Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gabriel Revi S

NRP : 2087061
UTS Ketenagakerjaan C
Dr. Totoh Buchori, SH., M.H.

1. Analisis kelebihan dan kekurangan UU Cipta Kerja bagi tenaga kerja dan pengusaha.
Kelebihan :
 UKMM Dapat Kemudahan Izin dan Bantuan Hukum
Menteri Koperasi dan UKM menyatakan, pelaku usaha mikro kecil menengah
(UMKM) mendapat sejumlah kemudahan dalam Undang-undang Cipta Kerja.
Menyangkut perizinan yang selama ini UMKM disamaratakan dengan usaha besar
sehingga kesulitan dalam mengurus perizinan, sekarang kita permudah hanya
dalam bentuk pendaftaran. Pemerintah juga akan memberikan bantuan hukum
bagi UMKM yang tersandung masalah dan memberikan layanan bantuan dan
perlindungan hukum.
 Jaminan Kehilangan Pekerjaan
UU Cipta Kerja tetap mengatur ketentuan yang diterima pekerja ketika
kehilangan pekerjaan. Di samping itu, pekerja juga akan mendapatkan jaminan
kehilangan pekerjaan.
 Rumah MBR Diperbanyak
UU Cipta Kerja akan dipercepat dan diperbanyak dalam pembangunan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dikelola oleh Badan
Percepatan Penyelenggaraan Perumahan.
 Cuti Hamil dan Haid Dipertahankan
Pengusaha wajib memberikan cuti dan waktu istirahat. Waktu ibadah, cuti haid,
cuti melahirkan dan waktu menyusui.
 Pengurusan Perizinan Kapal Dipermudah
UU Cipta Kerja sudah ditunggu tunggu nelayan. Sebab, dalam lima tahun terakhir
izin kapal sulit. Kondisi tersebut juga membuat banyak industri perikanan
berguguran. Dengan Omnibus Law ini perizinan kapal dipermudah dari Sabang
sampai Merauke.
 Dapat Menaikan Investasi
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebut, ada sekitar 153
perusahaan yang nantinya berinvestasi di Indonesia setelah disahkannya RUU
tentang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi UU.
Kekurangan :

 Hari Libur Dipangkas


Hak pekerja mendapatkan hari libur dua hari dalam satu pekan yang sebelumnya
diatur dalam UU Ketenagakerjaan, dipangkas. Pasal 79 ayat (2) huruf (b) mengatur,
pekerja wajib diberikan waktu istirahat mingguan satu hari untuk enam hari kerja
dalam satu pekan. Selain itu, Pasal 79 juga menghapus kewajiban perusahaan
memberikan istirahat panjang dua bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama
enam tahun berturut-turut dan berlaku tiap kelipatan masa kerja enam tahun. Pasal
79 ayat (3) hanya mengatur pemberian cuti tahunan paling sedikit 12 hari kerja
setelah pekerja/buruh bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus. Pasal 79
Ayat (4) menyatakan, pelaksanaan cuti tahunan diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Kemudian Pasal 79 ayat (5)
menyebut, perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
 Hak Pemohonan PHK dihapus
UU Cipta Kerja menghapus hak pekerja/ buruh mengajukan permohonan
pemutusan hubungan kerja (PHK) jika merasa dirugikan oleh perusahaan. Pasal 169
ayat (1) UU Ketenagakerjaan menyatakan, pekerja/buruh dapat mengajukan PHK
kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika perusahaan, di
antaranya menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam. Pengajuan PHK
juga bisa dilakukan jika perusahaan tidak membayar upah tepat waktu selama tiga
bulan berturut-turut atau lebih. Ketentuan itu diikuti ayat (2) yang menyatakan
pekerja akan mendapatkan uang pesangon dua kali, uang penghargaan masa kerja
satu kali, dan uang penggantian hak sebagaimana diatur dalam Pasal 156. Namun,
Pasal 169 ayat (3) menyebut, jika perusahaan tidak terbukti melakukan perbuatan
seperti yang diadukan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial,
maka hak tersebut tidak akan didapatkan pekerja.
 Kontrak tanpa batas
Sebelumnya, UU Ketenagakerjaan mengatur PKWT dapat diadakan paling lama
dua tahun dan hanya boleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama
satu tahun. Ketentuan baru ini berpotensi memberikan kekuasaan dan keleluasaan
bagi pengusaha untuk mempertahankan status pekerja kontrak tanpa batas.
 Sanksi Tidak Bayar Upah Dihapus
Aturan mengenai sanksi bagi pengusaha yang tidak membayarkan upah sesuai
ketentuan dihapus lewat UU Cipta Kerja.
Analisis :

 Keberadaan Omnibus Law memberikan sejumlah keuntungan, hal ini bisa


digunakan di Indonesia untuk mengatur kebijakan pusat dan daerah dalam
menunjang usaha investasi. Memberikan kemudahan terutama untuk seorang
pengusaha. Selain itu dapat mengatasi jika pejabat atau pengusaha melakukan
putusan bebas.
2. Sumber yang didapatkan :
 Hukum Online
 Kompas Berita
 https://jdih.babelprov.go.id/content/diskresi-dan-penerapannya#:~:text=Menurut
%20kamus%20besar%20bahasa%20Indonesia,dalam%20setiap%20situasi%20yang
%20dihadapi.&text=Keputusan%20atau%20tindakan%20pejabat%20secara,namun
%20memiliki%20tujuan%20yang%20sama.

Anda mungkin juga menyukai