Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DENGUE


HAEMORRAGIC FEVER DI RS TK.III DR. REKSODIWIRYO
PADANG

Disusun oleh :

Gus Hendrita, S. Kep


2014901058

Pembimbing klinik Pembimbing Akademik

( Ns. Dona Yuli Sepriani, S.Kep ) (Ns.Rischa Hamdanesti, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
2021
DENGUE HAEMORRAGIC FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR DHF


1. Pengertian DHF
a) Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief
Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati, 2007)
b) Menurut Hindra (2012) DHF adalah penyakit infeksi yang relatif
singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani
secepatnya.
c) Demam Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenofati, trombositopenia. Pada DBD terjadi pembesaran
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi ( peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue (Dengue Shock Syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/shock.
d) Demam dengue (Dengue Fever, selanjutnya disingkat DD) adalah
penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang
dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam dan
linfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada
pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap. Demam berdarah
dengue (Dengue haemorhagic fever, selanjutnya disingkat DBD) ialah
penyakit yang terdapat pada dewasa dengan gejala utama demam,
sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome, selanjutnya
disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.
2. Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus


Dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotype ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus
lain seperti yellow fever, Japanese enchehphalitis dan west nile virus.
Mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survey
epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibody terhadap virus dengue
pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda menujukan virus
dengue dapat bereflikasi pada nyamuk genus aedes (stegomyia) dan
toxorhychintes.
Cir-ciri nyamuk Aedes Aegypti menurut soedarto, (2012) antara lain :
1. Badannya kecil
2. Warnanya hitam dan belang-belang
3. Menggigit pada siang hari
4. Badannya mendatar saat hinggap
5. Gemar hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit demam berdarah dengue masa tunas / inkubasi
3-15 hari sejak orang terserang virus dengue, selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah menurut
soedarto (2012) sebagai berikut :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 derajat Celsius).
b. Pada pemeriksan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahaan.
c. Adanya bentuk perdarahan pada kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran
(peaces) berupa lendir bercampur darah (melena).
d. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)
e. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3-7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000/mm3 (trombositopenia) terjadi peningkatan
nilai hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).
g. Timbulnya gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil,
kejang dan sakit kepala.
h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal / sakit
pada persendian (soedarto, 2010).

4. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegipty dan kemudian bereaksi dengan antibody dan terbentuklah komplek
virus-antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi komplemen (Suriadi &
Yulian, 2012).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan
infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang
amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF biasa terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang
dengan virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu
reaksi anamestik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek
antigen-antibodi (komplek virus-antibodi) yang tinggi.
5. Pathway DHF (Dengue Hemoragic Fever)
Sumber berdasarkan NANDA (2015)

Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypt)


Beredar dalam aliran darah Infeksi virus deague (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk dan melepaskan zat C3a,C5a Mengaktifkan sistem komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorsi Na+ dan H2O Permeabilitas membram meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel pembuluh darah Resiko syok hipovolemik

Trombositopenia Merangsang dan mengaktivasi faktor pembekuan


Renjatan hipovolemik dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Perdarahan

Resiko perdarahan
Resiko perfusi jaringan tidak efektif

Resiko syok (hipovolemik)

Hipoksia jaringan

Kekurangan volume cairan Ke extravaskuler

Hepar

Abdomen

Hepatomegali
Paru-paru Ascites

Efusi pleura Penekanan intraabdomen Mual, muntah

Ketidakefektifan pola nafas Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari kemudian menuju suhu
normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri
tulang dan persendian, rasa lemah serrta nyeri perut. (soedarto, 2010)
2. Perdarahaan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dan hari ke-3 dari demam
dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tourniquet positif,
ruang kulit (petekie, ekimosis, dan purpura), perdarahan mukosa atau
saluran cerna atau saluran kemih perdarahaan gusi serta hematuri.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga susah teraba. Bila terjadi peningkatan
dari hepatomengali hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan
akan terjadi renjatan pada penderita. (soederita, 2006)
4. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam biasanya menunjukan
prognosis yang buruk. (soedarto, 2010)
7. Klasifkasi DHF
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue antara lain :

DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium


DD Demam disertai 2 atau lebih Leucopenia (serulogi
tanda : dengue positif)
Sakit kepala, nyeri retro- Trombostopenia, tidak
orbital, mialgia atralgia ditemukan bukti
kebocoran plasma

DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia


bendung positif (<100.000/ul), bukti ada
kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah Trombositopenia
peredarahaan spontan (<10.000/ul), bukti ada
kebocoran plasma

DBD III Gejala diatas ditambah Trombositopenia


kegagalan sirkulasi ( kulit (<10.000/ul), bukti ada
dingin dan lembab serta kebocoran plasma
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak (<10.000/ul), bukti ada
terukur kebocoran plasma

DBD derajat III dan IV disebut juga sindrom syok dengue (SSD)

8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Nursalam tahun 2008, bahwa ada beberapa pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
c. Rontgen thoraks : effusi pleura

9. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)


a. Terapi
1) DHF tanpa renjatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu
dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia
diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi
kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM ,
anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu
tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah ,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
2) Pasien yang mengalami renjatan (syok)
harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang
akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer
Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka dapat
diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30
ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.

b. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan


Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾
bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan
tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti
piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila
pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan
pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic
yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin,
sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi
sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital
yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan
disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

10. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
Alimul Hidayat tahun 2008 diantaranya:
a. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
b. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
c. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
d. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DHF


Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung dberikan pada pasien dengan berbagai tatanan
pelayanan kesehatan pada standar dalam llngkup/ wewenang serta tanggung
jawab keperawatan (nursalam 2006).
Asuhan keperawatan pada kasus DHF sesuai tahap-tahap dalam proses
keperawatan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan, pada tahap ini data/ informasi pasien yang dibutuhkan,
ditentukan untuk menetukan masalah keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan data (hidayat,
2008).
Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DHF sebagai berikut :
1. Data Biografi
a. Biodata pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien meliputi nama, umur jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal atau jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnose dan identitas penanggung jawab
meliputi nama, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, agama
dan suku bangsa.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan DHF mengeluh sakit kepala, badan panas dan
tidak ada nafsu makan.
c. Riwayat penyakit sekarang
kapan mulai adanya keluhan,sudah berapa lama, bagaimana tumbuh
kembang anak, bagaimana upaya untuk mengatasi penyakitnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah
mengalami penyakit atau ada riawayat penyakit yang lain dan jika
ada, biasanya pergi berobat kemana.

e. Riwayat penyakit keluarga


Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada keluarganya yang
mengalami penyakit yang sama.
2. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaimana nafsu makan
klien, jumlah makanan atau minuman serta cairan yang masuk, ada
tidaknya mual dan muntah serta sakit dalam menelan.
b. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi yang pertu ditanyakan adalah jumlah jumlah
defekasi perhari, ada atau tidaknya konstifasi, diare, kebiasaan
berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi dan inkontenensia.
c. Pola personal hygiene
Dalam pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah berapa kali
klien mandi, menyikat gigi, keramas dan memotong kuku, perlu juga
ditanyakan penggunaan sabun mandi, pasta gigi dan sampo. Namun
hal tersebut tergantung dengan keadaan klien, tetapi pada umumnya
kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi meskipun hanya
bantuan keluarga.
d. Pola istirahat tidur
Pada pola ini adalah yang perlu ditanyakan jumlah jam tidur pada
malam hari dan siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur
dan masalah selama tidur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari apakah klien mampu
melakukannya secara mandiri atau bantuan keluarga.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Yang perlu dikaji dalam pola ini adalah kebiasaan klien yang
mempengaruhi kesehatan seperti minum minuman keras, merokok,
dan lan-lain.

3. Pemeriksaan Fisik Secara Persistem Menurut Soemarno, (2007)


a. System pernafasan / respirasi
Sesak adanya perdarahan dari hidung (epistaksis), pernafasam
dangkal, tachypnea, pergerakan dada simetris, perkus sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, effuse pleura (crackles).
b. Sistem cardiovaskuler
Pada grade I : uji tourniquet postif, trombositipenia, perdarahan
spontan dan hemokonsentrasi. Pada grade II disertai perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi
kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah (tachycardia), tekanan
nadi sempit, hipotensi, cyanosis sekitar hidung, mulut dan jari-jari,
kulit dingin dan lembab. Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur.
c. Sistem persyarafan / neurologi
Pada grade I dan II kesadaran compos menti. Pada grade III dan IV
gelisah, rewel cengeng apatis sporo coma. Grade I sampai IV dapat
terjadi kejang nyeri dikepala dan nyeri di berbagai bagian tubuh,
penglihatan fotopobia dan nyeri dibelakang bola mata.
d. Sistem perkemihan
Prosuksi urin menurun kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada
grade III, akan mengeluh nyeri saat berkemih dan kencing berwarna
merah.
e. Sistem pencernaan / gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus,
abdomen tegang, penuruna nafsu makan, mual, muntah, dapat muntah
darah (hematemesis) dan berak darah (melena).
f. Sistem integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (demam), kulit kering dan ruam
makulopapuar.

Analisa Data
No Simptom Etiologi Problem
1 Data subyektif : Proses infeksi virus Peningkatan suhu
a. pasien mengeluh badannya panas dengue tubuh (hipertermi)
b.pasien mengatakan tidak nyaman. Menyerang antibody
Viremia
Data obyektif : Demam
a.suhu badan pasien 38,5 Peningkatan suhu tubuh
b. badan teraba panas (hipertermi)
c.pasien tampak gelisah
2 Data subyektif : Ektravasasi cairan Devisit volume
Klien mengatakan tidak mau minum dan Intake kurang cairan tubuh
klen mengatakan perut terasa kembung Volume plasma berkurang
minum terus. Penuurunan volume
cairan tubuh
Data obyektif :
Tugor kulit baik
Mukosa bbir kering
Urin berwarna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit : 133.000
Td :100/60 mmHg, N : 98x/menit
3 Data subyektif : Nafsu makan menurun Ganguan nutrisi
pasien mengatakan tidak mau makan Intake nutris tidak kurang dari
klilen mengatakan mual dan muntah. adekuat kebutuhan
Nutris kurang dari
Data obyektif : kebutuhan tubuh
KU lemah
Makan pagi hanya 3 sendok makan
4 Data obyektif : Virus dengue Cemas
Orang tua klien mengatakan cemas dengan Kondisi anak lemah 
keadaan anaknya Cemas

5 Data subyektif : Virus Kurang pengetahuan


Orang tua klien mengatakan tidak tau apa tentang penyakit
obat dan bagaimana cara menangani Viremia
penyakitnya.
Hipertermi
Data obyektif :  
Orang tua klien belum mengerti tentang Anoreksia
penyakit anaknya
Orang tua klien belum tau obat apa yang Gangguan nutrisi kurang
harus diminum oleh anaknya dari kebutuhan tubuh

Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
prosedur perawatan

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation) (2009)
diagnose keperawatan dapat di bedakan menjadi 5 kelompok yaitu :
a) Diagnosa keperawatan aktual menurut nanda adalah menyajikan keadaan
klinis yang telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang di
iddentifikasikan. Diagnose keperawatan aktual penulisannya adalah
adanya masalah (P), adanya pernyataan etiologi (E), dan adanya
pernyataan tanda dan gejala (S).
b) Diagnosa dengan resiko atau dengan resiko tinggi menurut nanda adalah
keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas sangat rentan
mengalami masalah disbanding dengan yang lain pada situas yang sama.
Siagnosis keperawatan ini menggati diagnosis keprawatan porensial
dengan menggunakan “ resiko terhadap atau resiko tinggi terahadap”.
Valiadasi untuk menunjang untuk menunjang diagnosis resiko tinggi
yang memperllhatkan kerentanan meningkat terhadap klien atau
kelompok dan tidak menggunakan batasan karakterstik.
c) Diagnosis keperawatan kemungkinan Menurut nanda adalah pernyataan
tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan,
dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan
gejala utama faktor resiko.
d) Diagnosis keperawatan sehat-sejahtera Menurut nanda adalah diagnosis
keperawatan sehat ketentuan klinis mengenai individu, kelompok atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat
kesehatan yang lebih baik.
e) Diagnosa keperawatan sindrom Menurut nanda diagnosis keperawatan
sindrom adalah diagnosis keperawatan yang terdiri dari kelompok
diagnosis aktual dan kelompok resiko tinggi yang diduga akan tampak
karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Nanda (2009) (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation)
diagnose yang mungkin muncul pada pasien DHF antara lain :
1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue.
2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3 Ganguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
4 Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
orang tua klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya.
5 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan orang tua
klien tidak tau apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya,
orang tua klien belum mengerti tentang penyakit anaknya dan orang
tua klien belum tau obat apa saja yang harus diminum anaknya.
3. Rencana Keperawatan
Intervensi Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (2015)

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
1. Hipertermia NOC NIC
Definisi : Suhu inti tubuh di Outcome untuk Intervensi Keperawatan yang
atas kisaran normal dijurnal Mengukur disarankan untuk menyelesaikan
karena kegagalan Penyelesaian dari masalah :
termoregulasi. Diagnosis 1. Memandikan
1. Termoregulasi 2. Manajemen lingkungan
Batasan karakteristik : 2. Termoregulasi : Perawatan Demam
1. Apnea bayi baru lahir 1. Manajemen cairan
2. Bayi tidak dapat Outcome tambahan 2. Pengaturan hemodinamik
mempertahankan menyusu untuk Mengukur 3. Perawatan bayi baru lahir
3. Gelisah Batasan 4. Kontrol infeksi
4. Hipotensi Karakteristik 5. Perlindungan infeksi
5. Kejang 1. Status Neurologi Pencegahan Hipertermia
6. Koma 2. Status Neurologi Malignan
7. Kulit kemerahan Otonomik 1. Manajemen pengobatan
8. Kulit terasa hangat 3. Tanda-tanda vital 2. Peresepan obat
9. Letargi Outcome yang 3. Manajemen syok
10. Postur abnormal Berkaitan dengan Pengaturan Suhu
11. Stupor Faktor yang Pengaturan suhu : perioperatif
12. Takikardia Berhubungan atau 1. Monitor tanda-tanda vital
13. Takipnea Outcome Menengah Pilihan intervensi tambahan :
14. Vasodilatasi 1. Resiko transfusi 1. Aplikasi panas/dingin
Faktor yang berhubungan : darah 2. Manajemen nutrisi
1. Ages farmaseutikal 2. Status 3. Terapi oksigen
2. Aktivitas berlebihan kenyamanan fisik 4. Perawatan penyisipan kateter
3. Dehidrasi 3. Tingkat sentral parifer
4. Iskemia ketidaknyamanan 5. Manajemen kejang
5. Pakaian yang tidak sesuai 4. Hidrasi 6. Pencegahan kejang
6. Peningkatan laju 5. Keparahan 7. Pengecekan kulit
metabolisme infeksi 8. Pemberian nutrisi total
7. Penurunan respirasi 6. Keparahan parenteral (TPN)
8. Penyakit infeksi : bayi
9. Suhu lingkungan tinggi baru lahir
10. Trauma 7. Pengetahuan
manajemen
penyakit akut
8. Respon
pengobatan
9. Keparahan cidera
fisik
10. Kontrol resiko
hipertermia
11. Manajemen diri :
penyakit akut

2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan 1. Nutritional status Nutrition Management
tubuh 2. Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak : food and fluid 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
cukup untuk memenuhi 3. Nutritional menentukan jumlah kalori dan
kebutuhan metabolik status : nutrient nutrisi yang dibutuhkan pasien
intake 3. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : 4. Weight control meningkatkan intake Fe
1. Kram abdonmen Kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk
2. Nyeri abdomen 1. Adanya meningkatkan protein dan
3. Menghindari makanan peningkatan berat vitamin C
4. Berat badan 20% atau lebih badan sesuai 5. Berikan substansi gula
dibawah berat badan ideal dengan tujuan 6. Yakinkan diet yang dimakan
5. Kerapuhan kapiler 2. Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk
6. Diare sesuai dengan mencegah konstipasi
7. Kehilangan rambut berlebih tinggi badan 7. Monitor jumlah nutrisi dan
8. Bising usus hiperaktif 3. Mampu kandungan kalori
9. Kurang makanan mengidentifikasi 8. Berikan informasi tentang
10. Kurang informasi kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
11. Kurang minat pada makan 4. Tidak ada tanda- 9. Kaji kemampuan pasien utnuk
12. Penurunan berat badan tanda malnutrisi mendapatkan nutrisi yang
dengan asupan makanan 5. Menunjukkan dibutuhkan
adekuat peningkatan Nutrition Monitoring
13. Kesalahan konsepsi fungsi pengecapan 1. BB pasien dalam batas normal
14. Kesalahan informasi dari menelan 2. Monitor adanya penurunan BB
15. Membran mukosa pucat 6. Tidak terjadi 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
16. Ketidakmampuan penurunan berat yang dilakukan
memakan makanan badan yang berarti 4. Monitor interaksi anak atau
17. Tonus otot menurun orangtua selama makan
18. Mengeluh gangguan 5. Monitor lingkungan selama
sensasi rasa makan
19. Mengeluh asupan 6. Jadwalkan pengobatan dan
makanan kurang dari tindakan tidak selama jam makan
RDA (recommended daily 7. Monitor kulit kering dan
allowance) perubahan pigmentasi
20. Cepat kenyang setelah 8. Monitor turgor kulit
makan 9. Monitor kekringan, rambut
21. Sariawan rongga mulut kusam dan mudah patah
22. Steatorea 10. Monitor mual muntah
23. Kelemahan otot pengunyah 11. Monitor kadar albumin, total
24. Kelemahan otot untuk protein, Hb dan kadar Ht
menelan 12. Monitor pertumbuhan dan
Faktor-faktor yang perkembangan
berhubungan 13. Monitor pucat, kemerahan, dan
1. Faktor biologis kekeringan jaringan konjungtiva
2. Faktor ekonomi 14. Monitor kalori dan intake nutrisi
3. Ketidakmampuan untuk 15. Catat adanya edema, hipemerik,
mengabsorbsi nutrient hipertonik, papila lidah dan
4. Ketidakmampuan untuk cavitas oval
mencerna makanan 16. Catat jika berwarna magenta,
5. Ketidakmampuan untuk scarlet
menelan makanan

3. Resiko Kekurangan volume NOC NIC


cairan 1. Fluid balance Fluid management
Definisi : beresiko mengalami 2. Hidration 1. Timbang popok atau pembalut
dehidrasi vaskuler, seluler atau 3. Nutritional jika diperlukan
intraseluler status : food and 2. Pertahankan catatn intake dan
fluid intake output yang adekuat
Faktor Resiko : Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi
1. Kehilangan volume cairan 1. Mempertahankan (kelembaban membran mukosa,
aktif urine output nadi adekuat, tekanan darah
2. Kurang pengetahuan sesuai dengan ortostatik), jika diperlukan
3. Penyimpanan yang usia dan BB, Bj 4. Monitor vital sign
mempengaruhi absorbsi urine normal, Ht 5. Monitor masukan
cairan normal makanan/cairan dan hitung
4. Penyimpangan yang 2. Tekanan darah, intake kalori harian
mempengaruhi akses nadi, suhu tubuh 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
cairan dalam batas 7. Monitor status nutrisi
5. Penyimpangan yang normal 8. Berikan cairan IV pada suhu
mempengaruhi asupan 3. Tidak ada tanda- ruangan
cairan tanda dehidrasi 9. Dorong masukan oral
6. Kehilangan yang berlebihan 4. Elastisitas turgor 10. Berikan penggantian
melalui rute normal (miss., kulit baik, nasogastrik sesuai output
diare) membran mukosa 11. Dorong keluarga untuk
7. Usia lanjut lembab. Tidak membantu pasien makan
8. Berat badan ekstrem ada rasa haus 12. Tawarkan snack (jus buah,
9. Faktor yang mempengaruhi yang berlebihan buah segar)
kebutuhan cairan (miss, 13. Kolaborasi dengan dokter
status hipermetabolik) 14. Atur kemungkinan transfusi
10. Kegagalan fungsi regulator 15. Persiapan untuk transfusi
11. Kehilangan cairan melalui
rute abnormal (miss, Hypovolemia management
selang menetap) 1. Monitor status cairan termasik
12. Agens fermasutikal (miss, intake dan oautput cairan
deuretik) 2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Montidor tanda-tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
6. Monitor BB
7. Dorong pasien untuk menambah
intake oral
8. Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda-tanda
gagal ginjal
4. Resiko syok NOC NIC
(hipovolemik)  Syok hipovolemik Syok pervention
Definisi : Beresiko  Syok management - Monitor status sirkulasi BP, warna
terhadap ketidakcukupan Kriteria Hasil : kulit, suhu kulit, denyut jantung,
aliran darah ke jaringan  Nadi dalam batas yang HR, dan ritme, nadi perifer, dan
tubuh, yang dapat diharapkan kapiler refill.
mengakibatkan disfungsi  Irama jantung dalam - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
seluler yang mengancam batas yang diharapkan jaringan
jiwa.  Frekuensi nafas dalam - Monitor suhu dan pernafasan
Faktor Resiko : batas yang diharapkan - Monitor input dan output
 Hipotensi  Irama pernafasan - Pantau nilai labor : HB, HT, AGD

 Hipovolemi dalam batas yang dan elektrolit

diharapkan - Berikan cairan iv dan oral yang


 Hipoksemia
 Natrium serum dbn tepat
 Hipoksia
- Ajarkan keluarga dan pasien tentang
 Kalium serum dbn
 Infeksi tanda dan gejala datangnya syok
 Klorida serum dbn
 Sepsis - Ajarkan keluarga dan pasien tentang
 Kalium serum dbn
 Sindrom respon langkah untuk mengatasi gejala
 Klorida serum dbn
inflamasi sistemik syok
 Kalsium serum dbn
Syok management
 Magnesium serum dbn
- Monitor fungsi neurologis
 PH darah serum dbn
- Monitor fungsi renal (e.g BUN dan
Hidrasi
Cr Lavel)
 Indicator - Monitor tekanan nadi
 Mata cekung tidak - Monitor status cairan, input output
ditemukan - Memantau tren dalam parameter
 Demam tidak hemodinamik (misalnya, CVP,
ditemukan MAP, tekanan kapiler pulmonal /
 TD dbn arteri)
 Hematokrit dbn - Memonitor gejala gagal pernafasan
- Memonitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi profil
- Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses IV
6. Ketidakefektifan pola Noc Nic
nafas  Respiratory status : Airway management
Definisi : Inspirasi dan Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik
atau ekspirasi yang  Respiratory status : chin lift atau jaw trust bila perlu
memberi ventilasi Airway patency - Identifikasi pasien perlunya
Batasan karakteristik :  Vital sign status pemasangan alat jalan nafas buatan
 Perubahan Kriteria hasil : - Posisikan pasien untuk
kedalaman  Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
pernapasan batuk efektif dan suara - Pertahankan posisi pasien

 Perubahan ekskursi nafas yan bersih, tidak - Observasi adanya tanda tanda

dada ada sianosis dan hipoventilasi


dyspneu (mampu Oxygen therapy
 Mengambil posisi
mengeluarkan sputum, - Bersihkan mulut, hidung dan secret
tiga titik
mampu bernapas trakea
 Bradipneu
dengan mudah, tidak - Lakukan fisioterapi dada
 Penurunan tekanan
ada pursed lips) - Keluarkan secret dengan batuk atau
ekspirasi
 Menunjukkan jalan suction
 Penurunan kapasitas - Bersihkan hidung dan mulut dari
nafas yang paten (klien
vital secret
tidak merasa tercekik,
 Dipneu irama nafas, frekuensi - Auskultasi suara nafas, catat
 Peningkatan pernafasan dalam adanya suara tambahan
diameter anterior – rentang normal, tidak Vital sign monitoring
posterior ada suara nafas - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Pernapasan cuping abnormal) - Catat adanya fluktuasi tekanan
hidung  Tanda – tanda vital darah

 Ortopneu dalam rentang normal

 Fase ekspirasi (tekanan darah, nadi,


pernafasan)
memanjang
 Pernapasan bibir
 Takipneu
 Penggunaan otot
aksesorius untuk
bernapas
Faktor yang
berhubungan
 Ansietas
 Posisi tubuh
 Deformitas tulang
 Deformitas dinding
dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom
hipoventilasi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Kerusakan
neurologis
 Imaturnitas
neurologis
 Disfungsi
neuromuskular
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot
pernapasan cedera
modula spinalis
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Indras, dkk. 2015. Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam Panduan Praktek Klinis.
Jakarta : Internal Publishing.

An-Nadaa. Vol 1 No. 1. Juni 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit DHF.
(http://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QKvspuMosyC05Nd0htelE/view). Diakses
tanggal 07 Juni 2017.

Ardiansyah, Mohammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6.
Yogyakarta : Elsevier Global Rights.

http://stikes.wdh.ac.id/media/pdf/efektivitas_pemberian_kompres.pdf

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5. Yogyakarta :
Elsevier Global Rights.

Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapis.

Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak BagianIonfeksidan Penyakit


Tropis,IDAI,30April 2008. www.muslimah.or.id

MonicaEster,SKp, 1999, DemamBerdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan


Pengendalian,EGC, Jakarta.

Muslimah,2008,AsuhanKeperawatanAnaDengan DHF,29 September2008.


http://indonesianursing.com/2008/09/2

9/askepanakdenganDHF.

Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2014. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Otong,2004,System informasi KesehatanKotaBalikpapan


Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. EGC : Jakarta

Widoyono. 2010. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan.


Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai