Arti dari sila pertama tersebut selain sebagai salah satu sila dasar negara
kita adalah:
Tanpa adanya sila pertama, Indonesia dapat menjadi negara yang kacau.
Hal ini dikarenakan agama juga menjadi salah satu faktor pendorong agar
seseorang berbuat hal-hal yang positif. Dalam agama, terdapat sejumlah
pedoman, anjuran, dan juga larangan yang dapat membuat manusia untuk
bertindak secara baik, tulus, peduli, dan penuh kasih sayang terhadap
sesamanya dan juga lingkungan di sekitarnya.
Seperti yang kita ketahui, sila pertama Pancasila pada awalnya berbunyi
"Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluknya" yang tercantum dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945. Sila pertama ini lalu menimbulkan banyak kerusuhan karena
terkesan mengakui bahwa Indonesia hanya terdiri dari warga muslim. Para
tokoh pun mulai memperdebatkan sila pertama ini dalam rapat PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ). Akhirnya, sila pertama pun
diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" seperti sila pertama sekarang
pada tanggal 18 Agustus 1945.
Mereka sepakat bahwa sila pertama dari Piagam Jakarta lebih baik diganti
untuk menghargai bahwa Indonesia tidak hanya Islam saja. Inilah saat di
mana para pemeluk Islam melakukan jasa yang sangat besar bagi mereka
yang tidak beragama Islam, karena tokoh-tokoh yang menetapkan sila
"Ketuhanan Yang Maha Esa" bukanlah mereka yang beragama Katolik,
Kristen, Buddha, Hindu, Kong Hu Cu, ataupun agama lain, melainkan
mereka yang beragama Islam-lah yang menyetujui diubahnya sila pertama
tersebut.
Esa memang berarti satu, tetapi bukan berarti bahwa Indonesia hanya
mengakui satu wujud Tuhan saja, melainkan setiap agama-lah yang
memiliki satu Tuhannya sendiri (paham monoteisme). Sila pertama
memiliki makna bahwa Indonesia percaya akan adanya Tuhan, tetapi tidak
disebutkan secara spesifik Tuhan yang manakah yang dipercayai tersebut.
Gambaran atau wujud Sang Pencipta tergantung pada agama kita masing-
masing. Jika kita beragama Islam, maka Tuhan Yang Maha Esa tersebut
adalah Allah SWT. Jika kita beragama Katolik, maka Tuhan Yang Maha
Esa tersebut adalah Allah Bapa. Demikian pula untuk agama-agama yang
lain. Jadi, sila pertama tidak menuntut kita untuk memeluk agama tertentu,
melainkan menunjukkan bahwa setiap warga Indonesia memiliki satu
Tuhannya masing-masing.
Kita juga diajarkan bahwa kita harus saling menghargai dengan mereka
yang menganut agama yang berbeda dan tidak bersikap radikal. Karena
pada dasarnya, semua agama memiliki fungsi dan peran yang sama dalam
kehidupan, hanya wujud dan pelaksanaannya saja yang berbeda. Semua
agama memiliki Tuhannya masing-masing, dan semua orang memiliki hak
untuk memilih agamanya masing-masing.
Definisi Zakat
Zakat secara bahasa adalah berkembang. Dan secara syara’ adalah nama
harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dengan cara tertentu dan
diberikan pada golongan tertentu.
Maka tidak wajib mengeluarkan zakat di dalam kuda, budak dan binatang
yang lahir semisal dari hasil perkawinan kambing dan kijang.
Syarat wajib zakat ternak ada enam perkara. Dalam sebagian redaksi
matan diungkapkan dengan bahasa “ enam khishal”.
1. Yaitu Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir asli.
Adapun orang murtad, maka menurut pendapat yang shahih
sesungguhnya hartanya dipending dulu. Jika kembali masuk Islam, maka
baginya wajib mengeluarkan zakat. Dan jika tidak, maka tidak wajib.
2. Dan -syarat kedua- merdeka, maka zakat tidak wajib bagi seorang
budak.
Adapun budak muba’ad[1], maka baginya wajib mengeluarkan zakat dari
harta yang ia miliki dengan sebagian dirinya yang merdeka.
3. Dan milik sempurna. Maksudnya, milik yang lemah tidak wajib untuk
dizakati seperti barang yang di beli namun belum diterima, maka tidak
wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana indikasi dari ungkapan
mushannif yang mengikut pada Qaul Qadim, namun menurut Qaul Jadid
wajib mengeluarkan zakat.
Sudah mencapai satu nishab dan setahun. Sehingga, kalau masing-masing
kurang dari batas tersebut, maka tidak wajib zakat.
Saum, yaitu dikembalakan di rumput yang mubah
Seandainya binatang ternak tersebut diberi makan dalam jangka waktu
lebih lama dalam setahun, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Jika binatang ternak tersebut diberi makan selama setengah tahun atau
kurang dengan kadar makanan yang mana ternak tersebut bisa hidup
tanpa makanan tersebut tanpa mengalami dampak negatif yang nampak
jelas, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
Adapun atsman (mata uang), maka wajib pada dua barang yaitu emas dan
perak, baik yang sudah dicetak atau tidak. Dan nishabnya akan dijelaskan
di belakang.
Zakat Perdagangan
(Fasal) permulaan nishab onta adalah lima ekor, dan di dalamnya wajib
mengeluarkan satu ekor kambing, maksudnya kambing jadz’atudla’nin
yang telah berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun, atau
kambing tsaniyatu ma’zin yang telah berusia dua tahun dan menginjak
usia tiga tahun.
Di dalam dua puluh ekor onta wajib mengeluarkan empat ekor kambing.
Di dalam dua puluh lima ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta
bintu makhadl.
Di dalam tiga puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor bintu
labun.
Di dalam empat puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor
onta hiqqah.
Di dalam enam puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta
jadz’ah.
Di dalam tujuh puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor onta
bintu labun.
Di dalam sembilan puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor
onta hiqqah.
Dan di dalam seratus dua puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan tiga
ekor onta bintu labun”. dan sampai akhir, itu sudah jelas dan tidak butuh
untuk disyarahi / dijelaskan lagi.
Bintu makhadl adalah onta yang berusia satu tahun dan menginjak usia
dua tahun.
Bintu labun adalah onta berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.
Hiqqah adalah onta berusia tiga tahun dan menginjak usia empat tahun.
Jadz’ah adalah onta berusia empat tahun dan menginjak usia lima tahun.
Maka di dalam seratus empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan dua
ekor onta hiqqah dan satu ekor onta bintu labun. dan di dalam seratus
lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan tiga ekor onta hiqqah. Dan
begitu seterusnya.
Seandainya sang pemilik mengeluarkan zakat berupa sapi tabi’ betina, maka
hal itu lebih mencukupi.
Di dalam empat puluh ekor sapi, wajib mengeluarkan satu ekor sapi
musinnah yang berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.
Seandainya sang pemilik mengeluarkan zakat berupa dua ekor sapi tabi’ dari
empat puluh ekor sapi, maka hal itu telah mencukupi menurut pendapat ash
shohih.
Dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor kambing jadz’ah dari jenis
kambing domba atau satu ekor kambing tsaniyah dari jenis kambing kacang.
Dan telah dijelaskan pengertian dari jadz’ah dan tsaniyah.
Perkataan mushannif, “ di dalam seratus dua puluh satu ekor kambing, wajib
mengeluarkan dua ekor kambing.
Di dalam dua ratus satu ekor kambing, wajib mengeluarkan tiga ekor
kambing.
Dan di dalam empat ratus empat ekor kambing, wajib mengeluarkan empat
ekor kambing. Kemudian di dalam setiap seratus ekor kambing, wajib
menambah satu ekor kambing” Sampai akhir perkataan beliau, itu sudah
jelas dan tidak perlu penjelasan lagi.
(Fasal) dua orang yang mencampur hartanya, maka mereka membayar zakat,
dengan membaca kasrah huruf kafnya lafadz “yuzakkiyani”, dengan
hitungan zakatnya orang satu.
Dan terkadang meringankan pada salah satunya dan memberatkan pada yang
lain, seperti keduanya memiliki enam puluh ekor kambing, dengan perincian
salah satunya memiliki sepertiganya (dua puluh ekor) dan yang lain
memiliki dua pertiga (empat puluh ekor).
Dua orang yang mencampur hartanya itu hanya bisa membayar dengan zakat
satu orang jika memenuhi tujuh syarat.
Jika macamnya berbeda seperti kambing domba dan kambing kacang, maka
diperkenankan masing-masing dari kedua orang tersebut memiliki pejantan
sendiri-sendiri yang akan mengawini ternaknya.
Al masyrabnya jadi satu, yaitu tempat minum ternaknya seperti sumber,
sungai atau yang lain.
Perkataan mushannif, “halib (tukang pera susunya jadi satu)” adalah salah
satu dua pendapat dalam permasalahan ini.
Dan pendapat al ashah tidak mensyaratkan halib (tukang pera susu) harus
jadi satu.
Begitu juga al mihlab, dengan terbaca kasrah huruf mimnya, harus jadi satu,
yaitu wadah yang digunakan untuk memerah susu.
Tempat memerah susunya juga harus jadi satu. Lafadz “al halab” dengan
terbaca fathah huruf lamnya.
ZAKAT EMAS
(Fasal) nishab emas adalah dua puluh mitsqal dengan hitungan secara pasti
dengan timbangan negara Makkah.
Dan di dalam jumlah emas yang lebih dari dua puluh misqal, maka sesuai
dengan prosentasenya walaupun lebihannya hanya sedikit.
BAB ZAKAT PERAK
Nishabnya wariq, dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, adalah dua ratus
dirham. Wariq adalah perak.
Dan di dalam lebihan dari dua ratus dirham, wajib mengeluarkan kadar
sesuai dengan hitungannya, walaupun tambahannya hanya sedikit.
Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam benda campuran dari emas atau
perak kecuali kadar murninya telah mencapai satu nishab.
Tidak ada kewajiban zakat di dalam perhiasan yang boleh untuk digunakan.
Adapun perhiasan yang diharamkan seperti gelang tangan dan gelang kaki
yang digunakan oleh orang laki-laki dan khuntsa, maka wajib dikeluarkan
zakatnya.
UKURAN WASAQ
Lima wasaq adalah seribu enam ratus rithl negara Iraq. Di dalam sebagian
redaksi menggunakan bahasa “negara Bagdad”.
Jika diairi dengan daulab, dengan terbaca dlammah dan fathah huruf dalnya,
yaitu alat yang diputar-putar oleh binatang, atau diairi dengan menimba air
dari sungai atau sumur dengan menggunakan binatang seperti onta atau sapi,
maka wajib mengeluarkan zakat setengah sepersepuluh dari jumlah
keseluruhan.
Dan di dalam hasil pertanian dan buah-buahan yang diairi dengan air hujan
dan daulab semisal dengan kadar waktu yang sama, maka wajib
mengeluarkan zakat tiga seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan.
[alkhoirot.org]
Baik modal harta dagangan pertama mencapai satu nishab ataupun tidak.
Jika hasil kalkulasi harta dagangan di akhir tahun mencapai satu nishab,
maka wajib mengeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib zakat.
Dari jumlah tersebut setelah kalkulasi harta dagangan mencapai satu nishab,
maka wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari jumlah
keseluruhan.
Harta yang diambil dari tambang emas dan perak maka wajib mengeluarkan
zakat seperempat sepersepuluh dari hasil tersebut seketika, jika mencapai
satu nishab.
Jika orang yang mengambil tambang tersebut termasuk golongan yang wajib
zakat.
Ma’adin, bentuk jama’ dari lafadz ma’dan dengan terbaca fathah atau kasrah
huruf dalnya, adalah nama bagi tempat barang tambang yang diciptakan oleh
Allah Swt, baik berupa lahan mawat atau berstatus milik.
Harta yang ditemukan dari harta rikaz, yaitu harta pendaman peninggalan
zaman jahiliyah, yaitu keadaan orang-orang arab sebelum Islam, yaitu bodoh
kepada Allah, Rosul-Nya dan syareaat-syareat Islam, maka wajib
mengeluarkan seperlima dari jumlah keseluruhan.
(Fasal) wajib mengeluarkan zakat fitrah dengan tiga syarat. Zakat fitrah
diungkapkan dengan bahasa “zakat fithrah” maksudnya zakat badan.
1. Islam. Maka tidak wajib membayar zakat fitrah bagi orang kafir asli
kecuali untuk budak dan keluarganya yang beragama Islam.
2. -yarat kedua- sebab terbenamnya matahari di hari terakhir bulan
Romadlon.
Kalau demikian, maka wajib membayar zakat fitrah dari orang yang
meninggal dunia setelah terbenamnya matahari, tidak dari anak yang
dilahirkan setelah terbenamnya matahari.
3. -syarat ke tiga- wujudnya kelebihan. Yaitu seseorang memiliki lebihan
dari bahan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya di hari
tersebut, maksudnya siang harinya hari raya Idul Fitri, begitu juga untuk
malam harinya.
Maka bagi orang muslim tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk
budak, kerabat dan istrinya yang beragama kafir, walaupun wajib ia
nafkahi.
Orang yang tidak memiliki lebihan satu sho’, akan tetapi hanya sebagian
sho’ saja, maka ia wajib mengeluarkan sebagian tersebut.
Ukuran satu sho’ adalah lima rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq.
(Fasal) zakat diberikan kepada delapan golongan yang telah disebutkan oleh
Allah Swt di dalam kitab-Nya yang mulia di dalam firman-Nya, “shadaqah
hanya di haki oleh orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang
memproses shodaqah, orang-orang yang di lulutkan hatinya, budak, gharim,
sabilillah, ibn sabil” ila akhir.
Firman Allah Swt ini telah jelas dan tidak perlu untuk dijelaskan lagi kecuali
penjelasan untuk mengetahui golongan-golongan tersebut.
FAKIR
Maka orang yang faqir di dalam zakat adalah orang yang tidak memiliki
harta dan tidak memiliki pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhannya.
Adapun orang yang faqir di dalam pembahasan araya, maka dia adalah
orang yang tidak memiliki nuqud (uang).
MISKIN
Miskin adalah orang yang memiliki harta atau pekerjaan, masing-masing
dari keduanya sudah agak mencukupi tapi masih kurang, seperti orang yang
membutuhkan sepuluh dirham namun dia hanya memiliki tujuh dirham.
AMIL ZAKAT
Amil adalah orang yang dipekerjakan oleh imam untuk mengambil sedekah
dan menyerahkan pada orang-orang yang berhak menerimanya.
Salah satunya adalah muallaf muslimin, yaitu orang yang baru masuk Islam
dan niatnya masih lemah di dalam Islam, maka ia dilunakkan dengan
memberikan zakat padanya.
BUDAK MUKATAB
Sedangkan budak mukatab yang melakukan akad kitabah yang tidak sah,
maka ia tidak diberi bagian budak-budak mukatab.
Salah satunya adalah orang yang hutang untuk meredam fitnah di antara dua
golongan dalam masalah orang yang terbunuh dan tidak jelas pembunuhnya,
maka ia menanggung hutang sebab itu semua.
Maka hutangnya dilunasi dari bagian gharimin, baik ia adalah orang yang
kaya atau fakir.
Jika ia telah melunasi hutang dari hartanya sendiri atau telah memberikan
hartanya sejak awal, maka ia tidak diberi dari bagian gharimin.
Untuk bagian gharimin yang lain telah dijelaskan di dalam kitab-kitab yang
diperluas pembahasannya.
FI SABLILILLAH (MUJAHID)
Adapun sabilillah, maka mereka adalah para pejuang yang tidak memiliki
bagian pasti di dalam buku besar negara, bahkan mereka berjihad suka rela
hanya karena Allah Swt.
Adapun ibn sabil, maka dia adalah orang yang melakukan perjalanan dari
daerah yang sedang memproses zakat, atau melewatinya.
Jika semuanya tidak ada, maka zakat disimpan dulu hingga semuanya atau
sebagian golongan telah ditemukan.
Di dalam menyerahkan zakat, tidak diperkenankan hanya diberikan pada
orang yang kurang dari tiga orang dari setiap golongan dari kedelapan
golongan tersebut.
Kecuali amil, maka sesungguhnya amil bisa saja hanya satu orang jika
memang sudah mencukupi kebutuhan.
Jika zakat hanya diberikan pada dua orang dari setiap golongan, maka wajib
memberi ganti rugi dengan minimal barang yang berharga pada orang
ketiga.
Ada yang berpendapat, bahwa orang ketiga diberi ganti rugi sepertiga dari
yang telah diberikan pada dua orang tersebut.
Yaitu orang yang kaya dengan harta atau pekerjaan. Dan budak (yang bukan
budak mukatab).
Bani Hasyim dan Bani Muthallib. Baik mereka tidak mau menerima haknya
dari bagian khumusil khumus, ataupun mau menerima.
Dan orang kafir. Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “tidak sah
memberikan zakat pada orang kafir”.
Orang yang wajib dinafkahi oleh orang yang mengeluarkan zakat, maka ia
tidak boleh memberikan zakat pada mereka (orang-orang yang dinafkahi)
atas nama orang-orang fakir dan miskin.
Dan boleh memberikan zakat pada mereka dengan status semisal mereka
adalah para pejuang atau gharim.