Anda di halaman 1dari 9

Nama : Widiya Fitri

Nim : 1111180296
Kelas : 4G
Mata Kuliah : Hukum Perikatan dan Jaminan
Dosen Pengampu : Aris Suhadi, S.H., M.H.
Perihal : Ujian Akhir Semester

Soal!
1. Hukum Perkikatan dan Hukum Jaminan tidak bias dipisahkan, jelaskan dengan argumentasi
dasar hukumnya hubungan antara Hukum Perikatan dengan Hukum Jaminan ?
2. Dalam Hukum Perikatan sudah ada dasar aturan tentang jaminan umum yang harus diberikan
oleh debitur, guna menjadi pemenuhan perikatan yang diatur dalam pasal 1311 KUHperdata,
ternyata bagi debitur kepada kreditur, jaminan yang diatur dalam pasal 1311 KUHperdata belum
memadahi.jelaskan apa alasan hukumnya ketentuan pasal 1311 KUHperdata tersebut belum
aman bagi kreditur dan masih memerlukan jaminan khusus bagi pengembalian piutang kepada
kreditur ?
3. Hukum Jaminan penting dalam kehidupan dan perkembangan ekonomi dan pembangunan.
jelaskan dan berikan argumentasi contohnya ?
4. Jaminan kebendaan antara lain ada dikenal jaminan gadai, fidusia, hipotik, hak tanggungan.
jelaskan secara singkat dan padat persamaan dan perbedaan ke-empatnya?
5. Apa yang dimaksud dengan jaminan perorangan, jelaskan pengertian dan jenis perorangan?

Jawaban!
1. Hubungan perikatan dengan Jaminan

 Perikatan
Perikatan diatur dalam Burgerlijk Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) pada Buku III Pasal 1233 – Pasal 1864. Perikatan termasuk ke dalam
kelompok hukum perdata, yang mengatur hubungan hukum antara dua subyek hukum atau lebih
dalam lapangan harta kekayaan, dimana masing-masing pihak mempunyai kewajiban satu sama
lain untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Dalam
perikatan kewajiban-kewajiban tersebut dikenal dengan istilah prestasi, dan sebaliknya bagi
pihak yang tidak memenuhi kewajiban disebut dengan istilah wanprestasi.

 Jaminan
Hukum Jaminan adalah keseluruhan dari kaidah – kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan
jaminan untuk mendapatkan fasilitas/kredit. Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit
adalah Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan yang menyatakan bahwa : “Dalam memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan
yang diperjanjikan.” Karena yang diatur dalam jaminan umum Sistem jaminan kebendaan yang
tunduk pada Pasal 1131 KUH Perdata tersebut diistilahkan dengan Jaminan Umum. Sementara
itu ada jaminan khusus yakni penjaminan yang diatur di dalam undang-undang khusus seperti
fidusia dan hak tanggungan yang bersifat eksekutorial.

 Hubungan
Hubungan antara perikatan dengan jaminan sangat erat, dan tidak dapat dipisahkan.
Adanya hukum jaminan adanya tergantung kepada adanya perikatan pokok antara kreditor
dengan debitur. Dengan kata lain tidak ada hukum jaminan apabila tidak ada perikatan
sebelumnya yang mendahului sebagai perikatan pokok. Karena itu hukum jaminan tergantung
(assesoir) dengan adanya perikatan pokok.

Dalam positive law atau hukum positif yang berlaku di Indoensia, hukum jaminan
bertitik tolak kepada dasar hukumnya yang diatur dalam Burgelijek Wetboek, dalam Babke 9
Tentang Piutang piutang yang diistimewakan. Di dalam pasal 1131 KUHPerdata dinyatakan:
“Segala kebendaan di berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatan perorangan.”

Di dalam pasal tersebut mengandung 3 konsep, yaitu:

1. Segala kebendaan si berutang (debitur), baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada aupun yang baru akan ada dikemudian hari,
2. Menjadi tanggungan. Tanggungan artinya jaminan. Jaminan artinya dipertaruhkan
segalanya untuk pemenuhan suatu hubungan

3. Untuk segala perikatan perorangan. Perikatan perorangan sebagaimana kuliah


sebelumnya adalah merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih,
dimana satu pihak berhak (yang disebut kreditor) dan pihak lain berkewajiban. Sumber
timbulnya perikatan adalah perjanjian dan undang-undang. Bunyi ketentuan pasal 1131
KUHPerdata telah jelas dan terang kreditur telah memperoleh jaminan atas piutangnya,
atas seluruh harta kekayaan debitur, baik bergerak dan tidak bergerak, yang sudah atau
yang akan di kemudian hari.

2. Pasal 1311 KUHperdata tersebut belum aman bagi kreditur ?

 Jaminan Umum.
Pada dasarnya jaminan umum merupakan jaminan yang diberikan bagi kepentingan
semua kreditur dan menyangkut semua harta benda milik debitur, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1131 KUHPerdata, yaitu" segala harta/hak kebendaan si berhutang, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di masa
mendatang, menjadi tanggungan untuk semua perikatan perorangan".

Ketentuan pasal 1131 KUH Perdata merupakan salah satu ketentuan pokok dalam
hukum jaminan, yaitu mengatur tentang kedudukan harta pihak yang berutang (pihak peminjam)
atas perikatan utangnya. Berdasarkan ketentuan pasal 1131 KUH Perdata pihak pemberi
pinjaman akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari semua harta yang
bersangkutan, termasuk harta yang masih akan dimilikinya di kemudian hari. Pihak pemberi
pinjaman mempunyai hak untuk menuntut pelunasan utang dari harta yang akan diperoleh oleh
pihak peminjam di kemudian hari.

Ternyata ketentuan pasal 1131 KUHPerdata tersebut belum memberikan keamanan


kepada debitur atas piutangnya kepada debiur. Mengapa? Jawabannya ada dalam pasal 1132
KUHPerdata: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama sama bagi semua orang yang
mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda benda itu dibagi bagi menurut
keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing, kecuali apabila diantara
para berpiutang itu ada alasan alasan untuk didahulukan.”
Pasal 1132 KUHPerdata, mengandung 3 norma hukum, yaitu:
1. Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama sama bagi semua orang yang
mengutangkan padanya,
2. Pendapatan penjualan benda benda itu dibagi bagi menurut keseimbangan, Yaitu
menurut besar kecilnya piutang masing masing. Ini disebut dengan paripasu, bersaing,
konkuren
3. Kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan alasan untuk didahulukan. Hak
untuk didahulukan, ini bersumber pada ketentuan pasal 1133: hak untuk didahulukan di
antara orang orang berpiutang tang terbit dari hak istimewa dan, hak hipotik dan gadai.

Dengan demikian, jaminan umum ini kurang efektif dalam perspektif debitur karena
segala harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut
membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai jaminan dan terhadap
jaminan ini akan timbul masalah manakala seorang debitur memiliki lebih dari seorang kreditur
di mana masing-masing kreditur menginginkan haknya didahulukan. Maka dari itu diperlukan
nya jaminan khusus yang merupakan jaminan yang diberikan dengan penunjukan atau
penyerahan atas suatu benda/barang tertentu secara khusus, sebagai jaminan untuk melunasi
utang/kewajiban debitur, baik secara kebendaan maupun perorangan, yang hanya berlaku bagi
kreditur tertentu saja.

 Orang lebih memilih Jaminan Khusus karena :

a. Eksekusi benda jaminannya lebih mudah, sederhana dan cepat jika debitur melakukan
wanprestasi
b. Kreditur jaminan khusus didahulukan dibanding kereditur jaminan umum dalam
pemenuhan piutangnya.

3. Hukum Jaminan penting dalam kehidupan dan perkembangan ekonomi dan


pembangunan
Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional merupakan
salah satu upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai amanat Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Untuk melanjutkan pembangunan secara berkesinambungan, baik
pemerintah maupun masyarakat secara perorangan maupun badan hukum memerlukan dana yang
besar. Peningkatan aktivitas pembangunan berarti peningkatan kebutuhan akan kesediaan dana,
dan hal ini dapat dipenuhi melalui pinjam meminjam yang memanfaatkan jasa lembaga
keuangan perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

Dalam rangka pembangunan ekonomi indonesia, bidang hukum yang meminta perhatian
yang dalam pembinaan hukumnya diantaranya ialah lembaga jaminan. Yang mana pembinaan
terhadap bidang hukum jaminan disini merupakan konsekuensi logis dan merupakan perwujudan
tanggung jawab dari pembinaan hukum untuk mengimbangi lajunya kegiatan-kegiatan dalam
bidang perdagangan, perindustrian, perseroan, pengangkutan, dan kegiatan-kegiatan dalam
proyek pembangunan. Hukum Jaminan penting karna dalam hal perekonomian dan
pembangunan setelah adanya hukum perikatan pasti dibutuhkan adanya jaminan yang dalam hal
ini agar jika terjadi apa-apa terhadap penerima, jaminan bisa diminta pertanggungjawaban oleh
pemberi jaminan.

 Contoh Jaminan :

Bank Z memberikan kredit sebesar 2 Miliar rupiah kepada PT X berdasarkan perjanjian


kredit dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. Untuk menjamin atau menanggung pelunasan utang
PT X kepada Bank Z, Bank Z meminta kepada pihak ketiga yaitu Komisaris bernama A dan
Direktur bernama B untuk menjadi penjamin atau penanggung utang PT X. Kemudian Bank Z
mengadakan perjanjian penjaminan atau penanggungan utang dengan A dan B untuk menjamin
dan menanggung utang PT X jika PT X lalai membayar utangnya.

4. Apa saja persamaan dan perbedaan antara Hak Tanggungan, Hipotek, Fidusia Dan
Gadai?
Hak tanggungan, hipotek, fidusia dan gadai pada prinsipnya memiliki kesamaan sebagai
jaminan hutang. Ketiganya juga merupakan perjanjian assesoir atau perjanjian ikutan yang tidak
berdiri sendiri tetapi mengikuti perjanjian pokok yakni perjanjian hutang piutang. Namun
demikian terdapat perbedaan yang sangat mendasar di antara keempat jenis perjanjian jaminan
hutang tersebut. Berikut ini adalah ulasan lengkapnya.
a. Hak Tanggungan
Pada awalnya hak tanggungan dikenal sebagai hipotik atas tanah yang diatur dalam Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata. Kemudian ketentuan dalam KUHPerdata tersebut digantikan
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok – Pokok Agraria yang berlaku hingga
keluarnya Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.
Adapun yang dimaksud sebagai hak tanggungan adalah suatu hak kebendaan yang harus
dibuat dengan akta otentik dan didaftarkan serta bersifat assesoir dan eksekutorial, yang
diberikan oleh debitor kepada kreditor sebagai jaminan atas pembayaran hutang – hutangnya,
yang berobjekkan tanah dengan atau tanpa segala sesuatu yang ada di atas tanah tersebut, dengan
memberikan hak prioritas untuk mendapatkan pelunasan piutang terlebih dahulu daripada
kreditor lainnya. Dari pengertian tersebut kemudian dapat dirangkum beberapa hal tentang hak
tanggungan, yaitu sebagai berikut:
 Objek hak tanggungan adalah hak atas tanah, yakni berupa hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan dan hak pakai. Rumah atau bangunan yang ada di atas tanah juga
dapat dijadikan objek hak tanggungan;

 Merupakan hak kebendaan sehingga tetap mengikuti kemana pun objeknya dialihkan;

 Pemegang hak tanggungan berhak didahulukan untuk mendapatkan pelunasan hutang;

 Eksekusi dapat dilakukan baik secara “mendaku”/ mengakui sebagai ”aku punya”,
menjual secara bawah tangan, menjual dengan lelang sendiri atau melalui kantor lelang,
atau eksekusi dengan menggunakan jalur gugatan di pengadilan;

 Dibuat berdasarkan “Akta Pemberian Hak Tanggungan”, yang diterbitkan oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT).

b. Hipotik
Secara bahasa hipotik berasal dari bahasa Romawi, yakni “hypoteca”, yang berarti
pembebanan. Sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “onderzetting”.
Pengertian hipotik sendiri adalah hak kebendaan dan merupakan perjanjian assesoir dari
perjanjian hutang – piutang, yang merupakan jaminan atas hutang dimaksud dimana objeknya
adalah benda tidak bergerak yang penguasaanya tidak diserahkan kepada kreditor, dimana
kreditor atau pemegang hipotik tersebut memiliki hak preferensi untuk mendapatkan pelunasan
piutang.
Pada awalnya objek hipotik pada awalnya meliputi semua benda tidak bergerak, yakni
tanah dan kapal laut dengan kapasitas 20 meter kubik atau lebih sebagai diatur dalam
KUHPerdata. Namun saat ini hanya kapal laut saja yang dapat dijaminkan sebagai hak hipotik,
sedangkan tanah dijaminkan sebagai hak tanggungan berdasarkan Undang – Undang Nomor 4
Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

Antara hak tanggungan dan hak hipotik pada dasarnya memiliki kesamaan dalam hal
sebagai jaminan hutang, perjanjian assesoir, hak kebendaan, kreditor memiliki hak preferensi dan
harus dibuat berdasarkan akta, dimana untuk hipotik tentu saja dibuat dengan “akta hipotik”.
Eksekusi hipotik tidak dapat dilakukan dengan cara “mendaku” namun dapat dilakukan dengan
cara fiat eksekusi, yakni melalui penetapan pengadilan, secara parate eksekusi menjual tanpa
penetapan pengadilan di pelelangan umum atau dengan cara gugata ke pengadilan.

c. Fidusia
Fidusia diatur melalui Undang – Undang Nomor 42 Tahun 199 Tentang Fidusia. Fidusia
dalam bahasa Belanda disebut dengan “Fiduciare Eigendom Overdracht” atau dalam bahasa
Inggris “Fiduciary Transfer of Ownership”. Oleh karena istilah fidusia tersebut memiliki
persamaan arti dengan “Penyerahan Hak Milik Secara Kepercayaan”. Lengkapnya fidusia dapat
diartikan sebagai jaminan hutang yang bersifat kebendaan, baik hutang yang telah ada maupun
hutang yang akan ada, yang pada prinsipnya berobjekkan benda bergerak yang tidak dapat
dijaminkan dengan hipotik atau hak tanggungan dimana penguasaan dan penikamatan benda
yang dijaminkan tersebut diserahkan atau dikembalikan pada debitor berdasarkan kepercayaan.

Seperti halnya hak tanggungan dan hipotek, pembebanan fidusia harus berdasarkan akta
yakni “akta jaminan fidusia” yang dibuat oleh notaris. Hak preferensi juga diberikan bagi
pemegang fidusia. Dalam hal objek jaminan, hak tanggungan, hipotek dan fidusia memiliki
perbedaan, dimana objek fidusia berupa benda bergerak. Kemudian eksekusi jamian fidusia
dapat dilakukan baik secara bawah tangan maupun melalui gugatan di pengadilan.

d. Gadai
Pengertian gadai adalah suatu hak kebendaan yang bersifat assessoir, yang diberikan oleh
pemberi gadai (debitor) kepada pemegang gadai (kreditor) sebagai jaminan atas pembayaran
utang – utangnya, dengan menyerahkan benda objek gadai tersebut ke dalam kekuasaan
pemegang gadai, atau pihak ketiga yang disetujui kedua belah pihak, yang berobjekkan benda
bergerak, berwujud atau tidak berwujud, dengan memberikan hak kepada pihak yang menguasai
benda tersebut untuk memakai atau menikmati hasil dari benda dimaksud. Pemegang gadai juga
memiliki hak preferensi untuk pelunasan piutang.

Perbedaan pokok antara gadai dengan dengan hak tanggungan dan hipotik terletak pada
obyeknya, dimana obyek gadai harus berupa benda bergerak. Sementara perbedaannya dengan
fidusia meskipun keduanya berobjekkan benda tidak bergerak, namun pada benda jaminan
diserahkan kepada pemegang gadai atau kreditor berikut hak untuk memakai atau
memanfaatkannya.

Selanjutnya eksekusi gadai dapat dilakukan dengan cara menjual di pelelangan umum,
dengan cara “mendaku” dengan catatan atas persetujuan hakim atau kreditor hanya boleh
menahan objek gadai sebesar jumlah piutang yang belum dibayarkan, dengan cara eksekusi
bawah tangan, menjual dengan cara yang ditentukan oleh hakim atau eksekusi melalui bursa.
Kemudian perikatan gadai tidak harus berdasarkan akta atau surat autentik namun dapat dibuat
surat bawah tangan bahkan dengan cara lisan saja.

 Sebagaimana disebutkan di atas, benda debitur yang dijaminkan bisa berupa benda bergerak
maupun tidak bergerak.

Untuk benda bergerak dapat dijaminkan dengan gadai dan fidusia, sedangkan untuk benda tidak
bergerak khususnya tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dibebankan dengan
hak tanggungan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan atas Tanah beserta Benda, benda yang Berkaitan Dengan Tanah) dan untuk benda
tidak bergerak bukan tanah seperti kapal laut dengan bobot 20 m3 atau lebih dan pesawat
terbang serta helikopter dibebankan dengan hak hipotik.

5. Pengertian :
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata Borgtocht, dan ada juga yang menyebutkan
dengan istilah jaminan imateriil. Jaminan perorangan (Personal Guarantee) adalah jaminan
berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh pihak ketiga guna menjamin pemenuhan
kewajiban-kewajiban debitur kepada kreditur apabila debitur yang bersangkutan melakukan
wanprestasi. Dasar hukumnya Pasal 1820 KUHPerdata berbunyi: “Penanggungan ialah suatu
persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.”

 Jenis-jenis Jaminan Perorangan :


a. Perjanjian Penanggungan (Borgtocht)
Perjanjian Penaggungan ini diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUH
Perdata. Menurut ketentuan Pasal 1820 KUH Perdata, penanggungan ialah suatu persetujuan
dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.

b. Perjanjian Garansi
Pasal 1316 KUH Perdata amengatur tentang peranjian garansi, dimana pemberi garansi
menjamin bahwa seorang pihak ketiga akan berbuat sesuatu yang biasannya (tidak selalu)
berupa tindakan “menurut suatu perjanjian tertentu”. Seorang pemberi garansi mengikatkan
diri untuk memberi ganti rugi jika pihak ketiga yang menjamin tidak melakukan perbuatan
yang digaransinnya.

c. Perjanjian Tanggung Menanggung atau Tanggung Renteng


Menurut Pasal 1278 KUH Perdata, dalam perikatan tanggung menanggung atau tanggung
renteng salah satu pihak atau masing-masing pihak lebih dari satu orang. Dalam perikatan ini
dikenal adagium: “satu untuk seluruhnya atau seluruhnya untuk satu”.
Sebagai contoh dapat dikemukakan antara lain, Pasal 1749 KUH Perdata yang berbunyi: Jika
beberapa orang bersama-sama meminjam satu barang, maka mereka masing-masing wajib
bertanggung jawab atas keseluruhannya kepada pemberi pinjaman. Demikian pula Pasal
1836 KUH Perdata, menyatakan: jika beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai
penanggung untuk seorang debitur yang sama dan untuk utang yang sama, maka masing-
masing penanggung terikat untuk seluruh utang itu.

Anda mungkin juga menyukai