Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELUARGA
Devi Nawangsasi
Email: devi.nawangsasi@fkip.unila.ac.id
PG-PAUD/FKIP Universitas Lampung
ABSTRACT
Storytelling is closely related to early childhood development. This is very important for children's
development, among others: stimulating the power of thinking, effective media, sharpening
children's sensitivity to sounds, fostering interest in reading and fostering a sense of empathy. The
purpose of this study is to determine the level of understanding of teacher knowledge in storytelling
for early childhood correctly and appropriately.
The results showed the average pre-test value was 45.26 increased with the posttest result of 49.16
with a significance value of 0.028 (p <0.05). This shows that the results from before training after
training storytelling has increased or changed. So it can also be concluded that the more often
research is carried out, the more impact on the ability of storytelling teachers to increase.
Keywords: fairy tales, educators, early childhood
ABSTRAK
Mendongeng erat kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. Hal ini sangat penting bagi
perkembangan anak antara lain : merangsang kekuatan berpikir, media yang efektif, mengasah
kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian, menumbuhkan minat baca dan menumbuhkan rasa
empati. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman pengetahuan guru
dalam mendongeng untuk anak usia dini dengan benar dan tepat.
Hasil menunjukkan nilai pre-test rata-ratanya adalah 45,26 mengalami kenaikan dengan
hasil posttest 49,16 dengan signifikansi bernilai 0.028 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa hasil
dari sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan mendongeng mengalami kenaikan ataupun
mengalami perubahan. Jadi dapat pula disimpulkan bahwa semakin sering dilakukan penelitian
maka akan semakin berdampak terhadap kemampuan mendongeng guru yang meningkat.
Berikut merupakan tips memilih dongeng sesuai Kegiatan ini terdiri dari 30 orang pendidik
dengan kelompok usia. (orangtua/guru) PAUD. Lokasi pengabdian
bertempat di Taman Kanak-Kanak Amarta Tani
a. Untuk Anak Usia 0 sampai 2 Tahun HKTI Bandar Lampung tahun ajaran 2019/2020.
Pemilihan cerita yang cocok untuk anak usia Tujuan dari studi ini adalah untuk tingkat
ini adalah cerita dengan obyek yang ada di pemahaman pengetahuan dalam mendongeng
sekitar lingkungan anak, Karena pada usia ini untuk anak usia dini dengan benar dan tepat.
anak perlu visualisasi dari apa yang Anda Evaluasi dilakukan dengan pre test dan post test.
ceritakan. Sebagai contoh Anda dapat Analisis yang dilakukan dengan uji beda.
mengarang cerita tentang kucing. Anda juga
harus mampu berimajinaasi lebih dengan
mempraktikan suara kucing sehingga anak HASIL DAN PEMBAHASAN
mudah berimajinasi juga mengenai dongeng
Hasil dari uji beda yang telah dilakukan secara
yang disampaikan oleh Anda. Jika Anda
garis besar mengalami kenaikan. Berikut table 1
memilih mendongeng dengan buku, carilah
hasil uji beda antara pre test dan post test
buku dengan sedikit teks, tapi banyak
gambar, agar anak tidak mudah bosan.
Pemilihan jenis dongeng yang tepat untuk
usia ini adalah dongeng fabel dan dongeng
Pendidikan.
b. Untuk Anak Usia 2 sampai 4 Tahun Table 1. Hasil uji beda antara pre test dan post
Di Usia ini adalah usia pembentukan. Anak test
pada usia ini mulai mengenal konsep baru.
Konsep tersebut yaitu konsep manusia dan
kehidupan. Pada usia ini anak suka
menirukan tingkah laku orang dewasa. Anda
dapat menceritakan tentang karakter-
karakter binatang yang disesuaikan dengan
Berdasarkan tabel 1 memperlihatkan bahwa
secara umum kegiatan pelatihan ini
memperlihatkan hasil dengan meningkatnya
pemahaman para peserta pelatihan mendongeng.
Kenaikan yang terlihat adalah dari jumlah peserta
pada kategori baik mengalami kenaikan dari 3%
Dari table tersebut terlihat bahwa uji beda menjadi 17%. Walaupun pada kategori kurang dan
antar pre-test dan post-test mengalami kenaikan. cukup mengalami penurunan dari 27% menjdi
Hal ini menunjukkan bahwa :
23% dan 63% menjadi 60%. Terlihat pula pada
1) adanya kenaikan nilai rata-rata peseta kategori sangat kurang berkurang ataupun
sebelum dan sesudah dilaksanakn penelitian. mengalami kenaikan menjadi tidak ada
Hasil menjunjukkan bahwa nilai pre-test rata- seorangpun pada kategori sangat kurang terlihat
atanya adalah 45,26 mengalami kenaikan yang awalnya 2% menjadi 0%. Hal ini
dengan hasil posttest 49,16. menunjukkan bahwa peserta telah memiliki
2) Dilihat dari nilai correlation bernilai 0,734 peningkatan pemahaman terhadap teknik
artinya hubungan kuat dan positif. hal ini
mendongeng bagi anak usia dini. Peserta semakin
berarti ada hubungan yang kuat pelatihan
mendongeng kepada guru mengerti dan memahami bahwa untuk
3) Melihat hasil signifikansi bernilai 0.028 mengembangkan kemampuan bahasa dapat
(p<0.05) artinya ada perbedaan antara melalui kegiatan mendongeng. Peserta juga
sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini semakin mengerti mengenai konsep mendongeng,
menunjukkan bahwa hasil dari sebelum dapat melakukan praktek langsung mendongeng.
pelatihan dengan sesudah pelatihan
mendongeng, bahwa terdapat peningkatan Secara keseluruhan dilihaat dari nilai rata-
pemahaman berkaitan dengan mendongeng rata peserta mengalami kenaikan (lihat table 1).
Dari data yang telah diambil dapat terlihat Terlihat bahwa nilai pre-test rata-ratanya adalah
bahwa setelah penyelenggaraan pelatihan
45,26 mengalami kenaikan dengan hasil posttest
mendongeng mengalami peningkatan seperti
dimuat pada tabel 2. 49,16. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari
Tabel 2. Hasil prosentasi pre-test dan post- sebelum pelatihan dengan sesudah pelatihan
test mendongeng mengalami kenaikan ataupun
mengalami perubahan. Jadi dapat pula
Klasifikasi Sebelum pelatihan Setelah disimpulkan bahwa semakin sering dilakukan
Skor pelatihan penelitian maka akan semakin berdampak
jumlah presentase jumlah prese
terhadap kemampuan mendongeng guru yang
ntase
Sangat meningkat.
2 7% 0 0%
Kurang
Kurang 8 27% 7 23%
PENUTUP
Cukup 19 63% 18 60%
Mendongeng erat kaitannya dengan
Baik 1 3% 5 17%
perkembangan anak usia dini. Hal ini sangat
Sangat 0 0% 0 0% penting bagi perkembangan anak antara lain :
Baik Merangsang Kekuatan Berpikir, Sebagai Media
Lebih jelas nya lihat gambar 1. berikut ini yang Efektif, Mengasah Kepekaan Anak terhadap
Bunyi-bunyian, Menumbuhkan Minat Baca dan
Gambar 1. Diagram pre test dan post test
menumbuhkan Rasa Empati. Oleh karena itu perlu
sekali pelatihan-pelatihan mendongeng untuk
orang tua dan guru dalam pengimplementasian
mendongeng
DAFTAR PUSTAKA
Agus D.S. 2012. Mendongeng bareng Kak Agus
D.S Yuk. Yogyakarta: Kanisius.
Anak merupakan makhluk yang unik dan istimewa. Dikatakan unik karena setiap
anak memiliki ritme perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Istimewa
karena anak pada masa anak usia dini inilah semua aspek perkembangan berkembang
sangat pesat.
Rakimahwati (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa melalui
mendongeng dapat meningkatkan moral anak usia dini. Perkembangan moral pada anak
dapat dilihat dari sikap dan perilaku sehari-hari, anak dapat membedakan suatu perbuatan
yang ia lakukan itu baik atau buruk.
Haryani (2008) dalam penlitiannya juga menjelaskan bahwa melalui aktivitas atau
kegiatan mendongeng dapat mencerdaskan anak. Dengan mendongeng dapat
menstimulasi kecerdasan anak.
Menurut (James Danandjaja, 2007: 83) pengertian dongeng adalah cerita pendek
yang disampaikan secara lisan, di mana dongeng adalah cerita prosa rakyat yang
dianggap tidak benar benar terjadi.
Manfaat mendongeng menurut kak mal (2010: 12) ada lima manfaat, yaitu sebagai
berikut:
6) Merangsang Kekuatan Berpikir
7) Sebagai Media yang Efektif
8) Mengasah Kepekaan Anak terhadap Bunyi-bunyian
9) Menumbuhkan Minat Baca
10) Menumbuhkan Rasa Empati
Adapun beberapa manfaat mendongeng untuk guru sebagai berikut:
4) Menambah Pengetahuan
5) Dekat dengan Anak
6) Mudah memberikan pelajaran
Nama : Yanti Nurscanti
NPM :1218159
Semester : 3 (Tiga)
ABSTRACT
Adolescent represent nation asset for the creation of generation come good. Natural change in
adolescent often affect at serious adolescent problems enough. Adolescent behavior in this time have very is
feeling concerned about, this matter is marked with growing of case like abortion, pregnancy do not be
wanted, and sexual transmitted diseases including HIV/AIDS. Objective therapy application treatment of
family to family independence level with problems of health of adolescent reproduction. Method analytic
descriptive with sectional cross device. Sample at this research are 10 family with adolescent growth phase
which is natural at risk of problems of health reproduce in Sub-District of Ratujaya District of Pancoran Mas
Town Depok. Result family independence level in overcoming problems of health of related to adolescent
reproduction 5 family duty in overcoming the problem of health of family. Five family with independent level
III, four family with II independence level, and one family with independence level I. Conclusion technique of
giving education of health (KIE: communications, information and education), counseling and coaching in
development and is skilled of adolescent life (responsibility, trust of self, and deduction of free association
invitation by asertif), and skilled development of old fellow in communicating effectively adolescently.
Suggestion need the existence of group peer program and group support social to adolescent in experiencing
growth and develop especially in problem of health of reproduction.
Keywords: adolescent, family therapy, health of reproduction
bagi tenaga kesehatan dalam melakukan transportasi, ekonomi, sosial, rekreasi dan
pengkajian secara holistik dan menyeluruh pemerintahan sebagai faktor yang berkontribusi
bukan hanya aspek pengetahuan, persepsi dan terhadap terjadinya masalah kesehatan
kemampuan remaja dan keluarga terkait reproduksi pada remaja. Hal ini dikarenakan
masalah kesehatan yang dialami, tetapi juga adanya proses pengkajian hingga evaluasi yang
meliputi seluruh aspek termasuk lingkungan, secara menyuluruh hingga mencakup seluruh
sistem kesehatan yang ada. Perlunya kejasama Perlunya kerjasama antar pihak kelurahan
antara remaja, keluarga, tokoh masyarakat, dan dan puskesmas dalam memberikan pelayanan
puskesmas dalam membina masalah remaja. kesehatan reproduksi remaja. Kegiatan dapat
kerja sama ini dapat disusun dan diaspirasikan dimulai dengan pembentukan klinik konseling
kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun remaja di puskesmas. Setelah pusat kesehatan
oleh remaja dan disetujui dan diketahui oleh remaja di puskesmas terbentuk kemudian dapat
keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang dibentuk pelayanan klinik berorientasi remaja
dilakukan bisa berbentuk aktivitas keagamaan, (youth oriented clinic services), Klinik berbasis
keolahragaan taupun kegiatan sosial sehingga sekolah (school based clinic), ataupun program
remaja dapat mengekspresikan kreasi dan penjangkauan berbasis masyarakat (community
masalahnya melalui kelompok tersebut. based outreach program).
Pembahasan
Dari jurnal ini dapat disimpulkan ke dalam trend keperawatan keluarga dimana disini
telah di lakukan penelitian bahwa PENGARUH TERAPI KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP
TINGKAT KEMADIRIAN KELUARGA DENGAN PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA
REMAJA DI KELURAHAN RATU JAYA KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK dampak
hasilnya adalah komunikasi keluarga terkait kesehatan reproduksi remaja di RW 03, RW 04, dan
RW 09 Kelurahan Ratu Jaya menunjukkan kemudahan remaja mendiskusikan masalah dengan
ayah terbanyak kadang-kadang sebesar 36,5% dan frekuensi remaja mendiskusikan kesehatan
reproduksi dengan ayah terbanyak tidak pernah sebesar 65,1%. Kemudahan remaja
mendiskusikan masalah dengan ibu terbanyak kadang-kadang sebesar 36,5% dan frekuensi
remaja mendiskusikan kesehatan reproduksi dengan ibu terbanyak kadang-kadang juga sebesar
38,1%. Pola komunikasi yang terbuka dan dua arah didalam keluarga akan dapat membantu
penyampaian informasi yang baik dari orang tua kepada remaja dalam penjelasan masalah
kesehatan reproduksi.
Pada asuhan keperawatan keluarga, keluarga dibina selama 4 bulan dengan kunjungan 8
kali setiap keluarga. Khusus masalah pengetahuan keluarga tentang kesehatan reproduksi (TUK
1 asuhan keperawatan keluarga) dapat diatasi selama 2-3 kali kunjungan rumah. Model
community as partner dan family center nursing sangat sesuai diterapkan dalam mengatasi
masalah kesehatan reproduksi pada keluarga dengan anak remaja di wilayah Kelurahan Ratu
Jaya Kota Depok karena memberikan panduan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
pengkajian secara holistik dan menyeluruh bukan hanya aspek pengetahuan, persepsi dan
kemampuan remaja dan keluarga terkait masalah kesehatan yang dialami, tetapi juga meliputi
seluruh aspek termasuk lingkungan, transportasi, ekonomi, sosial, rekreasi dan pemerintahan
sebagai faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada
remaja. Hal ini dikarenakan adanya proses pengkajian hingga evaluasi yang secara menyuluruh
hingga mencakup seluruh sistem kesehatan yang ada. Perlunya kejasama antara remaja,
keluarga, tokoh masyarakat, dan puskesmas dalam membina masalah remaja. kerja sama ini
dapat disusun dan diaspirasikan kedalam suatu aktivitas kegiatan yang disusun oleh remaja dan
disetujui dan diketahui oleh keluarga dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan bisa berbentuk
aktivitas keagamaan, keolahragaan taupun kegiatan sosial sehingga remaja dapat
mengekspresikan kreasi dan masalahnya melalui kelompok tersebut. Perlunya kerjasama antar
pihak kelurahan dan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Kegiatan dapat dimulai dengan pembentukan klinik konseling remaja di puskesmas. Setelah
pusat kesehatan remaja di puskesmas terbentuk kemudian dapat dibentuk pelayanan klinik
berorientasi remaja (youth oriented clinic services), Klinik berbasis sekolah (school based clinic),
ataupun program penjangkauan berbasis masyarakat (community based outreach program).
Mei-Oktober 2008 pada dua SMA negeri dan Tabel 1; Distribusi Usia
swasta Yogyakarta menunjukkan siswa mengalami Responden di SMAN 22
bullying fisik seperti ditendang dan didorong Jakarta
sebesar 75, 22%.
Usia f % memuat “Praktik bullying di SMA mulai terlihat
adalah SMA Negeri 70, Bulungan, Jakarta Selatan,
15 tahun 11 11,0 yang sedang jadi sorotan.
16 tahun 60 60,0 Sekolah bertaraf internasional yang berdiri
17 tahun 29 29,0 sejak tahun 1981 ini dilaporkan memiliki tradisi
kekerasan yang berlangsung sejak puluhan tahun,
sampai sekarang. "Sudah membudaya. Sudah
puluhan tahun," kata Ketua Komite Sekolah
PEMBAHASAN SMAN 70 Musni Umar kepada VIVAnews.com,
Karakteristik Responden Jumat 28 Oktober 2011. dalam hal tersebut peneliti
inginmelihat pada siswa SMAN 22 Jakartaapakah
Penelitian ini mengacu pada responden pada usia berpontensi terjadi perilaku bullying pada siswa
remaja sekolah menengah atas dimana kategori SMA tersebut.
remaja pada usia ini remaja tergolong dalam
rentang usia 15 – 17 tahun, dalam hal tersebut Selain itu peneliti hanyamemaparkan
merupakan usia yang rentang berpotensi terjadi pendidikan dan pekerjaan orang tua responden
perilaku bullying di sekolah hal ini didukung oleh didalam hasil penelitian dan tidak dijelaskan secara
pendapat Menurut Edwards (2006) perilaku terperinci didalam bab 6 dikarenakan pendidikan
bullying paling sering terjadi pada masa-masa dan pekerjaan orang tua responden tidak termasuk
sekolah menengah atas (SMA),dikarenakan pada ke dalam area penelitian hanya sebatas
masa ini remaja memiliki egosentrisme yang memaparkan sekilas mengenai kondisi keluarga
tinggi. dari responden tersebut
Anonim. 2007. Agresivitas Pada Remaja. Fortuna, Fini.2008. Hubungan Pola Asuh Otoriter
Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja. Jakarta :
Ariefa efianingrum .2009 .jurnal dinamika Universitas Gunadarma
mengurai akar kekerasan (bullying) di sekolah
Hertinjung, S.W, Susilowati, & I. R. Wardhani.
Bee, Helen. 1994. Lifespan Development. USA: 2012 Profil Kepribadian 16 PF Pelaku Dan
HarperCollins College Publishers Korban Bullying. Prosiding disajikan pada
Seminar Nasional Psikologi Islami, Surakarta,
Biro pusat statistic Negara.2010.diunduh
diakses 21 januari 2014.
21 januari 2014
Hurlock, E. B. 1993. Psikologi Perkembangan
Boyd, D., & Bee, H. 2006. Lifespan development. Anak. Edisi 6. Alih Bahasa: dr. Med. Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Imanda Arief Rahmawan.2012.Hubungan Antara
Pola Asuh Permisif Dengan Intensi Bullying Pada Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
Siswa-Siswi Kelas Vlll SMP Muhammadiyah 4 metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman
Yogyakarta .Yogyakarta. skripsi, tesis dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Irvan usman.(2013). kepribadian, komunikasi,
kelompok teman sebaya,iklim sekolah dan perilaku Octavia, Wahyuniati. 2009. Hubungan Penerimaan
bullying.(on line,jilid ,no Peer Group dengan Rasa Percaya Diri Remaja
(http://www.malang.ac.id, diakses 4 Januari 2014). pada Siswa Kelas VIII di SMA Bhakti Pertiwi
Paiton Probolinggo
Indriyati. 2007. Hubungan Antara Komunikasi
Orangtua dan Anak dengan Rasa Percaya Diri Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2011.
Remaja Putri Awal. Skripsi. Tidak diterbitkan. Human Development (9th Ed.). New york:
Semarang : Universitas Negeri Semarang. McGraw-Hill, Inc.
Irma Trina. 2012. hubungan antara penerimaan Rigby, K. (2003). Addressing Bullying in School:
peer group dengan kepercayaan diri pada siswa Theory and Practice. Australia Institute of
kelas vii smp negeri 1 padang Criminology: Trend & Issues in Crime and
Criminal Justice. No. 259.
Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Buku Panduan
Psikologi S. 2003. Aggressive Behavior. Rigby, K. (2007). Bullying in Schools: and what to
Prelevance Estimation of School Bullying With do about it (Revised and updated). Australia:Acer
the Olweus Bully/Victim Questionnare,X,29,239- Press.
268.
Rigby, K. (2008). Children and bullying: how
Komnas PA. (2011, Desember 21). Catatan akhir parents and educators can reduce bullying at
tahun 2011 komisi nasional perlindungan anak school. Australia: Blackwell Publishing
http://komnaspa.or.id/2011/12/21/cata tan-akhir-
tahun-2011-komisi- nasional-perlindungan-anak/ Santrock, J. W. (2002). Life Span Development
diakses 4januari 2014. (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 1: Edisi
Kelima. Penerbit Erlngga
Levianti .(2008). konformitas dan bullying pada
siswa.(on line Jurnal Psikologi Vol 6 No 1,). Santrock, J. W. (2007). Adolescence. (11th ed.).
( http://www.layananpsikologi@esaun ggul.ac.id, New York: McGraw-Hill.
diakses 4 januari 2014). Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan
Maghfiro, U.& Rahmawati M.A. 2009. Hubungan Keluarga, edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Antara Iklim Sekolah Dengan Kecenderungan Sejiwa. (2008). Bullying: mengatasi kekerasan di
Perilaku Bullying. Yogyakarta : Fakultas . sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta :
Nama : Ratu Nurul Nugrahati
NPM :1218168
Semester : 3 (Tiga)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang
tua dan pengaruh peer group terhadap potensi perilaku bullying di sekolah pada remaja putra.
Bullying adalah perilaku agresi atau manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, atau
psikologis; dengan sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat atau
berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak
berdaya. Berdasarkan data yang didapatkan kekerasan dapat terjadi di dalam lingkungan sekolah dan bisa
dilakukan oleh siapa saja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Karina dkk di kota Bogor pada tahun 2013 tampak bahwa
siswa putracenderung berperilaku bullying pada keseluruhan aspek perilaku bullying dibandingkan siswa
perempuan. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa putra pada aspek bullying fisik
sebesar 36,4 sedangkan siswa putri hanya 18,4,sedangkan 22% remaja putra dan 8 % putri merupakan
pelaku assisting bullying (menemani temannya melakukan bullying), selain itu diketahui pula 12 %
remaja putra dan 6% remaja putri yang merupakan pelaku reinforcing the bully (mendukung temannya
melakukan bully).
Pada bullying verbal sebesar 23, 1724 lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa perempuan 17, 8864.
Begitu juga pada aspek bullying indirect nilai rata-rata siswa putra27, 4828 lebih tinggi daripada siswa
perempuan 20, 7720. Pada aspek bullying physical nilai rata-rata siswa putramencapai 26, 2848
dibandingkan siswa perempuan yang nilai rata-ratanya mencapai 20, 1591. Bentuk bullying yang terjadi
didominasi oleh bullying secara fisik. Penelitian yang dilakukan dalam bulan Mei-Oktober 2008 pada dua
SMA negeri dan swasta Yogyakarta menunjukkan siswa mengalami bullying fisik seperti ditendang dan
didorong sebesar 75, 22%.
PEMBAHASAN
Penelitian ini mengacu pada responden pada usia remaja sekolah menengah atas dimana kategori remaja
pada usia ini remaja tergolong dalam rentang usia 15 – 17 tahun, dalam hal tersebut merupakan usia yang
rentang berpotensi terjadi perilaku bullying di sekolah hal ini didukung oleh pendapat Menurut Edwards
(2006) perilaku bullying paling sering terjadi pada masa-masa sekolah menengah atas (SMA),
dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi. Pada Penelitian ini dilakukan pada
usia 16 – 17 tahun.
KESIMPULAN
Potensi perilaku bullying tidak saja dipengaruhi oleh dari pola asuh keluarga, akan tetapi pengaruh peer
grup juga berpotensi terjadi perilaku bullying setelah dilakukan analisi dan perhitungan yang diperoleh
dengan nilai p value = 0,026 dengan alpha 0,05 yang artinya adanya hubungan yang signifikan antara
pengaruh peer grup terhadap potensi perilaku bullying di sekolah.
Oleh sebab itu peranan dari keluarga dan pentingnya dalam pergaulan dalam teman sebaya sangat
mempengaruhi seorang remaja dalam berkehidupan dan berprilaku dimasyarakat, jika pola asuh yang
baik dan pengaruh teman sebaya yang baik pula maka akan meminimalkan potensi perilaku bullying yang
akan dilakukan oleh remaja tersebut.
Nama : Eli Prima
NPM :1218153
Semester : 3 (Tiga)
e-mail: nyomanbagiastra@unud.ac.id
Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Jurnal UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
Kedokteran Syiah Kuala Volume 12 Nomor 2 Hal.
Nama : Eli Prima
NPM :1218153
Semester : 3 (Tiga)
mnsloriza@yahoo.com
ABSTRACT
Depression is the most mental disorder occurss in elderly. Previous research have investigated how
vulnerable is depression within symptoms of mild to moderate between 50% -75%. Symptoms of
depression were not treated promptly influencing of quality of life expectancy and physical function. For
families who lived with elderly depressive symptoms had to fight in maintaining their health. The aim of
the study was to identify the correlation of family communication patterns at the depression level among
elderly people. This study method employed a quantitative correlation approach. Seventy-seven elderly
people participated in this study that collects in purposive sampling. Questionnaires were applied to
collect data of demographic, family communication pattern and depression level. Data were analyzed by
Spearman’s rho. The results of study showed that most of elders, men were more susceptible to mild
depression level. There is a significant correlation of family communication patterns at depression levels
among elderly people. Depression level in elderly people affected by dysfunctional family communication
patterns. The further study recommended emotional change’s assessment to detect early depression
sign among elderly people.
ABSTRAK
Depresi merupakan ganguan mental yang sangat rentan terjadi pada usia lanjut. Data penelitian
memperlihatkan gejala depresi ringan sampai sedang antara 50%-75%. Gejala depresi yang tidak
ditangani segera mempengaruhi kualitas harapan hidup dan kemunduran fisik. Penerapan pola
komunikasi yang baik antara keluarga dan lansia akan memperkecil dampak buruk dari depresi..
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi korelasi antara pola komunikasi keluarga
dengan tingkat depresi pada usia lanjut di Kota Jambi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan korelasi. Tujuh puluh tujuh orang yang berusia lebih dari 60 tahun terlibat dalam
penelitian yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner
tentang data demografi, pola komunikasi keluarga dan tingkat depresi lansia. Uji korelasi Spearman’s
rho diaplikasikan untuk menganalisa ada tidaknya hubungan antara kedua variabel, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dari analisis diketahui bahwa sebagian besar laki- laki yang
telah berusia lanjut lebih rentan mengalami gejala depresi tingkat ringan. Terdapat korelasi antara pola
komunikasi keluarga dengan tingkat depresi usia lanjut. Tingkat depresi pada usia lanjut dipengaruhi
adanya pola komunikasi disfungsional dalam keluarga yang tinggal dengan usia lanjut. Oleh karenanya,
perlu dilakukan pengkajian perubahan emosional pada usia lanjut untuk mendeteksi gelaja awal
depresi.
Kopertis Wilayah X 97
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
(Touhy & Jett, 2012). Usia lanjut yang Kejadian depresi pada lansia yang
berusia lebih dari 65 tahun mencapai 13,5%
mengalami depresi mengakibatkan tingkat di Amerika (Miller, 2012). Selain di komunitas
produktivitasnya menjadi menurun depresi juga diderita lansia yang tinggal di
(Sulaiman, 2014). Hal ini institusi yang memperlihatkan gejala depresi
ringan sampai sedang antara 50%-75%
Peningkatan jumlah lansia telah sehingga memerlukan perawatan jangka
menjadi tren bagi populasi penduduk panjang (Saputri & Indrawati, 2011).
berdasarkan umur yang cukup signifikan di
Indonesia (Sulaiman, 2014). Dalam hal ini Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia
peningkatan angka kejadian kasus depresi menunjukkan pada tahun 2010 termasuk lima
pada lansia berbanding lurus dengan besar negara dengan jumlah penduduk lanjut
meningkatnya harapan hidup lansia (Meiner, usia yakni sebesar 18,1 juta jiwa atau 9,6
2011). persen dari jumlah penduduk (Rustika &
Riyadina, 2000).
Prevalensi populasi usia lanjut berusia
60 tahun yang menderita depresi di Indonesia METODE PENELITIAN
diperkirakan antara 5%-7,2% (Sulaiman,
Penelitian ini adalah penelitian
2014). dan meningkat dua kali lipat setiap 5
kualitatif yang menggunakan desain cross
tahun mencapai 45% pada usia diatas 85
sectional (Polit & Beck, 2010). Pengukuran
tahun (Pusdatin Kemenkes RI, 2013). Oleh
atau pengamatan masing-masing variabel
karenanya pengaturan layanan kesehatan
dalam penelitian ini hanya akan dilakukan
bagi usia lanjut perlu dikembangkan salah
satu kali waktu saja (Marston, 2010). Adapun
satunya dalam menekan kejadian depresi
tujuan penelitian adalah untuk melihat
(Liputan6, 2013). Gejala depresi yang tidak hubungan variabel pola komunikasi dengan
tingkat depresi pada usia lanjut di Kota Jambi.
ditangani segera dan cenderung
berkelanjutan dapat memperpendek harapan Responden yang berpartisipasi dalam
hidup dan memperburuk kemunduran fisik penelitian ini dipilih secara purposive
serta menghambat pemenuhan tugas-tugas sampling yang berjumlah 77 orang dengan
perkembangan lansia (Irawan, 2013). kriteria laki-laki dan perempuan yang berusia
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan lebih dari 60 tahun, kooperatif, sudah
terdaftar dan mendapatkan pelayanan telah dilakukan penilaian terhadap
kesehatan. Semua lansia dalam penelitian ini
Kopertis Wilayah X 98
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
penurunan fungsi kognitif dengan skala depresi ringan (skor5-10), dan depresi berat
MMSE. (skor>10). Apabila ditemukan depresi berat
peneliti akan melakukan rujukan guna
Instrumen penelitian yang dipakai
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap
untuk mendapatkan data demografi lansia,
gejala depresi tersebut secara lebih rinci.
tingkat depresi dan pola komunikasi keluarga.
Semua kuesioner disediakan dalam bahasa Penelitian telah dilakukan di ruang poli
Indonesia. Data demografi yang dikaji lansia puskesmas Simpang Kawat pada bulan
menggambarkan karakteristik dari umur, Desember 2015 hingga Januari 2016.
jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat Pengumpulan data akan dimulai setelah
pendidikan lansia. semua lansia yang terpilih sebagai responden
telah menyetujui berpartisipasi dalam
Variabel penelitian pola komunikasi
penelitian bersifat sukarela dengan
keluarga didefinisikan sebagai suatu cara
menandatangani lembar persetujuan.
pertukaran kebutuhan informasi dan
Selanjutnya, lansia akan diberikan semua
pendapat yang diterapkan oleh keluarga.
informasi yang terkait dalam proses
Kuesioner pola komunikasi ini terdiri dari 10
penelitian. Akan tetapi lansia juga berhak
pertanyaan yang mengidentifikasi bagaimana
mengundurkan diri secara langsung jika
penerapan pola komunikasi oleh keluarga
yang tinggal bersama lansia. Dalam penelitian mendapatkan kerugian-kerugian akibat dari
ini diketahui nilai Cronbach alpha adalah proses penelitian.
0,958.
Teknik pengambilan data dilakukan
Gambaran tingkat depresi diartikan melalui proses wawancara selama 30-45
sebagai adanya rasa ketidakpuasaan dan menit pada setiap responden yang datang
ketidakberdayaan dalam hidup yang berkunjung dan mendapatkan layanan
dirasakan oleh lansia. Kuesioner Geriatric kesehatan ke puskesmas dengan
Depression Scale (GDS) oleh Yesavage (1983) memperhatikan kode etik penelitian dan hak-
dipakai untuk mengetahui tingkat depresi hak setiap lansia. Lansia juga akan diberikan
yang sedang dialami oleh setiap lansia Pada waktu tambahan untuk mengklarifikasi jika
penelitian ini ada 15 pertanyaan yang akan ada pertanyaan yang tidak jelas.
ditanyakan kepada lansia. Skor total pada
Sebelum dianalisa, setiap kuesioner
GDS-15 akan mengidentifikasi tingkat depresi
akan diperiksa kembali kelengkapan data atas
lansia, jika tidak ada gejala depresi (skor<5),
jawaban responden. Dalam penelitian ini
tidak ditemukannya kesalahan dari pengisian HASIL DAN PEMBAHASAN
data. Keseluruhan data yang telah didapatkan
Sebanyak 77 orang lanjut usia yang
disimpan dan dijamin kerahasiaannya oleh
diwawancarai mampu menyelesaikan
peneliti dan akan digunakan untuk
wawancara hingga akhir secara kooperatif.
kepentingan dalam penelitian saja. Data akan
Semua responden mengatakan bahwa
dimusnahkan jika proses semua tahapan
mereka saat ini masih tinggal serumah
dalam penelitian berakhir.
dengan pasangannya (suami/istri) serta
Analisa data dilakukan secara anggota keluarga seperti anak, cucu,
univariat untuk menjelaskan karakteristik menantu atau saudara lainnya Hasil
jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan penelitian secara rinci dapat menjelaskan
dari lansia yang disajikan dalam persentase hasil analisa univariat (Tabel.1) dan bivariat
dan tabel. Sedangkan bivariat dianalisis untuk (Tabel 2).
mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan
Dari 77 orang lansia yang terlibat
variabel antara pola komunikasi dan tingkat
dalam penelitian terdiri dari 42 orang laki-
depresi pada usia lanjut dengan uji
laki (54.5%). Sebagian besar responden
Spearman’s rho dengan standar derajat
berusia kurang dari 65 tahun (83.6%)
kemaknaan p-value < 0,05.
Pola Komunikasi Keluarga
PEMBAHASAN
Pola komunikasi dalam keluarga.
Dalam penelitian ini ditemukannya dengan keluarga yang tinggal serumah
penerapan jenis pola komunikasi secara
disfungsional oleh keluarga yang tinggal bersamanya. 16 Penelitian oleh (de Almeida
bersama dengan lansia. Keadaan ini sering
terjadi ketika lansia yang marah-marah dan & 20 Ciosak, 2013) sejalan dengan hasil 22
lansia merasa putus asa apabila ucapan penelitian ini mengemukakan bahwa 11
tidak diterima keluarga (80,5%). Ada juga
(54,5%) lansia yang merasa tidak mampu komunikasi yang terjadi antara keluarga 8
dan (53,2%) diantaranya merasa tidak dengan lansia merupakan salah satu bentuk
berdaya dalam menyelesaikan masalah
serta antara keluarga dan lansia tidak mau dukungan yang dapat diberikan keluarga 48
menerima jika terdapat perbedaan- kepada lansia. Menurut penelitian oleh 29
perbedaan pendapat (53.2%). Hal inilah
(Peneliti, 2016) menggambarkan sebagian
yang menunjukkan bahwa besarnya efek
penerapan komunikasi disfungsional dalam besar keluarga yang tinggal serumah 42
keluarga sehingga membuat lansia tidak 49
dengan lansia lebih sering menerapkan 35
menjadi terbuka selama proses interaksi 38
pola komunikasi keluarga secara
disfungsional daripada fungsional. Oleh 54.5 45.5 Tingkat Depresi - Tidak ada -
karenanya sangatlah penting melihat Depresi ringan - Depresi Berat
gambaran jenis pola komunikasi yang
diterapkan oleh keluarga. 15 50 12
Komunikasi disfungsional dikenal sebagai 19.5 64.9 15.6 Pola Komunikasi -
transmisi tidak jelas atau tidak langsung Disfungsional - Fungsional
serta penerimaan dari salah satu atau
keduanya, isi dan instruksi dari pesan dan 47 30
atau ketidaksesuaian antara tingkat isi 63.6
36.4 61.0 39.0 Tabel 2. Analisis Bivariat
20.8 26.0 28.6 14.3 10.4 LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal
Endurance 2(1) February 2017
62.3 37.7
dan instruksi dari pesan (Friedman, Vicky & Menurut hasil analisis dalam penelitian
Elaine, 2010). Salah satu faktor utama yang ini juga diketahui bahwa hanya sebagian kecil
menyebabkan terjadinya pola komunikasi keluarga yang menerapkan pola komunikasi
disfungsional adalah terdapatnya rasa harga fungsional, hal ini terjadi disaat keluarga
diri yang rendah pada keluarga dan selalu mendengarkan dengan baik keluh
anggotanya sehingga dapat menyebabkan kesah dari masalah yang sedang dialami
kesalahpahaman dan emosi yang diluapkan lansia dan menanggapi cerita atau
baik oleh lansia maupun anggota keluarga pertanyaan yang disampaikan lansia. Namun,
lainnya (Saputri & Indrawati, 2011). kondisi inilah yang membuktikan bahwa
dalam keluarga lansia tersebut terdapat
Hasil penelitian ini berbeda dengan
interaksi yang sehat sehingga keluarga tidak
penelitian oleh (de Almeida & Ciosak, 2013)
mengalami kendala yang berarti untuk
menjelaskan bahwa tipe komunikasi keluarga
memenuhi kebutuhan dan fungsi-fungsi
yang bersifat fungsional sangat menunjang
kesehatan yang umum bagi lansia
terbentuknya interaksi yang terbuka antar
(Noorafshan, Jowkar, & Hosseini, 2013).
anggota keluarga sehingga mendorong
pertumbuhan dan berubah bila kebutuhan- Mengingat banyaknya persoalan hidup
kebutuhan lansia muncul. Salah satu bentuk yang dihadapi oleh lansia yang terlibat
support system utama bagi lansia dalam penelitian pada proses menua dapat
mempertahankan dan meningkatkan status meningkatkan sensitivitas emosional lansia
mental lansia sehingga lebih mudah dicapai tersebut (Stunkard, 2009). Oleh sebab itu
dengan terlaksananya jenis pola komunikasi pentingnya penerapan pola komunikasi yang
keluarga fungsional (Sari, 2013) baik akan memberikan kontribusi yang baik
antara keluarga dan lansia dalam (51.9%). Hal ini disebabkan lansia masih
menyelesaikan masalah. tinggal bersama dengan keluarganya
sehingga lansia masih diperhatikan oleh
Tingkat Depresi Pada Lansia. Skala
keluarganya. Gejala depresi ini cenderung
depresi geriatrik Yesavage (1983) digunakan
timbul terutama bagi lansia laki-laki tidak
sebagai alat skrining untuk megukur tingkat
memiliki pekerjaan meskipun pemenuhan
depresi pada lansia dalam tahap penelitian
kebutuhan sehari-hari tetap dilakukan oleh
ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anggota keluarga.
responden yang mengalami depresi lebih
banyak daripada yang tidak mengalami gejala Munculnya gejala depresi diantara
depresi. Berdasarkan penelitian (Prascika, lansia tersebut dapat dipengaruhi oleh
2016) diketahui bahwa adanya perbedaan mekanisme koping pada usia lanjut yaitu
tingkat depresi terjadi karena lansia faktor-faktor usia, jenis kelamin, jenis
mengalami suatu kegagalan untuk pekerjaan, tingkat pendidikan dan dukungan
mempertahankan keseimbangan terhadap keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil
kondisi stres fisiologis dari proses menua. penelitian oleh (Agus, Wwpsr, Ratep, &
Westa, 2014).
Sebagian besar lansia dalam
penelitian ini mengalami depresi pada tingkat Penelitian lainnya oleh (Prasitthipab,
ringan daripada depresi berat, yang ditandai 2008) sejalan dengan hasil penelitian ini
dengan gejala adanya perasaan khawatir menunjukkan bahwa lansia rentan menderita
dengan masa depan (67.5%), merasa tidak depresi dengan gejala ringan daripada gejala
berharga dan tidak adanya harapan dalam depresi yang lebih berat. Penyebab depresi
hidup (58,8%) serta adanya lansia yang pada lansia merupakan perpaduan interaksi
berfikir keadaanya saat ini kurang yang unik dari berkurangnya interaksi sosial,
menyenangkan dan orang lain lebih baik kesepian, perasaan rendah diri karena
keadaanya daripada keadaanya sendiri penurunan
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
kemampuan diri dan penurunan fungsi tubuh Dalam internal, faktor usia terutama bagi
(Basuki, 2015). seseorang laki-laki yang berusia lebih dari 60
tahun yang tinggal bersama anggota keluarga
Penelitian lainnya yang mendukung
di komunitas lebih berisiko tiga kali lebih
yaitu penelitian dari (Supriani, Pascasarjana,
besar mengalami depresi skala sedang-ringan
& Maret, 2011) menyatakan bahwa terdapat
(Keperawatan, Studi, & Keperawatan, 2012)
hubungan yang kuat faktor internal dan
eksternal dengan tingkat depresi pada lansia. Hal yang berbeda dilaporkan dalam penelitian
(Peneliti, 2016) bahwa sebagian penderita keluarganya. Menurut penelitian sebelumnya
depresi kronik terjadi pada perempuan bila (Ikasi & Hasanah, 2010) melaporkan bahwa
dibandingkan dengan laki- laki karena wanita lansia dengan dukungan keluarga yang tinggi
memiliki lebih banyak aktifitas yang memicu akan merasakan kenyamanan dan
timbulnya stres. Hasil analisis penelitian ini menimbulkan perasaan bahagia dalam
juga menjelaskan mengenai tingkat depresi hidupnya. Sejalan dengan penelitian
bagi mayoritas lansia yang mengalami depresi (Menjaga & Mentalnya, n.d.). Dalam
didominasi pada usia prasenium (Tabel.1). penelitian (Irawan, 2013) juga menjelaskan
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian bahwa keberadaan dukungan dari anggota
yang dilakukan (Supriani et al., 2011) dimana keluarga lainnya dalam satu rumah yang
gejala depresi pada lansia prevalensinya diberikan kepada lansia dapat menurunkan
meningkat seiring bertambahnya umur lansia. resiko terjadinya depresi.
Lansia yang berumur 65 tahun keatas
Hal berbeda yang diperoleh dalam
cenderung mengalami depresi daripada yang
penelitian (Indonesia, Nauli, Keperawatan,
berumur kurang dari 65 tahun (Adinegara,
Magister, & Keperawatan, 2011) bahwa tidak
Puspita, Kp, Sc, & Keluarga, n.d.). Hal
terdapat perbedaan yang signiikan antara
demikian menggambarkan tingkat depresi
tingkat depresi lansia pada lansia yang
lansia dipengaruhi dari perspektif umur.
memiliki keluarga dengan lansia yang tidak
Pada penelitian ini beberapa lansia juga memiliki keluarga. Hal ini didukung oleh
terlihat menderita depresi tingkat berat penelitian sebelumnya yang melaporkan
masih jauh lebih rendah jumlahnya bahwa prevalensi kejadian depresi akan
dibandingkan dengan tingkat depresi ringan meningkat diantara orang yang berusia lanjut
(Tabel.1), walaupun begitu tidak tertutup yang tinggal sendiri (Publikasi et al., 2014).
kemungkinan bahwa depresi ringan akan
berkembang menjadi depresi berat jika Hubungan pola komunikasi keluarga
keadaan ini tidak segera ditangani. Penelitian dengan tingkat depresi pada usia lanjut.
yang dilakukan (Publikasi, Handayani, Studi, & Dalam penelitian ini diketahui bahwa
Keperawatan, 2014) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pada umumnya gangguan depresi berat variabel pola komunikasi keluarga dengan
terjadi paling sering pada orang yang tidak tingkat depresi pada usia lanjut (Tabel.2). Hal
memiliki hubungan interpersonal yang erat ini berarti bahwa semakin sering penerapan
yakni status pola komunikasi keluarga disfungsional yang
ada di dalam keluarga lansia maka akan
perkawinan bercerai atau berpisah terutama
meningkatkan tingkat depresi pada lansia
bagi subjek lansia yang tinggal di komunitas
tersebut.
dari pada yang tinggal di panti werdha. Dari
Beragamnya gambaran masalah yang
hasil penelitian ini didapatkan gambaran dihadapi oleh lansia selama proses menua
bahwa sebagian besar lansia yang mengalami dapat meningkatkan sensivitas emosional
depresi bertempat tinggal bersama seseorang, sering merasa tidak berguna,
sering marah dan tidak sabaran, merasa
kehilangan peran dalam keluarga, mudah tersinggung, dan merasa tidak berdaya
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
(Annis, 2014). Oleh karena itu komunikasi interaksi yang dapat menguatkan sikap dan
mempengaruhi cara keluarga dalam tingkah laku orang lain serta mengubah sikap
memenuhi kebutuhan kesehatan mental dan tingkah laku tersebut (Touhy & Jett,
terutama bagi lansia yang menderita depresi 2012). Bagi lansia, komunikasi yang baik
(Sari, 2013). sangat diperlukan sebagai salah satu
indikator sistem pendukung keluarga pada
Komunikasi sangat penting bagi
lansia dalam menghadapi depresi (Menjaga &
kedekatan keluarga, mengenal masalah,
Mentalnya, n.d.).
memberi respon terhadap peran-peran non-
verbal dan mengenal masalah pada tiap Berbeda dengan hasil penelitian (Inta
individu (Ekowati, 2011). Komunikasi yang Mahfiroh, Titan Ligita, 2013) yang
sehat adalah komunikasi yang jelas dan menggambarkan bahwa tidak ada hubungan
kemampuan mendengar satu sama lain yang bermakna antara pola komunikasi
(Prasitthipab, 2008). keluarga dengan tingkat depresi pada lansia
di kelurahan Pdang Bulan Medan. Menurut
Penelitian oleh (Noorafshan et al.,
(Zulfitri, 2011) diketahui bahwa tingkat
2013) menggambarkan bahwa jenis pola
depresi lansia dipengaruhi faktor-faktor lain
komunikasi yang dijalankan oleh keluarga
seperti jenis
akan mempengaruhi kejadian depresi pada
lansia. Dalam penelitian sejenis lainnnya kelamin, status perkawinan, aktifitas fisik,
dinyatakan bahwa adanya pola komunikasi jenis penyakit kronis yang diderita lansia dan
keluarga yang baik di harapkan dapat bentuk dukungan sosial yang diterima oleh
membentuk suatu proses perawatan yang lansia.
baik dari keluarga untuk membimbing lansia
Berdasarkan analisa diatas dapat
memenuhi kebutuhan kesehatannya
diasumsikan bahwa tingkat depresi lansia
(Zarnaghash, Zarnaghash, & Zarnaghash,
memiliki penyebab yang multi faktor yang
2013). Dengan demikian terlihat jelas adanya
harus dipahami bagi keluarga (Noorafshan et
interaksi keluarga dengan lansia menjadi
al., 2013). Namun, dari penelitian ini
faktor penting dalam meningkatkan
membuktikan bahwa terdapat adanya
kemandirian aktifitas lansia sehari-hari di
korelasi yang bermakna penerapan pola
dalam atau luar rumah (Annis, 2014).
komunikasi keluarga dengan tingkat depresi
Komunikasi dapat diartikan sebagai pada usia lanjut. Adapun pola komunikasi
suatu proses sosial yang mengakibatkan yang disfungsional merupakan faktor yang
terjadinya hubungan antara manusia atau paling dominan behubungan dengan kejadian
depresi pada lansia di Kota Jambi. Dalam hal keluarga. Hal ini bertujuan agar keluarga
ini sudah selayaknya menjadi perhatian bagi mampu lebih memperhatikan gejala-gejala
keluarga terhadap semua hal sebagai adanya gangguan emosional pada lansia.
penyebab lansia mengalami depresi dapat Dengan demikian adanya hubungan
didiskusikan bersama dengan lansia melalui komunikasi yang fungsional bertujuan agar
komunikasi terbuka dalam keluarga (“jurnal lansia dapat terhindar dari timbulnya gejala
lansia Januari 2015,” n.d.). depresi berat yang nantinya dapat berlanjut
buruk terhadap kesehatan lansia.
Penelitian ini diharapkan perlu untuk
meningkatkan peran perawat agar lebih
SIMPULAN
sering melakukan interaksi dengan keluarga
seperti memberikan pendidikan kesehatan Penyebab depresi pada lanjut usia
dan saran kepada keluarga baik melalui terkait dengan beberapa faktor. Pola
penyuluhan ataupun pada saat kunjungan komunikasi keluarga menunjukkan korelasi
pasien ke puskesmas. Perawat juga dapat yang bermakna dengan tingkat depresi bagi
memberikan contoh cara membentuk pola populasi usia lanjut. Pola komunikasi keluarga
komunikasi dengan keluarga secara terbuka bisa terjadi secara fungsional dan
seperti saat memberikan pengarahan untuk
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
LS Yan & Megawati – Korelasi Antara Pola... Journal Endurance 2(1) February 2017
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan desain cross sectional
(Polit & Beck, 2010). Instrumen penelitian yang dipakai untuk mendapatkan data demografi
lansia, tingkat depresi dan pola komunikasi keluarga. Semua kuesioner disediakan dalam bahasa
Indonesia. Data demografi yang dikaji menggambarkan karakteristik dari umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan tingkat pendidikan lansia. Variabel penelitian pola komunikasi keluarga
didefinisikan sebagai suatu cara pertukaran kebutuhan informasi dan pendapat yang diterapkan
oleh keluarga.
Gambaran tingkat depresi diartikan sebagai adanya rasa ketidakpuasaan dan ketidakberdayaan
dalam hidup yang dirasakan oleh lansia Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia
cenderung beresiko untuk mengalamai depresi dengan berbagai penyebab diantara penyebabnya
yaitu jenis kelamin, lansia laki laki cenderung lebih tinggi mengalami resiko depresi
dibandingkan dengan perempuan karena laki laki mengalami penurunan fungsi secara ekonomi
yang sebelumnya mampu mencari nafkah setelah pensiun mengalami penurunan pengasilan tidak
sedikit lansia laki -laki sering mengalami emosi yang cenderug sering marah – marah , bahkan
ada yang sampai mengalai bunuh diri .
Selain jenis kelamin penyebab depresi pada lansia juga diantara nya komunikasi . komunikasi
yang kurang efektif antar anggota keluarga terutama anak – anak bisa menyebabkan lansia
mengalami depresi. Dengan membantu lansia agar mampu mengungkapkan ketidak nyamanan
nya akan mengurangi resiko depresi anggota keluarga inti sangat mempengaruhi sekali
komunikasi anatr keluarga dimana lansia bias becerita kepada anak – anaknya, cucu dan keluarga
lainya dengan cara ini lansia merasa masih dikelilingi oleh keluarga yang menyayangi mereka,
sehingga mereka merasa tidak kesepian dan keluarga masih menyayangi mereka
Mekanisme koping lansia yang tidak sesuai dengan kemampuan juga bisa menjadikan lansia
mengalami depresi . Deprsei pada lansia ada ringan , sedang dan berat . selama lansia mampu
mengkomunikasikan segala hal yang dia anggap tidak mampu untuk diselesaikan akan
mengurangi resiko depresi . selain lansia itu sendiri dengan kemampuan mekanisme koping yang
baik factor dukungan keluarga juga sangat mempengarungi depresi.
Lansia cenderung mengalami depresi karena factor keluarga yang kurang komunikatif , pada saat
seseorang mengalami kondisi lansia dia menganggap dirinya sudah tidak mampu melakukan apa
apa karena menurunya fungsi tubuh baik secara anatomis maupun fisiologis. Dengan
memberikan kegiatan yang positif lansia akan cenderung jauh dari depresi. Dimana lansia yang
memiliki kegiatan ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki
kegiatan, Dukungan semua pihak terutama keluarga akan mampu mengurangi depresi pada
lansia .
Nama : Zenna Muhammad R
NPM :1218144
Semester : 3 (Tiga)
24 45.3% Cukup
signifikan (Pvalue) pengaruh antara peran
keluarga dengan perilaku merokok adalah 17 32.1% 0 0%
0,037 (Pvalue<α), hal ini menunjukkan bahwa
25 47.2% 42 7.5% Total 23 43.4%
ada pengaruh bermakna secara statistik
antara peran keluarga dengan perilaku
30 56.6%
merokok.
PEMBAHASAN 1. Pengetahuan dengan 53 100.0% Responden yang memiliki peran
peran keluarga di Dusun Nglampengan keluarga baik dengan perilaku merokok
Desa Temuwuh Kecamatan Dlingo yang berat berjumlah 11 orang (20.8%) dan
Kabupaten Bantul. peran keluarga baik dengan perilaku
Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui merokok tidak berat berjumlah 13 orang
bahwa jumlah responden di masyarakat (24.5%), kemudian responden yang
Dusun Nglampengan Desa Temuwuh memiliki peran keluarga cukup dengan
Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul yang perilaku merokok yang berat berjumlah 8
memiliki pengetahuan baik yaitu 58.5% (31 orang (15.1%) dan peran keluarga cukup
responden) dan yang tidak baik 41.5% (22 dengan perilaku merokok tidak berat
responden). berjumlah 17 orang (32.1%), responden
yang memiliki peran keluarga kurang
Hasil Uji Crosstab menyatakan bahwa dengan perilaku merokok yang berat
responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 4 orang (7.5%), dan responden
dengan perilaku merokok yang berat yang memiliki peran keluarga yang kurang
berjumlah 13 orang (24.5%), kemudian dengan perilaku merokok yang tidak berat
responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 0 orang (0.0%).
dengan perilaku merokok yang tidak berat
berjumlah 18 orang (34.0%), responden Tabel 14. Hasil Uji Chi Square Peran
dengan pengetahuan tidak baik dengan Keluarga dengan Perilaku Merokok di
perilaku merokok yang berat berjumlah 10 Dusun Nglampengan, Temuwuh, Dlingo,
orang (18.9%) dan responden yang memiliki Bantul Tahun 2018 signifikan
pengetahuan tidak baik dengan perilaku
merokok tidak berat berjumlah 12 orang (Pvalue)pengaruh antara pengetahuan
(22.6%). dengan perilaku merokok adalah 1,000
Hasil uji statistik dengan uji Chi-square (Pvalue>α), ini menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh bermakna secara statistik Nglampengan Desa Temuwuh Kecamatan
antara pengetahuan dengan perilaku Dlingo Kabupaten Bantul yang memiliki
merokok. Hal ini disebabkan oleh peran keluarga baik yaitu 45.3% (24
ketidakseimbangan antara hasil statistik orang), yang cukup 47.2% (25 orang) dan
pengetahuan dengan perilaku merokok, yang kurang 7.5% (4 orang).
untuk hasil dari pengetahuan
Hasil Uji Crosstab menyatakan
menunjukkan bahwa responden yang
bahwa responden yang memiliki
memiliki pengetahan baik sebanyak 31
peran keluarga baik dengan perilaku
orang dan yang berpengetahuan tidak
merokok yang berat berjumlah 11
baik sebanyak 22 orang. Sedangkan
orang (20.8%) kemudian responden
untuk hasil dari perilaku merokok
yang memiliki peran keluarga baik
menunjukkan ada 23 orang yang perilaku
dengan perilaku merokok yang tidak
merokok berat dan 30 orang yang
berat berjumlah 13 orang (24.5%),
perilaku merokok tidak berat, sedangkan
responden yang memiliki peran
untuk crosstab pengetahuan dengan
keluarga cukup dengan perilaku
perilaku merokok responden yang
merokok berat berjumlah 8 orang
memiliki pengetahuan baik dengan
(15.1%) kemudian responden yang
perilaku merokok berat berjumlah 13
memiliki peran keluarga cukup
orang (24.5%), kemudian responden
dengan perilaku merokok yang tidak
yang memiliki pengetahuan baik dengan
berat berjumlah 17 orang (32.1%),
perilaku merokok tidak berat berjumlah
dan responden yang memiliki peran
18 orang (34.0%), responden yang
keluarga kurang dengan perilaku
memiliki pengetahuan tidak baik dengan
merokok berat berjumlah 4 orang
perilaku merokok berat berjumlah 10
(7.5%) kemudian responden yang
orang (18.9%) dan responden yang
memiliki peran keluarga kurang
memiliki pengetahuan tidak baik dengan
dengan perilaku merokok tidak berat
perilaku merokok tidak berat berjumlah
berjumlah 0 orang (0.0%).
12 orang (22.6%). Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel X1
Keperawatan Gerontik, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3Information and Communication
Technology, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives, Jakarta Email: rizkiyani.istifada71@ui.ac.id
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berdampak pada sulitnya jangkauan akses pelayanan kesehatan di
beberapa daerah terluar dan perbatasan. Kondisi ini menyebabkan lemahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai
kesehatan. Telehealth sebagai solusi dalam mengatasi pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia. Telehealth pada
layanan homecare diaplikasikan menggunakan interaksi virtual pada pasien tanpa menjangkau akses ke pelayanan
kesehatan. Sistem layanan telehealth menggunakan internet dengan sistem video conference, SMS (Short Message
System), e-mail, telepon seluler/traditional phone. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dapat memanfaatkan
teknologi telehealth sebagai asuhan keperawatan yang holistik dan berkelanjutan pada layanan homecare. Penulisan
karya ilmiah ini diharapkan dapat mendeskripsikan pemanfaatan aplikasi telehealth. Metode penelitian ini
menggunakan literature review yang berfokus pada pemanfaatan telehealth. Penerapan telehealth berdampak pada
peningkatan kesehatan dan keterampilan perawat dalam melakukan asuhan. Adanya kesenjangan terhadap
pemerataan jaringan internet adalah tantangan yang dimiliki pemerintah dalam mengembangkan telehealth.
Pemerintah sebaiknya melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam pengembangan telehealth, sehingga kesehatan
madani tercapai.
ABSTRACT
Indonesia is an archipelago that has difficulty impact to access health service in the remote area. This condition has
caused the low awareness of health in public. Telehealth is one of the solutions to the equal distribution of health
service in Indonesia. Telehealth can be applied to virtual communication between nurses and patients. Telehealth’s
system uses internet with video conference system, SMS (Short Message System), e- mail, and traditional phone. Nurses
are one of health professionals to use telehealth for continuity of nursing care and holistic care in homecare. This article
expected to describe the benefit of telehealth. This research method used literature review. Telehealth has effected to
increase the civil health status, then can increase nurse’s skill about health care. There are have incompletely about
distribution network that can be threat for government to develop the telehealth. The government should do the
collaboration with other sectors that concern to develop the telehealth, so civil’s health to be achieved.
homecare antara perawat dan pasien. berupaya untuk menerapkan teknologi tele-
Konsep telehealth di Indonesia masih kesehatan sebagai upaya mengurangi
terbatas pada layanan konsultasi dokter dan kesenjangan akses pelayanan kesehatan.
pasien. Faktanya, telehealth layanan Target awal pemerintah dalam penerapan
homecare menjadi salah satu solusi untuk telehealth saat ini berfokus pada pengampu
mengatasi permasalahan akses kesehatan. pelayanan telehealth yang tersebar di
Hasil survei Home Nursing Agency (2004) Indonesia dengan persentase capaian
dalam Sri & Sahar (2012) menunjukkan sebesar 6 % di tahun 2016 (Renstra
bahwa pasien-pasien yang menggunakan Kemenkes, 2015).
layanan telehealth tidak mengalami re-
hospitalisasi. Pemerintah Indonesia Data tersebut menunjukkan bahwa
pentingnya penerapan telehealth ini sebagai
acuan dalam upaya pelayanan pada era perencanaan dalam pelayanan kesehatan mental pada
pasien, serta meningkatkan kualitas kehidupan pasien
perkembangan teknologi. Telehealth
diharapkan mampu mendukung layanan 2. Foster, M. V, &
homecare untuk mewujudkan konsep Sethares, K. a.
keperawatan berkelanjutan dan holistik.
Facilitators and barriers to the adoption of telehealth in
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat older adults: an integrative review.
mendeskripsikan pemanfaatan aplikasi
Mendeskripsikan penggunaan dan hambatan
telehealth dalam pelayanan homecare telehealth pada pasien dewasa yang memiliki penyakit
kronis
oleh perawat.
Integrative review
Teknologi telehealth dapat diintegrasikan menjadi Overview the development of tele health and mobile
health application in indonesia. digunakan pada layanan konsuling pasien dan dokter
Perkembangan teknologi telehealth di Indonesia 54 Nursing Current Vol. 5 No. 1, Januari 2017 –
Literatur review Telehealth saat ini lebih banyak Juni 2017
Indonesia dengan geografis dan mayoritas telehealth pada layanan homecare adalah
terdiri dari kepulauan menjadi tantangan salah satu bentuk aplikasi metode
Telehealth dibagi menjadi dua metode, lambatnya respon yang diberikan perawat.
intervensi yang diberikan (Sri & Sahar, geografis Indonesia yang terdiri dari
dengan prinsip aspek legal hukum untuk layanan homecare (Farrar, 2015) adalah
nirkabel juga berdampak pada kolaborasi rutin memberikan naskah di website pada
profesi lainnya dapat memberikan edukasi telehealth ini tidak hanya bermanfaat pada
melalui website (Farrar, 2015). Secara pasien, namun perawat dan sistem
Masalah teknis yang terjadi ini tidak dapat bahwa telehealth memiliki beberapa
penelitian Wiwieko, Zesario, & Aulia interaksi dokter dan pasien. Belum
oleh MediFa dan Halodokter.com dengan bahwa aplikasi telehealth digunakan oleh
sebagai interaksi antara dokter dan pasien Beberapa hasil penelitian dan fenomena
2016).
Beberapa tantangan yang harus
Telehealth dalam layanan homecare
diantisipasi oleh pemerintah dalam
menjadi salah satu solusi perbaikan
merancang telehealth di Indonesia adalah
kesenjangan layanan kesehatan di kondisi
akses jaringan di Daerah Tertinggal
geografis Indonesia yang memiliki
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan
beberapa daerah terpencil dan perbatasan.
kurangnya kesadaran tenaga kesehatan
Penerapan telehealth sangat dianjurkan
terhadap manfaat telehealth. Pemerintah
sebagai upaya peningkatan paradigma
saat ini dapat memulai memberikan
sehat di Indonesia. Telehealth dapat
menjadi salah satu target pemerintah homecare. Hal ini akan mencapai
a. berterusterang,
b. jujur,
c. mempertahankan kualitas
d. adanya inform consent,
e. menjaga privasi,
f. profesionalisme
g. bertanggungjawab,
h. akuntabilitas (Farrar, 2015).
Meskipun pelayanan kesehatan yangdiberikan secara virtual, namun pentingnya
informed consent sebagai bukti legal pasien dalam menerima intervensi yang diberikan
(Sri & Sahar, 2012). Penyusunan kode etik layanan kesehatan berbasis teknologi ini
sesuai dengan prinsip aspek legal hukum untuk melindungi perawat dan pasien
4. Manfaat dan Dampak tellehealth terhadap pasien dalam keperawatan keluarga
a. keterbatasan akses. Penerapan telehealth ini sesuai dengan kondisi geografis
Indonesia yang terdiri dari daerah kepulauan.
b. Efektif pada intervensi terapi modalitas
c. Meningkatkan kesadaran pasien untuk patuh obat dan mengurangi komplikasi
d. Menjadi sistem monitoring pada layanan penyakit kronik pasien
e. Efektif memberikan intervensi kesehatan yang terjadi dalam waktu bersamaan
f. memberikan keefektifan waktu dan efisiensi intervensi, karena pelakasanaan intervensi
dilakukan secara fleksibel.
g. Pasien bisa terus berada dekat dengan keluarga dalam masa perawatannya
h. Keluarga memiliki peranan penting dalam penangan dan perawatan pasien
i. Menumbuhkan rasa sayang dan kedekatan keluarga dengan pasien yang bisa
mempercepat kesembuhan pasien
j. Pada pasien terminal atau lansia menumbuhkan rasa kedekatan dengan keluarga
menjelang akhir hayatnya
Soejanto Sandjaja
Minat membaca anak Sekolah Dasar masih rendah dan belum ada cara yang efektif
untuk meningkatkannya. Keterlibatan orang tua diyakini dapat meningkatkan minat
membaca anak. Dalam keluarga miskin, keterlibatan orang tua menjadi berkurang
karena orang tua mengalami stres tingkat tinggi,