Disusun oleh :
4. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegipty dan kemudian bereaksi dengan antibody dan terbentuklah komplek
virus-antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi komplemen (Suriadi &
Yulian, 2012).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan
infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang
amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF biasa terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang
dengan virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu
reaksi anamestik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek
antigen-antibodi (komplek virus-antibodi) yang tinggi.
5. Pathway DHF (Dengue Hemoragic Fever)
Sumber berdasarkan NANDA (2015)
PGE2 Hipothalamus Membentuk dan melepaskan zat C3a,C5a Mengaktifkan sistem komplemen
Perdarahan
Resiko perdarahan
Resiko perfusi jaringan tidak efektif
Hipoksia jaringan
Hepar
Abdomen
Hepatomegali
Paru-paru Ascites
Ketidakefektifan pola nafas Nyeri Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari kemudian menuju suhu
normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri
tulang dan persendian, rasa lemah serrta nyeri perut. (soedarto, 2010)
2. Perdarahaan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke-2 dan hari ke-3 dari demam
dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tourniquet positif,
ruang kulit (petekie, ekimosis, dan purpura), perdarahan mukosa atau
saluran cerna atau saluran kemih perdarahaan gusi serta hematuri.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga susah teraba. Bila terjadi peningkatan
dari hepatomengali hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan
akan terjadi renjatan pada penderita. (soederita, 2006)
4. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam biasanya menunjukan
prognosis yang buruk. (soedarto, 2010)
7. Klasifkasi DHF
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue antara lain :
DBD derajat III dan IV disebut juga sindrom syok dengue (SSD)
8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Nursalam tahun 2008, bahwa ada beberapa pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
c. Rontgen thoraks : effusi pleura
10. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
Alimul Hidayat tahun 2008 diantaranya:
a. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
b. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
c. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
d. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
Analisa Data
No Simptom Etiologi Problem
1 Data subyektif : Proses infeksi virus Peningkatan suhu
a. pasien mengeluh badannya panas dengue tubuh (hipertermi)
b.pasien mengatakan tidak nyaman. Menyerang antibody
Viremia
Data obyektif : Demam
a.suhu badan pasien 38,5 Peningkatan suhu tubuh
b. badan teraba panas (hipertermi)
c.pasien tampak gelisah
2 Data subyektif : Ektravasasi cairan Devisit volume
Klien mengatakan tidak mau minum dan Intake kurang cairan tubuh
klen mengatakan perut terasa kembung Volume plasma berkurang
minum terus. Penuurunan volume
cairan tubuh
Data obyektif :
Tugor kulit baik
Mukosa bbir kering
Urin berwarna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit : 133.000
Td :100/60 mmHg, N : 98x/menit
3 Data subyektif : Nafsu makan menurun Ganguan nutrisi
pasien mengatakan tidak mau makan Intake nutris tidak kurang dari
klilen mengatakan mual dan muntah. adekuat kebutuhan
Nutris kurang dari
Data obyektif : kebutuhan tubuh
KU lemah
Makan pagi hanya 3 sendok makan
4 Data obyektif : Virus dengue Cemas
Orang tua klien mengatakan cemas dengan Kondisi anak lemah
keadaan anaknya Cemas
Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
prosedur perawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation) (2009)
diagnose keperawatan dapat di bedakan menjadi 5 kelompok yaitu :
a) Diagnosa keperawatan aktual menurut nanda adalah menyajikan keadaan
klinis yang telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang di
iddentifikasikan. Diagnose keperawatan aktual penulisannya adalah
adanya masalah (P), adanya pernyataan etiologi (E), dan adanya
pernyataan tanda dan gejala (S).
b) Diagnosa dengan resiko atau dengan resiko tinggi menurut nanda adalah
keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas sangat rentan
mengalami masalah disbanding dengan yang lain pada situas yang sama.
Siagnosis keperawatan ini menggati diagnosis keprawatan porensial
dengan menggunakan “ resiko terhadap atau resiko tinggi terahadap”.
Valiadasi untuk menunjang untuk menunjang diagnosis resiko tinggi
yang memperllhatkan kerentanan meningkat terhadap klien atau
kelompok dan tidak menggunakan batasan karakterstik.
c) Diagnosis keperawatan kemungkinan Menurut nanda adalah pernyataan
tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan,
dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan
gejala utama faktor resiko.
d) Diagnosis keperawatan sehat-sejahtera Menurut nanda adalah diagnosis
keperawatan sehat ketentuan klinis mengenai individu, kelompok atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat
kesehatan yang lebih baik.
e) Diagnosa keperawatan sindrom Menurut nanda diagnosis keperawatan
sindrom adalah diagnosis keperawatan yang terdiri dari kelompok
diagnosis aktual dan kelompok resiko tinggi yang diduga akan tampak
karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Nanda (2009) (Nort American Nursing Diagnosies Asspciation)
diagnose yang mungkin muncul pada pasien DHF antara lain :
1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue.
2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3 Ganguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
4 Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
orang tua klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya.
5 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan orang tua
klien tidak tau apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya,
orang tua klien belum mengerti tentang penyakit anaknya dan orang
tua klien belum tau obat apa saja yang harus diminum anaknya.
3. Rencana Keperawatan
Intervensi Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (2015)
Perubahan ekskursi nafas yan bersih, tidak - Observasi adanya tanda tanda
Alwi, Indras, dkk. 2015. Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam Panduan Praktek Klinis.
Jakarta : Internal Publishing.
An-Nadaa. Vol 1 No. 1. Juni 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit DHF.
(http://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QKvspuMosyC05Nd0htelE/view). Diakses
tanggal 07 Juni 2017.
Ardiansyah, Mohammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6.
Yogyakarta : Elsevier Global Rights.
http://stikes.wdh.ac.id/media/pdf/efektivitas_pemberian_kompres.pdf
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5. Yogyakarta :
Elsevier Global Rights.
9/askepanakdenganDHF.
Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2014. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.