑓 x 100 %
Keterangan : Wo = Bobot massa awal dan Wf = Bobot setelah putaran

Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan terhadap tablet,


yaitu sebagai berikut:
- Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
- Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) =
Wo.
- Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm.
- Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas
kecil.
- Ditimbang bobot tablet = Wf.
- Hitung persen kerapuhan.
Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa kerapuhan
teofilin tablet, yaitu 0.15%

f. Uji Waktu Hancur


Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan
disintegratin tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan
persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60
menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak
kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Farmakope
Indonesia, 1995). Untuk melakukan uji waktu hancur terhadap tablet
dapat dilakukan alat yang diperlihatkan pada gambar berikut ini, yaitu
berupa Desintegrator tester.

Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976)


adalah sebagai berikut:
- Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
- Masukkan ke dalam beaker 1 liter
- Pasang beaker pada alat
- Pasang keranjang.
- Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
- Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media.
- Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
- Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
- Angkat keranjang.
Berdasarkan literatur Generic Drug Formulation, bahwa waktu hancur
teofilin tablet, yaitu 2 menit.

g. Uji Pengemasan (Uji Kebocoran)


Menguji kebocoran adalah dengan memasukkan strip ke dalam
larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan pintu mesin ditutup,
vakum dinyalakan selama 1 menit, dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang
dan tidak boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang
mengalami kebocoran dikarantina dan dikonfirmasi ke QA. Apabila
terdapat kebocoran pada strip produk, maka batch terakhir yang
mengalami kebocoran kemasan akan ditarik dan dilakukan pengemasan
ulang dan bila perlu juga dilakukan setting ulang alat. Pengecekan
penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris,
penyok atau tidak sempurna segera dicek penyebabnya, kemudian
dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan
bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab. Alufoil
sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.

15. Memastikan kesesuaian mutu produk dengan spesifikasi yang ditetapkan dan
menetapkan kelayakan produk. (KK No 15)
Jawab :

Menurut CPOB Tahun 2018, bahwa semua bahan yang dapat memberikan dampak
langsung terhadap mutu produk hendaklah memiliki spesifikasi yang meliputi
informasi sebagai berikut:
a. Nama standar dan referen kode yang unik (kode produk) yang digunakan dalam
catatan;
b. Sifat utama fisik, kimiawi dan biologis;
c. Kriteria pengujian dan batasnya, penampilan fisik, karakteristik dan kondisi
penyimpanan;
d. Pola pengambilan sampel atau instruksi pengambilan sampel dan tindakan
pengamanan; dan
e. Persyaratan yang menyatakan bahwa yang boleh digunakan hanya bahan kritis
yang diluluskan.

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan
hendaklah meliputi paling sedikit:
1. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk,
terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya pengkajian ketertelusuran
rantai pasokan bahan aktif obat;
2. Kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian produk jadi;
3. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
investigasi yang dilakukan;
4. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu yang signifikan,
investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil tindakan korektif dan
pencegahan;
5. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode
analisis;
6. Kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan, disetujui atau ditolak termasuk
dokumen registrasi untuk produk ekspor;
7. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan;
8. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat terkait
mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
9. Kajian kelayakan tindakan korektif sebelumnya terhadap proses produk atau
peralatan;
10. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
11. Status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis yang relevan misal sistem
tata udara (HVAC), sistem pengolahan air, gas bertekanan, dan lain-lain; dan
12. Kajian terhadap ketentuan teknis kontrak pembuatan obat

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan Teofilin Tablet,
dapat memenuhi persyaratan kelayakan produk jika :
a. Stabilitas yang memadai atau sesuai
b. Pengujian organoleptic yang sesuai meliputi bentuk, bau, warna dan rasa
c. Kadar Zat aktif Teofilin tidak kurang dari 94.0 % dan tidak lebih dari 106.0 %
d. Pengujian tablet memenuhi sfesifikasi waktu hancur, kerapuhan, disolusi,
keseragaman ukuran, keseragaman bobot yang sesuai
e. Dalam proses pengemasan ketika dilakukan uji kebocoran memenuhi spefikasi
f. Adanya kelengkapan produk sebelum didistribusi meliputi nomor bets, label dan
dokumentasi yang sesuai.
16. Mendokumentasikan data/informasi terkait proses pembuatan dan pengujian
mutu produk secara bertanggung -jawab (KK No.16)
Jawab :

Berdasarkan CPOB Tahun 2012 Jilid 1

Pengujian produk antara atau produk ruahan dan persetujuan untuk pemeriksaan
setelah produksi kritis atau produk tersimpan lama dapat dilakukan secara pararel
dengan proses pengemasan asalkan proses tersebut sudah divalidasi termasuk lama
penyimpanan produk ruahan. Parameter pengujian tertentu untuk produk jadi yang
telah disetujui pada saat pemberian izin edar dapat dikurangi bila hasil tren seluruh
parameter yang diuji telah memenuhi syarat, minimal 10 bets yang diproduksi
berurutan dan memenuhi kriteria berikut ini:
A. Proses pembuatan sudah divalidasi;
B. Uji stabilitas memenuhi syarat;
C. Telah dilakukan pengkajian mutu produk; dan
D. Telah dilakukan analisis risiko.
Parameter pengujian yang tidak boleh dikurangi (berdasarkan analisis risiko yang
dilakukan oleh masing-masing industri) adalah:
A. Pemerian;
B. Uji disolusi (untuk tablet, kapsul dan serbuk);
C. Kadar bahan aktif obat; dan
D. Uji sterilitas (untuk produk steril); namun minimal 1 kali setahun hendaklah tetap
dilakukan uji lengkap.
Bila terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi hendaklah dilakukan pengujian
lengkap tiap bets produk jadi hingga diperoleh keyakinan terhadap proses produksi
melalui pengkajian tren hasil parameter uji

Dokumen Untuk Produksi


A. Dokumen Produksi Induk
B. Prosedur Pengolahan Induk
C. Catatan Pengolahan Induk
D. Prosedur Pengemasan Induk
E. Catatan Pengemasan Induk
F. Pengujian-dalam-pengolahan (Produksi)
G. Pembuatan Larutan untuk Pengolahan
H. Pengambilan Contoh Lingkungan

Pengkajian Mutu Produk (PMP) dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap
tahun dan dituangkan dalam dokumen PMP. Bagian Pemastian Mutu, yang dibantu
oleh Bagian Pengawasan Mutu dan Bagian Produksi, bertanggung jawab untuk
melaksanakan PMP . PMP hendaklah dilakukan untuk tiap produk berdasarkan
pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk yang dikaji. PMP mencakup
pengkajian data dan penilaian terhadap tindak lanjut berupa perbaikan, pencegahan
atau revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan penanggung jawab untuk
pelaksanaan tindak lanjut tersebut hendaklah ditetapkan. Pelaksanaan sistem PMP ini
perlu dikelola dengan baik dan dibuktikan melalui inspeksi diri. Dalam hal
pembuatan obat berdasarkan kontrak, penanggung jawab pelaksana PMP hendaklah
dijabarkan dalam suatu Kesepakatan Teknis oleh kedua pihak terkait.

Lampiran
A. Prosedur Tetap Pengkajian Mutu Produk
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa produk tablet teofilin
memenuhi pengujian mutu apabila :
a. Proses pembuatan sudah divalidasi;
b. Uji stabilitas memenuhi syarat;
- Bentuknya biplanar atau bulat pipih
- Stabil pada wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahri langsung
- Organoleptik : warna putij kristal, tidak berbau, dan rasa pahit
c. Telah dilakukan pengkajian mutu produk;
- Bobotnya : 247 mg
- Kekerasan : 83 N
- Waktu hancur : 2 menit
- Kerapuhan : 0.15%
d. Telah dilakukan analisis risiko.

17. Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA) & pengawasan
mutu (QC) (KK No. 17)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa prinsip manajemen mutu, yaitu penjaminan mutu (QA) dan
pengawasan mutu (QC), yaitu :

A. Kepala Penjaminan/Pemastian Mutu (QA)


Tugas Kepala Pemastian Mutu, yaitu :
- Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan;
- Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok);
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu
produk jadi
- Mengevaluasi/mengkaji catatan bets;
- Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait;
- Memastikan bahwa setiap bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa
sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai dengan
persyaratan Izin Edar; dan
- Tanggung jawab Kepala Pemastian Mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya
kepada personel yang berwenang.
-
B. Kepala Pengawasan Mutu (QC)
Tugas Kepala Pengawasan Mutu, yaitu :
- Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
- Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
- Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
- Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian produksi pengawasan mutu;
- Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan;
- Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan; dan
- Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
- Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak
diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya
telah dibuktikan persyaratan.
- Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan benar

18. Menjelaskan prinsip manajemen resiko mutu (quality risk management) (KK No
18)
Jawab :

Manajemen Risiko Mutu adalah proses sistematis untuk penilaian, kontrol,


komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu produk obat-obatan. Hal ini dapat
diterapkan secara proaktif maupun retrospektif.

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa prinsip manajemen resiko mutu terdiri atas :
a. Proses mengevaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada
akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien dan
b. Proses meningkatkan suatu upaya pengambilan tindakan, formalitas dan
dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu yang sepadan dengan tingkat
risiko.
19. Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta parameter dan
pengukurannya (KK No 19)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa klasifikasi ruangan produksi terdiri atas :
Klasifikasi ruangan produksi terdiri atas :
a. Kelas A : Pada kelas zona ini beresiko tinggi, misalnya zona pada pengisian,
wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis.
Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar
(laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan
udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada
posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
b. Kelas B: Pada kelas ini digunakan ntuk pembuatan dan pengisian secara aseptis,
Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A.
c. Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah.

Berdasarkan Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai


dengan EN ISO 14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari
pemantauan lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat
udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

Nonoperasional Operasional
KELAS Jumlah Maksimum Partikel/m3 yang diperbolehkan
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 ≥ 5 µm
A 3.500 20 3.520 20
B 3.500 29 352.000 2.900
C 350.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.500.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
20. Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi, validasi proses,
validasi pembersihan, dan validasi metoda Analisa (KK No. 20)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 dan Tahun 2012 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, bahwa kualifikasi dan valiadasi terdiri atas :

Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian dan pendokumentasian dengan cara


yang sesuai bahwa peralatan atau sistem penunjang dipasang dengan semestinya,
bekerja dengan benar dan benar memberikan hasil yang diharapkan. Kualifikasi
merupakan bagian dari validasi, tetapi tahap kualifikasi itu sendiri tidak mewakili
validasi proses.

Kualifikasi terdiri atas :

a. Kualifikasi ruangan
Klasifikasi ruangan adalah bagian dari kualifikasi awal fasilitas dan biasanya juga
dilakukan pada saat rekualifikasi rutin; artinya baik aktivitas klasifikasi maupun
status klasifikasi akhir yang harus dicapai untuk ruang bersih dan sarana udara
bersih.

Prinsip : (CPOB 2012 Jilid 2 Hal 662)

a. Angka yang tercantum dalam kolom “> 0,5 μm“ adalah jumlah total semua
partikel berukuran sama dengan dan lebih besar dari 0,5 μm. Angka yang
tercantum dalam kolom “> 5 μm” adalah jumlah total semua partikel yang
berukuran sama dengan dan lebih besar dari 5 μm. Klasifikasi ruang bersih
dan sarana udara bersih hendaklah sesuai ketentuan EN/ISO 14644-1.
b. Untuk tujuan kualifikasi tidak ada angka permanen menentukan volume
sampel dan titik pengambilan sampel, semua tergantung dari luas ruangan.
Jumlah lokasi pengambilan sampel dan volume sampel minimum serta
interpretasi hasil pengukuran ditetapkan sesuai EN/ISO 14644-1 (confidence
interval). Lihat juga ketentuan untuk outliers pada appendix B6.2 EN/ISO
14644-1. Pada WHO TRS 957-2010 dinyatakan bahwa untuk Kelas C
operasional dan Kelas D nonoperasional volume sampel hendaklah minimal 2
liter dan waktu pengambilan sampel per lokasi pengambilan sampel hendaklah
tidak kurang dari 1 menit. Untuk Kelas D tidak ditentukan batas kondisi
operasional; industri hendaklah menentukan batas operasional berdasarkan
analisis risiko dan data historis yang terkait. Ruang bersih dan sarana udara
bersih dinyatakan terkualifikasi setelah diperoleh hasil yang stabil dan
memenuhi persyaratan selama 5 hari berturut-turut pada kondisi
nonoperasional. EN/ISO 14644-1 Annex f mempunyai bagian informatif
mengenai penggunaan teknik sampling sekuensial untuk pemantauan partikel
nonviabel. Teknik ini mungkin bermanfaat untuk mengurangi waktu
pengambilan sampel pada area ruang bersih yang sangat besar pada kondisi
nonoperasional. Metode ini tidak cocok untuk dipakai saat melakukan
klasifikasi operasional.
c. Alat penghitung sentral dengan probe yang disambungkan dengan selang
panjang tidak dapat lagi digunakan untuk klasifikasi ruang bersih, karena
risiko terlalu banyak partikel (terutama partikel 5 µm) melekat pada dinding
selang. Oleh sebab itu alat penghitung partikel portabel dengan selang pendek
atau -lebih diutamakan, bila memungkinkan tanpa selang- hendaklah
digunakan untuk tujuan klasifikasi. Sertifikat kalibrasi dari alat penghitung
partikel hendaklah menyebutkan panjang selang dan jenis bahan (inox /
stainless steel atau polimer).
d. Industri dapat melakukan rekualifikasi ruang bersih sesuai dengan EN/ISO
14644-2 (termasuk frekuensi yang dianjurkan). Untuk rekualifikasi area Kelas
A, kegiatan berikut dianjurkan pada saat melakukan rekualifikasi tiap 6 bulan:
- kecepatan aliran udara,
- integritas filter, dan
- perbedaan tekanan (tidak berlaku untuk area ruang bersih yang tidak dapat
tertutup rapat).
Frekuensi rekualifikasi untuk ruang Kelas B:
- kondisi nonoperasional tiap 6 bulan, dan
- kondisi operasional tiap 12 bulan.
Untuk ruang kelas lain: tiap tahun, dengan toleransi yang ditetapkan.

b. Kualifikasi mesin produksi


Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4
tingkatan, yaitu :
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ).
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ).
3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification/OQ).
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ).

Masing-masing pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara urut dan


berkesinambungan. Artinya, dalam pelaksanaan kualifikasi dimulai dari Design
Qualification (DQ) dulu, baru kemudian Installation Qualification (IQ),
Operational Qualification (OQ) dan yang terakhir Performance Qualification
(PQ), tidak bisa dibolak-balik.

1. Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi


terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Kualifikasi Desain
(KD) diartikan sebagai dokumen yang memverifikasikan bahwa desain dari
fasilitas, sistem dan peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan.

Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau sarana penunjang yang
akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. Jadi DQ
dilaksanakan SEBELUM mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang
(termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli
/dipasang/dibangun.

Sasaran/target dari pelaksanaan DQ adalah:

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan


dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam CPOB (GMP complience).

2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan


dipasang atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek aspek
keamanan dan kemudahan operasional (HAZOPs – Hazard and Operation
Studies).
3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi
dengan modul desain, gambar teknis dan spesifikasi produk secara
lengkap.
4. Khusus untuk bangunan industri farmasi, rancang bangun/Rencana Induk
Pembangunan (RIP) sudah mendapat persetujuan dari Badan POM.

2. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa


seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan
tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri
pembuat. Kualifikasi Instalasi (KI) dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan baru atau yang dimodifikasi.

Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai
dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang
bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Jadi IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin
atau peralatan produksi atau sarana penunjang.

Kualifikasi Instalasi mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:

1. instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi sesuai


dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;
2. pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok;
3. ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan
4. verifikasi bahan konstruksi.

Sasaran/target dari pelaksanaan IQ adalah :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana


desain yang telah ditentukan (GMP complience).
2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan
pembersihan, dan lain-lain).
3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan
pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem
atau peralatan pengaman yang sesuai.
5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-
lain telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai
dengan penggunaannya.
6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia
dan terpasang dengan benar.

3. Kualifikasi Operasional (KO) diartikan sebagai dokumentasi yang


memverifikasikan bahwa seluruh fasilitas, sistem dan peralatan yang telah
diinstalasi atau dimodifikasi berfungsi sesuai rancangan pada rentang
operasional yang diantisipasi.
Kualifikasi Operasional dilakukan setelah Kualifikasi Instalasi selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO mencakup, tapi tidak terbatas pada hal
berikut:
1. Pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
sistem dan peralatan; dan
2. Pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk
(worst case).

Tujuan Operational Qualification adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja
(beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

Sasaran/target dari pelaksanaan OQ adalah :

a. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana desain


dan spesifikasi.
b. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara actual dan
operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.
c. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas
produk akhir telah bekerja sesuai dengan rancangan design yang telah
ditentukan.
d. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan
petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam
operasi secara berurutan.

4. Kualifikasi Kinerja (KK) merupakan dokumentasi yang memverifikasikan


bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan,
dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang,
berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. KK dilakukan
setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KK mencakup,
tapi tidak terbatas pada hal berikut:

1. Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang


memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan;
2. Uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah.

Sasaran/target dari pelaksanaan PQ adalah :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai


dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan Placebo (kondisi ini
dilakukan pada saat pelaksanaan Kualifikasi Operasional/KO)
3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi
produksi normal.

kualifikasi kinerja mesin cetak tablet dilakukan untuk membuktikan kinerja


mesin cetak tablet antara lain kekerasan dan keseragaman bobot tablet, sedangkan
validasi proses dilakukan dengan mengamati semua parameter mutu tablet. Data
kekerasan dan keseragaman bobot tablet dalam rangka kualifikasi kinerja mesin
cetak tablet dapat diperoleh dari data validasi proses.

Validasi adalah suatu program terdokumentasi yang memberikan suatu kepastian


tingkat tinggi bahwa suatu proses, metode atau sistem tertentu secara konsisten akan
memberikan suatu hasil yang memenuhi kriteria keberterimaan yang telah ditentukan
sebelumnya.

a. Validasi Proses
Validasi proses adalah suatu tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilaksanakan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat secara
efektif dan berulang menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan
atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.

Prinsipnya :

1. Validasi hendaklah meliputi pemetaan dosis untuk mengetahui distribusi


dosis terserap dalam wadah iradiasi yang diisi produk dengan konfigurasi
tertentu
2. Spesifikasi proses iradiasi hendaklah meliputi minimum hal sebagai berikut:

a) rincian pengemasan produk;

b) pola muatan produk dalam wadah iradiasi. Perhatian khusus perlu


diberikan, jika campuran produk disatukan dalam wadah iradiasi,
bahwa produk yang padat tidak mengalami kekurangan dosis atau
menghalangi produk lain terhadap paparan radiasi. Tiap susunan produk
campuran harus ditetapkan dan divalidasi;

c) pola muatan wadah iradiasi sekeliling sumber (untuk mode bets) atau
sepanjang lintasan melalui sel (untuk mode kontinu);

d) limit maksimum dan minimum dosis yang diserap produk (dan dosimeter
rutin yang digunakan);
e) limit maksimum dan minimum dosis yang diserap wadah iradiasi dan
dosimeter rutin yang digunakan untuk memantau dosis yang terserap;

f) parameter proses lain termasuk laju dosis, waktu maksimum paparan,


jumlah paparan, waktu jeda antara pembuatan dan iradiasi dan lain-lain.

b. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan adalah suatu tindakan pembuktian yang
didokumentasikan untuk menghilangkan produk sebelumnya atau bahan
pembersih yang dipakai pada peralatan sampai batas residu maksimum yang
secara sains dianggap aman.

Prinsipnya :

Validasi prosedur pembersihan dilakukan untuk setiap peralatan / mesin yang


kontak langsung dengan produk (zat aktif). Kajian risiko dilakukan untuk
mengkaji apakah suatu prosedur pembersihan, setelah dipakai untuk membuat
semua produk yang menggunakan alat yang sama perlu divalidasi. Pembersihan
Alat Baru atau Alat sesudah perawatan atau perbaikan. Pertimbangan khusus
diberikan dalam melakukan pencucian awal peralatan baru dan pencucian
setelah pembongkaran mesin untuk diperbaiki untuk memastikan sisa – sisa
debu maupun pelumas.

c. Validasi metode Analisa


Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode
analisis sesuai tujuan penggunaannya

Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis:


a. uji identifikasi;
b. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
c. uji batas impuritas; dan
d. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau
komponen tertentu dalam obat.

Prinsip :

a. Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam sampel.


Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan karakteristik sampel
(misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi kimia, dan lain-lain) terhadap
baku pembanding;
b. Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji batas
impuritas dalam sampel. Masing-masing pengujian tersebut bertujuan
merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian sampel. Karakteristik
validasi yang lain diperlukan untuk uji kuantitatif dibanding untuk uji batas
impuritas;
c. Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit dalam
sampel. Dalam hal ini penetapan kadar menunjukkan pengukuran komponen
utama yang terkandung dalam bahan aktif obat. Untuk obat, karakteristik
validasi yang serupa juga berlaku untuk penetapan kadar zat aktif atau
komponen tertentu. Karakteristik validasi yang sama juga dapat dilakukan
untuk penetapan kadar yang berkaitan dengan metode analisis lain (misal uji
disolusi).

21. Menjelaskan prinsip kalibrasi mesin produksi (KK 21)


Jawab :

Menurut BPOM Nomor 34 Tahun 2018 dan Tahun 2012 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, bahwa prinsip kalibrasi mesin, yaitu :

Kalibrasi adalah serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat
kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yang
direpresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang
telah diketahui dari suatu acuan standar.

Prinsip :
a. Peralatan untuk pengendalian, penimbangan, pengukuran, pemantauan dan
pengujian yang kritis untuk memastikan mutu produk antara atau BAO hendaklah
dikalibrasi sesuai dengan prosedur tertulis dan jadwal yang ditetapkan.
b. Kalibrasi peralatan hendaklah dilakukan dengan menggunakan standar yang
dapat ditelusur terhadap standar yang tersertifikasi, jika ada.
c. Catatan kalibrasi tersebut hendaklah disimpan.
d. Status kalibrasi terkini untuk peralatan kritis hendaklah diketahui dan dapat
diverifikasi.
e. Instrumen yang tidak memenuhi kriteria kalibrasi tidak boleh digunakan.
f. Penyimpangan dari standar kalibrasi yang telah disetujui untuk instrumen kritis
hendaklah diselidiki untuk menentukan apakah hal tersebut kemungkinan dapat
berdampak pada mutu produk antara atau BAO yang dibuat menggunakan alat
tersebut sejak kalibrasi terakhir.
g. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah
dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang
ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan.
h. Peralatan untuk pembuatan, pengambilan dan pengujian hendaklah didesain,
dikualifikasi dan dirawat agar sesuai dengan tujuan penggunaannya dan tidak
menimbulkan bahaya. Perawatan dan kalibrasi hendaklah dilakukan secara teratur
dan didokumentasikan menurut prosedur yang disediakan.
Metode Pengujian atau Kalibrasi yang baru sebelum dilakukan kalibrasi sebaiknya
dibuat prosedur yang berisi informasi sebagai berikut :
 Identifikasi yang sesuai
 Lingkup
 Uraian Jenis barang yang diuji atau dikalibrasi
 Parameter/besaran dan rentang yang ditentukan
 Perlengkapan peralatan, termasuk persyaratan untuk kerja teknis
 Standar acuan dan bahan acuan yang dipersyaratkan dan periode stabilitas yang
diperlukan
 Uraian prosedur meliputi : a) pemberian marka identitas, penanganan, transportasi,
penyimpanan dan persiapan barang; b) pengecekan sebelum pekerjaan dimulai; c)
Pengecekan bahwa peralan bekerja dengan baik; d) metode untuk merekam hasil;
e) tindakan keselamatan.
 Kriteria persyaratan disetujui/ditolak

Adapun Prinsip dasar kalibrasi adalah sebagai berikut:


 Obyek Ukur (Unit Under Test)
 Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yg sudah teruji (diverifikasi))
 Operator / Teknisi ( Dipersyaratkan operator/teknisi yg mempunyai kemampuan
teknis kalibrasi (bersertifikat))
 Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan
faktor lingkungan luar selalu diminimalkan & sumber ketidakpastian pengukuran)
Hasil Kalibrasi antara lain :
 Nilai Obyek Ukur
 Nilai Koreksi/Penyimpangan
 Nilai Ketidakpastian Pengukuran (Besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur & analisis
ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber ketidakpastian
yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta besarnya kesalahan
yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
 Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
22. Menjelaskan prinsip inspeksi diri, audit, dan pembuatan corrective action &
preventive action (CAPA) (KK No. 22)
Jawab :

A. Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
- Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan
standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi
pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:

 personel;
 bangunan-fasilitas termasuk fasilitas untuk personel;
 pemeliharaan bangunan dan peralatan;
 penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
 peralatan;
 produksi dan pengawasan selama-proses;
 pengawasan Mutu;
 dokumentasi;
 sanitasi dan higiene;
 program validasi dan revalidasi;
 kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
 prosedur penarikan obat jadi;
 penanganan keluhan;
 pengawasan label; dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program
yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian
Mutu
- Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personel (-
personel) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim
inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
- Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis
dalam prosedur inspeksi diri.
- Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:

 semua hasil pengamatan yang dilakukan selama pemeriksaan dan, bila


memungkinkan; dan
 saran untuk tindakan perbaikan.
Pernyataan dari tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat.
- Hendaklah ada program penindaklanjutan yang efektif. Manajemen
perusahaan hendaklah mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun
tindakan perbaikan bila diperlukan.

B. Audit
a. Audit Mutu
- Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari
sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya.
Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau
independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap
pemasok dan penerima kontrak
b. Audit dan Persetujuan Pemasok
- Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
- Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan
bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan dikaji ulang.
- Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi
hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan
kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB.
- Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara
berkala.

C. Pembuatan Corrective Action & Preventive Action (CAPA)


corrective action dan preventic action CAPA merupakan suatu tindakan
mengatasi penyimpangan yang terjadi serta juga merancang suatu tindakan
preventif atau pencegahan agar penyimpangan tersebut tidak terulang kembali.
corrective action dan preventic action CAPA Berfokus pada penyelidikan
sistematis agar penyeab masalah yang diidentifikasi atau resiko yang
terindetfikasi dalam upaya untuk memperbaiki akar masalah untuk mencegah
terjadinya penyimpangan.

Setelah dilakukan laporan mengenai maalah pada bagian aspek produksi makan
dilakukan tindakan perbaikan serta tindakan pencegahan agar kesalahan tidak
terulang kembali. Proses CAPA meliputi pengimpulan informasi , analisis
informasi, analisis solusi metode yang dikembangkanm penerapan metode yang
dikembangkan, follow up.
Contoh penerapan CAPA terjadi temuan masalah pada bagian pembersihan yaitu
Label “BERSIH” pada ruangcetak table tyang kotor makan dilakukan tindakan
perbaikan dengan cara Ruangan dibersihkan dan dilakukan pengecekan ulang
hingga ruangan bersih, dibuat SOP yang jelas sehingga tidak terjadi kesalahan
kemudian dilakuakan tindakan pencegahan dengan cara Pelatihan cara
pembersihan ruangan yang baik dan sesuai dengan CPOB.
23. Menjelaskan prinsip penanganan keluhan dan obat kembalian (KK No. 23)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat Yang Baik, bahwa penanganan keluhan dan obat kembalian terdiri atas :
- Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak
harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis. Obat dan/atau
bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari personil yang
bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. Diperlukan koordinasi dari setiap
instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi dalam menangani obat dan/atau bahan
obat yang diduga palsu. Jika diperlukan, dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif
untuk menangani semua kasus, termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia
dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan
penarikan kembali serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

A. Keluhan
- Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan. Harus
dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan yang
berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat harus
diberitahukan sesegera mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin
edar.
- Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan
untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.
- Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan.
- Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat harus
dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk mengidentifikasi asal atau alasan
keluhan, termasuk penyelidikan terhadap bets lainnya.
- Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu
harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
menjelaskan tentang tindakan yang harus dilaksanakan.
- Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend
analysis terhadap keluhan.

B. Obat Kembalian
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau
bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal berikut:
a. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat
pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat dalam
catatan penerimaan dan pengembalian barang.
- Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian sesuai dengan
persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain. Kedua belah pihak harus
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses pengembalian obat tidak
memungkinkan masuknya obat dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
- Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat yang
bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu yang diperlukan
sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh industri farmasi.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau bahan
obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label yang jelas
sampai ada keputusan tindak lanjut.
- Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat
tersebut harus dilakukan oleh personil yang berwenang.
- Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara lain jika:
a. obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi syarat
serta memenuhi ketentuan;
b. obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;
c. obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung jawab
atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang;
d. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal-usul
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat palsu.
- Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan yang rendah
tidak dapat dikembalikan.
- Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang layak jual
atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan penanggung jawab dan
terdokumentasi.
- Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan dan persyaratan lainnya yang
relevan.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan sedemikian
rupa sehinga system pengeluaran barang dapat dijamin sesuai dengan FEFO
C. Penarikan Kembali obat dan/atau bahan obat
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat yang
ditarik kembali.
- Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertangggung jawab terhadap
penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari peredaran.
- Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara terpisah, aman
dan terkunci serta diberi label yang jelas.
- Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan
persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.
- Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan
dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan, termasuk
rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
- Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan segera setelah ada
pemberitahuan.
- Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan oleh instansi
berwenang atau industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
- Fasilitas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi pelanggan
(antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau bahan obat (antara lain
bets, jumlah yang dikirim).
- Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus selalu tersedia
pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang.
- Efektivitas pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus dievaluasi secara
berkala.
- Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan ke industri
farmasi dan/atau pemegang izin edar. Informasi tentang penarikan obat dan/atau
bahan obat harus disampaikan ke instansi berwenang baik di pusat maupun daerah.
- Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan obat dapat
dilaksanakan.
Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan oleh
penanggung jawab sesuai dengan kewenangan yang tercantum pada uraian tugas.
Semua proses penanganan ini harus terdokumentasi dengan baik

24. Menjelaskan persyaratan higienis dan pelatihan karyawan (KK No. 24)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa persyaratan higienis dan pelatihan karyawan terdiri atas :

A. Pelatihan karyawan
- Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang
karena tugasnya berada di area produksi dan gudang penyimpanan atau
laboratorium (termasuk personel teknik, pemeliharaan dan pembersihan), dan
bagi personel lain yang kegiatannya berdampak pada mutu produk.
- Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik Sistem Mutu Industri
Farmasi dan CPOB, personel baru hendaklah memperoleh pelatihan sesuai
dengan tugas yang diberikan kepadanya. Pelatihan berkesinambungan
hendaklah juga diberikan, dan efektivitas penerapannya hendaklah dinilai
secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui oleh
Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu atau Kepala Pemastian Mutu.
Catatan pelatihan hendaklah disimpan.
- Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area di
mana kontaminasi menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau
menimbulkan sensitisasi.
- Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak
dibawa masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak
dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama
mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta
diawasi dengan ketat.
- Sistem Mutu Industri Farmasi dan semua tindakan yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara
mendalam selama pelatihan.
- Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

B. Higienis Karyawan
- Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan
berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.
Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel
yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene
hendaklah didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi
pelatihan
- Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses
perekrutan. Merupakan kewajiban industri farmasi agar tersedia instruksi yang
memastikan bahwa kesehatan personel yang dapat memengaruhi mutu produk
harus diketahui perusahaan. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal, hendaklah
dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personel bila
diperlukan.
- Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam
pembuatan obat.
- Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
- Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau di area lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
- Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
- Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
- Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaan steril,

25. Menjelaskan aspek penunjang dalam industri farmasi meliputi air, udara dan
limbah (KK No.25)
Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa aspek penunjang dalam industri farmasi meliputi air, udara dan
limbah terdiri atas :

A. Air
- Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan
sistem distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa
spesifikasi yang sesuai dicapai tiap pengoperasian.
- Air yang digunakan untuk formulasi hendaklah diperlakukan sebagai bahan
awal.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan atau
cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan
dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi
dengan konstan pada suhu di atas 70°C.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril,
nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari kontaminasi.
- Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah
dipantau secara teratur terhadap kontaminasi kimiawi, biologis dan, bila perlu,
terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi spesifikasi
yang sesuai dengan peruntukkannya. Hasil pemantauan dan tindakan
penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.
- Air yang digunakan untuk proses pembuatan BAO hendaklah ditunjukkan
kesesuaiannya dengan tujuan penggunaannya.
- Kecuali ada justifikasi lain, air untuk proses hendaklah minimal memenuhi
persyaratan World Health Organization (WHO) untuk mutu air minum.
- Apabila air minum tidak memenuhi persyaratan untuk menjamin mutu BAO
dan dibutuhkan spesifikasi mutu air secara kimiawi dan/atau mikrobiologi
yang lebih ketat, hendaklah ditetapkan spesifikasi yang sesuai untuk sifat
fisika/kimiawi, angka mikroba total, organisme yang tidak diharapkan dan
endotoksin.
- Apabila air yang digunakan pada proses, diolah oleh pabrik pembuat untuk
mencapai mutu yang ditetapkan, proses pengolahan hendaklah divalidasi dan
dipantau dengan batas bertindak yang tepat.
- Apabila pabrik pembuat BAO nonsteril baik bertujuan maupun mengklaim
bahwa BAO tersebut sesuai untuk digunakan pada proses lanjutan untuk
memproduksi obat (produk) steril, air yang digunakan untuk tahap isolasi dan
pemurnian akhir hendaklah dipantau dan dikendalikan terhadap angka
mikroba total, organisme yang tidak diharapkan dan endotoksin.
B. Udara
- Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

- Untuk tujuan klasifikasi zona Kelas A, perlu diambil sampel udara minimum 1
m3 per lokasi pengambilan sampel. Untuk Kelas A klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 4.8 ditentukan oleh batas jumlah partikel dengan ukuran > 5,0 µm.
Untuk Kelas B (nonoperasional) klasifikasi partikulat udara adalah ISO 5
untuk kedua ukuran partikel. Untuk Kelas C, klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 7 untuk nonoperasional dan ISO 8 untuk operasional. Untuk Kelas
D (nonoperasional), klasifikasi partikulat udara adalah ISO 8. Untuk tujuan
klasifikasi, metodologi EN/ISO 14644-1 menjelaskan jumlah lokasi minimal
untuk pengambilan sampel udara dan volume sampel berdasarkan batas
ukuran partikel terbesar bagi kelas kebersihan terkait serta metode untuk
mengevaluasi data yang terkumpul.
- Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel portabel
dengan selang pendek untuk pengambilan sampel, karena akan terjadi
presipitasi yang tinggi dari partikel >5,0 µm apabila menggunakan sistem
pengambilan sampel dari jarak jauh yang menggunakan selang yang panjang.
Pada sistem aliran udara unidirectional hendaklah digunakan sample heads
isokinetis.
- Ruang bersih dan sarana udara bersih hendaklah dipantau secara rutin pada
saat kegiatan berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel
hendaklah berdasarkan studi analisis risiko yang dilakukan secara formal dan
dari data yang diperoleh selama penentuan klasifikasi ruangan dan/atau sarana
udara bersih.
- Sistem pemantauan partikel udara dapat terdiri dari beberapa alat penghitung
partikel yang independen; suatu jaringan dari serangkaian titik pengambilan
sampel yang dihubungkan dengan manifold pada satu penghitung partikel;
atau kombinasi dari kedua sistem tersebut. Sistem yang dipilih hendaklah
disesuaikan dengan ukuran partikel. Bila dipakai cara pengambilan sampel
jarak jauh, panjang pipa dan radius dari tiap tekukan dalam pipa hendaklah
diperhitungkan terhadap risiko kehilangan partikel di sepanjang pipa.
Pemilihan sistem pemantauan hendaklah mempertimbangkan risiko yang
ditimbulkan oleh bahan yang dipakai pada proses pembuatan, misal bahan
yang terkait dengan mikroorganisme hidup atau radiofarmaka.
- Jumlah sampel yang diambil untuk pemantauan secara otomatis biasanya
tergantung dari kecepatan pengambilan sampel udara dari sistem yang dipakai.
Volume sampel tidak perlu sama dengan jumlah sampel untuk tujuan
klasifikasi dari ruang bersih dan sarana penghasil udara bersih.
- Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm
menjadi penting karena merupakan sarana untuk deteksi dini kegagalan.
Partikel ukuran > 5 μm kadang-kadang dapat terdeteksi yang merupakan
pembacaan semu, hal ini disebabkan oleh lonjakan elektris, stray light,
kejadian tidak terduga dan lain-lain. Namun, pembacaan partikel dalam
jumlah rendah yang terjadi secara berurutan ataupun terus-menerus merupakan
indikasi kemungkinan terjadi kontaminasi dan perlu diinvestigasi. Kejadian
tersebut merupakan indikasi dini kegagalan pada sistem tata udara, mesin
pengisi atau merupakan indikasi dari kebiasaan yang kurang sesuai selama
perakitan alat dan kegiatan rutin.
- Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di area lain,
penyekat udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan
drainase. Saluran pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat
kebersihannya, jika dipasang, hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang
efektif atau penutup air untuk mencegah aliran balik. Semua saluran air
hendaklah terbuka dan mudah dibersihkan serta dihubungkan dengan drainase
luar dengan tepat untuk mencegah kontaminan mikrobiologis masuk.
- Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga udara dan
digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian
dan memperkecil kontaminasi mikroba dan partikulat terhadap pakaian
pelindung. Ruang ganti tersebut hendaklah dibilas secara efektif dengan udara
yang telah tersaring. Tahap terakhir dari ruang ganti hendaklah, pada kondisi
“nonoperasional”, mempunyai tingkat kebersihan yang sama dengan ruang
berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk memasuki dan
meninggalkan daerah bersih kadang-kadang diperlukan. Pada umumnya
hendaklah fasilitas pencucian tangan disediakan hanya pada tahap awal ruang
ganti pakaian
- Pintu-pintu ruang penyangga udara tidak boleh dibuka secara bersamaan.
Sistem interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah
dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang
bersamaan.
- Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan tekanan
positif dan aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas kebersihan lebih
rendah pada seluruh kondisi “operasional” dan hendaklah dapat membilas area
tersebut dengan efektif. Ruang bersebelahan dengan kelas kebersihan yang
berbeda hendaklah mempunyai perbedaan tekanan berkisar 10 - 15 pascal
(nilai acuan). Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk perlindungan
kepada zona yang mempunyai risiko tertinggi, yaitu, daerah yang udaranya
berhubungan langsung dengan produk dan komponen yang telah dibersihkan
yang akan bersentuhan dengan produk. Berbagai rekomendasi mengenai
pasokan udara dan perbedaan tekanan mungkin memerlukan modifikasi bila
diperlukan untuk menahan beberapa bahan, misal bahan yang bersifat
patogenis, bertoksisitas tinggi, radioaktif, bahan atau produk berupa virus atau
berupa bakteri hidup. Dekontaminasi fasilitas tersebut dan pengolahan udara
yang keluar dari area bersih mungkin diperlukan untuk beberapa kegiatan.
- Hendaklah dibuktikan bahwa pola aliran-udara tidak menimbulkan risiko
kontaminasi, misal perhatian hendaklah diberikan untuk memastikan bahwa
aliran udara tidak menyebarkan partikel dari personel yang menimbulkan
partikel, kegiatan atau mesin ke zona yang mempunyai risiko lebih tinggi
terhadap produk.
C. Limbah
- Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah dikumpulkan
dalam wadah penampung yang sesuai untuk disingkirkan ke lokasi
pengumpulan di luar bangunan dan dimusnahkan dengan metode yang aman
dan saniter secara teratur dalam interval waktu pendek.
- Limbah cair, limbah padat dan limbah lain (misal: produk sampingan padat,
cair atau gas hasil pembuatan) di- dan dari bangunan serta area sekitar
hendaklah dibuang secara aman, tepat waktu dan bersih. Wadah dan/atau pipa
untuk limbah hendaklah diidentifikasi secara jelas.
- Limbah radioaktif hendaklah dipisahkan ke dalam beberapa kategori seperti
yang dapat terbakar dan tidak, radionuklida umur pendek, sedang dan panjang,
jarum tajam dan jarum suntik, bangkai hewan (carcasses), dan lain-lain.
Limbah ini hendaklah diberi perisai secara memadai selama penyimpanan dan
petugas proteksi radiasi hendaklah bertanggung jawab dalam penanganan,
penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif ini secara aman.
- Pembuangan limbah radioaktif hendaklah mengikuti peraturan Pemerintah
yang berlaku.

26. Menjelaskan penyiapan dokumen registrasi obat (KK 26)


Jawab :

Menurut BPOM nomor 24 tahun 2017 Tentang Kriteria dan Tatalaksana registrasi
obat, bahwa penyiapan dokumen registrasi obat, yaitu :

Pendaftar yang melakukan permohonan Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki izin Industri Farmasi; dan
b. memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan yang diregistrasi.

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud untuk Registrasi Obat Produksi


Dalam Negeri yang dilakukan oleh calon Industri Farmasi yang sedang melakukan
pembangunan. Dan dikecualikan dari ketentuan untuk Registrasi Obat Produksi
Dalam Negeri yang dilakukan oleh Industri Farmasi yang menambah fasilitas untuk
bentuk sediaan baru atau Industri Farmasi yang melakukan perluasan fasilitas
produksi

Tatalaksana registrasi, yaitu :

Registrasi terdiri dari:


a. tahap praregistrasi; dan
b. tahap registrasi.

Permohonan praregistrasi dan registrasi sebagaimana dimaksud diajukan oleh


Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan dengan melampirkan dokumen
praregistrasi dan dokumen registrasi. Permohonan diajukan dengan mengisi
Formulir sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini. Dokumen
praregistrasi dan dokumen registrasi harus menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris. Permohonan praregistrasi dan registrasi dapat diajukan secara
elektronik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal Registrasi secara
elektronik belum dapat dilaksanakan atau sistem elektronik tidak berfungsi,
Registrasi dilakukan secara manual.

Terhadap permohonan praregistrasi dan registrasi sebagaimana dimaksud dikenai


biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat harus dibayarkan
paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Bayar-Layanan
Publik (SPB-LP) diterbitkan. Pendaftar wajib melakukan konfirmasi pembayaran
SPBLP dan menyerahkan dokumen praregistrasi atau dokumen registrasi paling lama
3 (tiga) Hari terhitung sejak tanggal pembayaran. Dalam hal Pendaftar tidak
melakukan konfirmasi pembayaran SPB-LP dan menyerahkan dokumen praregistrasi
atau dokumen registrasi sebagaimana dimaksud permohonan dinyatakan batal.

Dokumen registrasi

Dokumen registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terdiri atas:

a. bagian I : dokumen administratif, Informasi Produk dan Label.

b. bagian II : dokumen mutu.

c. bagian III : dokumen nonklinik.

d. bagian IV : dokumen klinik.


Tata cara penyusunan dokumen registrasi, yaitu :

Dokumen registrasi terdiri dari empat bagian sebagai berikut:

1. Bagian I : Dokumen Administratif dan Informasi Produk terdiri dari:

A. Daftar Isi Keseluruhan

B. Dokumen Administratif

C. Informasi Produk dan Label

2. Bagian II : Dokumen Mutu terdiri dari:

A. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)

B. Dokumen Mutu

C. Daftar Pustaka

3. Bagian III : Dokumen Nonklinik terdiri dari:

A. Tinjauan Studi Nonklinik

B. Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik

C. Laporan Studi Nonklinik (jika perlu)

D. Daftar Pustaka

4. Bagian IV : Dokumen Klinik terdiri dari:

A. Tinjauan Studi Klinik

B. Ringkasan Studi Klinik

C. Matriks Studi Klinik

D. Laporan Studi Klinik

E. Daftar Pustaka

Dokumen registrasi dapat berupa hardcopy atau softcopy.

1. Dokumen Registrasi Hardcopy

Setiap bagian pada dokumen registrasi harus dilengkapi daftar isi yang
menunjukkan letak masing-masing dokumen dan diberi kertas pembatas
antarbagian dan antardokumen. Pembatas antarbagian diberi judul sesuai nama
bagian (contoh: Bagian IV.A. Tinjauan Studi Klinik) atau judul dokumen sesuai
dengan format dokumen registrasi. Setiap bagian dokumen registrasi harus
dibundel dalam ordner/map terpisah atau beberapa bagian dokumen registrasi dapat
digabungkan dalam ordner dengan kertas pembatas di antara setiap dokumen
tersebut. Penggunaan ordner/map disesuaikan dengan banyaknya dokumen
registrasi.

A. Jumlah Salinan dokumen registrasi

B. Ukuran kertas Apabila dokumen registrasi dalam bentuk hardcopy harus


menggunakan kertas ukuran standar Internasional (A4: 8.27 x 11,69 inci).
Untuk kasus tertentu penggunaan kertas yang lebih besar dari ukuran standar
diperbolehkan antara lain denah, diagram sintesis, Formula bets atau alur
pembuatan Obat. Halaman kertas ini harus dilipat dan dapat dilihat tanpa
membuka penutup ordner dan dapat dilipat kembali tanpa menimbulkan
kerusakan pada saat penyimpanan.
C. Huruf Ukuran huruf untuk narasi dan tabel harus menggunakan jenis dan
ukuran yang cukup besar dan dapat terbaca dengan mudah, bahkan setelah
digandakan atau ditampilkan secara elektronik. Contoh: untuk narasi
menggunakan huruf Times New Roman dengan ukuran 12. Untuk tabel, alur,
dan diagram dapat menggunakan huruf ukuran 9 – 10.
D. Warna ordner atau map Untuk dokumen hardcopy mengikuti ketentuan
sebagai berikut:

E. Penomoran ordner/map Setiap ordner/map harus diberikan nomor yang


berbeda berdasarkan urutannya.
F. Identifikasi ordner/map Pada bagian tengah sampul depan untuk setiap
ordner/map harus dituliskan informasi sebagai berikut:
 Nama Obat.
 Bentuk Sediaan.
 Komposisi.
 Jenis dan Besar Kemasan.
 Nama Pendaftar.
 Nama Produsen.
Pada bagian depan dan samping ordner harus dituliskan nomor ordner,
kecuali map hanya dicantumkan pada bagian depan dalam format berikut: x
dari y dimana x adalah nomor ordner spesifik dan y adalah jumlah ordner
total untuk bagian terkait. Contoh: ordner ke-6 untuk Bagian Keamanan
dengan total 50 ordner untuk semua bagian dituliskan 6 dari 50 pada sudut
kanan bawah.
G. Identifikasi dokumen Pada setiap dokumen harus dicantumkan informasi
berikut:
 Nama atau kode dokumen harus dicantumkan pada sudut kanan atas
kertas pembatas.
 Sistem penomoran subbagian harus dicantumkan pada sudut kanan
bawah, contoh: Bagian x, Ord. X, Subbagian x.x
Dimana: Bagian x : Bagian dokumen
Ord. X. : Nomor ordner
Subbagian x.x : Nomor subbagian
Sebagai contoh: Pada bagian Mutu, subbagian Kontrol terhadap Zat Aktif
harus ditulis Bagian II, Ord. 2, Subbagian B.S4 pada bagian sudut kanan
bawah.
H. Penomoran halaman Semua dokumen harus mempunyai nomor halaman.
Penomorannya berdasarkan subbagian atau anak subbagian dokumen, bukan
berdasarkan ordner atau bagian. Semua dokumen registrasi tidak boleh
diberikan nomor secara berurutan berdasarkan halaman. Satu set penomoran
halaman hanya untuk setiap subbagian. Jika terdapat dokumen yang
disisipkan dalam dokumen, seperti protokol dalam laporan studi, dokumen
sisipan tersebut dimasukkan sebagai Lampiran. Setiap lampiran harus
dipisahkan dengan kertas pembatas yang dinamai dengan benar.
Pada sudut kanan bawah setiap halaman, harus dituliskan sistem penomoran
halaman dalam format berikut:
Bag. x, Ord. X, SubBag. x.x, Hal. Xx
Dimana: Bag. x : bagian dari dokumen (Bagian)
Ord. X : nomor ordner spesifik
SubBag. x.x : nomor subbagian atau anak subbagian dari bagian
terkait (subbagian)
Hal. xx : halaman dari subbagian terkait
Contoh, dokumen spesifikasi Zat Aktif dari bagian mutu dituliskan: Bag.
II, Ord.2, SubBag. B.S4.1, Hal. 7 pada sudut kanan bawah.
I. Penomoran halaman untuk dokumen tambahan data Tambahan data tidak
boleh mengubah urutan penomoran halaman. Jika jumlah halaman tambahan
data melebihi nomor halaman yang ada, dapat ditambahkan dengan huruf a –
z sebagai anak nomor halaman.
Contoh: halaman 6a, 6b, 6c ... dst
J. Dokumen dengan format ICH CTD Dokumen dengan format ICH CTD dapat
diserahkan sesuai dengan ketentuan ICH CTD yang berlaku, namun
dokumen Bagian I harus disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan ini.

2. Dokumen Registrasi Softcopy


Untuk dokumen registrasi softcopy dapat merujuk Petunjuk Teknis Registrasi
Aplikasi Elektronik Obat.

3. Tambahan Data
Selain untuk Registrasi Baru, pedoman penyusunan dokumen registrasi dapat
juga untuk penyusunan dokumen tambahan data. Surat-menyurat umum harus
dimasukkan pada Bagian I.

27. Menyiapkan dan merancang dokumen registrasi (KK No. 27)


Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria dan Tatalaksana


Registrasi Obat, bahwa penyiapan dan perancangan dokumen registrasi, yaitu :

A. Dokumen Administratif
a. Surat Pengantar
b. Formulir Registrasi.
c. Pernyataan Pendaftar.
d. Sertifikat dan Dokumen Administratif Lain
- Obat Produksi Dalam Negeri.
1. Izin Industri Farmasi.
2. Sertifikat CPOB yang masih berlaku untuk bentuk sediaan yang
didaftarkan.
3. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
4. Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
- Obat Lisensi.
1. Izin Industri Farmasi atau dokumen penunjang dengan bukti yang
cukup untuk badan/institusi riset sebagai pemberi lisensi.
2. Izin Industri Farmasi sebagai penerima lisensi.
3. Sertifikat CPOB Industri Farmasi penerima lisensi yang masih
berlaku untuk bentuk sediaan yang didaftarkan.
4. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
5. Perjanjian lisensi.
- Obat Kontrak Produksi Dalam Negeri.
1. Izin Industri Farmasi Pendaftar atau Pemberi Kontrak.
2. Izin Industri Farmasi sebagai Penerima Kontrak.
3. Sertifikat CPOB Industri Farmasi Pendaftar atau Pemberi Kontrak
yang masih berlaku.
4. Sertifikat CPOB Industri Farmasi Penerima Kontrak yang masih
berlaku sesuai bentuk sediaan Obat yang dikontrakkan.
5. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
6. Perjanjian kontrak.
- Obat Khusus Ekspor.
1. Izin Industri Farmasi.
2. Sertifikat CPOB Pendaftar.
3. Sertifikat CPOB atau dokumen lain yang setara dari produsen
sesuai bentuk sediaan yang didaftarkan (untuk Obat Impor khusus
ekspor).
4. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
- Obat Impor.
1. Izin Industri Farmasi produsen dan Pendaftar.
2. Surat penunjukkan dari industri farmasi atau pemilik produk di luar
negeri dikecualikan untuk Pendaftar yang merupakan afiliasi dari
perusahaan induk.
3. Certificate of Pharmaceutical Product (CPP) atau dokumen lain
yang setara dari negara produsen dan/atau negara dimana
diterbitkan sertifikat pelulusan bets (jika perlu).
4. Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk bentuk
sediaan yang didaftarkan atau dokumen lain yang setara (termasuk
sertifikat CPOB produsen Zat Aktif untuk Produk Biologi).
5. Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas Obat setempat
dan/atau otoritas pengawas Obat negara lain.
6. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
7. Justifikasi impor.
8. Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu).
- Hasil Praregistrasi.
- Kuitansi/Bukti Pembayaran.
- Dokumen Lain.
B. Dokumen Mutu
Format dalam panduan ini berlaku untuk Registrasi Baru dan Registrasi
Variasi yang mencakup Obat Baru, Produk Biologi dan Obat Generik.
Dokumen mutu pada panduan ini hanya menunjukkan struktur dan tempat
dimana informasi harus dicantumkan. Jenis dan ruang lingkup data penunjang
mengacu pada pedoman/ketentuan yang berlaku secara nasional maupun
internasional seperti Farmakope, Pedoman ICH, dan lain-lain. Persyaratan
untuk Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi dapat mengacu pada
Pedoman ICH atau pedoman lain terkait.
Dokumen mutu terdiri dari:
1. Subbagian A : Ringkasan Dokumen Mutu (Quality Overall
Summary/QOS)
Ringkasan dokumen mutu (RDM) adalah ringkasan sesuai ruang lingkup
dan format pada dokumen mutu lengkap (body of data). Informasi, data
atau justifikasi yang tercantum dalam RDM harus konsisten dengan
dokumen mutu lengkap yang diserahkan.
Susunan dan informasi yang tercantum dalam RDM adalah sebagai
berikut:
1. ZAT AKTIF
a. Informasi Umum Ringkasan informasi dari S1 subbagian
b. Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif, termasuk :
- Nama dan alamat produsen.
- Ringkasan proses pembuatan dan kontrol proses. Untuk Produk
Biologi harus mencakup informasi mulai dari bank sel, termasuk
kultur sel, pemanenan, pemurnian dan reaksi modifikasi,
pengisian, kondisi penyimpanan dan pengiriman.
- Kontrol terhadap semua bahan (termasuk bahan awal, pelarut,
reagen, katalisator) yang digunakan dalam pembuatan Zat Aktif,
termasuk bahan yang berasal dari Produk Biologi.
- Kontrol terhadap tahap kritis dan zat antara, termasuk data
stabilitas yang menunjang kondisi penyimpanan Produk Biologi.
- Validasi proses dan/atau studi dan evaluasi untuk proses
sterilisasi
dan aseptik.
- Deskripsi dan riwayat pengembangan proses pembuatan seperti
yang dijelaskan dalam S2.2.
c. Karakterisasi
- Zat Aktif baru: Konfirmasi struktur antara lain berdasarkan
rute sintesis dan analisis spektrum, seperti dijelaskan dalam
- Produk Biologi: Deskripsi struktur primer, sekunder dan
tingkat yang lebih tinggi, dan informasi aktivitas biologik,
kemurnian, dan imunokimia (jika perlu), seperti dijelaskan
dalam
- Zat Aktif baru dan Produk Biologi: Ringkasan kemurnian
yang dimonitor atau diuji selama atau setelah pembuatan Zat
Aktif, seperti dijelaskan dalam
- Obat Generik: Sesuai persyaratan kompendial atau informasi
yang setara dari produsen.
d. Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
- Uraian singkat tentang justifikasi penetapan spesifikasi,
metode analisis, dan validasinya.
- Spesifikasi yang diuraikan pada butir S4.1 subbagian B harus
dicantumkan, demikian juga, bila ada tabel ringkasan dari
hasil analisis bets yang dicantumkan pada butir S4.4.
- Obat Generik: Mengikuti persyaratan Farmakope atau
informasi yang setara dari produsen.
e. Baku Pembanding
Informasi dari butir S5 subbagian B (dalam bentuk tabel, bila
sesuai) harus dicantumkan. Obat Generik: Baku pembanding yang
digunakan sesuai Farmakope atau informasi yang setara dari
produsen.
f. Spesifikasi dan Pengujian kemasan
Uraian singkat dan pembahasan pada butir S6 subbagian B harus
dicantumkan.
g. Stabilitas
Bagian ini harus mencakup ringkasan studi yang dilakukan
(kondisi pengujian, bets, metode analisis) dan diskusi singkat dari
hasil studi dan kesimpulan, kondisi penyimpanan yang diajukan,
periode uji ulang atau masa edar/shelf life bila relevan. Protokol uji
stabilitas pascapemasaran dan komitmen untuk memonitor
stabilitas seperti yang tercantum pada butir P8 subbagian B perlu
dicantumkan. Rangkuman hasil uji stabilitas dalam bentuk tabel
dengan gambaran grafis bilamana diperlukan. Obat Generik:
Justifikasi penetapan tanggal pengujian ulang atau masa edar dapat
mengacu pada literatur.
2. OBAT JADI
a. Pemerian dan Formula
Informasi butir P1 subbagian B dan komposisi harus dicantumkan
di bagian ini.
b. Pengembangan Produk Pembahasan tentang informasi dan data
dari butir P2 subbagian B, termasuk informasi dari studi
pengembangan, komponen Obat, Obat, pengembangan proses
pembuatan, sistem pengemasan, atribut mikrobiologik, spesifikasi
dan sistem pengujian kemasan, dan kompatibilitas harus
dicantumkan. Obat Generik: Justifikasi dapat menggunakan data
literatur.
c. Proses Pembuatan
Informasi mencakup:
- Informasi produsen untuk setiap tahap pembuatan.
- Nama dan jumlah Zat Aktif dan Eksipien.
- Uraian singkat proses pembuatan dan kontrol tahap kritis serta
produk antara yang ditujukan untuk menghasilkan produksi rutin
yang konsisten
dan produk yang bermutu.
- Uraian singkat hasil validasi proses
d. Spesifikasi dan Metode Pengujian Eksipien
Ringkasan mutu Eksipien seperti yang diuraikan dicantumkan.
Obat Generik: Sesuai persyaratan Farmakope atau informasi yang
setara dengan produsen
e. Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
Ringkasan tentang justifikasi penetapan spesifikasi, prosedur
analisis, dan validasinya serta karakterisasi zat pengotor harus
dicantumkan. Obat Generik: Karakterisasi zat pengotor dan
spesifikasi Obat sesuai persyaratan Farmakope atau informasi yang
setara dari produsen.
f. Baku Pembanding
Informasi perlu dicantumkan. Obat Generik: Sesuai persyaratan
Farmakope atau informasi yang setara dari produsen.
g. Spesifikasi dan Pengujian Kemasan
Uraian singkat informasi yang tercantum diskusi harus
dicantumkan.
h. Stabilitas
Ringkasan studi yang dilakukan (kondisi pengujian, bets yang
diamati, dan metode analisis), uraian singkat hasil studi stabilitas
serta analisis data dan kesimpulannya, harus dicantumkan.
Kesimpulan mengenai kondisi penyimpanan dan masa edar (shelf
life) serta kondisi penyimpanan setelah kemasan dibuka (bila
perlu) harus dicantumkan. Ringkasan hasil studi stabilitas dalam
bentuk tabel dan/atau grafik ada, perlu dicantumkan. Protokol uji
stabilitas pascapersetujuan Registrasi dan komitmen stabilitas
untuk memonitor stabilitas seperti yang tercantum.
i. Data Ekivalensi
Uraian singkat uji disolusi (in vitro) dan uji bioekivalensi (in vivo),
jika dipersyaratkan.
2. Subbagian B : Dokumen Mutu
ZAT AKTIF
A. Informasi Umum :
- Tata Nama  International Nonproprietary Name Modified
(INNM).  Nama Farmakope bila relevan.  Nomor registrasi dari
Chemical Abstract Service (CAS).  Kode laboratorium (jika ada).
 Nama kimia.
- Rumus Kimia : Zat Aktif baru: Rumus bangun, termasuk
stereokimia relatif dan absolut, rumus molekul dan bobot molekul
relatif, harus dicantumkan. Produk Biologi: Urutan skematis asam
amino yang menunjukkan tempat glikosilasi atau modifikasi
posttranslational yang lain dan bobot molekul relatif, perlu
dicantumkan jika ada. Obat Generik: Sesuai persyaratan
Farmakope atau informasi lain yang setara dari produsen.
- Sifat-sifat umum : Sifat-sifat fisikokimia atau sifat-sifat lain yang
relevan dari Zat Aktif termasuk aktifitas biologik untuk Produk
Biologi harus dicantumkan.

B. Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif


- Produsen : Nama dan alamat lengkap termasuk kota dan negara
produsen Zat Aktif perlu dicantumkan.
- Uraian dan Kontrol Proses Pembuatan Uraian proses pembuatan
Zat Aktif yang mencakup informasi proses pembuatan dan kontrol
terhadap proses pembuatan perlu dicantumkan.
Zat Aktif baru:  Skema alur proses sintesa yang meliputi rumus
molekul, berat dan hasil sintesa, rumus kimia dari bahan awal;
senyawa antara; reagensia dan Zat Aktif yang menggambarkan
stereokimia, yang dapat mengidentifikasi kondisi operasional dan
pelarut yang digunakan, perlu dicantumkan.  Narasi uraian
tahapan proses pembuatan dengan mencantumkan jumlah bahan
baku, pelarut, katalisator, dan reagensia termasuk kontrol terhadap
proses, peralatan dan kondisi operasional seperti suhu, tekanan,
pH, waktu, dan lain-lain.  Proses alternatif harus diuraikan secara
detail sama seperti pada proses primer. Tahapan pemrosesan
kembali harus diidentifikasi dan diberikan justifikasinya. Produk
Biologi: Informasi proses pembuatan dimulai dari bank sel
termasuk pengkulturan sel, pemanenan, reaksi modifikasi dan
pemurnian, kondisi pengisian dan pengemasan, penyimpanan dan
transportasi, termasuk diagram alur prosesnya
- Kontrol terhadap bahan : Bahan-bahan yang digunakan pada
pembuatan Zat Aktif (seperti bahan baku, bahan awal, pelarut,
reagensia, katalisator) harus dicantumkan sesuai urutan
penggunaan dalam tahapan proses. Perlu juga dicantumkan
informasi mutu dan pemeriksaannya. Informasi yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut (termasuk bahan dari
sumber biologi, seperti komponen media, antibodi monoklonal,
enzim) memenuhi standar untuk tujuan penggunaannya (termasuk
penghilangan atau kontrol terhadap bahan adventitious), perlu
dicantumkan jika relevan. Untuk bahan dari sumber biologi harus
mencantumkan informasi sumber, produsen, dan karakterisasi.
Produk Biologi:  Kontrol sumber dan bahan awal, ringkasan
informasi keamanan dari virus yang digunakan perlu
dicantumkan.  Sumber, riwayat, dan pembuatan substrat sel. 
Informasi sumber substrat sel dan analisis konstruksi ekspresi
yang digunakan untuk modifikasi sel secara genetik dan
inkorporasinya ke dalam klon sel awal untuk membuat Master
Cell Bank harus dicantumkan sesuai Q5B dan Q5D.  Cell
banking system, karakterisasi, dan pengujian. Informasi pada cell
banking system; pengawasan mutu dan stabilitas cell line selama
produksi dan penyimpanan (termasuk prosedur yang digunakan
untuk pembuatan Master dan Working Cell Bank) harus
dicantumkan sesuai Q5B dan Q5D.
- Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Senyawa Antara : Tahapan
kritis: pengujian dan kriteria penerimaan dengan justifikasinya,
termasuk data percobaan, yang dilakukan pada tahapan kritis
proses pembuatan untuk meyakinkan bahwa proses tersebut
terkontrol. Senyawa antara: spesifikasi dan metode analisis (jika
ada), untuk senyawa antara (intermediates) yang diperoleh selama
proses. Tambahan untuk Produk Biologi: data stabilitas yang
menunjang kondisi penyimpanan.
- Validasi proses dan/atau Evaluasi : Studi validasi proses dan/atau
evaluasi untuk proses aseptik dan sterilisasi perlu dicantumkan.
Produk Biologi: Informasi validasi dan evaluasi validasi yang
memadai untuk membuktikan bahwa proses pembuatan (termasuk
tahapan pemrosesan kembali) sesuai dengan tujuan dan untuk
pemilihan kontrol proses kritis yang tepat (parameter operasional
dan selama proses pembuatan/in-process test) dan batasannya
untuk tahapan pembuatan kritis (contohnya, kultur sel,
pemanenan, pemurnian dan modifikasi). Informasi harus meliputi
uraian rencana studi serta hasil analisis dan kesimpulan studi.
Validasi metode analisis dan penentuan kadar harus dibandingkan,
sebagai bagian dari justifikasi pemilihan kontrol proses kritis dan
batasannya. Studi penghilangan atau inaktivasi kontaminan virus
pada proses pembuatan, harus diserahkan.
- Pengembangan proses pembuatan : Zat Aktif baru: Uraian dan
diskusi dari perubahan yang bermakna pada proses pembuatan dan
lokasi produksi untuk Zat Aktif yang digunakan pada bets uji
nonklinik, bets uji klinik, bets pilot, dan jika ada, bets skala
produksi. Produk Biologi: Riwayat pengembangan proses
pembuatan, seperti yang dijelaskan pada butir S2.2. Uraian
perubahan yang dilakukan untuk pembuatan bets Zat Aktif yang
digunakan sebagai pendukung Registrasi (contohnya, uji
nonklinik dan klinik), termasuk perubahan proses atau peralatan
yang kritis. Alasan perubahan harus dijelaskan termasuk informasi
yang relevan pada pembuatan bets Zat Aktif selama
pengembangan, seperti nomor bets, ukuran bets produksi dan
penggunaan (contohnya stabilitas, bahan pembanding nonklinik)
yang terkait dengan perubahan. Perubahan yang bermakna harus
dinilai dengan mengevaluasi potensinya terhadap dampak mutu
Zat Aktif (dan/atau senyawa antara, jika ada). Untuk perubahan
proses pembuatan yang bermakna, harus ada data dari uji analisis
terbanding Zat Aktif yang terkait. Pembahasan harus meliputi
justifikasi pemilihan uji dan evaluasi hasil uji. Uji klinik dan
nonklinik dalam modul lain dapat disertakan untuk melengkapi
evaluasi pengaruh perubahan proses pembuatan pada Zat Aktif
dan Obat yang terkait.
- Karakterisasi
Elusidasi dari struktur dan Karakterisasi Zat Aktif baru:
Konfirmasi struktur antara lain berdasarkan rute sintesis dan
analisis spektrum. Informasi mengenai potensi terjadinya
isomerisme, identifikasi stereokimiawi, atau potensi untuk
pembentukan polimorf harus dicantumkan. Produk Biologi:
Uraian detil mengenai struktur primer, sekunder dan tingkat yang
lebih tinggi, serta informasi aktivitas biologik, kemurnian dan sifat
imunokimia (jika relevan). Obat Generik, Variasi Major, Variasi
Minor: Persyaratan Farmakope atau informasi lain yang setara
dari produsen. Bahan Pengotor Informasi bahan pengotor perlu
dicantumkan. Obat Generik: Persyaratan Farmakope atau
informasi lain yang setara dari produsen.
- Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
Spesifikasi Informasi rinci spesifikasi, pengujian, dan kriteria
penerimaan Zat Aktif perlu dicantumkan. Produk Biologi: Sumber,
termasuk spesies hewan, tipe mikroorganisme, dan lain-lain harus
disebutkan. Obat Generik, Variasi Major, Variasi Minor:
Spesifikasi Zat Aktif sesuai Farmakope. Spesifikasi Zat Aktif yang
tidak mengacu Farmakope harus disebutkan apakah berdasarkan
Certificate of Analysis (CoA) dari produsen atau berdasarkan
pengujian oleh Pendaftar.
Prosedur analisis
Prosedur analisis yang digunakan untuk pengujian Zat Aktif harus
rinci agar dapat digunakan oleh laboratorium lain untuk pengujian
ulang Produk Biologi: Obat Generik, Variasi Major, Variasi
Minor: Persyaratan sesuai Farmakope atau informasi lain yang
setara dari produsen.
Validasi Prosedur Analisis
Informasi validasi analisis termasuk data percobaan metode
analisis yang digunakan untuk pengujian Zat Aktif perlu
dicantumkan. Parameter validasi yang harus diperhatikan adalah
selektifitas, presisi (keberulangan presisi antara dan
reprodusibilitas), akurasi, linearitas, rentang, limit kuantitasi, limit
deteksi, robustness, dan uji kesesuaian system. Obat Generik,
Variasi Major, Variasi Minor: Dipersyaratkan hanya untuk metode
non-Farmakope.
Analisis Bets
Uraian analisis bets dan hasil analisis perlu dicantumkan. Pustaka:
Justifikasi spesifikasi
Justifikasi penetapan spesifikasi Zat Aktif perlu dicantumkan.
- Baku Pembanding : Informasi mutu baku pembanding atau bahan
baku yang digunakan untuk pengujian Zat Aktif, perlu
dicantumkan. Obat Generik, Variasi Major, Variasi Minor:
Persyaratan sesuai Farmakope atau informasi lain yang setara dari
produsen.
- Spesifikasi dan pengujian kemasan : Obat Baru dan Produk
Biologi: Agar dicantumkan uraian sistem pengemasan, termasuk
identitas komponen kemasan primer dan spesifikasinya.
Spesifikasi masingmasing komponen tersebut harus mencakup
uraian dan identifikasi (ukuran kritis dan gambar bila sesuai).
Untuk metode non-Farmakope disertai validasi yang sesuai. Untuk
komponen kemasan sekunder nonfungsional (yang tidak kontak
langsung dengan produk) cukup dicantumkan uraian singkat,
sedangkan untuk komponen kemasan sekunder fungsional perlu
ada informasi tambahan untuk komponen tersebut. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kemasan seperti bahan
kemasan, kemampuan melindungi Zat Aktif terhadap kelembaban
dan cahaya, kompatibilitas antara bahan kemasan dan Zat Aktif
termasuk interaksi Zat Aktif dengan kemasan, leaching dan/atau
keamanan komponen kemasan.
- Stabilitas : Ringkasan Stabilitas dan Kesimpulan Perlu
diberikan ringkasan studi yang dilakukan, protokol dan hasil studi.
Ringkasan harus mencakup hasil studi, contohnya hasil forced
degradation dan stress condition, termasuk kesimpulan kondisi
penyimpanan dan tanggal uji ulang atau shelf life. Protokol
Stabilitas Pascapemasaran dan Komitmen Stabilitas Protokol
uji stabilitas pascapemasaran dan komitmen untuk melakukan uji
stabilitas. Data Stabilitas Hasil uji stabilitas (contohnya, hasil
studi forced degradation dan stress conditions) yang dituangkan
dalam bentuk tabel, grafik, atau narasi, dengan menyertakan
informasi prosedur analisis yang digunakan serta validasi dari
prosedur tersebut sesuai format yang ditentukan.

OBAT
A. Pemerian dan Formula
Uraian dan komposisi Obat harus dicantumkan, seperti:  Bentuk
sediaan;  Komposisi lengkap, jumlah tiap bahan baku dalam satu
bets produksi (termasuk overage, bila ada), fungsi tiap bahan baku
dan acuan mutu yang digunakan (contohnya monografi Farmakope
atau spesifikasi dari produsen);  Penjelasan pelarut yang
digunakan untuk rekonstitusi; dan  Tipe kemasan yang digunakan
untuk Obat dan pelarut rekonstitusi, jika diperlukan.
B. Pengembangan Produk
- Informasi studi pengembangan
Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi: Bagian
Pengembangan Farmasetika memberikan informasi dan data
hasil studi pengembangan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa bentuk sediaan, formulasi, proses pembuatan, sistem
kemasan, atribut mikrobiologi dan cara pemberian sesuai
dengan tujuan penggunaan Obat yang didaftarkan. Studi
tersebut berbeda dari pengujian rutin yang dilakukan sesuai
spesifikasi Obat. Bagian ini juga harus mengidentifikasi dan
menggambarkan formulasi dan atribut proses (parameter
klinik) yang dapat mempengaruhi reprodusibilitas bets,
kinerja/khasiat produk, dan mutu Obat. Data pendukung dan
hasil studi yang spesifik atau informasi dari literatur yang
terpublikasi dapat disertakan sebagai lampiran. Tambahan data
pendukung dapat digunakan sebagai acuan yang relevan untuk
bagian nonklinik.
- Komponen Obat
Zat Aktif Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi:
Kompatibiltas Zat Aktif Obat dengan Eksipien harus
dijelaskan. Sebagai tambahan, karakteristik fisikokimia
(contohnya kadar air, kelarutan, distribusi ukuran partikel,
polimorf atau bentuk padat) dari Zat Aktif yang dapat
mempengaruhi mutu Obat harus dijelaskan pada bagian ini.
Hal yang sama juga untuk sediaan kombinasi. Kompatibilitas
Zat Aktif Obat dengan Eksipien dan karakteristik fisikokimia
Zat Aktif yang dapat mempengaruhi mutu Obat seperti kadar
air, kelarutan, distribusi ukuran partikel, polimorf atau bentuk
padat harus dijelaskan pada bagian ini. Hal yang sama juga
untuk sediaan kombinasi. Obat Generik, Variasi Major, Variasi
Minor: Informasi sesuai data literatur.
Eksipien Pemilihan Eksipien seperti yang tercantum pada butir
P1, konsentrasi dan karakteristik yang mempengaruhi tampilan
Obat, harus dijelaskan sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
- Obat
Pengembangan Formula : Ringkasan informasi pengembangan
Formula Obat harus mempertimbangkan cara pemberian Obat
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Perbedaan antara
formulasi klinik dan formulasi (contohnya Komposisi)
dijelaskan. Hasil studi ekivalensi terbanding (jika diperlukan)
in vitro (contohnya uji disolusi) dan in vivo (contohnya
bioekivalensi) harus dijelaskan.
Overages : Overages dalam formulasi yang dicantumkan harus
dijelaskan.
Sifat Fisikokimia dan Biologi : Perlu dicantumkan semua
parameter Obat yang relevan seperti pH, kekuatan ikatan ion,
disolusi, redispersi, rekonstitusi, distribusi ukuran partikel,
agregasi, polimorfism, sifat alir, aktivitas biologi atau potensi
dan aktivitas imunologi.
- Pengembangan Proses Pembuatan : Pemilihan dan optimasi
proses pembuatan yang tercantum dalam butir terutama pada
tahap kritis harus dijelaskan. Metode sterilisasi harus
dijelaskan dan diberikan justifikasinya jika diperlukan.
Perbedaan antara proses pembuatan bets Obat yang digunakan
untuk uji klinik pivotal dan proses yang disebutkan pada butir
yang dapat mempengaruhi khasiat Obat perlu dicantumkan.
- Sistem Kemasan : Kesesuaian sistem kemasan yang digunakan
untuk penyimpanan, transportasi (pengiriman) dan penggunaan
Obat harus dijelaskan. Penjelasan menyangkut hal-hal seperti
pemilihan bahan kemasan, perlindungan terhadap pengaruh
kelembaban dan cahaya, kompatibilitas antara bahan kemasan
dan Obat termasuk interaksi Obat dengan kemasan, leaching,
keamanan bentuk kemasan dan ketepatan dosis pemberian dari
alat yang digunakan sebagai bagian Obat jadi.
- Atribut Mikrobiologi : Atribut mikrobiologi dari sediaan perlu
dicantumkan termasuk alasan untuk tidak melakukan uji batas
mikroba pada sediaan nonsteril, pemilihan dan uji efektifitas
pengawet dalam Obat yang mengandung bahan pengawet, jika
perlu. Untuk sediaan steril, integritas sistem kemasan dalam
pencegahan kontaminasi miroba harus dicantumkan
- Kompatibilitas Kompatibilitas Obat dengan pelarut untuk
rekonstitusi atau kompatibilitas Obat dengan kemasan/alat
kesehatan yang digunakan, yang ditunjukkan dengan terjadinya
endapan dalam larutan, interaksi Obat dengan kemasan injeksi,
dan informasi stabilitas Obat dicantumkan untuk menunjang
informasi pada Label.
C. Prosedur Pembuatan
- Produsen Obat Harus mencantumkan nama, alamat, dan
informasi penanggung jawab dari setiap fasilitas produksi,
termasuk Pemberi Kontrak atau fasilitas produksi lain yang
terlibat dalam proses pembuatan dan pengujian.
- Formula bets : Formula harus mencantumkan nama dan
jumlah/kuantitas Zat Aktif Obat dan Eksipien yang digunakan
termasuk bahan yang hilang selama proses pembuatan. 
Kuantitas bahan (g, kg, Liter, dan lain-lain).  Overage: data
penunjang dan justifikasi overage harus disertakan.  Jumlah
per bets dan total unit dosis harus disebutkan.  Uraian semua
tahapan pembuatan Obat.
- Proses Pembuatan dan Kontrol Proses : Diagram alur proses
pembuatan Obat harus dicantumkan dengan menggambarkan
setiap tahapan proses pembuatan dan menunjukkan pada tahap
mana bahan-bahan tersebut digunakan. Pengawasan dilakukan
pada tahap kritis pada produk antara dan Produk Jadi.  Uraian
lengkap proses pembuatan harus mencakup secara rinci semua
hal penting pada tiap tahap proses pembuatan.  Untuk sediaan
steril, uraian mencakup persiapan dan sterilisasi komponen
(contohnya, wadah, tutup, dan lainlain).
- Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Produk Antara : Tahapan
kritis: Pengujian dan kriteria penerimaan (dengan justifikasi
termasuk data percobaan) yang dilakukan pada tahapan kritis
proses pembuatan untuk memastikan bahwa proses tersebut
terkontrol. Produk Antara: Informasi mutu dan kontrol produk
antara selama proses pembuatan Obat.
- Validasi Proses dan/atau Laporan : Uraian, dokumentasi, dan
hasil studi validasi dari tahapan kritis atau penentuan kadar
kritis yang dilakukan pada proses pembuatan harus diserahkan
(Contohnya, validasi proses sterilisasi atau proses aseptik atau
pengisian).
D. Spesifikasi dan Metode Pengujian Eksipien
- Spesifikasi Eksipien.
- Prosedur Analisis : Prosedur analisis yang digunakan untuk
pengujian Eksipien dicantumkan jika diperlukan.
- Eksipien bersumber dari hewan dan/atau manusia : Untuk
Eksipien bersumber dari hewan dan/atau manusia, harus ada
informasi adventitious agents (contohnya, sumber, spesifikasi,
uraian uji yang dilakukan, data keamanan virus).
- Eksipien Baru : Informasi rinci mengenai pembuatan,
karakterisasi dan kontrol, yang dapat digunakan untuk
mendukung data keamanan nonklinik atau klinik.
E. Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
- Spesifikasi : Spesifikasi Obat harus dicantumkan.
- Prosedur Analisis : Prosedur analisis yang digunakan untuk
pengujian Obat harus dicantumkan.
- Laporan Validasi Metode Analisis : Informasi validasi analisis
termasuk data percobaan untuk metode analisis yang
digunakan untuk pengujian Obat perlu dicantumkan.
- Analisis Bets : Uraian bets dan hasil analisis bets perlu
dicantumkan. Produk Biologi: Uraian (termasuk besar bets,
asal dan penggunaan) dan hasil uji semua bets yang relevan
(contohnya nonklinik, pilot untuk uji klinik, scale-up, dan jika
ada bets skala produksi) yang digunakan untuk menetapkan
spesifikasi dan mengevaluasi konsistensi pada proses
pembuatan perlu dicantumkan.
- Karakterisasi Zat Pengotor : Bila informasi karakterisasi zat
pengotor tidak/belum dicantumkan pada butir Bahan Pengotor,
maka perlu dicantumkan pada bagian ini.
- Justifikasi Spesifikasi : Justifikasi penetapan spesifikasi Obat
perlu diberikan.
F. Baku Pembanding : Informasi mutu baku pembanding yang
digunakan untuk pengujian Obat harus diberikan.
G. Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan : Uraian sistem
kemasan, termasuk identitas bahan komponen dan spesifikasi dari
kemasan primer dan sekunder perlu dicantumkan. Spesifikasi
tersebut harus mencakup uraian dan identifikasi (dimensi dan
gambar yang sesuai). Uraian singkat mengenai komponen kemasan
sekunder nonfungsional dicantumkan (contohnya, alat yang tidak
memberikan proteksi tambahan atau alat bantu pemberian Obat).
Untuk komponen kemasan sekunder fungsional harus ada
informasi tambahan secara rinci.
H. Stabilitas : Diperlukan bukti untuk menunjukkan bahwa produk
bersifat stabil, memenuhi spesifikasi Produk Jadi selama shelf life
yang diajukan, dimana tidak terjadi dekomposisi Obat dalam
jumlah yang bermakna selama periode ini, serta menunjukkan tidak
ada perubahan potensi dan efektivitas pengawet. Obat dengan Zat
Aktif baru dan Produk Biologi: Semua kriteria yang mengikuti
Pedoman ICH dapat diterima kecuali kondisi penyimpanan jangka
panjang harus pada kondisi 300C, 75% RH. Harus
dipertimbangkan kemampuan sistem pengemasan untuk
memberikan perlindungan terhadap kelembaban. Obat Generik,
Variasi Major, Variasi Minor: ASEAN Guideline on Stability
Study of Drug Product. Protokol Stabilitas Pascapemasaran dan
Komitmen Uji Stabilitas Protokol stabilitas pascapemasaran dan
komitmen pelaksanaan uji stabilitas perlu diberikan. Data Stabilitas
Hasil uji stabilitas harus disajikan dalam format sesuai ketentuan
(contohnya, tabel, grafik, narasi) termasuk informasi metode
analisis yang digunakan untuk menghasilkan data dan validasi dari
metode tersebut.
I. Bukti Ekivalensi : Persyaratan untuk Obat Generik dan Variasi
Major: Jenis studi yang dilakukan, protokol yang digunakan dan
hasil studi harus disajikan dalam laporan studi. Jenis studi yang
dilakukan harus mengacu pada Pedoman Uji Bioekivalensi Badan
POM dan Guideline for Bioavailability and Bioequivalence Studies
atau WHO Manual for Drug Regulatory Authority.
3. Subbagian C : Daftar Pustaka

C. Dokumen Non Klinik


Tujuan utama Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik adalah untuk
memberikan sinopsis yang faktual dan komprehensif dari data studi
nonklinik. Pada saat pengajuan Registrasi (misalnya Zat Aktif baru)
dokumen studi nonklinik yang harus diserahkan berupa tinjauan,
ringkasan dan matriks studi nonklinik, sedangkan laporan lengkap
studi nonklinik hanya jika dipersyaratkan. Dokumen studi nonklinik
tidak dipersyaratkan untuk Obat Generik. Dokumen nonklinik untuk
Produk Biosimilar mengacu pada Pedoman Umum Penilaian Produk
Biosimilar.

1. Subbagian A : Tinjauan Studi Non Klinik


a. Aspek Umum : Tinjauan Studi Nonklinik harus mencantumkan
penilaian kritis dan terintegrasi dari evaluasi farmakologi,
farmakokinetik dan toksikologi Obat. Pedoman yang relevan
mengenai pelaksanaan studi perlu dipertimbangkan (jika ada),
dan diberikan justifikasi bila terdapat penyimpangan prosedur
terhadap pedoman yang berlaku. Dalam Tinjauan Studi
Nonklinik harus mencantumkan pembahasan mengenai strategi
pengujian studi nonklinik. Harus ada pernyataan bahwa studi
nonklinik yang diserahkan sesuai dengan Cara Berlaboratorium
yang Baik (Good Laboratory Practice/GLP). Bila perlu,
hubungan antara temuan nonklinik dan karakteristik mutu Obat,
hasil uji klinik, atau efek yang terkait dengan produk yang
berhubungan harus ditunjukkan.
b. Isi dan Struktur Format
Tinjauan Studi Nonklinik harus ditampilkan sesuai dengan
urutan sebagai berikut:
Tinjauan Studi Nonklinik
1. Tinjauan strategi studi nonklinik.
2. Farmakologi.
3. Farmakokinetik.
4. Toksikologi.
5. Tinjauan Menyeluruh dan Kesimpulan.
6. Daftar Literatur.
Studi-studi yang dilakukan untuk menetapkan efek
farmakodinamik, cara kerja, dan potensi efek samping Obat
harus dievaluasi, serta mempertimbangan kemaknaan hasilnya.
Evaluasi data farmakokinetik, toksikokinetik dan metabolisme
harus mencakup metode analisis yang digunakan, model
farmakokinetik, dan sumber parameter-parameter yang relevan.
Pertimbangan silang dengan studi-studi farmakologi atau
toksikologi mungkin diperlukan (misalnya dampak dari kondisi
penyakit, perubahan pada fisiologi, antibodi, dan pertimbangan
data toksikokinetik). Bila terdapat inkonsistensi data harus
dijelaskan. Perbandingan antarspesies dalam metabolisme dan
paparan sistemik pada hewan dan manusia (AUC, Cmax, dan
parameter lainnya) perlu dijelaskan. Keterbatasan serta
kegunaan studi nonklinik untuk memprediksi potensi efek
samping Obat pada manusia harus menjadi perhatian.
2. Subbagian B : Ringkasan dan Matriks Studi Non Klinik
a. Ringkasan studi non klinik
- Pendahuluan : Pedoman ini bertujuan untuk membantu
menyiapkan ringkasan farmakologi, farmakokinetik, dan
toksikologi nonklinik dalam format yang sesuai. Urutan
dan isi dari bagian Ringkasan Studi Nonklinik diuraikan
dibawah ini. Penyusun dokumen yang baik fokus pada
pemenuhan persyaratan regulator. Bila diperlukan
Pendaftar dapat memodifikasi format untuk memudahkan
memahami dan mengevaluasi hasil. Jika diperlukan, efek
terkait usia dan jenis kelamin harus dijelaskan. Temuan
terkait dengan stereoisomer dan/atau metabolit harus
dicantumkan. Pencantuman unit yang konsisten pada
ringkasan nonklinik akan membantu proses evaluasi.
Pencantuman tabel untuk mengkonversi unit mungkin juga
dibutuhkan. Pada bagian Pembahasan dan Kesimpulan,
informasi antarstudi dan antarspesies harus terintegrasi,
serta paparan pada hewan uji harus terkait dengan paparan
pada manusia yang mendapatkan dosis maksimal yang
akan digunakan.
- Uraian Umum
Urutan Uraian Informasi di dalam setiap bagian.
Jika ada, studi in vitro harus mendahului studi in vivo. Jika
beberapa studi serupa diringkas di dalam bagian
Farmakokinetik dan Toksikologi, studi tersebut harus
diurutkan berdasarkan spesies, cara pemberian, dan
kemudian lama pemberian (dimulai dengan waktu yang
paling pendek).
Urutan spesies adalah sebagai berikut:
 Mencit.  Tikus.  Hamster.  Hewan pengerat lainnya. 
Kelinci.  Anjing.  Primata selain manusia.  Mamalia
lainnya.  Selain mamalia.
Rute pemberian Obat diurutkan sebagai berikut:
 Cara pemberian untuk penggunaan pada manusia.  Oral.
 Intravena.  Intramuskuler.  Intraperitoneal.  Subkutan.
 Inhalasi.  Topikal.  Lainnya.
Penggunaan Tabel dan Gambar Meskipun Ringkasan Studi
Nonklinik sebagian besar terdiri dari narasi, beberapa
informasi lebih efektif dengan menggunakan tabel atau
gambar. Tabel dan gambar dapat disisipkan di antara narasi
atau dikelompokkan pada akhir setiap Ringkasan Studi
Nonklinik. Di dalam narasi, sitasi kepustakaan untuk
ringkasan matriks studi harus dicantumkan dalam format
sebagai berikut (Tabel X.X. nama/laporan/studi) Panjang
Ringkasan Studi Nonklinik Meskipun tidak ada batasan
formal untuk panjang Ringkasan Studi Nonklinik, tetapi
direkomendasikan tidak lebih dari 100 – 150 halaman.
Urutan Ringkasan dan Matriks Studi Direkomendasiakan
urutan sebagai berikut:
 Pendahuluan.  Ringkasan farmakologi.  Matriks studi
farmakologi.  Ringkasan farmakokinetik.  Matriks studi
farmakokinetik.  Ringkasan toksikologi.  Matriks studi
toksikologi
b. Isi Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
- Pendahuluan : Tujuan dari bagian ini adalah memberikan
informasi kepada penilai tentang Obat dan penggunaan
klinis yang diusulkan. Informasi tersebut harus mencakup:
 Informasi singkat mengenai struktur Obat (sebaiknya,
diagram struktur juga dicantumkan) dan sifat-sifat
farmakologinya.  Informasi mengenai indikasi klinis,
dosis, dan lama penggunaan yang diajukan untuk Obat
tersebut.
- Farmakologi
1. Ringkasan
Dalam ringkasan farmakologi, data harus disajikan
dengan urutan sebagai berikut:
 Ringkasan singkat : Informasi penting dari studi
farmakologi harus diringkas menjadi dua sampai
tiga halaman. Bagian ini sebaiknya dimulai dengan
gambaran singkat data farmakologi yang harus
diperhatian seperti inklusi dan/atau eksklusi data
tertentu (misalnya tidak adanya model hewan uji).
 Farmakodinamik primer.
Studi farmakodinamik primer harus diringkas dan
dievaluasi. Jika memungkinkan, akan sangat
berguna untuk menghubungkan farmakologi Obat
tersebut dengan data yang ada (misalnya
selektivitas, keamanan, potensi) pada Obat lain
dalam kelasnya.
 Farmakodinamik sekunder : Jika ada, studi
farmakodinamik sekunder harus diringkas
berdasarkan sistem organ dan dievaluasi pada
bagian ini.
 Farmakologi keamanan : Studi farmakologi
keamanan diringkas dan dievaluasi pada bagian ini.
Pada beberapa kasus, studi farmakodinamik
sekunder dapat memberikan kontribusi pada
evaluasi keamanan Obat bila studi tersebut
memprediksi atau menilai potensi efek samping
Obat pada manusia. Dalam kasus demikian, studi
farmakodinamik sekunder ini harus
dipertimbangkan bersama-sama dengan studi
farmakologi keamanan
 Farmakodinamik interaksi Obat : Apabila studi telah
dilakukan, maka studi farmakodinamik interaksi
Obat harus diringkas.
 Pembahasan dan kesimpulan : Bagian ini untuk
membahas evaluasi farmakologik dan untuk
mempertimbangkan kemaknaan hasilnya.
 Tabel dan gambar (dapat dicantumkan di sini atau di
Dalam narasi) : Tabel dan gambar dapat disisipkan
di
antara ringkasan narasi atau dikelompokkan pada
akhir setiap ringkasan.
2. Matriks Studi Farmakologi
- Farmakokinetik
a. Ringkasan Urutan Ringkasan Farmakokinetik sebagai
berikut:  Ringkasan singkat.  Metode analisis. 
Absorpsi.  Distribusi.  Metabolisme.  Ekskresi. 
Farmakokinetik interaksi Obat.  Studi farmakokinetik
lainnya.  Pembahasan dan kesimpulan.  Tabel dan
grafik (dapat dicantumkan di sini atau di dalam narasi).
1. Ringkasan Singkat Temuan penting dari studi
farmakokinetik harus diringkas dengan singkat
dalam dua atau tiga halaman. Bagian ini sebaiknya
diawali dengan gambaran mengenai cakupan
evaluasi farmakokinetik, dengan penekanan,
misalnya, apakah spesies dan strain yang diteliti
sama dengan yang digunakan untuk evaluasi
farmakologi dan toksikologi, serta apakah formulasi
yang digunakan sama atau identik.
2. Metode Analisis Bagian ini harus berisi ringkasan
singkat mengenai metode analisis untuk sampel
biologis, termasuk deteksi dan batas kuantifikasi
suatu prosedur analisis. Jika memungkinkan, data
validasi untuk metode analisis dan stabilitas sampel
biologis dibahas pada bagian ini. Dampak potensial
dari metode analisis yang berbeda pada interpretasi
hasil harus dibahas pada bagian yang relevan
berikut ini.
3. Absorpsi Data berikut harus diringkas pada bagian
ini:  Absorpsi (tingkat dan kecepatan absorpsi,
studi in vivo dan in situ).  Parameter kinetik,
bioekivalensi dan/atau bioavailabilitas (studi
farmakokinetik serum/ plasma/darah).
4. Distribusi Data berikut harus diringkas pada bagian
ini:  Studi distribusi jaringan.  Ikatan protein dan
distribusi dalam sel darah.  Studi transfer ke dalam
plasenta.
5. Metabolisme (Perbandingan Antarspesies) Data
berikut harus diringkas pada bagian ini:  Struktur
kimia dan jumlah metabolit dalam sampel biologis.
 Kemungkinan jalur metabolisme.  Metabolisme
presistemik (efek lintas awal saluran cerna/hati). 
Metabolisme in vitro termasuk studi P450.  Induksi
dan inhibisi enzim.
6. Ekskresi Data berikut harus diringkas pada bagian
ini:  Rute dan jumlah ekskresi.  Eksresi dalam air
susu.
7. Farmakokinetik Interaksi Obat Apabila studi telah
dilakukan, maka studi farmakokinetik interaksi Obat
nonklinik (in vitro dan/atau in vivo) harus diringkas
dengan singkat dalam bagian ini.
8. Studi Farmakokinetik Lain Apabila studi telah
dilakukan pada model penyakit nonklinik (misalnya
hewan dengan gangguan ginjal), maka harus
diringkas pada bagian ini.
9. Pembahasan dan Kesimpulan Bagian ini adalah
untuk membahas evaluasi farmakokinetik dan
mempertimbangkan kemaknaan hasilnya.
10. Tabel dan Grafik Narasi tabel dan grafik dapat
dimasukkan pada butirbutir yang sesuai diseluruh
ringkasan narasi. Sebagai alternatif, tabel dan grafik
dimasukkan pada akhir ringkasan.
11. Ringkasan Matriks Studi Farmakokinetik dalam
Format Matriks (lihat Daftar Matriks Studi)
- Toksikologi
Ringkasan Urutan Ringkasan Toksikologi harus sebagai
berikut:
 Ringkasan singkat.
 Toksisitas dosis-tunggal.
 Toksisitas dosis-berulang.
 Genotoksisitas.
 Karsinogenisitas.
 Toksisitas reproduksi dan pengembangan.
 Studi pada hewan muda.
 Toleransi lokal.
 Studi toksisitas lainnya.
 Pembahasan dan Kesimpulan.
 Tabel dan Grafik (dapat dicantumkan di sini atau di
dalam narasi).

c. Isi Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik


Disarankan agar tabel ringkasan untuk informasi nonklinik
dalam Common Technical Document (CTD) dibuat dalam
format sesuai pedoman ini. Pendaftar dapat memodifikasi
format, jika diperlukan, agar penyajian informasi sebaik
mungkin dan dapat membantu pemahaman terhadap evaluasi
hasil. Pedoman ini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan
studi apa yang dipersyaratkan, tetapi hanya sebagai saran
bagaimana mentabulasi hasil studi yang telah dilakukan. Jika
perlu, Pendaftar dapat menambah atau menghapus beberapa
bagian dari format. Satu format matriks studi dapat berisi hasil
dari beberapa studi. Sebagai alternatif, dapat juga menyebutkan
data dari satu studi dalam beberapa format matriks studi.
Format yang diajukan untuk tabel dalam Ringkasan matriks
studi nonklinik diberikan dalam Daftar matriks studi. Daftar
matriks studi berisi format baku (template) untuk digunakan
dalam membuat tabel. Format baku berisi catatan yang dicetak
miring untuk memberi petunjuk pada pembuatannya (informasi
yang dicetak miring harus dihapus ketika table dibuat). Akan
tetapi, tetap menjadi tanggung jawab Pendaftar untuk
memutuskan cara penyajian data yang terbaik untuk setiap
produk. Harus diingat bahwa tinjauan ringkasan matriks studi
bersama dengan ringkasan merupakan tinjauan utama dari
informasi nonklinik. Penyajian data dengan menggunakan
format baku dan contoh yang diberikan, harus tetap
memastikan ketersediaan informasi yang cukup bagi penilai
dan harus memberikan tinjauan singkat dari informasi terkait.
Apabila studi pada hewan muda telah dilakukan, maka harus
dibuat matriks menggunakan format baku yang sesuai dengan
jenis studi tersebut. Pembuatan tabel untuk Ringkasan Matriks
Studi Nonklinik harus mengikuti urutan Ringkasan Studi
Nonklinik.
3. Subbagian C : Laporan Studi Non Klinik
Laporan lengkap studi nonklinik tidak dipersyaratkan kecuali jika
dianggap perlu1. Pedoman ini menyajikan format yang telah
disepakati untuk pengaturan laporan nonklinik dalam Dokumen
Registrasi Bagian III untuk pendaftaran yang akan diserahkan
kepada Badan POM. Pedoman ini tidak bertujuan untuk
menunjukkan studi apa yang dipersyaratkan, tetapi hanya
menunjukkan format yang sesuai untuk data nonklinik yang telah
diperoleh. Penempatan yang sesuai untuk setiap data individual
hewan uji adalah di dalam laporan studi atau sebagai lampiran dari
laporan studi.
- Daftar Isi Laporan Studi Nonklinik
Daftar isi sebaiknya mencantumkan daftar semua Laporan
Studi Nonklinik dan mencantumkan lokasi setiap laporan studi
dalam Dokumen Registrasi bagian III. Daftar isi Laporan Studi
Nonklinik harus mencantumkan semua item numerik yang ada
dalam Dokumen Registrasi bagian III untuk mengidentifikasi
semua komponen penting dari pendaftaran Obat (misalnya
2.3.5.1 Fertilitas dan perkembangan embrionik awal) dan
dilanjutkan sampai ringkasan laporan studi. Jadi setiap laporan
studi harus diidentifikasi dalam daftar isi.
- Laporan Studi
Laporan studi harus disajikan dengan urutan berikut:
a. Farmakologi : Farmakodinamik primer, Farmakodinamik
sekunder, Farmakologi keamanan, Farmakodinamik
interaksi Obat,
b. Farmakokinetik : Laporan metode analisis dan validasi
(bila laporan terpisah), Absorpsi, Distribusi, Metabolisme
(perbandingan antarspesies), Ekskresi, Farmakokinetik
interaksi Obat dan Studi farmakokinetik lain.
c. Toksikologi : Toksisitas dosis tunggal (berdasarkan
spesies, cara pemberian), Toksisitas dosis berulang
(berdasarkan spesies, cara pemberian, lama pemberian,
termasuk evaluasi toksikokinetik penunjang),
Genotoksisitas In vitro. In vivo (termasuk evaluasi
toksikokinetik penunjang).
Karsinogenisitas (termasuk evaluasi toksikokinetik
penunjang) Studi jangka panjang (berdasarkan spesies,
termasuk studi penentuan rentang dosis yang tidak dapat
dimasukkan dalam toksisitas atau farmakokinetik dosis
berulang). Studi jangka pendek atau jangka menengah
(termasuk studi penentuan rentang dosis yang tidak dapat
dimasukkan dalam toksisitas atau farmakokinetik dosis
berulang). dan Studi lain.
Toksisitas reproduksi dan pengembangan (termasuk
studi penentuan rentang dosis dan evaluasi toksikokinetik
penunjang. Bila digunakan desain studi yang dimodifikasi,
subjudul berikut juga harus dimodifikasi) Fertilitas dan
perkembangan embrionik awal. Perkembangan embrio-
janin. Perkembangan pranatal dan pascalahir, termasuk
fungsi maternal. 2.3.5.4 Studi dimana keturunan (hewan
muda) diberi Obat dan/atau dievaluasi lebih lanjut.
Toleransi Lokal
Studi Toksisitas Lain (bila ada)
Antigenisitas.
Imunotoksisitas.
Studi mekanistik (bila tidak termasuk dicantumkan di
tempat lain).
Ketergantungan.
Metabolit.
Pengotor.
Studi lain.
4. Subbagian D : Daftar Pustaka

D. Dokumen Studi Klinik


1. Daftar isi laporan studi klinik
2. Laporan studi klinik
a. Laporan Studi Biofarmasetika
- Laporan studi ketersediaan hayati (BA)
- Laporan studi perbandingan ketersediaan hayati (BA) dan
bioekivalensi (BE).
- Laporan studi korelasi in vitro-in vivo.
- Laporan metode bioanalisis dan analisis untuk studi pada
manusia.
b. Laporan Studi terkait Farmakokinetik Menggunakan
Biomaterial Manusia
- Laporan studi ikatan protein plasma.
- Laporan studi metabolisme hati dan interaksi Obat.
- Laporan studi menggunakan biomaterial manusia lainnya.
c. Laporan Studi Farmakokinetika (PK) pada Manusia
- Laporan studi PK pada subjek sehat dan tolerabilitas awal.
- Laporan studi PK pada subjek dan laporan tolerabilitas
awal.
- Laporan studi PK pada populasi.
d. Laporan Studi Farmakodinamika (PD) pada Manusia
- Laporan studi PD dan PK/PD pada subjek sehat.
- Laporan studi PD dan PK/PD pada subjek.
e. Laporan Studi Khasiat dan Keamanan
- Laporan studi klinik berpembanding terkait klim indikasi.
- Laporan studi klinik tanpa pembanding.
- Laporan analisis data dari lebih dari satu studi, termasuk
analisis formal terpadu, metaanalisis, dan bridging
analysis.
- Laporan studi klinik lain.
f. Laporan Pengalaman Pascapemasaran
g. Formulir Laporan Kasus dan Daftar Subjek Individual

28. Melaksanakan penyimpanan sesuai GSP (KK No. 28)


Jawab :

Berdasarkan BPOM Tahun 2012 Tentang Petunjuk Operasional Penerapan


Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Jilid 1, bahwa penyimpanan sesuai
GSP, yaitu :
a. Tiap area penyimpanan hendaklah diberi nomor lokasi penyimpanan. Tiap
bets atau lot hendaklah ditempatkan secara terpisah, bila digunakan palet
hendaklah tiap palet hanya untuk satu jenis bahan atau produk dan dari satu
bets / lot kecuali palet tersebut diberi sekat pemisah.
b. Kondisi lingkungan yang sesuai antara lain suhu, kelembaban dan cahaya.
Bahan yang mudah terbakar hendaklah disimpan di gudang khusus untuk
bahan mudah terbakar yang letaknya terpisah sesuai dengan peraturan
keselamatan kerja yang berlaku. Sesuai dengan peraturan pemerintah yang
berlaku bahan awal narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) serta
prekursor hendaklah disimpan di tempat terkunci dan kuncinya disimpan oleh
penanggung jawab yang ditunjuk.
c. Kegiatan lain, misal produksi dan pengujian, hendaklah dilakukan di area
terpisah dari gudang.
d. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak ditempatkan dalam ruang yang
terkunci.
e. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kesalahan, hendaklah bahan cetak
disimpan di dalam ruangan atau lemari terkunci.
f. Suatu obat dapat dikemas ulang apabila obat tersebut memenuhi standar,
spesifikasi dan karakteristik yang telah ditetapkan. Suatu obat yang telah
kadaluwarsa atau obat yang rusak sebagai akibat dari penyimpanan dalam
kondisi penyimpanan yang tidak baik seperti suhu tinggi, kelembaban tinggi,
terkena asap, wangi-wangian, atau karena musibah alam seperti kebakaran,
kebanjiran, atau yang diragukan kondisi penyimpanan dan penanganannya,
tidak boleh diproses ulang dan hendaklah dimusnahkan
g. Tergantung dari kestabilan bahan awal, penyimpanan hendaklah dilakukan
dalam ruang atau tempat yang suhunya dikendalikan. Untuk penyimpanan
hendaklah tersedia ruang atau tempat dengan suhu berbeda-beda antara lain
dengan:
- suhu ruang (ambient) : ≤ 30oC;
- suhu ruang berpendingin udara (AC) : ≤ 25oC;
- dingin : 2o - 8 oC ; dan
- beku : di bawah 0oC.
Kondisi penyimpanan hendaklah disesuaikan dengan yang tercantum pada
label bahan awal atau sesuai dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
h. Untuk memudahkan rotasi stok, hendaklah industri melaksanakan /
mengaplikasikan prinsip FIFO / FEFO dan memantau bahan awal dan bahan
pengemas yang memerlukan pemeriksaan ulang maupun kadaluwarsa baik
secara manual maupun sistem komputerisasi.
i. Penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan proses dari pelabelan itu sendiri :
- Siapkan label KARANTINA untuk ditempelkan oleh Personil Gudang
paling sedikit pada wadah terbawah di atas palet. Khusus untuk bahan
aktif obat, label ditempelkan pada tiap wadah. Simpan bahan di daerah
khusus karantina, kemudian catat di Catatan Penerimaan
- Beri label DILULUSKAN untuk bahan awal dan bahan pengemas yang
sudah diperiksa dan lulus uji, kemudian pindahkan ke tempat
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas yang telah diluluskan dan
dicatat dalam Catatan Persediaan. Pada label hendaklah dicantumkan
tanggal uji ulang bahan yang ditetapkan oleh Bagian Pengawasan Mutu
- Beri label DITOLAK untuk bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak
oleh Bagian Pengawasan Mutu dan simpan di tempat terkunci yaitu area
gudang

29. Melaksanakan distribusi sesuai GDP (KK No.29)


Jawab :

Berdasarkan BPOM Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan


BPOM Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat
Yang Baik, yaitu :

Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau
bahan obat dalam rantai distribusi.
A. Pengadaan
- Pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi harus
berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
- Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan sistem elektronik.
Ketentuan surat pesanan secara elektronik sebagai berikut:
a. Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan
sistem hanya oleh Apoteker Penanggung Jawab.
b. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin)
dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila
ada) dan stempel sarana;
c. Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat
lengkap;
d. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah
(dalam bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan
penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari
narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi yang
dipesan;
e. Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan
tanggal dengan penulisan yang jelas;
f. Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin
ketertelusuran produk, sekurang-kurangnya dalam batas waktu
3 (tiga) tahun terakhir.
g. Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan
dipertanggung jawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan,
baik oleh pihak yang menerbitkan surat pesanan maupun pihak
yang menerima menerima surat pesanan.
h. Harus tersedia sistem backup data secara elektronik.
i. Sistem pesanan elekronik harus memudahkan dalam evaluasi
dan penarikan data pada saat dibutuhkan oleh pihak yang
menerbitkan surat pesanan dan/atau oleh pihak yang menerima
surat pesanan.
j. Pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus
dipastikan diterima oleh pemasok, yang dapat dibuktikan
melalui adanya pemberitahuan secara elektronik dari pihak
pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima.
k. Surat pesanan manual (asli) harus diterima oleh pemasok
selambat lambatnya 7 (tujuh) hari setelah adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa
pesanan elektronik telah diterima .

Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka Surat


Pesanan harus:
a. Asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga) serta
tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi. Dua
rangkap surat pesanan diserahkan kepada pemasok dan 1
(satu) rangkap sebagai arsip; Dua rangkap yang diserahkan
kepada pemasok digunakan untuk arsip di pemasok dan
untuk kelengkapan dokumen pengiriman.
b. Ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab,
dilengkapi dengan nama jelas, dan nomor Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan perundang-
undangan;
c. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor
izin) dan alamat lengkap (termasuk nomor
telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
d. Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat
lengkap;
e. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan,
jumlah (dalam bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan
(kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk
eceran) dari narkotika, psikotropika dan/atau prekursor
farmasi yang dipesan;
f. Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan
penulisan yang jelas;

Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Surat


Pesanan sebagaimana dimaksud hanya dapat berlaku untuk
masingmasing narkotika, psikotropika, atau prekursor farmasi.

Surat Pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu)


jenis Narkotika. Surat Pesanan psikotropika atau prekursor
farmasi hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa
jenis psikotropika atau prekursor farmasi.

B. Penerimaan
a. Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
- kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan
kemasan harus sesuai dengan surat pengantar / pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan, serta Certificate of Analysis untuk bahan
obat
- kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label
dan/atau penandaan dalam kondisi baik;
- kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar /
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip
surat pesanan.
b. Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, penanggung
jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar /
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel
fasilitas distribusi.
c. Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat:
- Item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau
- Kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus segera
dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan
segera meminta bukti terima pengembalian dari pemasok.
d. Selama menunggu proses pengembalian, sebagaimana dimaksud maka
narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi disimpan di area karantina
dalam tempat penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi.
e. Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah
antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
mengklarifikasi ketidak sesuaian dimaksud ke pihak pemasok
C. Penyimpanan
a. Penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penyimpanan prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi dilakukan secara
aman berdasarkan analisis risiko dari masing-masing fasilitas distribusi,
antara lain penyimpanan dilakukan pada satu area dan mudah diawasi oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi.
c. Memisahkan dan memberi status yang jelas terhadap Narkotika,
Psikotropika atau Prekursor Farmasi :
- Hasil penarikan kembali (recall);
- Kedaluwarsa;
- Rusak; dan
- Kembalian. sebelum dilakukan investigasi dan pemusnahan atau
dikembalikan ke pemasok.
D. Pemusnahan
a. Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan
disaksikan oleh petugas Dinkes Provinsi dan/ atau Balai Besar/Balai POM
setempat, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi.
b. Bila tempat pelaksanaan pemusnahan berbeda provinsi dengan lokasi
fasilitas distribusi, pengajuan permohonan saksi pemusnahan tetap
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM tempat
fasilitas distribusi berada dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan
atau Balai POM tempat pelaksanaan pemusnahan.
c. Bila pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga, maka pihak ketiga termasuk
bagian dari saksi selain pemilik Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dan saksi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM.
d. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Balai Besar/Balai POM tempat
fasilitas distribusi berada dan Balai Besar/Balai POM tempat pelaksanaan
pemusnahan dengan tembusan disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi
tempat fasilitas distribusi dan Dinas Kesehatan Provinsi tempat
pelaksanaan pemusnahan dengan melampirkan berita acara pemusnahan.
e. Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
- Nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi, jenis dan
kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa;
- Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
- Cara dan alasan pemusnahan;
- Nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
- Nama saksi-saksi.
E. Penyaluran
a. Dalam penyaluran harus memperhatikan tahap-tahap penerimaan pesanan,
pengemasan dan pengiriman.
b. Penerimaan pesanan
- Pada saat penerimaan pesanan, penanggung jawab fasilitas distribusi
wajib memeriksa hal-hal sebagai berikut:
1. Surat pesanan menggunakan format khusus yang telah ditentukan
dan terpisah dari produk lain
2. Keaslian surat pesanan, tidak dalam bentuk faksimili, fotokopi,
scan dokumen yang di print atau email
3. Kebenaran surat pesanan, meliputi: • nama dan alamat penanggung
jawab sarana pemesan; • nama, alamat dan nomor telepon fasilitas
distribusi; • nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk
angka dan huruf; • nomor surat pesanan; • nama, alamat dan izin
sarana pemesan • tanggal surat pesanan
4. Keabsahan surat pesanan, meliputi: • tanda tangan dan nama jelas
penanggung jawab • nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
penanggung jawab • stempel fasilitas distribusi atau sarana
pelayanan kefarmasian
- Penanggung jawab fasilitas distribusi harus memperhatikan kewajaran
jumlah dan frekuensi pesanan serta hal-hal lain yang berpotensi
terjadinya diversi.
- Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani harus segera
diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan Surat Penolakan
Pesanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
- Surat pesanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi yang
dapat dilayani, disahkan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi
dengan membubuhkan tanda tangan atau paraf atau sistem lain yang
dapat dipertanggungjawabkan.
c. Pengemasan
- Pengemasan untuk tujuan pengiriman narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi harus dilaksanakan setelah menerima surat pesanan
- Setiap pengeluaran narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
untuk dilakukan pengemasan harus dicatat dalam kartu stok dan
disahkan dengan paraf Kepala Gudang
- Sebelum dilakukan pengemasan narkotika, psikotropika atau prekursor
farmasi yang akan dikirim harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Kebenaran nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah
2. Nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan nama industri farmasi
3. Kondisi kemasan termasuk penandaan dan segel dari narkotika,
psikotropika atau prekursor farmasi
4. Kelengkapan dan keabsahan dokumen serta kebenaran tujuan
pengiriman
- Kepala gudang dan penanggung jawab fasilitas distribusi harus
memastikan bahwa pengemasan terhadap narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi yang akan dikirim telah dilakukan sesuai butir c
yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya faktur penjualan
dan/atau Surat Pengiriman Barang.
- Pengemasan harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya pencurian/penyalahgunaan selama proses pengiriman.
d. Pengiriman
- Setiap pengiriman narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi harus
disertai dan dilengkapi dengan dokumen pengiriman narkotika,
psikotropika atau prekursor farmasi yang sah, antara lain salinan surat
pesanan, surat jalan dan/atau surat pengantar/ pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan yang dikeluarkan oleh fasilitas distribusi
yang ditandatangani oleh kepala gudang dan penanggungjawab
fasilitas distribusi.
- Setiap pengiriman Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan obat harus disertai dan dilengkapi dengan
dokumen sebagaimana disebut pada huruf a) juga disertai dan
dilengkapi dengan fotokopi SPI dan fotokopi Certificate of Analysis
(CoA)
- Dokumen pengiriman harus terpisah dari dokumen lain.
- Fasilitas distribusi wajib bertanggung jawab terhadap pengiriman
narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi sampai diterima di
tempat pemesan oleh penanggung jawab sarana atau penanggung
jawab produksi, dibuktikan dengan telah ditandatanganinya surat
pengantar/pengiriman barang (nama, nomor SIPA, tanda tangan
penanggung jawab, tanggal penerimaan, dan stempel sarana).
- Penanggung jawab sarana adalah apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian atau di fasilitas distribusi tujuan
pengiriman. Apabila pada saat pengiriman tidak dapat diterima oleh
penanggung jawab, maka narkotika, psikotropika, atau prekursor
farmasi dapat diterima oleh apoteker lain yang memiliki SIPA di
fasilitas tersebut atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
SIPTTK di sarana tersebut, dan telah mendapat pendelegasian dari
apoteker penanggung jawab. Pendelegasian dapat dibuktikan dengan
dokumen pendelegasian.
- Dalam hal pengiriman dilakukan oleh pihak ketiga/ekspedisi maka
harus dilengkapi dokumen serah terima antara fasilitas distribusi
dengan pihak ketiga/ekspedisi, yang sekurang-kurangnya
mencantumkan nama dan alamat perusahaan ekspedisi serta tanda
tangan dan nama lengkap petugas ekspedisi yang melakukan serah
terima barang. Dokumen serah terima hendaklah tidak merinci
informasi sebagaimana tertera dalan salinan surat pesanan, surat
pengiriman barang atau faktur penjualan.
- Setiap narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi yang mengalami
kerusakan dalam pengiriman harus dicatat dalam bentuk berita acara
dan dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi
pengirim. Selanjutnya hal tersebut dilaporkan kepada Badan POM RI
dengan tembusan Balai Besar/Balai POM setempat.
- Setiap kehilangan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
selama pengiriman wajib dicatat dalam bentuk berita acara dan
dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi.
Selanjutnya hal tersebut segera dilaporkan kepada Badan POM RI
dengan tembusan Balai Besar / Balai POM setempat dilengkapi dengan
Berita Acara kehilangan narkotika, psikotropika dan/atau prekursor
farmasi, hasil investigasi internal yang dilakukan fasilitas distribusi,
dan bukti lapor kepolisian.
- Setiap pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
melalui impor harus memenuhi peraturan perundang-undangan.
- Setiap kegiatan impor narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
harus dilengkapi dengan surat pesanan dan estimasi kebutuhan tahunan
dari industri farmasi pengguna.
- Narkotika, Psikotropika atau Prekursor Farmasi yang diimpor untuk
keperluan Industri farmasi pengguna akhir harus segera disalurkan
kepada Industri Farmasi tersebut selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah produk impor diterima.
- Setiap kegiatan ekspor narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
harus memenuhi peraturan perundang-undangan.
F. Pengembalian Obat
a. Keluhan
- Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan.
Harus dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan
obat dan keluhan yang berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang
kualitas obat dan/atau bahan obat harus diberitahukan sesegera
mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
- Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu
yang diperlukan untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.
- Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan.
- Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi
syarat harus dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk
mengidentifikasi asal atau alasan keluhan, termasuk penyelidikan
terhadap bets lainnya.
- Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan
diduga palsu harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai
dengan prosedur yang menjelaskan tentang tindakan yang harus
dilaksanakan.
- Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan
dilakukan trend analysis terhadap keluhan.
b. Obat dan/atau bahan obat kembalian
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan
obat dan/atau bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal
berikut:
1. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan
surat pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;
2. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dicatat dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang.
- Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian
sesuai dengan persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain.
Kedua belah pihak harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
proses pengembalian obat tidak memungkinkan masuknya obat
dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
- Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat
yang bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu
yang diperlukan sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh
industri farmasi.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat
dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area
terkunci serta diberi label yang jelas sampai ada keputusan tindak
lanjut.
- Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat
dan/atau bahan obat tersebut harus dilakukan oleh personil yang
berwenang.
- Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara
lain jika:
1. obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan;
2. obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;
3. obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
penanggung jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan
berwenang;
4. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang
kebenaran asal-usul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas
obat dan/atau bahan obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau
bahan obat kembalian tersebut bukan obat dan/atau bahan obat
palsu.
- Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan
yang rendah tidak dapat dikembalikan.
- Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang
layak jual atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan
penanggung jawab dan terdokumentasi.
- Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat
kembalian harus dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan
dan persyaratan lainnya yang relevan.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga sistem pengeluaran barang dapat dijamin
sesuai dengan FEFO.
c. Obat dan/atau bahan obat diduga palsu
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan
obat dan/atau bahan obat diduga palsu.
- Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat
diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi
dan/atau pemegang izin edar.
- Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang
terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas.
- Untuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus
dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak
lanjut dari instansi yang berwenang.
- Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu,
maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi
yang berwenang.
- Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi.
d. Penarikan Kembali obat dan/atau bahan obat
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan
obat yang ditarik kembali.
- Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertangggung
jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari
peredaran.
- Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara
terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.
- Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus
sesuai dengan persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.
- Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus
didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah
selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim
dan dikembalikan.
- Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan segera setelah
ada pemberitahuan.
- Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang
diharuskan oleh instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau
pemegang izin edar.
- Fasilitas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi
pelanggan (antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau
bahan obat (antara lain bets, jumlah yang dikirim).
- Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus
selalu tersedia pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang.
- Efektivitas pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus
dievaluasi secara berkala.
- Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan
ke industri farmasi dan/atau pemegang izin edar. Informasi tentang
penarikan obat dan/atau bahan obat harus disampaikan ke instansi
berwenang baik di pusat maupun daerah.
- Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan
obat dapat dilaksanakan.
- Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus
didokumentasikan oleh penanggung jawab sesuai dengan kewenangan
yang tercantum pada uraian tugas. Semua proses penanganan ini harus
terdokumentasi dengan baik

30. Mengenal profil industri farmasi tempat ber – PKPA (KK No.30)
Jawab :

A. Sejarah LAFIAL
Lafial berada di Jl. Bendungan Jatiluhur No.1 Jakarta Pusat. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Jl. Farmasi, Barat berbatasan dengan LADOKGI, Utara
berbatasan dengan SEKESAL Jakarta dan Timur berbatasan dengan Jl.
Bendungan Jatiluhur. Lafial dibangun pada tanah seluas 6500 m dengan luas
bangunan ± 2650 m.
a. Visi
- Sebagai lembaga kefarmasiaan matra laut yang profesional
b. Misi
- Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan dukungan
operasi dan latihan/kestu
- Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang matra laut

 Tahun 1950 didirikan sebuah unit farmasi di lingkungan kesehatan Angkatan


Laut (AL) yang hanya memiliki 1 Apoteker yaitu Drs. H. Mochamad Kamal.
 Tahun 1995 didirikanlah DEPO Obat Angkatan Laut Djakarta (DOAL-D)
yang berlokasi di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta. DOAL-D adalah badan
farmasi TNI AL pertama yang merupakan gabungan dari Bagian Pembuatan
Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang Kesehatan Angkatan Laut
dengan Pusat Perbekalan Barang dan Seksi Farmasi yang berfungsi sebagai
pusat pengadaan perbekalan barang serta distribusi obat untuk keperluan
Angkatan Laut
 Tanggal 19 Juni 1962 didirikan 2 pabrik yaitu Pabrik Farmasi Angkatan
Djakarta (PAFAL-D) yang berlokasi di Jakarta dan Pabrik Farmasi Angkatan
Surabaya (PAFAL-S) yang berlokasi di Surabaya yang bertujuan untuk
memudahkan kegiatan pembuatan obat-obatan di lingkungan Angkatan Laut
(AL)
 Tanggal 22 Agustus 1963 dibangun Pabrik Farmasi dan Laboatorium
Angkatan Laut di Jalan Bendungan Jatiluhur No. 1, Jakarta Pusat yang
diresmikan oleh Deputi II Menteri/Panglima AL Brigadir Jenderal KKO Ali
Sadikin bersama Direktur PAFAL-D Kapten Drs. R. Soekaryo, Apt sehingga
setiap tanggal 22 Agustus diperingati sebagai Hari Jadi Lembaga Farmasi TNI
AL (LAFIAL)
 Tanggal 5 November 1963 juga didirikan Laboratorium Kimia dan Farmasi
Angkatan Laut (LKF-AL) yang ditandatangani oleh Menteri/Panglima AL
Laksamana Muda Laut R.E. Martadinata
 Bulan Agustus 1976 dilakukan peleburan 2 instansi yaitu PAFAL-D dan LKF-
AL menjadi Lembaga Farmasi TNI-AL (LAFIAL) yang dilakukan oleh Bapak
KADISKESAL Laksamana Pertama TNI Dr. Soedibjo Sardadi, MPH., dan
yang menjabat sebagai Kepala Lembaga Farmasi TNI-AL pertama adalah
Letkol Laut (K) Drs. Sugiyanto, Apt.
 Berdasarkan Surat Keputusan KASAL No. Skeo/4832/IX/2005 LAFIAL
berganti nama menjadi LAFIAL Drs. Mochamad Kamal.
 Pada tahun 1988 LAFIAL memperoleh sertifikat CPOB oleh Departemen
Kesehatan melalui Kepala Badan POM. Produk lafial yang memperole
sertifikat CPOB sebanyak 14 bentuk sediaan.
 Tanggal 18 Mei 2017 LAFIAL menerima 4 (empat) sertifikat CPOB yang
berdasarkan CPOB tahun 2012
 Tanggal 16 Februari 2017 LAFIAL memperoleh izin industry

Kondisi Lafial saat ini :


- SDM : Pers lafial 105 orang, 40 militer, 40 PNS, 5 honor dengan 13 apoteker,
2 S1 non kes, 10 D3 Far, 1 D3 Analisis, 2 D3 non far, dan 12 AA
- Sarana dan prasarana : Memiliki bangunan dengan alat produksi beta lactam
dan non beta lactam
- Sertifikat CPOB (Mei 2017) : 4 sertifikat untuk bentuk sediaam berupa tablet
(salut) non betalaktam, kapsul keras non betalaktam, cairan oral non
betalaktam, semisolid non betalaktam.

c. Struktur organisasi LAFIAL DRS. MOCHAMAD KAMAL


KALAFIAL

KATAUD

KBG PRODUKSI
Kasubag Produksi KBG WASTU KBG KBG MATKES
- Kasubag DIKLITBANG - Kasubag
Lab.Instrumen - Kasubag Diklat Renprod
- Kasubag - Kasubag - Kasubag Depo
Lab.Kimia Litbang - Kasubag
- Kasubag Lab. Dalharmat
Mikrobiologi (Teknik)

 LAFIAL dipimpin oleh Kepala LAFIAL (KALAFIAL) yang dijabat oleh seorang
Apoteker dimana tugas dan kewajiannya enyelenggarakan pembinaan LAFIAL
serta mengendalikan unsur di bawahnya.
 KATAUD (Kepala Tata Usaha dan Urusan Dalam) menjalankan tugas dan
kewajiban serta tanggungjawab langsung kepada pemimpin LAFIAL
 Ada 4 bagian yang dibawahi KALAFIAL yaitu Kabag Produksi, Kabag Wastu
(Pengawasan Mutu), Kabag Diklitbang (Departemen Pendidikan, Penelitian dan
Pengembangan), dan Kabag Matkes (Material Kesehatan)
 Bagian Produksi bertugas melakukan proses produksi hingga menghasilkan
produk jadi
 Bagian Wastu (Pengawasan Mutu) yaitu bagian yang bertugas menyelenggarakan
pengawasan mutu dan pengujian mutu produk obat LAFIAL
 Bagian Diklitbang bertugas menyelenggaraan penelitian dan pengembangan
terkait produk obat di LAFIAL
 Bagian Matkes (Material Kesehatan) bertuga melakukan perencanaan produksi,
menyediakan bahan baku produksi dan pemeliharaan material kesehatan.
d. Bangunan
 Berbentuk segi lima yang terdiri dari dua lantai
 Memiliki 2 gedung terpisah antara gedung produksi dengan laboratorium
 Ruang produksi berada pada 1 bangunan dengan gudang Bahan Baku, gudang
Pengemasan dan gudang Cairan.
 Gudang Bahan Baku dilengkapi dengan alat Pass Box yang berfungsi untuk
menyalurkan atau mentransfer bahan baku ke ruang produksi.
 Ruang produksi sediaan nonsteril merupakan kelas kategori E
 Untuk Laboratorium merupakan sub bagian dari watu (pengawasan mutu) yang
terdiri dari Laboratorium Instrumen, Laboratorium Mikrobiolgi dan Laboratorium
Fisika Kimia.

e. Produksi
 LAFIAL memproduksi obat untuk kebutuhan latihan angkatan laut dan operasi
militer seperti untuk perang, bakti sosial dan satgat.
 LAFIAL dulunya memproduksi obat golongan betalaktam, namun sekarang sudah
tidak diproduksi lagi karena salah satunya ruangan yang tidak memungkinkan,
dimana ruang produksi nonbetalaktam harus terpisah dengan ruangan betalaktam,
sedangkan di LAFIAL ruang produksi nonbetalaktam dan betalaktam masih dalam
satu atap.
 Obat yang diproduksi antara lain:

No Sediaan Nama Obat


.
1. Tablet/kapsul Acyclovir 400 mg, Antiflu, Antalgin,
nonbetalaktam Antidiare, Captopril 12,5 mg, CTM 4 mg,
Dexamtason 0,5 mg, Diclofal, Imodial, Maag
tablet, Navilasix, Naviclop, Paracetamol 500
mg, Ponstal 500 mg, Vitaneuron, Vitarma
2. Semi solid nonbetalaktam Chloramphenicol 2% krim, Gentamicin krim,
Ketokonazole krim, Acyclovir krim
3. Sirup/suspensi oral Paracetamol syrup, Profenal suspense, Naval
drink, Cough syrup

4. Sediaan cair Povidon iodine 10% 1000 Ml, Povidon iodine


10% 60 mL, Alkohol 70% 100 mL
, Alkohol 70% 1000 mL
Tahun 2018 obat yng mendapatkan sertifikat CPOB ada 3 item obat yaitu Paracetamol,
Ponstal, dan Imodial.

Proses Produksi
 Bahan-bahan yang datang pertama kali harus melihat/mengecek bahan tersebut
serta melihat COA dari bahan tersebut. Setelah bahan sudah diperiksa maka akan
diluluskan dan disimpan pada gudang penyimpanan, label untuk bahan yang
diluluskan di tulis dengan label berwarna kuning. Untuk bahan-bahan yang tidak
lulus disimpan pada gudang reject atau dapat dikembalikan pada suplayer bahan
tersebut.
 Bahan yang lulus semua dibuatkan surat perintah produksi (SPP), adapun alur
produksi sediaan tablet yaitu :
a. Barang yang telah melewati proses karantina, dimasukkan ke dalam ruang
produksi dengan melewati pintu fast box, kemudian ditimbang digudang
produksi (dilakukan oleh 2 personil)
b. Diserahkan dibagian produksi (dilakukan pencampuran)
c. Di lakukan pengujian kadar air (oleh IPC)
d. Dilakukan pencampuran dengan fase luar
e. Di cetak dan dilakukan pengujian keseragaman bobot, kekrasan, keregasan,
waktu hancur, disolusi dll (oleh IPC)
f. Dilakukan proses pengemasan primer (Uji kebocoran)
g. Dilakukan pengemasan sekunder dan tersier (Cek IPC)
h. Dikirim ke DISKESAL (Dinas Kesehatan Angkatan Laut)
i. Kemudian DISKESAL yang akan menyalurkan obat-obat tersebut.
‘LAFIAL telah memperoleh izin edar untuk 4 obat yaitu pada akhir tahun 2018
Paracetamol, tahun 2019 Ponstal, maret 2019 imodial dan baru-baru ini Ost-D (Nano
Emulsi Vitamin D).’

Persyaratan Bangunan Ruang Produksi


A. Persyaratan dinding dan lantai di ruang produksi harus diepoksi, licin, tidak berserat
dan sudut antara lantai dan dinding hendaklah membentuk lengkungan serta mudah
untuk dilakukan pembersihan.
B. Pemasangan lampu di ruang produksi dalam posisi tertanam dilangit-langit ruangan.
C. Setiap ruangan harus memiliki sistem pengendalian udara AHU dan alat magnehelic
didalam ruang produksi yang berfungsi untuk melihat selisih tekanan udara.

Ruang Produksi terdiri dari :


A. Ruang ganti : tempat personil mengganti pakaian menggunakan APD sesuai ketentuan
yang berlaku
B. Ruang antara : tempat singgah untuk masuknya personil ke ruang produksi
C. Fast Box : tempat pendistribusian bahan baku dari gudang ke ruang produksi
D. Ruang Penimbangan Bahan
 Bahan baku yang ditimbang harus dilewati melalui pass box (kelas E) yang di
tempatkan antara gudang bahan baku dengan ruang produksi.
 Kemudian dimasukkan ke dalam ruang penimbangan (LAF). Prosedur operasi alat
penimbangan yaitu :
 Pastikan arus listrik telah tersambung
 Hidupkan tombol lamp on => tombol supply on => Return on => pengatur speed.
Kemudian diamkan selama 5 menit
 Untuk mematikan alat : pengatur speed kembalikan ke nol (0) => tombol Return
off => Suply off => Tombol Lamp off
 Dalam melakukan penimbangan, sekurang-kurangnya terdapat 2 petugas di dalam
ruangan yaitu dari bagian gudang dan bagian produksi.
E. Ruang Produksi
 Ruang Pencampuran terdapat alat mixing bahan
 Ruang pencetakan tablet dibagi lagi berdasarkan jumlah tablet yang dicetak,
diantaranya yaitu :
a. Ruang Cetak Tablet 1 : Courtoy (maksimal 20.000 tablet/jam)
b. Ruang Cetak Tablet 2 : ZPY Double Layer (maksimal 55.000 tablet/jam)
c. Ruang Cetak Tablet 3 : JCMCO Double Layer (maksimal 40.000 tablet/jam)
d. Ruang Cetak Tablet 4 : Rimex (maksimal 50.000 tablet/jam)
e. Ruang Cetak Tablet 5 : Cad Mach (maksimal 75.000 tablet/jam)
f. sebelum lakukan pencetakan tablet terlebih dahulu diatur terkait bobot tablet
yang dicetak setelah itu diatur kekerasan tablet.
 Setelah dilakukan pencetakan maka tablet akan dilakukan pengujian IPC (In
Process Control) oleh bagian Pengawasan Mutu yang di ruang Produksi.
Pengujian IPC terkait dengan :
a. uji keseragaman bobot;
b. uji keseragaman ukuran
c. uji keregasan
d. Uji fribilitas dengan alat friabilator dilakukan dengan cara menimbang 20
tablet lalu dimasukkan ke dalam mesin dan diatur selama 4 menit dengan 25
rpm (100 putaran), dengan persyaratan tidak boleh lebih dari 1%
e. Uji kebocoran dengan alat vakum, biasanya menggunakan larutan metilen blue
untuk memudahkan dalam pengujian kebocoran terhadap kemasan obat
dengan kecepatan 400 rpm selama 15 menit untuk awalnya, kemudian
dilanjutkan selama 1 jam
 Tahap selanjutnya yaitu pengemasan tablet dengan menggunakan mesin kemasan
strip dan kemasan blister. Setelah itu dilakukan pengujian IPC terkait dengan uji
kebocoran kemasan dimana tablet yang telah dikemas dalam bentuk strip dan
blister akan di masukkan ke dalam alat Vakum yang berisi cairan metilen blue.
Pemilihan kemasan secara system random. Pengamatannya pada 15 menit pertama
dan setelah 1 jam. Apabila tabletnya berwarna biru, maka kemasannya bocor atau
tidak layak. Maka harus dilakukan pengemasan ulang.
 Suhu pada ruang pencetakan tablet yaitu 27,9oC dan dilengkapi dengan dust
collector
F. Ruang Coating
Ruang coating digunakan sebagai tempat untuk menyalut tablet dengan menggunakan
mesin Thai soater-25 kaps maksimal 13 kg/2 jam dengan suhu ruangan 42oC dan
kelembaban 32
G. Ruang Pembuatan sediaan semi solid,
 Mesin minoga vacum emulsify mixing equipment yang dapat digunakan untuk
membuat sediaan emulsi seperti lotion
 Automatic tube filler yang dapat membuat maksimal 30 tube/menit, dimana pada
tahap ini dilakukan IPC setiap 10 menit
 Mesin cuci botol semi automatic rotary forecm
 Alat pemanas yang disebut triple jacket dimana pada 3 tabungnya, ada yang
kosong, ada yang diisi gliserin, dan ada yang diisi air
 Mesin homomixer
H. Alat mixing untuk suspending agent yaitu draiswerke
I. Ruang pengemasan Primer,
1. Ruang strip : ada beberapa ruang strip diantaranya menggunakan mesin Namlyon
roll (kaps. Maks 28.000 tab/jam)
2. Ruang blister : contoh produk yang dikemas dalam ruang blister yaitu PCT
kaplet, dan Ponstal
J. Ruang pencucian alat
K. Ruang IPC

LAFIAL memiliki 3 gudang penyimpanan awal bahan ketika datang yaitu gudang
bahan baku, gudang pengemasan dan gudang cairan. Dimana ketiga gudang tersebut
dibawahi oleh bagian Matkes (Material Kesehatan)
1. Gudang Bahan Baku (Raw material).
Gudang ini berisikan bahan aktif dan bahan pendukung (eksipien), gudang ini
dilengkapi dengan AHU, AC dan selalu dinyalakan untuk menjaga suhu dalam
ruangan yaitu 26oC (suhu ruangan), alat pengukur suhu ruangan, alat pemadam
kebakaran, dan fast box yang berfungsi untuk memudahkan dalam pendistribusian
bahan baku ke ruangan produksi. Penyimpanan bahan baku disusun secara teratur dan
rapi berdasarkan alphabet dan secara FIFO serta disimpan dalam rak besi tidak
bersentuhan dengan lantai. Lama penyimpanan bahan baku sesuai dengan ED
(Expired Date) dari bahan baku, dan atau maksimal 5 tahun. Proses serah terima
bahan baku oleh petugas gudang yang nantinya bekerja sama dengan bagian Wastu
(QC) dan pemastian mutu (QA). Penerimaan bahan baku oleh personil gudang harus
memperhatikan dan melakukan pengecekkan tdengan melihat fisik dari bahan baku
(kemasan, jumlah, tanggal kadaluwarsa, no. bets, dan lot) serta dokumen terlampir
(faktur dan CoA) bahan baku. Setelah itu dilakukan karantina, dimana dalam gudang
sendiri terdapat area karantina, dimana penyimbanan bahan baku yang dikarantina
disimpan diatas pallet agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai yang dibatasi
oleh rantai besi berwarna kuning dan bahan baku diberi label berwarna kuning untuk
karantina yang ditempelkan oleh personil bagian wastu (QC). Kemudian bahan baku
disampling dengan menggunakan pola 1+√ n, lalu diperiksa mutunya sesuai dengan
spesifikasi yang tercntum dalam CoA (Certificate of Analysis). Setelah pengujian
selesai maka diberikan label hijau untuk bahan baku yang lulus dan memenuhi
persyaratan sedangkan label merah untuk bahan baku yang ditolak atau tidak
memenuhi persyaratan.

2. Gudang Bahan Pengemas


Bahan pengemas seperti pengemas primer, sekunder, dan tersier disimpan pada
gudang ini. Dimana gudang bahan pengemas dilengkapi dengan AHU, AC, Alat
pengatur suhu, dan alat pemadam kebakaran. Penyimpanan bahan pengemas sendiri
disusun secara teratur berdasarkan alphabet dan bentuk bahan kemasannya yang
disimpan dalam rak besi dan tidak bersentuhan langsung dengan lantai. Setiap
kemasan harus disampling terlebih dahulu sebelum digunakan agar tidak terjadi
kekeliruan ataupun kesalahan dalam pemilihan kemasan karena kemasan untuk tiap
obat berbeda-beda ukurannya
3. Gudang Bahan Cair
Gudang ini hampir sama dengan gudang bahan baku yang dilengkapi dengan
AHU, AC, Alat pengukur suhu ruangan dimana suhu ruang bahan cair yaitu 24 oC, alat
pemadam kebakaran dan fast box. Perbedaannya, gudang bahan cair memiliki lantai
dan dinding yang licin, kuat dan tidak menyerap cairan sehingga aman bagi bahan
cairan untuk diletakkan dilantai. Penyimpanan bahan cair disimpan secara teratur dan
rapi. Untuk lama penyimpanan sesuai dengan ED (Expired Date) dari bahan cair
tersebut atau maksimal selama 5 tahun. Penerimaan bahan cair dilakukan oleh
personil gudang dengan melihat fisik dari tempat bahan cair serta memeriksa
kelengkapan dokumen lainnya (faktur dan CoA). Contoh produk cair yang diproduksi
yaitu Naval drink.

f. Proses registrasi produk


 Tahap awal yang harus diurus yaitu terkait dengan persetujuan izin prinsip
 Tahap kedua yaitu terkait dengan persetujuan izin industry
 Tahap ketiga yaitu harus memiliki sertivikat CPOB
 Tahap keempat yaitu dilakukan registrasi atau izin edar, yang sebelumnya
memenuhi hal-hal terkait dengan :
 Pelabelan atau informasi yang tercantum dalam kemasan
 Ringkasan karakteristik produk/brosur terkait deskripsi obat, khasiat dari data
hasil uji klinik.
 Data terkait khasiat, keamanan, cara penggunaan serta hal yang dianggap perlu
untuk dicantumkan ke dalam brosur atau atau informasi obat untuk pasien. Yang
diketik menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti.
 Untuk registrasinya dilakukan secara online melalui :
 Papper lest (New aero) untuk registrasi obat
 Asrot untuk registrasi vitamin
 Kemudian registrasi secara tatap muka kepada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
 Untuk waktu teregistrasinya produk, tergantung dari kelengkapan berkas
terkait produk yang diregistrasi.

g. Pengolahan Limbah
Limbah di industri farmasi terdiri dari limbah padat, limbah cair, limbah udara,
dan limbah suara. Adapun limbah yang dihasilkan oleh Lafial ialah berupa limbah
padat dan limbah cair.
Limbah padat : berupa wadah atau kemasan bahan baku yang termasuk ke dalam
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dibuang di tempat sampah dan sisa pengolahan
limbah B3 harus diolah kembali di PPLI (Prasada Pamuna Limbah Industri). Untuk
limbah padat yang berupa debu yang dihasilkan dari proses produksi dikumpulkan
kedalam dust collector yang terdapat di ruang produksi, yang kemudian dibakar
dengan incenerator pada suhu 1000-15000oC selama + 4 jam. Sisa dari proses
pembakaran limbah padat tersebut yang berupa abu dapat ditanam atau langsung
dibuang. Untuk penanganan limbah padat dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut
Dr. Mintoharjo Jakarta.
Limbah cair di Lafial berasal dari limbah domestik dan limbah produksi Limbah
cair tersebut ditampung dalam bak penampungan flokulasi, kemudian dialirkan ke
dalam bak penampungan sedimentasi yang akan bergabung ke bak limbah domestik.
Kemudian di cek lagi dengan ditampung ke dalam bak yang berisi CaOCl, masuk ke
bak proses augmentasi, kemudian masuk ke bak flokulasi dan kemudian dialirkan ke
kolam pengendapan sedimentasi. Di kolam pengendapan tersebut limbah diberi arang
aktif untuk mengendapkan partikel-partikel. Selanjutnya air limbah tersebut dialirkan
ke kolam indikator yang berisi ikan mas. Apabila ikan mas tersebut tidak mati maka
aman hasil pengolahan air limbah tersebut dialirkan ke sungai. Apabila ikan mas
tersebut mati maka ada kesalahan dalam pengelolaannya air limbah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai