Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah : Patologi

Dosen : Apt. Safaruddin Amin, M.,Si

INTERAKSI HEREDITAS DAN LINGKUNGAN


TERHADAP PENYAKIT

NAMA : INDAH PERMATA SARI


NIM : D1B120190
KELAS : 03 ALIH JENJANG
ANGKATAN : 2020

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “Interaksi

Hereditas Dan Lingkungan Terhadap Penyakit”

.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah yang telah

memberikan ilmu serta bimbingan khususnya mata kuliah Patologi.

Penulis menyadari bahwa pada penyusunan makalah ini masih memiliki

kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan

untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 27 Mei 2021

Indah Permata Sari


DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Untuk Gangguan Genetik

B. Farmakogenetik

C. Proyek Genom Manusia

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan dengan terapi gen dimulai dengan berhasilnya para ahli

melakukan sekuensi dan cloning gen pada tahun l980-an Pengobatan yang

berbasis pada terapi gen diyakini memiliki banyak keuntungan yang tidak

dimiliki oleh pengobatan konvensional. Adapun keuntungan tersebut secara

umum berupa efisiensi terapi yang tinggi, mengingat terapi gen bekerja dengan

selektif pada gen penyebab terjadinya penyakit. Selain itu terapi gen juga

memberikan harapan untuk perbaikan beberapa penyakit yang sangat sulit

diatasi pada pengobatan konvensional. Adanya keuntungan-keuntungan

tersebut menyebabkan perusahaan farmasi mengharapkan terapi gen ini

dijadikan dalam bentuk sediaan obat (Dedy Syahrizal, 2008).

Namun, seperti halnya metode pongobatan pada umumnya, terapi gen

juga memiliki beberapa kelemahan. Hal ini disebabkan oleh sistem genetik dari

manusia yang sangat komplek sehingga terapi gen masih sering diperdebatkan

dalam pengunaannya sebagai modalitas dalam mengatasi penyakit. Selain itu,

terapi gen juga memerlukan biaya yang cukup besar dalam pelakanaanya.

Untuk itu sampai sekarang masih dilakukan penelitian pengembangan agar

metode terapi ini dapat diterapkan secara luas dalam masyarakat (Dedy

Syahrizal, 2008).
Terapi gen adalah satu teknik untuk memperbaiki gen yang rusak

dengan tujuan untuk pengobatan. Gen merupakan unit dasar fisis dan

fungsional yang diwariskan dan berada dalam kromosom inti sel. Gen terdiri

atas rantai pasangan basa yang mengkode instruksi perakitan berbagai protein.

Ketika terjadi perubahan gen, protein yang dikode akan berubah dan tidak

dapat berfungsi secara normal sehingga terjadi penyakit genetik (Tanonjo dan

Satya, 2012).

B. Rumusan Masalah

1. Bagiamana Terapi Untuk Gangguan Genetik ?

2. Apa itu Farmakogenetik ?

3. Bagaimana Proyek Genom Manusia ?

C. Tujuan

1. Utuk mengetahui Terapi Untuk Gangguan Genetik

2. Utuk mengetahui apa itu Farmakogenetik

3. Utuk mengetahui Proyek Genom Manusia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Untuk Gangguan Genetik

Gen merupakan unit dasar fungsional dari herediter. Gen adalah

sekuensi spesifik yang menyandi instruksi dalam mensintesa protein. Meskipun

gen mendapatkan banyak perhatian, namun pada dasarnya proteinlah yang

bertanggung jawab dalam kebanyakan fungsi kehidupan dm pembentukan

struktur selular. Ketika teiadi kerusakan pada gen, maka protein tidak akan

mampu menampilkan fimgsi normal akibat adanya genetik disorders (Dedy

Syahrizal, 2008).

Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang

bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Selama ini pendekatan terapi gen

yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang

mengalami ketidaknormalan. Pendekatan lain adalah melenyapkan gen

abnormal dengan gen normal dengan melakukan rekombinasi homolog.

Pendekatan ketiga adalah mereparasi gen abormal dengan cara mutasi balik

selektif, sedernikian rupa sehingga akan mengembalikan fungsi normal gen

tersebut. Selain pendekatan-pendekatan tersebut, ada pendekatan lain untuk

terapi gen yaitu mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut (Dedy

Syahrizal, 2008).

Terapi gen adalah satu teknik untuk memperbaiki gen yang rusak

dengan tujuan untuk pengobatan. Gen merupakan unit dasar fisis dan
fungsional yang diwariskan dan berada dalam kromosom inti sel. Gen terdiri

atas rantai pasangan basa yang mengkode instruksi perakitan berbagai protein.

Ketika terjadi perubahan gen, protein yang dikode akan berubah dan tidak

dapat berfungsi secara normal sehingga terjadi penyakit genetik (Tanonjo dan

Satya, 2012).

Tipe terapi gen

Terdapat dua bentuk terapi gen yaitu :

1. Terapi gen sel somatik

Merupakan bentuk terapi gen yang paling umum dilakukan di

dunia. Hal ini meliputi "memperkenalkan" sebuah gen yang baik kedalam

target sel sebagai hasil akhrir terapinya. Tetapi hasil terapi ini tidak dapat

diharapkan bertahan seterusnya bagi ketuunan penderita. Hal ini

disebabkan gen yang telah diterapi tidak dapat diturunkan. Dengan kata

lain meskipun gen penyebab penyakit telah berhasil ditangani, namun

proses penyakit masih sangat mungkin terjadi pada keturunan penderita.

Terapi gen somatik secara umurn dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu

(ex vivo) sel dimodifikasi di luar tubuh kemudian ditransplantasikan

kembali ke dalam tubuh dan (in vivo) dimana proses terapi berlangsung di

dalam tubuh.

2. Terapi gen sel germinal


Meliputi modifikasi gen pada sel telur dan sperma. Bentuk terapi

ini diperkirakan dapat dipertahankan sepanjang garis keturunan. Pada

percobaan yang telah dilakukan, para ahli memasukkan fragmen DNA ke

dalam sel telur tikus yang telah difertilisasi. Tikus dapat tumbuh dewasa

dan keturunannya juga memiliki gen yang serupa. Para ahli menemukan

bahwa problem dalam pertumbuhan dan fertilitas dapat dikoreksi dengan

bentuk terapi gen ini. Hal ini membuat mereka berpikir bahwa hal yang

sama dapat juga diterapkan pada manusia. Meskipun bentuk terapi ini

sangat potensial dalam mencegah penyakit keturunan, namun masih

banyak terdapat kontroversi mengenai bentuk terapi ini. Ditambah lagi

sampai sekarang masih sangat sedikit penelitian di bidang ini, karena

alasan segi teknik maupun etikal (Dedy Syahrizal, 2008).

Transfer Gen

Keberhasilan terapi gen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

terutama efisiensi transfer dan ekspresi gen pada sel target. Transfer gen

fungsional ke dalam sel target dalam terapi gen memerlukan vektor yang

kompeten dan dapat membawa gen target dengan baik. Gen normal akan

disisipkan ke dalam genom organisme untuk menggantikan gen abnormal yang

menyebabkan penyakit. Menurut Misra (2013), tahapan penyisipan gen

merupakan yang paling sulit dalam keseluruhan tahapan terapi gen karena pada

tahapan ini menentukan keberhasilan terapi gen itu sendiri. Vektor yang akan

digunakan untuk penyisipan gen pada terapi gen harus memenuhi beberapa
karakteristik, yaitu memiliki spesifitas yang tinggi, mampu secara efisien

menyisipkan satu atau lebih gen dengan ukuran tertentu, tidak dikenali oleh

sistem imun tubuh penderita, dan dapat dipurifikasi dalam jumlah yang besar.

Vektor pembawa gen target harus tidak dikenali oleh sistem tubuh penderita

sehingga tidak akan menimbulkan reaksi alergi ataupun inflamasi. Penyisipan

gen target via vektor tersebut harus aman bagi penderita dan lingkungan.

Vektor penyisipan gen juga harus mampu untuk memfasilitasi ekspresi gen

target sepanjang terapi tersebut dibutuhkan, bahkan sepanjang umur penderita.

Penyisipan gen pada terapi gen umumnya menggunakan vektor berupa

virus (viral vector) maupun senyawa atau molekul selain virus (non viral

vector). Transfer gen pada terapi gen dengan menggunakan vektor berupa virus

disebut sebagai transduksi sedangkan transfer dengan vektor selain virus

disebut sebagai transfeksi. Vektor yang ideal sebaiknya mampu mengantarkan

gen ke tipe sel spesifik, mengakomodasi gen asing untuk menyesuaikan

ukurannya, mencapai level dan durasi ekspresi transgenik yang mampu

memperbaiki kerusakan atau ketidaknormalan gen, serta bersifat aman dan

nonimunogenik (Dyah Ayu Widyastuti, 2017).

B. Farmakogenetik

Farmakogenetik mempelajari mengenai hubungan antara konstitusi

genetis (variasi gen-gen) pasien dengan responnya terhadap suatu obat.

Farmakogenetik berhubungan dengan reaksi pasien terhadap suatu obat

berdasarkan sifat-sifat genetiknya. Dengan demikian, atas dasar profil


genetiknya dapat dipilih obat yang optimal bagi pasien individual sehingga

terapi menjadi lebih efektif dan aman. Farmakogenetik juga akan lebih

memudahkan dan mempercepat penemuan obat-obat baru (Tjay Tan Hoan dan

Kirana Rahardja, 2007).

Istilah Farmakogenetik sudah dilansir pada tahun 1957, tetapi risetnya

yaitu bagaimana gen-gen dapat mempengaruhi khasiat dan efek samping obat

belum membuahkan solusi, yaitu dalam usaha menghubungkan data dari

variasi individual terhadap reaksi suatu obat. Setelah tahun 2002 para ilmuwan

berhasil menguraikan teori genom manusia, yaitu keseluruhan gen yang

terdapat dalam DNA intsel, riset farmakogenetik mulai berkembang pesat.

Genom manusia ternyata terdiri dari 25.000 gen yang sama, tetapi masing-

masing memiliki kelainan kecil yang spesifik (genetic fingerprint) (Tjay Tan

Hoan dan Kirana Rahardja, 2007).

Respon manusia terhadap obat akan bervariasi dari satu individu ke

individu lain yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor obat itu

sendiri maupun dari faktor individu. Farmakogenetik merupakan salah satu

bidang dalam farmakologi klinik yang khusus mempelajari variasi (keragaman

dan keanekaragaman) respon terhadap obat yang dipengaruhi atau disebabkan

oleh faktor genetik (Rio Rahardjo, 2008).

Obat tertentu, seperti isoniazid dan daspon, dapat memberikan respon

besar yang bervariasi karena perbedaan genetik. Pada beberapa individu, obat

tersebut dapat memberikan efek yang kuat sehingga timbul efek samping
ataupun efek toksik. Sebaliknya, pada individu lain, obat tersebut akan

memberikan respon yang kecil atau tidak memberikan efek yang kuat sehingga

terapi obat gagal. Ilmu yang mempelajari peranan faktor genetik (herediter)

termasuk dalam farmakologi klinik disebut sebagai farmakogenetik (Rio

Rahardjo, 2008).

Tujuan utama studi farmakogenetik ialah untuk mengidentifikasi respon

terhadap obat yang berbeda-beda, mencari penyebabnya pada tingkat molekuler

dan mengembangkan cara-cara sederhana untuk mengenali individu yang

memberikan respon yang berbeda yang dapat mengakibatkan pengaruh buruk

pada individu tersebut, misalnya bertambahnya efek samping, efek toksik, atau

efek obat yang lemah. Dengan mengenali individu tersebut, dapat dilakukan

pencegahan agar pengaruh buruk tersebut tidak terjadi (misalnya dengan

menyesuaikan besar dosis atau dengan menghindari pemakaian obat tertentu

pada individu tertentu). Studi farmakogenetik juga ditujukan untuk

mempelajari perbedaan antara kelompok etnik dalam hal pengaruh respon

terhadap obat, yang mungkin karena adanya perbedaan dalam frekuensi gen

yang ada dalam populasi dari tiap-tiap kelompok etnik tersebut (Rio Rahardjo,

2008).

C. Proyek Genom Manusia

Setiap genom memiliki semua informasi yang diperlukan organisme

untuk tumbuh, berkembang, dan mengatur seluruh aktivitas tubuhnya. Proyek

Genom Manusia memiliki target utama untuk mengetahui rangkaian atau


sekuen lengkap gen manusia, fungsi masing-masing gen, dan inisiasi genom

struktural sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia kesehatan. Proyek mulai

dipublikasikan pada tahun 2001, namun ilmuwan kembali mempublikasikan

bahwa Proyek Genom Manusia telah berhasil mendapatkan sekuen keseluruhan

gen manusia di tahun 2003 (Dyah Ayu Widyastuti, 2017).

Terselesaikannya Proyek Genom Manusia membuka kesempatan dalam

identifikasi adanya keabnormalan urutan gen yang mungkin terjadi. Genom

manusia memiliki 23 pasang kromosom termasuk 2 kromosom kelamin

sehingga apabila terdapat kesalahan urutan genom tersebut, dapat

mengakibatkan terjadinya penyakit atau ketidaknormalan dalam tubuh. Dengan

diketahuinya urutan genom pada manusia, maka adanya kesalahan dalam

urutannya akan lebih mudah diidentifikasi. Salah satu keuntungan diketahuinya

urutan genom manusia adalah dapat mengidentifikasi adanya kelainan-kelainan

genetik yang mengakibatkan adanya penyakit genetik. Penyakit akibat kelainan

genetik dapat diturunkan apabila kelainan tersebut terjadi pada kromosom

kelamin. Namun, apabila kelainan terjadi pada kromosom tubuh maka tidak

akan diturunkan ke generasi selanjutnya. Adanya kelainan genetik tersebut,

sistem dan fungsi tubuh manusia akan terganggu dan berbeda dari normalnya.

Selain itu, dengan terselesaikannya (Dyah Ayu Widyastuti, 2017).

Proyek Genom Manusia juga memungkinkan peneliti untuk

mengidentifikasi adanya gen yang terkait fungsi tertentu sehingga ketika terjadi

kesalahan fungsi dapat lebih mudah dicari solusinya. Perkembangan-


perkembangan dalam bidang biologi molekuler mendukung pula

perkembangan di bidang bioteknologi yang nantinya dapat dimanfaatkan

manusia dalam berbagai bidang kehidupan termasuk kesehatan. Proyek genom

manusia memicu penelitian-penelitian lanjutan dalam bidang biologi molekuler

dan bioteknologi modern. Pemetaan genom manusia serta karyotyping

memungkinkan adanya rekayasa gen-gen tertentu demi menghasilkan ekspresi

gen yang diharapkan. Rekayasa genetika merupakan suatu sistem modifikasi

genetik pada genom organisme menggunakan metode-metode dalam

bioteknologi. Rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya manipulasi gen-

gen sehingga ekspresi gen dapat dikontrol dan produknya dapat dimanfaatkan

untuk tujuan tertentu Teknik ini sudah banyak dimanfaatkan untuk merekayasa

gen fungsional serta sudah banyak pula dimanfaatkan untuk memproduksi

organisme-organisme transgenik (Genetically Modified Organism) (Dyah Ayu

Widyastuti, 2017).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang

bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Selama ini pendekatan terapi

gen yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam sel

yang mengalami ketidaknormalan.

2. Farmakogenetik merupakan salah satu bidang dalam farmakologi klinik

yang khusus mempelajari variasi (keragaman dan keanekaragaman)

respon terhadap obat yang dipengaruhi atau disebabkan oleh faktor

genetik.

3. Setiap genom memiliki semua informasi yang diperlukan organisme

untuk tumbuh, berkembang, dan mengatur seluruh aktivitas tubuhnya.

Salah satu keuntungan diketahuinya urutan genom manusia adalah dapat

mengidentifikasi adanya kelainan-kelainan genetik yang mengakibatkan

adanya penyakit genetik.

B. Saran
Pada penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diperlukan demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy Syahrizal. 2008. Terapi Gen : Dasar dan Posisinya Sebagai Modalitas
Pengobatan. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.

Dyah Ayu Widyastuti. 2017. Terapi Gen : Dari Bioteknologi Untuk Kesehatan.
Universitas PGRI Semarang.

Henry Tanojo dan Satya Wydya Yenny. 2012. Terapi Gen Untuk Genodermatosis.
Padang : Universitas Andalas.

Rio Rahardjo. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.

Tjay Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting (Kasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya). Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai