Anda di halaman 1dari 5

Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 2301-7295

e-ISSN : 2657-2494

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA


PEMERKOSAAN DALAM PERADILAN PIDANA

Edy Suwito1, Mulyadi Aribowo2


1. Universitas Islam Kadiri, Kediri
2. Pengadilan Negeri Blitar
Email: mulyadi_aribowo2321@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the extent to which legal protection and obstacles faced against the victims of
rape in criminal justice in Blitar district court. The context of legal protection against victims of crime (criminal act of
rape) is by preventive or repressive efforts conducted by both society and law enforcement officers such as providing
protection from various threats that can endanger the life of the victim.
The research used is juridical normative and juridical empirical research. Research location in Blitar
District Court. The materials used in literature study are data collection through literature study, and field research
involves interviewing informant.
Based on the result of the research, the researcher got the answer that, the legal protection against the victims
of criminal act of rape in criminal court in Blitar state court still caused many difficulties in settling either at the
investigation stage until the victim was present in the court, because the psychic pressure in victims questioned. This of
course affects the mental / psychological development of the victims and also affects the law enforcement process itself to
bring about a sense of justice for victims and society.
Keywords: Legal Protection, Victim, Rape

A. PENDAHULUAN adanya rasa tanggungjawab seseorang


terhadap sesama manusia3.
Berbagai macam kejahatan banyak Dalam suatu peradilan pidana, pihak-
berkembang di kalangan masyarakat, pihak yang berperan adalah penuntut umum,
Kejahatan sebagai suatu gejala adalah selalu hakim, terdakwa, dan penasihat hukum serta
kejahatan dalam masyarakat dan merupakan saksi-saksi. Pihak korban diwakili oleh
bagian dari keseluruhan proses-proses sosial penuntut umum dan untuk menguatkan
produk sejarah dan senantiasa terkait pada pembuktian lazimnya yang bersangkutan
proses-proses ekonomi yang begitu dijadikan saksi (korban). Seringkali penuntut
mempengaruhi hubungan antar manusia 1 . umum tidak merasa mewakili kepentingan
Akibat dari kejahatan yang terjadi akan ada korban dan bertindak sesuai kemauannya,
pihak yang dirugikan secara jasmaniah sehingga kewajiban perlindungan serta hak-
maupun rohaniah yang disebut korban. hak korban diabaikan.4
Kejahatan yang marak terjadi adalah Untuk pengertian umum dari korban
kejahatan perkosaan. Tindak pidana seperti tertuang dalam Undang-Undang
perkosaan pada umumnya dialami oleh Nomor 13 Tahun 2006. 5 Dalam Undang-
wanita dan hal ini menimbulkan ketakutan undang ini dikatakan bahwa korban diberikan
bagi wanita dalam menjalani aktivitasnya dan perlindungan dalam semua tahap proses
tak jarang laki-laki terutama yang masih anak- peradilan pidana dalam lingkungan peradilan
anak menjadi korbannya. Kerugian yang melalui Lembaga Perlindungan saksi atau
sering diderita korban akibat suatu peristiwa lembaga sejenis lainnya yang diamanatkan
kejahatan, misalnya fisik, mental, ekonomi, melalui Undang-Undang.
harga diri dan sebagainya2. Perkosaan seksual
dan berbagai macam perkosaan yang lain
adalah suatu perwujudan kurang atau tidak
3 Arif Gosita, 198. Relevansi Viktimologi Dengan
Pelayanan Terhadap Para Korban Perkosaan Beberapa
Catatan. Indhill Co, Jakarta. h. 12.
1 Soerjono Soekanto, 1981. Kriminologi Suatu 4 Waluyo, Bambang. (2011). Viktimologi
Pengantar, Ghalia Indonesia. Jakarta, h. 118. (Perlindungan Korban dan Saksi). Jakarta: Sinar
2 Bambang Waluyo, 2012. Viktimologi Perlindungan Grafika, p. 8.
Korban dan Saksi, Sinar Grafika, Jakarta, h. 18. 5Ibid., p. 10.

27
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494

Pentingnya korban memperoleh segala bentuk kekerasan terhadap


pemulihan sebagai upaya menyeimbangkan wanita.
kondisi korban yang mengalami gangguan, 2. Undang-Undang No. 13 Tahun
dengan tepat dikemukakan oleh Muladi saat 2006 tentang Perlindungan Saksi
menyatakan: korban kejahatan perlu dan Korban
dilindungi karena pertama, masyarakat 3. Keppres No. 181 Tahun 1998
dianggap sebagai suatu wujud sistem Tentang Komisi Nasional Anti
kepercayaan yang melembaga (system of Kekerasan Terhadap Perempuan.
institutionalized trust). Kedua, adanya 4. PP No. 2 Tahun 2002 Tentang
argument kontrak sosial dan solidaritas sosial tata cara perlidungan terhadap
karena boleh dikatakan memonopoli seluruh korban dan saksi
reaksi sosial terhadap kejahatan dan melarang 2) Bahan Hukum Sekunder
tindakan-tindakan yang bersifat pribadi. Oleh Bahan hukum sekunder yang meliputi
karena itu, jika terdapat korban kejahatan, literatur-literatur, artikel-artikel dan
maka negara memerhatikan kebutuhan penjelasan mengenai bahan hukum
korban dengan cara peningkatan pelayanan primer, seperti rancangan undang-
maupun pengaturan hak. Ketiga, undang hasil penelitian dan hasil karya
perlindungan korban yang biasanya dikaitkan dari kalangan hukum.
dengan salah satu tujuan pemidanaan, yaitu 3) Bahan hukum Tersier
penyelesaian konflik. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang
memberikan petunjuk maupun
B. METODE PENELITIAN penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder,
Dengan suatu metode penelitian seperti kamus (hukum), ensiklopedia.7
diharapkan mampu untuk menemukan, Teknik Pengumpulan Data
merumuskan, menganalisis, maupun a. Studi Kepustakaan.
memecahkan suatu masalah dalam penelitian Dengan metode ini, permasalahan yang
dan agar data yang diperoleh lengkap, telah dirumuskan dicari teori-teori,
diperlukan metode yang tepat yang dapat konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan
diandalkan dalam penelitian ini penulis yang relevan dengan pokok masalah dari
melakukan metode sebagai berikut: sumber-sumber referensi umum (buku
Jenis Penelitian literatur) serta referensi khusus
Jenis penelitian yang digunakan dalam (dokumen).8
penulisan tesis ini adalah penelitian bersifat b. Penelitian Lapangan
deskriptif menggunakan metode kualitatif Penelitian lapangan dalam penelitian ini
dengan pendekatan yuridis sosiologis (social meliputi: Wawancara, Wawancara
legal approac)6. merupakan proses tanya jawab secara
Sumber Data lisan,antara dua orang atau lebih
a. Data Primer berhadapan secara langsung,yang
Data yang bersumber dari pihak-pihak kemudian peneliti mengajukan beberapa
yang terkait secara lansung dengan pertanyaan pada narasumber dari Polisi,
permasalahan yang diteliti. Data primer Jaksa, Hakim, keluarga terdekat korban.
dalam penelitian ini diperoleh langsung Teknik Analisis Data
penulis dari pihak-pihak yang terkait Dalam analisis data bertujuan untuk
dengan permasalahan yang diangkat. mengorganisasikan data-data yang telah
b. Data Sekunder diperoleh. Setelah data dari lapangan
1) Bahan hukum primer yang meliputi: tekumpul dengan metode pengumpulan data
a) Peraturan Perundang-undangan: yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
1. Undang-undang No. 7 Tahun akan mengelola dan menganalisis data
1984 tentang Pengesahan
mengenai konvensi penghapusan 7Ibid,
hal. 32.
8 Soedjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,
6 Sanapiah Faisal, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar- Universitas Indonesia, Jakarta, 2005,Hlm.13
dasar dan Aplikasi, Malang: YA3, hal. 22

28
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494

tersebut dengan menggunakan analisisis terhadap pelaku kejahatan, pada dasarnya


deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan salah satu perwujudan dari
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan perlindungan hak asasi manusia serta
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, instrumen penyeimbang.
dan memilah-milahnya menjadi satuan yang Sedangkan secara Represif
dapat dikelola, mensistensikannya, mencari diperlukan Perlindungan hukum berupa
dan menemukan pola, menemukan apa yang pemberian restitusi dan kompensasi
penting dan apa yang dipelajari, dan bertujuan mengembalikan kerugian yang
menemukan apa yang dapat diceritakan dialami oleh korban baik fisik maupun
kepada orang lain. psikis, sebagaimana diatur dalam pasal
98-101 KUHAP. Ada beberapa
C. PEMBAHASAN perlindungan terhadap korban kejahatan
1. Perlindungan Hukum Korban Tindak yang lazim diberikan, antara lain sebagai
Pidana Pemerkosaan Dalam Proses berikut:
Peradilan Pidana 1. Pemberian Restitusi dan Kompensasi
Perlindungan terhadap korban perkosaan Penjelasan Pasal 35 Undang-Undang
membutuhkan partisipasi masyarakat Nomor 26 tahun 2000 memberikan
yang berempati terhadap apa yang telah pengertian kompensasi, yaitu kerugian
dialaminya, sehingga memenuhi rasa yang diberikan oleh negara karena
kemanusiaan seperti yang tertuang dalam pelaku tidak mampu memberikan
Pancasila sila ke-2 yang berbunyi, ganti kerugian sepenuhnya yang
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”, menjadi tanggung jawabnya,
yang memuat butir-butir nilai sedangkan restitusi, yaitu ganti
kemanusiaan yang adil dan beradab yang kerugian yang diberikan kepada
antara lain sebagai berikut: korban atau keluarganyaoleh pelaku
1. Mengakui dan memperlakukan atau pihak ketiga.9
manusia sesuai dengan harkat dan 2. Kendala Yang Di Hadapi Dalam
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Perlindungan Hak-Hak Korban
Yang Maha Esa. Tindak Pidana Pemerkosaan
2. Mengakui persamaan hak, persamaan Kendala yang dihadapi dalam
derajat dan persamaan kewajiban asasi perlindungan hak-hak korban tindak pidana
setiap manusia, tanpa membedakan pemerkosaan diantaranya korban merasa
suku, keturunan, agama, kepercayaan, malu dan tidak ingin aib yang menimpa
jenis kelamin, kedudukan sosial, dirinya diketahui oleh orang lain, atau korban
warna kulit dan sebagainya. merasa takut karena telah diancam oleh
3. Mengembangkan sikap saling pelaku bahwa dirinya akan dibunuh. Hal ini
mencintai sesama manusia. tentu saja mempengaruhi perkembangan
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa mental/kejiwaan dari para korban dan juga
dan teposliro. berpengaruh pada proses penegakan hukum
5. Mengembangkan sikap tidak semena- itu sendiri untuk mewujudkan rasa keadilan
mena terhadap orang lain. bagi korban dan masyarakat. Disaat korban
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai dipanggil untuk proses pemerikasaan dan
kemanusiaan. persidangan sering kali tidak mau menghadiri
Dalam konteks perlindungan saat diminta memberikan keterangan dan
terhadap korban kejahatan, adanya upaya kesaksian disaat terjadinya tindak pidana
preventif maupun represif yang dilakukan perkosaan, di karenakan trauma yang dialami
baik oleh masyarakat maupun setelah kejadian tersebut. Ini menjadi
pemerintah (melalui aparat penegak hambatan pihak Penyelidik dan penyidik
hukumnya), seperti pemberian untuk memperoleh informasi dalam proses
perlindungan/pengawasan dari berbagai penyidikan hingga persidangannya. Namun
ancaman yang dapat membahayakan
nyawa korban, pemberian bantuan medis, 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
maupun hukum secara memadai, proses Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
pemeriksaan dan peradilan yang fair

29
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494

disaat pemerikasaan dan sampai di i. mendapat identitas baru;


persidangan korban di perlakukan dengan j. mendapatkan tempat kediaman baru;
baik agar tidak tertekan Psikologisnya yang k. memperoleh penggantian biaya
mana akan bisa memperlambat proses transportasi sesuai dengan kebutuhan;
peradilan.10 l. mendapat nasihat hukum; dan/atau
3. Upaya Perlindungan Korban Tindak m. memperoleh bantuan biaya hidup
Pidana Perkosaan dalam Sistem sementara sampai batas waktu
Peradilan Pidana di Indonesia perlindungan berakhir.
Fungsi pengadilan selain sebagai pemutus Dalam penyelesaian kasus
perkara, juga menerima laporan perkosaan di pengadilan, perlindungan
pelaksanaan kompensasi, atau restitusi, terhadap korban diupayakan sebagai cara
mengumumkannya serta memerintahkan untuk mengurangi beban yang diderita
instansi atau pihak-pihak untuk korban. Untuk tidak menambahkan rasa
melaksanakan putusan dan sebagainya. malu serta beban psikis lainnya dalam
Dengan menerapkan sanksi hukum pengadilan, tindak pidana perkosaan
kepada pelaku, maka secara tidak sebagaimana yang diatur dalam Kitab
langsung hal itu merupakan suatu bentuk Undang-Undang Hukum Acara Pidana
perhatian (perlindungan) secara hukum (KUHAP) Pasal 153 ayat (3), untuk
kepada korban kejahatan. Perlindungan perkara kesusilaan hakim dapat
hukum kepada wanita yang menjadi menyatakan bahwa sidang tidak terbuka
korban kejahatan ini bukan hanya untuk umum (sidang tertutup). Tentunya
terbatas kepada dihukumnya pelaku, hal tersebut dapat meringankan beban
namun juga kepada akibat-akibat yang bagi korban serta secara tidak langsung
menimpanya, seperti kehamilan akibat dapat membantu penyelesaian suatu
perkosaan. 11 Hak atas perlindungan perkara pemerkosaan melalui bantuan
tersebut dapat kita jumpai dalam Pasal 5 kesaksian korban.12
ayat (1) UU No. 13 Tahun 2006, yaitu: Di dalam KUHAP, korban
a. memperoleh perlindungan atas yang dijadikan sebagai saksi pun
keamanan pribadi, keluarga, dan harta diberikan perlindungan dalam pasal 162
bendanya, serta bebas dari Ancaman KUHAP. Dikatakan sebagai bentuk
yang berkenaan dengan kesaksian perlindungan dan penghormatan korban,
yang akan, sedang, atau telah bahkan dimungkinkkan untuk tidak
diberikannya ; memberikan kesaksian di persidangan,
b. ikut serta dalam proses memilih dan kesaksiannya dapat dibacakan dari BAP
menentukan bentuk perlindungan dan yang ada. KUHAP juga memberi jalan
dukungan keamanan; bagi korban (menjadi saksi) untuk
c. memberikan keterangan tanpa mengjajukan tuntutan ganti kerugian
tekanan; (pasal 98 ayat (1) KUHAP).13
d. mendapat penerjemah; Perlindungan korban dalam
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat; sistem peradilan pidana dilakukan mulai
f. mendapatkan informasi mengenai dari tahap penyelidikan dimulai dan
perkembangan kasus; berakhir sebagaimana yang ditentukan
g. mendapatkan informasi mengenai oleh UU No.13 Tahun 2006.
putusan pengadilan; Perlindungan tersebut dilakukan melalui
h. mengetahui dalam hal terpidana LPSK sebagai lembaga yang diberikan
dibebaskan; mandat oleh UU ini. Dalam pasal 12 UU
No.13 Tahun 2006 menjelaskan bahwa
10 Hasil wawancara dengan Ibu Christin, Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Blitar 12 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang
11 Wahid, Abdul dan Irfan, Muhammad. (2001). Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Undang Hukum Acara Pidana pasal 160 ayat (1)
(Advokasi atas Hak Asasi Perempuan). Bandung: PT huruf b.
Refika Aditama, p. 96. 13Bambang Waluyo, Op. Cit., p. 24-27.

30
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 Nomor 1, Juni 2019 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494

LPSK bertanggung jawab untuk 2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun


menangani pemberian perlindungan dan 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
bantuan pada Saksi dan Korban Korban;
berdasarkan tugas dan kewenangan 3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
sebagaimana diatur dalam Undang- 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
Undang ini. Perlindungan tersebut 4) Peraturan Pemerintah Nomor 61
membeikan hak kepada korban melalui Tahun 2014 tentang Kesehatan
LPSK sebagaimana yang dituangkan Reproduksi.
dalam pasal 7 UU No. 13 Tahun 2006 Bentuk perlindungan yang diberikan
yaitu sebagai berikut: kepada korban tindak pidana perkosaan
1) Korban melalui LPSK berhak mulai dari tahap penyelidikan yang
mengajukan ke pengadilan berupa: dilakukan melalui PSK dengan
a. hak atas kompensasi dalam kasus diberikannya hak-hak korban berupa
pelanggaran hak asasi manusia tindakan medis dan psikologis sebagai
yang berat; upaya pemulihan kondisi korban,
b. hak atas restitusi atau ganti peradilan yang tertutup, kesaksian korban
kerugian yang menjadi tanggung yang dapat dilakukan di luar pengadilan
jawab pelaku tindak pidana. (melalui BAP) sampai pada proses
2) Keputusan mengenai kompensasi dan pemulihan berlanjut apabila korban
restitusi diberikan oleh pengadilan. tersebut hamil akibat perkosaan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pemberian kompensasi dan restitusi E. DAFTAR PUSTAKA
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Abidin. F, Zainal, 2010, Hukum Pidana I,
D. KESIMPULAN Jakarta: PT. Sinar Grafika
Arif Gosita. 2004. Bunga Rampai Viktimisasi,
1. Perlindungan hukum korban tindak Bandung, PT. Eresco.
pidana pemerkosaan dalam proses __________, 1987. Relevansi Viktimologi
peradilan pidana dilakukan dengan cara Dengan Pelayanan Terhadap Para Korban
preventif dan represif yang dilakukan oleh Perkosaan (Beberapa Catatan), (Jakarta,
masyarakat dan pemerintah. IND.HILL-CO, 1987),
Perlindungan hukum berupa pemberian Harahap, Yahya, 1993. Pembahasan
restitusi dan kompensasi bertujuan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
mengembalikan kerugian yang dialami Jakarta: Pustaka Kartini.
oleh korban baik fisik maupun psikis, I.S. Susanto, 1995. Kriminologi, (Semarang,
sebagaimana diatur dalam pasal 98-101 Fakultas Hukum UNDIP,)
KUHAP. Lamintang.P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum
2. Kendala yang dihadapi dalam Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra
perlindungan hak-hak korban tindak Aditya Bakti.
pidana perkosaan diantaranya, korban Marpaung, Leden, 1991. Unsur-unsur Perbuatan
merasa malu dan tidak ingin aib yang Yang Dapat Dihukum (Delik). Jakarta:
menimpa dirinya diketahui oleh orang Sinar Grafika.
lain, atau korban merasa takut karena Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
telah diancam oleh pelaku bahwa dirinya Tentang Kitab Undang-Undang
akan dibunuh. Hukum Acara Pidana;
3. Upaya perlindungan hukum terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
korban tindak pidana pemerkosaan Tentang Perlindungan Saksi dan
dalam sistem Peradilan Pidana di Korban;
Indonesia diatur dalam:
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana;

31

Anda mungkin juga menyukai