Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA DENGAN MATERI KENAMPAKAN


PERMUKAAN BUMI MELALUI METODE MAKE A MATCH
DI SD NEGERI 173575 SIMANOBAK KECAMATAN SILAEN
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2019

NAMA : PARIS NAPITUPULU


NIM : 837709549
EMAIL : parisnapit123@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi
kenampakan permukaan bumi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april tahun 2019
dengan dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 173575
Simanobak dengan jumlah 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan. Metode yang digunakan dalam perbaikan pembelajaran pada menelitian ini
adalah metode make a match melalui media gambar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khusunya pada materi Kenampakan
permukaan bumi mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada saat pra siklus 66,4 meningkat menjadi 76,4
pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,6. Data observasi yang
diperoleh sebelum diberikan tindakan perbaikan, siswa terlihat kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Setelah diberikan tindakan perbaikan, siswa terlihat aktif dan
antusias selama proses pembelajaran. Perbaikan pembelajaran ini dengan metode make a
match melalui media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Kata kunci : hasil belajar, make a match, media gambar

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah lebih rinci mengatur Sistem
Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 bab 1
yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan landasan yuridis tersebut pendidikan dapat dikatakan sebagai
usaha seorang manusia mengembangkan seluruh potensinya sebagai bekal untuk
bertahan hidup di masyarakat. Namun yang terjadi pada Satuan Pendidikan saat
ini terkadang bertolak belakang dengan landasan tersebut. Hal ini dibuktikan
masih terdapatkan penerapan proses pembelajaran di SD yang kurang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya sehingga potensi peserta didik
khusunya di SD belum dapat berkembang sepenuhnya .
Pendidikan formal jenjang Sekolah Dasar (SD) merupakan bekal awal
yang harus dimiliki seseorang untuk dapat melanjutkan ke sekolah lanjutan dan
perguruan tinggi. Pendidikan dasar hendaknya memiliki kualitas yang baik
sebagai modal awal seseorang. Pendidikan dasar yang memiliki kualitas tinggi
akan mewujudkan cita-cita pendidikan serta pendidikan tinggi yang berkualitas
pula. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan baik di pendidikan dasar maupun
pendidikan tinggi pemerintah senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan salah
satunya melalui evaluasi kurikulum.
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan pengamatan langsung pada
kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen mengenai pembelajaran
IPA yang berlangsung di kelas khususnya materi kenampakan permukaan bumi,

2
diperoleh keterangan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep. Hal ini disebaban karena kurangnya penggunaan metode
balajar serta pemanfaatan media dalam pembelajaran. Menurut beliau
pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru dan siswa tidak
dilibatkan secara langsung. Berdasarkan hasil penilaian materi kenampakan
permukaan bumi pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019, diperoleh data
rata-rata nilai kelas III hanya mencapai 64,4. Dari 25 siswa kelas III hanya 12
siswa yang lulus KKM atau sekitar 48% sementara siswa lainnya sebanyak 13
orang atau sekitar 52% belum lulus KKM.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap hasil belajar siswa
tersebut, maka perlu diadakannya tindakan perbaikan pembelajaran. Salah satunya
dengan menerapkan model pembelajaran inovatif. Kegiatan pembelajaran yang
selama ini dilakukan hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab dirasa
kurang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena
dengan metode tersebut siswa kurang berpartisipasi memperoleh pengetahuan.
Terutama pada penggunaan metode ceramah siswa cenderung cepat bosan.
Pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru tanpa adanya aktivitas yang membekas pada ingatan siswa. Maka
perlu adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan
model pembelajaran yang inovatif dan kooperatif sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar.
Metode pembelajaran make a match adalah salah satu jenis metode
pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran karena pada pembelajaran dengan model ini siswa dituntut untuk
menjawab soal yang diberikan guru dengan mencocokkan pasangan-pasangan dari
beberapa definisi, ciri-ciri atau manfaat dari materi pembahasan pembelajaran
yaitu tentang kenampakan permukaan bumi kedalam media gambar make a match
yang disediakan. Dengan kegiatan pembelajaran make a match ini diharapkan
siswa dapat berperan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan pemahaman serta hasil belajar.

3
Berdarsakan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran dengan mengangkat judul yaitu : Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Kelas III Pada Mata Pelajaran IPA dengan Materi Kenampakan
Permukaan Bumi Melalui Metode Make A Match di SD Negeri 173575
Simanobak Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2019.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan studi dokumen tentang nilai hasil belajar siswa serta dengan
pengamatan langsung, maka identifikasi masalah pada menelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan
Silaen Kabupaten Toba Samosir terhadap mata pelajaran IPA materi
kenampakan permukaan bumi masih rendah.
2. Guru kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen masih
menggunakan metode ceramah sehingga siswa sulit untuk memahami
materi yang diajarkan.
3. Guru kelas III SD Negeri 173575 Simanobak belum menggunakan media
untuk pembelajaran IPA dalam menjelaskan materi kenampakan
permukaan bumi, sehingga pemahaman siswa masih rendah.

2. Analisis Masalah
Adapun Analisisis Masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yaitu mengadakan perbaikan pembelajaran khususnya
Mata pelajaran IPA dengan Materi Kanampakan permukaan Bumi.
2. Mengumpulkan fakta, dokumen serta catatan-catatan atau hasil belajar
yang relevan yang berlaku.
3. Mempertimbangkan fakta dan menentukan tindak lanjut yang harus
diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan yang lain.
4. Mengambil tindakan dengan mempertimbangkan informasi tentang
keputusan yang akan diambil dan menentukan waktu yang tepat untuk
melaksanakan tindakan perbaikan.

4
5. Memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan untuk mengetahui apakah tujuan
perbaikan telah tercapai.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisis masalah di atas, peneliti merencanakan
alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
dengan cara :
1. Penerapan metode pembelajaran make a match untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Penerapan penggunaan media pembelajaran yaitu media gambar tentang
kenampakan permukaan bumi untuk meningkatkan pemahaman dan
antusiasme siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti membuat beberapa rumusan
masalah yaitu antara lain :
1. Bagaimana penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi kenampakan permukaan bumi pada siswa kelas III SD
Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen ?
2. Bagaimana penerapan media gambar make a match dapat meningkatkan
hasil belajar IPA materi kenampakan permukaan bumi pada siswa kelas III
SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Adapun tujuan perbaikan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA dengan materi
kenampakan permukaan bumi di kelas III SD Negeri 173575 Simanobak
Kecamatan Silaen.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran IPA materi
kemapakan permukaan bumi di SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan
Silaen.

5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Siswa
a) Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas III SD Negeri 173575
Simanobak Kecamatan Silaen.
b) Meningkatnya hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 173575
Simanobak Kecamatan Silaen khusus nya pada materi kenampakan
permukaan bumi.
2. Guru
a) Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru
dalam membelajarkan IPA dengan menggunakan metode make a
match di sekolahnya.
b) Meningkatnya performansi guru dalam mengelola pembelajaran IPA
pada materi kenampakan permukaan bumi dengan menggunakan
metode make a match.
3. Sekolah
a) Meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas III SD
Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen pada materi Pecahan.
b) Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil
penelitian yang dilakukan guru-guru lain.
4. Bagi Pengambil Kebijakan
a) hasil penelitian tentunya akan memberikan masukan yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kebijakan karena informasinya
actual.
b) Informasi yang diperoleh dari penelitian akan bermanfaat bagi
penentuan kebijakan sehingga daya dukung kebijakan tersebut cukup
kuat karena berupa data actual.

6
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2011: 86-90)
mencakup tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif
(cognittive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik
(psikomotorik domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual, yang mencakup kategori
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Ranah afektif
berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai, yang mencakup kategori
penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing),
pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by value
complex). Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf,
yang mencakup kategori persepsi (perception), kesiapan (set) gerakan
terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan
komplek (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas
(originality).
Menurut R. Gagne (1989) dalam buku Susanto. Teori belajar dan
pembelajaran di sekolah dasar (2013), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
(Hamalik 2003:71) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator
or strengthening of behaviour through experiencing). Menurut pengertian ini
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan merupakan suatu hasil atau
tujuan. Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4), belajar
dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Istilah hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai

7
hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan
lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Susanto (2013:5), yang
dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan Belajar
Guru Mengajar

Bahan Ajar

Proses belajar Perilaku


Tujuan
peningkatan
Pembelajaran
kemampuan
kognitif, afektif,
Psikomotorik
Hasil Belajar

Siswa

Gambar 2.1 Pola Hubungan belajar dengan hasil belajar

Bagan di atas menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran dirumuskan oleh


guru berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran
tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan
rumusan guru, siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam
proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran
guru di kelas dengan menggunakan bahan mengajar dari berbagai bidang studi di
sekolah. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, sebagai wujud
respon terhadap pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik. Perilaku siswa

8
merupakan hasil proses belajar, dan hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar.
B. Metode Pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodas” metha berarti melalui dan hodas berarti jalan
atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti suatu cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.5 Dalam bahasa arab metode dikenal dengan
istilah at thoriq (jalan atau cara).6 Metode adalah cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang
akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung. Metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran. Menurut Fathurrahman pupuh, seperti yang dikutip
Muhammad Rohman dan Sofan Amri, menjelaskan bahwa metode secara Harfiah
berarti cara dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode dalam rangka sistem pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu
strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan
suatu materi pembelajaran dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

C. Metode Make A Match


Menurut Rusman (2011: 202) Cooperative Learning merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. make a match (membuat

9
pasangan) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Jadi, model
Cooperative learning type make a match (membuat pasangan) adalah model
pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat,
siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat
poin (Rusman , 2011: 223). Pasangan-pasangannya yang sudah terbentuk wajib
menunjukan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan kelas. Model
pembelajaran tipe make a match ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Adapun langkah-langkah Cooperative learning tipe make a match adalah
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu berisi soal dan
bagian lainnya berisi jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya.
4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
5) Setelah satu babak, kartu dicocokan lagi agar setiap siswa mendapatkan
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6) Kesimpulan.
Adapun Kelebihan Cooperative learning type make a match adalah :
1) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan .
2) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih menarik
perhatian.
3) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar secara klasikal.
4) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
Sementara kekurangan Cooperative learning type make a match adalah sebagai
berikut:
1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

10
2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa bermain-main
dalam pembelajaran.
3) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadahi.
4) Pada kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana
maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang
tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganu ketenangan belajar
di kelas kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara.

D. Pembelajaran IPA di SD
Menurut Lord Bullock (dalam Garnida dan Budiman, 2002:6) IPA
merupakan suatu proses terbuka dan IPA dipandang sebagai studi yang banyak
berhubungan dengan manusia dan masyarakat, yaitu suatu studi yang memerlukan
imajinasi, perasaan, pengamatan dan juga analisis. Salirawati dalam bukunya ilmu
alamiah dasar (2008:21) mempertegas, Ilmu Pengetahuan Alam merupakansuatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan
cara yang lain. Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), yang dimaksudkan adalah:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dalam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep Ilmu
Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara Ilmu Pengetahuan
Alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.

11
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air,tanah dan batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya
dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya.
4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya (Garnida
dan Budiman, 2002:254).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA di SD hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak
dan dengan melibatkan siswa secara langsung.

E. Materi Kenampakan Permukaan Bumi


Pembelajaran IPA SD materi kenampakan permukaan bumi diajarkan pada
siswa kelas III semster dua. Materi ini terletak pada SK yaitumemahami
kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta
hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam serta KD
6.1 yang berbunyi mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan
dengan materi pokok kenampakan permukaan bumi yang di dalamnya terdapat
berbagai bentuk permukaan bumi (daratan dan sebaran air) dan bentuk bumi.
Selanjutnya materi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Bentuk Permukaan Bumi
Permukaan bumi tampak kasar, karena ada permukaan bumi yang rendah,
ada yang tinggi, dan ada pula yang tergenang dengan air. Adanya
perbedaan tinggi rendah permukaan bumi menunjukkan bahwa bumi tidak
rata. Perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi disebut relief bumi.

12
Pemandangan alam yang menunjukkan perbedaan ketinggian permukaan
bumi disebut bentang alam.
a. Daratan
Daratan adalah bagian permukaan bumi yang tidak digenangi air. Daratan
yang sangat luas disebut benua. Benua yang kita kenal ada 5 yaitu: Benua
Asia, Benua Australia, Benua Amerika, Benua Afrika, dan Benua Eropa.
Daratan yang lebih kecil dari benua disebut pulau. Daratan di Indonesia
terdiri dari pulau-pulau. Bentuk dari daratan ada gunung, bukit, lembah,
dataran, tanjung, padang rumput, dan padang pasir.
1. Gunung
Gunung adalah permukaan bumi yang paling tinggi dibandingkan
dengan daerah lainnya dan mempunyai puncak. Ada dua jenis gunung
yaitu, gunung berapi dan gunung mati. Pegunungan adalah beberapa
gunung yang saling berkesinambungan. Puncak tertinggi di dunia
adalah pegunungan Himalaya yang terdapat di Tibet, Nepal. Gunung
tertinggi di dunia adalah Gunung everest yang terdapat di pegunungan
Himalaya. Gunung Everest tingginya mencapai 8.863 meter.
2. Bukit
Bukit adalah permukaan bumi yang tinggi, tetapi lebih rendah dri
gunung. Perbukitan adalah daerah yang berbukit-bukit atau daerah
yang banyak bukitnya. Ketinggian perbukitan antara 200-300 meter.
3. Dataran
Dataran adalah daratan yang perbedaan ketinggiannya antara satu
daerah dengan daerah lainnya tidak nyata. Berasarkan ketinggiannya,
ada dua jenis dataran yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran
rendah adalah daratan yang datar dengan ketinggian antara 0-200
meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi adalah daratan yang datar
dengan ketinggian lebih dari 200 meter di atas permukaan laut.
4. Lembah
Lembah adalah daratan yang rendah, bahkan lebih rendah
daripada dataran. Lembah biasanya terdapat di kaki gunung dan kanan

13
kiri sungai. Lembah terbentuk akibat erosi. Lembah yang dalam dan
sempit serta curam dindingnya disebut jurang. Lembah yang dalam
dan luas di antara dua dindingnya yang curam disebut ngarai.
5. Padang Rumput
Padang rumput adalah hamparan daratan yang luas dan ditumbuhi
rumput.
6. Padang Pasir
Padang pasir adalah hamparan daratan yang sangat luas diliputi
pasir. Pasir-pasir itu disebut gurun. Daerah padang pasir berhawa
panas dan jarang ditumbuhi pohon. Hanya pohon-pohon tertentu yang
tumbuh di padang pasir, misalnya kaktus.
b. Perairan
Perairan adalah permukaan bumi yang tertutup air. Permukaan bumi
sebagian besar berupa perairan. Wilayah perairan terdiri dari sungai,
danau, dan lautan.
1. Sungai
Sungai adalah kumpulan air di daratan yang mengalir melalui jalur
yang panjang. Hulu sungai umumnya terdapat di daerah pegunungan
dan bermuara di laut.
2. Danau
Danau adalah cekungan di daratan yang luas dan tergenang air. Danau
biasanya dikelilingi oleh pegunungan.
3. Lautan
Lautan adalah bagian dari permukaan bumi yang berupa perairan yang
sangat luas. Wilayah lautan terdiri dari laut, samudra, selat, teluk,
palung, dan pantai.
(1) Laut adalah cekungan dalam yang berisi air. Laut merupakan
pusat berkumpulnya air yang mengalir dari seluruh daratan.
(2) Samudra adalah lautan yang sangat luas dan dalam.
(3) Selat adalah laut sempit di anatara pulau-pulau.
(4) Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke daratan.

14
(5) Palung adalah jurang yang curam dan dalam pada dasar laut.
(6) Pantai adalah batas antara daratan dan lautan.
c. Bentuk Permukaan Dasar Lautan
Bentuk permukaan laut dibedakan menjadi empat, yaitu: paparan,
cekungan, palung, dan gunung laut.
(1) Paparan adalah dasar laut yang terhampar di tepi benua. Kedalaman
paparan mencapai 200 meter.
(2) Cekungan adalah lembah laut yang kedalamannya mencapai 5000
meter.
(3) Palung adalah lembah laut yang sempit, dalam, dan dindingnya
curam.
(4) Gunung laut tidak pernah muncul ke permukaan laut.
2) Bentuk Bumi Bentuk bumi tidaklah datar, tetapi bentuknya bulat seperti
bola. Bumi tidak sepenuhnya bulat, tetapi agak pepat (rata). Bentuk bumi
bulat dengan sedikit menggembung di kutub-kutubnya. Pembuktian bahwa
bumi itu bulat, antara lain:
(1) Hasil pengamatan dari satelit buatan dan pesawat luar angkasa
menunjukkan bahwa bumi itu bulat.
(2) Waktu matahari terbenam, gunung yang tinggi dan awan masih
kelihatan terang.
(3) Kapal layar yang berlayar ke satu arah akan kembali ke tempat
semula.
(4) Kapal layar yang menuju pantai akan kelihatan bagian atas
(tiangnya) terlebih dahulu baru kemudian badan kapalnya.
Sabaliknya, bila kapal berangkat berlayar, bagian kapal yang hilang
dari pandangan adalah badan kapal, yang terakhir hilang adalah
tiangnya.

15
III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Adapun Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas III SD Negeri
173575 Simanobak Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun Pelajaran
2018/2019 yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan.

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Adapun Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 173575
Simanobak yang terletak di Desa Simanobak Kecamatan Silaen Kabupaten Toba
Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april Tahun 2019.
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian
No Tempat Waktu Kelas Siklus Mata
Pelaksanaan pelaksanaan Pelajaran
1 SDN 173575 Jumat, 12 III Pra Siklus IPA
Simanobak April 2019
2 SDN 173575 Kamis, 18 III Siklus I IPA
Simanobak April 2019
3 SDN 173575 Jumat, 26 III Siklus II IPA
Simanobak April 2019

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus atau lebih yang berguna
untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode make a
match dalam pemahaman materi kenampakan permukaan bumi. Bagan
perencanaan pelaksanaan perbaikan ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini :

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

16
Adapun model untuk masing-masing tahapan, pada model penelitian ini,
secara garis besar terdapat 4 tahapan yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Mengamatan
4. Refleksi

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses penelitian tindakan


ini adalah :
1. Melakukan observasi lingkungan sekolah serta merefleksikan diri tentang
rencana perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan bekerja sama dengan rekan
sejawat sesama guru kelas untuk menganalisa kurikulum tentang
penerapan metode make a match dalam proses mengajar mengajar.
3. Melakukan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode make a
match dengan menggunakan media gambar pada materi kenampakan
permukaan bumi dengan terlebih dahulu menjelaskan aturan-aturan yang
harus diikuti siswa agar tujuan pembelajaran ini dapat tercapai sesuai
harapan.
4. Setelah proses pembelajaran mengenal jenis-jenis kenampakan permukaan
bumi melalui metode make a match menggunakan media gambar, maka
siswa diberikan test dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar
siswa mengalami peningkatan atau tidak.
5. Melakukan refleksi dengan melihat hasil test belajar siswa yang dijadikan
sebagai dasar untuk melaksanakan siklus berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup sumber
data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan alat pengumpul data.
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

17
1) Siswa
Data yang akan diambil dari siswa berupa data aktivitas, dan hasil belajar.
Aktivitas belajar diukur melalui pengamatan oleh guru dengan
menggunakan lembar pengamatan. Sementara hasil belajar siswa akan
diukur menggunakan tes formatif pada akhir setiap siklus.
2) Guru (Peneliti)
Data yang akan diambil dari guru yaitu data performansi guru yang
meliputi penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran melalui
pengamatan selama pelaksanaan pembelajaran, dengan menggunakan
APKG, baik APKG I untuk menilai RPP maupun APKG II untuk menilai
pelaksanaan pembelajaran.
3) Dokumen
Data dokumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data nilai ulangan
harian siswa kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Tahun Pelajaran
2018/2019 pada Mata pelajaran IPA dengan Materi Kenampakan
permukaan Bumi dengan jumlah 25 siswa dan data nilai siswa kelas III SD
Negeri 173575 Simanobak tahun ajaran 2018/2019 pada mata pelajaran
IPA dengan Materi Kenampakan Permukaan Bumi dengan menggunakan
metode make a a match.

2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
1) Data Kualitatif
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa.
Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui lembar pengamatan yang
telah disusun. Data aktivitas belajar siswa dinilai dari beberapa aspek yaitu
perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas, keterlibatan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, kerjasama siswa dalam
berkelompok untuk memecahkan soal, keberanian siswa dalam
mempresentasikan hasil kerja.

18
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka. Data kuantitatif
yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu dari hasil tes
formatif siswa mengenai materi Pecahan pada siklus I dan siklus II.
3. Analisis Data
Berikut teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil
aktivitas belajar siswa dan data hasil belajar siswa.
1) Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Hasil test yang diperoleh siswa dipergunakan untuk mengetaui tingkat
ketuntasan belajar baik secara perorangan maupun secara klasikal. Untuk
mengetahui daya serap siswa secara perorangan digunakan rumus sebagai
berikut :
Skor yang diperoleh
DS = x 100 %
Skor maksimal

Keterangan :
DS = Daya serap

Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan siswa secara klasikal digunakan rumus :

X
K= x 100%
N

Keterangan :
K = ketuntasan belajar klasikal
X = jumlah siswa yang tuntas
N = jumlah seluruh siswa

2) Indikator Keberhasilan
Penerapan metode problem solving dikatakan berhasil jika aktivitas belajar
siswa dan hasil belajar siswa selama penelitian berlangsung telah memenuhi
indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Aktivitas Belajar Siswa
(1) Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat ≥ 75%.

19
(2) Keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas
≥75%.
(3) Kerjasama siswa pada saat kerja kelompok meningkat ≥ 75%.
(4) Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja meningkat ≥
75%.

2. Hasil Belajar Siswa


(1) Nilai rata-rata kelas ≥ 70 sesuai dengan KKM yang ditentukan oleh
sekolah.
(2) Persentase tuntas klasikal minimal 75% siswa yang memperoleh skor ≥
70.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan terdiri dari tahapan pra siklus, siklus I dan
Siklus II. Deskripsi hasil penelitian perbaikan pembelajaran pada pra siklus dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : III/II
Materi Pokok : Kenampakan Permukaan Bumi
Table 4.1 Nilai Siswa pada Pra Siklus

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Markus Panjaitan 60 Tidak Tuntas
2 Rendy Evander Simanjuntak 60 Tidak Tuntas
3 Aprilliano Simanjuntak 70 Tuntas
4 Gabriel T.A. Simarsoit 70 Tuntas
5 Helen Agustina Simanjuntak 70 Tuntas
6 Isyadiro. H. Simanjuntak 80 Tuntas
7 Indra Hiskia Pasaribu 80 Tuntas
8 Jupita. S. Tambun 80 Tuntas
9 Lisbet Permata Napitupulu 70 Tuntas
10 Laurenzia Veronika Romauli 80 Tuntas
11 Maruba Hatuaon Simanjuntak 70 Tuntas
12 Marista Dameria Simanjuntak 50 Tidak Tuntas

20
13 Meylani Citra Simanjuntak 50 Tidak Tuntas
14 Pally Subayu Simanjuntak 60 Tidak Tuntas
15 Ruth Heika Simanjuntak 80 Tuntas
16 Riska Rosanni Simanjuntak 80 Tuntas
17 Sara Elekta Simanjuntak 70 Tuntas
18 Sulastri Marpaung 30 Tidak Tuntas
19 Peronz Rey Hutahaean 70 Tuntas
20 Revalindo 80 Tuntas
21 Reyvan Pangaribuan 80 Tuntas
22 Viona Napitupulu 60 Tidak Tuntas
23 Rezky Nababan 40 Tidak Tuntas
24 Andewi Kristina Panjaitan 60 Tidak Tuntas
25 Kristian Lumban Tobing 60 Tidak Tuntas
JUMLAH NILAI 1660
NILAI RATA-RATA 66,4

Pada kegiatan pembelajaran pra siklus, terdapat sebanyak 10 siswa yang


tidak tuntas dalam KKM.
Deskripsi hasil penelitian perbaikan pembelajaran siklus I :
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : III/II
Materi Pokok : Kenampakan Permukaan Bumi
Tabel 4.2 Nilai Siswa pada Siklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Markus Panjaitan 70 Tuntas
2 Rendy Evander Simanjuntak 70 Tuntas
3 Aprilliano Simanjuntak 80 Tuntas
4 Gabriel T.A. Simarsoit 80 Tuntas
5 Helen Agustina Simanjuntak 80 Tuntas
6 Isyadiro. H. Simanjuntak 90 Tuntas
7 Indra Hiskia Pasaribu 90 Tuntas
8 Jupita. S. Tambun 90 Tuntas
9 Lisbet Permata Napitupulu 80 Tuntas
10 Laurenzia Veronika Romauli 80 Tuntas
11 Maruba Hatuaon Simanjuntak 80 Tuntas
12 Marista Dameria Simanjuntak 60 Tidak Tuntas
13 Meylani Citra Simanjuntak 70 Tuntas
14 Pally Subayu Simanjuntak 70 Tuntas
15 Ruth Heika Simanjuntak 100 Tuntas
16 Riska Rosanni Simanjuntak 80 Tuntas

21
17 Sara Elekta Simanjuntak 80 Tuntas
18 Sulastri Marpaung 50 Tidak Tuntas
19 Peronz Rey Hutahaean 80 Tuntas
20 Revalindo 80 Tuntas
21 Reyvan Pangaribuan 80 Tuntas
22 Viona Napitupulu 70 Tuntas
23 Rezky Nababan 60 Tidak Tuntas
24 Andewi Kristina Panjaitan 70 Tuntas
25 Kristian Lumban Tobing 70 Tuntas
JUMLAH NILAI 1910
NILAI RATA-RATA 76,4

Pada Siklus I ini nilai rata-rata baik secara klasikal maupun individu
mengalami kenaikan yang signifikan. Akan tetapi masih terdapat 3 orang
siswa yang belum dapat mengikuti pembelajaran IPA dengn materi
kenampakan permukaan bumi dibuktikan dengan nilai siswa tersebut yang
belum tuntas.

Deskripsi hasil penelitian perbaikan pembelajaran siklus II :


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : III/II
Materi Pokok : Kenampakan Permukaan Bumi

Tabel 4.3 Nilai Siswa pada Siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Markus Panjaitan 80 Tuntas
2 Rendy Evander Simanjuntak 80 Tuntas
3 Aprilliano Simanjuntak 90 Tuntas
4 Gabriel T.A. Simarsoit 90 Tuntas
5 Helen Agustina Simanjuntak 90 Tuntas
6 Isyadiro. H. Simanjuntak 90 Tuntas
7 Indra Hiskia Pasaribu 90 Tuntas
8 Jupita. S. Tambun 90 Tuntas
9 Lisbet Permata Napitupulu 80 Tuntas
10 Laurenzia Veronika Romauli 80 Tuntas
11 Maruba Hatuaon Simanjuntak 90 Tuntas
12 Marista Dameria Simanjuntak 70 Tuntas
13 Meylani Citra Simanjuntak 80 Tuntas
14 Pally Subayu Simanjuntak 80 Tuntas
15 Ruth Heika Simanjuntak 100 Tuntas

22
16 Riska Rosanni Simanjuntak 100 Tuntas
17 Sara Elekta Simanjuntak 90 Tuntas
18 Sulastri Marpaung 70 Tuntas
19 Peronz Rey Hutahaean 80 Tuntas
20 Revalindo 90 Tuntas
21 Reyvan Pangaribuan 90 Tuntas
22 Viona Napitupulu 80 Tuntas
23 Rezky Nababan 70 Tuntas
24 Andewi Kristina Panjaitan 70 Tuntas
25 Kristian Lumban Tobing 70 Tuntas
JUMLAH NILAI 2090
NILAI RATA-RATA 83,6

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan


materi Kenampakan permukaan Bumi, siswa dapat lebih memahami pembelejaran
tersebut dengan dibuktikan tingkat kelulusan klasikal yang sudah mencapai 100
persen. Data perkembangan pemahaman siswa dapat dilihat pada tapahapan siklus
berikut ini :

25 Pra Siklus
Tidak Tuntas; 20
20
Tuntas; 15
15

10

0
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.1 Diagram ketuntasan pra siklus

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan secara klasikal


pada pra siklus hanya mencapai 43 persen dari keselururuhan 100 persen.

23
25 Tuntas; 22 Siklus I
20
15
10
5 Tidak Tuntas; 3
0
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.2 Ketuntasan Siklus I

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada Mata pelajaran IPA dengan


materi kenampakan permukaan bumi, maka ketuntasan nilai siswa kelas III kini
mencapai 88 persen dari 100 persen. Artinya ada peningkatan yang sangat
signifikan dari pra siklus ke siklus I. akan tetapi masih terdapat 12 persen lagi
siswa yang belum dapat tuntas.

120
Tuntas; 100 Siklus II
100
80
60
40
20
Tidak Tuntas; 0
0
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.3 Ketuntasan Siklus II

Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I melagalami peningkatan dari


88 persen menjadi 100 persen pada siklus II.

Tabel 4.4 Hasil pembelajaran pra siklus

Interval Nilai Jumlah Siswa % % >=70


11 – 20 0 0 43 %
21 – 30 1 4
31 – 40 1 4
41 – 50 2 8
51 – 60 2 24
61 – 70 7 28
71 – 80 8 32

24
81 – 90 0
90 – 100 0
Jumlah Siswa 25 100

Tabel 4.5 Hasil pembelajaran Siklus I

Interval Nilai Jumlah Siswa % % >=70


11 – 20 0 0
21 – 30 0 0
31 – 40 0 0
41 – 50 1 4
51 – 60 2 8
88%
61 – 70 7 28
71 – 80 11 44
81 – 90 3 12
90 – 100 100 4
Jumlah Siswa 25 100

Tabel 4.6 Hasil Pembelajaran Siklus II

Interval Nilai Jumlah Siswa % % >=70


11 – 20 0 0
21 – 30 0 0
31 – 40 0 0
41 – 50 0 0
51 – 60 0 0
100%
61 – 70 5 20
71 – 80 8 32
81 – 90 10 40
90 – 100 2 8
Jumlah Siswa 25 100

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Bersasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA


pada Pra Siklus yaitu pada masalah-masalah yang belum dimengerti siswa
mengenai bentuk-bentuk dan cirri-ciri kenampakan permukaan bumi baik yang
ada di darat maupun di perairan, siswa masih kurang mampu dalam memahami
pembelajaran dibuktikan dengan perolehan nilai kentuntasan yang masih hanya 43
persen.

25
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.4 Grafik kenaikan persentase nilai per siklus

Adapun pada siklus I pada mata pelajaran IPA ini, yaitu tanya jawab antar
siswa dan guru dengan memperlihatkan media gambar mengenai bentuk-bentuk
kemapakan permukaan bumi dan ciri-ciri serta manfaan kenampakan permukaan
bumi yang ada di darat dan perairan. Siswa aktif dalam proses belajar dan aktif
menanggapi media gambar yang dipaparkan. Hal ini dapat membuat dilihat dari
perolehan nilai siswa yang semkin meningkat dengan niali rata-rata 76,4 atau
dengan nilai persentase kelulusan sebesar 88 %.
Pada Siklus II, yaitu tanya jawab dari siswa ke guru tentang materi yang
belum dimengerti siswa dan mengemukakan pendapat dari materi tersebut serta
media gambar yang dipaparkan yaitu tentang bentuk-bentuk permasalahan sosial
yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai
siswa yang meningkat dengan nilai ra-rata 83,6 dan dengan ketuntasan persentase
sebesar 100%.
Hal-hal ditemukan dari data yang diperoleh nilai mata pelajaran IPA telah
terjadi perbaikan-perbaikan nilai yang ditunjukkan dengan kemauan siswa yang
ditunjukkan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi dan bertambahnya jumlah
siswa yang mendapat nilai baik yang terlihat dari siklus demi siklus yang telah
dilakukan.

26
V. KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilaksanakan, peneliti mengambil simpulan bahwa penerapan metode problem
make a match pada mata pelajaran IPA materi Kenampakan Permukaan Bumi di
kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen Kabupaten Toba
Samosir terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut ringkasan hasil
penelitian yang meliputi hasil belajar siswa :
1. Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode make a match
pada pembelajaran IPA dengan materi kenampakan permukaan bumi di
kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini sejalan
dengan peningkatan aktivitas belajar siswa. Peningkatan tersebut terbukti
dari perolehan nilai hasil belajar siswa yang semakin meningkat dari siklus
I ke siklus II.
2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan penggunaan media
gambar pada pembelajaran IPA dengan materi kenampakan permukaan
bumi di kelas III SD Negeri 173575 Simanobak Kecamatan Silaen juga
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan
dengan minat belajar siswa yang semakin meningkat. Peningkatan tersebut
juga dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata hasil angket yang telah
diberikan kepada siswa.

B. Saran Tindak Lanjut


Dari pelaksanaan penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada guru
dan sekolah, agar terjadi peningkatan aktivitas belajar serta hasil belajar siswa
yang lebih baik dalam pembelajaran selanjutnya. Saran yang dapat peneliti
berikan berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran dalam setiap
pembelajaran khusunya mata pelajaran IPA. Salah satu metode yang dapat

27
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tersebut yaitu metode
make a match. Dalam hal ini guru hendaknya mempersiapkan dengan baik
media atau alat peraga, dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Selain itu, guru hendaknya
terus memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran sehingga siswa benar-benar mengalami proses
belajarnya dengan baik.
2. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dapat menerapkan metode make a match sebagai
alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran di sekolah. Sekolah juga diharapkan dapat menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar
pembelajaran berjalan dengan baik. Karena dalam hal ini metode make a
match ini membutuhkan sarana dan prasarana, media pembelajaran, serta
fasilitas belajar yang mendukung.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Saiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Garnida & Budiman. 2002. Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran Pendidikan
IPA Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Kemenag RI.

Kurnia, Ingridwati dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Rifa‟i RC, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES Press.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

28
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka Press.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES PRESS.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2013. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi (edisi revisi).


Yogyakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : BumiAksara.

Usman. 1993. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Susanto, Ahmad. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta : Kencana Prenada Media Group

29

Anda mungkin juga menyukai