Anda di halaman 1dari 49

Bab 13

PEMBAYARAN PBB
Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terutang

Tahun pajak dalam PBB adalah jangka waktu satu tahun takwim. Hal
ini juga sama dengan masa tahun pajak lainnya seperti yang diatur dalam UU
KUP yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember
tahun yang bersangkutan. Kemudian saat yang menentukan pajak terutang
adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Sehingga
semua data objek dan subjek pajak yang dipakai sebagai dasar perhitungan PBB
adalah data/informasi yang telah tercantum dalam basis data tahun sebelumnya.
Dengan demikian apabila terjadi perubahan data pada bulan Januari sampai
dengan saat dipersiapkannya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
akan diterbitkan dan dipergunakan untuk pengenaan PBB tahun berikutnya.
Namun sebaliknya apabila SPPT telah diterbitkan dan kemudian pada pertengahan
tahun terjadi perubahan data misalnya objek pajak terbakar habis atau dijual atau
dijual sebagian, maka data perobahan juga akan dipergunakan untuk pengenaan
tahun berikutnya, dan PBB yang tercantum dalam SPPT tetap harus dibayar sesuai
dengan data yang tercantum dalam SPPT tersebut yaitu data sebelum objek
terbakar atau dijual sepenuhnya atau sebagian. Apabila dalam tahun berjalan
data/informasi PBB berupa tanah kosong dan telah diterbitkan SPPTnya dan
kemudian dalam pertengahan tahun yang sedang berjalan kemudian di atas tanah
tersebut didirikan bangunan dan sebelum akhir tahun telah selesai dan
dimanfaatkan atau dinikmati maka SPPT yang telah terbit tadi tidak dapat dirubah
dan data baru berupa tanah dan bangunan tersebut akan dipakai sebagai
perhitungan pengenaan PBB tahun berikutnya.
Tempat pajak terutang untuk PBB adalah dimana administrasi
pemerintahan objek pajak terletak atau lokasi objek pajak sangat menentukan
dimana PBB dikenakan. Misalnya untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta berada di
Wilayah DKI Jakarta, sedangkan untuk Daerah lainnya adalah di Kabupaten atau
Kota yang meliputi objek pajak terletak, misalnya objek pajak di Jl. Batu Tulis
300 Bab 13: Pembayaran PBB

No.5 Bogor, maka tempat terutangnya PBB berada di Kotamadya Bogor. Tatacara
sebagaimana tersebut di atas diatur dalam pasal 8 Undang-undang No. 12 tahun
1985.

Pelayanan Satu Tempat (PST).


1. Pokok-pokok Kebijaksanaan Pelayanan Satu Tempat (PST) :
1.1 Pelayanan Satu Tempat (PST) adalah tempat untuk memberikan
pelayanan urusan PBB kepada Wajib Pajak secara cepat dan bersifat
aktif;
1.2 Petunjuk PST adalah pedoman atau tatacara pemberian pelayanan
terpadu kepada WP, secara nasional dan seragam ;
1.3 Petunjuk ini menekankan pada keluwesan pelaksanaan tugas yang
disesuaikan dengan frekuensi pelayanan serta perbedaan kondisi
Daerah;
1.4 Pelaksanaan PST berpedoman kepada semua ketentuan serta
kebijaksanaan teknis pengelolaan PBB di bidang Pendataan,
Penilaian, Pengenaan, Penerimaan, Penagihan, Keberatan, dan
Pengurangan serta kebijaksanaan lainnya yang berlaku;
1.5 Tanggungjawab pelaksanaan PST sepenuhnya berada pada Kepala
KPPBB;
1.6 Pelaksanaan PST dilakukan oleh Petugas yang terdiri dari unsur-
unsur Seksi terkait dan dikoordinasikan oleh seorang Pejabat
sebagai Koordintor yang di tunjuk berdasarkan Keputusan Kepala
KPPBB;
1.7 KPPBB yang telah melaksanakan pembentukan basis data dengan
pola SISMIOP, pelaksanaan PST merupakan Sub Sistem
pemeliharaan data PBB.

2. Latar Belakang.
Dalam pelaksanaan perpajakan Wajib PBB tidak memperoleh imbalan
secara langsung. Untuk itu pelayanan selayaknya harus lebih baik dan
disadari :
1). Pelayanan atas hak dan kewajiban perpajakan dari Masyarakat
cenderung meningkat sejalan dengan kebijakan perpajakan dan laju
pembangunan nasional.
2). Pelaksanaan Koordinasi antar Si terkait dalam menerima, memproses
dan menyelesaikan permohonan pelayanan urusan PBB perlu lebih
ditingkatkan.
3). Penatausahaan dan pengawasan arus dokumen dalam pelayanan harus
baik.
4). Kemampuan Personil, sarana dan fasilitas guna memberikan pelayanan
yang lebih cepat dan tepat kepada Wajib Pajak perlu ditingkatkan.
Tempat Pelayanan yang dimaksud adalah Suatu tempat/ruangan
tersendiri pada Kantor Pelayanan PBB yang dipergunakan KHUSUS
untuk memberikan pelayanan Urusan PBB kepada Wajib Pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan 301

3. Urusan PBB adalah Pelayanan yg meliputi :


1). Pendaftaran objek pajak baru, Mutasi Objek/Subjek Pajak;
2). Pembetulan, Pembatalan dan Pembuatan salinan SPPT,SKP, STP;
3). Keberatan, dan Pengurangan;
4). Restitusi dan Kompensasi;
5). Pengurangan Denda Administrasi;
6). Penentuan kembali tanggal/saat jatuh tempo pembayaran;
7). Penundaan tanggal/saat jatuh tempo pengembalian SPOP;
8). Pengecualian pengenaan PBB;
9). Pemberian Informasi PBB.

4. Maksud :
1). Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakan,
2). Menyederhanakan prosedur administrasi dan kegiata urusan PBB.
5. Tujuan :
1). Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada WP;
2). Meningkatkan koordinasi dan pengawasan atas pelayanan ;
3). Mendukung upaya perbaikan data dalam rangka peningkatan
penerimaan PBB.
302 Bab 13: Pembayaran PBB

BAGAN PELAYANAN SATU TEMPAT

8 Ka.POS

KP PBB Ka Sub Bag TU


Bank
7 3 .
4 4

6
2a

Koord. Pelayanan 2 Kasi Terkait Ka Si DaI KaSi


Teknis

Pelaksana

1
- Petugas Penerima berkas ;
- Petugas TU grafis / peta ;
- Petugas Penyampai Informasi ; WP
- Petugas Penyampai Keluaran.

6. Pokok-pokok Ketentuan PST :


a. Di setiap KP PBB hanya ada satu T P utk semua urusan PBB;
b. Bila gedung bertingkat, TP diusahakan berada di Lantai Dasar;
c. Petugas ditunjuk dengan Keputusan Kepala KP PBB yang terdiri dari
unsur seksi terkait;
d. Pelayanan dilaksanakan oleh Petugas dibawah koordinasi seorang
koordinator, yang ditunjuk dan atau diganti secara berkala;
Pajak Bumi dan Bangunan 303

e. Pelaksanaan Pelayanan perlu memperhatikan tingkat Frekuensi


pelayanan dari suatu Daerah, untnk itu perlu menekankan pada
keluwesan sehingga cepat, tepat dan memuaskan.
f. Sarana pendukung adalah Komputer, DHKP, Peta Blok, Buku
klasifikasi,NJOP, Peta ZNT, Formulir pelayanan, Buku Ekspedisi,
serta sarana administrasi lainnya.
g. Permohonan urusan PBB harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
h. Urusan dapat disampaikan melalui cara:
a. langsung;
b. Kantor Pos, Kepala Desa/Kelurahan;
c. Instansi lainnya.
i. Permohonan yang melalui Pos, setelah didisposisi Kepala Kantor
Pelayanan PBB, oleh Kepala Sub Tata Usaha diteruskan ke TP guna
diproses.
Kemudian dengan menggunakan serta memanfaatkan teknologi
informasi dalam pengelolaan administrasi PBB yang telah dilakukan sejak tahun
1989 serta didorong oleh kebutuhan akan pengadministrasian objek PBB yang
sangat besar, sampai dengan tahun 2003 telah tercatat 84 juta record data properti
tanah dan atau bangunan. Penggunaan Database Management Sistem telah
menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan dan telah diimplementasikan dalam suatu
sistem yang disebut dengan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak
(SISMIOP) dan dalam perkembangannya diarahkan menjadi suatu
program e-government.
E-government merupakan suatu sistem komputerisasi yang dibangun
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal pelayanan
kepada masyarakat. Artinya adalah pemerintahan yang berbasis elektronik. e-
goverment bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat atau warga negara
terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah, yang bersumber pada informasi
yang dimiliki Pemerintah dalam penanganan keluhan masyarakat dan juga
persamaan kualitas pelayanan yang dapat dinikmati oleh seluruh warga negara.
304 Bab 13: Pembayaran PBB

Selama lebih dari 10 tahun SISMIOP dikembangkan dengan Operating


Sistem Unix Base, Software Database Recital, dan bahasa pemrograman yang
menggunakan teknologi 4th GL. Aplikasi didistribusikan dari sebuah PC Server
dengan menggunakan beberapa Dumb Terminal. Aplikasi SISMIOP diawali
dengan suatu aplikasi yang disebut SISTEP yang hanya berupa otomatisasi
pencetakan tax billing (pengenaan berupa SPPT/STTS PBB atau rekening).
SISMIOP merupakan suatu sistem informasi yang terpadu yang
dimaksudkan untuk mendukung penyediaan informasi yang berhubungan dengan
seluruh fungsi di dalam administrasi pada semua tingkat organisasi pengelola
PBB. SISMIOP diperuntukkan bagi kegiatan operasional dan manajemen,
pengambilan keputusan, evaluasi kerja, dan analisis kebijaksanan melalui aplikasi
komputer yang khusus dirancang untuk kebutuhan tersebut. SISMIOP dibangun
dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu permasalahan yang dihadapi,
ditinjau secara komprehensif dan terpadu, sehingga tujuan yang akan dicapai
merupakan solusi global yang memperhatikan interaksi diantara komponen-
komponen organisasi dan juga komponen eksternal.
SISMIOP merupakan sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi data
objek dan subjek pajak dengan bantuan komputer mulai sejak:
a. Pengumpulan data ( dengan pendaftaran, pendataan, dan penilaian),
b. Pemberian identitas dengan Nomor Objek Pajak (NOP),
c. Pemrosesan;
d. Pemeliharaan;
e. Pencetakan hasil keluaran berupa tax billing (SPPT/STTS);
f. Monitoring pembayaran pajaknya.

Sistem Tempat Pembayaran PBB


C.1 Sejarah Sistem Tempat Pembayaran
Pemikiran tentang ingin diberlakukannya Sistep bahwa saat itu
Direktorat Jenderal Pajak masih menganut sistem pembayaran secara
bebas, setiap Wajib Pajak dapat membayar PBB disemua Bank atau pun
Kantor Pos yang terdekat dengan Rumah Tempat tinggal Wajib Pajak.
Mengenai Tata cara Pembayaran dan Penagihan diatur dalam UU
No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun
1994, pada Bab VIII Pasal 11, yaitu :
1. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan
sejak tanggal diterimanya SPPT oleh WP. Misalnya SPPT yang
diterima oleh WP tanggal 1 Maret 2002 maka jatuh tempo
pembayarannya adalah tanggal 31 Agustus 2002.
2. Pajak yang terutang berdasarkan SKP sebagaimana dimaksud Pasal
10 ayat (3) dan ayat (4) harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan
sejak tanggal diterimanya SKP oleh WP. Apabila SKP diterima oleh
WP tanggal 1 Maret 2002 maka jatuh tempo pembayarannya adalah
tanggal 31 Maret 2002.
3. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran
tidak/dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi
Pajak Bumi dan Bangunan 305

sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai


dengan pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
Contoh :
SPPT tahun 2001 diterima oleh WP pada tanggal 1 Maret 2001
dengan pajak yang terutang sebesar Rp 100.000,00. Oleh WP baru dibayar
pada tanggal 1 September 2001.
Maka terhadap WP tersebut dikenakan denda administrasi sebesar 2
% x Rp 100.000,00 = Rp 2.000,00
Pajak yang terutang yang harus dibayar pada tanggal 1 September
2001 adalah Pokok Pajak + Denda Administrasi adalah sebesar = Rp
100.000,00 + Rp 2.000,00 = Rp 102.000,00
Bila WP tersebut baru membayar utang pajaknya pada tanggal 10
Oktober 2001, maka terhadap WP tersebut dikenakan denda = 2 x 2 % dari
Pokok Pajak, yakni :
4 % x Rp 100.000,00 = Rp 4.000,00.
Sehingga pajak yang harus dibayar pada tanggal 10 Oktober 2001
adalah:
Pokok Pajak + Denda Administrasi =
Rp 100.000,00 + Rp 4.000,00 = Rp 104.000,00.
1. Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditambah
dengan utang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan
Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan
sejak tanggal diterimanya STP oleh Wajib Pajak. Menurut ketentuan
ini denda administrasi dan pokok pajak seperti tersebut pada contoh
penjelasan ayat (3), ditagih dengan menggunakan STP yang harus
dilunasi dalam waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya STP tersebut.
2. Pajak Yang dibayar di Bank, Kantor Pos Giro (Sekarang Pos
Indonesia) dan Tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
3. Tatacara Pembayaran dan Penagihan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur oleh Menteri
Keuangan.
Pelaksanaan sistem ini memang sesuai dengan undang-undang yang pada
waktu itu hanya mengatur sebagaimana Pasal 11 tersebut di atas. Adapun tentang
tempat pembayaran dapat dilakukan dimana saja untuk wilayah Kabupaten atau
Kota dan untuk DKI Jakarta diseluruh Wilayah DKI Jakarta, jadi untuk Wajib
Pajak yang mempunyai Objek Pajak di Bogor seseorang/Badan dapat membayar
PBB dari Surabaya melalui Wesel Pos atau Transfer Check ke Rekening Kas
Daerah atau Kas Negara.
Ternyata dalam pelaksanaannya pengaturan seperti tersebut di atas masih
harus memerlukan pengaturan lebih lanjut, karena setelah berjalan sampai tahun
1989 kondisinya adalah :
1. Tunggakan riil sukar diketahui;
2. Sulit untuk mengetahui Wajib Pajak yang sudah bayar atau belum bayar;
3. Banyak terjadi pengendapan uang setoran PBB ;
4. Sulit melakukan pengawasan ;
306 Bab 13: Pembayaran PBB

5. Sulit melaksanakan penerapan sanksi.


Berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pimpinan Direktorat PBB ingin
merubah Sistem Tempat Pembayaran atau Pemungutan Pajak dalam arti sempit,
yaitu memungut pajak dengan mudah, benar dan tertib. Maka diciptakanlah suatu
Sistem Tempat Pembayaran yang pada waktu itu disebut pertama kali dengan
One Stop Service yang kemudian dan selanjutnya disebut Sistem Tempat
Pembayaran atau disingkat SISTEP.
Sampai saat ini telah terjadi perubahan ketentuan mengenai SISTEP yaitu
sebagaimana pada tebel berikut.

Tabel XIII.1 Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran


No Ketentuan Lama Ketentaun Baru Tentang
1 SK Menteri Keuangan Tentang Penyetoran
No.1005/KMK.04/1985 PBB
2 SK Menteri Keuangan SK Menteri Keuangan Tentang Pelimpahan
No.1007/KMK.04/1985 No.1007/KMK.04/1985 Wewenang Penagihan
PBB Kepada Gub/KDH
TK. I dan atau Bupati/
Walikota/KDH TK. II
3 Surat Keputusan Bersama Keputusan Bersama
Direktorat Jenderal Anggaran Direktur Jenderal
No.SE.143/A/1987 Anggaran, Direktur
Direktorat Jenderal Pajak Jenderal Pajak,
No.SE.33/PJ.7/1987 Departemen Keuangan
dan Direktur Jenderal
Direktorat Jenderal PUOD
Pemerintahan Umum,
No.973/1277/PUOD.
Direktur Jenderal
Otonomi Daerah,
Departemen Dalam
Negeri Nomor Kep-
54/a/2003, Nomor Kep-
47/pj./2003, Nomor
Kep-973-011 tahun
2003, nomor 973-012,
tentang Tata Cara
Pembayaran,
Pemindahbukuan,
Pelimpahan, dan
Pembagian Hasil
Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB)

Berikut ini merupakan uraian dari Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran yang
lama sebagai bahan perbandingan dengan ketentuan yang baru.

C.2 Sistep Lama


Dasar Hukum SISTEP.
1. SK Menteri Keuangan No249/KMK.04/ 1993, Tentang Penunjukan
Tempat dan Tatacara Pembayaran PBB.
Pajak Bumi dan Bangunan 307

2. Surat Edaran Bersama Direktorat Jenderal Anggaran SE-


111/A/51/1293 Direktorat Jenderal Pajak SE- 64/PJ.6/1993 Dirjen
PUOD - SE-973/4708/PUOD.
Tentang Tatacara Permbayaran dan Pemindahbukuan Penerimaan
PBB.
Pengertian Umum :
1. SISTEP adalah : Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Pelimpahan, dan
Pembagian Hasil penerimaan PBB melalui Tempat
Pembayaran (TP) yang telah ditentukan.
2. PEMBAYARAN : Tindakan yang dilakukan oleh WP untuk melunasi PBB
yang terutang di Tempat Pembayaran .
3. PENYETORAN : Tindakan yang dilakukan oleh Petugas Pemungut untuk
menyetorkan hasil pemungutan PBB.
4. PELIMPAHAN : Kegiatan untuk mengalihkan uang hasil penerimaan PBB
dalam jangka waktu tertentu dari Tempat Pembayaran ke
Bank/Kantor Pos Persepsi dan Bank/Pos Persepsi ke
Bank/Pos Operasional V.
5. PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PBB : Kegiatan yang dilakukan oleh
Bank/ Pos Operasional V untuk membagi habis hasil
penerimaan PBB dalam jangka waktu tertentu untuk
keuntungan rekening masing-masing Instansi berhak.
6. TEMPAT PEMBAYARAN: Bank dan atau Pos yang telah ditunjuk untuk
menerima pembayaran PBB dari WP atau penyetoran PBB
dari Petugas Pemungut untuk objek pajak di Wilayah
tertentu.
7. PETUGAS PEMUNGUT : Orang yang ditunjuk Kepala Daerah TKII (sekarang
Kabupaten/Walikota) untuk menerima pembayaran dari
Wajib Pajak.
8. PENCOCOKAN STTS : Kegiatan menghitung jumlah STTS yang tersisa di
tempat pembayaran, dengan tujuan untuk mengetahui WP
yang belum bayar.
9. PENCOCOKAN PENERIMAAN : Kegiatan setelah berakhirnya tahun
anggaran untuk mencocokan angka penerimaan PBB
dengan dokumen PBB yang ada di Bank/Pos, KPKN untuk
memperoleh kebenaran realisai sama dengan jumlah yang
diterima.

Maksud Dan Tujuan SISTEP :


1. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak Bumi
dan Bangunan dengan menyederhanakan prosedur pembayaran dan
mendekatkan Wajib PBB dengan Tempat Pembayaran.
2. Menyederhanakan prosedur administrasi PBB khususnya dalam bidang
tatausaha Piutang Pajak dan tatacara penyetoran serta
menghilangkan/menyederhanakan beberapa prosedur administrasi dan
formulir yang tidak perlu.
308 Bab 13: Pembayaran PBB

3. Menghemat biaya administrasi dalam proses penyetoran dan


penerimaan PBB dan mempermudah Pembukuan PBB.
4. Untuk dapat mengetahui dengan pasti Wajib PBB yang telah melunasi
kewajibannya pada masa pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo
dan Wajib PBB yang belum melunasi PBB pada akhir tanggal jatuh
tempo.
5. Mempermudah Penerapan Sanksi karena dengan mudah dapat
diketahui Wajib PBB yang belum bayar .
6. Mempercepat arus uang pembayaran PBB dari Wajib PBB ke Kas
Negara sampai pembagian kepada masing-masing yang berhak.
7. Mempermudah pengawasan sehingga dapat mencegah/mengurangi
adanya kebocoran uang setoran PBB.
8. Untuk mendapatkan laporan-laporan berkala yang cepat dan akurat.
9. Dengan berkurangnya pekerjaan administrasi TUPP PBB, diharapkan
dapat memberikan kesempatan kepada KP PBB untuk lebih
memusatkan tugas-tugas KP PBB yang lain khususnya dalam bidang
Pendataan sebagai salah satu usaha untuk menggali potensi PBB.
10. Mendorong aparat PBB untuk bekerja lebih cermat dan cepat karena
harus didukung oleh data yang akurat agar ketetapan PBB terjamin
kebenarannya.

Pokok-pokok Ketentuan dan Persyaratan pada SISTEP .


1. Hanya ada satu Tempat Pembayaran untuk setiap Wilayah Pembayaran
PBB tertentu.
2. Dalam satu Wilayah Daerah Tk.II (Sekarang Kabupaten/Kota) hanya
ada satu Bank Tunggal (Bank Operasional V).
3. Dalam Hal satu Daerah Tk.II terdapat lebih dari satu Bank Persepsi,
pada satu Bank Tunggal tidak boleh lebih dari 3 Bank Persepsi.
4. Pada prinsipnya Wajib PBB hanya boleh membayar pada Tempat
Pembayaran yang telah ditentukan pada SPPT, namun demikian WP
masih mempunyai 2 pilihan lain untuk membayar PBB yaitu :
a. Melalui Petugas Pemungut yang akan menyetorkan ke Tempat
Pembayaran yang tercantum dalam SPPT.
b. Dengan pemindah bukuan/Transfer/Pengiriman Uang melalui
Bank/Pos dan Giro ke Tempat Pembayaran yang tercantum
dalam SPPT.
5. Untuk mendapatkan keseragaman Tanggal Jatuh Tempo, SPPT harus
disampaikan kepada Wajib PBB secara serentak dalam suatu periode
tertentu (dalam satu bulan).
6. Pembayaran PBB hanya dapat dilakukan dalam satu kali
pembayaran/sekaligus dalam arti jumah pajak terutang tidak dapat
diangsur atau dicicil .
7. Surat Tanda Terim Setoran (STTS) harus sudah tersedia di Tempat
Pembayaran sebelum SPPT diterima WP
8. Administrasi PBB harus dilaksanakan dengan dukungan komputer.
Pajak Bumi dan Bangunan 309

9. Untuk semua sektor PBB harus diterbitkan SPPT.

Tata Usaha SISTEP :


1. Setelah Data Base PBB yang telah disempurnakan melalui SISMIOP,
baik melalui pendataan ulang, Validasi maupun Verifikasi sampai
dengan pengukuran kembali maka barulah dilakukan proses
pencetakan SPPT dan STTS PBB beserta buku Induk PBB.
2. SPPT yang telah selesai diteliti/diperiksa ditandatangani dikirimkan
kepada Lurah atau WP dan SPPT dikirim Ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos Persepsi yang ditunjuk.
3. Buku Induk dibendel per Desa/Kelurahan dan diberi sampul luar,
untuk selanjutnya dilaksanakan pekerjaan penandatanganan dan paraf
sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama ini pada proses
penyelesaian Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP).

Tata Usaha Pembayaran :


Ketentuan pada SISTEP Wajib PBB harus melunasi Uatang PBB-nya
sekaligus tanpa diangsur pada Tempat Pembayaran yang telah ditentukan
sebelumnya oleh KP PBB setempat. Namun disamping itu sebetulnya masih ada
kesempatan lain untuk WP yang ingin membayar PBB sektor Pedesaan Golongan
I, II, III melalui Petugas Pemungut PBB Kelurahan atau Desa.

a. Pembayaran Langsung Ke Tempat Pembayaran:


Dalam hal Wajib PBB membayar langsung ke Tempat
Pembayaranyang telah ditetapkan, pada saat membayar cukup
menunjukkan SPPT PBB dan sebagai bukti pembayarannya WP akan
menerima STTS.
b. Pembayaran melalui Petugas Pemungut:
Apabila melalui Petugas Pemungut sebagai tanda terima sementara
oleh Petugas Pemungut akan diberikan resi pembayaran PBB dan
selanjutnya Petugas Pemungut dengan menggunakan Daftar Setoran
PBB (DS PBB) uang pembayaran tersebut disetorkan ke Tempat
Pembayaran yang telah dientukan. STTS yang diterima dari Tempat
Pembayaran oleh Petugas Pemungut disampaikan kepada Wajib PBB
sebagai bukti pembayaran yang sah.
c. Pembayaran melalui pemindahbukuan/transfer, kiriman uang
melalui Bank atau Wesel Pos.
Apabila Wajib PBB melunasi kewajiban pembayaran utang PBB-
nya melalui pemindah bukuan/transfer, pengiriman uang melalui Bank
atau Kantor Pos pada dokumennya disamping dicantumkan nama
Wajib PBB juga harus dicantumkan Nomor Seri SPPT.
Atas Pembayaran PBB melalui pemindah bukuan/tranfer, kiriman
uang melalui Bank/Kantor Pos, STTS PBBnya oleh Tempat
Pembayaran dikirim langsung ke Wajib PBB sebagai bukti
pembayaran PBB yang sah.
310 Bab 13: Pembayaran PBB

d. Perum Pos dan Giro (PT. Pos Indonesia) sebagai Tempat


Pembayaran.
Apabila suatu Wilayah pembayaran PBB ditunjuk PT Pos
Indonesia sebagai Tempat Pembayaran maka ditetapkan tatacara
pembayaran (Bagian terlampir) dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1). Pada dasarnya yang ditunjuk sebagai Tempat Pembayaran dapat
Kantor Pos Cabang maupun Kantor Pos Pembantu sesuai dengan
pembagian wilayah kerja masing-masing.
2). Sentral Giro menggantikan dan berfungsi sebagai Bank Persepsi.
3). Ketentuan-ketentuan tentang:
a). Tatacara penyetoran saldo rekening KKN qq PBB ke
rekening KKN qq pada Bank Tunggal khusus PBB;
b). Ketentuan tentang besarnya provisi;
c). Bentuk dan penggunaan blanko dari Pos dan Giro;
d). Bentuk dan tatacara laporan;
ditetapkan pada surat perjanjian antara Dirjen Pajak dengan Direktur
Utama PT. Pos Indonesia.
Hambatan Penyampaian SPPT:
1. Sulit untuk menemui Wajib Pajak secara langsung;
2. WP di Luar Wilayah Kerja KP PBB;
3. Objek Pajak Tanah Kosong.
Cara Mengatasi hal tersebut, SPPT dianggap telah diterima bila:
1. SPPT telah diterima oleh orang serumah yang telah dewasa;
2. Untuk WP Badan SPPT diterima orang sekantor, tanda terima dibubuhi
Stempel Badan yang bersangkutan;
3. Untuk tanah kosong, diupayakan semaksimal mungkin, dan bila tidak
didapat , maka diumumkan dikelurahan yang bila dalam waktu 14 hari,
dan bila masih tidak diketemukan atau diambil, maka tanggal sesudah itu
dianggap sebagai tanggal penerimaan SPPT.
Arus Uang:
Pada Sistem Tempat Pembayaran ini berbeda dengan sistem yang selama ini
berlaku, kedudukan Bank Koordinator dihapuskan, sehingga diharapkan
dapat memperpendek jalur penyetoran uang PBB ke Kas Negara karena uang
setoran yang diterima Bank Persepsi akan langsung dipindahbukukan ke Bank
Tunggal. Agar Bank dapat melaksanakan tugasnya dalam mengelola uang setoran
PBB dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip perbankan, maka Bank
Persepsi dan Bank Tunggal yang ditunjuk diberikan masa pengendapan uang
sesuai dengan perjanjian. SISTEP sesungguhnya hanya merupakan bagian dari
suatu Sistem yang diciptakan atau dibina Direktorat PBB dan BPHTB dalam
rangka membina suatu Sistem yang menyeluruh dengan menggunakan teknologi
informasi dalam suatu jaringan yang dapat mencakup semua sistem perpajakan
mulai dari Pendataan hingga pelaporan hasil maupun pembagian hasil penerimaan
PBB/Pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan 311

Skema Alur Penerimaan Uang PBB.

STTS
Lunas

Bank TP Bank Tunggal


STTS
Setor uang
PBB
Bayar
SPPT PBB

STTS

KP PBB
Kantor
(SISMIOP) WP
Kelurahan
Saat ini
penyempurnaan pelayanan dilakukan melalui pembangunan sistem baru dan
pengembangan sistem yang sudah ada. Pada tahun 2000 Direktorat Jenderal Pajak
melaksanakan pembangunan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak
(MP3) secara on-line. Sistem MP3 dibangun untuk memenuhi kebutuhan data
penerimaan yang cepat dan akurat, serta untuk menghindari pemalsuan
Surat Setoran Pajak. Pilot project sistem MP3 melibatkan enam bank
persepsi, yaitu BNI, Bukopin, Niaga, BII, Bank Lippo, dan BCA. Sistem ini
diharapkan dapat direplikasikan ke semua bank persepsi yang telah memiliki
jaringan on-line. Selain pembangunan Sistem MP3, Direktorat Jenderal Pajak juga
membangun Sistem Pendaftaran Secara Terintegrasi, sehingga Pendaftaran
Wajib Pajak dapat berlangsung dengan lebih mudah, cepat, dan akurat.
Untuk itu perlu suatu Tempat Pelayanan di Kantor yang dapat melayani
setiap Wajib Pajak yang datang memerlukan pelayanan untuk keperluan
kewajiaban perpajakanannya. Pelayanan ini merupakan tempat yang bila
diperlukan dapat melayanai cukup di suatu tempat dan Wajib Pajak tidak perlu
mondar–mandir seperti dipermainkan ke sana kemari, cukup di suatu tempat dan
berhenti sudah mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
312 Bab 13: Pembayaran PBB

Laporan
Pemantauan Update data
STTS

Bank T P
Periksa Status
Pembayaran
Central Server
Setor uang
PBB

SPPT SPPT

Server SISMIOP

C.3 Sistem Pembayaran Pbb Terbaru


Dasar Hukum :
1. SK Menkeu No.1007/KMK.04/1985, tentang Pelimpahan Wewenang
Penagihan PBB Kepada Gub/KDH TK I dan atau Bupati/Walikota/KDH TK
II;
2. Keputusan bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak,
Departemen Keuangan dan Direktur Jenderal Pemerintahan Umum, Direktur
Jenderal Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri Nomor Kep-54/a/2003,
Nomor Kep-47/pj./2003, Nomor Kep-973-011 Tahun 2003, Nomor 973-012,
tentang Tata Cara Pembayaran, Pemindahbukuan, Pelimpahan, dan
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Berdasar ketentuan yang baru terdapat beberpa sub sistem pembayaran PBB yaitu
:
1. Sistem Pembayaran PBB Konvensional/manual.
2. Sistem Pembayaran PBB Online (Payment Online System).
3. Sistem Pembayaran PBB Elektronik.
Beberapa pokok pikiran dalam ketentuan yang baru yang berupa keputusan
bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak, Departemen
Keuangan Dan Direktur Jenderal Pemerintahan Umum, Direktur Jenderal
Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri Nomor: Kep-54/a/2003 Nomor Kep-
47/pj./2003, Nomor Kep-973-011 Tahun 2003, Nomor 973-012 tentang Tata Cara
Pembayaran, Pemindahbukuan, Pelimpahan, dan Pembagian Hasil Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Ketentuan lainnya yang berkaitan dengan
Sistem Tempat Pembayaran antara lain:
Pajak Bumi dan Bangunan 313

1) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan,


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 157);
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1007/KMK.04/1985 tentang
Pelimpahan Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/atau Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II;
3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 249/KMK.04/1993 tentang
Penunjukan Tempat dan Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan;
Beberapa pokok pengertian dalam ketentuan yang baru ialah:
1. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB adalah Bank Pemerintah/Kantor Pos
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil
penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB dan melakukan
pembagian hasil penerimaan PBB ke instansi yang berhak;
2. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB adalah Bank Pemerintah/Bank Swasta
Nasional/Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP-PBB, TP- PBB On-line dan
melimpahkan hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB;
3. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik adalah Bank Pemerintah/Bank
Swasta Nasional/Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP-PBB Elektronik
dan melimpahkan hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB;
4. DHKP adalah Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran;
5. Dispenda adalah Dinas Pendapatan Daerah dan atau Badan Pengelola
Keuangan Daerah (BPKD) atau unit kerja sejenis lainnya di lingkungan
Pemerintah Kabupaten atau Kota, atau Dinas Pendapatan Daerah di
lingkungan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang bertugas menangani
pendapatan daerah;
6. DPH adalah Daftar Penerimaan Harian;
7. DRPM adalah Daftar Rincian Pembayaran Mingguan;
8. KPKN adalah Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara yang bertindak
sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN);
9. KPPBB adalah Kantor Pelayanan PBB;
10. LBP adalah Laporan Bulanan Penerimaan;
11. LMP adalah Laporan Mingguan Penerimaan;
12. LPPM adalah Laporan Pembatalan Pencetakan Mingguan;
13. NOP adalah Nomor Objek Pajak atau nomor SPPT;
14. Pembayaran PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan secara elektronik adalah
pembayaran PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan yang dilakukan melalui
ATM (Anjungan Tunai Mandiri/Automatic Teller Machine) atau fasilitas
perbankan elektronik lainnya;
314 Bab 13: Pembayaran PBB

15. Petugas Pemungut adalah petugas yang ditunjuk oleh Pejabat yang
berwenang untuk memungut PBB sektor Pedesaan dan atau sektor Perkotaan
dan menyetorkannya ke TP-PBB atau TP-PBB On-line;
16. RLMP adalah Rekap Laporan Mingguan Penerimaan;
17. SKP adalah Surat Ketetapan PBB;
18. SPPg adalah Surat Pengantar Pengiriman;
19. SPPT adalah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang;
20. SSP adalah Surat Setoran Pajak;
21. STPPBB adalah Surat Tagihan Pajak PBB;
22. STTS adalah Surat Tanda Terima Setoran;
23. Tempat Pembayaran PBB yang selanjutnya disebut TP-PBB adalah Bank
Pemerintah/Bank Swasta Nasional/Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima pembayaran PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan
dan memindahbukukan hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Persepsi
PBB sebagaimana tercantum dalam SPPT/SKP/STPPBB;
24. Tempat Pembayaran PBB Elektronik yang selanjutnya disebut TP-PBB
Elektronik adalah Bank Pemerintah/Bank Swasta Nasional yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB sektor Pedesaan
dan Perkotaan secara elektronik dan memindahbukukan hasil penerimaan
PBB ke Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik;
25. Tempat Pembayaran PBB On-line yang selanjutnya disebut TP-PBB On-line
adalah Bank Pemerintah/Bank Swasta Nasional yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima pembayaran PBB Sektor Pedesaan dan
Perkotaan secara on-line dan memindahbukukan hasil penerimaan PBB ke
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB;
26. TTS adalah Tanda Terima Setoran.
27. Tata cara pembayaran, pemindahbukuan dan pelimpahan hasil penerimaan
PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan melalui TP-PBB adalah sebagaimana
diatur dalam Lampiran I Keputusan Bersama ini.
28. Tata cara pembayaran, pemindahbukuan dan pelimpahan hasil penerimaan
PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan melalui TP-PBB On-Line adalah
sebagaimana diatur dalam Lampiran II Keputusan Bersama ini.
29. Tata cara pembayaran, pemindahbukuan dan pelimpahan hasil penerimaan
PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan melalui TP-PBB Elektronik adalah
sebagaimana diatur dalam Lampiran III Keputusan Bersama ini.
30. Tata cara pembayaran dan pelimpahan hasil penerimaan PBB sektor
Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan Non Migas adalah sebagaimana
diatur dalam Lampiran IV Keputusan Bersama ini.
31. Tata cara pembayaran dan pelimpahan hasil penerimaan PBB sektor
Pertambangan Migas adalah sebagaimana diatur dalam Lampiran V
Keputusan Bersama ini.
32. Tata cara pembagian hasil penerimaan PBB adalah sebagaimana diatur
dalam Lampiran VI Keputusan Bersama ini.
33. Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan Bersama
ini diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Pajak Bumi dan Bangunan 315

Pajak, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum, dan Direktur Jenderal


Otonomi Daerah baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri.
34. Pada saat Keputusan Bersama ini mulai berlaku:
· Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Pajak dan Direktur Jenderal PUOD Nomor SE-143/A1987, Nomor SE-
33/PJ.7/1987 dan Nomor 973/1277/PUOD tanggal 26 Maret 1987
tentang Tata Cara Penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan Melalui Bank
Pemerintah (Kecuali Bapindo dan BTN) dan Pembagian Hasil
Penerimaannya Serta Pembayaran Biaya Pemungutan Kepada Petugas
Pemungut;
· Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Pajak dan Direktur Jenderal PUOD Nomor SE-111/A/51/1293, Nomor
SE-64/PJ.6/1993 dan Nomor 973/4708/PUOD tanggal 22 Desember
1993 tentang Tata Cara Pembayaran dan Pemindahbukuan Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Surat
Edaran Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak,
dan Direktur Jenderal PUOD Nomor SE-68/A/66/0595, Nomor SE-
29/PJ.6/1995 dan Nomor 973/1505/PUOD tanggal 17 Mei 1995 tentang
Perubahan Tata Cara Pembayaran dan Pemindahbukuan Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Pertambangan (Migas), dinyatakan tidak
berlaku.

Sistep Konvensional
Tata cara pembayaran, pemindahbukuan, dan pelimpahan hasil penerimaan
PBB sektor pedesaan dan perkotaan melalui TP-PBB adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak
1.1. Pembayaran melalui TP-PBB.
a. Wajib Pajak membayar PBB terutang melalui TP-PBB.
b. Pembayaran dengan cek atau giro bilyet baru dianggap sah apabila
telah dilakukan kliring.
c. Wajib Pajak menerima ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ sebagai
bukti pelunasan pembayaran PBB dari TP-PBB.
d. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran melalui kiriman
uang/transfer, Wajib Pajak menerima ‘STTS lembar untuk Wajib
Pajak’ sebagai bukti pelunasan pembayaran PBB disertai dengan
SPPg dari TP-PBB.

1.2. Pembayaran melalui Petugas Pemungut.


a. Dalam hal tempat tinggal Wajib Pajak jauh dan sulit sarana dan
prasarana ke TP-PBB, TP-PBB On-line, dan TP-PBB Elektronik,
Wajib Pajak dapat membayar PBB terutang melalui Petugas
Pemungut dan selanjutnya Petugas Pemungut menyetorkan uang
hasil penerimaan pembayaran PBB ke TP-PBB.
b. Wajib Pajak menerima TTS lembar ke-1 dari Petugas Pemungut
sebagai tanda bukti sementara penerimaan pembayaran PBB.
316 Bab 13: Pembayaran PBB

c. Setelah Petugas Pemungut menyetorkan uang hasil penerimaan


pembayaran PBB ke TP-PBB, Wajib Pajak menerima ‘STTS
lembar untuk Wajib Pajak’ sebagai bukti pelunasan pembayaran
PBB yang sah.
2. Petugas Pemungut
2.1. Menerima TTS dan DPH dari Dispenda/Kepala Desa/Lurah dengan
Berita Acara.
2.2. Menerima pembayaran PBB terutang dari Wajib Pajak dan
menyerahkan TTS lembar ke-1 kepada Wajib Pajak serta mencatat
hasil penerimaan PBB ke dalam DPH dalam rangkap empat.
2.3. Menyetorkan uang hasil penerimaan pembayaran PBB dari Wajib
Pajak ke TP-PBB dengan menggunakan DPH dalam rangkap empat
dilampiri dengan TTS lembar ke-2, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk daerah yang sulit sarana dan prasarana ke TP-PBB,
penyetoran dilakukan selambat-lambatnya tujuh hari sekali;
b. Untuk daerah yang mudah sarana dan prasarana ke TP-PBB tetapi
berdasarkan pertimbangan perlu ditunjuk Petugas Pemungut,
pembayaran dilakukan setiap hari.
2.4. Menerima ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ serta DPH dan TTS
lembar ke-2 yang telah diregistrasi oleh TP-PBB.
2.5. Menyampaikan ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ kepada Wajib Pajak
sebagai bukti pelunasan pembayaran PBB yang sah selambat-
lambatnya tujuh hari sejak penyetoran sebagaimana dimaksud butir
2.3. di atas.
2.6. Menyampaikan DPH yang telah diregistrasi oleh TP-PBB, masing-
masing sebagai berikut:
a. Lembar ke-1 kepada Kepala Desa/Lurah bersamaan dengan
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud butir 2.7.a.;
b. Lembar ke-2 ke Dispenda;
c. Lembar ke-3 kepada Camat;
d. Lembar ke-4 sebagai pertinggal.
2.7. Membuat laporan kepada Kepala Desa/Lurah minimal tujuh hari
sekali, mengenai:
a. Jumlah penerimaan pembayaran PBB dari Wajib Pajak dan setoran
uang hasil penerimaan pembayaran PBB dari Wajib Pajak ke TP-
PBB dilampiri dengan DPH lembar ke-1 dan TTS lembar ke-2
yang masing-masing telah diregistrasi oleh TP-PBB;
b. Penggunaan TTS sewaktu mengajukan permintaan TTS baru
disertai penyerahan bonggol TTS lama.
3. Kepala Desa/Lurah
3.1. Menerima laporan dari Petugas Pemungut mengenai:
a. Hasil penerimaan dan penyetoran pembayaran PBB ke TP-PBB
dilampiri dengan DPH lembar ke-1 dan TTS lembar ke-2 yang
masing-masing telah diregistrasi oleh TP-PBB;
b. Penggunaan TTS.
Pajak Bumi dan Bangunan 317

3.2. Membuat dan menyampaikan LMP PBB sehubungan dengan butir 3.1.
di atas kepada Camat dan menyampaikan tembusannya ke Dipenda.
4. Camat
4.1. Menerima DPH lembar ke-3 yang telah diregistrasi oleh TP-PBB dari
Petugas Pemungut.
4.2. Menerima LMP PBB dari Kepala Desa/Lurah.
4.3. Menerima tembusan LMP PBB dari TP-PBB.
4.4. Membuat dan menyampaikan LBP PBB sehubungan dengan butir 4.2.
dan 4.3. ke Dispenda.
5. Dispenda
5.1. Menerima dokumen pembayaran/laporan penerimaan PBB dari:
a. Petugas Pemungut, berupa DPH lembar ke-2 yang telah diregistrasi
oleh TP-PBB;
b. Kepala Desa/Lurah, berupa tembusan LMP PBB;
c. Camat, berupa LBP PBB;
d. TP-PBB, berupa ‘STTS lembar untuk Dispenda’ yang PBB-nya
telah dibayar oleh Wajib Pajak;
e. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB, berupa:
1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP-PBB;
2) RLMP PBB;
3) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pelimpahan
hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB;
4) Rekening Koran mingguan dan Rekening Koran sampai
dengan akhir bulan.
f. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB, berupa:
1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan pelimpahan
hasil penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB;
2) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian hasil
penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak;
3) Rekening Koran mingguan dan Rekening Koran sampai
dengan akhir bulan.
5.2 Membuat dan menyampaikan LBP PBB sehubungan dengan butir 5.1.
di atas kepada Bupati/Walikota atau Gubernur DKI Jakarta khusus
untuk wilayah DKI Jakarta dan menyampaikan tembusannya ke KP
PBB.
5.3 Menerima laporan pembukaan Rekening Kas Negara c.q. PBB dari
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB dan Operasional V PBB.
5.4 Mencocokkan jumlah uang hasil penerimaan PBB yang telah
dilimpahkan ke Bank/Kantor Pos Operasional V PBB minggu ini pada
RLMP PBB dan Rekening Koran mingguan dari Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB sebagaimana dimaksud butir 5.1.e.2) dan 5.1.e.4) dengan
jumlah uang pada Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan
318 Bab 13: Pembayaran PBB

pelimpahan hasil penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Operasional


V PBB sebagaimana dimaksud butir 5.1.f.1).
6. TP-PBB
6.1. Menerima STTS dan DHKP PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB
dengan Berita Acara.
6.2. Menerima pembayaran PBB terutang dari Wajib Pajak.
6.3. Menyerahkan ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ yang PBB-nya telah
dibayar oleh Wajib Pajak kepada Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak
melakukan pembayaran melalui kiriman uang/transfer, TP-PBB
berkewajiban mengirimkan ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ dengan
SPPg kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.
6.4. Menerima setoran uang hasil penerimaan pembayaran PBB dari
Petugas Pemungut yang dilampiri dengan DPH dalam rangkap empat
dan TTS lembar ke-2 .
6.5. Meregistrasi DPH dan TTS lembar ke-2 sebagaimana butir 6.4. yang
diserahkan oleh Petugas Pemungut.
6.6. Menyerahkan ‘STTS lembar untuk Wajib Pajak’ serta DPH dan TTS
lembar ke-2 yang telah diregistrasi kepada Petugas Pemungut.
6.7. Menyampaikan ‘STTS lembar untuk KP PBB’ dan ‘STTS lembar
untuk Dispenda’ yang PBB-nya telah dibayar oleh Wajib Pajak
masing-masing ke:
a. KP PBB;
b. Dispenda.
6.8. Membukukan semua pembayaran/penyetoran PBB pada hari kerja
yang bersangkutan.
6.9. Memindahbukukan saldo penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB pada hari Jum’at atau hari kerja berikutnya apabila hari
Jum’at libur.
6.10. Menyusun LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dan mengirimkannya ke Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB selambat-lambatnya hari Sabtu atau hari kerja
berikutnya apabila hari Sabtu libur dan menyampaikan tembusannya
kepada Camat dan KPPBB.
7. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB
7.1. Menerima STTS dan DHKP PBB dari KPPBB dan
mendistribusikannya ke masing-masing TP-PBB dengan Berita Acara.
7.2. Membuka rekening Kas Negara c.q. PBB secara otomatis dan
melaporkannya ke KPKN, KPPBB, dan Dipenda.
7.3. Menerima pemindahbukuan saldo penerimaan PBB dari TP-PBB
setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat libur.
7.4. Membukukan setiap pemindahbukuan saldo penerimaan PBB dari TP-
PBB pada hari kerja bersangkutan.
7.5. Menerima LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dari TP-PBB selambat-lambatnya hari Sabtu atau
hari kerja berikutnya apabila hari Sabtu libur.
Pajak Bumi dan Bangunan 319

7.6. Membuat Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan


pemindahbukuan saldo penerimaan PBB dari TP-PBB sebagaimana
dimaksud pada butir 7.3. dan mengirimkannya selambat-lambatnya
hari Sabtu atau hari kerja berikutnya apabila hari Sabtu libur ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dipenda.
7.7. Melimpahkan saldo penerimaan PBB sehubungan dengan butir 7.3. di
atas ke Rekening Kas Negara c.q. PBB pada Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya
apabila hari Jumat libur pada minggu berikutnya.
Mutasi (kredit/debet) Rekening Kas Negara c.q. PBB pada
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB PBB agar dibulatkan dalam rupiah,
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 67/KMK.01/1990
tanggal 15 januari 1990.
7.8. Membuat Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pelimpahan
saldo penerimaan PBB ke Rekening Kas Negara c.q. PBB pada
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB sebagaimana dimaksud pada
butir 7.7. di atas.
7.9. Menyusun RLMP PBB dan Rekening Koran mingguan dan
mengirimkannya disertai dengan Nota Debet/Berita Kurang
sehubungan dengan pelimpahan saldo penerimaan PBB ke Rekening
Kas Negara c.q. PBB pada Bank/Kantor Pos Operasional V PBB
selambat-lambatnya hari Sabtu atau hari kerja berikutnya apabila hari
Sabtu libur ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
7.10. Menyusun Rekening Koran sampai dengan akhir bulan dan
mengirimkannya selambat-lambatnya satu hari kerja setelah hari kerja
akhir bulan ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
8. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
8.1. Membuka Rekening Kas Negara c.q. PBB secara otomatis dan
melaporkannya ke KPKN, KP PBB, dan Dispenda.
8.2. Menerima pelimpahan saldo penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari
Jum’at libur.
8.3. Membukukan setiap pelimpahan penerimaan PBB dari Bank/Kantor
Pos Persepsi PBB ke dalam rekening Kas Negara c.q. PBB pada hari
kerja bersangkutan.
8.4. Membuat Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan pelimpahan
saldo penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB
320 Bab 13: Pembayaran PBB

sebagaimana dimaksud pada butir 8.2. serta Rekening Koran


mingguan dan mengirimkannya selambat-lambatnya pada hari Sabtu
atau hari kerja berikutnya apabila hari Sabtu libur ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
Pada Nota Kredit/Berita Tambah pelimpahan penerimaan PBB dari
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB diberi uraian keterangan “Pelimpahan
peneriman PBB .… dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB …….…
sebanyak ……… STTS”.
8.5. Membagi saldo penerimaan PBB sehubungan dengan butir 8.2. ke
rekening instansi yang berhak setiap hari Jumat atau hari kerja
berikutnya apabila hari Jum’at libur pada minggu berikutnya.
8.6. Membuat Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian
hasil penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak serta
Rekening Koran mingguan dan mengirimkannya selambat-lambatnya
pada hari Sabtu atau hari kerja berikutnya apabila hari Sabtu libur ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
8.7. Menyusun Rekening Koran sampai dengan akhir bulan dan
mengirimkannya selambat-lambatnya satu hari kerja setelah hari kerja
akhir bulan ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
9. KPPBB
9.1. Menyerahkan STTS dan DHKP PBB ke Bank/Kantor Pos Persepsi
PBB dengan Berita Acara.
9.2. Menerima dokumen pembayaran/laporan penerimaan PBB dari:
a. TP-PBB, berupa tembusan LMP PBB yang dirinci per
Desa/Kelurahan, Pedesaan/Perkotaan dan STTS lembar untuk KP
PBB’ yang PBB-nya telah dibayar oleh Wajib Pajak.
b. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB, berupa:
1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP-PBB;
2) RLMP PBB;
3) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pelimpahan
hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB;
4) Rekening Koran mingguan dan Rekening koran sampai dengan
akhir bulan.
c. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB, berupa:
Pajak Bumi dan Bangunan 321

1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan pelimpahan


hasil penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB;
2) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian hasil
penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak;
3) Rekening Koran mingguan dan Rekening Koran sampai
dengan akhir bulan.
d. KPKN, berupa LMP PBB beserta pembagian hasil penerimaan dan
pengembalian PBB (DA.08.03) setiap hari Selasa atau hari kerja
berikutnya apabila hari Selasa libur.
e. Dispenda, berupa tembusan LBP PBB.
9.3. Membuat daftar pengawasan penerimaan dokumen sehubungan
dengan butir 9.2. sebagaimana mestinya.
9.4. Menerima laporan pembukaan Rekening Kas Negara c.q. PBB dari
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB dan Operasional V PBB.
9.5. Melakukan penelitian dokumen pembayaran PBB dengan cara sebagai
berikut:
a. Mencocokkan jumlah penerimaan dan jumlah transaksi penerimaan
PBB minggu ini pada RLMP PBB dengan Rekening Koran
mingguan dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB;
b. Mencocokkan jumlah penerimaan PBB yang telah dilimpahkan ke
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB minggu ini pada RLMP PBB
dan Rekening Koran mingguan dari Bank/Kantor Pos Persepsi
PBB dengan jumlah uang pada Nota Kredit/Berita Tambah
sehubungan dengan pelimpahan hasil penerimaan PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
10. KPKN
10.1. Bendaharawan Umum Pemegang Rekening Kas Negara A (Seksi
Bank Tunggal) menerima dokumen penerimaan PBB dari:
a. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB, berupa:
1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP-PBB;
2) RLMP PBB;
3) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pelimpahan
hasil penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB;
4) Rekening Koran mingguan dan Rekening Koran sampai
dengan akhir bulan.
b. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB berupa:
1) Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan pelimpahan
hasil penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB;
2) Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian hasil
penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak;
3) Rekening Koran mingguan dan Rekening Koran sampai
dengan akhir bulan.
322 Bab 13: Pembayaran PBB

10.2. Membuat daftar pengawasan penerimaan dokumen, sehubungan


dengan butir 10.1 sebagaimana mestinya.
10.3. Menerima laporan pembukaan Rekening Kas Negara c.q. PBB dari
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB dan Operasional V PBB.
10.4. Melakukan penelitian dokumen penerimaan PBB dengan cara
sebagai berikut:
a. Mencocokkan jumlah penerimaan dan jumlah transaksi
penerimaan PBB minggu ini pada RLMP PBB dengan
Rekening Koran mingguan dari Bank/Kantor Pos Persepsi
PBB;
b. Mencocokkan jumlah penerimaan PBB yang dilimpahkan ke
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB minggu ini pada RLMP
PBB dan Rekening Koran mingguan dari Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB dengan jumlah uang pada Nota Kredit/Berita
Tambah sehubungan dengan pelimpahan hasil penerimaan
PBB pada Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
10.5. Membukukan dokumen penerimaan PBB yang dilakukan oleh Seksi
Bank Tunggal berupa Nota Kredit/Berita Tambah dari Bank/Kantor
Pos Operasional V PBB ke dalam:
a. Buku Bank/Kantor Pos Operasional V PBB (DA.05.03) di kolom
penerimaan.
b. Buku Kas Pembantu Penerimaan (DA.05.01) dengan kode Sub
Kelompok MAP (BKPP) 0140 MAP 0141 s.d. 0146;
c. Buku Bank Tunggal/ Buku Pos Umum (DA.05.05).
10.6. Membuat LMP PBB beserta Pembagian Hasil Penerimaan dan
Pengembalian PBB (DA.08.03) dan mengirimkannya ke KPPBB
yang bersangkutan setiap hari Selasa atau hari kerja berikutnya
apabila hari Selasa libur.
Payment Online Sistem (POS)
Tata cara pembayaran, pemindahbukuan, dan pelimpahan hasil
penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan melalui TP PBB ON LINE
adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak
1.1. Pembayaran melalui TP-PBB On-line.
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini
dengan penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
1.2. Pembayaran melalui Petugas Pemungut.
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini
dengan penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
2. Petugas Pemungut
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
3. Kepala Desa/Lurah
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
4. Camat
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
5. Dispenda
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
6. TP-PBB On-Line
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini
dengan tambahan dan penyesuaian sebagai berikut:
6.1. Tidak menerima STTS dan DHKP PBB dari Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB.
6.2. Mencetak ‘STTS lembar untuk Bank‘,‘STTS lembar untuk Wajib
Pajak, STTS lembar untuk KPPBB’, dan ‘STTS lembar untuk
Dipenda’ pada saat Wajib Pajak membayar PBB terutang.
6.3. Membatalkan STTS yang telah dicetak jika Wajib Pajak
membatalkan pembayaran PBB terutang pada saat pembayaran
tersebut;
6.4. Membuat dan mengirimkann LPPM dilampiri dengan STTS yang
telah dibatalkan ke KP PBB setiap hari Jumat atau hari kerja
berikutnya apabila hari Jumat libur.
7. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian sebagai berikut:
7.1. TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
7.2. Tidak menerima STTS dan DHKP PBB dari KPPBB dan tidak
mendistribusikannya ke masing-masing TP-PBB On-line.
332 Bab 13: Pembayaran PBB

7.3. Melimpahkan saldo penerimaan PBB ke Rekening Kas Negara c.q.


PBB pada Bank/Kantor Pos Operasional V PBB untuk setiap
wilayah Kota/Kabupaten setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya
apabila hari Jumat libur pada minggu berikutnya.
8. Bank/Kantor Pos Operasional V Pbb
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini.
9. KPPBB
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
tambahan dan penyesuaian sebagai berikut:
9.1. TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
9.2. Menerima LPPM dilampiri dengan STTS yang telah dibatalkan dari
TP-PBB On-line setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila
hari Jumat libur.
10. KPKN
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB On-line.
334 Bab 13: Pembayaran PBB

Pembayaran PBB Elektronik


Tata cara pembayaran, pemindahbukuan, dan pelimpahan hasil penerimaan
PBB sektor pedesaan dan perkotaan melalui TP PBB ELEKTRONIK adalah
sebagai berikut :
1. Wajib Pajak
1.1. Pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sebagai TP-PBB
Elektronik :
a. Wajib Pajak yang telah memiliki kartu ATM bank penyedia fasilitas
pembayaran elektronik membayar PBB terutang melalui ATM bank
ditunjuk;
b. Wajib Pajak menerima resi/struk dari ATM yang dimaksud sebagai
bukti pelunasan pembayaran PBB sebagai pengganti STTS;
c. Apabila resi/struk sebagaimana dimaksud pada butir 1.1.b. di atas
hilang, Wajib Pajak dapat meminta salinan STTS ke KPPBB yang
bersangkutan.
1.2. Pembayaran melalui Internet Banking sebagai TP-PBB Elektronik:
a. Wajib Pajak yang telah memiliki nomor identitas untuk mengakses
Internet Banking bank penyedia fasilitas pembayaran elektronik
membayar PBB terutang melalui Internet Banking bank yang
ditunjuk;
b. Wajib Pajak mencetak print out Internet Banking dari fasilitas
Internet Banking sebagai bukti pelunasan pembayaran PBB sebagai
pengganti STTS;
c. Apabila print out Internet Banking sebagaimana dimaksud pada butir
1.2.b. di atas hilang, Wajib Pajak dapat meminta salinan STTS
sebagai bukti pelunasan pembayaran PBB di KP PBB yang
bersangkutan.
1.3. Pembayaran melalui Teller sebagai TP-PBB Elektronik:
a. Wajib Pajak membayar PBB terutang melalui Teller bank
penyedia fasilitas pembayaran elektronik yang ditunjuk;
b. Wajib Pajak menerima ‘bukti pembayaran’ dari bank penyedia
fasilitas pembayaran elektronik sebagai pengganti STTS;
c. Apabila bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada butir
1.3.b. di atas hilang, Wajib Pajak dapat meminta salinan STTS
sebagai bukti pelunasan pembayaran PBB di KPPBB yang
bersangkutan.
2. TP-PBB Elektronik
a. Menerima daftar nama Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik
berikut nomor Rekening Kas Negara c.q. PBB dari Kantor Pusat Ditjen
Pajak u.p. Direktorat PBB dan BPHTB sehubungan dengan
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB melalui TP-PBB Elektronik
dimaksud.
b. Menerima pembayaran PBB dari Wajib Pajak.
c. Mengeluarkan resi/struk ATM, print out Internet Banking, atau ‘bukti
pembayaran’ kepada Wajib Pajak.
334 Bab 13: Pembayaran PBB

d. Melakukan komunikasi data dengan Kantor Pusat Ditjen Pajak u.p.


Direktorat PBB dan BPHTB untuk setiap transaksi pembayaran PBB,
dengan:
e. Meminta data PBB terutang yang akan dibayar Wajib Pajak dan
informasi terkait lainnya melalui NOP;
- Menerima data PBB terutang dan informasi terkait lainnya;
- Mengirimkan data konfirmasi pembayaran.
f. Membukukan semua pembayaran PBB.
g. Memindahbukukan saldo penerimaan PBB ke Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB Elektronik paling lambat pada hari Jumat atau hari kerja
berikutnya apabila hari Jumat libur.
h. Melakukan rekonsiliasi data pembayaran PBB secara harian dengan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak u.p. Direktorat PBB dan
BPHTB.
3. Dispenda
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
tambahan dan penyesuaian sebagai berikut :
3.1. TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB Elektronik.
3.2. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB diartikan sebagai Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB Elektronik.
3.3. Tidak menerima DPH lembarke-2 yang telah diregistrasi oleh TP-
PBB dari Petugas Pemungut.
3.4. Tidak menerima tembusan LMP PBB dari Kepala Desa/Lurah.
3.5. Tidak menerima LBP PBB dari Camat.
3.6. Tidak menerima ‘STTS lembar untuk Dipenda yang PBB-nya telah
dibayar oleh Wajib Pajak dari TP-PBB Elektronik.
3.7. Menerima DRPM PBB dari KPPBB sebagai pengganti ‘STTS
lembar untuk Dipenda’ yang PBB-nya telah dibayar oleh Wajib
Pajak.
3.8. Menerima LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dari KPPBB.
4. Bank/Kantor Pos Persepsi Pbb Elektronik
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian sebagai berikut :
TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB Elektronik.
Tidak menerima STTS dan DHKP PBB dari KPPBB.
Tidak menerima LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dari TP-PBB Elektronik.
5. Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
penyesuaian Bank/Kantor Pos Persepsi PBB diartikan sebagai
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik.
Pajak Bumi dan Bangunan 335

6. Kantor pusat ditjen pajak u.p. Direktorat PBB DAN BPHTB.


6.1. Melakukan komunikasi data dengan TP-PBB Elektronik untuk setiap
transaksi pembayaran PBB, dengan:
a. Mengirimkan data PBB terutang dan informasi terkait lainnya
atas permintaan TP-PBB Elektronik;
b. Menerima data konfirmasi pembayaran.
6.2. Berdasarkan usulan dari KPPBB, menyampaikan daftar nama
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik berikut nomor Rekening
Kas Negara c.q. PBB ke TP-PBB Elektronik dalam rangka
pemindahbukuan hasil penerimaan PBB melalui TP-PBB Elektronik.
6.3. Melakukan rekonsiliasi data pembayaran PBB secara harian dengan
TP-PBB Elektronik.
6.4. Mengirimkan data pembayaran PBB secara elektronik ke KPPBB.
6.5. Mengirimkan LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan secara elektronik ke KPPBB.
6.6. Mengirimkan DRPM PBB secara elektronik ke KPPBB.
7. KPPBB
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini dengan
tambahan dan penyesuaian sebagai berikut :
7.1. TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB Elektronik.
7.2. Bank/Kantor Pos Persepsi PBB diartikan sebagai Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB Elektronik.
7.3. Tidak menyerahkan STTS dan DHKP PBB ke Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB Elektronik.
7.4. Tidak menerima LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dan ‘STTS lembar untuk KPPBB’ yang PBB-
nya telah dibayar oleh Wajib Pajak dari TP-PBB Elektronik.
7.5. Menerima LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dan DRPM PBB secara elektronik sebagai
pengganti STTS dari Kantor Pusat Ditjen Pajak u.p Direktorat PBB
dan BPHTB.
7.6. Mencetak LMP PBB yang dirinci per Desa/Kelurahan,
Pedesaan/Perkotaan dan DRPM berdasarkan data elektronik yang
dikirim oleh Kantor Pusat Ditjen Pajak u.p Direktorat PBB dan
BPHTB.
7.7. Sehubungan dengan butir 7.6. di atas, mengirimkan LMP PBB yang
dirinci per Desa/Kelurahan, Pedesaan/Perkotaan dan DRPM PBB
sebagai pengganti ‘STTS lembar untuk Dispenda’ yang PBB-nya
telah dibayar oleh Wajib Pajak ke Dipenda.
7.8. Mencetak salinan STTS berdasarkan permintaan Wajib Pajak yang
telah melakukan pembayaran PBB melalui TP-PBB Elektronik.
7.9. Menyampaikan usulan daftar nama Bank/Kantor Pos Persepsi PBB
berikut nomor Rekening Kas Negara c.q. PBB yang akan ditunjuk
sebagai Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik ke Direktorat
Jenderal Pajak u.p. Direktorat PBB dan BPHTB sehubungan dengan
336 Bab 13: Pembayaran PBB

pemindahbukuan hasil penerimaan PBB melalui TP-PBB Elektronik,


dengan ketentuan satu Bank/Kantor Pos Persepsi PBB untuk
setiap kabupaten/kota. Dalam hal satu kabupaten/kota terdapat 2
KPPBB atau lebih, maka setiap KPPBB mengusulkan satu nama
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB berikut nomor Rekening Kas
Negara c.q. PBB di wilayah kerjanya untuk ditunjuk sebagai
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB Elektronik.
8. KPKN
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini
dengan penyesuaian TP-PBB diartikan sebagai TP-PBB Elektronik dan
Bank/Kantor Pos Persepsi PBB diartikan sebagai Bank/Kantor Pos
Persepsi PBB Elektronik.
Pajak Bumi dan Bangunan 339

Tata Cara Pembayaran dan Pelimpahan Hasil Penerimaan PBB Sektor


Pertambangan Migas
Tata cara pembayaran dan pelimpahan hasil penerimaan PBB sektor
pertambangan migas adalah sebagai berikut :
1. Direktorat Jenderal Pajak
1.1. Direktur PBB dan BPHTB atas nama Direktur Jenderal Pajak
mengajukan permintaan pembayaran PBB Pertambangan Migas ke
Direktur Jenderal Lembaga Keuangan per triwulan dan pada akhir
tahun untuk pelunasan/ketetapan rampung agar menerbitkan surat
permintaan pemindahbukuan/konversi valuta asing atas beban
rekening VA Departemen Keuangan ke Bank Indonesia sehubungan
dengan pembayaran PBB Pertambangan Migas dimaksud.
1.2. Menerima tembusan permintaan pemindahbukuan dari Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan ke Bank Indonesia dan
memberitahukannya ke KPPBB yang bersangkutan.
1.3. Menerima Nota Kredit/Berita Tambah lembar 3 dari Bank/Kantor
Pos Operasional V PBB melalui KP PBB yang bersangkutan.
2. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.
2.1. Sehubungan dengan adanya permintaan pembayaran PBB
Pertambangan Migas dari Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan meminta Bank Indonesia untuk
memindahbukukan/mengkonversi valuta asing atas beban rekening
VA Departemen Keuangan ke Rekening Kas Negara c.q. PBB pada
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB di setiap kabupaten/kota.
2.2. Dalam hal yang ditunjuk sebagai Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB di Kabupaten/Kota yang bersangkutan adalah Kantor Pos, maka
pemindahbukuan/konversi valuta asing atas beban rekening VA
Departemen Keuangan pada Bank Indonesia ditujukan ke Rekening
KPPBB pada Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh KP PBB.
2.3. Mengirim tembusan permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB
Pertambangan Migas sebagaimana dimaksud butir 2.1. dan 2.2.
tersebut di atas ke Direktorat Jenderal Pajak dan KPPBB yang
bersangkutan.
2.4. Menerima Nota Kredit/Berita Tambah Lembar 2 dari Bank/Kantor
Pos Operasional V PBB melalui KPPBB yang bersangkutan.

3. Bank Indonesia
338 Bab 13: Pembayaran PBB

3.1. Atas permintaan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Bank


Indonesia memindahbukukan/mengkonversi valuta asing atas beban
rekening VA Departemen Keuangan ke:
a. Rekening Kas Negara c.q. PBB pada Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB di setiap Kabupaten/Kota atau;
b. Rekening KP PBB pada Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh KP
PBB, dalam hal yang ditunjuk sebagai Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB di Kabupaten/Kota yang bersangkutan
adalah Kantor Pos.
4. Bank/Kantor Pos Operasional V
4.1. Membuka Rekening Kas Negara c.q. PBB secara otomatis dan
melaporkannya ke KPKN, KPPBB, dan Dispenda.
4.2. Menerima pemindahbukuan pembayaran PBB sektor Pertambangan
Migas dari:
a. Bank Indonesia, dalam hal yang ditunjuk sebagai Bank/Kantor
Pos Operasional V PBB adalah Bank Pemerintah.
b. Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh KP PBB, dalam hal yang
ditunjuk sebagai Bank/Kantor Pos Operasional V PBB di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan adalah Kantor Pos.
4.3. Membukukan setiap penerimaan pembayaran PBB sektor
Pertambangan Migas sebagaimana dimaksud pada butir 4.2. di atas
ke dalam rekening Kas Negara c.q. PBB pada hari kerja
bersangkutan.
4.4. Membuat Nota Kredit/Berita Tambah sebanyak 5 (lima) lembar
sehubungan dengan penerimaan pembayaran PBB sektor
Pertambangan Migas sebagaimana dimaksud pada butir 4.2. di atas
dan mengirimkannya selambat-lambatnya pada hari Sabtu atau hari
kerja berikutnya apabila hari Sabtu libur ke:
a. KPKN (Lembar ke- 1).
b. KP PBB (Lembar ke- 2 s.d 4).
c. Dispenda (Lembar ke- 5).
Pada Nota Kredit/Berita Tambah diberi uraian “Pemindahbukuan
Penerimaan PBB Pertambangan Migas ………..(diisi : Triwulan
I/II/III/IV/Pelunasan) dari ……….… (diisi : Bank Indonesia atau
KPPBB)”.
Pajak Bumi dan Bangunan 339

4.5. Membagi saldo penerimaan PBB sehubungan dengan butir 4.2. ke


rekening instansi yang berhak setiap hari Jum’at atau hari kerja
berikutnya apabila hari Jum’at libur pada minggu berikutnya.
4.6. Membuat Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan
pembagian hasil penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak
serta Rekening Koran mingguan dan mengirimkannya selambat-
lambatnya pada hari Sabtu atau hari kerja berikutnya apabila hari
Sabtu libur ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
4.7. Menyusun Rekening Koran sampai dengan akhir bulan dan
mengirimkannya selambat-lambatnya satu hari kerja setelah hari
kerja akhir bulan ke:
a. KPKN;
b. KPPBB;
c. Dispenda.
5. KPPBB
5.1. Menerima laporan pembukaan Rekening Kas Negara c.q. PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
5.2. Membuka Rekening KPPBB pada Bank Pemerintah yang tempat
kedudukannya sekota dengan KPPBB untuk menampung
pemindahbukuan pembayaran PBB Pertambangan Migas dalam hal
yang ditunjuk sebagai Bank/Kantor Pos Operasional V PBB di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan adalah Kantor Pos.
5.3. Mengirim Nomor Rekening KPPBB pada Bank Pemerintah yang
tempat kedudukannya sekota dengan KPPBB sehubungan dengan
butir 5.2. di atas ke Direktur Jenderal Lembaga Keuangan dengan
tembusan ke:
a. Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur PBB dan BPHTB;
b. KPKN setempat.
5.4. Menerima tembusan permintaan pemindahbukuan/konversi valuta
asing atas beban rekening VA Departemen Keuangan pada Bank
Indonesia untuk pembayaran PBB Pertambangan Migas ke Bank
Indonesia dari Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.
5.5. Membuat “Surat Kuasa” yang memberi wewenang kepada Bank
Pemerintah yang ditunjuk oleh KP PBB untuk memindahbukukan
340 Bab 13: Pembayaran PBB

secara otomatis penerimaan pembayaran PBB sektor Pertambangan


Migas sehubungan dengan butir 3.1.b. di atas ke Rekening Kas
Negara c.q. PBB selambat-lambatnya hari Jumat atau hari kerja
berikutnya apabila hari Jumat libur, dalam hal yang ditunjuk sebagai
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan adalah Kantor Pos.
5.6. Menerima Nota Kredit/Berita Tambah dan fotokopi bukti
pemindahbukuan pembayaran PBB Pertambangan Migas dari Bank
Pemerintah yang ditunjuk oleh KP PBB sehubungan dengan
penerimaan pembayaran PBB sektor Pertambangan Migas
sebagaimana dimaksud butir 3.1.b. di atas.
5.7. Menerima Nota Kredit/Berita Tambah dari Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB sehubungan dengan penerimaan pembayaran
PBB sektor Pertambangan Migas sebagaimana dimaksud pada butir
4.4.b. di atas.
5.8. Menerima Nota Debet/Berita Kurang dari Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB sehubungan dengan pembagian hasil penerimaan
PBB ke rekening instansi yang berhak berikut Rekening Koran
mingguan sebagaimana dimaksud pada butir 4.6.b. di atas.
5.9. Menerima Rekening Koran sampai dengan akhir bulan dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
5.10. Mengirimkan Nota Kredit/Berita Tambah yang diterima dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB ke Direktorat Jenderal Pajak
dan ke Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.
5.11. Mencocokkan jumlah penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas
berdasarkan tembusan permintaan pemindahbukuan dari Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud butir 5.4. di atas
dengan Nota Kredit/Berita Tambah dari Bank/Kantor Pos
Operasional V PBB maupun dengan fotokopi bukti pemindahbukuan
yang diterima dari Bank Pemerintah yang ditunjuk.
6. Dispenda
6.1. Menerima dokumen pembayaran/laporan penerimaan PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V berupa:
a. Nota Kredit/Berita Tambah sehubungan dengan penerimaan
pembayaran PBB sektor Pertambangan Migas;
b. Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian hasil
penerimaan PBB ke rekening instansi yang berhak;
c. Rekening Koran.
Pajak Bumi dan Bangunan 341

6.2. Menerima laporan pembukaan Rekening Kas Negara c.q. PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
7. KPKN
Sesuai tata cara sebagaimana Lampiran I Keputusan Bersama ini.
344 Bab 13: Pembayaran PBB

Tata Cara Pembagian Hasil Penerimaan Pbb


KPPBB
1. Berdasarkan pelimpahan wewenang yang diterima dari Menteri Keuangan,
Kepala KPPBB menerbitkan Surat Kuasa Umum (SKU) ke Bank/Kantor
Pos Operasional V PBB untuk melakukan pembebanan secara otomatis
pada rekening Kas Negara c.q. PBB pada:
a. setiap permulaan tahun anggaran; atau,
b. setiap awal masa kerja Bank/Kantor Pos Operasional V PBB, apabila
masa kerja Bank/Kantor Pos Operasional V PBB tidak dimulai pada
awal tahun anggaran.
2. Menerima pemberitahuan dari Gubernur, nama bank dan nomor rekening
Kas Daerah Propinsi.
3. Menerima pemberitahuan dari Bupati dan atau Walikota, nama bank dan
nomor rekening Kas Daerah Kabupaten dan atau Kota.
4. Melalui SKU sebagaimana dimaksud pada butir 1.1., Kepala KPPBB
memberi kuasa kepada Pimpinan Bank/Kantor Pos Operasional V PBB
untuk membebani langsung rekening Kas Negara c.q. PBB dalam rangka
pelaksanaan pembagian hasil penerimaan PBB sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Pembagian
Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/2000 tentang
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, ke instansi yang berhak, yaitu:
a. 10% (sepuluh persen) dari saldo penerimaan PBB ke rekening Kas
Negara sebagai bagian penerimaan Pemerintah Pusat;
b. 16,2% (enam belas koma dua persen) dari saldo penerimaan PBB ke
rekening Kas Daerah Propinsi sebagai bagian penerimaan Pemerintah
Propinsi, kecuali Propinsi DKI Jakarta sebesar 81% (delapan puluh
satu persen);
c. 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) dari saldo penerimaan
PBB ke rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota sebagai bagian
penerimaan Pemerintah Kabupaten/Kota;
d. 9% (sembilan persen) dari saldo penerimaan PBB ke rekening Kas
Negara sebagai Biaya Pemungutan PBB.
5. Menerima tembusan Nota Debet/Berita Kurang atas pembebanan rekening
Kas Negara c.q. PBB dari Bank/Kantor Pos Operasional V PBB untuk
selanjutnya mencocokkannya dengan jumlah yang termuat dalam DA.
08.03 yang diterima dari KPKN.
Pajak Bumi dan Bangunan 343

6. Berdasarkan tembusan Nota Debet/Berita Kurang atas pembebanan


rekening Kas Negara c.q. PBB pada Bank/Kantor Pos Operasional V PBB,
Kepala KP PBB setiap akhir bulan berkenaan menerbitkan Keputusan
Penetapan Pembagian Hasil Penerimaan PBB (KP-PHP-PBB).
7. Berdasarkan KP-PHP-PBB sebagaimana dimaksud pada butir 1.6., Kepala
KPPBB menerbitkan:
a. Surat Perintah Membayar Pembagian Hasil Penerimaan PBB (SPM-
PHP-PBB) untuk masing-masing Propinsi dan Kabupaten/Kota yang
berhak;
b. Surat Perintah Membayar Biaya Pemungutan PBB (SPM-BP-PBB)
bagian Kabupaten/Kota yang berhak.
8. Untuk keperluan penerbitan KP-PHP-PBB, SPM-PHP-PBB, dan SPM-BP-
PBB, Kepala KP PBB menyampaikan speciment tanda tangan dan stempel
yang digunakan kepada Bank/Kantor Pos Operasional V PBB dan KPKN
yang bersangkutan.
9. Menyampaikan KP-PHP-PBB yang terdiri dari:
a. Lembar ke-1 ke KPKN;
b. Lembar ke-2 sebagai pertinggal;
c. Lembar ke-3 ke Bank/Kantor Pos Operasional V PBB;
d. Lembar ke-4 kepada Gubernur u.p. Kepala Dispenda Propinsi;
e. Lembar ke-5 kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dispenda
Kabupaten/ Kota;
f. Lembar ke-6 kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
g. Lembar ke-7 kepada Bank Operasional II.
10. Menyampaikan SPM-PHP-PBB yang terdiri dari:
a. Lembar ke-1 dan lembar ke-5 ke KPKN (lembar ke-5 untuk diteruskan
ke Kantor Verifikasi Pelaksanaan Anggaran (KASIPA));
b. Lembar ke-2 sebagai pertinggal;
c. Lembar ke-3 ke Bank/Kantor Pos Operasional V PBB;
d. Lembar ke-4 kepada Gubernur u.p. Kepala Dispenda Propinsi;
e. Lembar ke-6 kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dispenda
Kabupaten/ Kota;
f. Lembar ke-7 kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
11. Menyampaikan SPM-BP-PBB yang terdiri dari:
344 Bab 13: Pembayaran PBB

a. Lembar ke-1, lembar ke-2, dan lembar ke-3 ke Bank Operasional I/II
(lembar ke-1 dikembalikan ke KPKN, dan lembar ke-2 dikembalikan
ke KP PBB);
b. Lembar ke-4 ke KPKN;
c. Lembar ke-5 sebagai pertinggal;
d. Lembar ke-6 ke Bank/Kantor Pos Operasional V PBB;
e. Lembar ke-7 kepada Gubernur u.p. Kepala Dipenda Propinsi
f. Lembar ke-8 kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dispenda
Kabupaten/ Kota;
g. Lembar ke-9 kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
12. Melaporkan ke KPKN adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB sehubungan dengan kewajiban
Pembagian dan Pembebanan rekening Kas Negara qq. PBB sebagaimana
dimaksud pada butir 2.4.

Bank/Kantor Pos Operasional V PBB


1. Menerima pemberitahuan dari Gubernur, nama bank dan nomor rekening
Kas Daerah Propinsi.
2. Menerima pemberitahuan dari Bupati/Walikota, nama bank dan nomor
rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota.
3. Setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya jika hari Jumat libur,
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB menerima pelimpahan penerimaan
PBB dari Bank/Kantor Pos Persepsi PBB.
4. Pada minggu berikutnya, setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya jika
hari Jumat libur, Bank/Kantor Pos Operasional V melakukan pembagian
hasil penerimaan PBB dengan membebani rekening Kas Negara c.q. PBB
dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk rekening Kas Negara sebesar 10% (sepuluh persen) dari saldo
penerimaan PBB sebagai bagian penerimaan Pemerintah Pusat;
b. Untuk rekening Kas Daerah Propinsi sebesar 16,2% (enam belas koma
dua persen) dari saldo penerimaan PBB sebagai bagian penerimaan
Propinsi yang bersangkutan, kecuali Propinsi DKI Jakarta sebesar 81%
(delapan puluh satu persen);
c. Untuk rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota sebesar 64,8% (enam
puluh empat koma delapan persen) dari saldo penerimaan PBB sebagai
bagian penerimaan Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
Pajak Bumi dan Bangunan 345

d. Untuk rekening Kas Negara sebesar 9% (sembilan persen) dari saldo


penerimaan PBB sebagai Biaya Pemungutan PBB.
5. Membuat Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan pembagian hasil
penerimaan PBB dan menyampaikannya ke KPKN dan ditembuskan ke
KP PBB yang bersangkutan.
6. Apabila kewajiban melakukan pembagian hasil penerimaan PBB melalui
pembebanan pada rekening Kas Negara c.q. PBB sebagaimana dimaksud
pada butir 2.4. tidak dilakukan atau dilakukan pembagian dan pembebanan
kurang dari saldo rekening Kas Negara qq. PBB, maka akan dikenakan
sanksi berupa denda sebesar 3% (tiga persen) per bulan dari jumlah yang
tidak atau kurang dibagi/dibebankan tersebut.
KPKN
1. Menerima pemberitahuan dari Gubernur, nama bank dan nomor rekening
Kas Daerah Propinsi.
2. Menerima pemberitahuan dari Bupati/Walikota, nama bank dan nomor
rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota.
3. Menerima tembusan SKU dari KPPBB.
4. Menerima asli Nota Debet/Berita Kurang sehubungan pembagian hasil
penerimaan PBB melalui pembebanan rekening Kas Negara qq. PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
5. Menerima KP-PHP-PBB lembar ke-1, SPM-PHP-PBB lembar ke-1 dan
lembar ke-5, dan SPM-BP-PBB lembar ke-4 dari KPPBB untuk
dicocokkan dengan asli Nota Debet/Berita Kurang sehubungan dengan
pembagian hasil penerimaan PBB dari Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB.
6. Membukukan KP-PHP-PBB lembar ke-1, SPM-PHP-PBB lembar ke-1,
dan SPM-BP-PBB lembar ke-4 dari KPPBB dan asli Nota Debet/Berita
Kurang sehubungan dengan pembagian hasil penerimaan PBB dari
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB dan mengrimkan SPM-PHP-PBB
lembar ke-5 ke KASIPA.
7. Melaporkan ke Bank Indonesia adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Bank/Kantor Pos Operasional V PBB berdasarkan pemeriksaan dan atau
laporan KP PBB sehubungan dengan kewajiban pembagian hasil
penerimaan PBB melalui pembebanan rekening Kas Negara qq. PBB
sebagaimana dimaksud pada butir 2.4.
346 Bab 13: Pembayaran PBB

Pemerintah Propinsi
1. Menyampaikan nama bank dan nomor rekening Kas Daerah Propinsi ke
KPKN, KPPBB, dan Bank/Kantor Pos Operasional V PBB.
2. Menerima KP-PHP-PBB lembar ke-4, SPM-PHP-PBB lembar ke-4, dan
SPM-BP-PBB lembar ke-7 dari Kepala KPPBB untuk bahan penata
usahaan penerimaan PBB dalam pelaksanaan APBD Daerah Propinsi.

Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Menyampaikan nama bank dan nomor rekening Kas Daerah
Kabupaten/Kota ke KPKN, KP PBB dan Bank/Kantor Pos Operasional V
PBB.
2. Menerima KP-PHP-PBB lembar ke-5, SPM-PHP-PBB lembar ke-6, dan
SPM-BP-PBB lembar ke-8 dari Kepala KP PBB untuk bahan
penatausahaan penerimaan PBB `dalam pelaksanaan APBD Daerah
Kabupaten/Kota.
Pajak Bumi dan Bangunan 349
350 Bab 13: Pembayaran PBB
Pajak Bumi dan Bangunan 351

Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak ( MP3)


Monitoring pelaporan pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Dirjen
Pajak No. KEP-162/PJ./2003, Tgl. 09-06-2003. Untuk pembayaran PBB dan
BPHTB diarahkan tergabung menjadi satu kesatuan dalam sistem ini. Sebagai
langkah awal akan dilaksanakan penyatuan sistem pembayaran BPHTB
melalui MP3. Sebagai sarana untuk memahami sistem MP3 berikut ini
diuraikan pokok pikiran dari MP3 sebagaimana uraian berikut.
Landasan hukum dan ketentuan yang terkait:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126;
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984);
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3985);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128; Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3986);
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 69; Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3313);
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 5/KMK.01/1993
tentang Penunjukan Bank Persepsi Dalam Rangka Pengelolaan Setoran
Penerimaan Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.03/2002;
6. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
493/KMK.03/1996 tentang Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran
Negara Melalui PT. Pos Indonesia (Persero) sebagaimana telah beberapa
350 Bab 13: Pembayaran PBB

kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor


538/KMK.03/2002;
7. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Anggaran Nomor KEP-
38/A/51/1993, Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-17/PJ./1993, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-53/BC/1993, Direktur Jenderal Pos
dan Telekomunikasi Nomor 98/DIRJEN/1993, dan Direksi Bank Indonesia
Nomor 26/56/KEP.DIR tentang Tata Cara Pemungutan, Penyetoran,
Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Bank/Kantor Pos dan Giro,
Serta Pengenaan Sanksi Administrasi;
8. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Anggaran Nomor KEP-56/A/2003,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-13/BC/2003, Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP-48/PJ/2003 tentang Penatausahaan
Penerimaan Setoran Pendapatan Negara Dengan Sistem Internal Check;
9. Keputusan Bersama Direktur Jenderal Anggaran Nomor KEP-76/A/2002,
dan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-288/PJ./2002 tentang
Penatausahaan Penerimaan Setoran Pajak Melalui Bank Persepsi Dan
Bank Devisa Persepsi Yang Diolah Dengan Cara On-line;
10. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-11/PJ./1994 tentang
Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP)
1994;
11. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-169/PJ./2001 tentang
Bentuk Surat Setoran Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-101/PJ./2003 tanggal 3 April 2003;
12. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-383/PJ/2002 tentang Tata
Cara Pembayaran Setoran Pajak Melalui Sistem Pembayaran On-Line Dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan Dalam bentuk Digital.

Beberapa pengertian dan istilah yang dipakai antara lain :


a. Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos atau Bank Badan Usaha
Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai penerima
pembayaran atau setoran pajak secara on-line.
b. Persyaratan teknis adalah persyaratan sebagaimana disyaratkan dalam
Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Monitoring Pelaporan Pembayaran
Pajak antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Kantor Penerima
Pembayaran.
c. Surat Rekomendasi adalah surat yang dibuat oleh Direktur Jenderal Pajak
dan dikirim ke Direktorat Jenderal Anggaran dan Kantor Penerima
Pajak Bumi dan Bangunan 351

Pembayaran yang menyatakan bahwa Kantor Penerima Pembayaran yang


bersangkutan telah memenuhi persyaratan teknis untuk menjadi Kantor
Penerima Pembayaran yang berhak melayani pembayaran setoran pajak
secara on-line.
d. Rekonsiliasi adalah proses identifikasi perbedaan dan persamaan data
pembayaran setoran pajak yang tercatat dalam sistem komputer Direktorat
Jenderal Pajak dengan Kantor Penerima Pembayaran setiap hari pada jam
tertentu (cut off) yang disepakati antara Direktorat Jenderal Pajak dengan
Kantor Penerima Pembayaran.
e. Klarifikasi adalah proses komunikasi antara Direktorat Jenderal Pajak
dengan Kantor Penerima Pembayaran dalam rangka memastikan penyebab
perbedaan data pembayaran setoran pajak.
f. Reversal/penyesuaian data penerimaan adalah proses penambahan,
pengurangan, dan perubahan data pembayaran setoran pajak yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan Kantor Penerima
Pembayaran pada saat pelaksanaan rekonsiliasi dan klarifikasi agar data
yang bersangkutan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
g. Daftar Nominatif Penerimaan yang selanjutnya disebut DNP adalah rincian
penerimaan negara yang ditandatangani oleh dan menjadi tanggung jawab
pejabat Kantor Penerima Pembayaran dan disahkan oleh pejabat Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
h. Kantor Wilayah (Kantor Wilayah) Koordinator adalah Kantor Wilayah IV
Direktorat Jenderal Pajak Jaya I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak di kota dimana terdapat beberapa KPP dan KPKN yang ditunjuk
untuk menerima data pembayaran pajak dari KPKN.
i. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Koordinator adalah KPP yang ditunjuk
oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya untuk menerima
data pembayaran pajak para Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP yang
bersangkutan dan KPP lain dari KPKN mitra kerjanya.
j. Rekaman Data DNP yang selanjutnya disebut RDD adalah data daftar
penerimaan setoran pajak yang tersimpan dalam media digital (disket, CD
ROM, atau media penyimpan data lainnya) yang isinya harus sama dengan
DNPnya.
k. SSP Standar adalah surat yang oleh Wajib Pajak/Penyetor digunakan atau
berfungsi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kantor Penerima Pembayaran dan digunakan sebagai
bukti/tanda pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
352 Bab 13: Pembayaran PBB

l. SSP Khusus adalah bukti/tanda pembayaran atau penyetoran pajak


terutang ke Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor
Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi dan atau alat
lainnya, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam
administrasi perpajakan.
m. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak yang selanjutnya disebut NTPP
adalah nomor bukti/tanda pembayaran/penyetoran pajak yang diterakan
pada SSP yang digunakan dalam sistem pembayaran pajak secara on-line,
yang dihasilkan oleh suatu mesin penomoran dengan formula rahasia yang
dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.
n. Nomor Transaksi Bank yang selanjutnya disebut NTB adalah nomor
bukti/tanda transaksi penyetoran pajak yang diterbitkan oleh Bank yang
dicantumkan pada SSP khusus dengan menggunakan suatu sistem
penomoran yang dimiliki oleh Bank sebagai Kantor Penerima Pembayaran
setoran pajak on-line.
o. Nomor Transaksi Pos yang selanjutnya disebut NTP adalah nomor
bukti/tanda transaksi penyetoran pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pos
yang dicantumkan pada SSP khusus dengan menggunakan suatu sistem
penomoran yang dimiliki oleh Kantor Pos sebagai Kantor Penerima
Pembayaran setoran pajak on-line.
p. Bukti Setor adalah bukti/tanda pembayaran atas penyetoran pajak terutang
yang dikeluarkan oleh Kantor Penerima Pembayaran dan ditandatangani
oleh petugas yang berwenang menerima pembayaran/penyetoran pajak
serta dibubuhi stempel Kantor Penerima Pembayaran.

Pembayaran pajak dengan menggunakan SSP khusus dianggap telah


masuk ke rekening Kas Negara apabila informasi pembayaran setoran pajak
yang diterima dari Direktorat Informasi Perpajakan melalui Sistem Informasi
Perpajakan atau Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu telah sesuai dengan
DNP/RDD yang diterima dari KPKN mitra kerja atau Kantor Wilayah/KPP
Koordinator.
Tempat Pembayaran yang akan memberikan pelayanan pembayaran
pajak secara on-line wajib mengajukan permohonan hubungan on-line dengan
Direktorat Jenderal Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur
Informasi Perpajakan dengan tembusan Direktur Jenderal Anggaran.
Direktorat Jenderal Pajak c.q. Direktorat Informasi Perpajakan berdasarkan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), melakukan kerjasama
penyelarasan sistem pembayaran pajak on-line. Setelah penyelarasan sistem
pembayaran pajak on-line sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berhasil
Pajak Bumi dan Bangunan 353

dengan baik, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Rekomendasi yang


disampaikan kepada Direktorat Jenderal Anggaran dengan tembusan kepada
tempat pembayaran yang akan memberikan pelayanan pembayaran pajak
secara on-line.
Dalam rangka kelancaran hubungan secara on-line, Direktorat Informasi
Perpajakan bertugas:
1. Memelihara perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk
memberikan pelayanan pembayaran pajak secara on-line baik di
lingkungan Kantor Pusat maupun instansi vertikal Direktorat Jenderal
Pajak.
2. Memelihara kelancaran hubungan on-line antara Direktorat Jenderal Pajak
dengan Kantor Penerima Pembayaran.
3. Memonitor kemampuan sistem pembayaran pajak on-line yang dimiliki
oleh Kantor Penerima Pembayaran secara berkesinambungan untuk
memastikan bahwa Kantor Penerima Pembayaran selalu memenuhi
persyaratan teknis.
4. Menindaklanjuti masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan sistem
pembayaran setoran pajak secara on-line dan memberi solusi
pemecahannya.
5. Membuat Surat Usulan Direktur Jenderal Pajak kepada Direktur Jenderal
Anggaran yang digunakan sebagai dasar bagi Direktorat Jenderal
Anggaran untuk menetapkan pencabutan hak Kantor Penerima
Pembayaran menerima pembayaran setoran pajak secara on-line dalam hal
Kantor Penerima Pembayaran tidak lagi memenuhi persyaratan teknis.
Dalam kaitannya dengan data pembayaran pajak secara on-line,
Direktorat Informasi Perpajakan bertugas:
1. Memantau proses pembayaran setoran pajak on-line secara
berkesinambungan.
2. Melakukan proses rekonsiliasi atas transaksi pembayaran setoran pajak
dengan menggunakan sistem on-line setiap hari pada jam tertentu (cut
off) yang disepakati antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Kantor
Penerima Pembayaran.
3. Melakukan klarifikasi dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah yang ditemui dalam rekonsiliasi.
4. Memilah data pembayaran setoran pajak untuk masing-masing KPP
pada setiap akhir hari kerja setelah proses rekonsiliasi diselesaikan.
354 Bab 13: Pembayaran PBB

Apabila Kantor Penerima Pembayaran tidak dapat menyelesaikan


transaksi secara on-line yang disebabkan karena:
a. Gangguan pada sistem komunikasi data selama lebih dari satu hari;
b. Gangguan pada aplikasi komputer selama lebih dari satu hari;
c. Pembatalan (reversal) yang telah melewati batas satu hari kerja;
d. Kesalahan perekaman;
e. Ketentuan atau prosedur lainnya;
Maka pihak Kantor Penerima Pembayaran wajib mengirimkan Berita
Acara kepada Direktorat Informasi Perpajakan dengan menggunakan formulir
sebagaimana pada Lampiran III keputusan Direktur Jenderal Pajak ini.
Apabila Kantor Penerima Pembayaran mengajukan pembatalan transaksi
disertai perekaman ulang, maka Kantor Penerima Pembayaran wajib
mengirimkan Berita Acara dan Formulir Perekaman Ulang kepada Direktorat
Informasi Perpajakan dengan menggunakan formulir sebagaimana pada
Lampiran III dan IV Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini. Direktorat
Informasi Perpajakan akan menindaklanjuti salah satu permohonan dalam
Berita Acara tersebut yaitu pembatalan transaksi atau pembatalan disertai
perekaman ulang transaksi atau perekaman transaksi. Apabila Kantor
Penerima Pembayaran mengajukan pembatalan transaksi, maka Nomor
Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP) serta Nomor
Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) yang dibatalkan dinyatakan tidak berlaku
lagi dan tidak dapat dipergunakan lagi sebagai referensi untuk transaksi
lainnya. Tata cara pengajuan Berita Acara diatur sebagai berikut:
· Satu Berita Acara mewakili satu SSP khusus;
· Nomor Berita Acara harus unik;
· Bentuk dan isi Berita Acara mengikuti format sesuai dengan contoh
sebagaimana pada Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini;
· Berita Acara dicetak diatas kertas surat resmi Kantor Penerima
Pembayaran;
· Berita Acara berasal dari Kantor Pusat Kantor Penerima Pembayaran dan
ditandatangani oleh pejabat Kantor Pusat serta dibubuhi stempel Kantor
Pusat Kantor Penerima Pembayaran;
· Setiap Berita Acara dilampiri salinan SSP khusus dan salinan Bukti Setor
yang telah ditandatangani dan dibubuhi stempel Kantor Penerima
Pembayaran;
· Setiap kolom transaksi diisi lengkap dan diberi tanda silang (x) pada
kotak pilihan;
Pajak Bumi dan Bangunan 355

· Berita Acara harus diketik agar dapat dibaca dengan jelas dan tidak
diperkenankan ada koreksi tulisan tangan.
Jika transaksi yang dibatalkan dan atau direkam ulang mempunyai
hubungan dengan institusi lainnya seperti Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) dan atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), maka pihak
Kantor Penerima Pembayaran berkewajiban menyelesaikannya. Ketentuan
tentang tata cara pengawasan database monitoring pelaporan dan pembayaran
pajak (MP3) pada Kantor Pusat, Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak
diatur sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal
Pajak ini. Ketentuan tentang prosedur penatausahaan RDD, DNP dan SSP
khusus lembar ke-2 pada Kantor Wilayah/Kantor Pelayanan Pajak Koordinator
dan Kantor Pelayanan Pajak lainnya (bukan koordinator) diatur sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini.

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai