Anda di halaman 1dari 29

h M ah

lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah


lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 2: 737-763 Mei 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

UPAYA INSTITUSI SOSIAL DALAM MENANGGULANGI PENGEMIS


ANAK DI KOTA BANDA ACEH
(STUDI TERHADAP INSTITUSI FORMAL DINAS SOSIAL DAN
TENAGA KERJA DI KOTA BANDA ACEH)
Nurul Hidayati, Khairulyadi, MHSc
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Unsyiah
Email : Nurulhidayatisosiologi@gmail.com

ABSTRAK
Perubahan dan perkembangan dunia industrialisasi seakan menuntut
masyarakat bekerja tiada henti dalam mencukupi kebutuhan untuk menunjangi
proses kehidupan sehari-hari sehingga beberapa keluarga melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan uang salah satunya dengan mengikutsertakan anak-
anaknya bekerja untuk mengemis. Untuk mengembalikan kehidupan yang tak
terarah menjadi kehidupan yang teratur tidak lepas dari upaya pemerintah
khususnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh. Rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
menanggulangi pengemis anak di Kota Banda Aceh? Dan Apa faktor pendukung
dan penghambat Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis
anak di Kota Banda Aceh? Skripsi ini bertujuan untuk melihat upaya Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda dalam menanggulangi pengemis anak di
Kota Banda Aceh dan melihat faktor pendukung dan penghambat upaya Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anak di Kota Banda
Aceh. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Proses
pengambilan data di lakukan melalui wawancara, dan dokumentasi. Teori yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu teori Kontrol Sosial yang di kemukakan oleh
Horton dan Hunt untuk melihat bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anak di Kota Banda
Aceh. Hasil penelitian menunjukkan upaya dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
yaitu, Pengontrolan, Teguran, Sosialisasi, Modal Usaha, dan Sanksi Psikologi.
Corresponding Author : Nurulhidayatisosiologi@gmail.com 737
JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Faktor pendukung, Satpol PP, Kepolisian Dinas Perhubungan Komunikasi


Informasi dan Telematika, dan faktor penghambat, tidak adanya Qanun, Keluarga,
Masyarakat dan Lingkungan. Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa
upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sudah tepat namun tetap membutuhkan
dukungan dan kerjasama dari seluruh komponen masyarakat dalam melakukan
upaya terkait dalam penanggulangan pengemis anak di Kota Banda Aceh.
Kata kunci: Upaya Penanggulangan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Pengemis
Anak

ABSTRACT
The transformations and the developments of industrialiazed world as if
demanded the people to works relentless for sufficient the support of daily life
processes, so that some family do a variety ways to earn some finances, one of the
ways is involving the childrens to beg. To return misguided life into regular life is
a responsibility of the government, especially the Social Welfare and Labor
Department of Banda Aceh. The Formulation of problem in this research is how
the Department of Social Welfare and Labor Efforts in resolving the problem of
child beggars in Banda Aceh? And what are the supporting and inhibiting factors
for the Department of Social Welfare and Labor Banda Aceh in resolving of child
beggars?. This thesis aims to look at the efforts of the Department of Social
Welfare and Labor Banda Aceh in resolving child beggars and what are the
supporting and inhibiting factors for the Department of Social Welfare and Banda
Aceh. The using method is qualitative descriptive method, the taking of
information is through interview, and documentation. The using theory in this
research is social control theory that stated by Horton and Hunt to look how the
Social Welfare and Labor Department efforts in resolving the problem of child
beggars in Banda Aceh. The results of research told the efforts of Social Welfare
and Labor Department are: controlling, trimming, Socialization, fund, effort,
psychology sanctions. Supporting factor are: satpol PP, the police of department
communication information and telematic. And the inhibiting factors are: absence
Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 738
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

of qanun, family, society and environment. As for, the conclusions of this research
is the efforts of Social Walfare and Labor Department is absolutely right, but it
still need the support from the entire society in the efforts of resolving child
beggars in Banda Aceh.
Keywords: the Efforts of Resolving, the Social Walfare and Labor Department,
Child Beggars
PENDAHULUAN

Pengertian anak menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 26


tahun 2003 Pasal 1 ialah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Menurut UU
Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan Anak, anak adalah seorang yang
belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan
anak dilihat dari aspek agama adalah mahkluk yang mulia dimana keberadaannya
adalah kewenangan Allah dengan melalui proses penciptaan.
Perubahan dan perkembangan dunia industrialisasi seakan menuntut
masyarakat bekerja tiada henti dalam mencukupi kebutuhan untuk menunjangi
proses kehidupan sehari-hari. Ketika kebutuhan tersebut tidak mencukupi maka
muncul problem asosial dalam masyarakat, yaitu anak-anak ikut bekerja untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya maupun kebutuhan dirinya sendiri. Anak yang
bekerja dibawah umur 18 tahun disebut juga sebagai pekerja anak.
Provinsi Aceh menempati urutan ke 29 dari 33 provinsi di Indonesia yang
tergolong miskin. Hal ini dapat di lihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh
tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah penduduk kurang mampu (miskin) di
Aceh tercatat 881.26 jiwa. Data di atas merupakan serangkaian fakta melalui
angka persentase yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.
Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak,
dengan pendapatan yang kecil atau tanpa mempertimbangkan bagi perkembangan
kepribadian mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depan.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 739
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Kebanyakan dari para pekerja anak tidak sempat lagi menikmati masa bermain
dan belajar sebagaimana anak-anak yang lain (Hardius, 2004;45).
Menurut Bagong Suyanto (2010;203) pekerja anak sendiri secara umum
adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya,
orang lain dan dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan
menerima imbalan atau tidak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukkan pada tanggal 5 Juni 2016
pada institusi dinas sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh diketahui bahwa
terdapat pekerja anak salah satunya adalah pengemis anak di Kota Banda Aceh,
salah satu tempat yang sering ditemukan pengemis anak yaitu di Jl. T. Nyak Arif,
dimana pihak Dinas Sosial telah berulang kali mengamankan dan membina
dengan cara mensosialisasikan kepada para orang tua pengemis anak bahwa anak-
anak memiliki hak-hak untuk bersekolah dan bermain.
Kota Banda Aceh masih banyak kita temukan pengemis anak apalagi
pasca bencana tsunami, dimana anak-anak tersebut atau keluarga beralasan
merupakan korban dari tsunami yang tidak memiliki apapun lagi sehingga
terpaksa mengemis dan memberi izin anaknya mengemis berdasarkan laporan
yang masuk ke P2TP2A Madani Kota Banda Aceh.
Berdasarkan UUD 45 dengan perubahannya, BAB X1V Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pasal 34 yaitu: (1) Fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar di pelihara oleh Negara; (2) Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan; (3) Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pasal ini diatur dalam UUD (Untari, 2015).
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 75,
yaitu: (1) Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 740
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

bekerja di luar hubungan kerja, (2) Upaya penanggulangan sebagaimana


dimaksud dalam ayat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Permasalahan pengemis anak ini sudah seharusnya menjadi tanggung
jawab pemerintah, baik Lembaga atau Organisasi-organisasi yang diharapkan
dapat membantu pihak pemerintah dalam menangani permasalahan pekerja anak
termasuk salah satunya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh. Sebagai
sebuah masalah sosial yang multi kompleks, penanganan pengemis anak bukanlah
soal yang mudah.Tidak mustahil terjadi, walaupun pemerintah telah menyediakan
sejumlah instrument hukum yang dibutuhkan dan meratifikasi (pengesahan)
Konvensi ILO melalui UU sekalipun, tetapi jika berlawanan dengan sejarah
(bersifat a-historis) tentu hasilnya akan mengecewakan (Suyanto, 2010;138).

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Anak
Secara historis anggapan bangsa Yunani bahwa “anak-anak di anggap
sebagai manusia dengan ukuran kecil”. Disini dianggap seluruh sikap dan perilaku
yang diberikan kepada anak-anak serta harapan dan tuntutan yang ditujukan
kepada anak-anak disamakan dengan sikap dan perilaku serta harapan dan
tuntutan yang diujukan kepada orang dewasa.
Menurut UU Kesejahteraan, Perlindungan, dan Pengadilan Anak, anak
adalah seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan anak dilihat dari aspek agama adalah mahkluk yang mulia
dimana keberadaannya adalah kewenangan Allah dengan melalui proses
penciptaan.
Anak merupakan generasi muda dan tumpuan harapan bangsa, pada
merekalah yang merupakan sumber daya manusia (SDM) yang harus
dikembangkan, dilindungi dan diberi hak-haknya. Jika anak di pupuk dan di
pelihara dengan baik maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula
sesuai sebagaimana mestinya.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 741
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Pengemis Anak
Dalam banyak kasus, di kalangan keluarga miskin anak-anak biasanya
bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah tangganya. Bahkan
sudah menjadi kebanggaan tersendiri untuk anak-anak tersebut bekerja karena
dapat membantu meringankan beban kaluarga dan menjadi mandiri. Hubungan
kerja yang diterapkan pada pekerja anak ada bermacam-macam bentuk seperti
aktivitas mengemis.
Sebagai pengemis, anak-anak mendapatkan hasil atau uang dengan mudah
sehingga membuat mereka ingin kembali lagi melakukan aktifitas itu kembali.
Dalam menjalani aktivitas tersebut bukanlah permasalahan mendapatkan uang
dengan mudah disini membawa masalah sosial terhadap anak sehingga
menghilangkan hak-hak anak seperti bermain dan belajar.
Secara objektif, memang harus di akui bahwa krisis ekonomi yang terjadi
telah menyebabkan tingkat pendapatan penduduk menurun drastis dan tidak tidak
bisa dipungkiri pengaruh lingkungan sangat besar untuk anak-anak tersebut
bekerja, (Haryadi dkk,1995;203).
Berdasarkan pemahaman diatas, harus diakui memang permasalahan
ekonomi membawa dampak yang buruk bagi seorang anak yang akan menjadi
pekerja anak seperti mengemis, karena ekonomi rumah tangga yang tidak
memadai akan membawa persoalan untuk bertahan dan tetap bisa memenuhi
kebutuhan hidup. Dalam hal ini anak-anak memilih mengemis, sehingga
pengemis anak perlu ada tindakan dari pihak yang berwenang dalam bidangnya,
seperti melakukan pengawasan dan kontrol sosial terhadap pengemis anak itu
sendiri.

Upaya Penanggulangan
Penanggulangan adalah sebuah proses dimana suatu situasi diamati
kemudian bila ditemukan masalah dibuat penyelesaian dengan cara menentukan

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 742
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

masalah, mengurangi atau menghilangkan atau mencegah masalah itu terjadi


(Mulyanto dkk, 2008;24).
Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah,
menghadapi atau mengatasi suatu keadaan aktivitas preventif dan refresif,
penanggulangan merupakan usaha untuk mencapai suatu tujuan dan mencari
bagaimana solusi dalam memecahkan masalah dan persoalan.
Upaya penanggulangan merupakan upaya terus menerus dan
berkesinambungan selalu ada, bahkan mungkin tidak akan pernah ada upaya yang
bersifat final. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa setiap upaya penanggulangan
tidak dapat menjanjikan dugaan pasti persoalan itu tidak akan terulang atau tidak
akan memunculkan persoalan baru. Namun demikian, upaya itu tetap harus
dilakukan untuk lebih menjamin perlindungan dan kesejahteraan masyarakat.
Upaya menanggulangi pengemis anak tidak mudah diatasi begitu saja,
perlu dilakukan berbegai perencanaan untuk menanggulanginya, seperti
melakukan pengawasan, memberi teguran, sosialisasi dan pelatihan-pelatihan.
Sehingga pengemis anak bisa memahami bagaimana pengaruh yang akan
memberikan dampak buruk bagi dirinya di masa yang akan datang.
Mengenai hal tersebut diatas, upaya penanggulangan pengemis anak yang
dilakukan oleh pihak berwenang, seperti lembaga/institusi pemerintahan yaitu
dinas sosial, belum mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap
keberhasilan dari beragam perencanaan dalam upaya penanggulangan pengemis
anak. Sehingga disini diperlukan kontrol sosial dengan sifat pengendalian
preventif. Dimana pengendalian preventif itu sendiri ada pengawasan dari
komponen masyarakat dan juga adanya kontrol sosial dari lembaga-lembaga
pemerintahan.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 743
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Banda Aceh yaitu diDinas Sosial dan
Tenaga Kerja. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Banda Aceh sebagai
Kota yang sangat strategis dalam melakukan penelitian untuk menggambarkan
upaya pemerintah khususnnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
menanggulangi pengemis anak yang saat ini banyak ditemukan di Kota Banda
Aceh sehingga subjek penelitian dapat tepat sasaran apabila dilakukan di Kota
Banda Aceh.
Kota Banda Aceh masih banyak kita temukan pengemis anak apalagi pasca
bencana tsunami, dimana anak-anak tersebut atau keluarga beralasan merupakan
korban dari tsunami yang tidak memiliki apapun lagi sehingga terpaksa mengemis
dan memberi izin anaknya mengemis berdasarkan laporan yang masuk ke
P2TP2A Madani Kota Banda Aceh.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang
diteliti. Terkait Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang memberikan
informasi dan data yang sesuai dengan fenomena di lapangan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dari Idrus (2009:24) bahwa penelitian kualitatif akan melakukan
gambaran secara mendalam tentang situasi atau proses yang diteliti.
Adapun metode deskriptif adalah metode dalam meneliti suatu kondisi
atau peristiwa pada masa sekarang ini yang bertujuan untuk membuat deskriptif
atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.Miles dan Huberman dalam
(Usman dan Setiadi Akbar, 2008:78) mengemukakan bahwa metode kualitatif
berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah
laku manusia dalam situasi tertentu.
Terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan dimana peneliti ingin
mendapatkan data dan informasi yang relevan kepada pihak Dinas Sosial dan

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 744
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Tenaga Kerja dimana Instansi tersebut memiliki kewajiban untuk menanggulangi


masalah tersebut dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang terkait
sehinggan peneliti tepat sasaran untuk mendapatkan data dan informasi yang
dituangkan kedalam judul Upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
Menanggulangi Pengemis Anak di Kota Banda Aceh.
Informan Penelitian
Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau


fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas
atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi
harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang
ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena
yang diteliti secara utuh (Bungin, 2003: 53-54).
Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai
informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun yang dipakai untuk
menentukan informan dalam penelitian ini ada 5 kriteria informan, yaitu:
1. Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh dan merupakan
informan kunci yang peneliti gunakan dalam penelitian ini;
2. Kepala Bidang Advokasi dan Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja
3. Staff Bidang Ketenagakerjaan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
4. Anggota Lembaga Swadaya MasyarakatBalai Syurasebagai informan
pendukung sebanyak 2 orang informan.
Peneliti menentukan informan di atas karena mengarah ke permasalahan
yang di teliti dan lebih mengetahui mengenai anak, pengemis anak, permasalahan
pengemis anak, tentang hak-hak anak, larangan mempekerjakan anak di bawah
umur dan lebih bertanggung jawab untuk menanggulangi peengemis anak agar
berkurang dan mendapatkan hak-haknya.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 745
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Landasan peneliti memilih informan tersebut dikarenakan keseluruhan


informan memiliki karakteristik yang berhubungan dengan masalah yang akan
dikaji. Pengambilan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Istilah purposive sering diterjemahkan bertujuan, karena
purpose artinya maksud atau tujuan; jadi purposive sampling diartikan sebagai
pengambilan sampel secara bertujan. Purposive sampling juga disebut Judge
mental Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” peneliti
mengenai siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel.
Teknik ini merupakan cara dimana peneliti menentukan sendiri informan
yang akan di ambil, memilih informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Jadi dapat dikatakan bahwa purposive sampling adalah pengambilan sampel
secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan, dapat dikatakan
sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu sesuai persyaratan (sifat-sifat,
ciri, karakteristik, kriteria) sampel. Pada tahap ini, peneliti melihat upaya dari
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anakdiKota
Banda Aceh.

Objek Penelitian
Adapun yang di maksud dengan objek penelitian adalah hal yang menjadi
sasaran penelitian menurut Kamus Bahasa Indonesia (1989:622). Adapun yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah melihat Upaya Penanggulangan Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja serta faktor pendukung dan penghambat upaya Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anak di Kota Banda
Aceh. Maka kesimpulannya objek penelitian adalah ruang lingkup yang
merupakan pokok persoalan dari suatu penelitian.

Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian, karena
ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data akan menentukan

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 746
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

ketepatan dan kekayaan data, atau informasi yang akan diperoleh. Sumber data
menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan
diteliti (Suyanto& Sutinah, 2006:55). Dengan data primer, peneliti dapat
memperoleh data secara langsung dari informan dan pihak terkait.Data primer
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi.
Pada penelitian ini, peneliti memadukan hasil wawancara dengan
kenyataan yang ada di lapangan.Wawancara dengan informan penelitian
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.
Data primer yang didapatkan melalui wawancara dengan pihak-pihak
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja yang terkait dengan apa yang peneliti butuhkan
untuk mendapatkan data yang relevan, dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anak di Kota
Banda Aceh.Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto ketika peneliti
melakukan wawancara dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja memadukan hasil
wawancara dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.

Data sekunder
Data sekunder adalah data pendukung dalam penelitian dari beberapa
anggota orang lain yang terkait. Data sekunder dalam penelitian juga diperoleh
dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah. Data sekunder dalam penelitian
yang terkait dengan mengenai upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
menanggulangi pekerja anak di Kota Banda Aceh diperoleh dari beberapa staff-
staff yang terkait di tempat yang diteliti. Selain itu juga data sekunder diperoleh
dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang terkait dengan teori yang
dipakai oleh penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 747
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode


sebagai berikut.
1) Wawancara
Wawancara dilakukan secara terbukadan terarah dengan menggunakan
daftar pertanyaan dan melakukan pencatatan terhadap gejala yang ada sehingga
dapat mempermudah peneliti dan informan. Teknik wawancara yang digunakan
adalah wawancara terbuka (open interview)yaitu wawancara yang bebas, dimana
peneliti tetap menggunakan pedoman wawancara namun tidak harus berfokus
hanya pada pertanyaan yang ada pada pedoman wawancara namun peneliti bisa
memberi pertanyaan di luar pedoman wawancara namun dengan pertanyaan yang
terkait dengan apa yang peneliti butuhkan, begitu pula dengan informan dapat
menjawab pertanyaan peneliti dengan bebas dan luas agar informan dapat
memahami apa tujuan peneliti dan dengan maksud agar informan mengetahui
maksud dari materi yang dipertanyakan.
Instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara (interview guide)
yang merupakan penuntun bagi peneliti dalam mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat terbuka untuk memudahkan peneliti sehingga dapat
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bagi informan untuk menyampaikan
pendapatnya dimana informan bebas menjawab pertanyaan peneliti dengan tidak
hanya berfokus dengan pertanyaan pedoman wawancara yang peneliti
sampaikan.
Setelah melakukan persiapan, peneliti fokus pada orang yang bisa
dijadikan informan, kemudian wawancara dilakukan selama maksimal 50 menit.
Penjelasan identitas diperlukan seperti nama, pekerjaan dan tujuan peneliti untuk
mendapatkan informan, dengan menjungjung etika dan norma-norma dalam
penelitian. Setelah mendapatkan informan, peneliti memulai wawancara dengan
pertanyaan yang ringan dan bersifat umum.selanjutnya melakukan pendekatan
tidak langsung pada persoalan, misalnya pertanyaan ringan dengan mengetahui

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 748
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

nama, pekerjaan, umur, hobi, cita-cita, kesenangan, kemudian baru hubungkan


dengan persoalan yang menjadi topik permasalahan dalam penelitian ini.

2) Dokumentasi
Teknik dengan cara dokumentasi dapat dilakukan dengan melihat atau
menganalisis dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau dibuat oleh orang
lain. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dapat memberikan bukti
sebagai alat pendukung informasi yang didapatkan dalam penelitian.Dokumentasi
dalam penelitian ini berupa foto selama penelitian yang menjadi bahan pelengkap
dalam penelitian.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data disini yaitu peneliti melakukakan analisa terhadap
data yang telah dikumpulkan oleh peneliti baik itu dari hasil wawancara dan
dokumentasi yang telah peneliti temukan di lapangan dan Huberman dalam
(Idrus, 2009:148) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif dilakukan
analisis data secara interaktif yang terdiri dari tiga hal utama yaitu:
Data yang muncul di dalam penelitian kualitatif berwujud rangkaian kata-
kata, bukan rangkaian angka-angka. Data tersebut dikumpulkan melalui beraneka
macam cara, misalnya dari hasil wawancara, dokumentasi yang kemudian
diproses sebelum siap digunakan. Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data, dan setelah selesai mengumpulkan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi,
sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang kredibel.
Aktivitas dalam analisis data, terdiri dari empat alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu: pengumpulan data, reduksi data (data reduction),

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 749
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (verification), keempat hal


tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Pengumpulan data
Dalam proses analisis interaktif, kegiatan pertama yang dilakukan adalah
proses pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
sumber data.Pada proses pengumpulan data peneliti mengumpulkan data primer
dan data sekunder yang diperoleh.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan teknik wawancara
terbuka (open interview) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview
guide). Data primer yang didapatkan melalui wawancara dalam penelitian ini
yaitu mengenai upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi
pengemis anak di Kota Banda Aceh. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
foto-foto ketika peneliti melakukan wawacara dengan informan terkait.
Data sekunder diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah
yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Data sekunder dalam
penelitian ini terkait dengan upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam
menanggulangi pengemis anak di Kota Banda Aceh di peroleh dari beberapa
staff dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh yang ada di lokasi
penelitian yang akan di teliti oleh peneliti. Selain itu juga data sekunder
diperoleh dari catatan, artikel, internet dan tulisan ilmiah yang terkait dengan
teori yang dipakai oleh peneliti.
2) Reduksi data
Reduksi data yaitu hasil dari analisa-analisa dari pengumpulan data
peneliti dengan cara wawancara dan dokumentasi yang didapatkan dari informan
baik primer dan sekunder dengan memilah dan merangkum agar menjadi lebih
sederhana dan agar mudah di pahami.
Reduksi data berarti proses memilih, merangkum dan menyederhanakan
hal-hal pokok yang sesuai dengan permasalahan penelitian dengan tujuan untuk
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 750
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

pengumpulan data. Data yang telah diseleksi dan disederhanakan, peneliti


melakukan pengelompokkan data sesuai dengan topik permasalahan.
Pada tahap ini peneliti memilih data primer yang terkait dengan upaya
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi pengemis anak di Kota
Banda Aceh dan data sekunder dari artikel, internet dan catatan ilmiah yang
terkait dengan topik permasalahan yang diteliti
3) Penyajian data
Penyajian data yaitu hasil dari Penyajian data merupakan sekumpulan
informasi yang memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Proses penyajian data ini belum berakhir sebelum laporan
hasil akhir penelitian disusun sehingga peneliti tidak boleh terburu-buru untuk
menghentikan kegiatan ini sebelum yakin bahwa semua hal yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian telah dipaparkan atau disajikan oleh peneliti.
Pada tahap ini, peneliti membandingkan data dari hasil wawancara dengan data
yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan untuk memperoleh hasil yang
relevan.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2005:95), menyatakan “ The most frequent form of display
data for qualitative research data in the past has been narrative tex.” Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut.
Pada tahap ini peneliti menemukan bahwa data hasil wawancara berkaitan
atau berjalan searah dengan hasil studi kepustakaan mengenai teori yang
diungkapkan oleh beberapa ahli tentang upayaDinas Sosial dan Tenaga Kerja
dalam menanggulangi pengemis anak di Kota Banda AcehPenarikan kesimpulan
dan verifikasi.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 751
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

4) Penarikan Simpulan dan Verifikasi


Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2005:99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan dapat berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.
Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Simpulan perlu diverifikasi agar data relevan dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktifitas pengulangan
untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. Verifikasi
juga dapat dilakukan dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Upaya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam Menanggulangi Pengemis Anak

Dalam kehidupan sehari-hari pengendalian sosial (social control)


terhadap berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat seringkali di
artikan sebagai pengawasan yang harus dilakukan oleh pemerintah beserta
aparaturnya saja. Memang ada benarnya bahwa di era globalisasi ini kontrol
sosial oleh pemerintah yang memiliki sanksi-sanksi terhadap anggota suatu
masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku lebih banyak dipakai
dalam mengontrol dan mengawasi berbagai gejala perilaku menyimpang di

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 752
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

masyarakat seperti masalah pekerja anak di Kota Banda Aceh yang saat ini
sering terjadi.
Perlu diketahui bahwa keteraturan, baik itu kenyamanan, ketentraman
sangat di perlukan dalam kehidupan masyarakat keteraturan tersebut dapat di
tegakkan melalui kedisplinan setiap anggota masyarakat didalam memegang
teguh sistem nilai dan sistem norma yang telah di sepakati bersama.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja merupakan organisasi sosial formal di
dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar di dalam kehidupan
masyarakat. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dapat membentuk suatu konsensus
(kesepakatan) yang di bangun demi terciptanya keteraturan sosial, keteraturan
sosial dapat tercapai dan terpelihara apabila proses sosialisasi berhasil
membentuk perilaku sosial yang terencana. Demi mencapai tujuan tersebut
maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja harus dapat mensosialisasikan warganya
agar bersikap dan berperilaku kondusif sesuai dengan norma yang telah di
sepakati di dalam masyarakat itu sendiri.
Namun Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sudah berusaha sepenuhnya untuk
menghapus pengemis anak. Upaya penanggulangan ini dibutuhkan kerjasama
dengan semua pihak baik lembaga pemerintahan dan masyarakat. Jika
pemerintah sudah mengupayakan dengan sepenuhnya untuk menanggulangi
permasalahan pengemis namun dari pihak masyarakat tidak mendukung dengan
masih memberikan sumbangan langsung kepada pengemis anak, hal tersebut
membuat pengemis terus melakukan kegiatan mengemis karena mereka berfikir
mengemis merupakan cara mudah mendapatkan uang. Undang-undang No. 1
tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 182 Tahun 1999 mengenai
Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja melakukan upaya untuk dapat
meminimalisir masalah pekerja anak ini, untuk menghapus masalah ini mungkin

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 753
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

akan sangat sulit di sebabkan kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan


orang tua dan masyarakat di Kota Banda Aceh.
Setiap permasalahan harus ada suatu solusi dalam pemecahannya,
tentunya penerapan kebijakan pemerintah tidak akan maksimal jika tidak
melibatkan semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu peran serta dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya untuk mematuhi setiap himbauan pemerintah sangat
membantu dalam mengurangi jumlah pengemis di Kota Banda Aceh.
Dalam pengendalian sosial proses pengendalian ataupun kontrol sosial
baik yang direncanakan ataupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau
bahkan memaksa warga masyarakat untuk mematuhui kaidah-kaidah dan nilai-
nilai sosial yang berlaku dapat di lakukan baik dari pemerinta atau lembaga
terkait seperti Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, maupun warga masyarakat yang di
kategorikan kedalam dua sifat pengendalian yaitu preventif dan represif. Hal ini
sejalan dengan Teori kontrol sosial yang di ungkapkan oleh Horton dan Hunt di
dalam Kamanto Sunarto (2004;57).
Menurut sosiolog Horton dan Hunt teori kontrol dapat di ringkas sebagai
pengendalian diri yang memerlukan peran orang lain. Harton dan Hunt
memandang kontrol sosial sebagai segenap cara dan proses yang di tempuh oleh
sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak
sesuai dengan harapan kelompok atau dengan masyarakat lain. Dalam
pengendalian sosial konsep kontrol sosial yang di lakukan seseorang menurut
Harton dan Hunt dapat di kelompokan menjadi dua sifat pengendalian ,di
antaranya sebagai berikut:
1. Sifat pengendalian preventif. Preventif yaitu suatu tindakan yang di lakukan
oleh pihak komponen masyarakat yang memiliki peran tertentu sebelum
penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindakan pelanggaran dapat dicegah,
dan diredam. Pengendalian preventif dimana mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran yaitu seperti Sosialisasi di daerah-daerah tertentu untuk
membuat mereka mengetahui akan sulitnya hidup di kota dan sebagainya.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 754
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Seperti yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, mereka
melakukan upaya penanggulangan dengan melakukan dari tahap
Pengontrolan/pengawasan, Teguran, Sosialisasi/Pembinaan, dan Modal
Usaha.
a. Pengontrolan/Pengawasan
Pengontrolan/pengawasan sering dilakukan Dinsos dan ini merupakan
salah satu upaya yang meraka lakukan guna untuk mengatasi pengemis anak,
tetapi mereka berharap keluarga melakukan ikut membantu program dari
pemerintah dan tidak memberi izin kepada anak-anak untuk bekerja dibawah
umur atau mengemis karna tidak efektif jika tidak ada dukungan
pengontrolan dari pihak keluarga anak-anak itu sendiri.Sebagaiman kutipan
wawancara penelitian pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda
Aceh.
b. Teguran
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Dinsos ialah memberi teguran,
teguran ini dilakukan supaya mereka tidak melakukan lagi mengulangi lagi.
Sebagaimana temuan lapangan penulis selama melakukan pelitian lapangan
pernah melihat himbauan tertulis yang memilki hubungan ataupun keterkaitan
antara pengemis ini serta yang terdapat jalan T. Nyak Arief lampu stop sp
lima Banda Aceh, dengan terguran tertulis yang isinya seperti berikut ini
“dihimbau kepada masyarak untuk tidak memberikan uang kepeda
pengemis”.
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja juga memberi teguran kepada anak-anak
yang melakukan aktifitas mengemis dan kemudian apabila tidak dihiraukan
oleh mereka maka Dinas Sosial dan Tenaga Kerja membawa anak-anak
tersebut kepada orang tuanya dan apabila masi mengulangi lagi kegiatan
tersebut maka mereka akan dibawa ke Rumah singgah untuk di sosialisasikan
dan diberi pengarahan bahkan Dinas Sosial juga membawa orang tua anak

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 755
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

tersebut karena sebagian orang tua juga ada yang membawa anak-anak untuk
di ajak mengemis.
c. Sosialisasi/Pembinaan
Menurut Charlotte Buhler Sosialisasi merupakan suatu proses belajar
seseorang individu yang akan mengubah dari seorang yang tidak tahu tentang
diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Kemudian
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai
dan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh
masyarakatnya.
Pembinaan merupakan proses atau cara dan tindakan untuk merubah
tingkah laku individu atau kelompok serta membentuk kepribadiaanya, agar
menjadi orang yang lebih baik.
Seperti yang di lakukan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, dinsosnaker
melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap anak-anak yang mengemis
untuk memberi pengetahuan kepada anak-anak tersebut untuk dapat
melakukan aktifitas sesuai dengan usia mereka, karena usia anak hanya
memiliki hak balajar dan bermain belum untuk bekerja. Pengetahuan juga
diberikan mengenai larangan melakukan aktifitas mengemis, karena
mengemis bukanlah suatu pekerjaan namun aktifitas yang membuat manusia
menjadi malas dan hilang rasa malu juga dapat mengganggu kenyamanan
masyarakat.
d. Modal Usaha
Upaya selanjutnya merupakan pemberian modal kepada mereka yang
memiliki alasan tidak memiliki modal untuk membuka usaha sehingga
mereka mengemis dan mengajak anaknya ikut mengemis. Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja memberikan modal kepada mereka untuk dapat membuka
usaha dan berharap mereka tidak lagi melakukan kegiatan yang melanggar
tersebut. Beberapa anak yang mengemis tersebut mengaku bukanlah
penduduk asli Kota Banda Aceh yang merupakan pendatang. Sebagian di

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 756
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

antara mereka mengaku dibawa oleh saudaranya untuk diajak jalan-jalan ke


Kota Banda Aceh namun ternyata mereka diajak mengemis oleh saudaranya.
Mereka juga beralasan tidak memiliki uang untuk kembali ke kampong
halaman dan Dinas Sosial juga memberi dana transportasi untuk mereka
dapat kembali ke kampung halaman masing-masing. Akan tetapi ada saja di
antara mereka yang berbohong dan di kemudian hari di dapatkan oleh
Dinsosnaker sedang melakukan aktifitas mengemis kembali.
2. Sifat pengendalian refresif. Refresif yaitu suatu tindakan aktif yang
dilakukan berupa sanksi hukuman pada saat penyimpangan sosial terjadi
agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat di hentikan. Penyimpangan
yang sedang terjadi dapat dikendalikan dengan berupa sanksi yang tegas.
Pengendalian ini merupakan solusi terakhir untuk para pengemis anak agar
meraka merasa takut.
a. Sanksi Psikologi
Pihak dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja belum terlalu memberlakukan
aturan tersebut terkait masalah penanganan dalam menanggulangi pengemis
anak yang tidak sesuai dengan aturan UUD disebabkan belum terbentuknya
aturan daerah, Peraturan walikota sendiri sudah membuat qanun tersebut
namun belum diresmikan sampai saat ini. Sehingga masalah ini
menyebabkan Dinsosnaker tidak bisa memberikan sanksi hukuman yang
tegas kepada pengemis anak atau pun orang tua yang mengizinkan anaknya
mengemis. Namun Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berusaha melakukan
upaya represif yaitu sanksi psikologi misalnya berupa ancaman melaporkan
mereka ke pihak yang berwajib untuk memproses mereka, bagi para orang
tua yang membawa anak mengemis dan anak-anak yang mengemis untuk
membuat mereka takut dan tidak mengulangi melakukan aktifitas mengemis
tersebut.
Terkait dengan masalah pengemis anak di Kota Banda Aceh jika di
biarkan maka kegiatan seperti itu bisa menjadi kegiatan yang diterima di

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 757
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

masyarakat. Oleh karena itu upaya penanggulangan menjadi bagian dari solusi
dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Lembaga terkait seperti LSM dan
masyarakat untuk meredakan kegiatan pelanggaran yang telah terjadi di Kota
Banda Aceh. Dengan adanya upaya penanggulangan maka akan membentengi
pengemis anak yang ada di Kota Banda Aceh dari kegiatan asosial tersebut.
Dinas Sosial bersama Satpol PP bekerja sama dalam mengontrol dan
kemudian mensosialisasikan para pekerja anak. Tidak hanya anak-anak yang di
tangkap untuk dibina akan tetapi orang dewasa yang membawa, mengajak dan
menyuruh mereka bekerja juga ikut dibina termasuk orang tuanya. Apabila
mereka berasal dari daerah lain maka pihak Dinas Sosial memberi biaya untuk
ongkos pulang mereka dan apabila mereka memang penduduk asli Kota Banda
Aceh maka mereka akan di sosialisasikan, dan bahkan apabila tidak memiliki
keluarga maka mereka akan di ditempatkan di anti asuhan
Dari informasi informan diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas Sosial dan
masyarakat yang mendukung memberikan kontrol sosial untuk menanggulangi
pengemis anak dengan cara pengendalian yang bersifat preventif, yang di
maksud dengan sifat pengendalian Preventif yaitu pengendalian yang di lakukan
sebelum pekerja anak bekerja yang jauh lebih besar yang akan berdampak dan
mempengaruhi anak-anak yang lainya apabila tidak adanya pengendalian yang di
berikan kepada mereka.
Sebagian anak-anak yang melakukan pekerjaan dibawah umur 18 tahun ini
merupakan pengaruh dari teman sepermainannya. Pada lingkungan mereka anak-
anak seumuran mereka bekerja dibawah umur 18 tahun sudah menjadi hal biasa
dan banyak anak-anak di lingkungannya yang bekerja dibawah umur 18 tahun,
sehingga anak-anak lain terpengaruh dan ikut bekerja dibawah umur. Mengontrol
pengemis anak dengan melakukan kegiatan-kegiatan atau program yang positif
dan menarik agar bisa membuat mereka terpacu dan tergugah untuk mengikuti
kegiatan tersebut.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 758
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Di dalam kehidupan sosial selalu terdapat alat kontrol atau alat kendali
untuk mengedalikan berbagai tingkah laku anggota kelompok sosial agar tingkah
laku para anggota tersebut tetap dalam batas-batas komformis. Masalah pekerja
anak ini merupakan masalah sosial, anak-anak yang seharusnya fokus untuk
belajar dan bermain tidak layak bekerja apalagi menjadi pengemis atau peminta-
minta. Perusahaan yang mempekerjakan anak-anak akan menjadi fokus perhatian
kami. Kami melakukan pengawasan dengan melihat apakah ada perusahaan yang
membuat perjanjian dengan orang tua anak tersebut dan apabila melanggar maka
perusahaan tersebut seharusnya di pidanakan atau membayar denda sesuai dengan
UUD Ketenagakerjaan.

Faktor Pendukung (Satpol PP, Kepolisian, Lembaga Swadaya Masyarakat,


Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika, dan Walikota)

Faktor pendukung untuk upaya penanggulangan dari Dinas Sosial dan


Tenaga Kerja untuk menanggulangi masalah pengemis anak ini tentu
membutuhkan dukungan dan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait, baik itu
dari pihak pemerintah formal (Dinsosnaker, Satpol pp dan Kepolisian) maupun
pihak informal (Keluarga dan Masyarakat).
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sendiri bekerja sama dengan pihak Satpol
PP untuk mengontrol atau mengawas anak-anak yang mengemis tersebut.
Kemudian pihak satpol pp dan Dinas Sosial membawa anak-anak tesebut ke
rumah singgah atau ke panti asuhan jika tidak memiliki orang tua.
Dukungan dari pihak kepolisian juga sangat berpengaruh untuk kelancaran
upaya penanggulangan ini. Pihak kepolisian juga melakukan upaya pengontrolan
dan dengan polisi ikut mengontrol itu bisa menjadi salah satu cara untuk membuat
anak-anak yang melakukan aktifitas mengemis tersebut menjadi takut merasa
terancam.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 759
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Dukungan juga diberikan oleh Dinas perhubungan Komunikasi, Inormasi


dan Telematika dengan membuat larangan pemberian uang untuk pengemis di
lampu merah Sp. Lima dan lainnya di Kota Banda Aceh.
Walikota membuat target dimana pada tahun 2019 Banda Aceh bebas
kumuh, yang mana pengemis anak atau pengemis dewasa merupakan salah satu
penyebab.
Faktor pendukung lainnya yaitu Tim Sosialisasi Dishubkomintel Aceh
seperti yang yang terdapat jalan Jl. Tgk Mohd Daod Beureuh, Kuta Alam, Kota
Banda Aceh pada lampu stop simpang lima Banda Aceh, dengan terguran tertulis
yang isisnya sperti berikut ini “dihimbau kepada masyarak untuk tidak
memberikan uang kepeda pengemis” disampaikan oleh Tim Sosialisasi
Dishubkomintel Aceh.

Faktor Penghambat (tidak adanya Qanun, Keluarga, Masyarakat dan


Lingkungan)

Qanun merupakan salah satu peraturan daerah aceh dimana pemerintah


khususnya aceh berpijak kepada qanun namun tetap berpedoman pada peraturan
pusat (Undang-undang). Qanun merupakan salah satu payung atau pegangan bagi
pemerintah khususnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dalam menanggulangi
pengemis anak di Kota Banda Aceh. Permasalahan pekerja anak ataupun
pengemis anak Kota Banda Aceh belum memiliki qanun khusus, sehingga
pemerintah khususunya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja tidak bisa memberi sanksi
secara tegas kepada orang tua yang memberi izin anaknya bekerja dibawah umur.
Seharusnya semua pihak dapat bekerjasama untuk meminimalisir masalah
pekerja anak yang mengemis ini untuk kepentingan bersama, baik untuk
ketrentraman masyarakat sendiri dan mendukung program walikota Kota Banda
Aceh yang bebas dari kumuh dan juga untuk masa depan anak-anak tersebut.
Keluarga merupakan salah satu faktor penghambat berjalannya upaya

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 760
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

penanggulangan pengemis anak ini, karena anak-anak tersebut melakukan


kegiatan mengemis ini karena mendapatkan izin dari orang tuanya bahkan orang
tua mengajak anak-anaknya untuk mengemis.
Khairuddin (2002;23) mengatakan, Anak yang kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya selalu merasa tidak aman, merasa
kehilangan tempat berlindung dan tempat berpijak. Tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada anak. Pendidikan yang
salah di keluarga pun, tidak memberikan pendidikan Agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab anak mencoba mencari
penghasilan sendiri.
Masyarakat juga merupakan salah satu faktor penghambat dari upaya
penanggulangan pengemis anak, karena masyarakat belum bisa menahan diri dan
mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak memberikan uang secara langsung
kepada pengemis anak. Anak-anak tersebut akan mengulangi kegiatan tersebut
jika masyarakat tetap memberikan sumbangan karena anak-anak berfikir
mengemis merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan uang. Bersedeqah
tidak harus memberi kepada pengemis, bersedeqah dapat dilakukan di yayasan,
panti asuhan dan tempat ibadah.
Lingkungan dapat menghambat upaya penanggulangan pengemis anak
karena anak-anak tersebut sebagian melakukan kegiatan mengemis tersebut
karena melihat teman-teman sepermainannya malakukan kegitan tersebut yang
bagi mereka kegiatan tersebut kegiatan yang biasa dan memudahkan mendapatkan
uang.
Notoatmodjo (2003;34) mengatakan berbagai fakta mengungkapkan
bahwa anak yang tadinya tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang, namun
dengan melihat di lingkungan ia tinggal teman bermain banyak diminta untuk ikut
melakukan aktivitas mengemis sehingga membuat mereka merasa bahwa
mengemis bukanlah pekerjaan yang sulit untuk mendapatkan uang. Hal tersebut
menyebabkan anak-anak melakukan aktifitas mengemis sama seperti orang tua

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 761
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

dan teman-temannya dan menjadikan kegiatan tersebut menjadi hal yang biasa
dan bukan lagi menjadi hal yang memalukan. Oleh karenanya para orang tua baik
itu orang tua di rumah, sekolah, dan juga masyarakat harus selalu memberikan
masukan dan pengarahan agar anajk-anak dapat menikmati masa bermainnya.
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk mengatasi
pengemis anak ternyata pribadi individu dan kelompok internal seperti keluarga
lebih mempengaruhi pembentukan keperibadian seorang anak dalam membentuk
kontrol diri anak. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja tidak bisa bekerja sendiri dalam
upaya penanggulangan masalah pengemis anak ini jika tidak adanya dukungan
dari setiap komponen masyarakat. Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja sudah tepat dimana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja juga
di dukung oleh beberapa lembaga, organisasi dan juga walikota. Salah satunya
dukungan dari Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika yang
membuat himbauan dan larangan mengemis di beberapa lampu merah di Kota
Banda Aceh.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
B. M, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Chester L. Hunt, Paul B. Harton. 1993. Teori-Teori Ilmu Sosial. Penerjemah,
Imam Muttaqien dkk. Jakarta: Erlangga
Daradjat, Zakiah. 2000. Membina Nilai-Nilai Moral Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang
Haryadi, dkk.1995. Buruh Anak dan Dinamika Industri Kecil. Bandung: Alkatiga.
Hardius. 2004. Pekerja Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif


dan Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 762
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Khairuddin. 2002. Sosiologi keluarga. Yogyakarta: Liberty.


Masrizal. 2014. Pengendalian Masalah Sosial Melalui Kearifan Lokal. Banda
Aceh: Syiah Kuala University Press.
Muhidin, Syarif. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: STKS.
Mulyadi, S. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia:Dalam Perspektif
Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono, Y Bambang. 1993. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulanganya. Kanisius. Jakarta.
M. Idianto. 2004. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Narwoko, Dwi J dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terarapan Edisi Keempat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Notoatmodjo. 2003. Perkembangan Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnianti, dkk. 2002. Analisa Suatu Sistem Peradilan Anak. Jakarta: Fisip UI.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2009. Teori Sosiologi, Terj.
Alimanda.Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Santoso, T., & Zulfa, E.A. (2006). Kriminologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja: edisi revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Soejanto, Agues.1996. Psikologi Perkembangan. PT rienika cipta. Jakarta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi: Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Suyanto, Bagong. 2003. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial: Dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 763
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Susiana, Sali. 2013. Tenaga Kerja: Perspektif Hukum, Ekonomi, dan Sosial.
Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI).
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan, Teori Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta. Kencana
Suharto, Edi (Ed.). 2011. Pendidikan dan Praktik Pekerjaan Sosial di Indonesia
dan Malaysia. Yogyakarta: Samudra Biru.
Wiryani, Fifik. 2003. Perlindungan Pekerja Anak, Pusat Studi Kajian Wanita.
Malang: UMM Press.
Jurnal
Booth, J,A. Farrel. A, &Varano, S.P. 2008. Social Control, Serius Delequency an
Risk Behavior Gender Analisis. Crime & Delequency. Volume. 54, No. 3,
July.
Nurkamilah, dkk. 2014. Perencanaan Terpadu Penanganan Pekerja Anak.
Volume17, No 2: 97-104. Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya.
Skripsi/Dokumen

Hamdani, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Darussalam: Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Miranda. 2016. Potret Pekerja Anak di Usaha Batu Bata Kecamatan Baitussalam.
Skripsi. FISIP Unsyiah.

Internet
Harahap, R.H. 2015. Artikel: Aturan-aturan dan Perlindungan Terhadap Pekerja
Anak di Indonesia. Diakses: 10 Maret 2016.

http://www.bandaacehkota.go.id/p/sejarah.html. Diakses: 18 Mei 2016.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 764
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
Volume 2, Nomor 2:737-763 Mei 2017

a
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Kompasiana. 2015. Bagaimana Menangani Gelandangan, Pengemis dan Fakir


Miskin Indonesia. Diakses melalui kompasiana.com. 20 November 2016.

Upaya Institusi Sosial Dalam Menanggulangi Pengemis Anak Di Kota Banda Aceh 765
(Studi Terhadap Institusi Formal Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Di Kota Banda
Aceh) Nurul Hidayati, Khairulyadi, Mhsc
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:737-763

Anda mungkin juga menyukai