Makalah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK 1

-Afifah Rezky Aulia


-Fitria Ramadhani
-Irna Agustin
-Makiyah Azahra
-Nur Fadillah Damayanti
-Ummul Khairunisa

Bentuk-Bentuk Budaya Lokal Yang Bercorakan Islam


a
Budaya lokal Indonesia yang bercorak islam

Upacara Grebeg

Grebeg berasal dari kata grebe, gerbeg. Dalam bahasa Jawa disebut anggrebeg yang
bermakna menggiring raja, pembesar, atau pengantin. Misalnya, Grebeg Kraton Kesultanan
Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubuwono 1 dengan mengeluarkan
hajat dalem berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, dan gunungan
kutug/ bromo.

Grebeg dalam satu tahun diadakan tiga kali, yaitu: setiap tanggal 1 Syawwal untuk
menghormati bulan Ramadhan dan malam lailatul qadar, tanggal 10 zdulhijjah bertujuan
merayakan Idul Adha. Dan tanggal 12 Rabiul Awwal bertujuan memperingati kelahiran Nabi
Muhammad saw. Kesenian Grebeg terdapat di Yogyakarta, Surakarta, Cirebon dan Demak.

Gamelan Sekaten
Pertama kali memperkenalkan Kesenian Gamelan Jawa adalah Sunan Bonang dalam
rangka menyebarkan agama Islam untuk menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan
Jawa yang menggemari wayang dan music gamelan. Oleh karena itu, la menciptakan
gending-gending Jawa yang memiliki nilai-nilai Islam. Setiap bait lagu diselingi ucapan dua
kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal
dengan istilah sekaten yang artinya sama dengan syahadatain.

Perhitungan Tahun Caka (Saka)

Sejak abad ke-8 M di Jawa sudah ada kerajaan Hindu-Jawa yang menggunakan
perhitungan waktu dengan menggunakan sistem angka menurut saka. Tahun saka dihitung
menurut perputaran matahari. Jumlah hari dalam sebulan berjumlah 30, 31, 32, atau 33
pada bulan terakhir (bulan Saddha).

Namun pada abad ke-16 M setelah Islam datang, kerajaan-kerajaan di Jawa mulai
menggunakan sistem Arab yang disebut tahun hijriyah. Tahun hijriyah termasuk tahun
komariah, yaitu tahun yang menggunakan perhitungan mengikuti perputaran bulan.
Pemberlakuan tahun hijriyah di Jawa pada masa itu adalah dalam rangka menyamakan
peringatan-peringatan penting, misalnya dua hari raya. Idul fitri tanggal 1 syawwal, Idul Adha
10 zdulhijah, dan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal sebagai hari Maulid Nabi Muhammad saw.

Pesta Tabuik

Pesta Tabuik adalah upacara yang diadakan untuk memperingati gugurnya pahlawan Islam
yang bernama Husein bin Ali bin Abu Thalib (cucu Nabi Muhammad saw.). Husein gugur
pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta khalifah Syiah yang direbut oleh
Raja Yazid dari Bani
Umayah.

Panah Kalimasada

Cerita perwayangan Kalimasada adalah senjata pusakanya Prabu Puntadewa, Raja Amarta.
Setelah Islam masuk melalui peran Wali Sanga (Sunan Kalijaga), kalimasada digunakan
sebagai media dakwah. Kalimasada tersebut berisikan kalimat syahadat sebagai ajaran
tauhid Islam dalam cerita pewayangan. Adapun tokoh yang menjadi teladan dalam cerita
tersebut adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.

Niticruti, Nitisastra, dan Astabrata


Niticruti, Nitisastra, dan Astabrata adalah karya sastra Jawa berbentuk pantun yang berisi
tentang nasihat atau akhlak yang baik. Di antara contoh nasihat tersebut terdapat dalam
lagu Dandanggula yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.

Kesenian-kesenian Tradisional

Kesenian yang dijadikan media untuk menarik masyarakat, hingga sekarang banyak
kesenian tradisional ataupun modern dari daerah tertentu yang menjadi tradisi Islam, seperti
gambang kromong dan orkes gambus dari Betawi.

Seni Bangunan Berupa Masjid

seni bangunan berupa masjid. Seperti contoh Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di
banda Aceh, Masjid Agung Banten, Masjid Raya Baiturrohman Aceh, Masjid Agung Demak
terletak di Desa Kauman-Demak, Jawa Tengah.

Qosidah
Qosidah berasal dari kata "qasidah" (bahasa Arab), artinya "lagu atau nyanyian". Namun
arti qosidah selanjutnya menunjuk kepada lagu dan musik dengan ciri tersendiri, yaitu
lagu dnegan syair-syair bertemakan agama Islam atau dakwah Islam. Qosidah diadakan
dengan maksud untuk memberikan hiburan musik dan seniman muslim berkreasi
dengan maksud tertentu, misalnya rekreasi (hiburan), menyemarakan hari-hari besar
Islam dan dakwah Islam.

Anda mungkin juga menyukai