OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik, bahwa aspek CPOB terdiri atas :
Suatu industri farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan tanggungjawab memobilisasi
sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk mencapai kepatuhan terhapan regulasi.
Manajemen puncak bertanggungjawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari personal pada semua tingkat di berbagai departemen dalam
perusahaan, juga pemasok dan distributor.
Unsur infrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya serta tindakan sistematis yang diperlukan untuk
mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (jasa
pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Manajemen mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek baik secara
individual maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu produk. Manajemen
mutu bertujuan memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan.
Oleh karena itu, manajemen mutu mencakup Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
CPOB adalah bagian dari manajemen mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau spesifikasi produk.
c. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan.
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan konsistnsi proses,
kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi untuk melihat
tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
Manajemen resiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian resiko terhadap mutu obat. Prinsip manajemen
resiko mutu adalah (1) evaluasi risiko terhap mutu dilakukan berdasarkan
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan
pada akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien, (2) tingkat upaya pengambilan
tindakann, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu
sepadaan dengan tingkat risiko.
2. Personalia
Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu
industri farmasi harus bertanggungjawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Industri farmasi hendaklah memiliki personel dalam jumlah yang memadai dan
berpengalaman praktis. Manajemen puncak hendaklah menetapkan dan menyediakan
sumber daya yang memadai dan tepat (manusia, finansial, bahan, fasilitas, dan
peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi sistem mutu industri farmasi dan
meningkatkan efektivitas secara terus menerus. Tiap personel tidak boleh dibebani
tanggung jawab berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas.
a. Personel Kunci
Manajemen puncak hendaklah menunjuk personel kunci termasuk kepala produksi.,
kepala pengawasan mutu, dan kepala pemastian mutu.
Tugas kepala pemastian mutu :
- Memastikan penerapan (bila diperlukan) membentuk sistem mutu
- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan
- Memprakarsai dan mengawal audit internal atau inspeksi diri berkala
- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
- Mengevaliasi /mengkaji catatan bets
- Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait
- Memastikan bahwa setia bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa sesuai
dengan peraturan yang beraku di negara tersebut dan sesuai dengan persyaratan
izin edar
- Tanggung jawab kepala pemastian mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya
kepada personel yang berwenang
Tanggung Jawab kepala produksi :
- Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi
b. Pelatihan
d. Konsultan
3. Bangunan-Fasilitas
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak
yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang
benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil
resiko ketidakjelasan, kontaminasi silang, dan kesalahan lain, serta memudahkan
pemberihan, sanitasi, dan perawtan yang efektif untuk menghindarkan kontaminasi
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
obat.
a. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dilakukan di area
penimbangan terpisah yang didesain khusus dan dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area roduksi.
b. Area Produksi
Area yang dirancang untuk produksi dimana saling berhubungan dengan ruang
produksi lainnya untuk mencegah kontaminasi. Permukaan dinding, lantai dan
langit-langit bagian dalam ruangan halus, bebas retak dan sambungan terbuka,
mudah dibersihkan. Lantai di area pengolahan dibuat dari bahan kedap rembesan,
permukaan rata, mudah dibersihkan, sudut dinding dan lantai berbentuk
lengkungan. Pipa tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan. Lubang
udara masuk dan keluar dipasang sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi.
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar dan dilengkapi parit perangkap
untuk mencegah alir balik. Area produksi di ventilasi dengan filter udara,
pengendali suhu, dan bila perlu pengendali kelembaban. Tingkat kebersihan
ruangan didasarkan pada jumlah maksimum partikel di udara yang diijinkan dan
jumlah maksimum mikroorganisme di udara yang diijinkan. Kategori A, B, C, dan
D adalah produk steril. Produk non-steril Kelas E.
c. Area Penyimpanan
Area terpisah dengan ruang produksi, bersih, kering dan mendapat pencahayaan
yang cukup. Selain itu, Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk
penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang
dikembalikan. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di
tempat terkunci.
d. Area Pengawasan Mutu
e. Sarana Pendukung
Harus ada kamar kecil, kantin, ruang ganti, toilet, bengkel perbaikan dan
pemeliharaan, terpisah dari area produksi dan laboratorium kendali mutu. Ruang
istirahat dan kantin harus dipisahkan dari area produksi dan laboratorium kendali
mutu. Jika perlu, fasilitas perawatan hewan harus dilengkapi dengan pintu masuk
terpisah (jalur hewan) dan perangkat kontrol udara terpisah.
Desain dan konstruksi bangunan yang digunakan untuk produksi farmasi harus
berkontribusi pada kebersihan yang layak. Untuk penggunaan rodentisida,
insektisida, fungisida, fumigan, kebersihan dan sanitasi yang layak, diperlukan
prosedur tertulis. Prosedur tertulis harus diikuti untuk mencegah kontaminasi
peralatan, bahan awal, wadah farmasi, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau
produk jadi.
4. Peralatan
Peralatan dalam produksi obat harus memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran
yang sesuai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin.
Peralatan produksi ditempatkan dengan mengikuti jarak (berjarak) agar tidak terjadi
kekeliruan dan ketercampurbaauran produk. Tiap peralatan utama diberi tanda
dengan nomor identitas yang jelas. Jika ada peralatan yang rusak, hendaklah
dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan mutu, atau setidaknya diberikan
penandaan yang jelas.
c. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
d. Pemeliharaan
Peralatan harus dipelihara sesuai jadwal untuk menegah malfungsi atau kontaminasi
yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
5. Produksi
Proses produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatn dan izin edar. Proses produksi dilakukan dan disupervisi oleh tanaga
berkompeten. Penanganan bahan dan produk jadi dilakukan sesuai prosedur atau
instruksi tertulis dan sebaiknya dilakukan pencatatan. Bahan yang diterima dilakukan
pemeriksaan kesesuaian dengan pesanan. Penyimpanan bahan dan produk jadi
disimpan pada kondisi yang telah ditetapkan pabrik dan disimpan secara rapi. Bila
terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari kepala bagian
manajemen mutu (pemastian mutu) dan bila perlu melibatkan bagian pengawasan
mutu.
a. Bahan Awal
- Bahan aktif
Bahan aktif yang diterima dari pemasok hendaklah dilakukan seleksi,
kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan dari pemasok bahan awal.
Ketelusuran rantai pasok bahan awal hendaklah dinilai secara resmi dan
diverifikasi secara berkala
- Eksipien
Eksipien dan pemasok eksipien dikendalikan hasil penilaian risiko mutu yang
resmi. Penilaian risiko mutu dapat mengacu pada Pedoman PIC/S mengenai
pelaksanaan penilaian risiko untuk pemastian penerapan Cara Pembuatan yang
Baik untuk eksipien obat untuk manusia atau pedoman internasional. Bahan
awal di area penyimpanan diberi label yang tepat (memuat nama bahan , nomor
bets/kontrol yang diberikan saat penerimaan bahan, status bahan tanggal
kedaluwarsa/ tanggal uji ulang).
b. Validasi
Ketika suatu formula atau metode preparasi baru diadopsi, baiknya dilakukan
pembuktikan prosedur tersebut cocok atau tidak untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan
yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Baiknya revalidasi dilakukan secara berkala untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
c. Pencegahan Kontaminasi Silang
Pada proses penomoran bets/lot dilakukan secara rinci yang bertujuan untuk
memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi
dapat diidentifikasi. Pada sistem penomoran bets/lot diharuskan terjamin bahwa
nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang serta dilakukan pencatatan
pada logbook.
e. Penimbangan-Penyerahan
f. Pengembalian
Untuk bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar,
namun tidak boleh dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pada tahap ini diperlukan perhatian untuk melindungi produk terhadap kontaminasi
serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas dihindarkan. Ayakan hendaklah
diperiksa terhadap keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.
Parameter operasional (misalnya: waktu, kecepatan dan suhu) pada tiap proses
pencampuran, pengadukan dan pengeringan harus tercantum dalam dokumen
produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dilalukan pencatatan.
Dilakuakan pemasangan Kantong filter pada mesin pengering fluid bed namun tidak
boleh dipakai untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Pembuatan
dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga risiko kontaminasi atau pertumbuhan mikroba.
- Pencetakan Tablet
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu untuk
menghindarkan kecampurbauran antar produk. Untuk mencegah kecampurbauran
perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara fisik, prosedural maupun
penandaan. Pada tahap ini diperlukan alat timbang yang akurat yang telah
dikalibrasi yang bertujuan untuk pemantauan bobot tablet. Tablet yang telah
diambil untuk proses pengujian tidak boleh dimasukkan Kembali kedalam bets,
untuk tablet yang ditolak ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas
mengenai status dan jumlahnya dicatat pada catatan pengolahan bets. Sebelum dan
setelah dipakai, punch and die hendaklah diperiksa keausan dan kesesuaiannya
terhadap spesifikasi dan dilakukan pencatatan setelah digunakan.
- Penyalutan
Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko pertumbuhan mikroba. Dilakukan dokumentasi terkait proses
pembuatan dan penggunaan larutan penyalut.
Cangkang kapsul harus disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan
dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban.
j. Bahan Pengemas
k. Kegiatan Pengemasan
a) menggunakan label-gulung
b) pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c) dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis
d) label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masingmasing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda
e) di samping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah
dilakukan pula pemeriksaan secara independen oleh bagian Pengawasan Mutu
selama dan pada akhir proses pengemasan
8. Inspeksi Diri
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi
diri dilakukan secara independen dan rinci oleh personel perusahaan yang kompeten.
Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya
masing-masing dan memahami CPOB
A. Audit Mutu
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagaian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusu untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
B. Audit dan Persetujuan Pemasok
Kepala pemastian mutu bertanggung jawab dengan bagian lain untuk memberi
persetujuan pemasok untuk memasok bahan awal dan pengemas dengan spesifikasi
yang ditentukan. Daftar pemasok bahan awal dan pengemas yang disetujui harus dibuat
untuk disiapkan dan dikaji.
10. Dokumentasi
- Dokumen harus didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan, selain itu dokumen juga
harus sesuai dengan Berkas Spesifikasi Produk, dokumen Izin Industri Farmasi dan Izin
Edar yang relevan. Dokumen reproduksi yang didapatkan dari dokumen induk tidak
menimbulkan kesalahan.
- Dokumen yang berisi prosedur harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personel yang tepat dan berwewenang, isi dokumen harus bermakna ganda dan diberi
tanda unik serta ditetapkan tanggal berlaku.
- Dokumen dengan isi intruksi disajikan dengan rapi dan mudah dicek, gaya dan bahasa
juga harus sesuai dengan penggunaan. Prosedur dan metode kerja harus ditulis dengan
kalimat perintah.
- Dokumen dalam Sistem Mutu Industri harus dikaji berkala, bila dokumen direvisi harus
dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak
berlaku lagi. Dokumen tidak boleh ditulis-tangan, bila perlu pencatatan data harus
disiapkan ruang untuk mencatat.
A. Karakteristik
Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683)
B. Karakteristik Farmakologi
Teofilin Tablet (Drugs.com, DIH dan Goodman and Gilman)
Indikasi Bronkodilator yang digunakan untuk
mengobati gejala asma , bronkitis,
emfisema , dan masalah pernapasan
lainnya. Teofilin termasuk dalam
kelompok obat yang dikenal sebagai
bronkodilator. Bronkodilator adalah
obat-obatan yang mengendurkan otot di
saluran bronkial (saluran udara) paru-
paru. Meredakan batuk, mengi, sesak
napas, dan gangguan pernapasan dengan
meningkatkan aliran udara melalui
saluran bronkial.
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap teofilin atau
komponen formulasi lainnya; injeksi
premiks mungkin mengandung
dekstrosa yang diturunkan dari jagung
dan penggunaannya dikontraindikasikan
pada pasien dengan alergi terhadap
produk terkait jagung
Golongan Bronkodilator
Mekanisme Kerja menghambat enzim nukleotida siklik
fosfodiesterase (PDE). PDE
mengkatalisis pemecahan AMP siklik
menjadi 5’- N N N N H3C CH3 O H O
AMP dan GMP siklik menjadi 5’-GMP.
Penghambatan PDE menyebabkan
penumpukan AMP siklik dan GMP
siklik, sehingga meningkatkan tranduksi
sinyal melalui jalur ini. Teofilin
merupakan suatu antagonis kompetitif
pada reseptor adenosin, kaitan
khususnya dengan asma adalah
pengamatan bahwa adenosin dapat
menyebabkan bronkokonstriksi pada
penderita asma dan memperkuat
mediator yang diinduksi secara
imunologis dari sel must paru-paru
Secara umum teofilin dengan cara
mengendurkan otot di saluran
pernapasan sehingga udara dapat
mengalir dengan lebioh lancar dan
proses bernapas juga bisa lebih mudah.
Efek Samping - Cardiovascular: Flutter,
tachycardia
- Genitourinary: Difficulty
urinating (elderly males with prostatism)
d. Sifat kristal
Polimorfisa adalah sifat zat aktif yang terdiri atas satu bentuk kristal dengan
pengaturan ruang kisi-kisi yang berbeda. Polimorf adalah bentuk kristal yang
berbeda. Pseudopolimorf adalah suatu kristal solid yang sering menjerat molekul
pelarut dalam suatu posisi kisi-kisi tertentu dan dalam stokiometri.
e. Stabilitas solid
stabilitas harus memipertimbangkan dua hal, yaitu:
- Pengembangan suatu profil zat aktif
- Pertimbangan interaksi yang mungkin terjadi antara zat aktif dan eksipien
yang merupakan calon untuk dimasukan pada formulasi yang diinginkan
stabilitas solid berkaitan dengan stabilitas fisik dan kimia. Umumnya bahan
solid farmasetik terdegradasi sebagai akibat solvolisis, oksidasi, fotolisis, dan
pirolisis. Sifat fisik zat aktif seperti kelarutan, pKa, titik cair, bentuk kristal,
dan kandungan keseimbangan lembap juga memengaruhi stabilitasnya.
Faktor paling umum yang menyebabkan reaksi dalam keadaan solid adalah
panas, cahaya, oksigen, dan kelembapan. Reaksi dalam keadaan solid
umumnya lambat dan biasanya menggunakan kondisi perlakuan tekanan
dalam menginvestigasi stabilitas
f. Studi kompatibilitas
Suatu sediaan tablet mengandung bebrapa jenis eksipien, yaitu pengisi, pengikat,
penghancur, lubrikan, glidan, antilekat, dan adjuvan (jika perlu). Perbandingan
tersebut harus konsisten dengan perbandingan yang paling mungkin dihadapi
dalam tablet jadi dan akan tergantung pada sifat eksipien, ukuran dan potensi
tablet.
g. Parameter yang mempengaruhi absorbs
Absorpsi zat aktif solid yang diberikan secara oral terdiri dari dua proses
berurutan yaitu proses disolusi, diikuti dengan transportasi zat terdisolusi. Sifat
fisikokimia yang berkaitan dengan proses absorpsi yaitu koefisien partisi, yang
merefleksikan kelarutan relatif dalam air dan lemak suatu zat dan perilaku
ionisasi. Ketiga parameter ini secara bersamaan/masing-masing membantu
mengkarakterisasi perilaku permeasi suatu zat aktif.
1. Koefisien Partisi
Koefisien Partisi diterapkan untuk:
- penilaian kelarutan dalam air
- petunjuk respon biologis
- mengekstraksi zat aktif dari cairan berair (terutama darah dan urine)
- membantu pemilihan kolom atau fase gerak untuk analisi kromatografi
- menetapkan konsentrasi zat aktif dan/ pengawet dalam fase berair
sediaan emulsi
- memperkirakan pelepasan zat aktif sediaan semisolid seperti dasar salep
2. Konstanta Ionisasi
Absorpsi zat aktif yang bersifat asam atau basa lemah dalam saluran cerna
merupakan fraksi zat aktif tidak terionisasi. Faktor penting dalam absorpsi
zat aktif yang bersifat asam dan basa lemah adalah pH pada tempat absorpsi,
konstanta ionisasi, dan kelarutan spesi takterionisasi dalam lemak. Semua
faktor ini merupakan teori pH partisi yang diterima secara luas. Kecepatan
Disolusi, yaitu untuk memprediksi absorbsi dan sifat fisikokimia. Konstanta
Disosiasi, yaitu menyangkut proses transfer melalui sel membran, untuk
penelitian stabilitas dan solubilitas obat dalam larutan. Konstanta disosiasi
ini biasanya ditentukan dengan titrasi potensiometri.
Menurut Kemenkes, Tahun 2018 Tentang Teknologi Sediaan Solid, bahwa prinsi-prinsip
dasar, Teknik dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi, yaitu :
A. Prinsip-prinsip dasar sediaan farmasi
- Metode Kempa Langsung
Metode kempa langsung, adalah suatu metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Istilah kempa langsung ini telah lama digunakan untuk
memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal. Senyawa ini biasanya berupa
garam garam anorganik. Namun demikian, sekarang ini istilah kempa langsung
digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet dikempa langsung dari campuran
serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan),
yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu
padatan yang kuat. Tidak ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada
pencampuran serbuk, walaupun ada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada
salah satu dari eksipien. Sepanjang tidak melibatkan granulasi atau penggumpalan
(aglomerasi), proses pentabletan akhir seperti ini masih dapat disebut cetak langsung
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya.
Namun demikian, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr, dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi
sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa. Selain itu, zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah
jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum,sifat zat aktif yang cocok untuk metode
kempa langsung adalah sebagai berikut:
a. alirannya baik,
b. kompresibilitasnya baik,
c. bentuknya kristal, dan
d. mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
4. Menjelaskan peran bahan tambahan dalam formulasi sediaan farmasi, a.l. dapar,
pengawet, anti oksidan, dan/atau bahan penolong lainnya (KK No.4)
Jawab :
A. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan
Povidone
Pemerian Laktosa monohidrat dan povidone
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi
yang lebih baik daripada campuran
fisik sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin
dan geometri tablet, dan tidak
meningkat pada penyimpanan.
Waktu hancur telah terbukti tidak
meningkat pada gaya kompresi
tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi
tablet kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi
langsung. Sangat cocok untuk obat
dosis rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.
5. Menjelaskan prinsip stabilitas sediaan farmasi, faktor yang berpengaruh, serta teknik
pengujiannya (KK No. 5)
Jawab :
- Persen Kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Volume gumpalan dapat ditentukan dengan alat
seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk mekanik yang
mempunyai cara pemotong yang berputar. Sejumlah berat tertentu ditambahkan
hat-hati ke dalam silinder dengan bantuan corong. Volume awal dicatat,
kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak terjadi lagi pengurangan volume. Harus
digunakan sejumlah ketukan yang cukup menjamin hasil pengulangan yang sama
dari bahan yang ingin diperiksa. Dari kerapatan bulk dapat diperoleh persen
kompresibilitas di bawah ini.
Secara teori makin meningkat kemampuan untuk dikempanya suatu serbuk atau
granul, makin kurang daya mengalirnya. Sebaliknya makin berkurang
kemampuan untuk dikempa, makin besar daya mengalirnya. Granul kecil lebih
dapat membentuk massa yang lebih kompak daripada granul besar (Lachman,
dkk, 1994). Tabel berikut memperlihatkan syarat kompresibilitas granul/massa
cetak.
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang
dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu
granul kedalam gelas ukur. Adapun cara melakukanya menurut Lachman (1994),
adalah sebagai berikut.
- Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
- Pasang gelas ukur pada alat.
- Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak terjadi
pengurangan volume.
- Catat volume akhir.
- Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya
alat untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul yang berupa Moisture
Analyzer.
Adapun cara melakukan uji kadar lembab menggunakan alat ini adalah sebagai
berikut.
a. Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol power.
b. Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c. Atur parameter dengan cara:
- Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian tekan enter.
- Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panah kemudian tekan
enter.
- Atur waktu pengujian menjadi “0” (Mode automatis).
- Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan menekan panah
kemudian tekan enter.
- Pilih start parameter menjadi
- kemudian tekan enter
- Pilih 0.0 kemudian tekan enter
- Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik
d. Ukur sampel dengan cara:
- Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
- Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
- Masukkan sampel yang akan di uji (+ 5 gram), ratakan di atas wadah
aluminium.
- Tutup alat kemudian tekan enter.
- Pada akhir pengujian catat kadar lembab sampel.
Prosedur kerja uji waktu hancur menurut Farmakope Indonesia (1976) adalah
sebagai berikut:
- Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
- Masukkan ke dalam beaker 1 liter
- Pasang beaker pada alat
- Pasang keranjang.
- Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu
masukkan satu cakram pada tiap tabung
- Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media.
- Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
- Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
- Angkat keranjang.
Studi Praformulasi
1. Karakteristik Zat Aktif
Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683 dan Puchem.NCBI Theophylline)
2. Bahan Eksipien
a. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan Povidone
Pemerianz Laktosa monohidrat dan povidon
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi yang
lebih baik daripada campuran fisik
sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin dan
geometri tablet, dan tidak meningkat
pada penyimpanan. Waktu hancur
telah terbukti tidak meningkat pada
gaya kompresi tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi tablet
kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi langsung.
Sangat cocok untuk obat dosis
rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.
Menurut CPOB, 2018, bahwa spesifikasi bahan baku, bahan kemasan dan sediaan/produk
yaitu :
1. Spesifikasi untuk bahan awal dan pengemasan primer atau cetak hendaklah mencakup,
jika memungkinkan:
a. Deskripsi bahan, mencakup:
- Nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
- Rujukan monografi farmakope, bila ada;
- Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan; dan
- Spesimen bahan cetak;
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas keberterimaan;
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
5000 ( CV ) x( RuRs )
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; V adalah volume konsentrat dalam mL
Larutan uji; RU dan RS bertutur-turut adalah
perbandingan respons puncak teofilin terhadap baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
8. Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi steril dan non steril dengan mematuhi
ketentuan Cara Pembuatan Sediaan Farmasi Yang Baik (GMP). (KK No.8)
Jawab :
Berdasarkan CPOB Tahun 2006 Tentang Prosedur pembuatan Tablet, terdiri atas :
1. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan.
2. Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk
jadi dapat diidentifikas
3. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah
sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditaka
4. Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat
pada saat pelaksanaannya
5. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap
proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam
dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam
catatan bets
6. Tiap kali sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa keausan dan
kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah disimpa
7. Larutan penyalut hendaklah dibuat dan digunakan dengan cara sedemikian rupa untuk
mengurangi risiko partumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan penyalut
hendaklah didokumentasikan.
8. Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindari campur baur selama proses
penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau
bets yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang
memada
9. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi
produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.
Berdasarkan hal tersebut, maka metode yang digunakan pembuatan tablet teofilin yaitu
menggunakan metode kempa langsung. Prinsip dasar dari metode kempa langsung yaitu
pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering
tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. tablet dikempa langsung dari campuran
serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan), yang
akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang
kuat. Tidak ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada pencampuran serbuk,
walaupun cada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada salah satu dari eksipien.
Kempa langsung hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat
aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. (Kemenkes RI hal.127, 2018)
®
TEOFIN TABLET
Teofilin 100 mg
Komposisi :
Tiap 100 mg Teofin Tablet ® mengandung:
Teofilin ………………………………………………………………………………………………….
100 mg
Bahan tambahan.................................................................................................q.s
Indikasi :
Obstruksi saluran napas reversible, asma akut dan berat.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap teofilin, Porphyria, MI baru-baru ini, takiaritmia akut. Penggunaan
Bersama dengan efedrin (pada anak-anak kurang dari 6 tahun atau dengan berat badan kurang dari
22kg).
Mekanisme Kerja :
Mekanisme Aksi Menyebabkan bronkodilatasi, diuresis, SSP dan stimulasi jantung, dan sekresi asam
lambung dengan memblokir fosfodiesterase yang meningkatkan konsentrasi jaringan dari cyclic
adenine monophosphate (cAMP) yang pada gilirannya meningkatkan stimulasi katekolamin dari
lipolisis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis dan menginduksi pelepasan epinefrin dari adrenal. sel
medula
Dosis dan Aturan Pakai :
Dewasa : 130 – 150 mg/hari, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya
Anak-anak : 6-12 tahun : 65-150 mg, kurang dari 1 tahun : 65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan
Efek Samping :
Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala, stimulasi system saraf
pusat, insomnia dan aritmia
Perhatian dan Peringatan :
Hati-hati pada pasien yang mengalami penyakit jantung, hipertensi, tukak lambung, gangguan fungsi
hati, epilepsy, pasien porfiria, lansia dan ibu hamil Kategori C.
B. Kemasan Strip
C. Kemasan Karton
10. Menetapkan kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang ditetapkan (KK No.10)
Jawab :
Berdasarkan CPOB Tahun 2018, bahwa :
Sebelum meluluskan bahan awal atau bahan pengemas untuk digunakan, kepala bagian
Pengawasan Mutu hendaklah memastikan bahwa bahan tersebut telah diuji kesesuaiannya
terhadap spesifikasi untuk identitas, kekuatan, kemurnian dan parameter mutu lain. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri. Sertifikat Analisis berisi ringkasan hasil pengujian sampel produk atau
bahan termasuk evaluasi untuk memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
C. Peralatan
a. Timbangan
analitik
b. Ayakan saringan
0.8 mm
c. Alat mixing
tablet
d. Alat pencetakan
tablet
e. Alat pengemasan
D. Ketersediaan bahan
Setelah bahan baku datang terlebih dahulu dilakukan cek secara fisik teradap barang
yang datang berupa pemeriksaan terhadap kemasan barang yang rusak atau tidak.
Kemudian dilakukan cek administrative yang berupa daftar checklist kesesuaian Surat
Pesanan (SP) dengan surat jalan yang memuat informasi mengenai tujuan, nomor SP,
identitas barang (nomor bets dan tanggal kadaluarsa) dan jumlah barang, Certificate of
Analysis (CoA), Material Safety Data Sheet (MSDS), kehalalan bahan serta label B3
untuk bahan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Bahan baku/bahan kemas yang telah
diterima di area karantina maka pihak QC melakukan pengujian dan hasil pemeriksaan
berupa Laporan Analisa (LA), Bagian QC akan menetapkan kesesauaian bahan baku
dengan CoA bahan baku dari pemasok. Kemudian di beri label berwarna hijau apabila
bahan baku diluluskan untuk digunakan. Apabila bagian QC akan melakuakan
pemeriksaan bahan yang akan digunakan maka akan menkorscek daftar pemeriksaan.
(CPOB, 2012)
Menurut CPOB Tahun 2018, bahwa bahan, peralatan dan ruang untuk pembuatan
sediaan farmasi, yaitu :
A. Bahan
Bahan merupakan Istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan bahan
baku (bahan awal, reagensia, pelarut), bahan pembantu proses, produk antara,
BAO dan bahan pengemas dan label. Sedangkan Bahan awal untuk bahan aktif
obat yaitu bahan baku, produk antara atau BAO yang digunakan untuk
memproduksi BAO dan fragmen struktural bermakna dalam struktur BAO. Suatu
bahan awal untuk BAO dapat berupa barang niaga yang dibeli dari satu atau lebih
pemasok di bawah kontrak atau persetujuan komersial atau diproduksi sendiri.
Bahan awal untuk BAO lazimnya mempunyai sifat dan struktur kimiawi tertentu.
- Zat Aktif Teofilin/ Teofilin Tablet (FI VI Hal. 1681-1683 dan Puchem.NCBI
Theophylline)
- Bahan Eksipien
a. Ludipress (HOPE Edisi 6 Hal 373 dan Pharmaceutical BASF)
Nama Kimia Laktose, Monohydrate dan Povidone
Pemerian Laktosa monohidrat dan povidon
berupa granul berwarna putih
mengalir bebas/daya alir baik, tidak
berbau dengan rasa netral,
mengandung 96,5%± 1,8% laktosa
monohidrat dan 3,5% ±0,5%
povidone K30
Kelarutan Larut dalam air
Spesifikasi dalam pencampuran Ludipress LCE telah terbukti
memiliki karakteristik kompresi yang
lebih baik daripada campuran fisik
sederhana dari konstituennya.
Kekuatan tablet telah terbukti tidak
bergantung pada kecepatan mesin dan
geometri tablet, dan tidak meningkat
pada penyimpanan. Waktu hancur
telah terbukti tidak meningkat pada
gaya kompresi tinggi
Aplikasi Aplikasi dalam Formulasi atau
Teknologi Farmasi Laktosa
monohidrat dan povidon dapat
digunakan untuk memformulasi tablet
kunyah, tablet hisap, tablet
effervescent, dan tablet pelepasan
terkontrol dengan kompresi langsung.
Sangat cocok untuk obat dosis
rendah.
Aplikasi utama adalah untuk
kompresi langsung, akan tetapi juga
cocok sebagai pengisi kapsul gelatin
keras.
B. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
b. Reynold Mixer
Reynold Mixer merupakan alat yang berguna untuk mencampukan
campuran dan larutan pengikat sehingga meng- hasilkan granul basah. Alat
ini terdiri dari reynold bowl, pengaduk/impeller dan mesin reynold mixer.
Reynold bowl merupakan wadah untuk pencampuran berbentuk silinder
dengan bagian bawah melengkung atau datar. Pengaduk/impeller
digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari pengaduk beragam
disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Sedangkan mesin
reynold mixer merupakan mesin yang digunakan untuk menjalankan
Reynold Mixer.
c. Ribbob Blender
Ribbon Blender merupakan salah satu alat pencampur yang dapat
menghasilkan suatu dispersi yang sejenis atau homogen. Pada alat ini
terdapat sumber tenaga yang berfungsi sebagai penggerak dalam proses
pengadukannya. Pada alat ini bejana atau wadah tidak bergerak atau
berputar. Pada pencampuran menggunakan Ribbon Blender hanya
pengaduk yang bergerak melingkari wadah atau bejana alat tersebut.
Alat ini berguna sebagai alat penyalutan tablet. Alat ini dilengkapi
dengan penyemprot atau sprayer yang dapat menyemprot laruatn penyalut
kedalam coating pan. Pada alat juga terdapat saluran udara masuk dan
saluran udara keluar agar tablet yang telah disemprot dengan larutan
coating dialiri udara yang telah diatur suhu, tekanan dan alirannya
sehingga tablet yang telah disalut menjadi kering
b. Coating Pan
C. Ruang
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa
untuk memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan
lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak
lain yang dapat menurunkan mutu obat.
13. Membuat sediaan farmasi steril dan/atau non-steril menggunakan teknik yang
tepat sesuai prosedur yang telah ditetapkan (KK No.13)
Jawab :
14. Melakukan pengujian mutu selama proses produksi, produk antara dan produk
akhir (KK No.14)
Jawab :
A. Teknik Pengujian Mutu Selama Proses Produksi, Produk antara dan Produk Akhir
1. Evaluasi Sediaan Granul/Massa Cetak
- Uji Waktu Alir
Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya.
Partikel-partikel padat saling tarik-menarik dan gaya yang bekerja antara
partikel bila mereka berhubungan terutama gaya permukaan. Gaya
gesekan, gaya tegangan permukaan, dan gaya mekanik yang disebabkan
oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur. Sementara
itu, gaya elektrostatik dan gaya kohesi dapat mempengaruhi sifat mengalir
dari zat padat. Granul-granul yang diperoleh dari granulasi basah, gaya
gesekan umumnya lebih menonjol daripada gaya kohesi (Lachman, dkk.,
1994). Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10 gram massa massa tidak
lebih dari 1 detik (Aulton, M.E. 1988). Tabel 1 berikut memperlihatkan
syarat waktu alir yang telah ditentukan untuk uji granul/massa cetak.
- Persen Kompresibilitas
Kerapatan bulk adalah ukuran yang digunakan untuk menyatakan
segumpalan partikel atau granul. Volume gumpalan dapat ditentukan
dengan alat seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk
mekanik yang mempunyai cara pemotong yang berputar. Sejumlah berat
tertentu ditambahkan hat-hati ke dalam silinder dengan bantuan corong.
Volume awal dicatat, kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak terjadi lagi
pengurangan volume. Harus digunakan sejumlah ketukan yang cukup
menjamin hasil pengulangan yang sama dari bahan yang ingin diperiksa.
Dari kerapatan bulk dapat diperoleh persen kompresibilitas di bawah ini.
alat untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul yang berupa
Moisture Analyzer.
Adapun cara melakukan uji kadar lembab menggunakan alat ini adalah
sebagai berikut.
a. Sambung kabel listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol
power.
b. Tunggu selama 30 menit sebelum memulai pengujian.
c. Atur parameter dengan cara:
- Pilih “PRG” dengan menekan tombol panah, kemudian tekan
enter.
- Atur suhu pemanasan dengan menekan tombol panah kemudian
tekan enter.
- Atur waktu pengujian menjadi “0” (Mode automatis).
- Pilih tampilan hasil pengujian menjadi %M dengan menekan
panah kemudian tekan enter.
- Pilih start parameter menjadi
- kemudian tekan enter
- Pilih 0.0 kemudian tekan enter
- Tekan dan tahan enter lebih dari 2 detik
d. Ukur sampel dengan cara:
- Buka tutup alat, masukkan wadah aluminium.
- Pilih “TAR” kemudian tekan enter.
- Masukkan sampel yang akan di uji (+ 5 gram), ratakan di atas
wadah aluminium.
- Tutup alat kemudian tekan enter.
- Pada akhir pengujian catat kadar lembab sampel.
d. Uji Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan
pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet
retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4
kg/cm3 . Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness
tester dan digital (Ansel, 1989).
e. Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga dengan uji kerenyahan.
Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain untuk mengukur kekuatan
tablet. Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah
pada penanganannya, akan kehilangan keelokannya serta konsumen
enggan menerimanya dan dapat menimbulkan variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet (Lachman, dkk, 1994). Alat penguji friabilitas
dikenal sebagai friabilator. Prinsip kerja alat ini dengan memperlakukan
sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan
dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25
rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah
tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan
ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1%
masih dapat dibenarkan (Lachman, dkk, 1994).
Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet
yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu.
Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman,
dkk, 1994)
15. Memastikan kesesuaian mutu produk dengan spesifikasi yang ditetapkan dan
menetapkan kelayakan produk. (KK No 15)
Jawab :
Menurut CPOB Tahun 2018, bahwa semua bahan yang dapat memberikan dampak
langsung terhadap mutu produk hendaklah memiliki spesifikasi yang meliputi
informasi sebagai berikut:
a. Nama standar dan referen kode yang unik (kode produk) yang digunakan dalam
catatan;
b. Sifat utama fisik, kimiawi dan biologis;
c. Kriteria pengujian dan batasnya, penampilan fisik, karakteristik dan kondisi
penyimpanan;
d. Pola pengambilan sampel atau instruksi pengambilan sampel dan tindakan
pengamanan; dan
e. Persyaratan yang menyatakan bahwa yang boleh digunakan hanya bahan kritis
yang diluluskan.
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan
hendaklah meliputi paling sedikit:
1. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk,
terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya pengkajian ketertelusuran
rantai pasokan bahan aktif obat;
2. Kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian produk jadi;
3. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
investigasi yang dilakukan;
4. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu yang signifikan,
investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil tindakan korektif dan
pencegahan;
5. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode
analisis;
6. Kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan, disetujui atau ditolak termasuk
dokumen registrasi untuk produk ekspor;
7. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan;
8. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat terkait
mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
9. Kajian kelayakan tindakan korektif sebelumnya terhadap proses produk atau
peralatan;
10. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
11. Status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis yang relevan misal sistem
tata udara (HVAC), sistem pengolahan air, gas bertekanan, dan lain-lain; dan
12. Kajian terhadap ketentuan teknis kontrak pembuatan obat
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, bahwa dalam pembuatan Teofilin Tablet,
dapat memenuhi persyaratan kelayakan produk jika :
a. Stabilitas yang memadai atau sesuai
b. Pengujian organoleptic yang sesuai meliputi bentuk, bau, warna dan rasa
c. Kadar Zat aktif Teofilin tidak kurang dari 94.0 % dan tidak lebih dari 106.0 %
d. Pengujian tablet memenuhi sfesifikasi waktu hancur, kerapuhan, disolusi,
keseragaman ukuran, keseragaman bobot yang sesuai
e. Dalam proses pengemasan ketika dilakukan uji kebocoran memenuhi spefikasi
f. Adanya kelengkapan produk sebelum didistribusi meliputi nomor bets, label dan
dokumentasi yang sesuai.
16. Mendokumentasikan data/informasi terkait proses pembuatan dan pengujian
mutu produk secara bertanggung -jawab (KK No.16)
Jawab :
Pengujian produk antara atau produk ruahan dan persetujuan untuk pemeriksaan
setelah produksi kritis atau produk tersimpan lama dapat dilakukan secara pararel
dengan proses pengemasan asalkan proses tersebut sudah divalidasi termasuk lama
penyimpanan produk ruahan. Parameter pengujian tertentu untuk produk jadi yang
telah disetujui pada saat pemberian izin edar dapat dikurangi bila hasil tren seluruh
parameter yang diuji telah memenuhi syarat, minimal 10 bets yang diproduksi
berurutan dan memenuhi kriteria berikut ini:
A. Proses pembuatan sudah divalidasi;
B. Uji stabilitas memenuhi syarat;
C. Telah dilakukan pengkajian mutu produk; dan
D. Telah dilakukan analisis risiko.
Parameter pengujian yang tidak boleh dikurangi (berdasarkan analisis risiko yang
dilakukan oleh masing-masing industri) adalah:
A. Pemerian;
B. Uji disolusi (untuk tablet, kapsul dan serbuk);
C. Kadar bahan aktif obat; dan
D. Uji sterilitas (untuk produk steril); namun minimal 1 kali setahun hendaklah tetap
dilakukan uji lengkap.
Bila terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi hendaklah dilakukan pengujian
lengkap tiap bets produk jadi hingga diperoleh keyakinan terhadap proses produksi
melalui pengkajian tren hasil parameter uji
Pengkajian Mutu Produk (PMP) dilakukan secara berkala, umumnya dilakukan tiap
tahun dan dituangkan dalam dokumen PMP. Bagian Pemastian Mutu, yang dibantu
oleh Bagian Pengawasan Mutu dan Bagian Produksi, bertanggung jawab untuk
melaksanakan PMP . PMP hendaklah dilakukan untuk tiap produk berdasarkan
pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk yang dikaji. PMP mencakup
pengkajian data dan penilaian terhadap tindak lanjut berupa perbaikan, pencegahan
atau revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan penanggung jawab untuk
pelaksanaan tindak lanjut tersebut hendaklah ditetapkan. Pelaksanaan sistem PMP ini
perlu dikelola dengan baik dan dibuktikan melalui inspeksi diri. Dalam hal
pembuatan obat berdasarkan kontrak, penanggung jawab pelaksana PMP hendaklah
dijabarkan dalam suatu Kesepakatan Teknis oleh kedua pihak terkait.
Lampiran
A. Prosedur Tetap Pengkajian Mutu Produk
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa produk tablet teofilin
memenuhi pengujian mutu apabila :
a. Proses pembuatan sudah divalidasi;
b. Uji stabilitas memenuhi syarat;
- Bentuknya biplanar atau bulat pipih
- Stabil pada wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahri langsung
- Organoleptik : warna putij kristal, tidak berbau, dan rasa pahit
c. Telah dilakukan pengkajian mutu produk;
- Bobotnya : 247 mg
- Kekerasan : 83 N
- Waktu hancur : 2 menit
- Kerapuhan : 0.15%
d. Telah dilakukan analisis risiko.
17. Menjelaskan prinsip manajemen mutu: penjaminan mutu (QA) & pengawasan
mutu (QC) (KK No. 17)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa prinsip manajemen mutu, yaitu penjaminan mutu (QA) dan
pengawasan mutu (QC), yaitu :
18. Menjelaskan prinsip manajemen resiko mutu (quality risk management) (KK No
18)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa prinsip manajemen resiko mutu terdiri atas :
a. Proses mengevaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan
secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada
akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien dan
b. Proses meningkatkan suatu upaya pengambilan tindakan, formalitas dan
dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu yang sepadan dengan tingkat
risiko.
19. Menjelaskan pembagian klasifikasi ruangan produksi beserta parameter dan
pengukurannya (KK No 19)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa klasifikasi ruangan produksi terdiri atas :
Klasifikasi ruangan produksi terdiri atas :
a. Kelas A : Pada kelas zona ini beresiko tinggi, misalnya zona pada pengisian,
wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis.
Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar
(laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan
udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada
posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
b. Kelas B: Pada kelas ini digunakan ntuk pembuatan dan pengisian secara aseptis,
Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A.
c. Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah.
Nonoperasional Operasional
KELAS Jumlah Maksimum Partikel/m3 yang diperbolehkan
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 ≥ 5 µm
A 3.500 20 3.520 20
B 3.500 29 352.000 2.900
C 350.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.500.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
20. Menjelaskan prinsip kualifikasi ruangan dan mesin produksi, validasi proses,
validasi pembersihan, dan validasi metoda Analisa (KK No. 20)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 dan Tahun 2012 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, bahwa kualifikasi dan valiadasi terdiri atas :
a. Kualifikasi ruangan
Klasifikasi ruangan adalah bagian dari kualifikasi awal fasilitas dan biasanya juga
dilakukan pada saat rekualifikasi rutin; artinya baik aktivitas klasifikasi maupun
status klasifikasi akhir yang harus dicapai untuk ruang bersih dan sarana udara
bersih.
a. Angka yang tercantum dalam kolom “> 0,5 μm“ adalah jumlah total semua
partikel berukuran sama dengan dan lebih besar dari 0,5 μm. Angka yang
tercantum dalam kolom “> 5 μm” adalah jumlah total semua partikel yang
berukuran sama dengan dan lebih besar dari 5 μm. Klasifikasi ruang bersih
dan sarana udara bersih hendaklah sesuai ketentuan EN/ISO 14644-1.
b. Untuk tujuan kualifikasi tidak ada angka permanen menentukan volume
sampel dan titik pengambilan sampel, semua tergantung dari luas ruangan.
Jumlah lokasi pengambilan sampel dan volume sampel minimum serta
interpretasi hasil pengukuran ditetapkan sesuai EN/ISO 14644-1 (confidence
interval). Lihat juga ketentuan untuk outliers pada appendix B6.2 EN/ISO
14644-1. Pada WHO TRS 957-2010 dinyatakan bahwa untuk Kelas C
operasional dan Kelas D nonoperasional volume sampel hendaklah minimal 2
liter dan waktu pengambilan sampel per lokasi pengambilan sampel hendaklah
tidak kurang dari 1 menit. Untuk Kelas D tidak ditentukan batas kondisi
operasional; industri hendaklah menentukan batas operasional berdasarkan
analisis risiko dan data historis yang terkait. Ruang bersih dan sarana udara
bersih dinyatakan terkualifikasi setelah diperoleh hasil yang stabil dan
memenuhi persyaratan selama 5 hari berturut-turut pada kondisi
nonoperasional. EN/ISO 14644-1 Annex f mempunyai bagian informatif
mengenai penggunaan teknik sampling sekuensial untuk pemantauan partikel
nonviabel. Teknik ini mungkin bermanfaat untuk mengurangi waktu
pengambilan sampel pada area ruang bersih yang sangat besar pada kondisi
nonoperasional. Metode ini tidak cocok untuk dipakai saat melakukan
klasifikasi operasional.
c. Alat penghitung sentral dengan probe yang disambungkan dengan selang
panjang tidak dapat lagi digunakan untuk klasifikasi ruang bersih, karena
risiko terlalu banyak partikel (terutama partikel 5 µm) melekat pada dinding
selang. Oleh sebab itu alat penghitung partikel portabel dengan selang pendek
atau -lebih diutamakan, bila memungkinkan tanpa selang- hendaklah
digunakan untuk tujuan klasifikasi. Sertifikat kalibrasi dari alat penghitung
partikel hendaklah menyebutkan panjang selang dan jenis bahan (inox /
stainless steel atau polimer).
d. Industri dapat melakukan rekualifikasi ruang bersih sesuai dengan EN/ISO
14644-2 (termasuk frekuensi yang dianjurkan). Untuk rekualifikasi area Kelas
A, kegiatan berikut dianjurkan pada saat melakukan rekualifikasi tiap 6 bulan:
- kecepatan aliran udara,
- integritas filter, dan
- perbedaan tekanan (tidak berlaku untuk area ruang bersih yang tidak dapat
tertutup rapat).
Frekuensi rekualifikasi untuk ruang Kelas B:
- kondisi nonoperasional tiap 6 bulan, dan
- kondisi operasional tiap 12 bulan.
Untuk ruang kelas lain: tiap tahun, dengan toleransi yang ditetapkan.
a. Validasi Proses
Validasi proses adalah suatu tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilaksanakan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat secara
efektif dan berulang menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan
atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya.
Prinsipnya :
c) pola muatan wadah iradiasi sekeliling sumber (untuk mode bets) atau
sepanjang lintasan melalui sel (untuk mode kontinu);
d) limit maksimum dan minimum dosis yang diserap produk (dan dosimeter
rutin yang digunakan);
e) limit maksimum dan minimum dosis yang diserap wadah iradiasi dan
dosimeter rutin yang digunakan untuk memantau dosis yang terserap;
b. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan adalah suatu tindakan pembuktian yang
didokumentasikan untuk menghilangkan produk sebelumnya atau bahan
pembersih yang dipakai pada peralatan sampai batas residu maksimum yang
secara sains dianggap aman.
Prinsipnya :
Prinsip :
Menurut BPOM Nomor 34 Tahun 2018 dan Tahun 2012 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, bahwa prinsip kalibrasi mesin, yaitu :
Kalibrasi adalah serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat
kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yang
direpresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang
telah diketahui dari suatu acuan standar.
Prinsip :
a. Peralatan untuk pengendalian, penimbangan, pengukuran, pemantauan dan
pengujian yang kritis untuk memastikan mutu produk antara atau BAO hendaklah
dikalibrasi sesuai dengan prosedur tertulis dan jadwal yang ditetapkan.
b. Kalibrasi peralatan hendaklah dilakukan dengan menggunakan standar yang
dapat ditelusur terhadap standar yang tersertifikasi, jika ada.
c. Catatan kalibrasi tersebut hendaklah disimpan.
d. Status kalibrasi terkini untuk peralatan kritis hendaklah diketahui dan dapat
diverifikasi.
e. Instrumen yang tidak memenuhi kriteria kalibrasi tidak boleh digunakan.
f. Penyimpangan dari standar kalibrasi yang telah disetujui untuk instrumen kritis
hendaklah diselidiki untuk menentukan apakah hal tersebut kemungkinan dapat
berdampak pada mutu produk antara atau BAO yang dibuat menggunakan alat
tersebut sejak kalibrasi terakhir.
g. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah
dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang
ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan.
h. Peralatan untuk pembuatan, pengambilan dan pengujian hendaklah didesain,
dikualifikasi dan dirawat agar sesuai dengan tujuan penggunaannya dan tidak
menimbulkan bahaya. Perawatan dan kalibrasi hendaklah dilakukan secara teratur
dan didokumentasikan menurut prosedur yang disediakan.
Metode Pengujian atau Kalibrasi yang baru sebelum dilakukan kalibrasi sebaiknya
dibuat prosedur yang berisi informasi sebagai berikut :
Identifikasi yang sesuai
Lingkup
Uraian Jenis barang yang diuji atau dikalibrasi
Parameter/besaran dan rentang yang ditentukan
Perlengkapan peralatan, termasuk persyaratan untuk kerja teknis
Standar acuan dan bahan acuan yang dipersyaratkan dan periode stabilitas yang
diperlukan
Uraian prosedur meliputi : a) pemberian marka identitas, penanganan, transportasi,
penyimpanan dan persiapan barang; b) pengecekan sebelum pekerjaan dimulai; c)
Pengecekan bahwa peralan bekerja dengan baik; d) metode untuk merekam hasil;
e) tindakan keselamatan.
Kriteria persyaratan disetujui/ditolak
A. Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
- Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan
standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi
pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
personel;
bangunan-fasilitas termasuk fasilitas untuk personel;
pemeliharaan bangunan dan peralatan;
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
peralatan;
produksi dan pengawasan selama-proses;
pengawasan Mutu;
dokumentasi;
sanitasi dan higiene;
program validasi dan revalidasi;
kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
prosedur penarikan obat jadi;
penanganan keluhan;
pengawasan label; dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program
yang telah disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian
Mutu
- Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personel (-
personel) perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim
inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan
memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat.
- Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis
dalam prosedur inspeksi diri.
- Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup:
B. Audit
a. Audit Mutu
- Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari
sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya.
Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau
independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap
pemasok dan penerima kontrak
b. Audit dan Persetujuan Pemasok
- Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
- Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan
bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan dikaji ulang.
- Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi
hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan
kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB.
- Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara
berkala.
Setelah dilakukan laporan mengenai maalah pada bagian aspek produksi makan
dilakukan tindakan perbaikan serta tindakan pencegahan agar kesalahan tidak
terulang kembali. Proses CAPA meliputi pengimpulan informasi , analisis
informasi, analisis solusi metode yang dikembangkanm penerapan metode yang
dikembangkan, follow up.
Contoh penerapan CAPA terjadi temuan masalah pada bagian pembersihan yaitu
Label “BERSIH” pada ruangcetak table tyang kotor makan dilakukan tindakan
perbaikan dengan cara Ruangan dibersihkan dan dilakukan pengecekan ulang
hingga ruangan bersih, dibuat SOP yang jelas sehingga tidak terjadi kesalahan
kemudian dilakuakan tindakan pencegahan dengan cara Pelatihan cara
pembersihan ruangan yang baik dan sesuai dengan CPOB.
23. Menjelaskan prinsip penanganan keluhan dan obat kembalian (KK No. 23)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat Yang Baik, bahwa penanganan keluhan dan obat kembalian terdiri atas :
- Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak
harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis. Obat dan/atau
bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari personil yang
bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. Diperlukan koordinasi dari setiap
instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi dalam menangani obat dan/atau bahan
obat yang diduga palsu. Jika diperlukan, dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif
untuk menangani semua kasus, termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia
dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan
penarikan kembali serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang.
A. Keluhan
- Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan. Harus
dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan yang
berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat harus
diberitahukan sesegera mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin
edar.
- Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan
untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.
- Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan.
- Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat harus
dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk mengidentifikasi asal atau alasan
keluhan, termasuk penyelidikan terhadap bets lainnya.
- Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu
harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
menjelaskan tentang tindakan yang harus dilaksanakan.
- Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend
analysis terhadap keluhan.
B. Obat Kembalian
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau
bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal berikut:
a. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat
pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat dalam
catatan penerimaan dan pengembalian barang.
- Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian sesuai dengan
persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain. Kedua belah pihak harus
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses pengembalian obat tidak
memungkinkan masuknya obat dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
- Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat yang
bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu yang diperlukan
sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh industri farmasi.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau bahan
obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label yang jelas
sampai ada keputusan tindak lanjut.
- Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat
tersebut harus dilakukan oleh personil yang berwenang.
- Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara lain jika:
a. obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi syarat
serta memenuhi ketentuan;
b. obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;
c. obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung jawab
atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang;
d. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal-usul
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat palsu.
- Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan yang rendah
tidak dapat dikembalikan.
- Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang layak jual
atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan penanggung jawab dan
terdokumentasi.
- Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan dan persyaratan lainnya yang
relevan.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan sedemikian
rupa sehinga system pengeluaran barang dapat dijamin sesuai dengan FEFO
C. Penarikan Kembali obat dan/atau bahan obat
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat yang
ditarik kembali.
- Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertangggung jawab terhadap
penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari peredaran.
- Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara terpisah, aman
dan terkunci serta diberi label yang jelas.
- Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan
persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.
- Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan
dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan, termasuk
rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
- Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan segera setelah ada
pemberitahuan.
- Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan oleh instansi
berwenang atau industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
- Fasilitas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi pelanggan
(antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau bahan obat (antara lain
bets, jumlah yang dikirim).
- Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus selalu tersedia
pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang.
- Efektivitas pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus dievaluasi secara
berkala.
- Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan ke industri
farmasi dan/atau pemegang izin edar. Informasi tentang penarikan obat dan/atau
bahan obat harus disampaikan ke instansi berwenang baik di pusat maupun daerah.
- Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan obat dapat
dilaksanakan.
Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan oleh
penanggung jawab sesuai dengan kewenangan yang tercantum pada uraian tugas.
Semua proses penanganan ini harus terdokumentasi dengan baik
24. Menjelaskan persyaratan higienis dan pelatihan karyawan (KK No. 24)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa persyaratan higienis dan pelatihan karyawan terdiri atas :
A. Pelatihan karyawan
- Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang
karena tugasnya berada di area produksi dan gudang penyimpanan atau
laboratorium (termasuk personel teknik, pemeliharaan dan pembersihan), dan
bagi personel lain yang kegiatannya berdampak pada mutu produk.
- Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik Sistem Mutu Industri
Farmasi dan CPOB, personel baru hendaklah memperoleh pelatihan sesuai
dengan tugas yang diberikan kepadanya. Pelatihan berkesinambungan
hendaklah juga diberikan, dan efektivitas penerapannya hendaklah dinilai
secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui oleh
Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu atau Kepala Pemastian Mutu.
Catatan pelatihan hendaklah disimpan.
- Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area di
mana kontaminasi menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area
penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau
menimbulkan sensitisasi.
- Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak
dibawa masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak
dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama
mengenai higiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta
diawasi dengan ketat.
- Sistem Mutu Industri Farmasi dan semua tindakan yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara
mendalam selama pelatihan.
- Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
B. Higienis Karyawan
- Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan
berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.
Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel
yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene
hendaklah didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi
pelatihan
- Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses
perekrutan. Merupakan kewajiban industri farmasi agar tersedia instruksi yang
memastikan bahwa kesehatan personel yang dapat memengaruhi mutu produk
harus diketahui perusahaan. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal, hendaklah
dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personel bila
diperlukan.
- Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam
pembuatan obat.
- Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
- Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau di area lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
- Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
- Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
- Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaan steril,
25. Menjelaskan aspek penunjang dalam industri farmasi meliputi air, udara dan
limbah (KK No.25)
Jawab :
Berdasarkan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, bahwa aspek penunjang dalam industri farmasi meliputi air, udara dan
limbah terdiri atas :
A. Air
- Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan
sistem distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa
spesifikasi yang sesuai dicapai tiap pengoperasian.
- Air yang digunakan untuk formulasi hendaklah diperlakukan sebagai bahan
awal.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan atau
cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan
dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi
dengan konstan pada suhu di atas 70°C.
- Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril,
nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari kontaminasi.
- Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah
dipantau secara teratur terhadap kontaminasi kimiawi, biologis dan, bila perlu,
terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi spesifikasi
yang sesuai dengan peruntukkannya. Hasil pemantauan dan tindakan
penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.
- Air yang digunakan untuk proses pembuatan BAO hendaklah ditunjukkan
kesesuaiannya dengan tujuan penggunaannya.
- Kecuali ada justifikasi lain, air untuk proses hendaklah minimal memenuhi
persyaratan World Health Organization (WHO) untuk mutu air minum.
- Apabila air minum tidak memenuhi persyaratan untuk menjamin mutu BAO
dan dibutuhkan spesifikasi mutu air secara kimiawi dan/atau mikrobiologi
yang lebih ketat, hendaklah ditetapkan spesifikasi yang sesuai untuk sifat
fisika/kimiawi, angka mikroba total, organisme yang tidak diharapkan dan
endotoksin.
- Apabila air yang digunakan pada proses, diolah oleh pabrik pembuat untuk
mencapai mutu yang ditetapkan, proses pengolahan hendaklah divalidasi dan
dipantau dengan batas bertindak yang tepat.
- Apabila pabrik pembuat BAO nonsteril baik bertujuan maupun mengklaim
bahwa BAO tersebut sesuai untuk digunakan pada proses lanjutan untuk
memproduksi obat (produk) steril, air yang digunakan untuk tahap isolasi dan
pemurnian akhir hendaklah dipantau dan dikendalikan terhadap angka
mikroba total, organisme yang tidak diharapkan dan endotoksin.
B. Udara
- Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut:
- Untuk tujuan klasifikasi zona Kelas A, perlu diambil sampel udara minimum 1
m3 per lokasi pengambilan sampel. Untuk Kelas A klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 4.8 ditentukan oleh batas jumlah partikel dengan ukuran > 5,0 µm.
Untuk Kelas B (nonoperasional) klasifikasi partikulat udara adalah ISO 5
untuk kedua ukuran partikel. Untuk Kelas C, klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 7 untuk nonoperasional dan ISO 8 untuk operasional. Untuk Kelas
D (nonoperasional), klasifikasi partikulat udara adalah ISO 8. Untuk tujuan
klasifikasi, metodologi EN/ISO 14644-1 menjelaskan jumlah lokasi minimal
untuk pengambilan sampel udara dan volume sampel berdasarkan batas
ukuran partikel terbesar bagi kelas kebersihan terkait serta metode untuk
mengevaluasi data yang terkumpul.
- Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel portabel
dengan selang pendek untuk pengambilan sampel, karena akan terjadi
presipitasi yang tinggi dari partikel >5,0 µm apabila menggunakan sistem
pengambilan sampel dari jarak jauh yang menggunakan selang yang panjang.
Pada sistem aliran udara unidirectional hendaklah digunakan sample heads
isokinetis.
- Ruang bersih dan sarana udara bersih hendaklah dipantau secara rutin pada
saat kegiatan berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel
hendaklah berdasarkan studi analisis risiko yang dilakukan secara formal dan
dari data yang diperoleh selama penentuan klasifikasi ruangan dan/atau sarana
udara bersih.
- Sistem pemantauan partikel udara dapat terdiri dari beberapa alat penghitung
partikel yang independen; suatu jaringan dari serangkaian titik pengambilan
sampel yang dihubungkan dengan manifold pada satu penghitung partikel;
atau kombinasi dari kedua sistem tersebut. Sistem yang dipilih hendaklah
disesuaikan dengan ukuran partikel. Bila dipakai cara pengambilan sampel
jarak jauh, panjang pipa dan radius dari tiap tekukan dalam pipa hendaklah
diperhitungkan terhadap risiko kehilangan partikel di sepanjang pipa.
Pemilihan sistem pemantauan hendaklah mempertimbangkan risiko yang
ditimbulkan oleh bahan yang dipakai pada proses pembuatan, misal bahan
yang terkait dengan mikroorganisme hidup atau radiofarmaka.
- Jumlah sampel yang diambil untuk pemantauan secara otomatis biasanya
tergantung dari kecepatan pengambilan sampel udara dari sistem yang dipakai.
Volume sampel tidak perlu sama dengan jumlah sampel untuk tujuan
klasifikasi dari ruang bersih dan sarana penghasil udara bersih.
- Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm
menjadi penting karena merupakan sarana untuk deteksi dini kegagalan.
Partikel ukuran > 5 μm kadang-kadang dapat terdeteksi yang merupakan
pembacaan semu, hal ini disebabkan oleh lonjakan elektris, stray light,
kejadian tidak terduga dan lain-lain. Namun, pembacaan partikel dalam
jumlah rendah yang terjadi secara berurutan ataupun terus-menerus merupakan
indikasi kemungkinan terjadi kontaminasi dan perlu diinvestigasi. Kejadian
tersebut merupakan indikasi dini kegagalan pada sistem tata udara, mesin
pengisi atau merupakan indikasi dari kebiasaan yang kurang sesuai selama
perakitan alat dan kegiatan rutin.
- Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di area lain,
penyekat udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan
drainase. Saluran pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat
kebersihannya, jika dipasang, hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang
efektif atau penutup air untuk mencegah aliran balik. Semua saluran air
hendaklah terbuka dan mudah dibersihkan serta dihubungkan dengan drainase
luar dengan tepat untuk mencegah kontaminan mikrobiologis masuk.
- Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga udara dan
digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian
dan memperkecil kontaminasi mikroba dan partikulat terhadap pakaian
pelindung. Ruang ganti tersebut hendaklah dibilas secara efektif dengan udara
yang telah tersaring. Tahap terakhir dari ruang ganti hendaklah, pada kondisi
“nonoperasional”, mempunyai tingkat kebersihan yang sama dengan ruang
berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk memasuki dan
meninggalkan daerah bersih kadang-kadang diperlukan. Pada umumnya
hendaklah fasilitas pencucian tangan disediakan hanya pada tahap awal ruang
ganti pakaian
- Pintu-pintu ruang penyangga udara tidak boleh dibuka secara bersamaan.
Sistem interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah
dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang
bersamaan.
- Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan tekanan
positif dan aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas kebersihan lebih
rendah pada seluruh kondisi “operasional” dan hendaklah dapat membilas area
tersebut dengan efektif. Ruang bersebelahan dengan kelas kebersihan yang
berbeda hendaklah mempunyai perbedaan tekanan berkisar 10 - 15 pascal
(nilai acuan). Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk perlindungan
kepada zona yang mempunyai risiko tertinggi, yaitu, daerah yang udaranya
berhubungan langsung dengan produk dan komponen yang telah dibersihkan
yang akan bersentuhan dengan produk. Berbagai rekomendasi mengenai
pasokan udara dan perbedaan tekanan mungkin memerlukan modifikasi bila
diperlukan untuk menahan beberapa bahan, misal bahan yang bersifat
patogenis, bertoksisitas tinggi, radioaktif, bahan atau produk berupa virus atau
berupa bakteri hidup. Dekontaminasi fasilitas tersebut dan pengolahan udara
yang keluar dari area bersih mungkin diperlukan untuk beberapa kegiatan.
- Hendaklah dibuktikan bahwa pola aliran-udara tidak menimbulkan risiko
kontaminasi, misal perhatian hendaklah diberikan untuk memastikan bahwa
aliran udara tidak menyebarkan partikel dari personel yang menimbulkan
partikel, kegiatan atau mesin ke zona yang mempunyai risiko lebih tinggi
terhadap produk.
C. Limbah
- Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah dikumpulkan
dalam wadah penampung yang sesuai untuk disingkirkan ke lokasi
pengumpulan di luar bangunan dan dimusnahkan dengan metode yang aman
dan saniter secara teratur dalam interval waktu pendek.
- Limbah cair, limbah padat dan limbah lain (misal: produk sampingan padat,
cair atau gas hasil pembuatan) di- dan dari bangunan serta area sekitar
hendaklah dibuang secara aman, tepat waktu dan bersih. Wadah dan/atau pipa
untuk limbah hendaklah diidentifikasi secara jelas.
- Limbah radioaktif hendaklah dipisahkan ke dalam beberapa kategori seperti
yang dapat terbakar dan tidak, radionuklida umur pendek, sedang dan panjang,
jarum tajam dan jarum suntik, bangkai hewan (carcasses), dan lain-lain.
Limbah ini hendaklah diberi perisai secara memadai selama penyimpanan dan
petugas proteksi radiasi hendaklah bertanggung jawab dalam penanganan,
penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif ini secara aman.
- Pembuangan limbah radioaktif hendaklah mengikuti peraturan Pemerintah
yang berlaku.
Menurut BPOM nomor 24 tahun 2017 Tentang Kriteria dan Tatalaksana registrasi
obat, bahwa penyiapan dokumen registrasi obat, yaitu :
Dokumen registrasi
Dokumen registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terdiri atas:
B. Dokumen Administratif
B. Dokumen Mutu
C. Daftar Pustaka
D. Daftar Pustaka
E. Daftar Pustaka
Setiap bagian pada dokumen registrasi harus dilengkapi daftar isi yang
menunjukkan letak masing-masing dokumen dan diberi kertas pembatas
antarbagian dan antardokumen. Pembatas antarbagian diberi judul sesuai nama
bagian (contoh: Bagian IV.A. Tinjauan Studi Klinik) atau judul dokumen sesuai
dengan format dokumen registrasi. Setiap bagian dokumen registrasi harus
dibundel dalam ordner/map terpisah atau beberapa bagian dokumen registrasi dapat
digabungkan dalam ordner dengan kertas pembatas di antara setiap dokumen
tersebut. Penggunaan ordner/map disesuaikan dengan banyaknya dokumen
registrasi.
3. Tambahan Data
Selain untuk Registrasi Baru, pedoman penyusunan dokumen registrasi dapat
juga untuk penyusunan dokumen tambahan data. Surat-menyurat umum harus
dimasukkan pada Bagian I.
A. Dokumen Administratif
a. Surat Pengantar
b. Formulir Registrasi.
c. Pernyataan Pendaftar.
d. Sertifikat dan Dokumen Administratif Lain
- Obat Produksi Dalam Negeri.
1. Izin Industri Farmasi.
2. Sertifikat CPOB yang masih berlaku untuk bentuk sediaan yang
didaftarkan.
3. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
4. Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
- Obat Lisensi.
1. Izin Industri Farmasi atau dokumen penunjang dengan bukti yang
cukup untuk badan/institusi riset sebagai pemberi lisensi.
2. Izin Industri Farmasi sebagai penerima lisensi.
3. Sertifikat CPOB Industri Farmasi penerima lisensi yang masih
berlaku untuk bentuk sediaan yang didaftarkan.
4. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
5. Perjanjian lisensi.
- Obat Kontrak Produksi Dalam Negeri.
1. Izin Industri Farmasi Pendaftar atau Pemberi Kontrak.
2. Izin Industri Farmasi sebagai Penerima Kontrak.
3. Sertifikat CPOB Industri Farmasi Pendaftar atau Pemberi Kontrak
yang masih berlaku.
4. Sertifikat CPOB Industri Farmasi Penerima Kontrak yang masih
berlaku sesuai bentuk sediaan Obat yang dikontrakkan.
5. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
6. Perjanjian kontrak.
- Obat Khusus Ekspor.
1. Izin Industri Farmasi.
2. Sertifikat CPOB Pendaftar.
3. Sertifikat CPOB atau dokumen lain yang setara dari produsen
sesuai bentuk sediaan yang didaftarkan (untuk Obat Impor khusus
ekspor).
4. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
- Obat Impor.
1. Izin Industri Farmasi produsen dan Pendaftar.
2. Surat penunjukkan dari industri farmasi atau pemilik produk di luar
negeri dikecualikan untuk Pendaftar yang merupakan afiliasi dari
perusahaan induk.
3. Certificate of Pharmaceutical Product (CPP) atau dokumen lain
yang setara dari negara produsen dan/atau negara dimana
diterbitkan sertifikat pelulusan bets (jika perlu).
4. Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk bentuk
sediaan yang didaftarkan atau dokumen lain yang setara (termasuk
sertifikat CPOB produsen Zat Aktif untuk Produk Biologi).
5. Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas Obat setempat
dan/atau otoritas pengawas Obat negara lain.
6. Sertifikat CPOB produsen Zat Aktif.
7. Justifikasi impor.
8. Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu).
- Hasil Praregistrasi.
- Kuitansi/Bukti Pembayaran.
- Dokumen Lain.
B. Dokumen Mutu
Format dalam panduan ini berlaku untuk Registrasi Baru dan Registrasi
Variasi yang mencakup Obat Baru, Produk Biologi dan Obat Generik.
Dokumen mutu pada panduan ini hanya menunjukkan struktur dan tempat
dimana informasi harus dicantumkan. Jenis dan ruang lingkup data penunjang
mengacu pada pedoman/ketentuan yang berlaku secara nasional maupun
internasional seperti Farmakope, Pedoman ICH, dan lain-lain. Persyaratan
untuk Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi dapat mengacu pada
Pedoman ICH atau pedoman lain terkait.
Dokumen mutu terdiri dari:
1. Subbagian A : Ringkasan Dokumen Mutu (Quality Overall
Summary/QOS)
Ringkasan dokumen mutu (RDM) adalah ringkasan sesuai ruang lingkup
dan format pada dokumen mutu lengkap (body of data). Informasi, data
atau justifikasi yang tercantum dalam RDM harus konsisten dengan
dokumen mutu lengkap yang diserahkan.
Susunan dan informasi yang tercantum dalam RDM adalah sebagai
berikut:
1. ZAT AKTIF
a. Informasi Umum Ringkasan informasi dari S1 subbagian
b. Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif, termasuk :
- Nama dan alamat produsen.
- Ringkasan proses pembuatan dan kontrol proses. Untuk Produk
Biologi harus mencakup informasi mulai dari bank sel, termasuk
kultur sel, pemanenan, pemurnian dan reaksi modifikasi,
pengisian, kondisi penyimpanan dan pengiriman.
- Kontrol terhadap semua bahan (termasuk bahan awal, pelarut,
reagen, katalisator) yang digunakan dalam pembuatan Zat Aktif,
termasuk bahan yang berasal dari Produk Biologi.
- Kontrol terhadap tahap kritis dan zat antara, termasuk data
stabilitas yang menunjang kondisi penyimpanan Produk Biologi.
- Validasi proses dan/atau studi dan evaluasi untuk proses
sterilisasi
dan aseptik.
- Deskripsi dan riwayat pengembangan proses pembuatan seperti
yang dijelaskan dalam S2.2.
c. Karakterisasi
- Zat Aktif baru: Konfirmasi struktur antara lain berdasarkan
rute sintesis dan analisis spektrum, seperti dijelaskan dalam
- Produk Biologi: Deskripsi struktur primer, sekunder dan
tingkat yang lebih tinggi, dan informasi aktivitas biologik,
kemurnian, dan imunokimia (jika perlu), seperti dijelaskan
dalam
- Zat Aktif baru dan Produk Biologi: Ringkasan kemurnian
yang dimonitor atau diuji selama atau setelah pembuatan Zat
Aktif, seperti dijelaskan dalam
- Obat Generik: Sesuai persyaratan kompendial atau informasi
yang setara dari produsen.
d. Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
- Uraian singkat tentang justifikasi penetapan spesifikasi,
metode analisis, dan validasinya.
- Spesifikasi yang diuraikan pada butir S4.1 subbagian B harus
dicantumkan, demikian juga, bila ada tabel ringkasan dari
hasil analisis bets yang dicantumkan pada butir S4.4.
- Obat Generik: Mengikuti persyaratan Farmakope atau
informasi yang setara dari produsen.
e. Baku Pembanding
Informasi dari butir S5 subbagian B (dalam bentuk tabel, bila
sesuai) harus dicantumkan. Obat Generik: Baku pembanding yang
digunakan sesuai Farmakope atau informasi yang setara dari
produsen.
f. Spesifikasi dan Pengujian kemasan
Uraian singkat dan pembahasan pada butir S6 subbagian B harus
dicantumkan.
g. Stabilitas
Bagian ini harus mencakup ringkasan studi yang dilakukan
(kondisi pengujian, bets, metode analisis) dan diskusi singkat dari
hasil studi dan kesimpulan, kondisi penyimpanan yang diajukan,
periode uji ulang atau masa edar/shelf life bila relevan. Protokol uji
stabilitas pascapemasaran dan komitmen untuk memonitor
stabilitas seperti yang tercantum pada butir P8 subbagian B perlu
dicantumkan. Rangkuman hasil uji stabilitas dalam bentuk tabel
dengan gambaran grafis bilamana diperlukan. Obat Generik:
Justifikasi penetapan tanggal pengujian ulang atau masa edar dapat
mengacu pada literatur.
2. OBAT JADI
a. Pemerian dan Formula
Informasi butir P1 subbagian B dan komposisi harus dicantumkan
di bagian ini.
b. Pengembangan Produk Pembahasan tentang informasi dan data
dari butir P2 subbagian B, termasuk informasi dari studi
pengembangan, komponen Obat, Obat, pengembangan proses
pembuatan, sistem pengemasan, atribut mikrobiologik, spesifikasi
dan sistem pengujian kemasan, dan kompatibilitas harus
dicantumkan. Obat Generik: Justifikasi dapat menggunakan data
literatur.
c. Proses Pembuatan
Informasi mencakup:
- Informasi produsen untuk setiap tahap pembuatan.
- Nama dan jumlah Zat Aktif dan Eksipien.
- Uraian singkat proses pembuatan dan kontrol tahap kritis serta
produk antara yang ditujukan untuk menghasilkan produksi rutin
yang konsisten
dan produk yang bermutu.
- Uraian singkat hasil validasi proses
d. Spesifikasi dan Metode Pengujian Eksipien
Ringkasan mutu Eksipien seperti yang diuraikan dicantumkan.
Obat Generik: Sesuai persyaratan Farmakope atau informasi yang
setara dengan produsen
e. Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
Ringkasan tentang justifikasi penetapan spesifikasi, prosedur
analisis, dan validasinya serta karakterisasi zat pengotor harus
dicantumkan. Obat Generik: Karakterisasi zat pengotor dan
spesifikasi Obat sesuai persyaratan Farmakope atau informasi yang
setara dari produsen.
f. Baku Pembanding
Informasi perlu dicantumkan. Obat Generik: Sesuai persyaratan
Farmakope atau informasi yang setara dari produsen.
g. Spesifikasi dan Pengujian Kemasan
Uraian singkat informasi yang tercantum diskusi harus
dicantumkan.
h. Stabilitas
Ringkasan studi yang dilakukan (kondisi pengujian, bets yang
diamati, dan metode analisis), uraian singkat hasil studi stabilitas
serta analisis data dan kesimpulannya, harus dicantumkan.
Kesimpulan mengenai kondisi penyimpanan dan masa edar (shelf
life) serta kondisi penyimpanan setelah kemasan dibuka (bila
perlu) harus dicantumkan. Ringkasan hasil studi stabilitas dalam
bentuk tabel dan/atau grafik ada, perlu dicantumkan. Protokol uji
stabilitas pascapersetujuan Registrasi dan komitmen stabilitas
untuk memonitor stabilitas seperti yang tercantum.
i. Data Ekivalensi
Uraian singkat uji disolusi (in vitro) dan uji bioekivalensi (in vivo),
jika dipersyaratkan.
2. Subbagian B : Dokumen Mutu
ZAT AKTIF
A. Informasi Umum :
- Tata Nama International Nonproprietary Name Modified
(INNM). Nama Farmakope bila relevan. Nomor registrasi dari
Chemical Abstract Service (CAS). Kode laboratorium (jika ada).
Nama kimia.
- Rumus Kimia : Zat Aktif baru: Rumus bangun, termasuk
stereokimia relatif dan absolut, rumus molekul dan bobot molekul
relatif, harus dicantumkan. Produk Biologi: Urutan skematis asam
amino yang menunjukkan tempat glikosilasi atau modifikasi
posttranslational yang lain dan bobot molekul relatif, perlu
dicantumkan jika ada. Obat Generik: Sesuai persyaratan
Farmakope atau informasi lain yang setara dari produsen.
- Sifat-sifat umum : Sifat-sifat fisikokimia atau sifat-sifat lain yang
relevan dari Zat Aktif termasuk aktifitas biologik untuk Produk
Biologi harus dicantumkan.
OBAT
A. Pemerian dan Formula
Uraian dan komposisi Obat harus dicantumkan, seperti: Bentuk
sediaan; Komposisi lengkap, jumlah tiap bahan baku dalam satu
bets produksi (termasuk overage, bila ada), fungsi tiap bahan baku
dan acuan mutu yang digunakan (contohnya monografi Farmakope
atau spesifikasi dari produsen); Penjelasan pelarut yang
digunakan untuk rekonstitusi; dan Tipe kemasan yang digunakan
untuk Obat dan pelarut rekonstitusi, jika diperlukan.
B. Pengembangan Produk
- Informasi studi pengembangan
Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi: Bagian
Pengembangan Farmasetika memberikan informasi dan data
hasil studi pengembangan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa bentuk sediaan, formulasi, proses pembuatan, sistem
kemasan, atribut mikrobiologi dan cara pemberian sesuai
dengan tujuan penggunaan Obat yang didaftarkan. Studi
tersebut berbeda dari pengujian rutin yang dilakukan sesuai
spesifikasi Obat. Bagian ini juga harus mengidentifikasi dan
menggambarkan formulasi dan atribut proses (parameter
klinik) yang dapat mempengaruhi reprodusibilitas bets,
kinerja/khasiat produk, dan mutu Obat. Data pendukung dan
hasil studi yang spesifik atau informasi dari literatur yang
terpublikasi dapat disertakan sebagai lampiran. Tambahan data
pendukung dapat digunakan sebagai acuan yang relevan untuk
bagian nonklinik.
- Komponen Obat
Zat Aktif Obat dengan Zat Aktif baru dan Produk Biologi:
Kompatibiltas Zat Aktif Obat dengan Eksipien harus
dijelaskan. Sebagai tambahan, karakteristik fisikokimia
(contohnya kadar air, kelarutan, distribusi ukuran partikel,
polimorf atau bentuk padat) dari Zat Aktif yang dapat
mempengaruhi mutu Obat harus dijelaskan pada bagian ini.
Hal yang sama juga untuk sediaan kombinasi. Kompatibilitas
Zat Aktif Obat dengan Eksipien dan karakteristik fisikokimia
Zat Aktif yang dapat mempengaruhi mutu Obat seperti kadar
air, kelarutan, distribusi ukuran partikel, polimorf atau bentuk
padat harus dijelaskan pada bagian ini. Hal yang sama juga
untuk sediaan kombinasi. Obat Generik, Variasi Major, Variasi
Minor: Informasi sesuai data literatur.
Eksipien Pemilihan Eksipien seperti yang tercantum pada butir
P1, konsentrasi dan karakteristik yang mempengaruhi tampilan
Obat, harus dijelaskan sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
- Obat
Pengembangan Formula : Ringkasan informasi pengembangan
Formula Obat harus mempertimbangkan cara pemberian Obat
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Perbedaan antara
formulasi klinik dan formulasi (contohnya Komposisi)
dijelaskan. Hasil studi ekivalensi terbanding (jika diperlukan)
in vitro (contohnya uji disolusi) dan in vivo (contohnya
bioekivalensi) harus dijelaskan.
Overages : Overages dalam formulasi yang dicantumkan harus
dijelaskan.
Sifat Fisikokimia dan Biologi : Perlu dicantumkan semua
parameter Obat yang relevan seperti pH, kekuatan ikatan ion,
disolusi, redispersi, rekonstitusi, distribusi ukuran partikel,
agregasi, polimorfism, sifat alir, aktivitas biologi atau potensi
dan aktivitas imunologi.
- Pengembangan Proses Pembuatan : Pemilihan dan optimasi
proses pembuatan yang tercantum dalam butir terutama pada
tahap kritis harus dijelaskan. Metode sterilisasi harus
dijelaskan dan diberikan justifikasinya jika diperlukan.
Perbedaan antara proses pembuatan bets Obat yang digunakan
untuk uji klinik pivotal dan proses yang disebutkan pada butir
yang dapat mempengaruhi khasiat Obat perlu dicantumkan.
- Sistem Kemasan : Kesesuaian sistem kemasan yang digunakan
untuk penyimpanan, transportasi (pengiriman) dan penggunaan
Obat harus dijelaskan. Penjelasan menyangkut hal-hal seperti
pemilihan bahan kemasan, perlindungan terhadap pengaruh
kelembaban dan cahaya, kompatibilitas antara bahan kemasan
dan Obat termasuk interaksi Obat dengan kemasan, leaching,
keamanan bentuk kemasan dan ketepatan dosis pemberian dari
alat yang digunakan sebagai bagian Obat jadi.
- Atribut Mikrobiologi : Atribut mikrobiologi dari sediaan perlu
dicantumkan termasuk alasan untuk tidak melakukan uji batas
mikroba pada sediaan nonsteril, pemilihan dan uji efektifitas
pengawet dalam Obat yang mengandung bahan pengawet, jika
perlu. Untuk sediaan steril, integritas sistem kemasan dalam
pencegahan kontaminasi miroba harus dicantumkan
- Kompatibilitas Kompatibilitas Obat dengan pelarut untuk
rekonstitusi atau kompatibilitas Obat dengan kemasan/alat
kesehatan yang digunakan, yang ditunjukkan dengan terjadinya
endapan dalam larutan, interaksi Obat dengan kemasan injeksi,
dan informasi stabilitas Obat dicantumkan untuk menunjang
informasi pada Label.
C. Prosedur Pembuatan
- Produsen Obat Harus mencantumkan nama, alamat, dan
informasi penanggung jawab dari setiap fasilitas produksi,
termasuk Pemberi Kontrak atau fasilitas produksi lain yang
terlibat dalam proses pembuatan dan pengujian.
- Formula bets : Formula harus mencantumkan nama dan
jumlah/kuantitas Zat Aktif Obat dan Eksipien yang digunakan
termasuk bahan yang hilang selama proses pembuatan.
Kuantitas bahan (g, kg, Liter, dan lain-lain). Overage: data
penunjang dan justifikasi overage harus disertakan. Jumlah
per bets dan total unit dosis harus disebutkan. Uraian semua
tahapan pembuatan Obat.
- Proses Pembuatan dan Kontrol Proses : Diagram alur proses
pembuatan Obat harus dicantumkan dengan menggambarkan
setiap tahapan proses pembuatan dan menunjukkan pada tahap
mana bahan-bahan tersebut digunakan. Pengawasan dilakukan
pada tahap kritis pada produk antara dan Produk Jadi. Uraian
lengkap proses pembuatan harus mencakup secara rinci semua
hal penting pada tiap tahap proses pembuatan. Untuk sediaan
steril, uraian mencakup persiapan dan sterilisasi komponen
(contohnya, wadah, tutup, dan lainlain).
- Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Produk Antara : Tahapan
kritis: Pengujian dan kriteria penerimaan (dengan justifikasi
termasuk data percobaan) yang dilakukan pada tahapan kritis
proses pembuatan untuk memastikan bahwa proses tersebut
terkontrol. Produk Antara: Informasi mutu dan kontrol produk
antara selama proses pembuatan Obat.
- Validasi Proses dan/atau Laporan : Uraian, dokumentasi, dan
hasil studi validasi dari tahapan kritis atau penentuan kadar
kritis yang dilakukan pada proses pembuatan harus diserahkan
(Contohnya, validasi proses sterilisasi atau proses aseptik atau
pengisian).
D. Spesifikasi dan Metode Pengujian Eksipien
- Spesifikasi Eksipien.
- Prosedur Analisis : Prosedur analisis yang digunakan untuk
pengujian Eksipien dicantumkan jika diperlukan.
- Eksipien bersumber dari hewan dan/atau manusia : Untuk
Eksipien bersumber dari hewan dan/atau manusia, harus ada
informasi adventitious agents (contohnya, sumber, spesifikasi,
uraian uji yang dilakukan, data keamanan virus).
- Eksipien Baru : Informasi rinci mengenai pembuatan,
karakterisasi dan kontrol, yang dapat digunakan untuk
mendukung data keamanan nonklinik atau klinik.
E. Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
- Spesifikasi : Spesifikasi Obat harus dicantumkan.
- Prosedur Analisis : Prosedur analisis yang digunakan untuk
pengujian Obat harus dicantumkan.
- Laporan Validasi Metode Analisis : Informasi validasi analisis
termasuk data percobaan untuk metode analisis yang
digunakan untuk pengujian Obat perlu dicantumkan.
- Analisis Bets : Uraian bets dan hasil analisis bets perlu
dicantumkan. Produk Biologi: Uraian (termasuk besar bets,
asal dan penggunaan) dan hasil uji semua bets yang relevan
(contohnya nonklinik, pilot untuk uji klinik, scale-up, dan jika
ada bets skala produksi) yang digunakan untuk menetapkan
spesifikasi dan mengevaluasi konsistensi pada proses
pembuatan perlu dicantumkan.
- Karakterisasi Zat Pengotor : Bila informasi karakterisasi zat
pengotor tidak/belum dicantumkan pada butir Bahan Pengotor,
maka perlu dicantumkan pada bagian ini.
- Justifikasi Spesifikasi : Justifikasi penetapan spesifikasi Obat
perlu diberikan.
F. Baku Pembanding : Informasi mutu baku pembanding yang
digunakan untuk pengujian Obat harus diberikan.
G. Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan : Uraian sistem
kemasan, termasuk identitas bahan komponen dan spesifikasi dari
kemasan primer dan sekunder perlu dicantumkan. Spesifikasi
tersebut harus mencakup uraian dan identifikasi (dimensi dan
gambar yang sesuai). Uraian singkat mengenai komponen kemasan
sekunder nonfungsional dicantumkan (contohnya, alat yang tidak
memberikan proteksi tambahan atau alat bantu pemberian Obat).
Untuk komponen kemasan sekunder fungsional harus ada
informasi tambahan secara rinci.
H. Stabilitas : Diperlukan bukti untuk menunjukkan bahwa produk
bersifat stabil, memenuhi spesifikasi Produk Jadi selama shelf life
yang diajukan, dimana tidak terjadi dekomposisi Obat dalam
jumlah yang bermakna selama periode ini, serta menunjukkan tidak
ada perubahan potensi dan efektivitas pengawet. Obat dengan Zat
Aktif baru dan Produk Biologi: Semua kriteria yang mengikuti
Pedoman ICH dapat diterima kecuali kondisi penyimpanan jangka
panjang harus pada kondisi 300C, 75% RH. Harus
dipertimbangkan kemampuan sistem pengemasan untuk
memberikan perlindungan terhadap kelembaban. Obat Generik,
Variasi Major, Variasi Minor: ASEAN Guideline on Stability
Study of Drug Product. Protokol Stabilitas Pascapemasaran dan
Komitmen Uji Stabilitas Protokol stabilitas pascapemasaran dan
komitmen pelaksanaan uji stabilitas perlu diberikan. Data Stabilitas
Hasil uji stabilitas harus disajikan dalam format sesuai ketentuan
(contohnya, tabel, grafik, narasi) termasuk informasi metode
analisis yang digunakan untuk menghasilkan data dan validasi dari
metode tersebut.
I. Bukti Ekivalensi : Persyaratan untuk Obat Generik dan Variasi
Major: Jenis studi yang dilakukan, protokol yang digunakan dan
hasil studi harus disajikan dalam laporan studi. Jenis studi yang
dilakukan harus mengacu pada Pedoman Uji Bioekivalensi Badan
POM dan Guideline for Bioavailability and Bioequivalence Studies
atau WHO Manual for Drug Regulatory Authority.
3. Subbagian C : Daftar Pustaka
Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau
bahan obat dalam rantai distribusi.
A. Pengadaan
- Pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi harus
berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
- Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan sistem elektronik.
Ketentuan surat pesanan secara elektronik sebagai berikut:
a. Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan
sistem hanya oleh Apoteker Penanggung Jawab.
b. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin)
dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila
ada) dan stempel sarana;
c. Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat
lengkap;
d. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah
(dalam bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan
penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari
narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi yang
dipesan;
e. Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan
tanggal dengan penulisan yang jelas;
f. Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin
ketertelusuran produk, sekurang-kurangnya dalam batas waktu
3 (tiga) tahun terakhir.
g. Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan
dipertanggung jawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan,
baik oleh pihak yang menerbitkan surat pesanan maupun pihak
yang menerima menerima surat pesanan.
h. Harus tersedia sistem backup data secara elektronik.
i. Sistem pesanan elekronik harus memudahkan dalam evaluasi
dan penarikan data pada saat dibutuhkan oleh pihak yang
menerbitkan surat pesanan dan/atau oleh pihak yang menerima
surat pesanan.
j. Pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus
dipastikan diterima oleh pemasok, yang dapat dibuktikan
melalui adanya pemberitahuan secara elektronik dari pihak
pemasok bahwa pesanan tersebut telah diterima.
k. Surat pesanan manual (asli) harus diterima oleh pemasok
selambat lambatnya 7 (tujuh) hari setelah adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa
pesanan elektronik telah diterima .
B. Penerimaan
a. Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
- kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan
kemasan harus sesuai dengan surat pengantar / pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan, serta Certificate of Analysis untuk bahan
obat
- kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label
dan/atau penandaan dalam kondisi baik;
- kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar /
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip
surat pesanan.
b. Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, penanggung
jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar /
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel
fasilitas distribusi.
c. Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat:
- Item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau
- Kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus segera
dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan
segera meminta bukti terima pengembalian dari pemasok.
d. Selama menunggu proses pengembalian, sebagaimana dimaksud maka
narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi disimpan di area karantina
dalam tempat penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi.
e. Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah
antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
mengklarifikasi ketidak sesuaian dimaksud ke pihak pemasok
C. Penyimpanan
a. Penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi wajib
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penyimpanan prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi dilakukan secara
aman berdasarkan analisis risiko dari masing-masing fasilitas distribusi,
antara lain penyimpanan dilakukan pada satu area dan mudah diawasi oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi.
c. Memisahkan dan memberi status yang jelas terhadap Narkotika,
Psikotropika atau Prekursor Farmasi :
- Hasil penarikan kembali (recall);
- Kedaluwarsa;
- Rusak; dan
- Kembalian. sebelum dilakukan investigasi dan pemusnahan atau
dikembalikan ke pemasok.
D. Pemusnahan
a. Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan
disaksikan oleh petugas Dinkes Provinsi dan/ atau Balai Besar/Balai POM
setempat, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi.
b. Bila tempat pelaksanaan pemusnahan berbeda provinsi dengan lokasi
fasilitas distribusi, pengajuan permohonan saksi pemusnahan tetap
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM tempat
fasilitas distribusi berada dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan
atau Balai POM tempat pelaksanaan pemusnahan.
c. Bila pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga, maka pihak ketiga termasuk
bagian dari saksi selain pemilik Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dan saksi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM.
d. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Balai Besar/Balai POM tempat
fasilitas distribusi berada dan Balai Besar/Balai POM tempat pelaksanaan
pemusnahan dengan tembusan disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi
tempat fasilitas distribusi dan Dinas Kesehatan Provinsi tempat
pelaksanaan pemusnahan dengan melampirkan berita acara pemusnahan.
e. Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
- Nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi, jenis dan
kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa;
- Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
- Cara dan alasan pemusnahan;
- Nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
- Nama saksi-saksi.
E. Penyaluran
a. Dalam penyaluran harus memperhatikan tahap-tahap penerimaan pesanan,
pengemasan dan pengiriman.
b. Penerimaan pesanan
- Pada saat penerimaan pesanan, penanggung jawab fasilitas distribusi
wajib memeriksa hal-hal sebagai berikut:
1. Surat pesanan menggunakan format khusus yang telah ditentukan
dan terpisah dari produk lain
2. Keaslian surat pesanan, tidak dalam bentuk faksimili, fotokopi,
scan dokumen yang di print atau email
3. Kebenaran surat pesanan, meliputi: • nama dan alamat penanggung
jawab sarana pemesan; • nama, alamat dan nomor telepon fasilitas
distribusi; • nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk
angka dan huruf; • nomor surat pesanan; • nama, alamat dan izin
sarana pemesan • tanggal surat pesanan
4. Keabsahan surat pesanan, meliputi: • tanda tangan dan nama jelas
penanggung jawab • nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
penanggung jawab • stempel fasilitas distribusi atau sarana
pelayanan kefarmasian
- Penanggung jawab fasilitas distribusi harus memperhatikan kewajaran
jumlah dan frekuensi pesanan serta hal-hal lain yang berpotensi
terjadinya diversi.
- Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani harus segera
diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan Surat Penolakan
Pesanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
- Surat pesanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi yang
dapat dilayani, disahkan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi
dengan membubuhkan tanda tangan atau paraf atau sistem lain yang
dapat dipertanggungjawabkan.
c. Pengemasan
- Pengemasan untuk tujuan pengiriman narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi harus dilaksanakan setelah menerima surat pesanan
- Setiap pengeluaran narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
untuk dilakukan pengemasan harus dicatat dalam kartu stok dan
disahkan dengan paraf Kepala Gudang
- Sebelum dilakukan pengemasan narkotika, psikotropika atau prekursor
farmasi yang akan dikirim harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Kebenaran nama narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah
2. Nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan nama industri farmasi
3. Kondisi kemasan termasuk penandaan dan segel dari narkotika,
psikotropika atau prekursor farmasi
4. Kelengkapan dan keabsahan dokumen serta kebenaran tujuan
pengiriman
- Kepala gudang dan penanggung jawab fasilitas distribusi harus
memastikan bahwa pengemasan terhadap narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi yang akan dikirim telah dilakukan sesuai butir c
yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya faktur penjualan
dan/atau Surat Pengiriman Barang.
- Pengemasan harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya pencurian/penyalahgunaan selama proses pengiriman.
d. Pengiriman
- Setiap pengiriman narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi harus
disertai dan dilengkapi dengan dokumen pengiriman narkotika,
psikotropika atau prekursor farmasi yang sah, antara lain salinan surat
pesanan, surat jalan dan/atau surat pengantar/ pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan yang dikeluarkan oleh fasilitas distribusi
yang ditandatangani oleh kepala gudang dan penanggungjawab
fasilitas distribusi.
- Setiap pengiriman Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan obat harus disertai dan dilengkapi dengan
dokumen sebagaimana disebut pada huruf a) juga disertai dan
dilengkapi dengan fotokopi SPI dan fotokopi Certificate of Analysis
(CoA)
- Dokumen pengiriman harus terpisah dari dokumen lain.
- Fasilitas distribusi wajib bertanggung jawab terhadap pengiriman
narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi sampai diterima di
tempat pemesan oleh penanggung jawab sarana atau penanggung
jawab produksi, dibuktikan dengan telah ditandatanganinya surat
pengantar/pengiriman barang (nama, nomor SIPA, tanda tangan
penanggung jawab, tanggal penerimaan, dan stempel sarana).
- Penanggung jawab sarana adalah apoteker penanggung jawab di
fasilitas pelayanan kefarmasian atau di fasilitas distribusi tujuan
pengiriman. Apabila pada saat pengiriman tidak dapat diterima oleh
penanggung jawab, maka narkotika, psikotropika, atau prekursor
farmasi dapat diterima oleh apoteker lain yang memiliki SIPA di
fasilitas tersebut atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
SIPTTK di sarana tersebut, dan telah mendapat pendelegasian dari
apoteker penanggung jawab. Pendelegasian dapat dibuktikan dengan
dokumen pendelegasian.
- Dalam hal pengiriman dilakukan oleh pihak ketiga/ekspedisi maka
harus dilengkapi dokumen serah terima antara fasilitas distribusi
dengan pihak ketiga/ekspedisi, yang sekurang-kurangnya
mencantumkan nama dan alamat perusahaan ekspedisi serta tanda
tangan dan nama lengkap petugas ekspedisi yang melakukan serah
terima barang. Dokumen serah terima hendaklah tidak merinci
informasi sebagaimana tertera dalan salinan surat pesanan, surat
pengiriman barang atau faktur penjualan.
- Setiap narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi yang mengalami
kerusakan dalam pengiriman harus dicatat dalam bentuk berita acara
dan dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi
pengirim. Selanjutnya hal tersebut dilaporkan kepada Badan POM RI
dengan tembusan Balai Besar/Balai POM setempat.
- Setiap kehilangan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
selama pengiriman wajib dicatat dalam bentuk berita acara dan
dilaporkan segera kepada penanggung jawab fasilitas distribusi.
Selanjutnya hal tersebut segera dilaporkan kepada Badan POM RI
dengan tembusan Balai Besar / Balai POM setempat dilengkapi dengan
Berita Acara kehilangan narkotika, psikotropika dan/atau prekursor
farmasi, hasil investigasi internal yang dilakukan fasilitas distribusi,
dan bukti lapor kepolisian.
- Setiap pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
melalui impor harus memenuhi peraturan perundang-undangan.
- Setiap kegiatan impor narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi
harus dilengkapi dengan surat pesanan dan estimasi kebutuhan tahunan
dari industri farmasi pengguna.
- Narkotika, Psikotropika atau Prekursor Farmasi yang diimpor untuk
keperluan Industri farmasi pengguna akhir harus segera disalurkan
kepada Industri Farmasi tersebut selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah produk impor diterima.
- Setiap kegiatan ekspor narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi,
harus memenuhi peraturan perundang-undangan.
F. Pengembalian Obat
a. Keluhan
- Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan.
Harus dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan
obat dan keluhan yang berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang
kualitas obat dan/atau bahan obat harus diberitahukan sesegera
mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
- Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu
yang diperlukan untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.
- Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan.
- Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi
syarat harus dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk
mengidentifikasi asal atau alasan keluhan, termasuk penyelidikan
terhadap bets lainnya.
- Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan
diduga palsu harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai
dengan prosedur yang menjelaskan tentang tindakan yang harus
dilaksanakan.
- Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan
dilakukan trend analysis terhadap keluhan.
b. Obat dan/atau bahan obat kembalian
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan
obat dan/atau bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal
berikut:
1. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan
surat pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;
2. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dicatat dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang.
- Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian
sesuai dengan persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain.
Kedua belah pihak harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
proses pengembalian obat tidak memungkinkan masuknya obat
dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.
- Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat
yang bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu
yang diperlukan sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh
industri farmasi.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat
dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area
terkunci serta diberi label yang jelas sampai ada keputusan tindak
lanjut.
- Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat
dan/atau bahan obat tersebut harus dilakukan oleh personil yang
berwenang.
- Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara
lain jika:
1. obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan;
2. obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;
3. obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
penanggung jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan
berwenang;
4. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang
kebenaran asal-usul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas
obat dan/atau bahan obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau
bahan obat kembalian tersebut bukan obat dan/atau bahan obat
palsu.
- Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan
yang rendah tidak dapat dikembalikan.
- Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang
layak jual atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan
penanggung jawab dan terdokumentasi.
- Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat
kembalian harus dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan
dan persyaratan lainnya yang relevan.
- Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga sistem pengeluaran barang dapat dijamin
sesuai dengan FEFO.
c. Obat dan/atau bahan obat diduga palsu
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan
obat dan/atau bahan obat diduga palsu.
- Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat
diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi
dan/atau pemegang izin edar.
- Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang
terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas.
- Untuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus
dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak
lanjut dari instansi yang berwenang.
- Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu,
maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi
yang berwenang.
- Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi.
d. Penarikan Kembali obat dan/atau bahan obat
- Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan
obat yang ditarik kembali.
- Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertangggung
jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari
peredaran.
- Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara
terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.
- Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus
sesuai dengan persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.
- Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus
didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah
selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim
dan dikembalikan.
- Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan segera setelah
ada pemberitahuan.
- Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang
diharuskan oleh instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau
pemegang izin edar.
- Fasilitas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi
pelanggan (antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau
bahan obat (antara lain bets, jumlah yang dikirim).
- Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus
selalu tersedia pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang.
- Efektivitas pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus
dievaluasi secara berkala.
- Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan
ke industri farmasi dan/atau pemegang izin edar. Informasi tentang
penarikan obat dan/atau bahan obat harus disampaikan ke instansi
berwenang baik di pusat maupun daerah.
- Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan
obat dapat dilaksanakan.
- Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus
didokumentasikan oleh penanggung jawab sesuai dengan kewenangan
yang tercantum pada uraian tugas. Semua proses penanganan ini harus
terdokumentasi dengan baik
30. Mengenal profil industri farmasi tempat ber – PKPA (KK No.30)
Jawab :
A. Sejarah LAFIAL
Lafial berada di Jl. Bendungan Jatiluhur No.1 Jakarta Pusat. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Jl. Farmasi, Barat berbatasan dengan LADOKGI, Utara
berbatasan dengan SEKESAL Jakarta dan Timur berbatasan dengan Jl.
Bendungan Jatiluhur. Lafial dibangun pada tanah seluas 6500 m dengan luas
bangunan ± 2650 m.
a. Visi
- Sebagai lembaga kefarmasiaan matra laut yang profesional
b. Misi
- Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan dukungan
operasi dan latihan/kestu
- Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang matra laut
KATAUD
KBG PRODUKSI
Kasubag Produksi KBG WASTU KBG KBG MATKES
- Kasubag DIKLITBANG - Kasubag
Lab.Instrumen - Kasubag Diklat Renprod
- Kasubag - Kasubag - Kasubag Depo
Lab.Kimia Litbang - Kasubag
- Kasubag Lab. Dalharmat
Mikrobiologi (Teknik)
LAFIAL dipimpin oleh Kepala LAFIAL (KALAFIAL) yang dijabat oleh seorang
Apoteker dimana tugas dan kewajiannya enyelenggarakan pembinaan LAFIAL
serta mengendalikan unsur di bawahnya.
KATAUD (Kepala Tata Usaha dan Urusan Dalam) menjalankan tugas dan
kewajiban serta tanggungjawab langsung kepada pemimpin LAFIAL
Ada 4 bagian yang dibawahi KALAFIAL yaitu Kabag Produksi, Kabag Wastu
(Pengawasan Mutu), Kabag Diklitbang (Departemen Pendidikan, Penelitian dan
Pengembangan), dan Kabag Matkes (Material Kesehatan)
Bagian Produksi bertugas melakukan proses produksi hingga menghasilkan
produk jadi
Bagian Wastu (Pengawasan Mutu) yaitu bagian yang bertugas menyelenggarakan
pengawasan mutu dan pengujian mutu produk obat LAFIAL
Bagian Diklitbang bertugas menyelenggaraan penelitian dan pengembangan
terkait produk obat di LAFIAL
Bagian Matkes (Material Kesehatan) bertuga melakukan perencanaan produksi,
menyediakan bahan baku produksi dan pemeliharaan material kesehatan.
d. Bangunan
Berbentuk segi lima yang terdiri dari dua lantai
Memiliki 2 gedung terpisah antara gedung produksi dengan laboratorium
Ruang produksi berada pada 1 bangunan dengan gudang Bahan Baku, gudang
Pengemasan dan gudang Cairan.
Gudang Bahan Baku dilengkapi dengan alat Pass Box yang berfungsi untuk
menyalurkan atau mentransfer bahan baku ke ruang produksi.
Ruang produksi sediaan nonsteril merupakan kelas kategori E
Untuk Laboratorium merupakan sub bagian dari watu (pengawasan mutu) yang
terdiri dari Laboratorium Instrumen, Laboratorium Mikrobiolgi dan Laboratorium
Fisika Kimia.
e. Produksi
LAFIAL memproduksi obat untuk kebutuhan latihan angkatan laut dan operasi
militer seperti untuk perang, bakti sosial dan satgat.
LAFIAL dulunya memproduksi obat golongan betalaktam, namun sekarang sudah
tidak diproduksi lagi karena salah satunya ruangan yang tidak memungkinkan,
dimana ruang produksi nonbetalaktam harus terpisah dengan ruangan betalaktam,
sedangkan di LAFIAL ruang produksi nonbetalaktam dan betalaktam masih dalam
satu atap.
Obat yang diproduksi antara lain:
Proses Produksi
Bahan-bahan yang datang pertama kali harus melihat/mengecek bahan tersebut
serta melihat COA dari bahan tersebut. Setelah bahan sudah diperiksa maka akan
diluluskan dan disimpan pada gudang penyimpanan, label untuk bahan yang
diluluskan di tulis dengan label berwarna kuning. Untuk bahan-bahan yang tidak
lulus disimpan pada gudang reject atau dapat dikembalikan pada suplayer bahan
tersebut.
Bahan yang lulus semua dibuatkan surat perintah produksi (SPP), adapun alur
produksi sediaan tablet yaitu :
a. Barang yang telah melewati proses karantina, dimasukkan ke dalam ruang
produksi dengan melewati pintu fast box, kemudian ditimbang digudang
produksi (dilakukan oleh 2 personil)
b. Diserahkan dibagian produksi (dilakukan pencampuran)
c. Di lakukan pengujian kadar air (oleh IPC)
d. Dilakukan pencampuran dengan fase luar
e. Di cetak dan dilakukan pengujian keseragaman bobot, kekrasan, keregasan,
waktu hancur, disolusi dll (oleh IPC)
f. Dilakukan proses pengemasan primer (Uji kebocoran)
g. Dilakukan pengemasan sekunder dan tersier (Cek IPC)
h. Dikirim ke DISKESAL (Dinas Kesehatan Angkatan Laut)
i. Kemudian DISKESAL yang akan menyalurkan obat-obat tersebut.
‘LAFIAL telah memperoleh izin edar untuk 4 obat yaitu pada akhir tahun 2018
Paracetamol, tahun 2019 Ponstal, maret 2019 imodial dan baru-baru ini Ost-D (Nano
Emulsi Vitamin D).’
LAFIAL memiliki 3 gudang penyimpanan awal bahan ketika datang yaitu gudang
bahan baku, gudang pengemasan dan gudang cairan. Dimana ketiga gudang tersebut
dibawahi oleh bagian Matkes (Material Kesehatan)
1. Gudang Bahan Baku (Raw material).
Gudang ini berisikan bahan aktif dan bahan pendukung (eksipien), gudang ini
dilengkapi dengan AHU, AC dan selalu dinyalakan untuk menjaga suhu dalam
ruangan yaitu 26oC (suhu ruangan), alat pengukur suhu ruangan, alat pemadam
kebakaran, dan fast box yang berfungsi untuk memudahkan dalam pendistribusian
bahan baku ke ruangan produksi. Penyimpanan bahan baku disusun secara teratur dan
rapi berdasarkan alphabet dan secara FIFO serta disimpan dalam rak besi tidak
bersentuhan dengan lantai. Lama penyimpanan bahan baku sesuai dengan ED
(Expired Date) dari bahan baku, dan atau maksimal 5 tahun. Proses serah terima
bahan baku oleh petugas gudang yang nantinya bekerja sama dengan bagian Wastu
(QC) dan pemastian mutu (QA). Penerimaan bahan baku oleh personil gudang harus
memperhatikan dan melakukan pengecekkan tdengan melihat fisik dari bahan baku
(kemasan, jumlah, tanggal kadaluwarsa, no. bets, dan lot) serta dokumen terlampir
(faktur dan CoA) bahan baku. Setelah itu dilakukan karantina, dimana dalam gudang
sendiri terdapat area karantina, dimana penyimbanan bahan baku yang dikarantina
disimpan diatas pallet agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai yang dibatasi
oleh rantai besi berwarna kuning dan bahan baku diberi label berwarna kuning untuk
karantina yang ditempelkan oleh personil bagian wastu (QC). Kemudian bahan baku
disampling dengan menggunakan pola 1+√ n, lalu diperiksa mutunya sesuai dengan
spesifikasi yang tercntum dalam CoA (Certificate of Analysis). Setelah pengujian
selesai maka diberikan label hijau untuk bahan baku yang lulus dan memenuhi
persyaratan sedangkan label merah untuk bahan baku yang ditolak atau tidak
memenuhi persyaratan.
g. Pengolahan Limbah
Limbah di industri farmasi terdiri dari limbah padat, limbah cair, limbah udara,
dan limbah suara. Adapun limbah yang dihasilkan oleh Lafial ialah berupa limbah
padat dan limbah cair.
Limbah padat : berupa wadah atau kemasan bahan baku yang termasuk ke dalam
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dibuang di tempat sampah dan sisa pengolahan
limbah B3 harus diolah kembali di PPLI (Prasada Pamuna Limbah Industri). Untuk
limbah padat yang berupa debu yang dihasilkan dari proses produksi dikumpulkan
kedalam dust collector yang terdapat di ruang produksi, yang kemudian dibakar
dengan incenerator pada suhu 1000-15000oC selama + 4 jam. Sisa dari proses
pembakaran limbah padat tersebut yang berupa abu dapat ditanam atau langsung
dibuang. Untuk penanganan limbah padat dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut
Dr. Mintoharjo Jakarta.
Limbah cair di Lafial berasal dari limbah domestik dan limbah produksi Limbah
cair tersebut ditampung dalam bak penampungan flokulasi, kemudian dialirkan ke
dalam bak penampungan sedimentasi yang akan bergabung ke bak limbah domestik.
Kemudian di cek lagi dengan ditampung ke dalam bak yang berisi CaOCl, masuk ke
bak proses augmentasi, kemudian masuk ke bak flokulasi dan kemudian dialirkan ke
kolam pengendapan sedimentasi. Di kolam pengendapan tersebut limbah diberi arang
aktif untuk mengendapkan partikel-partikel. Selanjutnya air limbah tersebut dialirkan
ke kolam indikator yang berisi ikan mas. Apabila ikan mas tersebut tidak mati maka
aman hasil pengolahan air limbah tersebut dialirkan ke sungai. Apabila ikan mas
tersebut mati maka ada kesalahan dalam pengelolaannya air limbah tersebut.