211-Article Text-413-1-10-20120210
211-Article Text-413-1-10-20120210
1 13
ISSN : 1979-4886
Oleh: Sunarto
Fakultas Ekonomi Unisbank Semarang
Abstract
Gambar- 2
Urutan Arus Informasi - Model Hubungan Principal-Agent
Time Line
0 1 2 3
..…….......….
s contract contract efforts π compensation
revealed menu offered selected chosen realized made
by owner by manager
melakukan smoothing laba mempunyai saham (principals); dan pada sisi lain,
harapan bahwa kompensasi (reward) manajemen juga mempunyai harapan
yang diterima dapat memuaskan dan untuk meningkatkan utilitas dan insentif
adanya jaminan kompensasi dalam yang akan diterima oleh manajemen
jangka panjang. Sesuai dengan literatur melalui kompensasi. Pada motivasi
income smoothing, manajemen lebih signaling, manajemen melakukan
banyak menggunakan metode akuntansi manajemen laba dalam rangka
untuk mengurangi fluktuasi laba memberikan sinyal kemakmuran
daripada memaksimalkan atau pemegang saham. Pada motivasi
meminimalkan laba (Moses, 1987). signaling ini, manajemen harus dapat
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga menyajikan laporan yang mempunyai
stabilitas laporan laba dari waktu ke kualitas tinggi (persisten). Persistensi
waktu dengan harapan kinerja laba mengandung makna bahwa laba
perusahaan dipandang sustainable. saat ini dapat digunakan sebagai
Motivasi opportunistic dapat dilakukan indikator laba periode berikutnya.
oleh manajemen melalui kebijakan Berbagai konsep tersebut disajikan
aggressive accounting yang mengarah secara mendalam berikut.
pada overstate earnings (earnings
aggressiveness) dan earnings smoothing. Persistensi Laba (Earnings
Bhattacharya et al. (2003) menyatakan Persistence)
bahwa earnings aggressiveness dan Persistensi laba merupakan laba
earnings smoothing akan menciptakan yang dapat digunakan sebagai indikator
earnings opacity. future earnings. Persistensi laba yang
Pada motivasi signaling, sustainable dinyatakan sebagai laba
manajemen melakukan kebijakan akrual yang mempunyai kualitas tinggi;
yang mengarah pada persistensi laba. sebaliknya jika laba unusual dinyatakan
Motivasi signaling mendorong sebagai laba yang mempunyai kualitas
manajemen menyajikan laporan laba jelek (Penman dan Zhang, 2002).
yang dapat mencerminkan laba Penman (2003) membedakan laba ke
sesungguhnya. Beberapa literatur dalam dua kelompok: sustainable
menyatakan bahwa signaling theory earnings (earnings persistent atau core
merupakan effect yang timbul dari earnings), dan unusual earnings atau
pengumuman laporan keuangan yang transitory earnings. Persistensi laba
ditangkap oleh para pemakai laporan merupakan laba yang mempunyai
keuangan (terutama investor). Signaling kemampuan sebagai indikator laba
effect dihasilkan oleh informasi baru, periode mendatang (future earnings)
dan bukan oleh issue yang terjadi yang dihasilkan oleh perusahaan secara
(Penman, 2003). Atas dasar motivasi berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
signaling, manajemen terdorong untuk panjang (sustainable). Sedangkan
menyajikan laporan laba yang mengarah unusual earnings atau transitory
pada persistensi laba. earnings merupakan laba yang
Berdasarkan uraian tersebut dihasilkan secara temporer dan tidak
menunjukkan bahwa perilaku dapat dihasilkan secara berulang-ulang
manajemen (khususnya manajemen (non-repeating), sehingga tidak dapat
laba) dimotivasi oleh motivasi digunakan sebagai indikator laba periode
opportunistic dan signaling. Pada teori mendatang.
keagenan, manajemen berkewajiban Ketika para pemakai laporan
meningkatkan kemakmuran pemegang keuangan (terutama investor)
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 19
Dechow dan Dichev (2002) menyatakan share. Estimasi hubungan antara current
bahwa kualitas akrual (terutama modal dan future earnings menggunakan
kerja) merupakan salah satu pengukur interaksi antara earnings per share dan
kualitas laba yang berhubungan dengan income smoothing. Jika income
persistensi laba. Kualitas akrual diukur smoothing memperbaiki keinformasian
dengan meregres arus kas tahun laba, maka hubungan antara current dan
sebelumnya, arus kas tahun sekarang, future earnings kuat (persisten). Pada
dan arus kas tahun berikutnya; dimana pendekatan berikutnya, persistensi laba
arus kas merupakan selisih antara laba diukur atas dasar estimasi hubungan
dan akrual. antara earnings response coefficient
Persistensi laba berbasis kualitas (ERC) dan future earnings response
akrual diformulasikan berikut (Dechow coefficient (FERC).
dan Dechiev, 2002; Francis et al., 2004). Berdasarkan konsep dan hasil-hasil
penelitian terdahulu, maka perlu
TCAt = ((ΔCA/ Assett) – (ΔCL/ Asset t) – dilakukan pengujian lebih lanjut
(ΔCash/ Assett) + (ΔSTD/ Assett)) mengenai pengukuran persistensi laba.
TCAt : Total Current Accrual periode t;
Assett : Total Asset periode t;
Mengacu pada uraian tersebut, maka
ΔCA : Perubahan Current Assets (Current dalam melakukan pengujian lebih lanjut
Assett – Current Assett-1); mengenai pengukuran persistensi laba
ΔCL : Perubahan Current Liabilities (CLt – perlu dipertimbangkan beberapa hal
CLt-1); berikut. Pertama, perlu
ΔCash : Perubahan Cash (Casht – Casht-1);
ΔSTD : Perubahan Short Term Debt (STDt –
mempertimbangkan konsep persistensi
STDt-1) laba yang dinyatakan bahwa laba yang
persisten (persistence of earnings)
TCAt / Assett-1 = α + β1CFOt / Assett-1 + β2CFOt / adalah laba saat ini dapat digunakan
Assett + ε sebagai indikator laba periode
CFO = NIBE – Total Akrual
Persistensi laba = standar deviasi residual (σ ε)
mendatang, dan items laba yang terjadi
secara berulang-ulang (repetitive).
Residual dari regresi menunjukkan Kedua, hasil prediksi secara statitstik
bahwa akrual tidak berhubungan dengan harus menghasilkan error terkecil
realisasi cash flow, dan standar deviasi (misalnya < 0,05). Ketiga, laba yang
dari residual merupakan ukuran kualitas persisten harus mampu menurunkan
akrual. Diasumsikan bahwa standar kekaburan laba yang disebabkan oleh
deviasi residual tinggi (besar) kebijakan opportunistic manajemen.
menunjukkan kualitas laba rendah,
sehingga persistensi laba juga rendah. Kekaburan Laba (Earnings Opacity)
Sebaliknya, jika standar deviasi residual Bhattacharya et al. (2003)
rendah (kecil) menunjukkan kualitas memberikan definisi earnings opacity
laba tinggi, dan persistensi laba juga sebagai berikut:
tinggi. Pengukuran persistensi laba “earnings opacity of a country as the
berbasis kualitas akrual tersebut juga extent to which the distribution of
digunakan oleh peneliti lain, misalnya reported earnings of firms in that
Ecker et al. (2006) menggunakan country fails to provide information
persistensi laba sebagai salah satu faktor about the distribution of the true, but
penentu kualitas laba. unobservable, economic earnings of
Sementara, Tucker dan Zarowin firms in that country. As reported
(2006) mengukur persistensi laba earnings of a particular firm in a
menggunakan pendekatan earnings per country equals unobservable
22 Sunarto Kajian Akuntansi