Anda di halaman 1dari 215

MATERI 1 ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Kontrak / Perjanjian
Kontrak atau Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Salah satu pihak disebut PIHAK KESATU dan pihak lainnya disebut PIHAK
KEDUA. Sedangkan dalam lingkup lingkup jasa konstruksi, pengertian para pihak
adalah :
PIHAK KESATU : Pengguna Jasa
PIHAK KEDUA : Penyedia Jasa
PIHAK I PIHAK II
pengguna jasa penyedia jasa

keinginan keinginan
& &
persyaratan persyaratan

DISEPAKATI

PERJANJIAN
KONTRAK

2. Administrasi Kontrak
Administrasi Kontrak merupakan upaya pengelolaan atas kontrak dalam periode
pelaksanaannya sehingga kewajiban dan hak dari masing-masing pihak dapat
dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak tersebut. Dengan
demikian Administrasi Kontrak diperlukan dalam setiap pelaksanaan kontrak.

Administrasi Kontrak Konstruksi 2


Bagi kontraktor, Administrasi Kontrak diperlukan dalam mengelola kontrak selama
pelaksanaan proyek agar tercapai target pelaksanaan dalam aspek biaya, mutu, dan
waktu untuk memperoleh laba, citra yang baik dari perusahaan, serta
profesionalisme dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dan bagi pengguna jasa, Administrasi Kontrak diperlukan dalam mengelola kontrak
selama pelaksanaan proyek agar diperoleh hasil pelaksanaan berupa bangunan dan
kelengkapannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
kontrak.

PENGELOLAAN PROYEK TARGET TERCAPAI LABA


CITRA
Pelaks. Kontrak Likuiditas Biaya Mutu Waktu PROFESIONALISME
ME

Pengetahuan
Administrasi Kontrak

3. Kedudukan kontrak dalam hubungan kerja


• Secara Hukum, perjanjian merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang
membuat
• Setiap pihak wajib melaksanakan ketentuan kontrak
• Setiap kesalahan dalam memenuhi ketentuan akan menimbulkan Risiko
berwujud biaya dan tidak ada kompensasinya
Contohnya :
• Pihak I tidak menyerahkan lahan tepat waktu
• Pihak I tidak membayar tepat waktu
• Pihak II tidak menyerahkan bangunan tepat waktu
• Pihak II tidak memenuhi persyaratan bangunan

Untuk menghindari kerugian karena tidak memenuhi ketentuan, kontraktor harus :


• Menyelenggarakan mutu pelaksanaan sesuai persyaratan
3 Administrasi Kontrak Konstruksi
• Memahami serta menerapkan ketentuan dalam dokumen kontrak

4. Pemahaman Istilah
a. Kontrak : suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.
b. Prime Cost : sejumlah biaya yang disediakan dan termasuk dalam kontrak,
untuk pekerjaan yang telah ditentukan, umumnya dikerjakan oleh NSC.
c. Nominated Sub Contractor (NSC) : sub kontraktor yang ditunjuk langsung
oleh Pihak I untuk pekerjaan tertentu yang telah ditetapkan.
d. Force Majeure (keadaan memaksa atau keadaan kahar) : kejadian atau
peristiwa luar biasa yang terjadi diluar kekuasaan Pihak I maupun Pihak II yang
tidak dapat dihindari atau diatasi secara wajar setelah timbul, yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan kontrak, antara lain berupa :
i. Bencana alam : banjir, gempa bumi, tanah longsor, badai dan lain-lain,
ii. Huru-hara, perang, pemberontakan, kerusuhan, kekacauan dan lain-lain,
iii. Kejadian yang diakibatkan oleh amunisi perang, juga bahan peledak, atau
kontaminasi radioaktif, sejauh bukan digunakan oleh kontraktor
iv. Keadaan memaksa yang dinyatakan secara resmi oleh Pemerintah.
e. Eskalasi harga : perubahan/kenaikan harga sesuai kondisi pasar untuk
kontrak tahun jamak (multi years).
f. Klaim : suatu permintaan akan tambahan harga kontrak, atau waktu
pelaksanaan, atau kompensasi atas terjadinya hal-hal yang bukan kesalahan
salah satu pihak dan merugikan pihak tersebut.
g. Sengketa kontrak : perselisihan/ perbedaan pendapat antara Pihak I dan
Pihak II yang tidak dapat disepakati atas hal-hal tentang pelaksanaan kontrak.
h. Penyelesaian sengketa : upaya mencapai kesepakatan antara dua pihak
melalui musyawarah, atau pengadilan, atau arbitrase.
i. Arbitrase : peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela oleh
pihak-pihak yang bersengketa.

Administrasi Kontrak Konstruksi 4


B. DOKUMEN KONTRAK
Dokumen Kontrak secara lengkap terdiri atas :
1. Dokumen Tender, meliputi :
- Undangan tender
- Petunjuk kepada peserta tender
- Formulir penawaran dan lampirannya
- Syarat-syarat umum dan khusus
- Spesifikasi Teknik
- Gambar Tender
- Daftar item dan kuantitas pekerjaan
- Addendum
2. Surat Penunjukan (Letter of Aceptance)
3. Surat Perjanjian (Articles/ Form of Agreement)
4. Syarat-syarat Perjanjian (Conditions of Contract)
5. Rincian Pekerjaan dan Harga (Bill of Quantities)
6. Dokumen lain : Berita Acara Aanwijzing (Risalah Penjelasan), Berita Acara
Klarifikasi, data penyelidikan tanah, dan lain-lain

1. Anatomi/ Isi Kontrak


Kontrak sekurang-kurangnya memuat ketentuan tentang :
1) Para Pihak, menjelaskan tentang :
a. Nama Instansi/ Badan Usaha atau Usaha/ Orang Perorangan
b. Nama Wakil/ Kuasa atau Sertifikat Keahlian dan ketrampilan bila Usaha
Perorangan
c. Tempat kedudukan dan alamat usaha

2) Rumusan pekerjaan, menguraikan tentang :


a. Pokok-pokok pekerjaan
b. Volume pekerjaan
c. Nilai pekerjaan, dan ketentuan untuk penyesuaian harga

5 Administrasi Kontrak Konstruksi


d. Pekerjaan tambah kurang
e. Tata cara penilaian hasil pekerjaan untuk pembayaran
f. Jangka waktu pelaksanaan

3) Pertanggungan
Jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban Penyedia Jasa:
a. Pembayaran uang muka: dengan jaminan uang muka
b. Pelaksanaan pekerjaan: dengan jaminan pelaksanaan
c. Hasil pekerjaan : dengan ditahan sebagian pembayarannya (retensi)
d. Tenaga kerja: dengan asuransi tenaga kerja
e. Tuntutan pihak ketiga: dengan jaminan asuransi
f. Kegagalan bangunan: dengan jaminan asuransi

Dalam pertanggungan diatas dicantumkan :


a. Nilai jaminan/ pertanggungan
b. Jangka waktu pertanggungan
c. Prosedur pencairan/ pengembalian jaminan
d. Hak & kewajiban masing-masing pihak

Jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban Pengguna Jasa :


a. Pengguna Jasa Pemerintah, dengan dokumen ketersediaan anggaran
b. Pengguna Jasa Non Pemerintah, dengan jaminan Bank atau bentuk lain
yang disepakati para pihak

4) Tenaga Ahli, menjelaskan tentang :


a. Persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
b. Prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli
c. Jumlah tenaga ahli

5) Kewajiban & Hak masing-masing pihak, meliputi :


a. Kewajiban & Hak Pengguna Jasa
b. Kewajiban & Hak Penyedia Jasa

Administrasi Kontrak Konstruksi 6


6) Cara Pembayaran, berisi uraian tentang :
a. Volume fisik pekerjaan yang bisa dibayar
b. Cara/tahapan pembayaran hasil pekerjaan
c. Jangka waktu pembayaran
d. Besarnya potongan retensi, angsuran pengembalian uang muka
e. Denda keterlambatan pembayaran

7) Pekerjaan tambah dan kurang, menjelaskan tentang :


a. Definisi pekerjaan tambah kurang
b. Dasar timbulnya pekerjaan tambah kurang
c. Dampaknya terhadap harga kontrak
d. Dampaknya terhadap waktu pelaksanaan
e. Cara pembayaran pekerjaan tambah

8) Ketentuan mengenai cidera janji (wan prestasi)


a. Bentuk cidera janji
Oleh Penyedia Jasa :
- tidak menyelesaikan pekerjaan
- tidak menyerahkan hasil pekerjaan
Oleh Pengguna Jasa :
- terlambat serahkan lahan, sarana pelaksanaan
- terlambat membayar
- tidak membayar
b. Bila satu pihak cidera janji, pihak lainnya mendapat kompensasi berupa
antara lain :
- perpanjangan waktu
- penggantian biaya
- pemberian ganti rugi
- perbaikan hasil pekerjaan

7 Administrasi Kontrak Konstruksi


9) Penyelesaian perselisihan
Dalam hal penyelesaian perselisihan kontrak, didalamnya memuat ketentuan :
a. Penyelesaian menggunakan lembaga peradilan, yaitu melalui pengadilan
sesuai Hukum Acara Perdata, atau Pengadilan Niaga
b. Penyelesaian menggunakan alternatif penyelesaian sengketa, yaitu melalui
upaya mediasi atau konsiliasi, atau arbitrase

10) Ketentuan mengenai pengakhiran/pemutusan kontrak, menguraikan


tentang :
a. Bentuk pemutusan yang disepakati, berupa kesepakatan oleh kedua
belah pihak, atau pemutusan sepihak oleh salah satu pihak sesuai dengan
ketentuan kontrak
b. Kewajiban dan hak masing-masing pihak yang harus dipenuhi sebagai
konsekuensi dari adanya pemutusan kontrak
Bilamana terjadi pemutusan kontrak perlu diyakini bahwa hasil pelaksanaan
pekerjaan (outcome) dapat difungsikan

11) Ketentuan mengenai keadaan memaksa (force majeure), meliputi :


a. Risiko-risiko khusus yang diluar kekuasaan kedua belah pihak, yang
disepakati sebagai keadaan memaksa, atau keadaan kahar
b. Kewajiban & hak masing-masing pihak bila terjadi keadaan memaksa,
antara lain perpanjangan waktu pelaksanaan, atau tambahan biaya
kepada kontraktor, atau pengakhiran kontrak, yang disepakati oleh kedua
belah pihak

12) Kewajiban para pihak dalam hal kegagalan bangunan, menjelaskan


tentang :
a. Jangka waktu pertanggung jawaban kegagalan bangunan
b. Bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan

13) Ketentuan mengenai perlindungan pekerja, meliputi :


a. Kewajiban memenuhi ketentuan perundangan

Administrasi Kontrak Konstruksi 8


b. Bentuk tangung jawab dalam perlindungan pekerja

14) Ketentuan mengenai aspek lingkungan, menjelaskan tentang :


a. Kewajiban memenuhi ketentuan perundangan
b. Bentuk tangung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan
manusia

15) Ketentuan-ketentuan lain diantaranya :


a. Mengenai hak atas kekayaan intelektual (hak cipta/paten)
b. Mengenai pemberian insentif
c. Mengenai sub penyedia jasa (sub kontraktor) dan pemasok
d. Mengenai penggunaan dua bahasa
e. Bahwa kontrak konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku

2. Perubahan Perjanjian
Terhadap suatu perjanjian/kontrak dimungkinkan adanya perubahan, yaitu :
• Perjanjian Amandemen (amendment contract)
bila ada satu atau lebih ketentuan harus dirubah (misalnya perubahan waktu
pelaksanaan)
• Perjanjian Addendum (addendum contract)
bila ada tambahan ketentuan baru (misalnya tambahan biaya eskalasi)
• Perjanjian Suplemen (supplementary contract)
bila ada tambahan ketentuan diluar substansi kontrak

3. Konsekuensi Atas Wan Prestasi


Perlu disadari bahwa bagi kedua pihak ada konsekuensi :
Bagi Pihak Kedua :kesalahan memenuhi ketentuan kontrak (wan prestasi) akan
menimbulkan risiko biaya tanpa imbalan pendapatan
Bagi Pihak Kesatu :kesalahan memenuhi ketentuan kontrak (wan prestasi) akan
menimbulkan risiko klaim dari Pihak Kedua, yang akan
menambah Anggaran Proyek

9 Administrasi Kontrak Konstruksi


Agar hal tersebut tidak terjadi, kontraktor harus :
1. Menyelenggarakan mutu pelaksanaan yang baik
2. Memahami & menerapkan ketentuan kontrak

4. Substansi/ Isi Kontrak yang Perlu Diwaspadai


1) Pembayaran
a. Jaminan pembayaran, bila tidak ada jaminan pembayaran dari Pihak I bisa
timbul masalah dalam kelancaran pembayaran prestasi pekerjaan
b. Pembayaran berdasarkan bagian pekerjaan yang harus selesai penuh
(milestone system), bila dalam penyelesaian penuh dari suatu bagian
pekerjaan menemui kendala, maka pembayaran atas bagian tersebut akan
bermasalah
c. Pembayaran berdasarkan progress pekerjaan (progress payment system)
dengan nilai besar 25 %, 50 %, 75 %, 100 %, hal ini akan menuntut
Pihak II mempunyai modal kerja yang cukup besar
d. Tidak ada uang muka, menyebabkan Pihak II harus menyediakan modal
kerja yang cukup besar

2) Pekerjaan tambah kurang


Di dalam menangani pekerjaan tambah kurang perlu diperhatikan:
a. Segera konfirmasi perubahan tersebut sehingga formal / sah
b. Dibuat analisis dampak pekerjaan tambah kurang tersebut pada harga dan
waktu kontrak
c. Segera ajukan perubahan biaya sampai final
d. Setelah secara legal disetujui baru pekerjaan tambah kurang dilaksanakan
(kondisi ideal)

3) Sanksi dan Denda


a. Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan (1/mil/hari) diberi batas
maksimum 5% dari nilai kontrak
b. Bila denda keterlambatan diterapkan secara parsial, harus manjadi
perhatian untuk tidak dilanggar

Administrasi Kontrak Konstruksi 10


c. Perlu mencantumkan kompensasi untuk keterlambatan pembayaran
d. Perlu dicantumkan ketentuan tentang batas keterlambatan dalam
pembayaran dengan sanksi :
Penyedia Jasa menghentikan kegiatan dan segala risiko ditanggung
Pengguna Jasa

4) Penyelesaian sengketa
Perlu dicantumkan klausul tentang penyelesaian sengketa :
a. Penyelesaian melalui Badan Abritase Nasional Indonesia (BANI), atau
melalui arbitrase dan menggunakan aturan BANI, atau
b. Penyelesaian dengan mediasi (melalui mediator) atau dengan konsiliasi
(melalui konsiliator), atau
c. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri

5. Petugas yang Harus Memahami Kontrak


a. Periode Pra Kontrak :
 Petugas yang duduk di Tim Penghitungan Tender di Cabang & Kantor Pusat
 Penanggung Jawab Teknik (PJT) perlu untuk memahami isi dokumen
tender, karena seorang PJT adalah tenaga ahli atau tenaga terampil yang
ditunjuk Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU) untuk bertanggung jawab
atas semua bidang pekerjaan konstruksi yang ada pada badan usaha
(mengacu Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 02
tahun 2013, dan yang telah diperbarui dengan Peraturan Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 10 tahun 2013).
b. Periode Pelaksanaan Kontrak :
 Direktur Operasi / Teknik (PJT)
 Manager Pengendalian
 Kepala Proyek / Site Manager
 Staf Teknik Proyek

11 Administrasi Kontrak Konstruksi


C. KLAIM
Klaim adalah bentuk permintaan, atau tuntutan, yang diajukan oleh salah satu pihak
dalam suatu perjanjian kepada pihak lainnya berupa pembayaran, atau ganti rugi, atau
tambahan waktu, atau kompensasi atas timbulnya hak dari satu pihak terhadap pihak
lainnya, atau atas kesalahan memenuhi kontrak oleh salah satu pihak.

Klaim oleh Penyedia Jasa


NO. KEJADIAN KLAIM
1. Penyerahan lahan terlambat a. Idle cost sumber daya (alat, tenaga,
material)
b. Biaya umum (overhead)
c. Waktu
2. Pembayaran termin terlambat Cost
3. Pekerjaan tambah Tambahan nilai kontrak
4. Pekerjaan kurang Pegguna jasa mengurangi nilai
kontrak
5. Kejadian pada lingkup lokal, a. Penyesuaian harga atau meninjau
nasional, regional atau global yang kembali lingkup pekerjaan
berdampak kerugian yang signifikan b. Waktu

Penalti / denda oleh Pengguna Jasa


NO. KEJADIAN PENALTI
1. Penyerahan pekerjaan terlambat Denda (liquidated damage)
2. Kualitas pekerjaan kurang Harga dikurangi/ kerja ulang
3. Ada bagian pekerjaan yang tidak Mengulang kembali, atau dikerjaan
diterim karena tidak memenuhi oleh pengguna jasa dengan biaya
ketentuan beban penyedia jasa

Dalam hal timbul kejadian merugikan diluar kekuasaan para pihak, maka :
• Bila ada aturan dalam kontrak, harus diikuti
• Bila tidak ada aturan dalam kontrak, perlu disepakati cara penanganannya

Administrasi Kontrak Konstruksi 12


Terdapat dua kelompok klaim
1. Klaim yang dasar pengajuannya ada dalam kontrak (contractual claim)
• klaim biaya perubahan pekerjaan
• klaim biaya dan waktu atas penundaan penyerahan lahan
2. Klaim yang dasar pengajuannya tidak tercantum dalam kontrak (non contractual
claim)
• klaim kenaikan kurs mata uang asing
• klaim biaya dan waktu atas penghentian pekerjaan oleh alasan yang bukan
kesalahan kontraktor

Proses Klaim
Dalam memproses klaim kepada Pihak I (Pengguna Jasa) dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Setiap “kesalahan” Pihak I dikonfirmasi secara tertulis
2. Bila harus mengerjakan diluar lingkup pekerjaan: diminta instruksi/konfirmasi
tertulis
3. Saat melaksanakan pekerjaan butir 1) dan 2), dibuat surat pemberitahuan
secara rinci (kapan, berapa lama, alat apa, material apa, tenaga kerja berapa, dan
lain-lain)
4. Buat foto dokumen sebelum, selama dan selesai pelaksanaan
5. Setelah pekerjaan selesai, buat konfirmasi atau Berita Acara
6. Pengajuan klaim dibuat jangan sampai terlambat, karena posisi tawar akan lemah
7. Berkas pengajuan klaim disusun lengkap, akurat, jelas, menarik
8. Diupayakan kondisi yang baik/kondusif, berupa :
a. Kinerja pelaksanaan selalu dibuat baik
b. Hubungan interpersonal dengan Pihak I dijaga baik
c. Suasana perundingan tetap hangat & bersahabat
9. Hasil perundingan dibuat formal

13 Administrasi Kontrak Konstruksi


D. KETERKAITAN KONTRAK DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN
• Ketentuan-ketentuan dalam dokumen kontrak tidak dibenarkan bertentangan
dengan Peraturan Perundangan
• Bila terdapat yang bertentangan: ketentuan tersebut batal demi hukum
• Bila terdapat hak satu pihak (kewajiban pihak lain) tidak tercantum tetapi
dibenarkan peraturan per-undangan, maka hak tersebut memenuhi syarat untuk
dituntut

1. Ketentuan tentang Kegagalan Bangunan


- UU. No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 25, 26, 27,
28
- Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun
2010, pasal 34 s/d 48

2. Ketentuan tentang Peran Masyarakat


- UU. No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 29, 30

3. Kegagalan Bangunan
- keadaan tidak berfungsinya bangunan, sebagian atau keseluruhan, dari segi
teknis, manfaat, K – 3 atau keselamatan umum
- penilaian ats terjadinya kegagalan bangunan, bisa karena kesalahan dari
Penyedia Jasa (Pelaksana Konstruksi, Perencana Konstruksi, dan Pengawas
Konstruksi) atau Pengguna Jasa
- kewajiban dan tanggung jawab pihak yang dinilai bersalah

Langkah preventif penting :


- Bila lingkungan bangunan (tanah, air, cuaca, beban, dll) mempunyai kondisi
yang memungkinkan bangunan berubah/deformasi, maka dalam BA

Administrasi Kontrak Konstruksi 14


Penyerahan Pekerjaan diberi catatan bahwa bila hal itu terjadi bukan
merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.

4. Peran Masyarakat sesuai UU. No. 18 Tahun 1999 Pasal 29 :


a. Masyarakat berhak untuk :
- Melaksanakan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan Jasa
Konstruksi
- memperoleh penggantian yang layak atas
- kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
b. Masyarakat berkewajiban untuk :
- Menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku dibidang
pelaksanaan Jasa Konstruksi
- Turut mencegah terjadinya pekejaan konstruksi yang membahayakan
kepentingan umum.
- Masyarakat bisa memberikan kritik, usulan, protes, pernyataan curiga sampai
tuduhan
c. Sebagai antisipasi, agar diupayakan :
- Pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam kontrak
- Interaksi dengan masyarakat sekitar dilakukan dengan baik
- Tetap menjaga lingkungan sekitar proyek dalam keadaan baik

E. PENGAKHIRAN KONTRAK
Kontrak konstruksi berakhir bila :
a. Pelaksanaan kontrak selesai s/d penyerahan terakhir, dan semua kewajiban dan
hak masing-masing telah diselesaikan, atau
b. Dilakukan pemutusan kontrak oleh salah satu pihak oleh suatu sebab sesuai
kontrak, dan semua kewajiban dan hak yang timbul pada masing-masing pihak
telah diselesaikan, atau

15 Administrasi Kontrak Konstruksi


c. Dilakukan pemutusan kontrak atas kesepakatan para pihak sesuai kontrak, dan
semua kewajiban dan hak yang timbul pada masing-masing pihak telah
diselesaikan.
Bilamana terjadi pemutusan kontrak perlu diyakini bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan
(outcome) dapat difungsikan.

F. URUTAN KEKUATAN / PRIORITAS DOKUMEN


Bila terdapat hal-hal yang bertentangan/ tidak sama pada satu dokumen gengan
dokumen lainnya, umumnya berlaku:
Dokumen yang lebih akhir adalah yang lebih kuat/ mengikat untuk
dilaksanakan.

Dalam hal tidak ditentukan, urutan prioritas untuk dilaksanakan berdasarkan urutan
adalah :
1. Instruksi tertulis Pengawas/Wakil Pemilik Proyek
2. Kontrak Adendum
3. Surat Perjanjian dan Syarat-syarat Perjanjian
4. Surat Perintah Kerja, Surat Penunjukan
5. Berita Acara Negosiasi
6. Berita Acara Klarifikasi
7. Berita Acara Aanwijzing/Risalah Rapat Penjelasan
8. Syarat-syarat Administrasi
9. Spesifikasi/Syarat Teknis
10. Gambar Rencana Detail
11. Gambar Rencana
12. Rincian Nilai Kontrak

Administrasi Kontrak Konstruksi 16


G. FORMAT STANDAR KONTRAK
Meskipun di Indonesia belum ditetapkan suatu standar kontrak, tetapi sebagai referensi
dapat digunakan antara lain :
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 22,
seperti dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 59 Tahun 2010, pasal 22 dan 23
b. Standar kontrak dari FIDIC (Federation Internationale Des Ingeuneurs Conseils)
atau International Federation of Consulting Engineers, diterbitkan di Geneva,
Switzerland
c. Standar kontrak dari JCT (Joint Contract Tribunal), disusun oleh Phil Griffiths
dan diterbitkan oleh Elsevier Ltd., Inggris
d. Standar kontrak dari negara lainnya

H. BENTUK KONTRAK
Terdapat beberapa jenis bentuk kontrak dalam jasa konstruksi, tetapi yang banyak
ditemui adalah bentuk kontrak :

1. Kontrak Lump Sum (Lump Sum Contract)


 Kontrak Lump Sum nilainya akan tetap sepanjang tidak ada perubahan pada
lingkup (scope) pekerjaan, baik menyangkut kuantitas maupun kualitasnya
 Kuantitas pekerjaan pada RAB hanya dipakai sebagai dasar perhitungan dalam
penawaran, dan pembayaran prestasi pekerjaan, sedangkan risiko kekurangan
kuantitas atau kelebihan kuantitas menjadi tanggung jawab Pihak II (kontraktor)

2. Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)


 Kuantitas pekerjaan dihitung bersama oleh kedua pihak berdasarkan keadaan
lapangan, tetapi harga satuan pekerjaan tidak berubah
 Dalam penawaran, kuantitas pekerjaan ditetapkan oleh Pihak I untuk dasar
perhitungan harga penawaran

17 Administrasi Kontrak Konstruksi


3. Kontrak dengan bentuk gabungan Lump Sum dan Harga Satuan
 Pos biaya dalam Rencana Anggaran Biaya dalam kontrak sebagian
diperhitungkan dengan sistim lump sum dan sebagian lagi dengan sistim harga
satuan

I. CONTOH KASUS
No. K A S U S UPAYA PENANGANAN
1 Kontrak belum ditanda tangani, Mempercepat proses penandatanganan
kontraktor diinstruksikan untuk kontrak, agar hak kontraktor (Pihak
melaksanakan pekerjaan. Kedua) terdukung

2 Penyerahan lahan terlambat Mengirim surat berisi konfirmasi bahwa


sehingga pekerjaan terkait tidak kontraktor telah menyediakan alat, tenaga
dapat dimulai kerja, material dalam jumlah cukup siap
dilapangan untuk mulai bekerja sesuai
jadwal, dan mendesak untuk segera ada
penyerahan lahan. Selanjutny hal ini akan
diikuti dengan pengajuan klaim
penambahan harga kontrak

3 Pembayaran termin terlambat dari Setelah dipertimbangkan keterlambatan


ketentuan kontrak cukup lama, kontraktor menanyakan per
surat realisasi pembayaran. Bila
pembayaran telah cair dan diterima, buat
konfirmasi per surat tentang penerimaan
pembayaran tersebut.

4 Perintah perubahan/ penambahan Segera ditanggapi dengan permintaan


pekerjaan tidak dengan instruksi instruksi tertulis dari pejabat berwenang.
tertulis oleh pejabat berwenang Atau segera mengirim surat yang isinya
sesuai ketentuan kontrak meng-konfirmasi bahwa perintah tersebut
Administrasi Kontrak Konstruksi 18
merupakan perubahan/ penambahan
pekerjaan yang akan berdampak
menambah harga kontrak sebesar Rp. ___

5 Perintah menghentikan bagian Segera ditanggapi dengan mengirim surat


pekerjaan tertentu karena suatu yang isinya meng-konfirmasi bahwa
alasan yang bukan karena kesalahan perintah tersebut akan memaksa
atau kepentingan kontraktor kontraktor mengajukan kompensasi biaya
karena sumber daya pada bagian
pekerjaan tersebut menjadi idle.

6 Kontrak sifatnya lump – sum fixed Ditanggapi dengan penjelasan, sesuai


price. Terdapat item pekerjaan yang Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
jumlahnya di gambar lebih sedikit 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
dari jumlah yang ada di Rincian Konstruksi Pasal 21, bahwa untuk
Biaya Kontrak (RAB). Pihak kontrak lump sum harga bersifat pasti dan
Pertama akan menerapkan tetap sepanjang gambar dan spesifikasi
pengurangan biaya. tidak berubah.
Pada proyek yang dibiayai oleh anggaran
Pemerintah, sering pendapat auditor
Pemerintah yang digunakan sebagai dasar
pembayaran kepada kontraktor, meskipun
substansinya berbeda dengan ketentuan
kontrak.
7 Dari pertimbangan segi finansial Keputusan seperti ini sebaiknya tidak
Kontraktor memilih untuk merela- dilakukan karena Pengguna Jasa akan
kan jaminan pemeliharaan sebesar menilai negatif Kontraktor yang melaku-
5 % dicairkan oleh Pengguna Jasa kan hal ini, dan akan menyebabkan sanksi
daripada harus melakukan peker- yang merugikan Kontraktor.
jaan pemeliharaan atas pekerjaan
yang rusak/cacat.

19 Administrasi Kontrak Konstruksi


J. RINGKASAN BUTIR-BUTIR PENTING DARI MATERI
1. Diperlukannya pengetahuan administrasi kontrak dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, bagi kontraktor maupun bagi pemilik proyek.

2. Kedudukan kontrak dalam hubungan kerja, bahwa secara Hukum, perjanjian


merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang membuat, dan setiap
kesalahan dalam memenuhi ketentuan kontrak akan menimbulkan risiko berujud
biaya dan tidak ada kompensasinya.

3. Kelengkapan Dokumen Kontrak terdiri atas :


a. Dokumen Tender, meliputi :
 Surat Penunjukan
 Surat Perjanjian
 Syarat-syarat Perjanjian
 Rincian Pekerjaan dan Harga
b. Dokumen Lain, meliputi :Berita Acara Aanwijzing (Risalah Penjelasan), Berita
Acara Klarifikasi, data penyelidikan tanah, dan lain-lain

4. Perlu disadari bahwa bagi kedua pihak ada konsekuensi :


Bagi Pihak II (kontraktor), kesalahan memenuhi ketentuan kontrak (wan
prestasi) akan menimbulkan risiko biaya tanpa imbalan pendapatan

5. Substansi kontrak yang harus diwaspadai


a. Pembayaran
b. Pekerjaan tambah kurang
c. Sanksi dan Denda
d. Penyelesaian sengketa

6. Pengetahuan tentang Klaim


a. Klaim oleh Penyedia Jasa
b. Klaim oleh Pengguna Jasa

Administrasi Kontrak Konstruksi 20


7. Proses klaim
Langkah-langkah dalam memproses klaim oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna
Jasa

8. Keterkaitan kontrak dengan peraturan perundangan


a. Tentang kegagalan bangunan
b. Tentang peran masyarakat sehubungan proyek konstruksi

9. Pengakhiran kontrak
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya pengakhiran kontrak.

21 Administrasi Kontrak Konstruksi


MATERI 2 PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN


Manajemen dari suatu kegiatan, mengikuti siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action)

PLAN

ACTION DO

CHECK

Konsep PDCA dalam JASA KONSTRUKSI

Persiapan Pelaksanaan Proyek 23


B. PERSIAPAN PEKERJAAN
Persiapan pekerjaan dalam suatu proyek terdiri dari kegiatan :
a. Menyusun Perencanaan Pelaksanaan (Pre Construction Planning)
b. Melakukan pekerjaan persiapan fisik/ lapangan

1. Perencanaan Pelaksanaan ( Pre Construction Planning )


Perencanaan pelaksanaan perlu dibuat lebih dulu sebelum pelaksanaan dimulai.
Pengertian :
 Perencanaan Pelaksanaan (Construction Planning) :
Suatu upaya menyusun rangkaian keputusan dan tindakan yang akan dilakukan
guna pelaksanaan proyek yang dibatasi oleh ukuran-ukuran dalam aspek
biaya, mutu dan waktu, untuk mencapai sasaran tertentu yang ditetapkan oleh
perusahaan atau organisasi.
 Rencana Pelaksanaan (Construction Plan) :
Suatu kumpulan dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proyek, dan sekaligus sebagai tolok ukur dalam pengendalian
pelaksanaan.

Manajemen Risiko
Dalam menyusun dokumen Perencanaan Pelaksanaan perlu dipertimbangkan
adanya risiko yang diperkirakan bisa terjadi selama jalannya pelaksanaan
pekerjaan.

Pengertian risiko adalah tidak tercapainya sasaran atau tujuan dari suatu kegiatan.
Dalam pelaksanaan proyek, risiko yang bisa terjadi adalah tidak tercapainya
sasaran biaya pelaksanaan, sasaran mutu pelaksanaan (termasuk K-3 &
lingkungan), dan sasaran waktu pelaksanaan.

Terdapat 4 (empat) langkah dalam menerapkan Manajemen Risiko


a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah memperkirakan apa saja hambatan/ kendala/
masalah yang mungkin bisa terjadi selama pelaksanaan pekerjaan. Dibagian
24 Persiapan Pelaksanaan Proyek
mana kendala atau masalah tersebut bisa terjadi, serta bentuk kendalanya atau
masalahnya seperti apa, yang bisa mengakibatkan tidak tercapainya sasaran
yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, meliputi sasaran
biaya, sasaran mutu termasuk K-3 dan lingkungan, dan sasaran waktu.
Sebagai referensi bisa dipelajari pengalaman perusahaan diwaktu yang lalu,
atau pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber. Banyaknya risiko
hasil identifikasi bisa hanya satu, tetai mungkin juga lebih dari satu.
b. Analisis risiko
Dalam melakukan analisis terhadap risiko yang telah diidentifikasi, terdapat 2
(dua) hal yang ingin diketahui :
1. Penyebab dari risiko yang bisa terjadi
2. Seberapa besar dampak dari risiko tersebut bila benar-benar terjadi
c. Tanggapan/respon terhadap risiko
Terhadap setiap penyebab risiko hasil analisis selanjutnya ditetapkan
tanggapan atau respon berupa langkah yang akan dibuat untuk
mengupayakan agar risiko tidak terjadi, atau bila terjadi maka dampak yang
ditimbulkannya minimal. Adanya konsekuensi biaya dalam langkah yang
ditetapkan ini diperhitungkan dalam anggaran pelaksanaan yang disiapkan.
Bentuk langkah tindak lanjut dalam merealisasikan tanggapan terhadap risiko
ini antara lain :
 mengalihkan pekerjaan yang tidak dikuasai kepada subkontraktor, yaitu
perusahaan yang memang menguasai pelaksanaan pekerjaan tersebut
 mengasuransikan kegiatan tertentu,
 menyesuaikan pelaksanaan proyek, baik dalam hal waktu/tahapan
pelaksanaan, ataupun metode konstruksi
d. Dokumentasi risiko
Dokumentasi risiko terdiri atas :
 Pencatatan terhadap semua yang telah dilakukan sehubungan dengan
Identifikasi Risiko, Analisis Risiko, maupun Tanggapan/respon terhadap
risiko

Persiapan Pelaksanaan Proyek 25


 Pencatatan terhadap apa saja yang terjadi secara nyata selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, maupun langkah-langkah yang telah dibuat.
Termasuk disini kemungkinan adanya koreksi atas apa yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dokumentasi ini penting untuk menjadi referensi bagi pelaksanaan proyek
yang lainnya nanti.

Rencana Mutu Kontrak (RMK)


Untuk pelaksanaan pekerjaan kontrak, kontraktor harus lebih dulu menyusun dan
mempresentasikan satu dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK), yaitu dokumen
yang dipersyaratkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/
PRT/ M/ 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu pada pekerjaan konstruksi,
dan harus disepakati oleh pihak Pengguna Jasa. Ketentuan ini diberlakukan
khususnya untuk proyek di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

RMK menggambarkan rencana atau tahapan pelaksanaan pekerjaan yang


memastikan bahwa pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Dalam Rencana Pelaksanaan Pekerjaan tercqntum rencana-rencana sebagai


berikut :
a. Site Plan
b. Organisasi Pelaksanaan
c. Jadwal Pelaksanaan (Time Shedule)
d. Metode Konstruksi (Construction Method)
e. Rencana K-3
f. Anggaran Pelaksanaan (Cost Budget) - khusus untuk keperluan Penyedia
Jasa, tidak menjadi bagian dari RMK
g. Arus Kas (Cash Flow)

26 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Sebelum menyusun Rencanaan Pelaksanaan diperlukan untuk mempelajari
dokumen kontrak secara lengkap dan melakukan peninjauan lapangan, untuk
mempelajari keadaan lapangan termasuk untuk survei sumber daya. Dan dalam
pelaksanaan pekerjaan RMK bisa dirubah pada bagian tertentu oleh suatu alasan
yang diterima oleh kedua pihak, tetapi jadwal pelaksanaan tidak melebihi tahun
anggaran.
Hal ini dilakukan agar Rencana Pelaksanaan yang dihasilkan akan memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak dan sesuai dengan keadaan
lapangan yang ada.
a) Site Plan
Site Plan merupakan pengaturan tata letak dari fasilitas sementara yang
diperlukan untuk pelaksanaan proyek.
Penyusunan site plan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Lahan pada lokasi proyek, harus direncanakan sebaik-baiknya, dengan
maksud untuk memfasilitasi seluruh kegiatan yang ada di lokasi tersebut
 Site plan perlu disesuaikan dengan metode konstruksi
 Site plan direncanakan meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Perkantoran (kantor pengawas, kontraktor, subkon, dll)
- Gudang (terbuka, setengah terbuka dan tertutup)
- Barak kerja atau lahan fabrikasi
- Pagar proyek
- Jalan kerja
- Tempat ibadah
- Air bersih dan air kerja
- Papan nama proyek
- Fasilitas-fasilitas kerja yang diperlukan lainnya

Persiapan Pelaksanaan Proyek 27


b) Organisasi Proyek
Untuk kegiatan pelaksanaan, diperlukan organisasi proyek yang berfungsi
untuk pembagian tugas kepada masing-masing personil, dan koordinasi.
Ada tiga jenis organisasi proyek yang dapat dipilih sesuai dengan
kemauan manajemen ybs. yaitu :
a. Organisasi proyek berdasarkan pada wilayah/ area operasi, jenis ini
lebih bersifat umum
b. Organisasi proyek berdasarkan pada fungsi operasi, jenis ini lebih
bersifat spesialis
c. Organisasi proyek berdasarkan pada gabungan wilayah dan fungsi
operasi

Fungsi Organisasi Proyek


a. Sebagai pedoman pembagian kerja dari berbagai tugas dalam rangka
pelaksanaan proyek
b. Sebagai pedoman dalam sistim koordinasi pelaksanaan tugas
c. Sebagai badan mewakili Perusahaan dalam hubungan pelayanan kepada
Pengguna Jasa dan lain-lain
d. Sebagai pedoman dalam pemberian imbalan kepada anggota organisasi

Tugas Organisasi Proyek


a. Menyelenggarakan proses pelaksanaan kontrak
b. Menghasilkan laba bagi Perusahaan minimal seperti dalam anggaran
pelaksanaan
c. Memberikan pelayanan yang baik kepada Pengguna Jasa dan pihak lain
terkait proses pelaksanaan & komunikasi yang baik guna memberikan
citra yang baik
d. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi & produktivitas kerja melalui
pengembangan aspek teknologi, bisnis & manajemen
e. Menjaga terselenggaranya pembinaan kemampuan pegawai dan
peningkatan kesejahteraan

28 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Penyusunan Struktur Organisasi
 Pendekatan wilayah/area
- pembagian tugas didasarkan pada pembagian area/wilayah pekerjaan

KEPALA PROYEK

Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat

KEP. LAP I KEP. LAP II KEP. LAP III


Sand Trap Sal. Induk Sal. Induk
Km. 0-14 Km.14-23

 Pendekatan fungsi
- pembagian tugas didasarkan pada fungsi/jenis tugas

KEPALA PROYEK

Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat

KEP. LAP I KEP. LAP II KEP. LAP III


Pondasi Struktur Finishing

 Pendekatan gabungan area & fungsi


- pembagian tugas didasarkan pada pembagian area dan pembagian
fungsi

Persiapan Pelaksanaan Proyek 29


KEPALA
PROYEK

Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat

KEP. LAP I KEP. LAP II KEP. LAP III


Ged. Perkantoran Gudang&Perawatan Bang Ged. Serbaguna

PELAKSANA I PELAKSANA I PELAKSANA I


Struktur Struktur Struktur

PELAKSANA II PELAKSANA II PELAKSANA II


Finishing Finishing Finishing

PELAKSANA III PELAKSANA III PELAKSANA III


M/E M/E M/E

Uraian Tugas Proyek


Uraian tugas dan tanggung jawab setiap personil proyek disamping yang
ada secara umum, harus dibuat uraian tugas yang bersifat jelas dan
terukur (jenis kegiatan, waktu kegiatan, dan kuantitas yang harus
diselesaikan).
Sebagai contoh :
 Pelaksana A, tugas minggu ini adalah menyelesaikan pekerjaan fondasi
pada baris I, II, dan III sesuai dengan gambar kerja. Untuk minggu
berikutnya diberikan tugas lagi sesuai dengan program kerja yang ada.
 Penilaian kinerja Pelaksana A, didasarkan atas pelaksanaan program
kerja yang ada (dapat mencapai targetnya atau tidak).

c) Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)


 Rencana waktu pelaksanaan untuk tiap-tiap kegiatan, yang secara
keseluruhan merupakan pedoman batas waktu penyelesaian suatu
proyek.
 Time Schedule dibuat ada yang secara global (untuk satu kelompok
pekerjaan), dan ada yang secara rinci (untuk setiap jenis pekerjaan).

30 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Kegunaan Time Schedule
a. Pedoman pelaksanaan/penyelesaian kegiatan.
b. Pedoman waktu dalam pengadaan sumber daya (tenaga kerja, alat,
material) untuk pekerjaan tersebut.
c. Alat melakukan koordinasi diantara kegiatan/ pekerjaan yg memiliki
saling keterpengaruhan.
d. Merupakan tolok ukur dalam pengendalian pelaksanaan pekerjaan.

Jenis Time Schedule yang sering digunakan adalah :


a. Diagram Garis (Bar Chart Schedule)
Setiap kegiatan digambarkan dengan garis dengan panjang tertentu
yang menunjukkan durasi (lama kegiatan)-nya. Umumnya pada bar
chart schedule ini dilengkapi dengan Curva – S, yaitu garis berbentuk
curva yang menggambarkan nilai/bobot prestasi pekerjaan setiap waktu
secara kumulatif, dari awal pekerjaan (prestasi 0%) sampai dengan
akhir pekerjaan (prestasi 100%).
Nilai Bulan
Uraian Pekerjaan Rp
1 2 3 4 5 6 7 8
juta
1. Pek. Gal. Tanah 480 25 25 25 25
2. Pek.Beton lining 3.600 17 16 17 16 17 17

3. Pek. Bangunan 200 50 50

4. Pek. Jln. Inspeksi 120 33 33 34

Jumlah 4.400 2,7 19,4 37,5 54,1 67,2 84,3 99,1 100

Contoh: Bar Chart Schedule pada pekerjaan saluran


b. Diagram Anak Panah (Arrow Diagram)
Sering disebut sebagai Network Planning (NWP). Setiap kegiatan
digambarkan dengan anak panah, sedangkan durasinya dituliskan
dengan angka pada anak panah terkait. Pada NWP ini dapat diketahui
lintasan kritis dari kegiatan pelaksanaan, yang terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang memiliki durasi tertentu yang tidak boleh bertambah
panjang karena akan mengakibatkan bertambah panjangnya jumlah
waktu yang diperlukan untuk penyelesaian proyek.
Persiapan Pelaksanaan Proyek 31
4

Contoh: Arrow Diagram dimana A – C – E – G – I merupakan lintasan kritis

d) Pengadaan Sumber Daya


Setiap kegiatan proyek, pasti memerlukan sumber daya yang dapat
berupa tenaga kerja, material dan alat. Pengadaan sumber daya tersebut
harus dijamin sudah tersedia, baik dalam jenis, jumlah maupun kualitasnya,
sebelum kegiatan dimulai.
Kegiatan dimulai sesuai dengan jadwal yang ada, dengan demikian,
persiapan pengadaan sumber dayanya harus ditarik mundur dari jadwal
kegiatan yang ada.
Hari ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A
B
C
D
E
Mulai
kerja

Contoh: Persiapan Pengadaan Tenaga Kerja


Keterangan: A : Menunjuk Mandor/Supplier Tenaga
B : Negosiasi upah/harga borongan
C : Mobilisasi Tenaga
D : Persiapan kerja
E : Penyesuaian dan pengaturan kerja
: : Schedule pekerjaan

32 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Hari ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A
B
C
D
E
F
G
Mulai
kerja

Contoh: Persiapan Pengadaan Material

Keterangan : A : Pengetesan material (bila perlu)


B : Persetujuan contoh material
C : Penunjukkan Supllier/Pemasok
D : Negosiasi harga
E : Fabrikasi diluar (bila perlu)
F : Angkutan ke site
G : Fabrikasi di site proyek
: Schedule pekerjaan

Hari ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A
B
C
D
Mulai
kerja

Contoh: Persiapan Pengadaan Alat

Keterangan : A : Menunjuk Sumber Alat


B : Negosiasi dgn Pemilik Alat
C : Mobilisasi Alat ke site
D : Persiapan Alat (test/pemasangan)
: Schedule pekerjaan

Persiapan Pelaksanaan Proyek 33


Hari ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A
B
C
D
E
Mulai
kerja

Contoh: Persiapan Pengadaan Sub Kontraktor


Keterangan : A : Menunjuk Subkontraktor
B : Negosiasi harga Subkontrak
C : Mobilisasi Tenaga/Alat/material
D : Persiapan kerja dan Koordinasi
E : Penyesuaian dan pengaturan kerja
: Schedule pekerjaan

e) Metode Konstruksi (Construction Method)


 Merupakan cara melaksanakan suatu pekerjaan, berkaitan dengan
penggunaan alat, tenaga kerja maupun material yang diperlukan, untuk
menghasilkan produk bangunan sesuai dengan persyaratan kualitas,
waktu dan biaya
 Biasanya direncanakan paling tidak untuk pekerjaan-pekerjaan utama
dalam pelaksanaan proyek
 Setiap jenis pekerjaan bisa dilaksanakan dengan beberapa alternatif
metode konstruksi, tetapi yang dipilih adalah yang dianggap paling
menguntungkan perusahaan (kontraktor), kecuali bila telah ditetapkan
lebih dahulu dalam kesepakatan antara kontraktor dan pengguna jasa

Proses Konstruksi
 Pelaksanaan proyek dapat berhasil bila didasarkan atas construction
planning yang baik dan persiapan fisik yang matang

34 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Construction Proses
Planning Pengendalian

Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan


Fisik Pekerjaan Bangunan

Penyerahan
Bangunan

f) Rencana K3
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/ PRT/
M/ 2008 dan Pakta Kemitraan Departemen Pekerjaan Umum dengan
Mitra Kerja tanggal 12 Februari 2009, untuk setiap proyek dibawah
Departemen Pekerjaan Umum perlu dibuat Rencana K-3 (selanjutnya
dijelaskan dalam materi K-3).

g) Anggaran Pelaksanaan
 Rencana pembiayaan untuk pelaksanaan proyek, yang menggambarkan
rencana pendapatan dan biaya yang diperkirakan terjadi dalam
pelaksanaan proyek
 Pendapatan adalah nilai prestasi pelaksanaan kontrak (diluar Pajak
Pertambahan Nilai/PPN) yang telah diakui oleh pengguna jasa, dan akan
dibayarkan (berupa termin) kepada kontraktor
 Biaya adalah seluruh beban, baik beban langsung maupun beban tidak
langsung, untuk mewujudkan prestasi pelaksanaan kontrak tersebut

Persiapan Pelaksanaan Proyek 35


Pendapatan Proyek (NK-
.................................. AA
PPN)
Biaya Langsung Proyek
- material -b1
- upah -b2
- alat - b3
- sub kontraktor -b4
- overhead proyek -b5
Jumlah Biaya Langsung BB
Biaya Tidak Langsung
Proyek
- biaya umum - C1
- bunga pinjaman - C2
- biaya lain-lain - C3
Jumlah Biaya Tidak
CC
Langsung
AA –
Laba / Rugi Proyek ................................... BB –
CC

Contoh: Anggaran Pelaksanaan


Keterangan : NK = Nilai Kontrak, termasuk PPN

h) Rencana Cash Flow


Rencana pengaturan penerimaan uang (cash in) dan pengeluaran uang
(cash out) dengan tujuan/sasaran kelancaran pelaksanaan proyek, serta
menghasilkan jumlah pinjaman yang dinilai paling menguntungkan
perusahaan

Unsur Cash In :
- Uang muka pekerjaan
- Pembayaran prestasi pekerjaan (termin)
- Restitusi pajak

Unsur Cash Out :


- Pembayaran kepada mandor, pemasok, sub kontraktor, pemilik alat sewa
- Pembayaran overhead dan biaya umum perusahaan

36 Persiapan Pelaksanaan Proyek


- Pembayaran kepada pihak lainnya sehubungan dengan pelaksanaan
proyek

JADWAL
URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8
PENERIMAAN BERSIH - - 200 - 300 300 - 200
PENGELUARAN (50) (150) (150) (150) (100) (150) (100) (50)
PENERIMAAN-
(50) (150) 50 (150) 200 150 (100) 150
PENGELUARAN
KAS AWAL 50 200 46 92 38 32 80 80
SALDO SEBELUM
- 50 96 (58) 238 182 (20) 230
FINANSIAL
FINANSIAL :
-PINJAMAN 200 - - 100 - - 100 -
-PENGEMBALIAN
- - - - (200) (100) - (100)
PINJAMAN
-BUNGA PINJAMAN (2
- (4) (4) (4) (6) (2) - (2)
% PER BULAN)
-TOTAL FINANSIAL 200 (4) (4) 96 (206) (102) 100 (102)
KAS AKHIR 200 46 92 38 32 80 80 128
C
KUMULATIF PINJAMAN 200 200 200 300 100 - 100 -

contoh: Penyusunan Rencana Cash Flow

Keterangan: Kas akhir (di akhir proyek) = laba + kas awal

2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok dimulai,
umumnya terdiri dari :
a. Penyiapan patok-patok ukur (patok as, patok elevasi) setelah penyerahan
lapangan (setting out)
b. Pengukuran bersama (mutual check), bila diperlukan
c. Penyiapan site plan, termasuk pagar bila diperlukan
d. Penyiapan jalan kerja (access road) baik dilokasi maupun diluar lokasi, bila
diperlukan
e. Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan proyek

Tujuan dari persiapan fisik adalah untuk menjamin kegiatan pokok dapat
dilaksanakan tanpa hambatan

Persiapan Pelaksanaan Proyek 37


Pematokan (Setting Out)
 Membuat dan memasang patok-patok ukur, untuk pedoman letak dan elevasi
bangunan yang akan dibangun, berdasarkan patok Bench Mark (BM) yang
ada, atau dari titik bangunan yang ada.
 Mengukur topografi tanah lokasi bangunan, untuk dicocokkan dengan gambar
dokumen (mutual check). Perhitungan volume berdasarkan hasil mutual check
(MC- 0) harus disahkan oleh owner atau wakilnya.
 Mengamankan dan menjaga titik-titik ukur yang ada, dan selalu dilakukan
recheck , serta segera dipindahkan ke Bangunan tetap yang telah selesai.

C. RINGKASAN BUTIR-BUTIR PENTING DARI MATERI


1. Pengelolaan proyek berpedoman pada proses P-D-C-A (Plan, Do, Check,
Action).
- Plan : menyusun rencana pelaksanaan proyek (project construction plan)
- Do : melaksanakan pekerjaan berpedoman Rencana Pelaksanaan Proyek
- Check : mengendalikan pelaksanaan proyek dalam aspek B-M-W
- Action : melakukan tindak lanjut untuk mengatasi kendala yang dihadapi

2. Persiapan pekerjaan dalam suatu proyek terdiri dari kegiatan :


a. Menyusun Perencanaan Pelaksanaan (Pre Construction Planning)
b. Melakukan pekerjaan persiapan fisik/ lapangan

3. Dalam menyusun dokumen Perencanaan Pelaksanaan perlu dipertimbangkan


adanya risiko yang diperkirakan bisa terjadi selama jalannya pelaksanaan
pekerjaan.

Pengertian risiko adalah tidak tercapainya sasaran atau tujuan dari suatu kegiatan.
Dalam pelaksanaan proyek, risiko yang bisa terjadi adalah tidak tercapainya
sasaran biaya pelaksanaan, sasaran mutu pelaksanaan (termasuk K3 &
lingkungan), dan sasaran waktu pelaksanaan.

38 Persiapan Pelaksanaan Proyek


Langkah-langkah dalam membuat analisis terhadap risiko :
a. Identifikasi faktor risiko, yaitu apa saja yang merupakan potensi terjadinya
hambatan/kendala dalam pencapaian sasaran.
b. Analisis risiko, yaitu mencari penyebab dari risiko yang bisa terjadi, dan
memperkirakan kerugian yang bisa ditimbulkan.
c. Tanggapan terhadap risiko, yaitu menetapkan langkah yang akan dibuat
untuk mengupayakan agar risiko tidak terjadi, atau bila terjadi maka dampak
yang ditimbulkannya minimal.
d. Dokumentasi risiko, yaitu pencatatan terhadap semua langkah-langkah
diatas, termasuk yang nyata terjadi dalam pelaksanaan nanti. Dokumentasi ini
penting untuk menjadi referensi bagi pelaksanaan proyek lainnya nanti.

4. Khusus untuk proyek di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, dokumen


Rencana Mutu Kontrak perlu disusun sebelum pelaksanaan pekerjaan, dan
dipresentasikan dihadapan Pihak Kesatu (Pemilik Proyek/ Wakil Pemilik Proyek)

5. Komponen dari Rencana Pelaksanaan adalah :


a. Site Plan
b. Organisasi Pelaksanaan
c. Jadwal Pelaksanaan (Time Shedule)
d. Metode Konstruksi (Construction Method)
e. Rencana K3
f. Anggaran Pelaksanaan (Cost Budget)
g. Arus Kas (Cash Flow)

5. Untuk kegiatan pelaksanaan, diperlukan organisasi proyek yang berfungsi untuk


pembagian tugas kepada masing-masing personil, dan koordinasi.
Ada tiga jenis organisasi proyek yang dapat dipilih sesuai dengan kemauan
manajemen yang bersangkutan. yaitu :
a. Organisasi proyek berdasarkan pada wilayah/ area operasi, jenis ini lebih
bersifat umum

Persiapan Pelaksanaan Proyek 39


b. Organisasi proyek berdasarkan pada fungsi operasi, jenis ini lebih bersifat
spesialis
c. Organisasi proyek berdasarkan pada gabungan wilayah dan fungsi operasi

6. Dalam penjadwalan proyek, selain telah digambarkan dengan bar chart schedule,
perlu dibuat curva – S yang cukup efektif untuk digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga untuk alat pengendalian waktu. Selain
itu curva – S juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengendalian biaya.

7. Metode konstruksi perlu dibuat setidak-tidaknya untuk kegiatan pekerjaan utama.


 Metode konstruksi merupakan cara melaksanakan suatu pekerjaan, berkaitan
dengan penggunaan alat, tenaga kerja maupun material yang diperlukan, untuk
menghasilkan produk bangunan sesuai dengan persyaratan kualitas, waktu dan
biaya
 Biasanya direncanakan paling tidak untuk pekerjaan-pekerjaan utama dalam
pelaksanaan proyek
 Setiap jenis pekerjaan bisa dilaksanakan dengan beberapa alternatif metode
konstruksi, tetapi yang dipilih adalah yang dianggap paling menguntungkan
perusahaan (kontraktor), kecuali bila telah ditetapkan lebih dahulu dalam
kesepakatan antara kontraktor dan pengguna jasa.

8. Rencana K3 perlu dibuat, karena telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09/ PRT/ M/ 2008 dan Pakta Kemitraan Departemen
Pekerjaan Umum dengan Mitra Kerja tanggal 12 Februari 2009, untuk setiap
proyek dibawah Departemen Pekerjaan Umum perlu dibuat Rencana K3.

9. Rencana Anggaran Pelaksanaan perlu dibuat secara rinci dan sesuai keadaan
yang sebenarnya, karena akan digunakan selain sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan, juga akan digunakan sebagai tolok ukur dalam
pengendalian biaya.

40 Persiapan Pelaksanaan Proyek


10. Dalam mengupayakan ketersediaan uang/ dana dalam mendukung pelaksanaan
proyek, maka perlu dibuat rencana arus kas proyek (project cash flow), yang
merupakan rencana pengaturan penerimaan uang (cash in) dan pengeluaran
uang (cash out) dengan tujuan/ sasaran kelancaran pelaksanaan proyek, serta
menghasilkan jumlah pinjaman yang dinilai paling menguntungkan perusahaan.

11. Persiapan fisik dilakukan secara cermat sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok
dimulai, umumnya terdiri dari :
a. Penyiapan patok-patok ukur (patok as, patok elevasi) setelah penyerahan
lapangan (setting out)
b. Pengukuran bersama (mutual check), bila diperlukan
c. Penyiapan site plan, termasuk pagar bila diperlukan
d. Penyiapan jalan kerja (access road) baik dilokasi maupun diluar lokasi, bila
diperlukan
e. Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan proyek

Persiapan Pelaksanaan Proyek 41


MATERI 3 PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN
1. Definisi Proyek
 Secara umum, proyek didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terencana
yang dilakukan dengan batasan - batasan tertentu (biaya, mutu dan waktu)
untuk mewujudkan suatu keinginan/ gagasan
 Sedangkan proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang terencana terkait
pembangunan suatu bangunan yang dilakukan dengan batasan biaya, mutu dan
waktu untuk mewujudkan suatu bangunan seperti yang diinginkan
 Proyek konstruksi, hasil akhirnya berupa :
a. Bangunan rumah, gedung
b. Jalan, jembatan
c. Saluran irigasi, tanggul banjir, dan lain-lain

2. Tahapan Proyek Konstruksi


Ide / Gagasan

Studi Kelayakan PROYEK KONSULTAN F.S

PROYEK
INVESTOR
Rancang Desain PROYEK KONSULTAN
PERENCANA

Pengadaan PROYEK PANITIA


PENGADAAN / TENDER

PROYEK
Proses
KONSULTAN Supervisi PROYEK KONTRAKTOR
Konstruksi
PENGAWAS

Pengoperasian 4

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 43


3. Pengelolaan Proyek Konstruksi
Pengeloaan Pelaksanaan Proyek Konstruksi dapat diartikan sebagai pengelolaan
kegiatan pekerjaan pemba
ngunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan sehubungan dengan Biaya, Mutu dan Waktu.
Biaya proyek (B) Tidak melewati anggaran
Mutu pekerjaan (M) Sesuai ketentuan kontrak
Waktu penyelesaian (W) Tidak melewati waktu kontrak

B. PROSES PELAKSANAAN PROYEK (P-D-C-A)


 Secara umum pelaksanaan kontrak/pekerjaan seswuai dengan diagram seperti
dibawah ini :

PERENCANAAN PELAKSANAAN
PENYERAHAN
(Construction &
PENGENDALIAN BANGUNAN
Planning)
• Time Schedule • Persiapan • Penyerahan
(Jadwal Pelaksanaan) Pelaksanaan Pertama
• Metode Konstruksi • Pelaksanaan • Pemeliharaan
• Anggaran Pekerjaan Bangunan
Pelaksanaan Proyek • Pengendalian • Penyerahan
(APP) Pelaksanaan Kedua/
• Project Cash Flow terakhir
(Arus Kas Proyek)
• Organisasi Proyek

 Melaksanakan proyek meliputi kegiatan :


a. Melaksanakan pekerjaan sesuai rencana
b. Mengendalikan pelaksanaan

1. Tugas Kepala Proyek


Dalam pelaksanaan proyek, tugas dari seorang Kepala Proyek meliputi kegiatan
dalam lingkup internal dan external

44 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


 Tugas utama dalam lingkup internal
a. membuat construction planning
b. memimpin kegiatan pelaksanaan, termasuk koordinasi
c. melakukan pengendalian dalam aspek B-M-W
d. melakukan pembinaan SDM (keterampilan & perilaku)
 Tugas utama dalam lingkup external
a. melakukan komunikasi/interaksi yang baik dengan pemilik proyek &
konsultan (masalah kewajiban & hak) dan pihak lain terkait
b. menyerahkan bangunan jadi yang memenuhi ketentuan

2. Melaksanaan Pekerjaan
Guna mendukung pelaksanaan tugasnya, Kepala Proyek perlu melakukan
kegiatan-kegiatan berikut :
a. Mempelajari dokumen proyek meliputi :
- Dokumen kontrak lengkap
- Dokumen Perencanaan Pelaksanaan
b. Mempelajari situasi/kondisi lapangan & lingkungan
- Situasi & kondisi lahan (tanah, bangunan, masyarakat dll)
- Kesesuaian dokumen Perencanaan dengan lapangan
c. Melakukan kegiatan pelaksanaan
- Menyusun program pelaksanaan pekerjaan (program bulanan, mingguan,
harian) yang mengacu kepada dokumen Perencanaan Pelaksanaan
- Menyusun program pengadaan sumber daya (tenaga kerja, material, alat)
yang mengacu kepada dokumen Perencanaan Pelaksanaan
- Melaksanakan pekerjaan berpedoman pada program pelaksanaan pekerjaan
- Melakukan pengendalian pelaksanaan dengan tolok ukur dokumen
Perencanaan Pelaksanaan
- Melakukan penyerahan bangunan

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 45


Kegiatan pelaksanaan dilaksanakan dengan ketentuan :
 Berpedoman pada program pelaksanaan pekerjaan dan mengacu kepada
dokumen Perencanaan Pelaksanaan (Construction Planning)
 Kegiatan pekerjaan terdiri atas :
a. kegiatan persiapan pelaksanaan
b. kegiatan pelaksanaan
c. kegiatan pengendalian pelaksanaan
 Kegiatan pelaksanaan meliputi lingkup internal dan external

3. Kegiatan Persiapan Pelaksanaan


a. Lingkup internal
- Menyusun organisasi proyek dan mengisi orangnya
- Menyelenggarakan Rapat Moving In
- Melakukan pematokan (setting out)
- Membangun prasarana/ sarana lapangan (site facilities)
- Membuat program kerja bulanan, mingguan, bila perlu sampai harian
- Melakukan mobilisasi sumber daya termasuk penyetelan peralatan
- Memproses dana kerja untuk pelaksanaan

b. Lingkup external
- Menerima penyerahan lahan
- Menyerahkan bagian site facilities untuk Pihak I
- Menghadiri rapat mempersiapkan pelaksanaan
- Meminta persetujuan rencana/ gambar/ mat pada konsultan
- Melakukan pengukuran bersama (mutual survey)
- Mengajukan pembayaran uang muka pekerjaan

46 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


4. Kegitan Pelaksanaan Konstruksi
a. Lingkup internal
- Menyiapkan shop drawing
- Mendatangkan sumber daya
- Menempatkan sumber daya sesuai program
- Mengimplementasi metode konstruksi/kerja
- Mengadakan dana kerja
- Melakukan pengawasan dan koordinasi
- Melakukan pengendalian dalam aspek B-M-W
- Melakukan pemeriksaan/pengetesan atas material & hasil pelaksanaan

b. Lingkup external
- Mengajukan program pelaksanaan untuk disetujui konsultan
- Mengajukan contoh material untuk disetujui konsultan
- Memproses ijin pelaksanaan pekerjaan dari konsultan
- Memproses pengakuan atas kualitas & kuantitas hasil pelaksanaan dari
konsultan
- Mengajukan pembayaran atas prestasi pekerjaan kepada pihak I
- Melakukan pembahasan dan koordinasi dengan konsultan
- Membuat laporan kepada konsultan/Wakil Pihak I

Gambar kontrak dan gambar kerja


Letak, bentuk maupun dimensi dari bangunan yang akan dibangun dalam
pelaksanaan mengacu kepada gambar kontrak (contract drawings), atau sering
juga dinamakan gambar for construction.
Sedangkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, perlu
dibuat gambar kerja (shop drawing). Shop drawing dibuat oleh kontraktor dan
harus disetujui oleh pengawas/konsultan sebelum digunakan untuk pedoman
pelaksanaan pekerjaan.
Pelaksanaan Proyek Konstruksi 47
Bisa terjadi gambar for construction disiapkan oleh Pihak I pada periode
pelaksanaan proyek, yaitu bilamana gambar kontrak belum lengkap, atau ada
perubahan atas gambar kontrak karena keinginan Pihak I atau gambar yang ada
tidak sesuai dengan keadaan lapangan. Pada dasarnya gambar baru ini harus telah
ada sebelum pekerjaan yang terkait mulai untuk dilaksanakan.
Sedangkan untuk pekerjaan/bangunan yang telah selesai kontraktor harus
membuat as built drawings, yaitu gambar bangunan yang dibuat secara lengkap
yang menggambarkan bangunan yang dilaksanakan.

5. Construction Method
a. Construction method sangat diperlukan apalagi untuk proyek besar atau
kompleks, karena akan menjadi pedoman untuk waktu penyelesaian, dan
besarnya biaya proyek yang diperlukan.
b. Dalam menetapkan construction method sering terbuka beberapa alternatif
yang harus dipilih, mana yang paling menguntungkan. Construction Method
yang paling menguntungkan belum tentu yang termurah, karena harus dikaitkan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang lain, dan biaya secara keseluruhan haruslah
yang termurah.
c. Alternatif construction method dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
adalah :
- Design bangunan
- Kondisi lingkungan lokasi proyek
- Peralatan yang mungkin diadakan
- Waktu yang tersedia
- Batasan anggaran

C. PENGENDALIAN PROYEK
 Merupakan proses kegiatan yang dilakukan selama proses konstruksi yang
mengupayakan proses konstruksi tidak menyimpang dari rencana
 Pada dasarnya ada tiga variabel, yang harus dikendalikan selama proses konstruksi,
yaitu :

48 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


a. Biaya pelaksanaan proyek
b. Waktu penyelesaian proyek
c. Kualitas pekerjaan
 Ketiga aspek tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Artinya kedua aspek yang disebut terakhir, juga mempengaruhi terhadap biaya.

Lingkup pengendalian proyek dilakukan pada 3 (tiga) bidang, yaitu:


1. Pengendalian pada pelaksanaan pekerjaan
- Kemajuan pekerjaan
- Pengadaan & penggunaan sumber daya material, alat, tenaga kerja
- Termasuk pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan
2. Pengendalian pada pelaksanaan kontrak (administrasi kontrak)
Mengupayakan keseimbangan kewajiban & hak antara Pihak I dan Pihak II
(diuraikan pada materi Administrasi Kontrak Konstruksi)
3. Pengendalian pada likwiditas
- Mengupayakan ketersediaan uang tunai untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan
- Dilakukan dengan mengendalikan cash flow

Pengendalian pada ketiga bidang tersebut memberikan dampak pada biaya.


Kegiatan pengendalian meliputi 2 (dua) hal, yaitu:
1. Pengendalian yang menyatu dengan kegiatan pelaksanaan
- menetapkan jadwal pekerjaan
- menetapkan harga material, upah, alat
- menetapkan subkontraktor & harganya
2. Pengendalian yang mendasarkan kepada hasil pelaksanaan
- mencari data hasil pelaksanaan/prestasi
- mengevaluasi terhadap rencana
- membuat analisis (memahami apa yang terjadi dan menemukan penyebab
masalah)
Pelaksanaan Proyek Konstruksi 49
- menetapkan solusi penanganan masalah
- melakukan tindakan koreksi

Selain itu, pengendalian proyek meliputi 2 (dua) sisi waktu, yaitu:


1. Berdasarkan waktu kontrak yang telah terpakai sampai saat ini
- sampai saat ini berapa waktu sudah terpakai
- sampai saat ini sudah berapa prosen prestasi tercapai
- sampai prestasi saat ini sudah berapa anggaran pelaksanaan terpakai
2. Berdasarkan sisa waktu kontrak
- dengan sisa waktu kontrak tang ada bagaimana menyelesaikan sisa pekerjaan
- dengan sisa anggaran yang ada bagaimana
- menyelesaikan sisa pekerjaan

1. Pengendalian Biaya
Secara umum biaya diperoleh dari perhitungan berikut :
Biaya = Kuantitas x Harga satuan
Konsep pengendalian biaya adalah mengendalikan kuantitas dan harga secara
serentak / bersamaan, baik untuk biaya material, biaya upah, maupun biaya alat.
Kuantitas dari setiap jenis material, upah pekerjaan, ataupun pemakaian alat
(jumlah unit alat, atau jumlah jam kerja alat) diupayakan tidak melebihi dari yang
dianggarkan.

Sedangkan harga satuan, baik untuk material, upah kerja, ataupun pemakaian alat,
diupayakan tidak melebihi harga satuan dari yang dianggarkan.
Namun pada akhirnya yang harus dipertahankan adalah jumlah biaya yang terjadi
untuk setiap item biaya, tidak melewati anggaran yang telah direncanakan.

Secara umum yang dimaksud dengan pengendalian adalah upaya mempertahankan


pelaksanaan sesuai dengan rencana, atau mengembalikan pelaksanaan yang
menyimpang kembali kepada rencana.
50 Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Untuk itu secara preventif perlu menghindari kemungkinan terjadinya penyim-
pangan, serta secepatnya berupaya menemukan penyebab dari penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaan.

Pengendalian biaya secara sederhana menggunakan Curva-S


Contoh :
- Proyek nilai Rp. 400.000.000,- dengan waktu pelaksanaan 4 bulan dan
anggaran pelaksanaan 85% = Rp. 340.000.000,-
- Proyek dievaluasi pada akhir bulan kedua

Nilai Bobot
No Uraian Pekerjaan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
Rp (juta) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kegiatan A 40 10,00
2 Kegiatan B 70 17,50
3 Kegiatan C 110 27,50
4 Kegiatan D 95 23,75
5 Kegiatan E 55 13,75
6 Kegiatan F 30 7,50
Jumlah 400 100,00
Bobot rencana per bulan - % 25 30 35 10
Bobot akumulatif rencana - % 25 55 90 100
Prestasi riil - % 20 45 85(renc) 100(renc)
Nilai prestasi riil - Rp. ribu 80.000 180.000 340.000 400.000
Biaya seharusnya (85%) - Rp. ribu 68.000 153.000 289.000 340.000
Biaya riil minus stok mat.- Rp. ribu 76.000 163.000
Selisih biaya - Rp. ribu (-)8.000 (-)10.000

Kegiatan pengendalian dilakukan sebagai berikut :


 Dilihat data biaya per akhir bulan kedua :
- Prestasi riil 45%, dibawah rencana 55 %
- biaya riil setelah dikurangi nilai stok material Rp. 163.000.000,-
melampaui rencana anggarannya sebesar Rp. 153.000.000,-
- terdapat kelebihan biaya sebesar Rp. 10.000.000,-

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 51


 Dicek pos/item biaya apa yang membengkak, dan berapa besar
membengkaknya (volumenya dan harga satuannya)
 Dipelajari apa penyebab pembengkakan biaya tersebut, apakah materialnya, atau
upah tenaganya, atau biaya alatnya
 Dicari upaya bagaimana agar pembengkakan biaya tersebut tidak berlanjut
 Pos biaya mana yang dapat ditekan, dan bagaimana cara untuk menekan biaya
tersebut, apakah dengan mencari mitra kerja yang baru, apakah dengan
merubah atau mengganti metode kerja, apakah merubah sistim pembelian yang
lebih menguntungkan, atau dengan cara lainnya lagi
 Bagaimana untuk mencapai prestasi pada akhir bulan ketiga sebesar 85%,
tetapi total biayanya hanya bisa ditekan sebesar Rp 289.000.000,-.
 Atau untuk mencetak prestasi sebesar 40% dengan biaya sebesar
Rp126.000.000,-
 Agar dipelajari apakah ada peluang mengajukan permintaan tambahan biaya
dari Pengguna Jasa
 Secara keseluruhan dicek berapa sisa anggaran yang masih ada, apakah cukup
untuk membiayai pekerjaan sampai selesai

Mekanisme Pengendalian Biaya


ANALISIS
TINDAKAN
RA P PERBAIKAN
PENYIMPANG-
AN.

PELAKSANAAN
SESUAI
RAP

REALISASI EVALUASI MELEWATI


BIAYA BIAYA RAP

PROYEK
SELESAI

52 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan)
Merupakan anggaran yang dirancang untuk pelaksanaan proyek, yang
mengalokasikan batasan bagi pembiayaan langsung dan pembiayaan tidak langsung
serta biaya/beban lain yang ditetapkan perusahaan, berikut pajak-pajak sesuai
peraturan yang berlaku.
R A P berfungsi sebagai :
• Pedoman dalam kegiatan pelaksanaan
• Pedoman/tolok ukur dalam pengendalian biaya pelaksanaan
Dengan demikian sebaiknya R A P dibuat secara realistik

Laporan Pengendalian Biaya


Laporan rekapitulasi dari pengendalian biaya dapat dituangkan kedalam formulir
yang sebagai contoh seperti dibawah.
Dalam laporan ini selain evaluasi dilakukan terhadap realisasi biaya yang telah
terjadi, juga dibuat suatu perkiraan biay yang masih akan terjadi untuk
menyelesaikan proyek, yang dibandingkan dengan sisa anggaran yang masih
tersedia.
Dari hasil evaluasi yang tergambar dalam laporan ini, oleh Kepala Proyek atau
Manajemen perusahaan selanjutnya dapat mengambil langkah-langkah yang perlu
seandainya terjadi biaya yang melewati anggaran yang tersedia.
No Total anggaran Evaluasi s/d tg 30 April Perkiraan biaya
(prestasi = 62,3 % ) pelaksanaan proyek
Jenis/Item Rp. Sesuai Reali- Sisa Sisa Biaya Penyim-
Anggaran anggrn sasi Anggrn biaya total pangan
1 2 3 4 5=2-4 6 7=4+6 8=2-7
1. Upah
2. Material
3. Alat
4. Subkontrak
5. Persiapan
6 Overhead
Total

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 53


2. Pengendalian Mutu
a. Pengendalian mutu pada pelaksanaan proyek tolok ukurnya mengacu pada
gambar kontrak dan spesifikasi teknik.
b. Mutu bangunan yang mengacu pada gambar kontrak (yang telah dirinci dan
dijelaskan dengan gambar kerja/shop drawing) meliputi posisi/letak, dimensi,
sudut-sudut, elevasi dan lain-lain dari bangunan atau bagian-bagian bangunan.
c. Mutu bangunan yang mengacu pada spesifikasi teknik meliputi persyaratan dari
material bangunan menyangkut kekuatan, dimensi, berat, warna, tekstur
permukaan, kerapatan, dan lain-lain. Selain itu juga termasuk persyaratan dari
bagian bangunan menyangkut kekuatan atau ketahanan, tekstur/warna
permukaan dan lain-lain yang dipersyaratkan.

Dalam melakukan pengendalian mutu, pada dasarnya adalah melakukan


pengendalian pada seluruh proses pelaksanaan pekerjaan, seperti bagan di bawah.
INPUT PROSES OUTPUT

Input : Semua yang akan masuk/ terlibat dalam proses pelaksanaan


diupayakan memenuhi mutu/ kualitas yang diyakini akan menghasilkan
proses dan hasil seperti yang dipersyaratkan.
Input meliputi material, alat kerja, alat bantu, tenaga kerja, lahan kerja.
Pengecekan mutu dilakukan pada setiap material agar memenuhi
ketentuan spesifikasi teknik, alat kerja dan alat bantu agar kinerjanya
mendukung pelaksanaan yang baik, tenaga kerja dengan ketrampilan
yang memadai, dan lahan kerja yang siap sesuai dengan ketentuan.
Proses : Semua proses dalam pelaksanaan, termasuk prosedur pelaksanaan,
pengendalian pelaksanaan, dan hal-hal lain yang terkait dengan
manajemen pelaksanaan.
Proses pelaksanaan selalu dalam pengawasan sehingga berjalan lancar
sesuai prosedur yang ditentukan (sesuai instruksi kerja) untuk setiap
jenis pekerjaan.
Output : Semua hasil kerja pelaksanaan.

54 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


Output hasil pelaksanaan pekerjaan dicek kesesuaiannya dengan mutu
yang dipersyaratkan, dan dilakukan perawatan secara memadai.
Pengecekan mutu baik untuk material ataupun pekerjaan yang selesai dapat
dilakukan melalui cara-cara :
a. Tanpa alat bantu : dengan dilihat, dengan tangan
b. Dengan alat bantu sederhana
c. Dengan peralatan khusus atau peralatan laboratorium
d. Dengan dokumen resmi dan legal yang menyatakan mutu dari material atau
bagian dari bangunan
e. Dengan sertifikat jaminan dari produsen/ penjual yang dapat dipercaya

3. Pengendalian Waktu
a. Pada dasarnya yang harus dikendalikan adalah setiap kegiatan pelaksanaan yang
berjalan, dibandingkan dengan schedulenya, tidak cukup hanya total prestasinya
saja.
b. Informasi yang harus dapat disajikan dalam setiap evaluasi waktu pelaksanaan
adalah :
- Informasi kondisi tiap kegiatan : apakah dalam kondisi tepat waktu (on
schedule), atau terlambat (behind schedule), atau lebih cepat (ahead schedule)
- Bila ada kegiatan yang terlambat, berapa besar keterlambatannya
c. Caranya dengan menarik garis evaluasi pada waktu evaluasi, yang memotong
seluruh kegiatan yang ada pada titik-titik pencapaian progresnya

Evaluasi Schedule/Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 55


Harga Bobot Jadwal Pelaksanaan (bulan)
No Item Pekerjaan
Rp juta (%) 1 2 3 4 5 6 o 100%

1. Persiapan
- Direksi keet 20,00 2 o 80%
- Pengukuran 20,00 2
- Stripping 60,00 6 o 60 %
2. Galian saluran 150,00 15
3. Timbun 270,00 27 o 40 %
tanggul
4. Pas. batu kali 400,00 40
o 20 %
5. Pas. batu muka 80,00 8
Total 1.000,00 100
Progres rencana kumulatif 4 15 31 45 82 100 o 0%
Progres realisasi kumulatif 2 20 25
Contoh: Evaluasi Schedule Pelaksanaan

Curva – S selain digunakan untuk keperluan pengendalian waktu/ progres


pekerjaan, bisa juga digunakan untuk keperluan pengendalian biaya (lihat
paragraph Pengendalian Biaya).

D. KEGIATAN PENYERAHAN BANGUNAN


Penyerahan bangunan jadi dilakukan dalam dua tahap
 Penyerahan Pertama = Provisional Hand Over (PHO)
 Penyerahan Terakhir = Final Hand Over (FHO)
Terkait dengan penyerahan pekerjaan, kegiatan meliputi kegiatan external maupun
internal.

Lingkup external
 Mengajukan surat permohonan serah terima bangunan
 Bersama konsultan melakukan pemeriksaan pekerjaan, dan mencatat cacat yang
ada
 Bila PHO :
a. Dibuat defect list, cacat-cacat yang harus diperbaiki kontraktor

56 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


b. Menandatangani Brt Acara Penyerahan Bangunan yang pertama (PHO) bersama
konsultan dan Pihak I
c. Memproses pembayaran termin sesuai prestasi
 Bila FHO :
a. Menandatangani Berita Acara Penyerahan Bangunan yang terakhir bersama
konsultan dan Pihak I
b. Memproses pembayaran retensi

Lingkup internal
 Membersihkan lapangan/ site
 Melakukan demobilisasi sumber daya yang masih ada
 Membuat laporan proyek selesai

E. KEGIATAN PEMELIHARAAN (sesudah PHO)


Dalam masa pemeliharaan (atau masa perbaikan cacat pekerjaan) kegiatan juga
meliputi lingkup internal maupun eksternal.
Lingkup internal
- Melakukan pemeriksaan bangunan secara periodik dan mencatat kerusakan yang
terjadi
- Melakukan perbaikan
- Melakukan demobilisasi sumber daya yang tidak diperlukan lagi
Lingkup external
- Membuat laporan kegiatan pemeliharaan kepada konsultan/Wakil Pihak I

F. PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Disamping tugasnya dalam memimpin pelaksanaan pekerjaan, seorang Kepala Proyek
juga menyandang tugas melakukan pembinaan kepada personil dibawahnya, agar
dapat meningkatkan kompetensi maupun kinerjanya.
Pelaksanaan Proyek Konstruksi 57
Pembinaan ditujukan pada :
 Pengetahuan
Meningkatkan pengetahuan personil untuk memperluas dan memperdalam
pemahaman personil terhadap pekerjaan dan pelaksanaannya, bisa dilakukan
dengan pembelajaran ditempat pekerjaan, atau melalui kursus atau loka karya
 Keterampilan
Meningkatkan keterampilan personil untuk upaya meningkatkan kinerja teknis dari
personil, bisa dilakukan dengan menempatkan personil sebagai magang pada
pelaksanaan pekerjaan yang akan dipelajari, atau melalui kursus-kursus yang
menyelenggarakan praktek pelaksanaan pekerjaan
 Perilaku
Meningkatkan perilaku personil untuk mengupayakan kontribusi personil yang
optimal pada tim, dan mampu berinteraksi secara konstruktif dengan
lingkungannya, dilakukan dengan melalui kursus untuk meningkatkan sikap perilaku

Pembinaan dilakukan dengan :


 Penugasan
Memberikan tugas secara progresif untuk memberikan tantangan
 Pendidikan & Pelatihan
Secara khusus personil mengikuti pendidikan dan pelatihan melalui pendidikan
dalam kelas atau melalui langsung dipekerjaan (on the job training)
 Bimbingan langsung
Memberikan arahan dan petunjuk langsung kepada personil ditempat pekerjaan
 Keteladanan
Teladan atau contoh dalam bersikap dan bekerja yang ditunjukkan kepada personil
dibawahnya

Tugas kepemimpinan
Dalam membawahi personil anggota organisasi proyek dilapangan, seorang Kepala
Proyek harus melaksanakan tugas kepemimpinannya melalui kegiatan :
a. Mendemonstrasikan komitmen (demonstrate commitment)
58 Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Kebijakan/ strategi dalam mencapai target selalu dipegang kuat dan
dikomunikasikan kepada anggota organisasi
b. Memberdayakan dan memotivasi (empower & motivate)
Melengkapi anggota organisasi dengan pengetahuan serta prasarana dan sarana
sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya masing-masing secara optimal
c. Memberi hadiah dan menerapkan sanksi (reward & punishment)
Memberi pengakuan, hadiah atau pujian kepada personil yang berprestasi baik, dan
memberikan teguran sampai peringatan dan hukuman bagi yang bersalah
d. Berperan sebagai teladan (role model)
Memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan bekerja.

G. RINGKASAN BUTIR-BUTIR PENTING DARI MATERI


1. Pengelolaan proyek berpedoman pada proses P-D-C-A (Plan – Do – Check –
Action)
 Plan : menyusun rencana pelaksanaan proyek (project construction plan)
 Do : melaksanakan pekerjaan berpedoman Rencana Pelaksanaan Proyek
 Check : mengendalikan pelaksanaan proyek dalam aspek B-M-W
 Action : melakukan tindak lanjut untuk mengatasi kendala yang dihadapi

2. Kepala Proyek atau Site Manager sebelum melaksanakan pekerjaan terlebih dahulu
menyusun program pelaksanaan pekerjaan dan program pengadaan sumber daya
(material, alat, tenaga kerja) yang mengacu kepada dokumen Perencanaan
Pelaksanaan Proyek, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan yang
ada.

3. Pengendalian proyek terdiri dari 3 (tiga) kegiatan pengendalian :


a. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan, meliputi pengendalian terhadap kemajuan
pelaksanaan pekerjaan, pengadaan dan penggunaan sumber daya (material, alat,
tenaga kerja), dan biaya pelaksanaan pekerjaan.

Pelaksanaan Proyek Konstruksi 59


b. Pengendalian pelaksanaan kontrak, atau administrasi kontrak, yang
mengupayakan keseimbangan pelaksanaan kewajiban dan hak antara Pihak I
dan Pihak II
c. Pengendalian likuiditas, yang mengupayakan ketersediaan uang untuk membiayai
pelaksanaan pekerjaan

4. Pengendalian proyek meliputi 2 (dua) sisi waktu :


a. Pengendalian berdasarkan waktu kontrak yang telah terpakai
b. Pengendalian berdasarkan sisa waktu kontrak

5. Pengendalian mutu dilakukan sejak tahap Input, tahap Proses, sampai ke tahap
Output.

60 Pelaksanaan Proyek Konstruksi


MATERI 4 MANAJEMEN LOGISTIK PROYEK KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN
Ilmu pengadaan barang disebut juga Ilmu Logistik, dipakai dalam hampir semua
kegiatan usaha, termasuk usaha jasa konstruksi. Namun pengertian logistik pada
berbagai bidang usaha tersebut tidak selalu sama, tetapi mempunyai perbedaan-
perbedaan sesuai dengan karakteristik dari setiap bidang usahanya.

Logistik
Kegiatan penyediaan material konstruksi bagi pelaksanaan proyek dilakukan dengan
batasan-batasan tertentu, baik dalam hal jenis, harga, kuantitas, kualitas maupun
waktu.

Manajemen Logistik
Manajemen Logistik adalah suatu sistem pengelolaan kegiatan material konstruksi bagi
pelaksanaan proyek, berupa perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian termasuk
penyimpanannya untuk mencapai efisiensi & efektivitas yang optimal dari kegiatan
penyediaan tersebut.

B. KERANGKA KEGIATAN LOGISTIK


Dalam upaya penyediaan material konstruksi bagi suatu proyek konstruksi, bagian
yang menangani logistik dalam kegiatannya meliputi :
1. Survey sumber material
2. Persetujuan penggunaan material
3. Membuat Perjanjian Pemesanan/Pembelian
4. Pengangkutan
5. Penerimaan & Penyimpanan
6. Penggunaan
7. Penanganan waste dan material sisa
Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 62
1. Survey Sumber Material
A. Material konstruksi dapat dibedakan seperti berikut :
 Berdasarkan sumber design, yaitu:
- material jadi : design dari produsen, seperti AC dan lampu
- material pesanan : design dari pembeli, seperti pintu air
 Berdasarkan lokasi sumbernya, yaitu:
- material lokal : sumber material di dalam negeri
- material import : sumber material di negara lain
 Berdasarkan prosesnya, yaitu :
- material alam : langsung dari alam, seperti tanah, pasir, batu, air
- material olahan : sudah mengalami pengerjaan, seperti balok, kayu, besi
beton, genteng
 Berdasarkan tingkat penggunaannya, yaitu :
- material baku : menjadi bahan baku suatu produk, seperti pasir, semen, besi
beton
- material setengah jadi : memerlukan pengerjaan untuk menjadi produk,
seperti kayu kusen
- material jadi : tinggal menempatkan pada bangunan, seperti AC, lampu,
almari
 Berdasarkan design-nya, yaitu :
- material dengan design standar di pasaran, seperti perlengkapan sanitair,
perlengkapan listrik
- material dengan design khusus, seperti tangga besi, railing tangga

B. Sasaran kegiatan survey sumber material


1. Data-data sumber material
 Data material yang dibutuhkan diperoleh dari
- Formulir Uraian Kebutuhan Material

63 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi


- Formulir Rincian Jenis Material
 Data-data meliputi
- Lokasi sumber : alam, pabrik, toko, distributor
- Reputasi calon pemasok
- Kapasitas produksi : dicek sisa kapasitas
- Kualitas produk
- Harga dan cara pembayaran
- Pengangkutan
PT. ....................................................
Proyek : ..........................................................................
DAFTAR KEBUTUHAN & JADWAL MATERIAL
Uraian Persya- Kuan- Bulan ke
No Sat.
Material ratan titas 1 2 3 4 5 6
1 Baja tulangan BJTD-40 ton 45

....................... , ......................
Kepala Proyek Kepala Seksi Teknik

(..............................) (................................)

Contoh : Formulir Kebutuhan Material

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 64


PT. ....................................................
Proyek : ..........................................................................
DAFTAR RINCIAN KEBUTUHAN & JADWAL JENIS MATERIAL
Uraian Jenis Persya- Kuan- Bulan 1 Bulan 2
No Sat.
Material ratan titas 1 2 3 4 1 2
1 Baja tul dia 19 BJTD-40 btg 88
2 Baja tul dia 12 BJTD-40 btg 140
3 Baja tul dia 08 BJTD-40 btg 230

....................... , ......................
Kepala Proyek Kepala Seksi Teknik

(..............................) (................................)

Contoh : Formulir Rincian Kebutuhan Jenis Material

2. Memilih sumber material


 Mengolah deposit material alam
bila biaya pengolahan per satu satuan lebih murah dari harga beli dari
pemasok, dan kuantitas memadai
 Menggunakan pemasok : dengan pertimbangan pada aspek bisnis, aspek
mutu, dan aspek waktu.

Aspek Bisnis, pertimbangannya :


- harga satuan
- ongkos angkut
- cara pembayaran
- cara penerimaan

65 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi


Aspek Mutu, pertimbangannya :
- kualitas teknis
- kualitas handling

Aspek Waktu, pertimbangannya :


- tahapan pengiriman
- ketepatan waktu penyerahan

2. Persetujuan Penggunaan Material


Hal yang sangat penting untuk dimengerti adalah bahwa jenis material tertentu
atau alat/mesin tertentu yang akan didatangkan, untuk digunakan atau dipasang
dalam proses pembangunan harus mendapat persetujuan dari Pengawas lebih
dahulu, didasarkan pada ketentuan spesifikasi, gambar atau ketentuan lain dalam
kontrak. Dalam mempertimbangkan untuk memilih material atau alat/mesin yang
akan didatangkan ke proyek, perlu dilakukan analisis pada beberapa aspek :
a. aspek teknis  dengan test, acuannya adalah ketentuan kontrak
b. aspek biaya  dari tempat asal material sampai dengan tiba di proyek
c. aspek penyerahan (delivery)  kemampuan memenuhi waktu penyerahan

Hasil dari analisis selanjutnya dipertimbangkan yang paling menguntungkan


perusahaan yang dipilih, meskipun barangkali bukan yang harganya termurah.

3. Membuat Perjanjian Pemesanan


a. Memilih Calon Pemasok
Pemilihan calon pemasok dapat dilakukan/dipilih melalui cara-cara sebagai
berikut :
a. melalui pelelangan  minimal 3 calon pemasok
b. melalui pemilihan langsung  minimal dibandingkan diantara 3 calon
pemasok

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 66


c. melalui penunjukan langsung  bila keadaan mendesak atau untuk
material khusus
b. Membuat Surat Perjanjian Pemesanan Material (SPPM)
Perlu perhatian akan isinya :
a. Nama Pemasok
b. Data tentang material yang jelas
c. Waktu pengiriman
d. Harga
e. Cara pembayaran
f. Perubahan harga
g. Sanksi & Denda
h. Penyelesaian sengketa

4. Pengangkutan
Ada 2 alternatif :
 Pengangkutan menjadi tanggung jawab Pemasok  tetap harus dipantau
 Pengangkutan menjadi tanggung jawab Pembeli

Dalam kegiatan mengangkut material, perlu direncanakan dengan seksama.


a. Unsur-unsur perencanaan pengangkutan
 Rute perjalanan : lewat darat, air, udara
 Alat pengangkut
- darat (truck, trailer, kerta api)
- laut/sungai : barge, LCT, kapal
- udara : pesawat terbang
- khusus : pipa, belt conveyor
 Kemasan (packaging), diperlukan untuk :
- perlindungan terhadap rusak, hilang, terkontaminasi
- sebagai wadah agar memudahkan dalam penanganan

67 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi


- sebagai sarana informasi/komunikasi bagi para petugas  diberi tanda-
tanda, petunjuk, peringatan

b. Risiko dalam pengangkutan


Selama dalam pengangkutan material mempunyai risiko tertentu, yaitu :
 rusak
 hilang

Upaya yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi risiko tersebut adalah :


 Memilih jenis angkutan yang sesuai
 Memilih alat angkut dengan kondisi baik
 Menghindari bongkar muat berkali-kali
 Waktu pengangkutan singkat
 Rute pengangkutan yang aman
 Waktu mengangkut yang aman (angkutan laut)
 Penataan material dengan baik
 Jenis dan cara kemasan baik & aman
 Pengangkutan ditutup asuransi

Penutupan asuransi pengangkutan


Untuk angkutan melalui laut ditutup dengan asuransi Marine Cargo, dengan kondisi
penutupan dipilih diantara :
a. Institute Cargo Clauses “A” - (ICC ”A”)
b. Institute Cargo Clauses “B” - (ICC ”B”)
c. Institute Cargo Clauses “C” - (ICC ”C”)
d. Total Loss Clause - (TLO)
Kondisi penutupan ICC “A” (all risk) lebih luas dari ICC “B”, sedangkan ICC “B”
lebih luas dari ICC “C”. Kondisi penutupan Total Loss sangat spsifik yaitu bila
seluruhnya hilang.

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 68


Untuk angkutan melalui darat dan udara digunakan asuransi Land and Air Transit
dengan kondisi penutupan :
a. Land and Air Transit Clauses Cover “A”
b. Land and Air Transit Clauses Cover “B”
c. Land and Air Transit Clauses Total Loss
Berbeda dengan asuransi Marine Cargo, pada asuransi Land and Air Transit
kondisi penutupan Cover “B” (all risk) lebih luas dari Cover “A”. Sedangkan
kondisi penutupan Total Loss yaitu bila seluhnya hilang, atau barang rusak yang
biaya perbaikannya mencapai lebih dari 75% dari nilai pertanggungan.

5. Penerimaan dan Penyimpanan


Dalam pengadaan material untuk proyek, saat menerima dan kemudian
menyimpannya di proyek perlu pengaturan dalam hal-hal berikut :
a. Penerimaan material
Dalam penerimaan material dari pemasok perlu dilakukan pengecekan :
 Pengecekan kuantitas, dilakukan dengan cara :
- menimbang
- mengukur
- menghitung
 Pengecekan kualitas, dilakukan dengan :
- dengan alat (termasuk pemeriksaan di laboratorium)
- dengan visual
- dengan mengukur dimensinya
Untuk barang dirakit di pabrik, perlu diinspeksi di tempat perakitan

b. Penyimpanan material (untuk persediaan)


Penyimpanan material dimaksudkan untuk :
 Penyeimbangan antara Pengadaan dan Penggunaan
untuk mengatasi penggunaan yang berfluktuasi
 Pengamanan proses pelaksanaan
69 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi
untuk antisipasi lonjakan penggunaan dan gangguan pengiriman
 Penyesuaian dengan pengiriman
untuk menampung pengiriman dengan jumlah besar

c. Gudang : tempat menyimpan material


Penyimpanan material dilakukan pada gudang yang sesuai dengan keadaan
material, yaitu yang dibedakan dari jenis dan lokasinya.
 Jenis gudang terdiri dari :
a. Gudang tertutup
b. Gudang terbuka
c. Gudang dengan atap saja
d. Gudang bahan peledak (khusus)
 Lokasi / letak gudang terdiri dari :
a. Gudang posisi tempat pekerjaan  ditempat pekerjaan
b. Gudang posisi sentral  ditempat base-camp/Kantor utama
c. Gudang posisi antara  diantara kedua posisi tersebut
 Persyaratan bangunan gudang :
a. Lokasi aman dari pengaruh lingkungan
b. Kualitas bahan bangunan dan pengerjaan memadai
c. Fasilitas tersedia
d. Ukuran mencukupi

6. Penggunaan Material
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan material untuk pelaksanaan
pekerjaan, antara lain adalah :
a. Pengambilan dari gudang dengan cara FIFO (first in first out), material yang
lebih dahulu masuk, lebih dahulu pula digunakan, atau cara LIFO (last in first
out), material yang lebih dahulu masuk, belakangan digunakan
b. Kuantitas pengambilan disesuaikan dengan tahap pelaksanaan
c. Cara penanganan material tetap dijaga baik
d. Sisa di pelaksanaan segera disimpan lagi, kecuali yang tidak ekonomis

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 70


e. Material khusus perlu cara penanganan khusus, misal bahan peledak

PT.
Proyek :
KARTU GUDANG
Bulan : ............................. Material : ...........................
PENERIMAAN PENGELUARAN
Jumlah Jumlah SISA KET.
Tanggal Jumlh Jumlah
terusan terusan

.................... , ..............
Mengetahui, Diisi oleh,
Kepala Logistik Petugas Gudang

(............................) (.................................)
Contoh : Kartu Gudang

7. Penanganan Waste dan Material Sisa


 Waste : Penggunaan material yang tidak memberikan nilai tambah kepada
produk
 Tempat terjadinya Waste :
a. Ekses Produksi : beton “bunting”, pasangan tidak lurus
b. Pengangkutan material : rusak, hilang
c. Proses konstruksi : rusak
d. Penerimaan material : kualitas tidak memenuhi
e. Pengamanan material : pencurian
f. Penyimpanan material : rusak, hilang
g. Hasil pekerjaan cacat : pekerjaan yang ditolak
h. Salah menggunakan material.
 Material sisa dapat terjadi karena :
a. Kebijakan persediaan (stok) berlebih
71 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi
b. Pengurangan kuantitas pekerjaan
c. Salah spesifikasi dalam pengadaannya
d. Sistim pembelian per batch dengan jumlah besar
 Penanganannya :
a. Dipakai di proyek lain
b. Digunakan untuk keperluan lain
8. Pengadaan Material dengan Penanganan Khusus
a. Material Import
Perlu perhatian pada :
 Kualitas material diyakini dapat diterima Pengguna Jasa
 Persyaratan kepada pemasok jelas dapat dimengerti
 Cara pembayaran & syaratnya jelas dimengerti
 Bila kontrak Pemerintah didanai loan, umumnya ada fasilitas pembebasan
bea masuk
 Pembongkaran barang di pelabuhan jangan sampai melewati waktu yang
disepakati dengan pemilik kapal, karena ada risiko terkena demourage claim
b. Bahan Peledak
 Diperlukan “Ijin penggunaan bahan peledak” untuk proyek
 Perlu adanya Ahli Peledak yang bersertifikat sebagai pengawas pekerjaan
peledakan
 Proses pengadaan bahan peledak dengan prosedur khusus
c. Material untuk pekerjaan tersebar
 Setiap bangunan dihitung kebutuhan materialnya
 Material didatangkan langsung ke setiap bangunan
 Pencatatan administrasi Kartu Gudang dan BAPM (Berita Acara
Penerimaan Material) diberi penjelasan tentang hal tersebut
 Material sisa (yang sulit dihimpun lagi) perlu dijelaskan dalam Kartu
Gudang

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 72


C. PENGENDALIAN LOGISTIK
Dalam pelaksanaan pengadaan material atau kegiatan logistik, guna tercapainya
sasaran secara optimal perlu dilakukan upaya pengendalian.
Tujuan pengendalian adalah agar :
 Kuantitas material & waktu pendatangan sesuai/ menunjang pelaksanaan proyek
 Mutu material sesuai yang ditetapkan
 Biaya pengadaan material tidak melewati anggaran

Adapun kegiatan pengendalian adalah meliputi kegiatan sebagai berikut :


a. Melakukan pemantauan/pengecekan pada :
 sumber material
 pengangkutan
 penyimpanan
 penggunaan
 penanganan material sisa
b. Evaluasi : hasil pemantauan dibandingkan dengan rencana
c. Analisis atas hasil evaluasi
 apakah hasil kegiatan logistik sesuai rencana atau bermasalah. Bila ada masalah,
apa penyebabnya, dan bagaimana mengatasinya
 bagaimana kecenderungannya
d. Menyusun Keputusan
 berupa langkah untuk mengatasi masalah, atau
 langkah untuk mempertahankan arah kegiatan
 bila keputusan diluar wewenang petugas logistik, masalahnya dibawa keatasan
untuk keputusannya
e. Tindak lanjut : melaksanakan keputusan yang dibuat

73 Manajemen Logistik Proyek Konstruksi


Waktu dilakukan pengendalian :
 Harian/menerus
oleh Petugas yang langsung menangani
 Periodik (mingguan, dua mingguan, bulanan)
oleh penanggung jawab logistik (Kabag/Kasi Logistik, Kabag/Kasi Teknik, Kapro)
 Pada waktu-waktu yang diperlukan, antara lain :
waktu akan mendatangkan kuantitas besar, mendatangkan material khusus atau
waktu-waktu tertentu
PT.
Proyek :
LAPORAN EVALUASI MINGGUAN PENGADAAN MATERIAL
Bulan : ............................. Material : ...........................
Jenis Rencana Realisasi Penyimpangan
No Satuan Ketr.
Material Pengadaan Pengadaan (+) (-)

.................... , ..............
Mengetahui, Diisi oleh,
Kepala Proyek Kepala Logistik

(............................) (.................................)

Contoh : Formulir Pengendalian Logistik

Manajemen Logistik Proyek Konstruksi 74


MATERI 5 MANAJEMEN PENGUSAHAAN JASA
KONSTRUKSI

Manajemen adalah rangkaian proses yang dikelola sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan sebuah organisasi yang telah ditetapkan. Rangkaian proses ini meliputi
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian dan penggunaan sumber
daya tertentu. Salah satu fungsi manajemen dalam sebuah organisasi, adalah sebagai
upaya untuk memelihara kerja sama antar individu ataupun kelompok, yang merupakan
sumber daya pada organisasi tersebut. Selain itu, manajemen juga dibutuhkan untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.

Setelah mempelajari materi ini, peserta selaku Penanggung Jawab Teknik (PJT)
diharapkan mampu mengetahui:
1. Tujuan organisasi
2. Manajemen jasa konstruksi
3. Cara berpikir strategi manajemen
4. Cara mengelola stress (tekanan)

Memahami pengertian bahwa manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan


sumber daya bagi pencapaian tujuan organisasi, maka unsur-unsur manajemen dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Manusia atau SDM (man)
2. Material atau bahan (material)
3. Mesin atau peralatan (machine)
4. Metode atau cara kerja (method)
5. Modal atau keuangan (money)
Unsur-unsur manajeman di atas dikenal dengan istilah 5 M.

Dalam usaha jasa konstruksi, unsur method atau metode kerja sangat menentukan proses
pekerjaan. Unsur material juga dinilai sangat penting bagi badan usaha pelaksana jasa
Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 76
konstruksi. Bahan sebagai sumber daya non manusia dalam sebuah proyek harus dikelola
dengan baik agar hemat dan efisien. Pengelolaan sisa bahan atau sampah dalam proyek
juga harus menjadi perhatian pelaku jasa konstruksi. Namun, ternyata unsur yang paling
sulit dikendalikan adalah man atau sumber daya manusia. Pemilik atau pimpinan badan
usaha jasa konstruksi kualifikasi kecil biasanya merupakan gabungan dari sikap sebagai
seorang manajer (manager) dan seorang pemimpin (leader).

Sikap manajer berorientasi kepada kegiatan mengatur atau mengelola semua sumber
daya untuk memenuhi sasaran, serta menjelaskan penyimpangan dan sanksi akibat tidak
tercapainya target. Di sisi lain, sikap seorang pemimpin lebih berorientasi kepada
keteladanan. Pemimpin akan memotivasi dan membangun kepercayaan SDM
dipimpinnya, serta memandang kesalahan bawahannya sebagai pelajaran berharga, bukan
sebagai ajang pemberian hukuman atau sanksi. Kelak, keberhasilan akan diraih dengan
belajar dari kesaalahan di masa lalu.

Pengertian Manajemen secara sederhana dapat digambarkan melalui skema pada gambar
di bawah ini, dimana di dalamnya terdapat unsur-unsur manajemen 5M dalam koridor
Plan-Do-Check-Action. Dewasa ini, sistem manajemen juga menambahkan unsur
komitmen dan sikap konsekuen pimpinan (manager & leader) pada prinsip Plan – Do –
Check – Action.

Unsur-unsur Manajemen dalam Skema Plan – Do – Check - Action

77 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


A. TUJUAN ORGANISASI
Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan serangkaian kegiatan dalam sebuah proses
manajemen, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan (goal setting)
b. Perencanaan (planning)
c. Pelaksanaan (staffing)
d. Pengarahan (directing)
e. Pengawasan (supervising)
f. Pengendalian (controlling)

Rangkaian proses manajemen ini bersifat dinamis dan tidak kaku, karena tahapan-
tahapan tersebut tidak berdiri sendiri dan selalu saling terkait.

Penetapan tujuan organisasi merupakan tahapan paling awal dari suatu proses
manajemen. Tahapan ini berisi penentuan misi dan sasaran yang ingin dicapai oleh
organisasi di masa mendatang. Efektifitas pencapaian tujuan organisasi selain ditentukan
oleh kemampuan manajemen, juga ditentukan oleh sifat-sifat dari tujuan organisasi itu
sendiri. Tujuan organisasi yang baik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Spesifik, yaitu jelas apa yang ingin dicapai atau diperoleh
2. Realistis, yaitu bisa dicapai dan bukan sekedar angan-angan
3. Terukur, yaitu memiliki ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan keberhasilannya
4. Terbatas, yaitu mempunyai batas waktu sebagai target kapan tujuan tersebut harus
tercapai

Dalam pencapaian tujuan organisasi ini terdapat 2 (dua) pendekatan yang dapat
dilakukan. Pertama, yang disebut dengan pendekatan top down atau pendekatan dari atas
ke bawah. Kedua, tujuan organisasi dapat dicapai dengan pendekatan bottom up atau
pendekatan dari bawah ke atas.

Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 78


Pada pendekatan pertama, tujuan dibuat terlebih dahulu oleh manajemen puncak (top
management). Tujuan yang telah ditetapkan kemudian dikaji dan dijabarkan lagi oleh
jajaran manajemen di bawahnya. Demikian seterusnya hingga mencapai lapisan terbawah
dan penyampaian tujuan organisasi ini pun dapat dipahami oleh seluruh jajaran
manajemen yang bekerja mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan.

Pada pendekatan kedua, penetapan tujuan melibatkan partisipasi seluruh jajaran


manajemen. Pekerja dapat memberikan saran dan mengambil peran memutuskan serta
menjalankan keputusannya sesuai dengan kesepakatan bersama. Di sini, pimpinan
berperan menggabungkan saran yang diperoleh dan menyelaraskannya dengan tujuan
utama organisasi.

Dalam melaksanakan manajemen, pimpinan puncak harus menetapkan perencanaan


bagi organisasi, dengan memyusun:
1. Kebijakan (policy), yaitu suatu pernyataan yang merangkum keseluruhan rencana
yang diutarakan secara komprehensif dan menjadi pegangan dalam semua kegiatan
proses organisasi
2. Prosedur, yaitu rencana yang mendefinisikan tata cara pengerjaan suatu kegiatan
secara kronologis
3. Metode, yaitu rencana yang menerangkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
untuk menjalankan suatu kegiatan
4. Standar, yaitu suatu gambaran pencapaian yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan
5. Anggaran, yaitu rencana penerimaan dan pengeluaran uang yang harus dikelola dalam
organisasi
6. Program, yaitu rencana kegiatan komprehensif yang menyangkut pemakaian sumber
daya secara integrasi, termasuk jadwal pelaksanaan kegiatannya

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun perencanaan secara umum


adalah sebagai berikut:

79 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


1. Mendefinisikan persoalan secara jelas dan baik, sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
2. Mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin
akan terjadi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
3. Melakukan analisis terhadap informasi yang dapat dikumpulkan dan diklasifikasikan
sesuai dengan kepentingan masing-masing
4. Menetapkan batasan perencanaan
5. Menetapkan alternatif rencana
6. Memilih rencana yang akan dipakai
7. Menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan yang lebih rinci, serta jadwal pelaksanaan
kegiatan
8. Melakukan pemeriksanaan ulang (review) terhadap rencana yang diusulkan sebelum
rencana dilaksanakan

B. MANAJEMEN JASA KONSTRUKSI


Dalam sebuah manajemen jasa konstruksi, terjadi keterlibatan dari berbagai instansi,
badan usaha, perorangan maupun masyarakat dengan berbagai jenis usaha dan industri.
Keterlibatan tersebut dapat digambarkan dalam diagram rangkaian manajemen jasa
konstruksi seperti pada gambar selanjutnya.

Peran manajemen pengusahaan dalam bidang jasa konstruksi sangat penting dimana:
1. Mengenali dan memahami posisi tawar atau kekuatan suplier bahan atau tenaga
kerja dalam proses produksi, dengan cara-cara tertentu kekuatan tersebut dapat
dimanfaatkan dan diredam.
2. Mengetahui dan memahami kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi
kekuatan atau keputusan pemilik proyek, dengan pendekatan-pendekatan tertentu
kekuatan atau posisi tawar pemilik proyek dapat dipengaruhi atau diredam.
3. Memahami aturan main dalam dunia jasa konstruksi, mudah-sulitnya keluar-masuk
dalam persaingan atau mudahnya membuat badan usaha jasa konstruksi akan
menambah rumitnya dunia jasa konstruksi.

Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 80


4. Memahami seberapa besar pasar tempat kita bermain, berapa jumlah pemain yang
sama, seberapa ketat persaingan dalam mendapatkan proyek konstruksi. Semakin
sedikit informasi yang kita miliki, semakin besar kesulitan yang akan kita hadapi.
5. Memahami bahwa produk barang atau jasa yang diserahkan tidak dapat digantikan
dengan barang atau jasa lainnya. Contohnya, jembatan yang dikerjakannya harus
tuntas dan selesai sesuai dengan spesifikasi, jika gagal maka tidak dapat digantikan
dengan jembatan lain.
APAKAH USAHA JASA KONSTRUKSI…menarik ?
Bagaimana KEKUATAN-KEKUATAN dibawah ini menekan kita ?

KELUAR/MASUK BUJK
Kedalam pasar

PERSAINGAN
KEKUATAN Sesama BUJK KEKUATAN
Suplier Pengguna Jasa

HASIL KONSTRUKSI
BISAKAH DIGANTI ?

Diagram Rangkaian Manajemen Jasa Konstruksi

Bagaimana kekuatan-kekuatan di luar manajemen dapat mempengaruhi perusahaan?


Bagaimana kiat kita untuk mempengaruhi dan menurunkan kekuatan tersebut agar
keuntungan berada dipihak manajemen?

Organisasi kontraktor/badan usaha tidak selamanya statis. Sebuah organisasi akan


mengalami perkembangan, dari organisasi sederhana menjadi organisasi besar atau
kompleks. Semakin besar badan usahanya, semakin rumit pula struktur organisasinya.
Sebuah kontraktor kecil yang telah sukses tentu akan berharap organisasinya akan
berkembang menjadi kontraktor besar dan sukses.

81 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


Pada organisasi/ badan usaha yang masih sederhana, umumnya hanya terdapat dua
bagian pada struktur organisasinya, yaitu bagian teknik dan bagian keuangan. Bagian
pada struktur organisasi akan berkembang menjadi kompleks seiring dengan
berkembangnya sebuah badan usaha. Pada Gambar 5.3 ditunjukkan alur perkembangan
struktur organiasi yang umumnya terjadi di Indonesia, seeprti pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan perusahaan swasta besar.

Alur Perkembangan Struktur Organisasi

Apa yang harus dilakukan oleh manajemen jika kondisi pasar memburuk, perolehan
kontrak menurun atau kinerja perusahaan merosot?
Untuk menjaga efisiensi manajemen, maka bagian yang dibentuk paling akhir akan
dihapus terlebih dahulu. Contohnya, bagian K3, Mutu, Litbang, dan Tagihan dapat
dihapus, tanpa menghilangkan fungsinya. Fungsi bagian-bagian yang dihilangkan tersebut
akan ditempatkan pada bagian yang masih ada dalam organisasi. Bagian yang paling
awal dibentuk, seperti bagian teknik dan keuangan, tidak dapat dihapus.

C. BERPIKIR STRATEGI MANAJEMEN


Manajemen harus berpikir sesuai dengan tahapan strategi manajemen. Hal ini berlaku
bagi organisasi/ badan usaha berskala kecil maupun besar. Tahapan berpikir tersebut
adalah sebagai berikut

Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 82


1. Mengevaluasi lingkungan bisnis
 Lingkungan eksternal, seperti peluang, ancaman, kondisi sosial, peran
pemerintah, dan iklim usaha.
Lingkungan Eksternal ini dapat kita pengaruhi, tetapi tidak dapat kita kendalikan
sepenuhnya.
 Lingkungan internal, seperti kekuatan organisasi, kelemahan organisasi, struktur
organisasi, kultur-budaya usaha, dan sumber daya.
Lingkungan internal dapat kita kendalikan sepenuhnya.
2. Merumusan dan menetapkan strategi, berupa visi , misi, dan kebijakan berdasarkan
hasil evaluasi lingkungan bisnis
3. Menyusun strategi pelaksanaan, yang meliputi program kerja, prosedur kerja, budget
atau anggaran, dan sumberdaya yang tersedia
4. Melakukan evaluasi dan kontrol terhadap pemenuhan standard dan rencana,
performance atau kinerja

Selanjutnya, manajemen harus melakukan peninjauan ulang kembali, muulai dari tahapan
nomor 1. Jika lingkungan bisnis mengalami perubahan, maka diperlukan strategi baru.
Hal ini akan teru berulang menjadi sebuah siklus.
KERANGKA BERPIKIR
STRATEGI MANAJEMEN

EKSTERNAL Perumusan Strategi


PERUMUSAN STRATEGI StrategiIMPLEMENTASIl
STRATEGI Pelaksanaan Evaluasi & KONTROL
EVALUASI Kontrol

Peluang Visi & Misi


Ancaman
Sosial
Pemerintah Tujuan
Iklim Usaha
EVALUASI LINGKUNGAN

Kebijakan

Program
INTERNAL

Prosedur
Kekuatan
Kelemahan
Struktur
Kultur Budget
Sumberdaya

Standar

Performance
Umpan Balik

Kerangka Berpikir Strategi Manajemen

83 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


Kendala dalam merumuskan dan menetapkan tujuan usaha jangka panjang
untuk usaha kecil atau bisnis awal umumnya terjadi karena :
 Tidak cukup waktu
Manajemen usaha kecil hanya mampu menghadapi permasalahan jangka pendek–
lebih focus yang penting diselesaikan saat ini dan upaya tersebut telah menyita
seluruh waktunya, artinya tidak ada waktu lagi untuk menyusun strategi.
Contohnya: dalam beberapa pelatihan, sering ditanyakan apakah anda punya
rencana tahun ini, dijawab : tidak punya, atau ada rencana namun di otak (dalam
ingatan saja), tidak tertulis hanya saya yang tahu dan orang lain (anak buah saya)
tidak tahu.
 Tidak pantas dengan perencanaan strategis
strategi/planning hanyalah cocok dan pantas untuk perusahaan besar saja,
perusahaan kecil tidak begitu perlu, demikian anggapan sementara para pemilik
usaha kecil
 Keterbatasan kemampuan
Manajemen / pemilik usaha kecil tidak mampu untuk menyusun dan menyewa
konsultan atau orang luar, menambah ilmu dan ikut pelatihan akan menambah
biaya perusahaan, apalagi untuk menyiapkan pegawai ataupun menggunakan
konsultan.
 Rendahnya tingkat keterbukaan
Pemilik/top manajemen belum tentu mau terbuka dan berbagi informasi penting
kepada staf bawahannya dan karyawan . Banyak informasi penting yang harus
diketahui bawahan demi menjalankan pekerjaannya ternyata hanya diketahui
pimpinan.
 Batas Kekayaan Perusahaan dan Kekayaan Pribadi - MENJADI KABUR
Biasanya pengelolaan keuangan adalah menjadi rahasia pemilik dan orang lain
tidak perlu tahu, untung dan rugi atau mau mengambil uang untuk keperluan
pribadi atau dibelanjakan untuk barang keperluan usahan dan pribadi sepenuhnya
menjadi kewenangan dan keputusan pemilik usaha. Masalah teknis dan
penyelesaiaannya dapat didelegasikan tetapi masalah keuangan, belum tentu.
Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 84
 Gaya hidup pemilik menjadi gaya hidup perusahaan
Sulit memisahkannya, antara sikap professional dan subyektifitas, pemilik dengan
gaya hidup yang boros atau tidak efisien maka ada kecenderungan yang sama
dalam mengelola usahanya. Dalam memilih dan menilai pekerja lebih
mengandalkan subyektifitas daripada obyektif, aturan dan kebijakan adalah saya,
atau ikuti apa kata saya.

D. MENGELOLA STRES
Stres dapat terjadi di semua bidang manajemen tidak terkecuali dalam bidang usaha jasa
konstruksi. Namun demikian bukan berarti stres tidak dapat dikendalikan. Salah satu cara
dalam mengendalikan/ memanajemen stres yaitu dengan kesadaran (secara sadar)
melihat seberapa besar area tanggung jawab kita dalam lingkup suatu organisasi dalam
hal ini adalah organisasi badan usaha dalam menghadapi masalah apa saja yang terjadi.

Secara umum, semakin besar area tanggung jawab kita dalam suatu organisasi maka akan
semakin tinggi pula tingkat stres jika menghadapi masalah, namun demikian setiap
pekerjapun mempunyai stres yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan
masing-masing.

Sebagai ilustrasi : seorang PJT (Penanggungjawab tehnik) bisa stres apabila harga besi
beton naik, harga semen naik, pekerjaan belum selesai apalagi mendekati waktu atau
tanggal penyerahan. Contoh lainnya, dalam tender ternyata terdapat kesalahan angka
perhitungan yang dibuat oleh seorang PJT, akhirnya perusahaan kalah dalam persaingan
mendapatkan proyek, PJT santai santai saja. Contoh berikutnya adalah : diluar perkiraan
ternyata hujan turun pada saat pekerjaan pengecoran, mengakibatkan campuran semen
tidak dapat digunakan, PJT menjadi stres. Contoh yang terakhir adalah : mendengar dan
membaca berita bahwa semua kendaraan atau mobil pribadi harus menggunakan besin
pertamax, seorang PJT yang sehari hari menggunakan sepeda motor, ikut stres karena
bosnya punya mobil pribadi lebih dari satu.

85 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


Pengenalan akan area atau batas tanggungjawab atau kepedulian atau masa bodoh harus
dipahami dan ditempatkan secara benar dalam diri seorang penanggungjawab tehnik.

Apakah penyebab masalah adalah faktor eksternal dimana seorang PJT tidak mempunyai
kuasa dan kewenangan untuk menurunkan harga diatas (apa bisa ?) dan apakah itu
menjadi tanggungjawab seorang PJT ? Apakah turunnya hujan menjadi tanggungjawab
seorang PJT ? tentu saja tidak, jika demikian maka tidak perlu stres.

Seorang PJT harus memindahkan energi dan waktunya untuk mencari upaya dengan
tenang : mencari pekerjaan tambah, melakukan negosiasi ulang harga, usaha menaikkan
volume. Jangan korbankan perasaan, pikiran, tenaga dan waktu untuk stres-mengeluh.

Untuk penyebab hujan, apakah anda bertanggungjawab terhadap turunnya hujan ?


apakah anda punya kewenangan menghentikan hujan ? percuma saja, nikmati dan usaha
bagaimana caranya meninta tambahan waktu pengerjaan proyek, melakukan pendekatan
kepada pemberi kerja. dan berikan alasan yang masuk akal dan dapat diterima.

Lain halnya untuk contoh kesalahan menghitung untuk tender, seorang PJT mempunyai
tanggungjawab profesional dan kewenangan untuk memastikan angka tersebut benar,
anda pantas stres karena kesalahan tersebut, boleh saja tenggelam dalam penyesalan
tetapi jangan lama lama, segera ambil hikmahnya sebagai bagian dari pembelajaran dan
untuk tidak diulang lagi. Keterlaluan jika sikap yang muncul adalah acuh dan masa bodoh

Seorang PJT peduli terhadap kesulitan yang dihadapi oleh atasannya atau pemilik badan
usaha karena harus menggunakan pertamax dengan cara berempati, tetapi karena situasi
berada diluar tanggungjawabnya maka tidak perlu ikut stres. Empati tersebut dapat
dilanjutkan dengan memberikan masukan atau usulan lain yang dapat membantu
atasannya.

Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 86


Seorang PJT harus dapat membedakan mana yang merupakan area tanggungjawabnya,
mana yang merupakan kepeduliannya dan mana yang diluar keduanya ( masa bodoh
atau istilah memang gua pikirin), agar dalam bekerja mampu mengendalikan stres.

Tips mengelola stres – dalam tanggungjawab anda :


1. Semua masalah ada solusinya. Dahulukan kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Kuasa, daripada kemampuan anda (jangan dibalik) dan anda akan diberikan
sesuatu yang diluar perkiraan anda
2. Tempatkan diri anda netral (orang luar), diluar masalah dan anda lebih besar dari
masalah anda, pikirkan cara-cara yang luar biasa tanpa batasan apapun.
3. Jika melibatkan orang lain, cari orang yang biasanya tidak cocok dengan anda, selalu
berlawanan pendapatnya dan pasti anda mendapatkan jawaban diluar pemikiran anda
(berbeda cara), dengarkan jangan dibantah dan terima saja pendapatnya
4. Renungkan pendapatnya, apakah masuk akal ? jika ya maka gunakan karena anda
yang memutuskan dan menjalankannya.
5. Jika dibutuhkan kekuasan lain, libatkan kekuatan atau kekuasaan diluar anda (yang
lebih besar tentunya), bisa jadi atasan anda atau disamping anda (rekan) sejajar
6. Pengaruhi dan manfaatkan mereka dengan kekuatan dan kekuasaan mereka untuk
membantu menyelesaikan masalah anda

87 Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi


MATERI 6 PERPAJAKAN

Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara Indonesia yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pajak juga
merupakan kewajiban kepada negara yang harus dilakukan oleh setiap warga negara atau
orang diluar warga negara yang mendapatkan manfaat atau memperoleh perlindungan
yang diberikan oleh Negara.

Pemerintah atas nama negara melakukan pemungutan pajak dan mekanisme


pemanfaatan hasil pajak untuk masyarakat melalui mekanisme yang berbeda dengan
Retribusi. Pembayar Pajak tidak mendapatkan manfaat secara langsung seperti apa yang
terjadi pada retribusi karena melalui mekanisme APBN ataupun APBD. Masyarakat
umumnya kurang memahami perbedaan keduanya, pembayar pajak terbesar bukan
berarti akan mendapatkan balasan manfaatnya yang sepadan, bisa saja keputusannya
dialokasikan untuk kepentingan lainnya
Sistem pemungutan pajak yang digunakan umumnya terdiri dari :
a. Self Assesment
Sistem self assestment ini, dimana Wajib Pajak sendirilah yang menghitung,
menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang melalui media
formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Bulanan (masa) ataupun Tahunan.
b. Official Assesment
Sistem official assestment ini, dimana fiskus atau pemerintah yang berperan aktif
dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak terhutang dan bahkan melakukan
pemungutan.
Dengan mempelajari materi perpajakan ini diharapkan bahwa Penanggungjawab
tehnik dapat :
1. Mengetahui Pajak penghasilan,
2. Mengetahui Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah,
3. Mengetahui Bea materai,
Perpajakan 89
4. Mengetahui pengelolaan perpajakan

Yang dibahas dalam materi ajar ini meliputi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
dan Bea Meterai.Pajak, dan masih ada beberapa jenis pajak lainnya seperti PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan), PPHTB (Pajak Pemanfaatan Hak tanah dan Bangunan), Retribusi
dan lainnya namun tidak dibahas dalam materi ini
1. Pajak Penghasilan
Diawali dengan pentingnya kita memahami pengertian sebuah penghasilan.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan di atas merupakan obyek dari pajak,
dengan demikian dapat dikenai pajak terhadap penghasilan (biasa disingkat dengan
PPh).
Macam-macam pajak penghasilan:
a. PPh pasal 21 pajak penghasilan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan
b. PPh pasal 22 pajak penghasilan sehubungan penyerahan barang, import, usaha
lain yang dipungut pemerintah
c. PPh pasal 23 pajak penghasilan atas deviden, bunga royalty, sewa, hadiah,
imbalan
d. PPh pasal 24 pajak penghasilan dari luar negeri
e. PPh pasal 25 pajak penghasilan yang dibayar sendiri oleh wajib pajak selama
tahun berjalan yang merupakan angsuran dari pajak yang akan terutang
f. PPh pasal 26 pajak penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri
g. PPh pasal 29 pajak penghasilan yang masih harus bayar
Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan dibedakan menjadi dua, yaitu Subyek Pajak Dalamn Negeri
dan Subjek Pajak Luar Negeri.
a. Subjek Pajak Dalam Negeri

90 Perpajakan
 Orang pribadi (OP) yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari (dalam 12
bulan) atau dalam satu tahun pajak ada di Indonesia dan berniat untuk tinggal
di Indonesia
 Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
Artinya semua pelaku usaha jasa konstruksi memenuhi ketentuan diatas dan
dianggap sebagai wajib pajak maka harus memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) yang dapat digunakan untuk mengurus pajak penghasilan pribadi (badan
usaha) atau pajak penghasilan pribadi (pekerja-yang digaji)

b. Subjek Pajak Luar Negeri


Subyeknya berada diluar negeri atau orang asing yang berusaha di Indonesia.
Subyek Pajak ini tidak dijelaskan dalam materi ini karena Badan Usaha Kecil Jasa
Konstruksi umumnya berusaha di indonesia dan belum merambah keluar negeri.
Objek Pajak
Sebenarnya Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Nilai lebih dari penghasilan
dikurangi beban-beban dan biaya untuk memelihar penghasilan tersebut, namun
untuk memudahkan penerapan dan pengelolaan administrasi dapat dibagi dalam
Pajak Penghasilan bersifat Tidak Final dan Pajak Penghasilan bersifat Final.
a. PPh Final ( pasal 4 ayat 2)
Pajak penghasilan final adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan kotor
atau nilai jual atau nilai kontrak atau nilai kesepakatan tanpa memperhitungkan
beban dan biaya untuk mendapatkan atau memelihara penghasilan tersebut dan
nilai pajaknya tidak dapat dikompensasikan dalam perhitungan SPT tahunan PPh.
Contoh diantaranya adalah :
 Bunga Deposito dan tabungan-tabungan lainnya;
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
 Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/ bangunan;

Perpajakan 91
 Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
b. PPh Tidak Final ( Pasal 4 ayat 1)
Pajak Penghasilan tidak final adalah pajak yang dapat dikompensasikan dalam
perhitungan SPT tahunan PPh. Contoh diantaranya adalah sebagai berikut:
 Gaji, upah
 Laba usaha
 Keuntungan karena pengalihan harta
 Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
 Deviden, royalty, sewa (kecuali sewa tanah dan bangunan)
 Keuntungan karena pembebasan utang
 Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
 Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
 Premi asuransi

Dasar Hukum PPh Final Jasa konstruksi


Usaha jasa konstruksi termasuk digolongkan dalam Pajak Penghasilan yang bersifat
Final. Dasar hukum dari PPh final atas jasa konstruksi adalah sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor tahun 40 tahun 2009 yang merupakan
perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153 Tahun 2009 yang merupakan
perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153 tahun 2008
c. Dasar Pengenaan dan PPh Final Jasa Konstruksi
Dasar Pengenaan PPh Jasa Konstruksi adalah dari jumlah pembayaran atau
jumlah penerimaan yang merupakan bagian nilai kontrak tidak termasuk PPN.
Adapun tarif dasarnya adalah yang berlaku umum 15%.
Sampai saat ini, Tarif pengenaan PPh final atas jasa konstruksi adalah sebagai
berikut:

92 Perpajakan
1. Jasa Perencanaan dan Pengawasan
a) Untuk penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 4%
b) Untuk penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 6%
2. Jasa Pelaksanaan
a) Untuk penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil adalah sebesar 2%
b) Untuk penyedia jasa yang memiliki usaha menengah dan besar adalah sebesar
3%
c) Untuk penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 4%
Sebagai contoh : Berdasarkan perkiraan keuntungan 13.3% dikalikan dengan tariff
15% maka dihasilkan perhitungan PPh Final sebesar 2%.
Bagaimana penerapan pajak penghasilan pribadi ?
Untuk menghitung penghasilan bagi wajib pajak pribadi yang bekerja harus dikurangi
biaya jabatan dan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan
selanjutnya angka tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan pajak terhadap tarif
pajak yang berlaku.
Sebagaimana diketahui bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak selalu disesuaikan
sejalan dengan perkembangan perekonomian dan kenaikan upah pada umumnya.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk pribadi, tahun 2013
 Rp 24.300.000,- : untuk diri sendiri (TK/0)
 Rp 2.025.000,- : tambahan WP kawin (suami/isteri) (K/0)
 Rp 24.300.000,- : tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami (pasal 8 ayat 2)
 Rp 2.025.000,- : tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda garis keturunan lurus serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
(maksimal 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga).

Sedangkan pengenaan pajak penghasilan untuk upah buruh harian atau pegawai
tidak tetap, terkait pajak penghasilan untuk tahun 2013 diatur sebagai berikut:

Perpajakan 93
 Jika Penghasilannya sampai dengan Rp. 200.000/ hari maka tidak dikenakan
pajak penghasilan
 Jika dibayar bulanan, maka dasar perhitungan hari kerjanya adalah 25 hari, jika
bekerja di bawah 25 hari maka dihitung secara harian
 Jika dibayar mingguan maka dihitung secara rata-rata
 Dengan catatan : jika upah harian tersebut dikalikan hari kerjanya tidak melebihi
Rp. 2.025.000 maka tetap tidak dikenakan pajak penghasilan.

Pertanyaan atau kuis, untuk pajak penghasilan jasa konstruksi :


1. Apakah mungkin pihak pajak melakukan pemeriksaan laporan keuangan walaupun
sudah dikatakan bahwa pajak penghasilan konstruksi adalah final ?
2. Apakah mungkin Badan Usaha Jasa Konstruksi Kecil memilih sebagai pengusaha
tidak kena pajak ?

2. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Barang Mewah


Jenis Pajak ini lebih mengutamakan obyek pajak daripada subyek pajak (baik kondisi
ini mampu atau tidak mampu subyek secara ekonomi). Seperti diketahui bersama
bahwa mata rantai produksi dan jalur distribusi, selalu diikuti oleh pengenaan PPN
(Pajak Pertambahan Nilai) sehingga dapat disimpulkan bahwa PPN adalah pajak
tahapan (antara) dan non-kumulatif.
Pajak Pertambahan Nilai ini bertarif tunggal dan umumnya disebut sebagai pajak
konsumen. Penjelasannya sebagai berikut : dari awal (nol rupiah) dimulai proses
munculnya sebuah barang atau jasa selanjutnya diolah dan akhirnya barang jadi atau
jasa diserahkan (dengan Nilai Rupiah tertentu), didistribusikan serta dikonsumsi atau
dinikmati maka yang menanggung pajak pertambahan nilai sebesar 10% adalah
konsumen terakhir.
Pengusaha Jasa Konstruksi Kecil dapat memilih : Pengusaha Kecil tidak termasuk
atau menjadi Pengusaha Kena Pajak PPN, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
197/PMK.03/2013, 20 Desember 2013, diberlakukan ketentuan untuk Usaha
Kecil Menengah yang omsetnya dalam setahun sampai dengan Ro. 4,8 Miliar boleh
memilih tidak dikenai PPN dan tidak memungut PPN. Peraturan sebelumnya adalah

94 Perpajakan
sampai dengan Omset Rp.600juta setahun, dan peraturan terbaru ini mulai
diberlakukan 1 Januari 2014.

a. Obyek PPN
Obyek PPN secara umum dibedakan:
1) Penyerahan BKP/JKP di daerah pabean
2) Impor BKP
3) Pemanfaatan BKP tidak terwujud atau JKP dari luar daerah pabean
4) Ekspor BKP oleh pengusaha kena pajak
Obyek Penyerahan BKP termasuk variasinya berupa:
1) Penyerahan BKP akibat leasing dengan hak opsi
2) Penyerahan BKP antar cabang, pusat-cabang akibat desentralisasi usaha
3) Penyerahan BKP melalui juru lelang
4) Pemakaian sendiri BKP atau pemberian Cuma-Cuma
5) Penyerahan BKP persediaan atau aktiva saat pemebubaran perusahaan
6) Penyerahan BKP secara konsinyasi

b. Bukan Obyek PPN


Yang dianggap bukan obyek pajak PPN adalah :
1) Barang hasil pertambangan (hasil bumi yang belum diproses)
2) Barang kebutuhan pokok (beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam)
3) Makanan dan minuman disajikan di hotel dan rumah makan
4) Emas batangan dan surat-surat berharga

c. Dibebaskan PPN
BKP (Barang Kena Pajak) yang dibebaskan PPN :
1) Impor benih dan bibit (pertanian, perlebunan, kehutanan, pertenakan,
penangkaran, perikanan)
2) Penyerahan barang hasil pertanian oleh petani atau kelompok tani
3) Penyerahan air bersih yang dialirkan oleh PAM
4) Penyerahan listrik untuk perumahan di bawah 600 watt

Perpajakan 95
JKP (Jasa Kena Pajak) Jasa yang dibebaskan PPN :
1) Jasa di bidang pelayanan kesehatan
2) Jasa bidang pelayanan sosial
3) Jasa pengiriman surat
4) Jasa perbankan, asuransi dan sewa guna usaha (non hak opsi)
5) Jasa keagamaan,pendidikan, kesenian, hiburan dan tontonan
6) Jasa penyiaran yang bukan iklan
7) Jasa angkutan umum darat dan laut
8) Jasa bidang tenaga kerja
9) Jasa di bidang perhotelan
10) Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka tugas pelayanan
Sebagai tambahan, pemakaian JKP untuk diri sendiri yang bersifat produktif dan
bukan termasuk JKP yang dikenakan PPN, tetapi jika digunakan konsumtif untuk
diri sendiri dianggap JKP kena PPN (pemborong membangun rumah direksinya).
Kontraktor membangunan kantornya sendiri dapat dikenai PPN 10%, jika luasnya
200m2 atau lebih dan bersifat permanen, perhitungannya adalah 10% dari
40% (biaya membangun + pajak-pajak). Jika anda mengeluarkan biaya
pembangunan sebesar Rp. 400juta, maka 40% nya adalah dasar pengenaan
pajak Rp 160juta dan dikalikan tarif pajak 10% adalah Rp. 16juta,-

d. Dasar Pengenaan PPN


Dasar nilai rupiah atau harga yang digunakan secara umum berdasarkan : harga
jual dan penggantian, nilai impor, nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan.

e. Tarif PPN
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( sepuluh persen)
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
 Ekspor Barang Kena Pajak berwujud;
 Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud;
 Ekspor Jasa Kena Pajak

96 Perpajakan
f. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh BKP/JKP atau bukti
atas impor BKP oleh DJBC. Bentuknya standard an modifikasi serta dapat menjadi
satu pajak, bisa dengan faktur penjualan.
Yang membeli atau memanfaatkan BKP/JKP menerima faktur pajak, membayar
atau menyerahkan dana 10% kepada pihak lawan transaksi dan dianggap sebagai
pajak masukan.
Dalam satu masa pajak, bisa terjadi jumlah Pajak Masukan(PM) lebih besar dari
Pajak Keluaran(PK), berakibat adanya hak restitusi. Demikian pula sebaliknya jika
PK lebih besar dari PM maka dapat dikompensasikan.
Dalam menjalankan ketertiban penerimaan pajak, pemerintah menggunakan
sarana lembaga dan aparaturnya untuk memungut PPN kepada penjual atau
penyedia BKP/JKP yang berhubungan dengannya. Badan Pemerintah yang
dimaksud adalah bendaharawan dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
sedangkan badan tertentu yang ditunjuk adalah Pertamina, Bank Pemerintah Bank
Pembangunan Daerah, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah serta kontraktor kontrak kara/ bagi hasil pertambangan.
Pajak Penjualan Barang Mewah adalah pajak di luar PPN, yang dikenakan pada
BKP yang tertentu. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah paling rendah
10%(sepuluh persen) dan paling tinggi 75%(tujuh puluh lima persen).

Sebagai tambahan pengertian tentang Pajak Pertambahan Nilai – Barang mewah,


secara sekilas adalah banyaknya barang barang konsumsi seperti Handphone, TV
diatas 21 inch, dan barang lainya yang tergolong dalam ketentuan sebagai barang
mewah, adalah pantas dikenakan tambahan pajak.
Berikut ini adalah mekanisme yang terjadi antara hubungan pajak masukan yang
normal (saling pungut) dan yang dipungut semuanya (hulu dan hilir)

Perpajakan 97
MEKANISME PPN - NORMAL
HASIL PABRIK SUPLIER KONTRAK PENGGUNA
TAMBANG TOR TERAKHIR
NILAI BARANG/JASA 10 40 45 55 60.5
PPN 10% DITERIMA 0 4.0 4.5 5.5
SETOR KE PAJAK 0 4.0 0.5 1.0

MEKANISME PPN – DIPUNGUT KIRI-KANAN


SUPLIER KONTRAKTOR PENGGUNA
BAHAN JASA
NILAI BARANG/JASA 45 55
PPN 10% DIPUNGUT 4.5 5.5
RESTITUSI 4.5

3. Bea Materai
Bea meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut
Undang-undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang
menjadi objek Bea Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea
Meterai dengan menggunakan cara lain (distempel) sebelum dokumen itu digunakan.
Yang tidak dikenakan bea materai antar lain surat atau bukti pengiriman, segala
bentuk ijazah dan surat keterangan pelatihan, Tanda Bukti Penerimaan Uang dari Kas
Negara, Tanda terima untuk keperluan intern organisasi, kuitansi untuk semua jenis
pajak, tanda pembagian keuntungan atau bunga, surat gadai, dokumen yang
menyebutkan tabungan atau uang dari bidang yang bergerak di bidang tersebut.
Nilai meterai yang dikenal pertama adalah Rp. 3.000 umumnya digunakan untuk
transaksi/kuitansi/surat berharga bernilai Rp. 250.000 sampai dengan Rp.
1.000.000

98 Perpajakan
Nilai meterai Rp. 6.000 dikenakan untuk transaksi/kuitansi/surat berharga diatas
nilai Rp. 1.000.000.
 Saat terutangnya bea meterai adalah saat:
- Dokumen dibuat oleh satu pihak, terutang bea meterai adalah pada saat
dokumen itu diserahkan;
- Dokumen dibuat oleh lebih dan satu pihak, terutang bea meterai adalah pada
saat selesainya dokumen dibuat;
- Dokumen yang dibuat di luar negeri, terutang bea meterai adalah pada saat
digunakan di Indonesia,
- Pihak yang terutang adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen
tersebut
 Cara Pelunasan Bea Materai dengan Menggunakan Meterai Tempel atau dengan
menggunakan stempel
 Cara Penggunaan Materai
- Ditempel pada dokumen pada lembar/kerta dan area tandatangan
- Ditulis tanggal, bulan dan tahun dokumen
- Dikenai Tandatangan
- Dengan catatan : meterai hanya boleh sekali pakai

 Pertanyaan atau kuis : pihak mana atau siapa atau unit pemerintah manakah yang
melakukan pengawasan terhadap penggunaan meterai?

4. Pengelolaan Perpajakan
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan pajak, pengusaha dapat
memanfaatkan celah-celah pajak yang dapat menguntungkan perusahaannya, seperti
berikut ini :

Perpajakan 99
a. Penghindaran pengenaan pajak perusahaan dengan pengoptimalan pengeluaran
kepada transaksi yang bukan obyek pajak. Efisiensi PPh 21 lewat pemberian
natura kepada karyawan semaksimal mungkin karena natura bukan obyek pajak
PPh 21.
b. Memaksimalkan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 (tiga) orang asalkan ada
hubungan sedarah atau semenda (akibat hukum) satu derajat, akan menurunkan
penghasilan kena pajak.
c. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Contoh pengenaan PPh 22
atas pembelian solar bersifat final.
d. Penundaan pembayaran kewajiban pajak hingga mendekati batas waktu yang
diperkenankan, dengan cara menggeser jadwal pembayaran kewajiban mendekati
akhir bulan otomatis penerbiatan pajaknya bisa mundur bulan berikutnya
e. Penghindaran pemeriksaan pajak. Biasanya kantor pajak akan melakukan
pemeriksaan kepada wajib pajak yang:
- SPT lebih bayar (digunakan untuk usulan koreksi pembayaran masa)
- SPT Rugi
- Tidak memasukan SPT atau terlambat memasukan SPT
- Terdapat informasi pelanggaran
- Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh kantor pajak
- Untuk proyek yang jauh dari fasilitas umum, ajukan pemberlakuan daerah
terpencil kepada KKW, hasilnya berupa pembebanan natura dan kenikmatan
kepada karyawan proyek dapat dibiayakan :
- Tempat tinggal, mess, termasuk perumahan untuk keluarga
- Makanan dan minuman sepanjang tidak ada yang berjualan
- Pelayaan kesehatan
- Pendidikan bagi karyawan dan keluarganya
- Pengangkutan dari mess atau rumah ke tempat kerja
- Sarana olahraga umum bagi pegawai dan keluarganya.

100 Perpajakan
Peran Penting PJT dalam Perpajakan
Penanggung jawab Teknik Badan Usaha Jasa Kosntruksi Kecil, tetap mempunyai
peran penting dalam penerapan perpajakan.
Setelah mengetahui tentang bea meterai, pajak penghasilan dan pajak
pertambahan nilai maka langkah selanjutnya adalah memelihara situasi kerja dan
transaksi apapun yang terkait dengan proyek untuk selalu tertib dalam hal
perpajakan.
PJT (Penanggung Jawab Teknik) wajib mengingatkan dan menanyakan siapa saja
(petugas) yang menangani perpajakan apakah mereka adalah bagian
keuangan/administrasi proyek atau konsultan pajak perusahaan, agar:
 Teliti dalam perhitungan pajak
 Memeriksa semua bukti pajak, jangan cacat (belum sempurna)
 Tertib saatnya waktu setor ke kantor pelayanan pajak
 Tertib saatnya waktu lapor ke kantor pelayanan pajak

Perpajakan 101
Lampiran
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………………….. (1)

BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)


ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI

Nomor : …………………………...…………… (2)

NPWP : - - - - - (3)

Nama :

Alamat :

Jumlah Nilai Bruto Tarif PPh yang Dipotong/


No. Uraian
(Rp) (%) Dipungut (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)


1. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
dengan kualifikasi usaha kecil 2%
2. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha 4%
3. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa
selain angka 1 dan angka 2 di atas 3%
4. Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha 4%
5. Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi
usaha 6%
JUMLAH
Terbilang : ………………………………………………………………………………………………….……………………

…………………., ……………………. 20 ……. (4)

Pemotong/Pemungut Pajak (5)

NPWP : - - - - -

Nama :

Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan dari Jasa Tanda Tangan, Nama dan Cap
Konstruksi yang dipotong/dipungut di
atas bukan merupakan kredit pajak
dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini
dianggap sah apabila diisi dengan ......................................................... (6)
lengkap dan benar.

F.1.1.33.16 Lampiran I.8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 53/PJ/2009

102 Perpajakan
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
(F.1.1.33.16)

Petunjuk Umum:
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut
- Jika  Wajib  Pajak  membuat  sendiri
u  Bk ti  Pemotongan  ini,  jangan  lupan ut uk  membuat  tandai  ■(  s egi  empat  hitam)  d  keempat  
sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak
yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat
Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)

(1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP).


(2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh pemberi hasil sebagai
Pemotong/Pemungut Pajak.
(3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan imbalan jasa konstruksi yang diterima/diperoleh.
(4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan.
(5) Diisi dengan identitas Pemotong/Pemungut Pajak dalam hal ini adalah pemotong/pemungut pajak baik orang pribadi/badan.
(6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong/Pemungut Pajak.

Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat oleh pemotong pajak pada saat dibayarkannya/terutang penghasilan tersebut.
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke 2 : Untuk KPP melalui pemotong/pemungut pajak, dilampirkan pada saat SPT PPh Pasal 4 ayat (2)
Lembar ke 3 : Untuk pemotong/pemungut pajak
Kolom 1 : Nomor, cukup jelas
Kolom 2 : Uraian, cukup jelas
Kolom 3 : Jumlah Nilai Bruto
Diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh.
Kolom 4 : Tarif
Diisi dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut
Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh

Perpajakan 103
DEPARTEMEN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA SPT Normal
KEUANGAN R.I. PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) SPT Pembetulan Ke-
DIREKTORAT Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan/Pemungutan Masa Pajak
JENDERAL PAJAK Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) /
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK

1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :

BAGIAN B. OBJEK PAJAK


PPh yang Dipotong/
Uraian KAP/KJS Nilai Obyek PajaK Tarif
(Rp) (%) Dipungut/Disetor Sendiri (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI dan Jasa Giro
a. Bunga Deposito/Tabungan
1) Yang ditempatkan di Dalam Negeri 411128/404
2) Yang ditempatkan di Luar Negeri 411128/404
b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 411128/404
c. Jasa Giro 411128/404
2. Transaksi Penjualan Saham
a. Saham Pendiri 411128/407
b. Bukan Saham Pendiri 411128/407
3. Bunga/Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara 411128/401
4. Hadiah Undian 411128/405
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
a. Penyewa sebagai Pemotong Pajak 411128/403
b. Orang Pribadi/Badan yang Menyetor Sendiri PPh 411128/403
6. Jasa Konstruksi
a. Perencana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
b. Pelaksana Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
c. Pengawas Konstruksi
1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 411128/409
2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 411128/409
7. Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas
Tanah/Bangunan 411128/402
8. Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Wajib Pajak Orang Pribadi 411128/417
9. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang
Diperdagangkan di Bursa 411128/418
10. Dividen yang Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri 411128/419
11. Penghasilan Tertentu Lainnya
a. ……………...…………..……………………………………
b. ……………...……………...…………………………………
c. ……………...……………………...…………………………
JUMLAH
Terbilang : ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAGIAN C. LAMPIRAN

1. Surat Setoran Pajak : lembar.


2. Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2).
3. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) : lembar.
4. Surat Kuasa Khusus.
BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan Diisi Oleh Petugas
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta SPT Masa Diterima:
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. Langsung dari WP
PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos
Tanggal

Nama 2 0
NPWP - tanggal bulan tahun
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
tanggal bulan tahun

F.1.1.32.04 Lampiran I.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 53/PJ/2009

104 Perpajakan
Perpajakan 105
MATERI 7 AKUNTANSI

A. PENDAHULUAN
Akuntansi yang baik merupakan salah satu alat untuk menjawab tuntutan
transparansi, kejujuran dan akuntabilitas suatu perusahaan baik di mata masyarakat,
pengelola, pemerintah dan pemerhati. Undang-Undang Jasa Konstruksi juga
mesyaratkan hal yang sama dimana performance keuangan perusahaan konstruksi
yang digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan penyajiannya harus tertib,
wajar dan dapat dipercaya serta penjelasannya harus cukup memadai.
Bagi Penanggung jawab Teknik Badan Usaha, disamping mempunyai kemampuan
tehnis konstruksi, dirasakan pula bahwa kemampuan mengetahui laporan tersebut
juga penting. Materi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang tepat
kepada para penanggung jawab teknik tentang kegunaan akuntansi lewat sebuah
pemberdayaan singkat.
Setelah mempelajari tulisan ini diharapkan peserta sebagai penanggungjawab teknik
akan dapat:
1. Mengetahui akuntansi secara umum
2. Mengetahui manfaat laporan akuntansi
3. Mengetahui konsep dasar akuntansi
4. Mengetahui bentuk Laporan Neraca dan Laba-Rugi

B. PENGERTIAN AKUNTANSI
Secara sederhana, akuntansi adalah suatu seni berhubungan dengan penciptaan,
pengesahan, pencatatan, pengelompokan, pengelolaan, penyimpulan, penganalisaan,
penafsiran dan penyajian informasi sistematis yang dapat dipercaya, mengenai
transaksi keuangan dan hasil akhirnya diperlukan sebagai pertanggungjawaban
keuangan dan dasar pengambilan keputusan.

Akuntansi 107
Ilmu Akuntansi mempunyai cakupan yang luas dan tidak hanya dalam bidang
pembukuan saja akan tetapi mencakup ilmu dan fungsi yang berhubungan dengan
menciptakan sistem dan prosedur (yang sekarang diambil alih oleh computer
akuntansi), termasuk sistem pengesahan dan pembagian kewenangan dan
pengendalian aktivitas usaha.
Transaksi keuangan yang terjadi (baik yang berpengaruh terhadap kas atau tidak) dan
sah, menjadi bahan pencatatan dan jurnal, diproses lanjut dan akhirnya menghasilkan
laporan keuangan akuntansi yang umumnya minimal terdiri dari Laporan laba rugi dan
Laporan Neraca.
Kedua Laporan diatas dapat berbicara banyak lewat penafsiran, dan analisis, serta
dapat diperbandingan dan akhirnya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan.

C. MANFAAT LAPORAN AKUNTANSI


Laporan akuntansi baik dipublikasikan atau tidak adalah bentuk pertanggungjawaban
pembuat untuk dimanfaatkan para pihak dalam menilai, menganalisa dan mengambil
keputusan sesusai dengan maksud dan tujuan pengguna laporan keuangan.
Pihak eksternal dan internal mempunyai kepentingan yang berbeda seperti yang
dijelaskan dibawah ini:
a. Pihak Eksternal, diantaranya:
1. Investor
Kita ketahui bahwa penanam modal beRisiko dalam menyerahkan uangnya,
secara langsung atau lewat penasehat (fund manager) mereka berkepentingan
mengelola Risiko yang melekat dan juga mengelola hasil pengembangan dari
investasi yang mereka lakukan. Dengan demikian, dibutuhkan informasi
keuangan yang membantu untuk menentukan apakah membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut.

2. Pemasok/ Kreditor
Supplier bahan atau peralatan atau pemberi pinjaman/ Bank tertarik pada
kemampuan kontraktor untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan kinerja,

108 Akuntansi
ketepatan waktu dan pembayaran/ pengembalian pokok dan bunga pinjaman.
Jika muncul keraguan maka dapat saja pemasok atau kreditor mengambil sikap
membatasi jumlah maksimal pinjaman dana atau volume pengiriman kepada
kontraktor untuk menjaga/ menghindari Risiko yang bakal terjadi.

3. Pelanggan (Pengguna Jasa)


Kemampuan kontraktor untuk membiayai proyek yang diberikan tergambarkan
dalam laporan keuangan. Utang-piutang yang berlebihan dan macet bisa
menggambarkan kondisi apakah proyek yang diberikan terjamin kontinuitas
penyelesaiannya. Dana operasional apakah tersedot untuk keperluan lain,
permainan valas atau investasi lain yang tidak terkait konstruksi, sehingga tidak
efektif untuk mendukung jaminan penyelesaian proyek.

4. Pemerintah
Pemerintah, perencana pembangunan nasional, lewat instrument perpajakan
berkepentingan dengan alokasi sumber daya perusahaan-perusahaan sebagai
dasar penyusunan statistik pendapatan nasional dan besaran target pajak dan
jenis pajak serta penerimaan lainnya.

5. Masyarakat dan asosiasi industri


Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya
kontribusi sosial, kemungkinan kebutuhan tenaga kerja, perlindungan dan
pelestarian alam dan sekitar usaha. Masyarakat atau Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) menilai kemampuan kinerja dan keuntungan perusahaan
serta berperan untuk mempengaruhi peranan kontribusi masyarakat dan
lingkungannya.

b. Pihak Internal Perusahaan:


1. Karyawan
Serikat Pekerja dan karyawan tertarik pada informasi yang menggambarkan
stabilitas, penurunan atau peningkatan profitabilitas perusahaan. Apakah
Kebijakan bonus dan premi yang sejalan atau tidak dengan hasil yang ingin
dicapai. Karyawan butuh informasi atau pergerakan keuangan yang
Akuntansi 109
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memberikan balas jasa, manfaat
pensiun dan kesempatan kerja serta keamanan (kesejahteraan) kerja.

2. Stock Holders (Pemilik Usaha)


Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
menilai kinerja perusahaan dan kemampuan membayar dividen (bagi
keuntungan). Kemungkinan untuk sinergi dengan perusahaan lain miliknya (baik
sebagai hulu maupun hilir ataupun partner jaringan bisnisnya) apakah dapat
dimungkinkan untuk dilakukan?

3. Manajer
Berbagai tingkat manajer dalam perusahaan berkepentingan untuk menyiapkan
sistem pengolahan datanya agar dapat mendukung hasil output perusahaan
berupa laporan keuangan untuk publik. Kebijakan kapitalisasi, metode
persediaan, metode depresiasi, memelihara kriteria atau tolok ukur rasio-rasio
keuangan agar sesuai dengan rencana eksternal perusahaan.
Perbedaan kepentingan diatas akan lebih jelas lagi apabila kita memahami
Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) dan Akuntansi Manajerial
(Managerial Accounting).

D. KONSEP DASAR AKUNTANSI


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK) memberikan pedoman
kepada penyelenggara, pembuat, perusahaan dalam menyusun Laporan Keuangan
agar mudah dimengerti, konsisten, komparatif, cukup relevan, dan cukup memberikan
penjelasan bagi “pihak luar yang membutuhkan”.
Siapa pihak yang membutuhkan tersebut ? dengan demikian dibutuhkan framework
atau kerangka yang sama bagi pelaporan masing-masing jenis bisnis agar mudah
membacanya, inilah yang disebut Akuntansi Keuangan.
Pihak internal perusahaan juga membutuhkan laporan akuntansi, disebut dengan
Akuntansi Manajerial dimana ditujukan kepada “kepentingan internal perusahaan”
formatnya sesuai dengan kebutuhan internal, seperti ada rencana ada realisasi serta

110 Akuntansi
penyimpangan. Rumusan Penyusutan Aktiva Tetap atau Peralatan berbeda dengan
ketentuan umum dan bahkan berbeda dengan ketentuan perpajakan. Dalam praktek,
proyek dibebani penyusutan oleh kantor pusat untuk mengukur efektivitas penggunaan
alat sedangkan di tingkat perusahaan (untuk kepentingan pihak luar) penyusutan
digabung kembali (satu alat digunakan satu penyusutan -tidak memandang proyek
perproyek).
Konsep dasar akuntansi adalah sesuatu yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat
umum karena cara berpikir menyangkut logika dan filosofi terjadinya suatu fenomena
dan budaya dalam masyarakat itu sendiri yang tertuang dalam transaksi atau kejadian
akuntansi. Akuntansi mempunyai konsep dasar yang dipahami benar dan universal
diikuti oleh dunia. Beberapa diantaranya adalah:

a. Dual Aspek (keseimbangan)


Konsep keseimbangan, yang digambarkan pada Laporan Neraca: seimbang antara
sisi kiri dan kanan, keseimbangan antara hak dan kewajiban yang timbul,
keseimbangan antara jika mengeluarkan uang, sebagai gantinya kita mendapatkan
sesuatu kenikmatan atau barang/jasa, atau lainnya sebagai balasan. Inilah yang
dimaksud Aktiva = Pasiva.

b. Ukuran Uang
Semua bentuk transaksi ataupun kejadian yang berakibat terhadap akuntansi harus
digambarkan dalam bentuk nilai uang dan mata uang yang sama, jika tidak maka
akan sulit dimengerti. Contohnya: bagaimana kita menggambarkan harta yang
dicatat dalam Neraca yang berupa: uang rupiah Rp 100.000 dan 200 sak
semen, sebuah Dump Truck serta mata uang USD 10.000. Konsep dasar yang
disepakati adalah menyatakannya dalam satu kesatuan mata uang, di Indonesia
adalah Rupiah, sedangkan di Amerika adalah USD.

c. Kesatuan Bisnis
Pelaporan keuangan adalah hasil dari suatu kesatuan usaha, yang semestinya
terpisah terutama dari orang-orang yang memilikinya (pemilik usaha), yang
menjalankan usaha ataupun berhubungan dengan cara lain. Kekayaan pribadi
harus terpisah dari kekayaan perusahaan. Contoh ekstremnya adalah bagaimana
Akuntansi 111
memisahkan harta kekayaan perusahaan pribadi dengan pribadi yang bersangkutan
(dimana kendaraan dinas adalah juga kendaraan keluarga).

d. Kelangsungan Usaha
Membuat satu perusahaan atau bentuk usaha adalah untuk kepentingan jangka
panjang, bersifat langgeng, terus, maju, dan berkembang dan tidak sekalipun
terlintas untuk tujuan ditutup, terkecuali untuk pekerjaan atau usaha yang sudah
dinyatakan bankrupt atau masa berlakunya habis seperti dalam usaha Joint
Operation ataupun Joint Venture.

e. Harga Perolehan
Dalam usaha mendapatkan sesuatu barang untuk dimiliki atau dipakai harus dinilai
berdasarkan pengorbanan nilai uang yang dikeluarkan secara nyata pada saat
mendapatkannya dan dalam keadaan siap dimanfaatkan (harga perolehan). Jika
saat ini atau setelah dibeli harga pasar atau ditawar orang lain dengan harga yang
berbeda dengan harga perolehan, maka tetap saja yang boleh dicantumkan dalam
neraca adalah harga perolehannya.

f. Konservatif
Prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan adalah dasar pemikiran konsep ini. Situasi
ketidakpastian terhadap kewajiban dan biaya lebih diutamakan daripada
ketidakpastian dalam hak dan penghasilan. Lebih baik mengakui dan menyatakan
kewajiban dan biaya yang mungkin timbul di dalam laporan keuangan dan
sebaliknya jangan mengakui pendapatan dan hak jika belum jelas dan nyata
perolehannya. Sebagai contoh : urusan klaim di pengadilan, piutang tak tertagih,
kemungkinan rugi dapat segera dinyatakan sebagai biaya. Contoh lain pada
performance proyek, jika secara kumulatif sampai dengan selesai (dinilai saat ini)
proyek diperkirakan rugi 5%, maka pengakuan laba kumulatif terdahulu hingga
saat ini (yang telah diakui 2 %) harus segera dilakukan revisi agar tidak
menimbulkan bom waktu di kemudian hari.

112 Akuntansi
g. Materialitas
Mengabaikan hal-hal yang sepele tetapi mengungkapkan semua hal yang
mempengaruhi secara keseluruhan adalah lebih penting. Contohnya: dalam usaha
konstruksi, membeli pensil untuk tulis menulis dibandingkan membeli semen dan
paku lebih penting mana diungkapkan. Apakah pengaruhnya signifikan terhadap
laporan keuangan.

h. Realisasi Pengakuan (Accrual basis)


Penghasilan atau pendapatan diakui pada saat penyerahan (sepihak) atau diakui
serah terimanya oleh pihak lain. Timbul hak atau tagihan kepada pemberi kerja
dan kewajiban atau utang kepada pemasok/ supplier/ subkontraktor, konsep ini
sejalan dengan konsep actual dimana transaksi bukan hanya dititikberatkan kepada
adanya pembayaran atau penerimaan secara kas atau uang tunai.

i. Matching (Padanan)
Semua bentuk transaksi biaya (pengorbanan) adalah pada tempatnya dipadankan
terhadap prestasi atau pendapatan/ penjualan secra tepat. Contohnya :
Bagaimana kita menggambarkan semen yang telah dikeluarkan dari gudang,
apakah sudah menjadi biaya? Dan di lain pihak apakah sudah menjadi konstruksi
atau diakui sebagai progres fisik di lapangan?

Akrual basis atau Kas Basis?


Sistem Akuntansi di Indonesia mengharuskan pelaku usaha membuat Laporan
Keuangan secara Akrual Basis (dimana setiap terjadi transaksi tunai ataupun non
tunai) harus diakui dan dicatat langsung). Akrual Basis mengharuskan pencatatan
timbulnya Kewajiban dan Hak (contohnya : munculnya tagihan atas progress phisik
konstruksi, uang belum diterima). Otomatis pencatatan-pencatatan seperti ini
membutuhkan beban administrasi tambahan, monitoring terus menerus hingga tagihan
cair.

Dibandingkan Kas Basis, Laporan Keuangan berdasarkan transaksi tunai saja (diakui
dan dicatat) maka beban administrasi dan monitoring menjadi sederhana. Untuk
mensiasati keharusan menjalankan Akrual Basis, Badan Usaha Jasa Konstruksi kecil
Akuntansi 113
dapat memberlakukan Kas Basis saja namun setiap akhir periode (Pembuatan
Laporan Keuangan) ditambahkan dengan angka yang berasal dari pencatatan
Kewajiban dan Hak. Hasil akhir Laporan Keuangan akan sama saja dengan sistim
Akrual Basis.

E. LAPORAN NERACA DAN LAPORAN LABA-RUGI


Kedua laporan di atas adalah bentuk yang umum digunakan dalam semua jenis
laporan keuangan, di samping laporan tambahan lainnya seperti Laporan Perubahan
Modal dan Laporan untuk Pajak.

a. Mengenal Laporan Neraca


Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan
pada suatu tanggal yang menunjukkan posisi kekayaan perusahaan contohnya
Neraca tanggal 1 Januari xx atau tanggal 31 Desember tahun xx. Neraca terdiri
dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal yang dihubungkan dengan
persamaan berikut:

AKTIVA = KEWAJIBAN + MODAL

Informasi aktiva dapat dilihat dari neraca sisi kiri dan jumlah keseluruhannya sama
dengan (yang disebut) dengan kekayaan kotor (bruto). Informasi kewajiban dapat
dilihat dari neraca sisi kanan atas dimana posisi seluruh daftar kewajiban (baik
jangka pendek dan jangka panjang). Informasi modal dapat dilihat pada sisi kanan
neraca bagian bawah dimana posisi seluruh daftar modal (baik modal awal dan
perubahannya akibat untung/rugi). Neraca umumnya disajikan untuk tingkat
perusahaan namun bukan untuk tingkat proyek.

Umumnya, siapapun dapat membuat laporan keuangan dalam bentuk sederhana


seperti Neraca Pribadi, asalkan tetap memegang prinsip dasar diatas.
Contohnya (catat dalam jutaan rupiah saja) kondisi saat ini:

114 Akuntansi
1. Cobalah mencatat uang yang anda miliki saat ini baik secara tunai, di bank , di
atm ataupun dalam bentuk deposito
2. Catat nilai rupiah semua pinjaman yang diberikan kepada orang lain
3. Catat harga semua kendaraan pribadi waktu itu yang anda miliki baik secara
tunai ataupun kredit
4. Catat harga perolehan rumah atau bangunan waktu itu yang anda miliki secara
tunai ataupun kredit
5. Terakhir, catat dalam rupiah harta benda anda yang kecil-kecil dan jumlahkan
6. Susun dari atas kebawah dan jumlahkan, letakkan di sisi kiri neraca anda
7. Inilah kekayaan kotor yang anda miliki saat ini atau namanya Aktifa

Selanjutnya,
1. Catat dalam rupiah semua utang utang anda baik untuk pinjaman kepada orang
lain, perusahaan ataupun pinjam kepada saudara
2. Catat dalam rupiah semua sisa kredit untuk kendaraaan dan rumah/bangunan
yang anda miliki tadi
3. Catat utang-utang lain yang kecil-kecil dan jumlahkan
4. Jumlahkan dan jika lebih kecil dari jumlah kekayaan kotor anda, maka nilai
selisih tersebut tulis angkanya dan beri keterangan Modal dan tambahannya.
5. Susun dari atas kebawah dan jumlahkan (nilainya akan sama dengan kekayaan
kotor) letakkan di sisi kanan neraca anda, inilah yang dinamakan kewajiban dan
Modal
6. Jika modal anda positip, maka inilah yang biasa disebut kekayaan bersih. Jika
negatif maka bersiap-siaplah untuk mengkaji ulang catatan anda, mudah-
mudahan hidup anda bukan dari utang.

b. Mengenal Laporan Laba- Rugi


Laporan ini menggambarkan keadaan keuangan selama suatu periode dari usaha
yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan atau pendapatan atau prestasi
atau progres fisik dan beban atau pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan untuk
menciptakan atau mempertahankan atau memelihara atau mendapatkan usaha
tersebut, yang akhirnya jika dikurangkan hasilnya berupa selisih laba atau rugi.

Akuntansi 115
Bagaimana cara anda menggambarkan atau menerangkan
Berapa ……… Kekayaan anda ?
HARTA%KEKAYAAN%
AKTIFA 1%
SEPTEMBER%2011% PASIFA

UANG%
TUNAI% 1! KREDIT%
BANK% 120!

UANG%
di%
BANK! 13! UTANG%
LAIN! 0!

MEMINJAMKAN%
UANG! 5! UTANG%
ke%
KANTOR! 3!

RUMAH! 150!
MODAL! 57!
BARANG%
LAIN! 6! LEBIH/KURANG!

175! 175!

JUTAAN RP

Biaya digambarkan berupa: biaya langsung (bahan, upah, sub-kontraktor, alat)


overhead atau biaya tidak langsung ( bisa proyek, cabang, pusat), penyusutan,
pemasaran (untuk mendapatkan proyek), biaya pegawai, kantor, administrasi dan
pengembangan perusahaan. Belajar memahami pembuatan Laporan Rugi-Laba
digambarkan secara sederhana seperti berikut ini :
Belanja ru n Rp. 1 juta, Cicilan
Gaji bulanan Rp. 3 juta, Lembur
rumah Rp. 1juta
Rp. 1 juta
Transport Rp. 600 ribu
Komisi Rp. 1 juta
Listrik Rp. 400 ribu
HASIL USAHA
SELAMA
SEPTEMBER 2010

PENGHASILAN 5

Untung bersih Rp. 1 juta


BIAYA BULANAN 3

HASIL KOTOR 2

LAIN LAIN 1

PENGHASILAN 1

Sumbangan Rp.200ribu, Pesiar


Rp. 300ribu JUTAAN RP
Kirim ortu Rp. 500 ribu

116 Akuntansi
Komputer dapat membantu pembuatan Laporan Keuangan ini dengan
memanfaatkan aplikasi Microsoft execl yang umumnya dikuasai oleh banyak orang.
Program akuntansi computer ini dinamakan Just In Time (JIT). Proses bekerjanya
digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
1. Semua transaksi yang terjadi dicatat dan diperlakukan sebagai jurnal, selalu ada
catatan debet dan kredit atau sebaliknya.
2. Formula yang tersedia akan mengalokasikannnya kedalam rekening atau kode
memprosesnya kedalam laporan mutasi, selanjutnya
3. Laporan mutasi memprosesnya kedalam Laporan Neraca atau Laporan Rugi-
laba
4. Kita dapat mengetahui rekening apa saja dalam seketika, misalnya berapa
posisi Kas atau Bank atau Semen yang dimuliki perusahaan hanya dengan
mengisi kode rekening yang dimaksud (termasuk perubahannya)
Program aplikasi akuntansi ini dilampirkan dan dibagikan kepada peserta (lengkap
dengan contoh membuat dan contoh latihan)

c. Analisis hubungan NERACA dan LABA-RUGI


Secara umum jenis usaha jasa konstruksi (khususnya jasa pekerjaan, bukan
perencana dan pengawas) jarang sekali mampu mengandalkan kemampuan modal
dasar perusahaan untuk membiayai proyeknya jika dibandingkan jenis usaha
lainnya. Umumnya setiap proyek mendapatkan uang muka dari pemberi kerja.
Disamping itu tingkat perputaran modal kerja terbilang rendah, demikian pula
risiko dan tingkat margin/keuntungan juga rendah. Coba saja bandingkan dengan
jenis usaha makanan dan minuman, Makro, Pertamina, Perbankan, emas-permata
dan industri jasa lainnya, yang umumnya tinggi tingkat keuntungannya atau tinggi
tingkat perputaran uangnya.
Analisis keuangan usaha secara umum dapat dibedakan dari sudut pandang
manajemen dan pemilik perusahaan serta pemberi pinjaman.

Akuntansi 117
a. Sudut pandang manajemen
Manajemen perusahaan menganalisis laporan keuangan baik secara komparatif
atau trend terhadap jalannya operasional dan manajemen sumberdaya serta
profitabilitas.

1) Efektivitas Operasional
a) Menghitung atau membandingkan hasil antara laba (kotor atau bersih)
dengan pendapatan atau progress fisik secara persentase.
b) Menghitung atau membandingkan antara beban operasi dengan
pendapatan atau progress fisik secara persentase.
c) Menghitung kontribusi per jenis jasa/proyek terhadap seluruh
pendapatan perusahaan.

2) Manajemen Sumberdaya
a) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva menyeluruh terhadap
pendapatan atau progres fisik , seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
b) Menghitung atau membandingkan partisipasi modal kerja terhadap
pendapatan atau progress fisik, seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
c) Menghitung atau membandingkan partisipasi piutang terhadap
pendapatan atau progress fisik, seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
d) Menghitung atau membandingkan partisipasi sumber daya manusia
terhadap pendapatan atau progress fisik dalam setahun.

3) Profitabilitas
a) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva kotor menyeluruh
terhadap laba (kotor atau bersih atau setelah pajak).
b) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva bersih menyeluruh
terhadap laba (kotor atau bersih atau setelah pajak).

118 Akuntansi
b. Sudut Pandang Pemilik
Pemilik perusahaan menganalisis laporan keuangan baik secara komparatif
maupun trend terhadap laba operasional dan balas jasa terhadap investasi yang
ditanamkannya.

1) Profitabilitas
a) Menghitung atau membandingkan hasil yang dicapai (laba bersih atau
rata) terhadap lembar saham yang dimiliki
b) Menghitung dan membandingkan ketersediaan laba berupa arus kas
sebagai antisipasi pembayaran terhadap lembar saham yang dimiliki.
c) Menghitung atau mengamati apresiasi/ depresiasi per lembar saham
sebagai monitor pendapat publik di pasar saham.

2) Disposisi
Menghitung atau membandingkan hasil putusan rapat pemegang saham
terhadap deviden yang akan dibagikan berupa: dana, saham lain atau
putusan lainnya

c. Sudut Pandang Pemberi Pinjaman


Pemberi pinjaman seperti bank, pemasok, menganalisis laporan keuangan baik
secara komparatif atau trend terhadap jaminan keamanan pembayaran tagihan
atau dana yang diserahkan.

1) Likuiditas
Menghitung atau membandingkan kemampuan aktiva lancar atau jangka
pendek terhadap pinjaman atau tagihan pada perusahaan, apakah
perusahaan cukup mampu dalam waktu dekat memenuhi kewajibannya
kepada pemberi pinjaman.

2) Solvabilitas
Menghitung atau membandingkan apabila perusahaan tersebut jika
dilikuidasi atau ditutup apakah hartanya mampu untuk menutupi semua
kewajiban pinjaman dan tagihan yang ada.
Akuntansi 119
Dalam gambaran dan contoh perhitungan (dalam lampiran), akan
memberikan pemahaman lebih baik kepada peserta tentang bagaimana
memahami sebuah analisis keuangan perusahaan.

Penyedia Jasa harus dapat memanfaatkan rasio ini untuk mendapatkan pinjaman dan
bukannya alergi terhadapnya. Seperti kita ketahui walaupun kita mendapatkan Uang
Muka proyek, namun masih dibutuhkan dana pinjaman lainnya. Salah satunya dengan
memanfaatkan Lembaga Peminjam seperti Bank. Bank lebih suka ikut mengontrol
aliran dana yang dipinjamkan dengan cara : semua uang masuk dari tagihan yang
dibayar oleh pengguna jasa masuk ke catatannya dan semua rencana bayar kepada
rekanan atau supplier yang berpengaruh terhadap proyek diketahuinya sebelum
dibayarkan, artinya dibutuhkan kedisiplinan dalam menggunakan dana pinjaman untuk
proyek A hanya untuk proyek A saja, tidak untuk digunakan proyek B atau
kepentingan pribadi sebelum pinjamannya lunas.

Jika keterbukaan dan kedisiplinan ini terjaga maka selanjutkan hubungan antara
penyedia jasa dan penyedia pinjaman dana biasanya berlanjut untuk proyek-proyek
lainnya. Biasanya juga pihak bank akan membantu dalam penerbitan jaminan-jaminan
lainnya seperti Jaminan tender, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan dan
jaminan pemeliharaan dan bahkan ambang batas pinjamanpun bisa lebih tinggi dari
yang normal. Prinsipnya adalah jangan takut meminjam jika perhitungan biaya pinjam
telah diperhitungkan dalam biaya proyek dan bersinergi keterbukaan dan kedisiplinan
dengan pihak peminjam.
Pemberi Kerja dalam menilai kemampuan keuangan BUJK Kecil focus pada
Tersedianya dana tunai dibandingkan harta tetap seperti alat kerja dan kantor atau
kendaraan dengan perbandingan 1 : 1, tujuannya adalah sumberdaya pekerja lebih
penting diselesaikan pembayarannya dengan uang tunai.

120 Akuntansi
NERACA

PROYEK GEDUNG sheet.Neraca

1 Rubah tanggal
2 Print jam 20:42
3 Print tanggal 23/01/12 NERACA
4 Asisten

Tanggal
Nama Rekening No.Rek
1-Oct-03 31-Oct-03

Aktifa Lancar
Kas Proyek 111101 15,000,000 (95,000)
Bank Mandiri-Rph-0001 112101 5,000,000 3,757,500
Piutang Konstruksi 112201 - -
Prestasi Konstruksi YAMP 113001 - 150,000,000
Work in Progres II 131001 - -
Piutang Retensi 131002 - 7,500,000
Persediaan 133001 28,000,000 4,000,000
Uang Muka Pemasok 140001 - -
Uang Muka Sub Kont 140002 - -
Uang Muka Sewa Alat 140101 - -
Uang Muka Upah 140102 - -
Uang Muka BTL 140103 - 2,000,000
Uang Muka Dinas 140104 - -
Uang Muka Pajak 140105 - 4,000,000
Biaya Dibayar Dimuka 141001 - -

Aktifa Lancar 48,000,000 171,162,500

Aktifa Tetap
Aktifa Tetap 149000 - -
Akumulasi Penyusutan 150100 - -
DN Nota 610001 339,750,000

Total Aktifa 100000 48,000,000 510,912,500

Pasifa
Utang Lancar
Hutang Pemasok 211001 18,000,000 58,000,000
Hutang Pemasok YBDF 211101 20,000,000 36,000,000
Hutang Sub Kontr 211201 - -
Hutang Sub Kontr YBDF 211301 15,000,000 74,000,000
Hutang Pemilik Alat 211401 5,000,000 10,000,000
Hutang Upah 211501 2,000,000 600,000
Hutang BTL 211502 - -
Uang Muka Pemilik Proyek 212020 - 170,000,000
Hutang Pajak 214001 - 34,952,500

Total Hutang 60,000,000 383,552,500

Modal dan Laba


Modal Sendiri 331000 35,000,000 35,000,000
KN Nota 710001 103,610,000
Laba Sd lalu 331010 - (47,000,000)
Laba/Rugi Berjalan 301020 (47,000,000) 35,750,000

Total Pasifa 300000 48,000,000 510,912,500

Akuntansi 121
LAPORAN LABA- RUGI

PROYEK GEDUNG sheet.RL

1 Rubah tanggal
2
3
Print jam 20:18
Print tanggal 23/01/12
RUGI - LABA
4 Asisten

Rupiah
Nama Rekening No.Rek
Sep-04 Oct-04 sd Oct-04

Pendapatan Konstruksi

Pendapatan Proyek 411001 - 300,000,000 300,000,000


Pendapatan Lain-lain 411002 - - -

Pendapatan Konstruksi 411000 - 300,000,000 300,000,000

Biaya Konstruksi

Biaya Alat 501001 5,000,000 19,250,000 24,250,000


Biaya Penyusutan Alat 611001 - 60,000,000 60,000,000
Biaya Bahan 501002 10,000,000 80,000,000 90,000,000
Biaya Sub Kontraktor 501003 15,000,000 81,000,000 96,000,000
Biaya Upah 501004 2,000,000 19,500,000 21,500,000
Biaya Non Phisik 501005 15,000,000 4,500,000 19,500,000

Biaya Konstruksi 47,000,000 264,250,000 311,250,000

Laba Konstruksi (47,000,000) 35,750,000 (11,250,000)


-
-

122 Akuntansi
MATERI 8 ARUS KAS

A. PENDAHULUAN
Laporan Akuntansi yang disajikan sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan yang
akuntabel dan memadai seperti yang dijelaskan pada materi 7 (tujuh) sebelumnya,
perlu didukung oleh usaha internal lainnya yaitu perencanaan keuangan secara kas.
Kita ketahui bersama bahwa Laporan Akuntansi bersifat Akrual Basis, dimana
pencatatan berdasarkan timbulnya hak dan kewajiban, timbulnya tagihan dan utang-
piutang. Di sisi lain harus dipahami bahwa jenis bisnis jasa konstruksi umumnya untuk
proyek dilakukan pencatatan secara sederhana berbasis kas, tersedianya dana likuid
dan pembayaran likuid menjadi lebih penting. Maka peranan perencanaan Arus Kas
harus dikuasai dengan baik agar tidak menghambat progres fisik di lapangan.
Setelah membaca modul ini dan mengikuti secara singkat selama 2 (dua) jam
pelajaran, diharapkan peserta sebagai Penanggung Jawab Teknik akan dapat :
1. Mengetahui Arus Kas
2. Mengetahui tahapan penyusunan Arus Kas
3. Mengetahui pedoman dasar penyusunan Arus Kas
4. Mengetahui contoh Arus Kas secara sederhana
Perlu diingat bahwa setiap kontraktor yang begerak atau menjalankan usahanya
dibidang jasa konstruksi harus mempunyai visi dan misi. Selain itu motivasi dalam
menjalankan bisnisnya tidak lain adalah uang. Tidak satupun kontraktor yang
menginginkan usahanya selesai dilapangan secara phisik namun gagal ditagih dan
menjadi uang apalagi merugi. Disisi lain rekanan kontraktor berharap menerima
pembayaran haknya (sesuai dengan perjanjian). Karena itu sangat penting bagi
seorang PJT untuk paham mengenai arus kas.

Arus Kas 124


B. ARUS KAS
Arus Kas merupakan suatu Laporan atau daftar yang mencakup prakiraan
penerimaan dan pengeluaran dana yang terjadi pada suatu unit usaha (bisa proyek,
cabang, divisi bahkan badan usaha) selama jangka waktu yang ditentukan.
Untuk proyek biasanya selama umur proyek, sedangkan unit yang jangka panjang
ditetapkan sesuatu dengan masa kalender. Akurasinya tergantung kepada pengalaman
dan biasanya semakin dekat-masanya (misalnya minggu ini atau bulan ini) semakin
akurat dan detil tetapi semakin jauh-panjang masanya (misalnya untuk tahun ini atau
semester ini) cukup secara jutaan rupiah asalkan secara total sama dengan anggaran
pendapatan dan biaya unit yang bersangkutan.
Oleh karena proyek merupakan tulang punggung transaksi dalam usaha jasa
konstruksi maka uraian berikut mengkhususkan pada penyusunan prakiraan arus kas
untuk proyek. Dengan anggapan bahwa unit di atas proyek adalah merupakan
gabungan perencanaan proyek-proyek ditambah perencanaan unit itu sendiri, maka
tidak dibahas dalam tulisan ini.

C. TAHAPAN PENYUSUNAN ARUS KAS


Tahapan penyusunan arus kas terdiri dari tahapan operasional (yang hampir
sepenuhnya disumbangkan oleh tim teknis proyek) dan tahapan financial (yang
disusun oleh tim administrasi dan keuangan proyek). Lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut :
Tahapan Operasional
Penyediaan data dan perhitungan dari :
1. Data kontrak antara pemberi kerja dan kontraktor berikut pasal-pasal yang
berkaitan dengan :
a. Nilai kontrak (jenis mata uang dan kandungan pajak di dalamnya)
b. Tata cara progres tagihan (uang muka, fisik, retensi) dan pemotongan

125 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


c. Persyaratan penagihan dan perkiraan waktu yang dibutuhkan hingga pencairan
dana

2. Data pekerjaan yang dikerjakan oleh mandor/pekerja harian


a. Anggaran dan tarif pengupahan setempat
b. Jadwal progres dan kemajuan pekerjaan
c. Jadwal penggunaan tenaga proyek borongan dan pekerja harian
d. Jadwal pembayaran rutin mingguan/dua mingguan atau bulanan

3. Data pekerjaan yang dikerjakan oleh sub kontraktor


a. Anggaran dan biaya sub kontraktor
b. Jadwal progres dan kemajuan pekerjaan sub.
c. Persyaratan penagihan (Uang muka, fisik dan retensi)
d. Pengalaman waktu proses verifikasi hingga biasanya berapa lama (contoh :
sebulan atau dua bulan) serta kebijakan perusahaan dalam melakukan
pembayaran Sub.

4. Data pengadaan bahan utama dan bahan tambahan


a. Anggaran dan biaya bahan
b. Jadwal kebutuhan dan pembelian bahan
c. Prakiraan waktu proses pengadaan dan verifikasi dokumen pembayaran
d. Kebijaksanaan pembayaran di masing-masing perusahaan untuk suplier

5. Data pekerjaan yang menggunakan alat sendiri ataupun sewa (abaikan


penyusutan)
a. Anggaran dan biaya peralatan
b. Jadwal penggunaan alat
c. Prakiraan biaya operasi alat dan operator serta mekanik
d. Pembelian alat di luar sewa atau investasi
e. Mobilisasi dan demobilisasi

Arus Kas 126


f. Prakiraan waktu dan biaya pemeliharaan

6. Data sumberdaya manusia dan sarana penunjang (overhead)


a. Anggaran dan biaya umum
b. Anggaran jaminan, asuransi dan mutasi
c. Anggaran kantor, mess dan sarana lain

7. Rangkuman data diatas akan menghasilkan nilai rupiah dan skedul waktu realisasi
atas:
a. Penerimaan yang terdiri dari :
- Penerimaan uang muka
- Penerimaan tahapan (dipotong macam-macam, dan pajak)
- Penerimaan retensi
b. Pengeluaran yang terdiri dari :
- Pengeluaran sub kontraktor (uang muka, tahapan dan retensi)
- Pengeluaran untuk mandor dan pekerja
- Pengeluaran untuk bahan
- Pengeluaran untuk peralatan dan
- Pengeluaran untuk overhead
c. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran, yang akan menggambarkan bila :
- Lebih (surplus) berarti masih ada dana yang dapat digunakan periode
berikutnya :
- Kurang (defisit) berarti tidak ada dana bahkan kurang yang dapat digunakan
periode berikutnya.

Menentukan Kas Awal


Kas awal menunjukan dana yang tersedia atau diberikan oleh kantor
pusat/cabang/divisi kepada proyek yang diberikan pada awal sebelum proyek

127 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


membuat perencanaan cash flow secara akurat. Besarnya ditentukan oleh pengalaman
dan asumsi masing-masing kebutuhan.

Tahapan Finansial
Tahapan finansial adalah usaha untuk menutup defisit operasional baik lewat pinjaman
bank (jika proyek mandiri) ataupun lewat droping oleh kantor di atasnya secara
terencana dengan baik. Demikian pula jika surplus, ada usaha untuk
mengembalikan/menutup pinjaman/droping ataupun menempatkan kelebihan dana
pada bank yang menguntungkan ataupun meminjamkannya ke pusat atau proyek lain.
1. Estimasi kebutuhan dana pada awal periode
Nilai rupiah atas usaha diatas juga dipengaruhi oleh asumsi kebutuhan dana pada
awal periode berikut (kas awal periode berikut) dimana dana tersebut siap
digunakan untuk membiayai pengeluaran pada periode berikut sebelum ada dana
penerimaan. Besarannya juga dapat ditetapkan berdasarkan kapan estimasi tanggal
jatuh tempo penerimaan dana (tagihan-progres), maka persentase pengeluaran
dapat ditetapkan.
Contoh : penerimaan diperkirakan cair pada pertengahan bulan, sedangkan
estimasi pengeluaran bulan tersebut Rp 1 juta, maka kebutuhan dana pada awal
periode tersebut adalah 50% nya, yaitu Rp 500 ribu.
2. Estimasi Beban Bunga dan Hasil penempatan
Baik meminjam ke bank ataupun ke kantor pusat, estimasi kebutuhan dana pada
awal periode/cabang/ divisi selalu diikuti oleh risiko beban atau kewajiban yang
dinyatakan dalam persentase (%) dari suatu nilai kumulatif.
Lembaga Peminjam Dana apapun bentuknya (Bank ataupun Lembaga lainnya)
sepanjang dapat bermanfaat dan Risikonya telah diperhitungkan dengan benar
(masuk dalam perhitungan biaya proyek), maka dapat saja digunakan untuk
menutup kekurangan arus kas.
Persentase tersebut umumnya diasumsikan lebih besar untuk kondisi peminjaman
dan lebih kecil untuk kondisi penempatan, selisih antara 1 - 3% adalah wajar
walaupun nanti realisasinya berbeda.

Arus Kas 128


Tahapan finansial ini merupakan rangkaian akhir dari pada penyusunan
perencanaan arus kas. Namun demikian ada beberapa pedoman penyusunan lain
yang harus diperhatikan benar agar pekerjaan penyusunan yang dilakukan tersebut
tidak mubazir dan tepat guna.

D. PEDOMAN DASAR PENYUSUNAN ARUS KAS


Berdasarkan pengalaman menyusun perencanaan arus kas, ada hal-hal yang harus
dilaksanakan dan jangan dilakukan (dihindarkan) sebagai berikut :

1. Pilih yang signifikan dan gabungkan yang kecil-kecil


Tetapkan beberapa item besar yang menentukan baik nama dan nilainya,
sedangkan sisanya cukup digabungkan dan dibagi pro-rata. Misalkan :
 Total biaya sub kontraktor Rp. 100 juta selama bulan ke 6 sd bulan ke 15

 Pekerjaan sub kontraktor yang besar diwakili oleh sub.kont A Rp. 20 juta: sub.
kont B Rp. 25 juta dan sub. kont C Rp. 30 juta. Masing-masing harus detil
per-periode pengeluaran dana,
 Sedangkan Sub.Kontraktor lainnya yang kecil kecil digabung saja menjadi Rp.
25 juta dengan pembagian per periode pro-rata Rp. 2.5 juta mulai bulan ke 6
sampai dengan bulan ke 15.
(catatan : secara total biaya sub kontraktor tetap harus sama dengan rencana
anggaran dan biaya)
2. Penggunaan angka digit
Tidak perlu menggunakan angka satuan bahkan koma terutama untuk rupiah,
cukup dalam ribuan dan bahkan dalam jutaan (tergantung juga dengan total nilai
proyek), karena kesalahan yang mungkin terjadi hanya perbedaan yang angka
maksimalnya paling-paling mendekati seribu sampai sejuta.
3. Mata Uang
Jika dijumpai penggunaan mata uang yang berbeda sebaiknya perencanaan cash
flow juga sesuai dengan masing-masing mata uang terkecuali ada saatnya pada
129 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
satu periode terjadi defisit mata uang rupiah yang dikonversikan dalam mata uang
USD contohnya.
4. Periode
Kolom periode sebaiknya semakin dekat semakin detil, bila perlu mingguan, dan
semakin jauh bila perlu disajikan dalam triwulan atau semester. Sebagai contoh:
jika masa proyek selama 3 tahun atau 36 bulan maka kolom periode disajikan
sebagai berikut :
 Bulan pertama sampai bulan ke 3 secara mingguan berarti ada 12 kolom

 Bulan ke 4 sampai akhir tahun ke 1 secara bulanan berarti ada 9 kolom

 Tahun ke 2 sampai tahun ke 3 secara triwulanan berarti ada 8 kolom

Berarti secara total ada periode sebanyak 29 kolom untuk proyek 3 tahun.
Demikian selanjutnya menginjak waktu terdekat dirubah lebih akurat menjadi
periode mingguan.
5. Fokus kedepan
Realisasi tidak akan berubah terlalu banyak karena dana yang telah dikeluarkan
tidak akan kembali lagi secara kas dan cukup disajikan secara kumulatif, di nisilah
letak perbedaan dengan metode akrual akuntansi. Perhatian lebih dicurahkan ke
depan.

E. MENYUSUN ARUS KAS


Secara sederhana ditampilkan dalam contoh berikut dalam jutaan : dimana
diasumsikan kas awal sebesar 2 juta, kas awal setiap periode berikutnya minimal
50% dari rencana pengeluaran karena penerimaan diterima dipertengahan periode.
Baik meminjam dana ataupun mengembalikan atau menempatkan dana belum
memperhitungkan bunga.

Arus Kas 130


(lihat lampiran)
BULAN
CASHFLOW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
TAHAP OPERASIONAL
PENERIMAAN 10.0 20.0 20.0 20.0 30.0 30.0 10.0 10.0 150
PENGELUARAN 15.0 15.0 30.0 30.0 15.0 20.0 10.0 5.0 140
SURPLUS (DEFISIT) -5.0 5.0 -10.0 -10.0 15.0 10.0 0.0 -5.0 10.0 10

KAS AWAL 2.0 7.5 15.0 15.0 7.5 10.0 5.0 2.5 2.0
SURPLUS (DEFISIT) -3.0 12.5 5.0 5.0 22.5 20.0 5.0 -2.5 12.0

TAHAP FINANSIAL
PINJAMAN 10.5 2.5 10.0 2.5 -12.5 -13.0 0.0 0.0 0
SIMPANAN 2.0 2.5 -4.5 10.0 10

KAS AKHIR 7.5 15.0 15.0 7.5 10.0 5.0 2.5 2.0 2.0

Penjelasan data diatas :


1. Total Kontrak proyek Rp. 150juta, biaya Rp.140juta dan keuntungan Rp.10juta
2. Lama pekerjaan 5 bulan dan pemeliharaan 1 bulan
Penerimaan
3. Direncanakan berdasarkan tahapan progress, kapan boleh menagih, potongannya
apa saja dan berapa lama diperjalanan hingga cair menjadi uang (diterima di bank)
lamanya 1 bulan hingga cair
4. Progres terakhir mencapai 100%, bagian prosentasenya ditagih pada bulan ke 6
dan diperkirakan cair pada bulan ke 7
5. Retensi, selesai pada bulan ke 6 dan ditagihkan pada bulan ke 7 dan diperkirakan
cair pada awal bulan ke 9 (mundur sedikit supaya aman)
6. Dengan demikian kolom cashflow dibuat untuk 9 kolom, dan cukup untuk nilai
jutaan saja.
Pengeluaran
7. Rencana pengeluaran uang untuk supplier bahan, sub.kon, alat, overhead dan
lainnya digambarkan secara bertahap dari bulan 1 sampai dengan bulan 8 saja,
dengan total Rp. 140juta
131 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
8. Dengan demikian, kolom SURPLUS (DEFISIT) dapat dihitung dengan
mengurangkan kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada bulan yang sama
Kas Awal
9. Selanjutnya apakah nilai surplus bulanan (contoh: bulan ke 1 surplus Rp.5juta)
tersebut sudah cukup? atau bisa terjadi deficit (contoh: bulan ke 2 defisit
Rp.5juta), apakah harus dicari pemenuhannya dengan nilai yang sama ?
10. Jawabannya adalah tergantung kepada nilai MINIMAL KAS AWAL yang harus
tersedia diawal bulan. Nilai tersebut terutama ditentukan oleh prioritasnya secara
berurutan adalah :
a. Kebutuhan upah buruh, harus ada - berbahaya jika meleset uang masuknya
b. Kebutuhan rutin sehari hari
c. Cadangan, tergantung pengalaman proyek dan jarak antara proyek dan Bank
atau apakah mudah/cepat atau sulit/lambat mengambil uang tunai
11. Setelah menetapkan kondisi nilai minimal tersedianya kas, maka dihasilkan
kondisi yang konservatif terhadap arus kas yaitu dengan cara menghubungkan
atau menjumlahkan pada kolom yang sama (angka surplus/defisit operasional dan
kebutuhan kas awal)
Tahap Finansial
12. Sebelum mengisi TAHAP FINANSIAL, perlu dipahami bahwa nilai awal kas pada
bulan ke2 Rp.7.5juta adalah sama saja dengan kondisi pada akhir bulan ke1,
maka nilai tersebut harus ditulis juga pada kolom kas akhir bulan ke1 dengan
angka Rp.7.5juta. Demikian seterusnya hingga bulan ke8 nilai kas akhir dengan
angka Rp2juta (yang berasal dari catatan nilai kas awal bulan ke9)
13. Dengan demikian nilai Kas Akhir masing-masing kolom bulan ke1 sampai
dengan bulan ke8 dapat terisi.
14. Bulan ke1, Kas akhir bulan harus tersedia Rp.7.5juta dan deficit Rp.3.5juta
sehingga diperlukan pemenuhan Rp.10.5juta dengan cara meminjam.
15. Bulan ke2, Kas akhir dipertahankan Rp.15juta sedangkan posisi surplus
Rp.12,5juta sehingga cukup dengan meminjam Rp.2.5juta saja.
16. Bulan ke3, Kas akhir dipertahankan Rp.15juta sedangkan posisi surplus
Rp.10juta sehingga cukup dengan meminjam Rp.5juta saja.
Arus Kas 132
17. Bulan ke4, Kas akhir dipertahankan Rp.7.5juta sedangkan posisi surplus Rp.5juta
sehingga cukup dengan meminjam Rp.2.5juta saja.
18. Bulan ke5, Kas akhir dipertahankan Rp.10juta sedangkan posisi surplus
Rp.22.5juta sehingga perlu mengembalikan pinjaman Rp.12.5juta. Pinjaman
saat ini menjadi berkurang dan sisanya senilai Rp.13juta
19. Bulan ke6, Kas akhir dipertahankan Rp.5juta sedangkan posisi surplus Rp.20juta
sehingga perlu melunasi pinjaman Rp.13juta. Sisanya dapat disimpan senilai
Rp.2juta
20. Bulan ke7, Kas akhir dipertahankan Rp.2.5juta sedangkan posisi surplus Rp.5juta
sehingga perlu sisanya ditabung senilai Rp.2.5juta, jumlah tabungan sampai saat
ini Rp.4.5juta
21. Bulan ke8, Kas akhir dipertahankan Rp.2juta sedangkan posisi defisit Rp.2.5juta
sehingga perlu menggunakan simpanan sendiri senilai Rp.4.5juta, jumlah
tabungan sampai saat ini habis.
22. Bulan ke9, Kas akhir dipertahankan Rp.2juta sedangkan posisi surplus Rp.10juta
sehingga bisa saja ditabung senilai Rp.10juta, yang sebenarnya adalah
keuntungan proyek. Kas awal harus dikembalikan kepada pemilik perusahaan
karena didapat dari awal mulai bekerjanya proyek
23. Bisa saja proyek memperhitungkan beban atau penghasilan bunga, dengan cara
menambahkan baris untuk perhitungannya, namun untuk contoh diatas tidak
disediakan.

133 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


Kasus kedua berikut ini menggambarkan hubungan antara pemilik badan usaha
konstruksi dengan beberapa penanggungjawab tehnik yang menjalankan proyek
sehubungan dengan arus kas salah satu proyek. Mudah2an dapat menambah
semangat dan usaha untuk memahami apa yang terjadi dengan arus kas jika dilakukan
perubahan rencana.

Rencana Arus Kas Rumah Tipe 36


Memberikan yang terbaik bagi perusahaan...

Yusuf adalah Penanggungjawab sebuah Proyek Rumah Tinggal tipe 36 senilai Rp. 47
juta. Proyek tersebut akan dimulai dua pekan depan. Ia baru saja mengikuti Program
Pemberdayaan PJT yang diselenggarakan pemda setempat. Perusahaan PT Bangun
Sarana tempat ia bekerja dipimpin oleh seorang Direktur yang merangkap pemilik usaha,
Bapak Ali.
Beberapa proyek saat ini sedang dikerjakan dan lainnya segera menyusul. Adalah menjadi
kebiasaan, dalam praktek sehari-hari selalu terjadi pinjam meminjam dana yang diatur
langsung oleh Ali.
Sering pula terjadi kekurangan dana dibeberapa proyek akibat tidak adanya perencanaan
uang masuk dan keluar secara baik. Pada saat uang banyak atau berlebihan, pak Ali
memindahkannya ke Kas pribadi. Disisi lain terkadang manajer proyeknya meminjam
kepada pihak lain (luar) untuk menutupi defisit kas yang terjadi.
Yusuf bersama stafnya telah membuat perencanaan Tehnik dan Operasional Proyek
Rumah Tipe 36 termasuk didalamnya perencanaan Arus Kas berdasarkan Kontrak dan
Rencana Biaya Proyek ( Total Biaya Rp. 38,5 juta ) seperti data terlampir. Keuntungan
proyek diperkirakan sebesar 8,5 juta rupiah.
Hari ini, Ali memanggil Yusuf kekantornya untuk rapat sehubungan dengan beberapa
permasalahan.
Ia mengatakan bahwa proyek Jembatan yang dipegang oleh Mahmud meleset dari target
produksi (pekan ini) sebesar 5% akibatnya progress terlambat dan penagihan juga

Arus Kas 134


terlambat, padahal suplier semen CV Alim harus dibayar dua pekan lagi dan untuk itu
diperlukan dana sebesar Rp. 5 juta rupiah.
Kalau tidak dibayar maka beberapa proyek lainnya akan terkena dampak pengiriman
semen dari suplier tersebut.
Mahmud adalah seorang Manajer Proyek sama seperti Yusuf. Prestasinya sama baiknya
dan saling bersaing dengan Yusuf dalam peningkatan jenjang karir dan jabatan. Beberapa
saat yang lalu mereka pernah bertemu dan sempat terjadi beda pendapat serta
kesalahpahaman diantara mereka.
Yusuf sangat mengenal Alimar (Direktur CV Alim) sang suplier yang juga teman
sekolahnya dan juga mengirim semen ke proyek Rumah Tinggal tipe 36 yang menjadi
tanggungjawabnya. Pak Ali sangat senang dengan prestasi Yusuf selama ini dan
mengharapkan proyek yang dipegangnya sekarang ini akan sukses seperti proyek-proyek
sebelumnya dan dapat membantu perusahaan.
Ditengah diskusi telepon berdering, LPJK setempat menelpon dan serius berbicara
dengan Ali tentang undangan tender proyek jembatan sederhana dengan bentang 12
meter, oleh sebab itu pak Ali menunda pembicaraan dan meminta Yusuf untuk rapat
keesokan harinya pada jam 10 pagi.
Yusuf kembali keproyek dan memanggil stafnya untuk melakukan persiapan-persiapan
peralatan dan perhitungan tehnis serta perubahan rencana keuangan proyek sambil
membahas pembicaraan yang baru saja terjadi dengan Direkturnya. Besok dia telah
berjanji akan datang kekantor perusahaannya untuk rapat lanjutan.

Pertanyaan :
1. Apakah usaha yang dilakukan Yusuf sudah maksimal ?
2. Jika anda sebagai Ali, bagimana tanggapan anda terhadap sikap Yusuf ?
3. Apakah tidak ada jalan alternatif selain meminjamkan uang kepada rekannya
Mahmud?
4. Lakukan diskusi kelompok dan bila perlu buatkan Rencana Arus Kas menurut masing-
masing kelompok
135 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
Rencana Arus Kas sebelum rapat

Rencana Arus Kas setelah rapat

Lampiran :
Software (perangkat lunak) Excel untuk pembuatan Arus Kas secara sederhana uang
dapat digunakan dalam merencanakan diawal proyek.

Arus Kas 136


MATERI 9 OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN
PERALATAN KONSTRUKSI

I. Peralatan Konstruksi
1.1 Pengertian Peralatan Konstruksi
Peralatan Konstruksi yang dimaksudkan di sini adalah semua peralatan yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi baik berupa alat ringan ataupun peralatan
berat yang dipergunakan untuk mengerjakan suatu kegiatan dan proyek–proyek
konstruksi.
Peralatan ringan dapat berupa alat-alat yang digerakkan oleh tenaga manusia
ataupun bukan manusia atau dalam arti digerakkan secara mekanis oleh suatu
mesin penggerak, yang umumnya mempunyai kemampuan kecil baik kapasitas
tenaganya ataupun kekuatannya, misalnya 1 ton, di bawah 50/100 KVA dan
lain-lain.
Peralatan berat adalah peralatan yang umumnya digerakkan oleh tenaga penggerak
mesin, baik secara mekanik, hidraulis, dan pneumatik, mempunyai ukuran yang
besar, kemampuan dan kekuatan yang besar baik kapasitas tenaganya ataupun
kekuatannya, misalnya di atas 1 ton, di atas 50/100 KVA dan lain-lain.

1.2 Jenis Peralatan Konstruksi


Baik peralatan ringan maupun peralatan berat, di proyek-proyek konstruksi dapat
digolongkan sesuai fungsi kegunaannya sebagai berikut :
1. Peralatan Beton (Concrete Equipment)
2. Peralatan sebagai sumber pemberi/penyuplai tenaga angin dan listrik (Air
Pneumatic & Power Plant Equipment)
3. Peralatan Pemadat (Paving Compactor Equipment)
4. Peralatan Pompa (Pumping Equipment)
5. Peralatan Pancang dan Pengeboran (Pile Driving & Borring/Drilling Equipment)

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 138


6. Peralatan Angkat, Pemindah (Hoisting & Material Handling Equipment)
7. Peralatan Transportasi/Kendaraan (Transportation/ Vehicle Equipment)
8. Peralatan Kerja dan Alat-alat Pencetak Bentuk Konstruksi (Construction Tools
& Formwork Equipment)
9. Peralatan Umum (General Equipment)

Untuk lebih jelas dalam mengenal jenis-jenis alat peralatan konstruksi sebagaimana
disebutkan di atas, sebaiknya kita lihat “Batasan Peralatan Ringan, Peralatan Berat
dan Kendaraan” yang umumnya digunakan pada pekerjaan–pekerjaan konstruksi
di lapangan, diantaranya diuraikan secara detail pada halaman berikut ini.

Jenis Peralatan Berdasarkan Kapasitas Kerja


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
1 Main Concrete Equipment 1 Main Concrete Equipment
1 Concrete Mixer 1 Batching Plant
Mortar Mixer & Grout Mixer (Kap. S/D.
2 2 Concrete Pump
100 L)
3 Weight Batcher 3 Mixer Truck
4 Gunite/Concrete Sprayer/Shotcreting 4 Grout Mixer (Kap. Diatas 100 L)
Grouting Pump & Acc (Kap. Diatas 60
5 Grouting Pump (Kap. S/D. 60 Lt/Menit) 5
Lt/Menit)
6 Concrete Bucket (Kap. S/D. 1 ½ M3) 6 Concrete Bucket (Kap..Diatas 1 ½ M3)
7 Concrete Vibrator : 7 Vibrator Concrete Screed & Finisher
- Internal Vibrator
- External Vibrator
- High Frequency Vibra-Tor
Concrete Dumper
8

2 Air Pneumatic Equipment & Power Plant 2 Air Pneumatic Equipment & Power Plant
1 Air Compressor (Kap. S/D 175 Cfm) 1 Air Compressor (Kap. Diatas 175 Cfm)
2 Power Plant: 2 Generating Set (Kap.Diatas 100 Kva)
Gen Set (Kap. S/D 100kva) 3 Engine (Kap.Diatas 100 Pk)
Engine (Kap. S/D 75 Pk) 4 Electromotor(Kap. Di Atas 55 Kw)
3 Electromotor (Kap. S/D 55 Kw) 5 Transformator (Kap..Diatas 100 Kva)
4 Transformator (Kap. S/D 100 Kva)
3 Compaction Equipment 3 Compaction Equipment

139 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
1 Plate/Soil Compactor 1 Three Wheel Roller
Tandem Roller/Road Roller (Kap. S/D
2 2 Tandem Oller/Road Roller
.2 Ton)
Vibratory Roller Compactor (Kap.. S/D Vibratory Roller Compactor
3 3
2 Ton) (Kap..Diatas 2 Ton)
PNEUMATIC ROLLER SELF
4
PROPELED/TIRE ROLLER
5 SHEEPFOOT ROLLER
Crusher, Asphal & Bituminous Paving Crusher, Asphal & Bituminous Paving
4 4
Equipment Equipment
AGGREGATE CHRUSING, SCREENING,
1
SAND & WASHING PLANT
VIBRATION FEEDER & VIBRATION
2
SCREEN
ASPHALT DISTRIBUTION /ASPHALT
3
SPRAYER
4 ASPHALT MIXING PLANT
5 ASPHALT/ROADWAY FINISHER
6 STONE SPREADER
5 Pumping Equipment 5 Pumping Equipment
Well Point Pump & Dewatering System
1 Well Pump 1
(Kap. Diatas 50 Kva)
Heavy Duty Submers-Ible Pump ( Kap.
- Deep Well 2
Diatas 60 Ltr / Menit)
- Feed Water Pump 3 Mud Pump (Kap. Diatas 60 Liter/Menit)
2 Well Point Pump (Kap. S/D 50 Kva) 4 Dredger
Water Pump (Centrifu-Gal, Gear,
3 Turbine & Rotary Pump, Multi Stage
Type Etc):
- Electric Type
4 Gasoline & Diesel Type
5 Submersible Pump
- Light Type (Clean Water)
- Medium Type
- Heavy Duty Type (Sand
6 Pump K Kap.. S/D. 30 Kva)
Mud Jack Pump/Sulury Pump (Kap..
7
S/D. 60 Lt/Menit)

8 Pressure & Hi-Jet Pump, Etc

6 Drilling, Boring & Blasting Equipment 6 Drilling, Boring & Blasting Equipment
DRILLING (CRAWLER, WAGON,
1
JUMBO) EQUIPMENT

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 140


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
2 WATER DRILLING RIG
BORING MACHINE (Kap. Diatas 50 M-
3
2,5 KW)
4 BLASTING MACHINE
7 Hoisting/Material Handling Equipment 7 Hoisting/Material Handling Equipment
Tower Crane (Climbing & Static), Cable
1 Temporary Sky Deck (Gondola) 1
Crane
Universal Elevator/Lift Passanger/Lift Universal Elevator/Long Lift Kap.
2 2
Concrete Diatas 1 Ton)
Portal/Travers, Overhead Crane (Kap.. Portal & Overhead Crane (Kap. Di Atas
3 3
S/D. 3 Ton) 3 Ton), Tripod Crane
4 Unique Crane (Kap. S/D. 1 Ton) 4 Truck & Mounted Crane, Unique
5 Fork Lift (Kap.. S/D. 3 Ton) 5 Crane/Cargo Truck Crane
6 Winch (Kap.. S/D. 2 Ton) 6 Fork Lift (Kap. Di Atas 3 Ton)
- Hand Winch/Handlier 7 Crawler Crane & Accessories
- Portable Winch 8 Winch (Kap. Diatas 2 Ton)
7 Conveyor (Ukuran S/D 7m X 35cm) 9 Conveyor (Lebar Belt Di Atas 35 Cm) :
8 Hydraulic Jack (Kap.. S/D. 100 Ton) - Flow Conveyor
- CHAIN CONVEYOR
- DLL.
10 HYDRAULIC JACKING PIPE,
HYDRAULIC JACK (Kap. Diatas 100
11
TON)
8 Earth Moving Equipment 8 Earth Moving Equipment
1 SCRAPER
2 HYDRAULIC EXCAVATION/BACKHO
3 WHEEL LOADER, OVERHEAD LOADER
4 TRACK LOADER
5 BACKHOE-LOADER
TRACTORS (BULLDOZER) &
6
ACCESSORIES
7 MOTOR GRADER
Pile Driving/Piling Plant & Geotech Pile Driving/Piling Plant & Geotech
9 9
Equipment Equipment
1 Pos Tdriver/Drop Hammer 1 Piling Plant
2 Boring Machine-For Earth Work 2 Ponton & Pile Driver Ponton
3 (Kap. S/D 50 M2 – 2,5 Kw) 3 Diesel Hammer
4 Hammer, Hand & Leg Drill 4 Geotekchnical Equipment
5 Paving Breaker : 5 Gantry
- Demolition Hammer & Pick
6 Tripod Pile
Hammer

141 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
Earth Drilling Rig (Foundation) &
- Rock Hammer/Rock Spiltter 7
Boring Pile Driver
6 Rotary Electric Hammer
10 Heavy Duty Formwork 10 Heavy Duty Formwork
CONCRETE FORM WORK/BEKESTING
1
(Kap. Diatas 5 TON)
TUBULAR/PIPE SUPPORT & PIPE
2
SCAFFOLDING (Kap. Diatas 5 TON)
SHORING STATIC SCAFFOLDING (Kap.
3
Diatas 5 TON)
ARM LOCK, CASTER, CAT WALK,
WALKING/HORISONTAL FRAME,
VERTIKAL FRAME/ DOOR FRAME,
HAND RAIL, HAND RAIL POLE,
4
TRUSS/TRUSS HANGER, TRUSS GIRT,
JACK BASE, CROSS BRACE/DIAGONAL
BRACE, JOINT PIN, STRAIRS, U HEAD
JACK
Constraction Equipment Tools & Constraction Equipment Tools &
11 11
Formwork Formwork
1 Tile Polish & Cutting Machine
2 Reinforce Bar Bending Machine
3 Reinforce Bar Cutter Machine
4 Trowel Machine
Concrete Form Work/Bekesting (Kap.
5
S/D 5 Ton)
Tubular/Pipe Support & Pipe
6
Scaffolding (Kap. S/D 5 Ton)
7 Beaty Scaffolding (Kap. S/D 5 Ton)
(Arm Lock, Caster, Cat Walk,
8
Walking/Horisontal
9 Frame, Vertikal Frame/
10 Door Frame, Hand Rail, Hand Rail Pole,
Truss/Truss Hanger, Truss Girt, Jack
11 Base, Cross Brace/Diagonal Brace, Joint
Pin, Strairs, U Head Jack)
12 General Equipment 12 General Equipment
1 Work Shop & Laborate Equipment :
- Lathe Machine
- Frais Machine
- Boring/Drilling Machine
- Hanf Drill
- Sawing/Cut Off Machine

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 142


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
- Grinder Machine
- Hand Grinder, Disc Sander
- Jack
- Transformer
- Battery Charger
- Electric Drill (Bench, Portable)
- Tools/Tool Kit
- Pipe Thread Machine
- Pipe Cutting Machine
- Hand Thread Making Machine
- Chain Block
- Dll
2 Welding Equipment :
- Arc Welding Generator
- Arc Welding Transformer
- Oxy-Acetylene Welding
- Gas Pressure
- Dll.
3 Loading Test Equipment
4 Hydraulic Jack (Double Acting)
5 Restrees Equipment
- Mono Wire Jack
- Freyssinet Jack
- Stressomatic Jack
- Psm Pump
- Dll
6 Survey Instrument
- Theodolite
- Auto Level
- Laser Leveling
- Dll
7 Measuring/Tester
- Avo Meter
- Penetro Meter/Soil Test
- Meger
- Slump Tester
- Concrete Test Machine
- Hydraulic Test Machine
- Dial Gauge/Indictor
- Water Pass

143 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


JENIS PERALATAN
RINGAN BERAT
No. NAMA No. NAMA
- Weight Scale (Timbangan)
- Cylinder
- Dll
8 Miscellanous
- Blower/Fan
- Blower For River Forging
- Pressure Blast Cleaning
9
Equipment
- Pemotong Rumput
- Perleng Service, Planner Wood
Hand
10 Construction Steel Material
11 Sheet File
12 Transportation/ Vehicle 12 Transportation/ Vehicle
1 Dump Truck (Kap. S/D 5 Ton) 1 Dump Truck (Kap. Diatas 5 Ton)
Truck (Kap. Diatas 5 Ton), Cargo Truck
Truck (Kap. S/D 5 Ton), Cargo Truck (Kap. Diatas 5 Ton), Flat Bed Truck,
2 2
(Kap. S/D 5 Ton), Service Truck, Water/Fuel Tank Truck
(Kap. Diatas 3 Ton)
Flat Bed Truck, Service Truck,
Truck Traileer & Tariller (Kap. Diatas 5
3 Water/Fuel Tank Truck (Kap. S/D 3 3
Ton)
Ton),
Perahu Motor/ Motor Tempel (Kap.
Truck Traileer & Tariller (Kap. S/D 5
4 4 Diatas 45 Pk, Speed Boat, Tug Boat Kap.
Ton)
Diatas 45 Pk)
Perahu Motor/ Motor Tempel (Kap. S/D
45 Pk, Speed Boat, Tug Boat Kap. S/D 5 Lorie (Kap. Diatas 2 Ton)
45 Pk)
5 Lorie (Kap. S/D 2 Ton)
Sedan, Station Wagon/ Minibus, Jeep,
6
Pick-Up, Sepeda Motor

1.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Peralatan Konstruksi


1.3.1 Landasan Hukum
1. UU No. 1 / 1970 ttg Keselamatan kerja
2. UU Uap (Stoom Ordonnantie)/1930 LN No. 225
3. Keputusan Menteri No. Kep.168/Men/2000

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 144


4. SKB Dirjen Hubla dan Binawas No.PP.72/3/9-99,
No.KEP.507/BW/1999
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
• No.05/1978 Syarat-2 K3 pd pemakaian lift listrik u/ orang &
barang.
• No.04/1985 K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
• No.05/1985 K3 Pesawat Angkat dan Angkut.
• No.01/1988 Kwalifikasi dan Syarat-syatrat Operator Pesawat Uap
• No.01/1989 Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran Angkat.
• No.02/1989 Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
• No.03/1999 Syarat-syarat K3 Lift untuk Pengangkutan Orang &
Barang

1.3.2 Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. SNI (Standar Nasional Indonesia)
2. ANSI (American National Standards Institute) / ASME (American Society
of Mechanical Engineers)
3. BSI (British Standard Institute) dan JIS (Japanese Industrial Standard)
4. ISO (International Organization for Standardization)
5. CMAA (Crane Manufacturers Association of America)
6. DIN (Deutsches Institute fur Normunge)
7. SAE (Society of Automotive Engineers)
8. PCSA (Power Crane and Shovel Association)
9. API (American Pretoleum Institute)

II. Operasional Peralatan Konstruksi


2.1 Pemilihan Peralatan
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan melaksanakan pekerjaan dalam
mengelola peralatan, yang pertama adalah dalam memilih/menentukan jenis

145 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


peralatan apa yang akan dipakai dimana harus sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
yang hendak dilaksanakan.

Kesalahan awal dalam perencanaan pemilihan peralatan jelas akan merugikan,


karena hal ini akan mempengaruhi semua biaya yang akan dikeluarkan untuk
peralatan konstruksi termasuk pemanfaatannya dan waktu menganggur (idle) dari
peralatan. Hal ini penting mengingat adanya kemungkinan bahwa peralatan
tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi setelah selelai pekerjaan, kesulitan
pengadaan suku cadang & kendala-kendala lainnya yang akan dijumpai di
lapangan.

Pemilihan peralatan harus “tepat guna & ekonomis untuk dipakai”, di mana
peralatan harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian
produksi yang tinggi sesuai yang dikehendaki dalam perencanaannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan peralatan agar sesuai dengan


aplikasi dalam mencapai target produksi adalah sebagai berikut:
a. Populasinya
b. Kemampuan dalam menguasai teknologi pengoperasiannya
c. Kemampuan dalam melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan
d. Fungsi alat & kegunaannya
e. Lingkup medan kerja dan sifat material yang akan dikerjakan
f. Pertimbangan segi ekonomis lainnya

Pada umumnya pemilihan peralatan itu didasari pada pemikiran/maksud untuk:


a. Mempercepat pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target waktu penyelesaian
b. Melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh manusia

Karena alasan efisiensi, baik dari segi keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan
faktor-faktor ekonomi lainnya.
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 146
Alur Pemilihan Peralatan Konstruksi

2.2 Pengelolan Operasional Peralatan Konstruksi


2.2.1 Umum
Dalam industri jasa konstruksi modern saat ini penggunaan alat merupakan faktor
yang sangat dominan. Hal ini dipengaruhi oleh jenis alat yang dimiliki dan
penguasaan teknologinya.

Dengan makin bertambahnya proyek yang menggu-nakan atau menyerap banyak


alat disertai teknologi yang lebih canggih, maka sangat diperlukan peningkatan diri
dalam penguasaan/pengelolaan manajemen peralatan, baik secara teknis maupun
secara administrasi. Untuk memudahkan pembahasan berikut ini diberikan
sistematika sistem pengelolaan. peralatan konstruksi, di antaranya mempunyai
urutan.

Dalam hal pengelolaan peralatan unsur yang terpenting adalah :


a. Tersedianya Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal,
baik dalam segi kemampuan dan keterampilan penguasaan teknologi serta

147 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


penerapannya maupun dalam segi penguasaan sistem manajemen
administrasinya.
b. Adanya Standard Operating Prosedur (SOP) terhadap sistem
pelaksanaan, manajemen operasi lapangan termasuk manajemen
administrasi, yang di dalamnya mengatur bagaimana mengaplikasikan dan
mengoperasikan peralatan serta penanganan pemeliharaan dan perbaikan
dengan baik
c. Pengendalian, yang dimaksud di sini lebih ditekankan pada mutu, baik secara
operasional, maupun secara administrasi, dengan tujuan tercapainya
keberhasilan dalam mengelola peralatan sesuai yang telah ditentukan/
diinginkan oleh perusahaan.

Dari urutan/sistematika bagian–bagian dalam sistem manajemen peralatan


tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa Organisasi dan sumber daya manusia,
penguasaan teknologi dalam suatu kemampuan/ketrampilan yang ditopang
tool/perangkat kerja adalah suatu rangkaian terpadu yang merupakan kunci
sukses dalam pengelolaan peralatan. Jika salah satu unsur dari ketiganya tersebut
tidak dipenuhi maka akan terdapat banyak hambatan yang berakibat tidak
berhasilnya pengelolaan peralatan.

Kita semua mengetahui bahwa semua jenis peralatan mempunyai batas akibat usia
yang mengakibatkan peralatan tidak dapat dioperasikan/dimanfaatkan sesuai fungsi
semula. Proses penuaan tersebut disebabkan oleh pengaruh fisik dan pengaruh-
pengaruh lainnya pada saat peralatan dioperasikan atau dalam pengelolaan di
lapangan pekerjaan (job site).

Dari hal-hal tersebut di atas, maka kita perlu secara terencana memprediksi
program pemeliharaan dan perbaikan. Tentunya dalam merencanakan/membuat
schedule pemeliharaan/perbaikan jangan dilupakan kendala-kendala yang
mempengaruhi kelambatan dari penanganan pemeliharaan dan perbaikan itu
sendiri diantaranya :

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 148


a. Tersedianya dana perbaikan
b. Tersedianya sarana/perangkat alat kerja/tools
c. Tersedianya mekanik/tenaga kerja yang terampil
d. Jangka waktu pengadaan suku cadang
e. Dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelambatan penanganan perbaikan

Adanya program pemeliharaan & perbaikan ini sangat membantu dalam


menurunkan waktu menganggur peralatan/down time akibat kerusakan alat. Untuk
dapat menyiapkan program pemeliharaan terpadu, maka harus diketahui kriteria-
kriteria pemeliharaan sebagaimana yang dijelaskan pada bab pemeliharaan
peralatan.

Dari uraian sebelumnya bahwa dalam melaksanakan pengelolaan peralatan dapat


diketahui secara jelas, bahwa administrasi dan teknis harus berjalan bersama-sama.
Untuk menunjang hal tersebut diperlukan :
a. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
b. Pelaksanaan Operasi Peralatan Konstruksi
c. Sistem Pelaporan (Job flow) dan Standard Operating Prosedur (SOP)
d. Sarana/Perangkat Kerja
e. Record sebagai saran pengendalian
f. Sistem Informasi dan Komunikasi

2.2.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Suatu struktur organisasi yang baik, akan memperlihatkan orang yang bertanggung
jawab mempunyai tugas dan wewenang yang sangat jelas, artinya agar struktur
organisasi tidak kehilangan fungsi operasionalnya maka diperlukan adanya orang-
orang yang bertanggung jawab dan menguasai seluk beluk bidang tugasnya, hal ini
berarti setiap bagian gugus tugas mempunyai penanggung jawab, yang dapat
menjalankan fungsi tugas dan kewajibannya disertai kewenangan yang ada.

149 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


a. Organisasi
Di dalam struktur organisasi di samping orangnya jelas sesuai dengan
penempatannya maka di dalamnya diatur pula “uraian tugas” (Job
Description) bagi setiap jabatan. Dalam uraian tugas tersebut antara lain
dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
 Bertanggung jawab kepada siapa
 Tugasnya apa
 Apa yang menjadi tanggung jawabnya
 Wewenangnya sampai di mana
Uraian tugas ini hendaknya dipahami oleh pihak-pihak yang berkaitan baik
oleh yang bersangkutan, atasan yang bersangkutan maupun bagian personalia
agar semuanya menjadi jelas sehingga dapat diukur keberhasilan tugasnya.

b. Keterampilan (Operator/Mekanik)
Dalam hal pemilihan dan penempatan operator, harus selalu disesuaikan
dengan jenis peralatan yang dimiliki baik tingkat pengetahuan maupun
keahliannya dalam pengoperasian alat.
Demikian juga untuk mekanik, jumlah yang dimiliki harus disesuaikan
dengan jumlah alat yang dimiliki tentunya dengan perbandingan yang
seimbang dan disesuaikan dengan jam kerja peralatan yang dipakai di
lapangan, misalnya untuk 1 (satu) orang mekanik dapat menangani 10 unit
alat. Jumlah perbandingan ini sangat tergantung dari besar kecilnya kapasitas
alat, kesulitan teknologi perbaikan termasuk jumlah alat yang dikelola sehari-
hari.
Keahlian dari operator dan mekanik dalam mengoperasikan dan
memelihara alat sangat berperan sekali, hal ini akan menentukan produktifitas
yang efektif dan efisien sehingga dapat mempertahankan tingkat keausan
yang wajar sepanjang umur ekonomisnya, dengan demikian kondisi alat dapat
terjamin selama dipergunakan. Oleh karenanya pemilihan sumber daya
manusia harus sangat hati-hati sekaligus sesuai dengan kebutuhan.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 150


c. Aplikasi & Operasi Peralatan Konstruksi
Pemakaian (Aplikasi & Operasi) peralatan di lapangan pekerjaan (Job
Site) yang besar akan memberikan pengaruh yang baik terhadap produksi
peralatan dan umur kegunaan peralatan (Usefull Life) sesuai
standar/spesifikasinya. Beberapa hal yang harus diketahui dalam mengaplikasi
dan mengoperasikan peralatan adalah :
1.Klasifikasi Peralatan Konstruksi
Yang dimaksud klasifikasi peralatan adalah pengelompokan alat yang
operasinya sesuai dengan jenis/macam pekerjaan, maka fungsi alat-alat
bantu dan kelengkapannya (tool & attachement) penggunaannya harus
sesuai pula dengan medan kerja di lapangan.

2.Prinsip Dasar Operasi Alat


Prinsip dasar operasi alat meliputi penguasaan dalam bidang:
 Pengenalan fungsi & kegunaan peralatan dengan perlengkapan
(Attachment) nya
 Pemilihan lingkup pekerjaan & medan
 Pemilihan alat yang sesuai dengan aplikasinya
 Pemahaman peraturan keselamatan kerja & peraturan lalu lintas
(untuk kendaraan)
 Pemahaman standar operasi alat sesuai dengan buku petunjuk
(Manual Book) yang diberikan pabrik pembuatnya
 Penempatan petugas/operator yang menangani/mengoperasikan
peralatan sesuai dengan keterampilannya
 Peroperasian alat yang baik dan benar sesuai aturan yang ada dalam
buku petunjuk operasi

3.Standar Operasi Alat


Standar operasi peralatan adalah meliputi hal-hal yang tersebut di
bawah ini :
151 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
 Persiapan peralatan sebelum operasi.
 Tata cara sebelum operasi.
 Tata cara saat operasi.
 Tata cara sesudah operasi.

Penjelasan lebih detail untuk standar operasi alat akan dijelaskan dalam
bab tersendiri yang masuk dalam kriteria prosedur
pemakaian/pemeliharaan mesin.

Kesalahan dalam mengaplikasi dan mengoperasikan peralatan akan


merugikan, baik dalam produksi, tenaga dan waktu sehingga secara
makro akan menghambat laju produktifitas peralatan yang semua itu
akhirnya bermuara pada bertambahnya biaya. Untuk jelasnya dapat kita
lihat pada berikut ini.

Hubungan Antara Kecelakaan dan Biaya

4.Sistem Pelaporan & Standard Operating Prosedur


Sistem Pelaporan & Standard Operating Prosedur yang dimaksud di sini
adalah :
1. Sistem Pelaporan mencakup :
a. Kodering data tiap alat
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 152
b. Apa saja yang perlu dilaporkan sesuai dengan kepentingan
perusahaan sebagai-mana yang ditetapkan dalam form
c. Bentuk-bentuk form/blangko dan cara/petunjuk pengisiannya
2. Standard Operating Prosedur menyangkut :
a. Laporan dibuat oleh siapa
b. Diketahui/disahkan oleh siapa
c. Kepada siapa disampaikan
d. Sampai dengan batas waktu kapan laporan harus diterima oleh
pemilik peralatan
Berikut adalah tip operasional peralatan konstruksi yang aman:
1. Pastikan peralatan layak pakai
2. Kenali lingkungan (medan) kerja
3. Kenali pengoperasian peralatan dengan beban kritis yang akan timbul
saat operasi
4. Laksanakan pengawasan
5. Laksanakan istirahat interval dan tiap 4 jam
6. Pastikan bahwa operator / tahu adanya bahaya
7. Pastikan peralatan konstruksi dalam posisi aman saat ditinggalkan
selesai operasi

5.Sarana Dan Perangkat Kerja


Sarana & Perangkat Kerja ini dapat berupa :
a. Peralatan/alat tulis kantor seperti komputer dan perlengkapan
lainnya
b. Form-form laporan (blangko laporan) dan sistem flow laporannya
c. Peralatan-peralatan lainnya yang dapat menunjang kelancaran sistem
administrasi baik tertulis maupun dalam bentuk lainnya
d. Perangkat komunikasi

6.Record Sebagai Sarana Pengendalian


a. Pengendalian Secara Umum :

153 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


Pengendalian (control) adalah tugas yang tidak dapat diabaikan, cara
dan pendekatan yang sesuai akan dapat membantu tingkat efektifitas
pengendalian tersebut, di samping perlu tersedianya sistem yang baku
dan difahami oleh setiap orang yang terlihat di dalamnya.
b. Arti Pengendalian dalam Organisasi
Pengendalian adalah usaha sistematik untuk memperoleh informasi
yang sesuai, menilai dan mengevaluasi serta mengambil tindakan
dalam hal ada penyimpangan dari kriteria yang ditetapkan.
Usaha yang sistematik itu tergambar dalam :

Proses Pengendalian Peralatan Konstruksi

7.Perangkat Kerja Pengendalian


Yang dimaksud perangkat kerja pengendalian adalah bentuk-bentuk fisik
dari recording/laporan dari kejadian lain-lain pada saat operasi alat di
lapangan. Macam-macam record diantaranya :
1. Jadwal pemeliharaan secara berkala termasuk di dalamnya untuk
overhaul
2. Jadwal pengadaan suku cadang, bahan bakar, pelumas,
material/consumable part, dll
3. Kegiatan Operasional Peralatan
4. Hasil produksi per-alat per-operator
5. Pemakaian setiap jenis barang untuk keperluan peralatan tersebut
6. Pengeluaran biaya untuk semua jenis alat dan dapat didetailkan pada
setiap peralatan
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 154
7. Riwayat peralatan sejak peralatan dimiliki yang di dalamnya
mencakup
 Sejarah kerusakan peralatan tersebut
 Catatan mutasi peralatan
 Catatan recondisi ulang
 Dan segala sesuatu yang menyangkut kondisi tentang peralatan
tersebut
8. Check list pemeriksaan alat
9. Dan lain-lain kegiatan yang harus dilaporkan (dicatat atau
dimonitoring) untuk kepentingan pengendalian

8.Analisis Evaluasi
Dalam menganalisis dan mengevaluasi setiap data dari laporan peralatan
kita harus mengkaitkan produktifitas alat yang tinggi dengan biaya
produksi yang seefisien mungkin dalam batas umur ekonomis alat
dengan tidak mengabaikan kondisi alat. Berarti bahwa alat masih
mampu/sanggup beroperasi dengan kondisi yang baik, atau dapat
diringkas sebagai berikut :
1. Produktifitas alat dalam kapasitas harus selalu dibandingkan dengan
jam operasi alat, baik dalam hari (untuk yang dikenakan sewa harian
ataupun dalam jam operasi aktual)
2. Biaya produksi rendah (di mana alat masih dalam batas umur
ekonomis).
3. Secara fisik alat masih mampu/available untuk dioperasikan
Hasil analisis 1, 2 dan 3 di atas dapat diketahui setelah kita
memperoleh perhitungan rasio pemakaian (Occupancy Ratio/OR) per
hari/per bulan atau per tahun.

2.2.3 Sistem Informasi dan Komunikasi


Agar administrasi peralatan dapat berjalan dengan baik hal yang terakhir,
yakni sistem informasi dan komunikasi juga merupakan faktor yang penting. Tanpa
155 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
adanya informasi dan komunikasi mustahil administrasi peralatan dapat berhasil
dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
Informasi dan komunikasi yang memberikan masukan data-data untuk
kepentingan recording dari laporan-laporan dapat diperoleh dari :
a. Rekan sekerja satu level
b. Atasan maupun bawahan
c. Dari unit-unit lain yang berkaitan
Selain itu sarana/perangkat alat untuk kelancaran sistem komunikasi dan
penguasaan teknologinya serta pola hubungan atasan dan bawahan juga
memberikan andil yang cukup besar bagi tercapainya maksud tersebut di atas.

III. Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


Organisasi pemeliharaan peralatan terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah
jalur pemeliharaan/perawatan terdiri dari pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
bagian pemeliharaan. Bagian kedua adalah sistem manajemen pemeliharaan, suatu
sistem yang dibentuk dari petugas dengan tugas-tugasnya agar jalur pemeliharaan ini
berjalan dengan baik. Bagian ketiga adalah menyangkut saluran dokumen dan catatan,
yang merupakan alat utama manajemen dan komunikasi bagi manajer pemeliharaan.
3.1 Jalur/Siklus Pemeliharaan
3.1.1 Pelumasan dan pemeliharaan
Elemen pertama dari jalur pemeliharaan adalah pelumasan dan pemeliharaan rutin,
termasuk pelumasan, penggantian oli dan saringannya dan penyetelan ulang
bagian-bagian mekanis. Semua organisasi pemeliharaan harus melaksanakan
tugas-tugas dasar ini dengan keahlian dan mendekati kesempurnaan. Untuk
terwujudnya dengan baik tugas-tugas ini, pelaksanaan pemeliharaan dan
pelumasan harus merupakan ketetapan rutin. Keterangan tentang apa yang harus
dilakukan, kapan melaksanakannya, dan bagaimana cara melakukannya juga
terdapat pada buku petunjuk pemeliharaan dan pelumasan untuk tiap jenis model
alat.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 156


Sangatlah penting bahwa tugas rutin ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan untuk mengurangi gangguan pada saat alat beroperasi dan
meningkatkan penugasan dari para mekanik pemeliharaan.

Pentingnya kontrol bagi manajemen untuk mengetahui apakah tugas sudah


dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukannya perlu adanya suatu
prosedur pemenuhan data arus balik.

3.1.2 Inspeksi/Pemeriksaan
Bagian berikutnya dari jalur pemeliharaan adalah pemeriksaan alat. Sangat
disayangkan bahwa pada kebanyakan organisasi pemeliharaan, bagian ini sering
terlupakan.

Nilai dari program inspeksi yang baik tidak dapat disangsikan lagi. Suatu program
inspeksi yang baik, ataupun tanpa itu, akan jelas mempengaruhi biaya dan
pengadaan alat. Sesungguhnya, suatu program inspeksi yang baik sering
menentukan apakah pemeliharaan secara aktif dikontrol dan diatur, atau bila tidak
berfungsi maka organisasi itu akan bertindak dari suatu krisis kepada krisis lainnya
dan tidak pernah ada kontrol terhadap alat.

Agar efektif, tugas inspeksi harus dijadwalkan untuk mengurangi gangguan


produksi, dan inspeksi harus dilakukan dengan cepat dan efisien. Penjadwalan
harus termasuk pemeriksaan dan pemeriksaan di sini merupakan bagian dari
pemeliharaan rutin dan berkala yang meliputi :
1. Pemeliharaan Harian (setiap 8 jam)
2. Pemeliharaan Mingguan (setiap 50 jam),
3. Pemeliharaan Bulanan (setiap 200 jam) termasuk tune–up ringan untuk
mesin-mesin kecil
4. Pemeliharaan Berkala lainnya setiap :
 1000 Jam/2000 km

157 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


 5000 jam/10.000 Km
 10.000 jam/50.000 Km

Suatu elemen kontrol yang penting dari tugas inspeksi adalah keterampilan balik
yang didapat manajemen. Ini dapat berupa suatu daftar inspeksi yang telah diisi,
yang melaporkan bahwa inspeksi telah dilaksanakan dan menyebutkan kerusakan
yang ditemukan pada pemeriksaan. Ini sangat penting karena langkah berikutnya
dalam jalur pemeliharaan adalah analisa hasil inspeksi.

3.1.3 Hasil Inspeksi


Analisa ini membantu menentukan apakah jalur pemeliharaan harus dipersingkat,
dalam hal ini dialihkan pada perbaikan darurat, di luar jadwal yang ditentukan.
Pilihan yang lain adalah melanjutkan dengan elemen terkontrol dan terencana yang
lebih efisien hasilnya dan biaya kerja rendah.

Langkah yang harus diambil dari hasil inspeksi ini adalah menemukan hal-hal yang
perlu penanganan segera biasa disebut dengan perbaikan darurat
(emergency repair). Perbaikan darurat dapat dilaksanakan kerusakan berpotensi
mengakibatkan problema yang serius atau mahal bila tidak segera diperbaiki.

Dari hasil inspeksi ini juga dapat ditemukan hal-hal yang dapat dijadwalkan
perbaikannya pada waktu yang akan datang dan memberi kesempatan kepada
manajemen dan proses control untuk mengambil langkah sehingga lebih efektif dan
efisien.

Bila hasil inspeksi ini diketahui, langkah berikutnya dalam jalur pemeliharaan
adalah bertatap muka atau berkomunikasi dengan beberapa departemen dan
manajer agar jelas tindakan apa yang akan diambil, dimengerti dan disetujui.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 158


3.1.4 Evaluasi dan Kesimpulan
Dalam proses evaluasi, Departemen Produksi selaku departemen yang
menggunakan alat harus dimintakan pendapat dan persetujuannya untuk perbaikan
di luar jadwal atau penjadwalan perbaikan pada waktu yang akan datang.
Persetujuan antara bagian produksi dan bagian pemeliharaan biasanya sulit
menghasilkan suatu kesamaan pendapat, tetapi hal ini tidak dapat dikesampingkan
begitu saja. Langkah yang tepat pada jalur pemeliharaan adalah menentukan
sasaran perbaikan.

3.1.5 Menetapkan Rencana Perbaikan


Menentukan sasaran perbaikan akan memberikan beberapa pilihan dalam
membantu pelaksanaan perbaikan.

Penting bagi manajemen meninjau beberapa kemungkinan seperti melakukan


perbaikan oleh tenaga mekanik sendiri atau meminta agen tunggal untuk
memperbaikinya, memakai komponen penukar dari pada meremajakan, atau
penggantian komponen terencana.

Langkah lain meliputi perencanaan yang meliputi bagaimana dan di mana


perbaikan itu dilakukan, siapa yang mengontrol dan siapa yang melaksanakan
perbaikan. Ini juga memerlukan koordinasi dari semua elemen yang termasuk
dalam tugas seperti tenaga terampil, suku cadang, tempat perbaikan, alat bantu,
peralatan dan buku petunjuk. Untuk melakukan ini diperlukan suatu jadwal induk
pelaksanaan untuk mengikutsertakan semua elemen kerja. Begitu langkah di atas
telah siap maka dilanjutkan pelaksanaan perbaikan terencana.

3.1.6 Pelaksanaan Perbaikan


Apakah perbaikan ini dilakukan “dalam perusahaan” atau di luar perusahaan, yang
penting adalah adanya Surat Perintah Kerja. Dengan surat perintah kerja jelas
tertera instruksi perbaikan, dan membantu pengontrolan tenaga kerja dan material

159 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


yang dipakai dalam perbaikan. Perbaikan dilakukan pula pada kondisi–kondisi
berikut ini :
• Kerusakan di luar rencana/estimasi/perkiraan, (perbaikan ringan,
perbaikan berat).
• Perbaikan perawatan berkala sesuai jadwal.
• Perbaikan besar (General Overhaul), sesuai ketentuan, yakni :
- PTK 1, PTK 2, PTK 3, PTK 4 dan PTK 5,
- Peremajaan atau kondisi di luar perkiraan standar

Pada saat perbaikan dilakukan, ada kesempatan yang sangat baik untuk melakukan
tambahan inspeksi dan pengetesan. Ini akan mengurangi gangguan di kemudian
hari dengan menemukan problema yang dapat ditanggulangi pada saat itu. Pada
saat pekerjaan perbaikan selesai, ada langkah lain yang harus diambil sebelum
menyatakan bahwa perbaikan selesai.

3.1.7 Pengendalian Mutu


Langkah ini adalah pengecekan “quality control”, dan walupun ini terpisah, tetapi
tidak boleh diabaikan, ini sesungguhnya bagian penting dari tiap perbaikan.

Arti dari quality control adalah bahwa tiap pekerjaan diperiksa dan dites sebelum
alat dioperasikan kembali. Testing sangat penting khususnya untuk komponen
rumit seperti engine dan transmission guna mendeteksi problema sebelum dipasang
kembali. Jangan menggunakan alat (Machine) sebagai “test bench”.

Hasil inspeksi dan testing dicatat dan merupakan dokumen tertulis untuk ditinjau
kembali oleh manajer bengkel atau peralatan. Dengan selesainya perbaikan dan
pengecekan mutu, langkah berikutnya pada jalur pemeliharaan adalah laporan
penyelesaian kerja untuk mereka yang berkepentingan guna mengetahui bahwa
alat dapat kembali beroperasi. Laporan penyelesaian kerja dilakukan secara lisan
tetapi lebih baik dibuat laporan tertulis.
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 160
3.1.8 Laporan
Bagian produksi atau koordinator pemeliharaan dapat diberitahu secara lisan, tetapi
keterangan tertulis berdasarkan data peralatan konstruksi, surat perintah kerja dan
rekapitulasi biaya diperlukan untuk data arsip alat.

Laporan pelaksanaan lengkap tiap langkah dalam jalur pemeliharaan sangat


penting, walaupun ini lebih memerlukan keterampilan manajemen daripada
mempersingkat jalur, keuntungan dari jalur pemeliharaan lengkap sangat banyak
artinya.

Keuntungan pertama adalah penghematan tenaga kerja. Walaupun pada


permulaannya akan ada tenaga ekstra dan perlu perhatian dan waktu dari
manajemen untuk menggunakan jalur pemeliharaan lengkap tetapi di kemudian
hari waktu pemeliharaan dan perbaikan akan lebih efisien. Ini merupakan faktor
yang berarti untuk memperkecil biaya kerja.

Keuntungan kedua dari jalur pemeliharaan adalah bahwa perbaikan-perbaikan


akan dilakukan lebih efisien dan tidak mahal, mutu perbaikan tinggi serta
berkurangnya kerja ulang.

Keuntungan ketiga adalah dapat menghasilkan system pengadaan alat yang baik,
terutama bila program inspeksi ditekankan.

Keuntungan keempat adalah umur alat bertambah. Manajemen akan mendapat


catatan dan informasi yang lebih baik sebagai sarana untuk rencana perbaikan dan
menekan biaya. Mengikuti tiap langkah dapat juga mendeteksi problema gawat
yang akan menambah biaya atau kerusakan berat.

Di samping hal yang tersebut di atas, ada hal-hal penting lain yang harus
diperhatikan untuk melengkapi organisasi pemeliharaan dari elemen kerja pada
jalur pemeliharaan.
161 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
3.2 Sistem Manajemen Pemeliharaan
Untuk mengontrol laju pemeliharaan, diperlukan suatu sistem manajemen
pemeliharaan. Sistem yang akan dibahas, terutama untuk peralatan konstruksi pada
tugas pekerjaan tanpa memperhatikan jabatan ataupun struktur. Ini disebabkan pada
beberapa organisasi seseorang merangkap beberapa pekerjaan yang harus diawasi.

Pembahasan diawali dengan menggambarkan pemeli-haran peralatan konstruksi yang


merupakan pekerjaan dari dua petugas utama, yaitu foreman dan serviceman. Tugas
seorang foreman adalah memberi tugas kerja dan tugas serviceman adalah
melaksanakan kerja.
3.2.1 Foreman (Pengawas Pemeliharaan)
Tugas utama dari seorang foreman adalah memimpin tenaga kerja, bukannya
mencari suku cadang atau menjadi pesuruh. Agar organisasi bisa efektif, foreman
harus menyumbangkan sebagian besar waktunya (80% atau lebih) pada aktivitas
pengawasan langsung dalam memimpin.
Foreman juga harus memastikan bahwa para pekerja mendapatkan literature teknik
yang sesuai dan alat kerja khusus. Pada perbaikan darurat ataupun di luar jadwal,
foreman biasanya mengatur tempat perbaikan, tenaga kerja, peralatan, dll.

3.2.2 Serviceman (Pelaksana service/ Pemeliharaan)


Seorang mekanik harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk melakukan
pekerjaan perbaikan. Ia juga pada posisi untuk melakukan inspeksi pada alat yang
sedang diperbaiki guna meneliti adanya problem lain dan ia dapat melakukan
testing pada beberapa sistem alat. Ia harus mengisi kartu kerja (time card), dan
pada perbaikan di luar jadwal, ia yang akan membuat permintaan suku cadang
yang diperlukan.

3.2.3 Quality Control


Quality Control harus menjadi bagian dari manaje-men pemeliharaan. Seorang
inspektur atau pengawas madya, harus melakukan tugas ini dan melaporkan

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 162


penyelesaian perbaikan pada supervisor. Quality Control tidak boleh dilakukan oleh
orang yang melakukan pekerjaan perbaikan.
Kegunaan dari quality control termasuk inspeksi dan keperluan testing dari kerja
perbaikan yang selesai dikerjakan. Setiap kerusakan atau problema harus dicatat
dalam dokumen, karena manajemen dan training perlu mengetahuinya. Bila
pemeriksaan quality control telah dilaksanakan dengan baik, buatkan
pemberitahuan penyelesaian atau surat perintah kerja dan diparaf sebagai tanda
selesainya perbaikan. Beberapa fungsi penting lainnya juga termasuk dalam sistem
manajemen pemeliharaan.

3.2.4 Inspeksi
Fungsi inspeksi sangat penting, apakah dilakukan secara harian, mingguan atau
berkala, merupakan bagian dari jalur pemeliharaan, dan harus menghasilkan
laporan inspeksi untuk dapat dianalisis.
Analisis ini akan membuahkan kesimpulan apakah diperlukan suatu perbaikan
darurat, atau perbaikan dapat dilakukan pada waktu mendatang. Laporan
disampaikan pada perencana pemeliharaan yang kemudian akan memasukkan
dalam rencana kerja pada jadwal induk. Pada saat inilah tercapai persetujuan
penjadwalan dengan bagian produksi.
Tugas seorang inspektur adalah memeriksa alat, meyelesaikan pengisian, atau bila
perlu, membuat catatan laporan kelainan.

3.2.5 Perencana Pemeliharaan


Fungsi dari perencana pemeliharaan, apakah merupakan kerja tersendiri, digabung
dengan tugas kerja lainnya atau kumpulan petugas-petugas tersendiri adalah
sangat penting. Posisi ini mempunyai tanggung jawab yang sangat peka dan
memerlukan dukungan manajemen untuk melakukan kerja dengan baik. Perencana
pemeliharaan juga harus menghadapi bagian produksi, kepala perbengkelan dan
manajer peralatan.
Untuk perbaikan-perbaikan yang dijadwalkan, ia akan mengeluarkan surat perintah
kerja, memesan material dan suku cadang dan memastikan bahwa pesanan

163 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


diterima dengan baik. Mempersiapkan estimasi untuk bermacam pilihan perbaikan
seperti penukaran komponen, peremajaan, diperbaiki sendiri atau oleh agen
tunggal, mengontrol dokumen dan kerusakan suku cadang terhadap garansi kerja
dan mengurus arsip catatan alat.
Dua elemen berikutnya yang ada kaitannya dengan sistem manajemen
pemeliharaan adalah training dan equipment manajemen. Tiap elemen ini
berkaitan dengan beberapa elemen lainnya dan fungsinya menjadi makin penting.

3.2.6 Pelatihan (Training)


Training bertanggung jawab pada program pendidikan dasar keterampilan untuk
karyawan baru dan menambah pendidikan untuk mekanik yang berpengalaman.
Training Manager mengkoordinasikan “on the job training” (OJT) dan
“performance oriented training” (POT). OJT mendidik mekanik yang kurang
punya pengalaman dengan cara memberi kerja mereka di bawah pengawasan
langsung dari para mekanik terampil yang telah dididik teknik OJT.
POT memerlukan daftar inventaris keterampilan dari tiap mekanik dan suatu
program pengembangan keterampilan sesuai kebutuhan organisasi pemeliharaan.
Bagian training juga mengorder literature service dan material training dari agen
tunggal atau pabrik dan mengkoordinasi pendidikan di tempat kerja atau pada
bagian pendidikan keagenan tunggal.

3.2.7 Manajer Peralatan


Manajer peralatan atau penentu pemakaian peralatan memegang peran penting
dalam kelancaran fungsi kerja organisasi pemeliharaan. Di antara peran itu adalah
memonitor segala kegiatan dengan kemampuan melihat melalui sekatan dinding.
Manajer peralatan diibaratkan harus mampu bekerja sebagai pengurus tenaga kerja
seperti Dale Carnegie, seorang manager keuangan dan akuntan setaraf Price
Waterhouse, seorang wasit penyelesai sengketa dengan keterampilan seperti
Moses, seorang penyelidik dengan kemampuan seperti Sherlock Holmes, seorang
perunding seperti Henry Kissinger dan seorang perencana dengan minimum 500
kegiatan yang berbeda.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 164


Ini adalah gambaran yang mendekati kebenaran tentang pentingnya fungsi manajer
peralatan, tetapi agar diperhatikan bahwa semua ini merupakan keterampilan
manajemen. Dalam sistem manajemen pemeliharaan, kemampuan melakukan
pekerjaan anak buah adalah kurang penting dari pada kemampuan mengatur
kegiatan kerja anak buah. Satu elemen lagi pada sistem manajemen pemeliharaan
adalah Records dan Data.

3.2.8 Data dan Record


Fungsi ini menyediakan laporan hasil kerja dari seluruh organisasi pemeliharaan
dan membantu dalam kontrol inventarisasi. Langkah pertama adalah
mengumpulkan data dari macam-macam dokumen dan laporan dari seluruh
elemen organisasi pemeliharaan. Kebanyakan sistem tidak berjalan baik bila hanya
berdasarkan instruksi dan laporan lisan. Hal ini harus berdasarkan pada data
peralatan konstruksi, dokumen dan catatan.
Fungsi catatan dan data adalah untuk mempersiapkan ringkasan laporan, dan
digunakan untuk dibagikan sesuai dengan kebutuhan organisasi pemeliharaan.
Inventory control tergantung pada catatan dan data yang tepat untuk menghindari
kelambatan dan menyebabkan kekurangan atau kelebihan stok yang merugikan
perusahaan.

3.3 Dokumen dan Alur Pencatatan (Document and Record Flow)


Pencatatan adalah bagian vital dari program manaJemen, tanpa catatan, tidak akan
ada program, tetapi membuat catatan saja tidaklah cukup. Catatan harus mengandung
informasi yang dapat digunakan pada tiap tingkatan manajemen operasi. Informasi
harus tepat, siap setiap saat di perlukan dan mudah untuk di mengerti. Informasi harus
ditetapkan kegunaannya lebih dahulu dan didistribusikan dengan baik sebelum
dilaksanakan pengumpulan data.

Sistem catatan dan dokumen terdiri atas informasi tingkat awal, informasi untuk
pembaharuan sistem dan laporan hasil pencatatan untuk membantu pengaturan

165 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


program pemeliharaan. Untuk melaksanakan sistem pencatatan, diperlukan informasi
tingkat awal.

3.3.1 Record data awal


Biasanya dokumen pertama adalah laporan pemeriksaan penyerahan seperti juga
laporan kondisi alat waktu di terima. Laporan pemeriksaan penyerahan
mencantumkan serial nomor dari alat dan kelengkapannya.
Usage projection atau perhitungan pemakaian, terdiri dari pengaturan jam kerja
dan beban kerja yang di lakukan, dicatat dalam sistem guna membantu
penjadwalan inspeksi dan pemeliharaan pelumasan. Perhitungan pemakaian juga
termasuk penjadwalan jarak waktu pemeliharaan pelumasan dan inspeksi, dan di
tentukan bagian-bagian yang harus di inspeksi. Bila pemakaian dan beban kerja
berubah, jarak waktu pemeliharaan pelumasan dan inspeksi juga harus diubah. Bila
semua informasi sudah dicatat dalam sistem, maka yang diperlukan adalah
pembaharuan data.

3.3.2 Pembaharuan Data (Up date)


Bila sistem catatan pemeliharaan sudah dibuat, sangatlah penting untuk mendapat
informasi balik guna mengetahui bahwa program pemeliharaan sudah dilakukan.
Inspeksi dari mulai pemeriksaan keliling sampai dengan pengetesan yang
mendalam harus di masukan dalam sistem pencatatan. Suatu pedoman atau daftar
pengecekan harus disiapkan untuk inspektur agar pada saat penyelesaian inspeksi,
daftar pengecekan ditandatangani oleh inspektur. Hal ini sangat berguna sebagai
pemasukan data dokumen dan juga mengetahui kekurangan atau kelainan
kelainannya.
Sistem juga memerlukan pembaharuan data jam kerja mesin secara terus-menerus
untuk memastikan pelaksanaan pemeliharaan pelumasan dan inspeksi yang
dijadwalkan telah dikelola dengan baik. Jumlah jam kerja bisa didapat dari "service
meter" atau dari jam kerja operator. Hal yang penting untuk pembaharuan data
informasi adalah informasi balik tertulis yang menyatakan bahwa jadwal
pelaksanaan perawatan pelumasan selesai dikerjakan.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 166


Data dari surat perintah kerja, seperti biaya suku cadang dan ongkos kerja dapat
dipakai sebagai penelitian biaya perbaikan alat. Dari pengumpulan informasi ini,
dapat diperoleh gambaran tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya .

3.3.3 Hasil Akhir (keluaran)


Hasil pengumpulan data harus dapat dimengerti dan didokumentasikan dengan
baik sehingga dapat digunakan para manajer untuk merencanakan pengaturan
peralatan, menjadwalkan perbaikan, dan mengadakan tindakan perbaikan untuk
mengurangi gangguan di luar jadwal.
Hasil catatan yang tepat dan meliputi segala hal sangat penting sebagai sarana bagi
manajemen. Salah satu hasil laporan yang diperlukan adalah laporan kegiatan yang
dikeluarkan baik mingguan atau bulanan, yang mencantumkan tugas-tugas
pemeliharaan pelumasan atau inspeksi teknik dan keselamatan. Ini memungkinkan
para petugas lapangan untuk terus mengikuti dan memastikan bahwa fungsi
pemeliharaan tidak dilupakan.
Di samping itu manajer proyek harus menerima ringkasan laporan kegiatan dari
hal yang telah dijadwalkan sehingga peralatan dapat di manfaatkan secara efesien.
Hal ini akan meningkatkan komunikasi antara bagian pemeliharaan dan produksi.
Laporan yang harus mengiringi laporan kegiatan atau bagian dari laporan kegiatan
itu sendiri adalah laporan pengecualian dengan catatan masalah perawatan yang
melampaui waktunya dan harus di kirimkan kepada perencana pemeliharaan dan
manajer proyek.
Laporan keaadaan alat mengambarkan keadaan sebenarnya dari semua
keterangan pemeliharaan pelumasan dan inspeksi yang sudah dicantumkan dalam
sistem. Tambahan atau perbaikan dapat di catat dan dimasukkan dalam sistem
untuk tiap alat. Laporan ini juga menunjukkan apakah komponen-komponen
utama memerlukan servis. Ini sangat membantu bila alat berada dalam jadwal
untuk servis rutin dan komponen lainnya sudah mendekati jadwal waktu servis.
Perencana pemeliharaan dapat mengatur agar kedua tugas dapat dilakukan
sekaligus pada waktu yang sama. Laporan lokasi alat dipakai untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :

167 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


 Di mana lokasi dari tiap alat
 Bagaimana penggunaan alat itu sekarang
 Di mana alat itu di gunakan sebelumnya
 Berapa persenkah kemampuannya
Untuk mengurangi biaya kepemilikan dan meningkatkan pengembalian investasi,
cara yang sangat efesien adalah pengaturan penggunaan kemampuan alat untuk
menghasilkan pendapatan dari tiap alat yang dinilai dalam ribuan rupiah perhari.
Setiap usaha harus dilakukan untuk mengurangi jumlah waktu dimana alat tidak
dioperasikan. Hal ini hanya dapat dicapai bila manajer peralatan terus menerus
mengikuti laporan lokasi alat.
Untuk membantu dalam rencana perbaikan dari komponen utama adalah adanya
laporan umur komponen. Laporan ini menunjukkan jumlah waktu operasi dari
bermacam komponen alat pada saat itu. Perencana pemeliharaan menggunakan
laporan ini untuk :
 Menentukan umur servis komponen
 Merencanakan waktu penggantian atau peremajaan komponen
 Memproyeksikan biaya total peremajaan komponen
 Menentukan waktu penggantian alat yang paling ekonomis
Laporan umur komponen dipakai luntuk menyusun laporan penggantian
komponen dan menyusun catatan lengkap perbaikan untuk tiap alat. Perencana
pemeliharaan menggunakan laporan ini juga untuk:
 Mengemukakan biaya perbaikan komponen
 Menunjukan dengan tepat problema perbaikan yang terus menerus
 Menyediakan informasi klaim garansi
 Mengurangi gangguan di luar jadwal
Laporan biaya suku cadang dan ongkos kerja sesunggguhnya terbentuk dari
beberapa laporan biaya yang digunakan oleh manajer peralatan, yang berisi
informasi tentang :

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 168


 Biaya aktual alat terhadap biaya yang dianggarkan untuk peralatan
konstruksi
 Penyediaan alokasi perbaikan besar (overhaul) pada perbaikan di kemudian
hari
 Perubahan harga biaya penggantian (Part Exchanges)
 Biaya depresiasi sesungguhnya
 Perhitungan bunga uang
 Biaya eksploitasi rata-rata
Suatu laporan yang memberikan indikasi kemampuan peralatan dan hasil kerja
program pemeliharaan adalah laporan kesiapan alat. Hasil kerja bengkel
merupakan topik yang luas, tetapi manajer peralatan memerlukan laporan untuk
penilaian hasil kerja kegiatan perbaikan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
dalam laporan macam ini adalah jumlah kerja ulang dan standar kerja.
Suatu organisasi pemeliharaan harus dibentuk untuk melakukan kontrol terhadap
pelumasan, pemeliharaan dan perbaikan berkala. Sistem manajemen diperlukan
guna memastikan bahwa kerja yang ditentukan dalam jalur pemeliharaan
dilaksanakan secara baik. Terakhir, dokumen dan saluran pencatatan merupakan
sarana yang penting bagi manajemen.
Kesimpulannya adalah bahwa organisasi pemeliharaan dibentuk untuk
meningkatkan keuntungan bukan untuk menambah pengeluaran biaya; guna
mengontrol administrasi pendataan bukan untuk menambahnya; serta
menghasilkan sistem pemeliharaan yang baik, terencana dan bukan perbaikan
darurat.

169 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


3.4 Teknik-teknik Pemeliharaan
NILAI

KENALI
JENIS ALAT

KENALI JENIS
KERUSAKAN
TROUBLE SHOOTING

KERUSAKAN BERKALA YANG TELAH TERJADI


(UNIT BREAKDOWN)
SESUAI PM/

JADWAL OVERHAUL ANALISA & EVALUASI

LANGKAH-LANGKAH OVERHAUL
PERBAIKAN DARURAT

PERSIAPAN :
- SUKU CADANG/MATERIAL
CONSUMABLE GOOD
- MEKANIK
- TOOLS/SARANA KERJA

PERBAIKAN

INSPEKSI

OK

SELESAI

3.4.1 1Jenis Alat


 Spesifikasi alat
 Kemampuan alat bekerja pada medan ringan, sedang dan berat
 Kapasitas alat
 Faktor-faktor K3

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 170


3.4.2 Trouble Shooting
Mengetahui secara garis besar jenis-jenis kerusakan yang akan terjadi, sesuai PTK
II sampai dengan PTK IV

3.4.3 Kerusakan Berkala


 Kerusakan berkala ini dapat diketahui dengan memprediksi sesuai jadwal
overhaul.
 Kerusakan yang parah dapat dihindari jika pelaksana mengerti proses
perbaikan/ maintenance dan ketentuan PTK I sampai dengan PTK IV

3.4.4 Analisa Kerusakan


1. Setiap kerusakan dari unit yang telah di-breakdown harus dibuat analisa
dan evaluasi :
 Persiapan suku cadang/material
 Dilaporkan ke manajemen agar ada perbaikan program, baik untuk
pemeliharaan maupun sistem perbaikan
 Dasar pengambilan keputusan apakah alat masih dapat dipakai atau
tidak

2. Mengapa kerusakan terjadi :


 Kesalahan operasi
 Kesalahan assembly dari pabrik
 Kesalahan pemasangan saat perbaikan
 Kesalahan tidak menepati jadwal pemeliharaan atau salah dalam
melaksanakan pemeliharaan.

3. Menentukan langkah-langkah perbaikan

171 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


3.4.5 Langkah-Langkah Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilaksanakan dalam kondisi mendesak yang menyangkut K3 dan
apabila kerusakan dapat diatasi sementara.

3.4.6 Perbaikan Besar (Overhaul)


Adalah perbaikan meyeluruh dari bagian-bagian yang rusak seperti PTK III, PTK
IV, PTK V.

3.4.7 Persiapan Perbaikan Besar (Overhaul)


 Dibuat jadwal pendatangan suku cadang.
 Dibuat jadwal perbaikan.
 Inventarisasi Tools/sarana.
 Inventarisasi tenaga mekanik pemeliharaan dan perbaikan.

3.4.8 Inspeksi
Inspeksi ini harus dilaksanakan pada setiap proses perbaikan baik yang akan selesai
maupun telah selesai, dengan maksud menjamin alat-alat agar benar-benar siap
pakai dengan mutu perbaikan yang baik.
Inspeksi harus dilakukan bersama-sama antara petugas perbaikan dengan quality
controller. Dalam melaksanakan inspeksi akan dijumpai temuan-temuan. Temuan
tersebut harus dibuat kesimpulan dan saran-saran untuk perbaikan, selanjutnya
dapat digunakan untuk usulan/saran guna memperbaiki kekurangan, kesalahan–
kesalahan yang pernah terjadi, agar menjadi lebih baik dan kesalahan yang sama
tidak terulang.

3.5 Penyebab Manajemen Peralatan Konstruksi yang Kurang Baik


a. SDM Kurang baik.
b. Tidak ada perencanaan jadwal :

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 172


 pemeliharaan
 pengadaan suku cadang dan stock suku cadang
 Jadwal overhaul
c. Pengawasan (control) tidak ada :
 sebelum pekerjaan (Pra control)
 selama proses pekerjaan (Proses control)
 pasca pekerjaan (Post control)
d. Analisa dan evaluasi efektifas pemakaian peralatan tidak ada.
Kesalahan dalam melaksanakan pemeliharaan akan memungkinkan atau bahkan
menyebabkan terjadinya faktor kecelakaan kerja, hal ini disebabkan tidak
berfungsinya salah satu bagian/komponen karena salah pemeliharaan tersebut.
Pada kondisi demikian akan terjadi kerugian diantaranya hilangnya
nyawa/tenaga dan waktu sehingga secara makro akan bermuara pada biaya,
dan tentunya akan menghambat produktifitas peralatan konstruksi tersebut.
e. Faktor teknis instalasi / peralatan.
Konstruksi pesawat / instalasi tidak memenuhi syarat ( terdapat kesalahan
dalam rancangan konstruksi )
Material / proses pembuatan /pemasangan / pemeriksaan/ pengujian . adanya
kemunduran kualitas akibat pemakaian atau pemakaian yang tidak normal.
Alat pengaman perlengkapan tidak memenuhi persyaratan atau tidak berfungsi
dengan baik.
Modifikasi / perubahan beberapa bagian peralatan tidak sesuai standart yang
ada.

3.6 Pengendalian Pemeliharaan


Agar kesalahan pemeliharaan diantaranya salah memilih material atau salah memasang
dan menyetel, maka diperlukan pengendalian atau control. Pengendalian (control)
adalah tugas yang tidak dapat diabaikan, pendekatan yang sesuai akan dapat

173 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi


membantu tingkat efektifnya pengendalian tersebut, di samping perlu tersedianya
sistem yang baku dan difahami oleh setiap orang yang terlibat di dalamnya.

Pengendalian adalah usaha sistematik untuk memperoleh informasi yang sesuai,


menilai dan mengevaluasi serta mengambil tindakan dalam hal adanya penyimpangan
dari kriteria yang ditetapkan.

Pada dasarnya pengendalian atau kontrol yang dilakukan pada proses


pemeliharaan/perawatan ataupun perbaikan ringan dan berat mempunyai prinsip–
prinsip pengendalian yang sama dengan yang dilakukan pada bagian operasi peralatan
konstruksi, sebagaimana tergambar pada proses pengendalian berikut ini.

Hasil dari proses control ini harus dievaluasi kembali untuk melaksanakan tindakan
perbaikan dengan maksud untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 174


MATERI 10 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

I. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1.1 Pendahuluan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

Pekerjaan konstruksi tergolong pekerjaan yang mengandung atau mempunyai


potensi terjadinya kecelakaan kerja yang cukup besar. Berbagai macam kecelakaan
di tempat kegiatan kontruksi antara lain akibat benda yang jatuh dari atas, karena
terpukul, terkena benda tajam, terkena aliran listrik atau kebakaran, terpeleset, dan
lain lain.

Dari data yang ada persentase kecelakaan pada pekerjaan konstruksi adalah sbb :
 30% : pengangkutan dan lalu lintas
 29% : kejatuhan benda
 5% : kebakaran
 26% : tergelincir, terpukul
 10% : jatuh dari ketinggian
(Sumber laporan ASTEK tahun 1981 – 1987)

Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah kepala, tangan, kaki
padahal bagi para pekerja justru bagian tubuh itu sangat penting dalam melakukan
tugasnya sehari hari. Data tentang kecelakaan kerja di tempat kegiatan konstruksi
di semua negara pada umumnya menunjukan angka yang tinggi. Di Jepang
kecelakaan kerja konstruksi rata-rata 42% dari total kecelakaan kerja pada tahun
1989 dengan jumlah yang meninggal sebanyak 2.412 orang.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 176


Di sisi lain gangguan akibat kerja ternyata cukup banyak, apalagi pada pekerjaan
konstruksi yang sifat pekerjaannya keras dan dilaksanakan pada lingkungan kerja
yang umumnya terbuka. Pekerjaan kontruksi terkadang harus dilakukan dalam
cuaca yang kurang bersahabat, terkadang dingin terkadang panas, hujan, atau
angin kencang. Di samping pekerjaan konstruksi sering harus dilakukan pada
tempat yang berair, lembab gelap dan sebagainya.

Bahan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi di samping berasal dari bahan
bahan alami juga banyak dari bahan buatan yang tidak jarang mengandung bahan
kimia yang mempunyai efek berbahaya bagi para pekerja. Hal hal seperti itu
merupakan sumber penyakit akibat kerja atau juga dapat di sebut sebagai penyakit
jabatan, karena pekerja sakit akibat kerja atau sakit yang diperoleh pada waktu
melakukan pekerjaan. Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam hal ini juga termasuk
kecelakaan kerja.

Penyakit akibat kerja harus mendapatkan perhatian secara khusus karena:


1. Penyakit yang terjadi dapat menimbulkan cacat
2. Penyebabnya adalah akibat perbuatan manusia, peralatan atau bahan yang
digunakan
3. Penyakit akibat kerja akan menurunkan produktivitas dan kemampuan pekerja

1.2 Tujuan Penyampaian Materi


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat memahami/mengerti
tentang :
1. Pengelolalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui pendekatan
manajemen.
2. Jenis-jenis kecelakaan kerja di bidang jasa konstruksi
3. Sebab-sebab kecelakaan kerja
4. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan kerja
5. Sebab-sebab gangguan kesehatan kerja

177 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


6. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan kerja
7. Pemeriksaan kesehatan kerja

1.3 Dasar Hukum


Dasar hukum dalam penerapan K3 pada sektor konstruksi adalah:
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013, tentang Ketenagakerjaan
 Peraturan Pemerintah No. 50 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Per.01/MEN/1980,
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
 Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor Kep.174/MEN/ 1986, Nomor 104/KPTS/1986, tentang
Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Per.05/MEN/1966,
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000, tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Ps.300
 Peraturan menteri Pekerjaan umum No.09/M/PRT/2008. Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja bidang Pekerjaan
Umum.

Standar K3 Internasional :
 Konvensi ILO No. 167 Tahun 1988, tentang Safety and Health in
Construction
 Rekomendasi ILO No. 175 Tahun 1988, tentang Safety and Health in
Construction
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 178
 ILO/OSH June 2001, tentang Guidelines on Occupational Safety and
Health Management Systems (OSHMS)
 Occupatinal Health and Safety Assesment Series ( OHSAS
18001:2007)

1.4 Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui pendekatan


manajemen
a. Melibatkan seluruh aspek sumber daya yang mempengaruhi K3 I tempat
kerja.
b. Mencakup seluruh fungsi manajemen ( PDCA )
c. Mencakup kegiatan yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitative, dan
promotif.
d. Mendorong peran aktif seluruh tingkatan manajemen dan tenaga kerja.
e. Pemenuhan terhadap peraturan dan perundang undangan serta standart
nasional maupun internasional.
f. proses peningkatan berkesinambungan.
g. Terintegrasi dengan manajemen di perusahaan.

1.5 Sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja.


 Merupakan suatu rangkaian proses kegiatan K3 yangmemiliki siklus
dimulai dari kegiatan : Perencanaan , Implementasi, pemantauan dan
Peninjauan kembali.
 Prinsip dasar manajemen K3 adalah peningkata berkesinambungan
melalui siklus Plan – Do – check – Action.

1.6 Sistem manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) bidang


Pekerjaan Umum.
 Sistem K3 ini mewajibkan bagi penyedia jasa di lingkungan Pekerjaan
Umum untuk membuat Pra RK3K dan RK3K.

179 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


 Rencana keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak adalah Dokumen
rencana penyelenggara K3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang
dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh pengguna jasa untuk
selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara penyedia jasa da
pengguna jasa dalam penyelenggaraan K3 konstruksi bidang pekerjaan
umum.

1.7 Sebab-sebab Kecelakaan Kerja


Setiap kecelakaan tentu ada sebabnya, penyebab kecelakaan digolongkan dalam
dua kelompok besar yaitu kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia dan
faktor konstruksi, peralatan dan lingkungan.

1.7.1 Faktor Manusia


Bahaya kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh manusia itu sendiri,
antara lain karena kurangnya pengertian mengenai K-3, kurangnya disiplin
teknik serta kondisi mental pekerja, misalnya :
a. emosional
b. kejenuhan
c. dan lain-lain

1.7.2 Faktor Konstruksi, Peralatan dan Lingkungan


Bahaya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor konstruksi, peralatan
dan lingkungan, antara lain disebabkan :
 Tidak adanya perencanaan K-3.
 Kurangnya pengamanan,
 Penggunaan/pengoperasian peralatan yang tidak benar/tidak sesuai,
 Kegagalan konstruksi.
 Keadaan lingkungan yang tidak baik misalnya lapangan atau tempat kerja
licin, gelap, atau ruangan pengap dll.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 180


Dari penelitian tersebut di atas data statistik menyimpulkan sebab terjadinya
kecelakaan kerja konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh pengangkutan, alat yang
bergerak dan lalu lintas (30%)
a. Penempatan bahan dan alat kurang baik, sehingga lalu lintas angkutan
bahan dan alat kurang baik
b. Disiplin para operator pengangkutan bahan dan alat yang kurang baik
c. Alat dioperasikan oleh orang yang belum terampil
d. Muatan yang terlalu sarat
e. Tanda-tanda lalu lintas atau pengamanan tidak atau kurang memadai
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda (29%)
a. Pemasangan alat kerja dan atau bahan dan penggunaannya kurang
baik/tidak pada tempatnya
b. Tidak ada pengamanan terhadap benda-benda yang jatuh
c. Cara mengangkat bahan/alat ke tempat yang tinggi tidak benar atau
terlalu sarat atau berat
d. Para pekerja tidak menggunakan alat pelindung kepala/helm
3. Kecelakaan yang disebabkan tergelincir, terpukul, terkena benda
tajam/keras (26%)
a. Jalan yang digunakan licin, pekerja berdiri atau berjalan pada tempat
yang tidak semestinya, atau cara kerja yang tidak benar
b. Membiarkan balok-balok atau pagar yang pakunya tidak dimatikan
(dibengkokkan)
c. cara kerja yang tidak benar, atau lalai
4. Kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi (10%)
a. Pekerjaan yang tinggi dari daratan/tanah tanpa pengamanan yang
cukup
b. Pekerjaan dinding/turap yang banyak menggunakan perancah
c. Tangga yang tidak kokoh
d. Terjatuh dari lubang
e. Pelataran kerja yang tidak rata

181 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


5. Kecelakaan terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan (5%)
a. Kabel-kabel listrik dan panel-panel yang rusak dan terpegang oleh
pekerja (kena stroom listrik)
b. Karena adanya kebakaran di proyek, khususnya proyek gedung/tower
tinggi yang bila terjadi kebakaran dapat menimbulkan panik, sehingga
banyak pekerja yang celaka. Penyebab kebakaran mungkin karena arus
pendek, bahan kimia yang peka gesekan/panas tidak ditempatkan
pada tempat yang semestinya sesuai petunjuk
c. Ledakan karena faktor kurangnya pengamanan yakni lingkungan kerja
tidak rapi dan kesalahan penempatan bahan-bahan yang memiliki
kepekaan yang tinggi

1.7.3 Analisis Kecelakaan Kerja


Dari data statistik kecelakaan kerja di atas kemudian dilakukan analisis yang
digolongkan dalam 2 bagian yakni :
1. Menyangkut Kondisi Kerja
 Peralatan tidak sempurna
 Penerangan tidak sempurna
 Ventilasi tidak sempurna
 Tekanan udara tidak aman
 Getaran berbahaya
 Bising
 Pengamanan tidak sempurna
 Perlengkapan tidak aman
 Prosedur kerja tidak ditaati
 Iklim kerja tidak nyaman
 Lain-lain

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 182


2. Menyangkut Proses Kecelakaan Kerja
 Terbentur
 Terpukul atau tertimpa
 Terperangkap
 Terjatuh (pada level yang sama)
 Jatuh (dari tempat tertentu)
 Tergelincir
 Terkampar
 Menghisap bahan berbahaya
 Tersentuh listrik
 Tenggelam
 Tertimbun
 Tergigit
 Lain-lain

1.8 Akibat Kecelakaan Kerja


Akibat dari kecelakaan kerja yang telah terjadi maka korban dapat di golongkan
pada beberapa kategori yakni :
 Meninggal, luka berat dan sedang
 Luka ringan
 Sementara tidak dapat bekerja (STMB), dalam arti terjadi kehilangan jam
kerja diperhitungan, yaitu 2 hari atau lebih
 Cacat permanen dan cacat sementara

Kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dihitung dalam beberapa aspek seperti:
a. Korban manusia
183 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
b. Biaya pengobatan dan rehabilitasi
c. Jam kerja hilang
d. Penggunaan peralatan tidak maksimal
e. Penurunan rehabilitasi perusahaan
Akibat lain dari kecelakaan kerja yang seyogyanya dapat dihindari dan perlu dicatat
adalah penurunan nilai aset, penurunan produksi, kerusakan lingkungan dan ketidak-
nyamanan masyarakat karena gangguan terhadap proses produksi.

1.9 Upaya Pencegahan Kecelakaan


Telah diuraikan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia dan
faktor konstruksi, alat dan lingkungan. Kunci pencegahan terjadinya kecelakaan adalah
mendorong adanya ketertiban dan disiplin kerja serta menjaga agar keadaan lapangan
tertata dengan baik, teratur dan bersih.

Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat ditempuh melalui
upaya:
1. Kampanye dan penyuluhan K3 secara teratur untuk menumbuhkan kesadaran ber
K3
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi K3 bagi para pekerja maupun staf
kontraktor
3. Melakukan pengecekan secara teratur
4. Memasang poster-poster dan tanda–tanda K3 pada tempat–tempat yang
strategis
5. Memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi
peraturan K3 serta memberi penghargaan bagi mereka yang disiplin dan patuh
melaksanakan K-3
6. Usahakan adanya pertemuan, diskusi dan dialog tentang K3 baik dengan pekerja
maupun staf, sebelum mulai atau setelah selesai bekerja, selama proyek berjalan
dan dilakukan secara berkala

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 184


Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor teknis yang meliputi konstruksi,
penggunaan alat, bahan dan faktor lingkungan telah secara rinci diuraikan dalam buku
Pedoman Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi yang merupakan Surat
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum dan dijadikan
buku acuan di tempat kegiatan konstruksi.

Pada buku ini disajikan beberapa hal yang penting berupa suatu ilustrasi dan contoh-
contoh yang didasarkan pada praktek lapangan.
1. Pencegahan kecelakaan akibat angkutan, penggunaan alat dan lalu lintas
Kecelakaan yang disebabkan oleh angkutan dan lalu lintas termasuk terbanyak
(30%). Pengaturan lalu lintas, pengangkutan bahan, alat serta cara
penggunaan alat perlu mendapat perhatian.
Penempatan bahan, alat pada lokasi proyek perlu direncanakan sebaik-baiknya,
agar pada waktu bahan dan alat tersebut akan diangkut dan digunakan tidak
membahayakan para pekerja dan tidak mengganggu lalu lintas di tempat kerja.
Sebagai contoh ketentuan penggunaan peralatan perpindahan tanah, dirinci
dalam :
a. Ketentuan persyaratan alat pemindahan tanah itu sendiri. Alat harus dalam
keadaan baik untuk digunakan, perlengkapan peralatan di antaranya data dan
informasi alat, lampu sain, lampu sinyal, alat peredam dan lain-lain harus
lengkap dan dalam keadaaan baik
b. Ketentuan persyaratan operatornya, antara lain keterampilannya, alat
perlindungannya, perlengkap-an dan lain-lain
c. Cara penggunaan mulai dari cara menghidupkan mesin, cara
mengoperasikan, cara memarkir dan lain-lain

2. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda (29%) antara


lain :
a. Untuk menghindari benda-benda yang jatuh dari bangunan perlu dipasang
jaring/jala

185 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


b. Benda-benda yang tidak terpakai tidak boleh dibuang dengan cara
menjatuhkan ke bawah
c. Bila memindahkan benda yang berat dan sulit harus ada alat pengaman agar
tidak menimbulkan bahaya
d. Bangunan bantu seperti perancah harus dibuat yang kokoh agar tidak roboh
e. Pekerja harus menggunakan helm

3. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan tergelincir, terpukul, terkena benda


tajam/keras antara lain :
a. Jalan kerja dan injakan kaki, harus dijaga tetap bersih dan tidak licin
b. Cara kerja harus dalam posisi dan sikap yang betul
c. Jangan menggunakan alat kerja yang bukan semestinya, misalnya pahat untuk
memukul kayu
d. Pakailah sepatu kerja, sarung tangan kerja dan helm

4. Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi


Kecelakaan jatuh dari tempat yang tinggi sering terjadi pada pekerjaan atap,
pembuatan dinding yang tinggi seperti plesteran maupun keramik dinding,
pekerja langit-langit dan lain-lain sehingga perlu menggunakan perancah.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, antara lain:
a. Perancah harus dibuat dengan baik dan kokoh, tidak ada perancah yang
dibuat secara darurat
b. Perancah harus terkait pada bangunan sehingga tidak roboh
c. Perancah tidak boleh dimuati melampui kekuatannya
d. Papan untuk injakan kaki dibuat dari papan kayu yang kuat dan harus lebih
dari satu papan. Maksudnya bila ada satu papan yang patah masih ada papan
yang lain
 Papan injakan/plat form agar diberi tanda maximum kemampuan atau
80% x kemampuan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 186


 injakan harus diberi pegangan
e. Lantai perancah harus tetap bersih dan tidak licin
f. Pekerja menggunakan sabuk dan tali pengaman

5. Pencegahan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan. Kecelakaan


akibat aliran listrik, kebakaran, dan ledakan jarang terjadi, tetapi berakibat fatal.
Orang yang terkena kecelakaan ini mengalami luka berat bahkan meninggal.
Oleh karena itu pencegahan dilakukan
a. Aliran listrik
Aliran listrik perlu ditangani oleh orang yang trampil dan ahli.
Tempat tempat yang ada aliran listrik/kabel kabel harus diberi tanda yang
jelas. Pada waktu pemasangan diawasi oleh pengawas yang berkompeten dan
sampai uji coba penggunaannya.
b. Kebakaran
Kebakaran biasanya dimulai dari api kecil.dan api menjadi besar bila
disekelilingi sumber api terdapat bahan bahan yang mudah terbakar. Oleh
karena itu hindari api sekecil apapun.
Bahan yang mudah terbakar, seperti persediaan minyak, minyak cat, kayu
harus dijauh dari sumber api. Di tempat bahan bahan yang mudah terbakar
harus diberi tanda dilarang merokok.
Bila di lokasi ada bedeng tempat menginap, harus dikontrol secara rutin.
Aliran listrik perlu mendapat pengamanan yang baik dan pengecekan secara
rutin.
c. Ledakan
Pada proyek besar kadang-kadang perlu meledakkan bagian lapangan yang
terlalu keras. Untuk meledakkan lapangan itu perlu ada ijin dan harus
mengikuti prosedur yang ditetapkan.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan sekitar daerah yang akan diledakkan
harus diamankan dengan cara memberi tanda dilarang masuk. Pada saat akan
peledakan perlu diadakan penjagaan.

187 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


6. Pencegahan akibat kegiatan perawatan perbaikan yang berhubungan dengan
sumber enegi seperti mesin dan sumber perkakas.
1. lock out Tag out ( Lo – To )
Pengertian dasar, lock out ( penguncian ): Pemasangan gembok pada alat
pengisolasi energy.
Alat pengunci : suatu alat yang dapat mengunci , dapat berupa
gembok,yang berguna untuk menahan suatu alat pengisolasi energy pada
posisi aman dan pencegahan pelepasan energy pada mesin atau peralatan
listrik.
Tag Out ( label ) Pemberian tanda atau label yang menyatakan larangan
memuka atau melepaskan energy pada suatu mesin atau peralatan listrik.
2. Penggunaan Lo – To.
Lo – To digunakan untuk setiap kegiatan perawatan / perbaikan yang
berhubungan dengan sumber energy seperti mesin , perkakas listrik, pipa
bertekanan dan sumber energy lainnya.
Bila terdapat lebih darisatu orang / group melakukan pekerjaan pada suatu
mesin / peralatan maka masing – masing orang harus memiliki gembok
masing – masing.
Tiap orang yang berhak membuka gembok tersebut adalah orang yang
memasangnya.

7. Bagian tubuh yang perlu dilindungi


Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah kepala, tangan dan kaki.
Oleh karena itu, bagian tubuh tersebut perlu mendapat perlindungan
secukupnya, sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan. Alat perlindungan
bagian tubuh tersebut adalah sebagai berikut:
a. Helm
b. sepatu
c. sarung tangan
b. pelindung pernafasan
c. sabuk pengaman & tali pengaman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 188
1.10 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi perlu disiapkan kemampuan untuk dapat
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta tindak lanjutnya.

Untuk dapat melakukan PPPK dan tindak lanjutnya di proyek, perlu adanya
orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan bahan PPPK, daftar nama, alamat,
nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi apabila terjadi
kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan
lain-lain.

Di proyek perlu disediakan petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau


musibah.
1. Orang yang dapat melakukan PPPK
Orang ini dapat sebagai petugas khusus tentang PPPK ataupun mereka yang
pernah mengikuti latihan PPPK. Mereka itu boleh staf kontraktor maupun
para tukang yang bekerja diproyek. Oleh karena itu perlu didaftar mereka
yang pernah mengikuti kursus PPPK. Bila dipandang perlu dapat mengutus
orang untuk mengikuti latihan PPPK.
2. Alat dan bahan
Alat, bahan dan alat-alat PPPK di lokasi proyek harus disediakan oleh pihak
kontraktor. Setidak-tidaknya tersedia kotak PPPK beserta isi yang lengkap.
Kotak PPPK harus dikontrol setiap saat, jangan sampai terjadi pada saat yang
diperlukan, isi kotak PPPK kurang atau jumlahnya tinggal sedikit.
3. Daftar nama, alamat, nomor telepon
Pada kantor proyek harus tersedia daftar nama, alamat, nomor kantor, nomor
instansi yang harus dihubungi bila terjadi keadaan darurat yang perlu bantuan
pihak lain.
4. Petunjuk
Petunjuk yang jelas, berupa poster ataupun papan-papan petunjuk yang
dipasang dikantor proyek atau ditempat-tempat yang strategis harus
dilakukan dalam jumlah yantg memadai. Petunjuk mengingatkan kepada

189 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


semua pihak untuk berhati-hati. Petunjuk yang ditempelkan pada papan yang
menghalangi sering sangat membantu bahwa di sekitar tempat tersebut
berbahaya.
5. Cara memberikan pertolongan pertama
Berikut ini akan disampaikan contoh pertolongan pertama, yaitu memberikan
nafas buatan bila terjadi pernafasan terhenti, maka dapat dicoba dengan
memberikan pernafasan buatan ke mulut korban dengan cara :
a. menghindarkan suatu hambatan dari mulut, dengan jalan membuka mulut
si korban dengan jari-jari,
b. tangan yang masuk ke dalam mulut si korban harus bersih, untuk
menghindari kuman dan benda asing,
c. memegang tengkuk atau leher si korban dengan hati-hati dan
membaringkannya sambil kepalanya di bawahkan,
d. tekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk meyakinkan bahwa
lidahnya terjulur dan nafasnya bebas,
e. buka mulutnya lebar-lebar dan tarik nafas dalam-dalam. Pijit lubang
hidungnya dan padukan dengan mulutnya. Hembuskan dengan keras ke
dalam paru-parunya sampai penuh. Lepaskan mulutnya dan perhatikan
gerakan dari si korban. Ulangi cara di atas sampai si korban bernafas
kembali.
Bila bekerja sendirian, pijitan jantung masih dapat diterapkan sambil
melakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
a. berlutut di samping korban dekat dadanya,
b. lakukanlah beberapa kali pernafasan buatan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya,
c. gantilah dengan cara pijitan jantung dan tekanlah lima kali selang satu
detik,
d. berilah hembusan lagi,
e. ulangi pijitan jantung lima kali, lanjutkan pernafasan buatan ini berganti-
ganti, yaitu satu kali hembusan dan lima kali penekanan dada sampai
pertolongan datang.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 190


Bila memungkinkan ada seseorang yang membantu, yakni dengan melakukan
pemijitan jantung guna membantu meningkatkan peredaran darah yakni
a. berlutut di samping korban dekat dadanya,
b. letakkan tangan pada tulang rusuk dada korban,
c. tekan kedua tanganmu dengan kuat ke depan si korban sampai kira-kira 5
cm (tidak boleh lebih dari 5 cm),
d. ulangi gerakan ini terus-menerus selang satu detik dan lakukan dengan hati-
hati, karena bila dikerjakan dengan kekerasan akan berbahaya.

1.11 Penyakit Akibat Kerja


1.11.1 Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Penyebab penyakit-penyakit akibat kerja berasal dari berbagai hal antara lain
penyebab yang tergolong fisik, psikolog, faal, hayati dan kimia.
1. Golongan fisik, antara lain:
a. suara bising atau gaduh yang menyebabkan tuli
b. tekanan suara tinggi dan berubah-ubah
c. suhu yang tinggi dan sebaliknya, suhu yang terlalu rendah
d. getaran dapat mengganggu sirkulasi darah, saraf (sindrom vibrasi,
ray naund phenomena dan lain-lain)
e. penerangan yang kurang, sebaliknya sinar yang terlalu kuat, sinar
infra merah dapat merusak lensa mata, sinar ultra violet dapat
menimbulkan peradangan
f. radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan sakit tumor atau
kanker
2. Golongan mental-psikologik, antara lain:
a. ketegangan kerja karena tidak cocok dengan bakat/ pendidikan
b. beban kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat
c. tidakdapat bekerja sama dengan teman sekerja
3. Golongan fatal, antara lain:
a. mengangkut barang terlalu berat
b. cara kerja yang tidak benar
c. kelelahan fisik karena kesalahan konstruksi/mesin/ peralatan
191 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
d. kerja dengan berdiri terus menerus menyebabkan varises
4. Golongan hayati, antara lain:
a. cacing, serangga
b. bakteri, virus
c. jamur menimbulkan penyakit kulit (panu)
d. getah, tumbuhan menyebabkan penyakit kulit
5. Golongan kimia, antara lain:
a. gas yang berbahaya seperti amoniak, CO, H2S
b. uap logam dapat menimbulkan penyakit kulit
c. semen menimbulkan sakit kulit
d. cat dapat menimbulkan sakit dada
e. debu dapat menimbulkan sakit paru-paru
6. Untuk lebih memberikan gambaran maka disampaikan contoh-contoh
penyebab penyakit akibat kerja di bidang konstruksi yang menimpa
tenaga kerja. Oleh sebab itu uraianya pada jabatan kerja sebagai
berikut :
a. Pengemudi traktor, Road Roller, Crane
b. Menimbulkan keletihan dibagian leher dan bahu
c. Syndrom sciatica yaitu keluhan nyeri dan pegal di tulang belakang
terutama yang kadang menjalar terutama sampai ke tungkai kaki
d. Menyebabkan terjadinya kerusakan kecil pad persendian tulang
belakang, hal ini dilihat pada pemotretan sinar Rountgen (X-Ray)
7. Pekerjaan dengan peralatan yang bergetar, seperti :
a. Power chain saw, Vibrating Plate Temper, Concrete Vibrator,
dapat mengakibatkan sirkulasi darah tepi dan gangguan saraf,
antara lain:
b. Waxy White Finger atau disebut White finger Disease
c. Finger Cyanosis, Finger Numbness
d. Foot numbness
e. Lowback Pain (Lumbago)
f. Vibration Syndrom
g. gangguan pendengaran sampai tuli

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 192


8. Operator : Generator, Tiang Pancang, Stone Crusher dan sebagainya.
Akibat suara yang mempunyai frekuensi tinggi dapat
menimbulkan/mengakibatkan :
a. gangguan pendengaran sampai dapat terjadi ketulian
b. pada tempat tertutup dapat menyebabkan gangguan pernafasan
ataupun heat stroke
c. pneumoconiosis
9. Tukang Kayu (Carpenter, Joiner)
a. banyak keluhan nyeri pinggul dan tulang belakang
b. Syndroma sciatica
c. degenari tulang pinggang (lumbal spine) akibat beban yang terus
menerus sehingga kondisi tubuh dasar berubah dan sukar
digerakkan
d. gangguan dilutut, adanya rasa nyeri di lutut (patela) krepitasi
sampai dapat terjadinya degenerasi persendian lutut
10. Tukang Batu
Pemasangan batu bata percampuran semen dan lain-lain. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit:
a. Semen darmatis, yakni peradangan kulit akibat kontak dengan
semen
b. kelelahan pinggang terutama adanya rasa nyeri di daerah lumbal
bagian bawah
11. Tukang Las
Terutama pada pekerja yang tidak memakai kacamata pengaman.
Penyakit yang dapat terjadi adalah :
a. conjuctivitis, yaitu radang pada conjuctiva (selaput putih)
b. retinis sampai terjadi luka di retina
c. heat catarac, akibat radiasi dan panas yang terus menerus,
sehingga lensa mata mengeruh
d. gangguan pernafasan, dari uap/gas yang timbul pada pengelasan
e. kelainan kulit akibat panas terbakar
12. Pekerja dengan Bahan Peledak

193 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Pada penggunaan atau perawatan yang kurang baik, dapat
menyebabkan terjadinya keracunan terutama oleh asam nitrat.
Kelainan tersebut terjadi pada sistem darah maupun sistem syaraf.
13. Pekerja Pengecatan (Tukang cat, Tukang kapur, dll )
a. gangguan yang terjadi dapat dimulai dari gejala batuk ringan
sampai dengan gangguan pernafasan
b. neumokoniosis, asthma-brohcialle
c. peradangan kulit
d. penyakit ginjal, sampai dengan terjadinya kerusakan glomerus,
akibat terpapar oleh sylene, toluene dan sebagainya
e. gangguan pencernaan, mual-mual sampai terjadi peradangan
(gastritis akut)
14. Petugas laboratorium
Terutama pada laboratorium aspal, mereka dapat terpapar oleh
xylene white spirit, methilene chloride yang dapat berakibat adanya
gangguan pada sistem darah pada organ-organ haemopoictic dan
gangguan faal hati.
15. Pekerjaan kantor, Administrasi dan lain-lain
a. syndrome sciatic
b. gangguan penglihatan
c. gangguan pernafasan
d. psikosomatis
16. Petugas survey, pekerjaan pada jaringan irigasi, rawa-rawa, sungai
dan lain sebagainya ialah:
 Heat stroke, Athelete’s foot, akibat kondisi yang basah dan
lembab sehingga mudah terserang jamur, malaria, kasus
penyakit ini ternyata cukup banyak pada dewasa ini terutama
petugas lapangan.
 Penyakit kulit akibat serangga, gangguan pencernaan, mual,
muntah sampai terjadi peradangan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 194


1.11.2 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja merupakan suatu hambatan pada
tingkat pengamanan maupun keamanan dalam bekerja.

Dalam hal ini perlu adanya pengertian serta usaha pencegahan, baik untuk
keselamatan maupun kesehatan kerja, serta perlu adanya hubungan baik antara
sesama tenaga kerja maupun pimpinan.

Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis dibidang konstruksi dapat


dilakukan dengan desain kerja yang baik, serta organisasi/pengaturan kerja.

Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan :


 Sustitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan
yang tidak berbahaya tanpa mengurangi hasil & mitos.
 Isolasi
Yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang mengganggu
atau membahayakan.
 Ventilasi
Baik secara umum maupun lokal yaitu dengan udara bersih yang dialirkan ke
ruang kerja atau dengan menghisap udara keluar.
 Alat pelindung diri
Alat ini berbentuk pakaian, topi pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang
dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker khusus
untuk melindungi alat pernafasan terhadap debu atau gas yang berbahaya,
kacamata khusus dan sebagainya.
 Pemeriksaan kesehatan
Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan
secara berkala untuk dpat mencari faktor penyebab yang menimbulkan
gangguan maupun kelainan terhadap tenaga kerja.

195 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


 Latihan dan informasi sebelum bekerja
Agar pekerja mengetahui dan lebih berhati-hahti terhadap kemungkinan
adanya bahaya kecelakaan kerja maka dianjurkan sebelum bekerja diberi
pengetahuan tentang Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan secara teratur.
Pada perusahan di Jepang setiap akan bekerja para buruh dikumpulkan dan
diberi semangat tentang Risiko kecelakaan kerja.
 Istirahat dalam bekerja
Dianjurkan pada saat bekerja semua pekerja diberi waktu untuk istirahat lebih
kurang 10 menit secara serentak.

1.11.3 PenanggulangAn HIV. AIDS


Pekerjaan konstruksi yang banyak melibatkan tenaga kerja muda usia produktif
rata-rata usia 17 sampai dengan 40 tahun dan hampir semua pekerja nya laki-
laki sehingga rawan untuk tertular penyakit HIV/AIDS.

Sifat pekerjaan membuat para personil rentan terinteksi oleh virus HIV/AIDS, hal
ini disebabkan antara lain :
a. Pengetahuan yang rendah taentang HIV/AIDS.
b. Adanya perilaku berisiko.
c. Pekerjanya dipisahkan dari norma-norma tradisional, agama dan budaya.
d. Tidak adanya ketentuan untuk pendidikan pencegahan HOV/AIDS dalam
kebijakan manajemen.
e. Tidak ada kebijakan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan
pendekatan proaktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan program pencegahan
HIV/AIDS di sektor konstruksi.

Human Immuno deficiency Virus ( HIV ) adalah virus yang menyerang dan
merusak/menurunkan sistim kekebalan tubuhmanusia.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 196


Acquired Immune Deficiency Sindrome ( AIDS ) merupakan kumpulan penyakit
yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi Human Immuno deficiency Virus.
Cara penularan virus ini antara lain :
a. Transfusi darah yang terkontaminasi.
b. Bergantian jarum dan alat suntik pada kelompok pecandu narkoba.
c. Hubungan seks sejenis.
d. Hubungan seks berlawanan jenis.
e. Ibu hamil pada janinnya.

HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara :


 Abstinen: Tidak melakukan hubungan seks jika belum menikah atau melakukan
seks bebas.
 Be Faithful: Setia pada pasangan anda.

1.11.4 Pemeriksaan Kesehatan


Pemeriksaan kesehatan kerja perlu dilakukan secara teratur, lebih-lebih bila
diketahui adanya penyakit berjangkit secara cepat di tempat kerja.

Misalnya sakit mata yang biasanya dianggap sakit ringan itu, bila terjadi pada
pekerja maka sakit mata tersebut sebaiknya perlu mendapat perhatian. Karena
penyakit tersebut mudah atau cepat menular. Bayangkan sebagian pekerja sakit
mata, bisa menimbulkan pekerjaan terganggu.

Untuk pekerja yang bertugas pada pekerjaan yang berpolusi menimbulkan


penyakit, perlu dilakukan pengobatan secara kontinue.

197 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


MATERI 11 ALAT PELINDUNG DIRI

I. Pendahuluan
Sejak dahulu para pengusaha dan para pekerja sudah berusaha untuk melindungi
diri mereka dari terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat menimpa mereka. Alat
pelindung diri itu bisa berupa pakaian, topi untuk melindungi diri dari serangan cuaca
atau sepatu yang kuat agar mereka dapat bekerja dengan nyaman tanpa terganggu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, Alat Pelindung Diri (APD) semakin beragam
bentuk dan fungsinya dan ini sangat membantu menurunkan jumlah pekerja yang cidera
atau meninggal akibat kecelakaan kerja.
Di negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan APD relatif
masih sangat kurang. Menurut data yang ada pada PT. Jamsostek, lebih dari 8.000
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari terjadi
kecelakaan kerja. Angka tersebut baru dari laporan PT. Jamsostek untuk keperluan
pemberian santunan, belum lagi kecelakaan yang didiamkan, atau tidak berakibat fatal
yang terkadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh kontraktor untuk menghindari
masalah dengan pihak yang berwajib (polisi dan Departemen tenaga Kerja).
Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja ini cukup besar, di samping
pengeluaran biaya untuk berobat juga kerugian waktu yang hilang serta berkurangnya
asset nasional berupa tenaga terampil di bidang jasa konstruksi.
Banyak kontraktor secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan
APD yang memadai dengan alasan tidak dianggarkan dalam proyek dan tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya dengan penyediaan APD
yang cukup, kontraktor justru telah menjaga dirinya untuk tidak mengeluarkan biaya tak
terduga yang timbul akibat kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih
takkan berkurang.
Pemerintah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja telah mewajibkan kepada para pengelola pekerjaan untuk
menyediakan APD dan mewajibkan para pekerja untuk memakainya. Undang-Undang ini
diperkuat dengan peraturan-peraturan dari Menteri yang terkait seperti Peraturan
Alat Pelindung Diri 199
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum dengan terbitnya Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kegiatan Konstruksi.
Penggunaan APD yang standar sangat diperlukan, karena banyak kasus di mana
pekerja yang sudah menggunakan APD masih bisa terkena kecelakaan akibat alat yang
dipakainya tidak memenuhi standar. Modul ini sengaja disusun agar para pemakai dapat
mengetahui APD yang dibutuhkan, standar yang diminta serta kegunaannya.

II. Kewajiban Untuk Menyediakan dan Memakai APD


Ketentuan untuk menyediakan dan memakai APD bagi pengusaha dan pekerja
konstruksi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Di bawah ini adalah kutipan sebagian isi Undang-Undang tersebut:

BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga
kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul di tempat
kerjanya
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang dharuskan dalam
tempat kerjanya
c. Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan Peraturan dan perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk :
1. Memakai Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan

200 Alat Pelindung Diri


2. Semua dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan
3. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana keselamatan kerja yang
diwajibkan diragukan olehnya …dst.

BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
d. Menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan
kepada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya …. dst.

III. APD Pada Pekerjaan Konstruksi


Hampir semua APD yang dipakai pada bidang industri dan jasa lain dipakai dan
digunakan juga dalam dunia konstruksi, karena dunia konstruksi bukan hanya membangun
fasilitas baru tetapi juga memelihara dan memperbaiki suatu fasilitas yang masih berjalan.
Jenis-jenis APD menurut bagian tubuh antara lain :
1. Alat Pelindung Kepala
Topi Keselamatan (Safety Helmet) untuk bekerja di tempat berisiko karena
benda jatuh atau melayang, dan dilengkapi dengan ikatan ke dagu untuk
menghalangi terlepasnya helmet dari kepala akibat menunduk atau kena benda
jatuh. Syarat umum Safety Helmet adalah:
 Bagian dari luarnya harus kuat dan tahan terhadap benturan atau tusukan
benda-benda runcing.
Cara mengujinya dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian
1 meter-topi tidak boleh pecah atau benda tak boleh menyentuh kepala.
 Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam di bagian puncak 4-5 cm
 Tidak menyerap air
Cara pengujian: diuji dengan merendam topi di dalam air selama 24 jam.

Alat Pelindung Diri 201


 Tahan terhadap api
Cara pengujian: topi dibakar selama 10 detik dengan bunsen atau
propan , api harus padam selama 5 detik.

Contoh Safety Helmet dan Penggunaannya Dalam Pekerjaan Konstruksi


2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung muka dan mata berfungsi untuk melindungi muka dan mata dari:
 lemparan benda-benda kecil
 lemparan benda-benda panas
 pengaruh cahaya
 pengaruh radiasi tertentu
Kaca Mata Pelindung (Protective Goggles) untuk melindungi mata dari percikan
logam cair, percikan bahan kimia, serta kacamata pelindung untuk pekerjaan
menggerinda dan pekerjaan berdebu.
Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman (Shade of Lens)
yang disesuaikan dengan diameter batang las (Welding Rod).
 Untuk welding rod 1/16” sampai 5/32” gunakan shade nomor 10
 Untuk welding rod 3/16” sampai ¼” gunakan shade nomor 13

Contoh Protective Goggles dan Penggunaan Masker Pelindung


Dalam pekerjaan Konstruksi

202 Alat Pelindung Diri


3. Alat Pelindung Tangan
Alat Pelindung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari dari:
 Suhu ekstrim (panas dan dingin)
 Radiasi elektromagnetik
 Radiasi mengion
 dll
Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera lecet atau terluka
pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi dan penyetelan, pekerjaan las,
membawa barang-barang berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali. Bentuk
sarung tangan bermacam-macam, seperti:
 sarung tangan (gloves)
 mitten
 hand pad, melindungi telapak tangan
 sleeve, melindungi pergelangan tangan dampai lengan

Latex Gloves dan Sarung Tangan Katun

Ada berbagai sarung tangan yang dikenal antara lain :


a. Sarung Tangan Kulit, digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan
pemindahan pipa dll. Berfungsi untuk melindungi tangan dari permukaan kasar.
b. Sarung Tangan Katun, digunakan pada pekerjaan besi beton, pekerjaan bobokan
dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk pekerjaan
ketinggian.
c. Sarung Tangan Karet, digunakan untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak
ada yang robek supaya tidak terjadi bahaya kena arus listrik.
d. Sarung Tangan Asbes/Katun/Wool, digunakan untuk melindungi tangan dari
panas dan api.
Alat Pelindung Diri 203
e. Sarung Tangan poly vinil chloride dan neoprene, digunakan untuk melindungi
tangan dari zat kimia berbahaya dan beracun seperti asam kuat dan oksidan.
f. Sarung Tangan Paddle Cloth, melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan
gelas, kotoran dan vibrasi.
g. Sarung Tangan latex disposable, melindungi tangan dari germ dan bakteri dan
hanya untuk sekali pakai.

4. Alat Pelindung Kaki


Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari:
 tertimpa benda-benda berat
 terbakar karena logam cair,bahan kimia korosif
 dermatitis/eksim karena zat-zat kimia
 tersandung,tergelincir
Sepatu Keselamatan (Safety Boots) untuk menghindari kecelakaan yang diakibatkan
tersandung bahan keras seperti logam atau kayu, terinjak atau terhimpit beban berat
atau mencegah luka bakar pada waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja
pada pekerjaan tanah dan pengecoran beton.
Sepatu Keselamatan disesuaikan dengan jenis Risiko, seperti:
a. untuk mencegah tergelincir,dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau sintetik
dengan bermotif timbul ( permukaanya kasar)
b. untuk mencegah tusukan dari benda-benda runcing,sol dilapisi logam.
c. terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat,tak boleh
menggunakan paku.
d. sepatu atau sandal yang beralaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja yang
lembab,lantai yang panas.
e. sepatu boot dari karet sintetis,untuk pencegahan bahan-bahan kimia.

204 Alat Pelindung Diri


Contoh Safety Boots

5. Alat Pelindung Pernafasan


Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap
sumber-sumber bahaya udara di tempat kerja. Masker Gas dan Masker Debu adalah
alat perlindungan untuk melindungi pernafasan dari gas beracun dan debu.
Ada tiga jenis alat pernafasan berupa respirator yang berfungsi untuk memurnikan
udara, yaitu:
a. Respirator dengan filter bahan kimia
b. Respirator dengan filter mekanik
c. Respirator dengan filter mekanik dan bahan kimia

Masker Gas dan Maker Debu Dalam Pekerjaan Konstruksi

6. Alat Pelindung Telinga


Alat pelindung telinga digunakan untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat
suara bising di atas ambang aman seperti pekerjaan plat logam. Terdapat dua jenis
alat pelindung telinga, yaitu:
a. Sumbat Telinga (ear plug)
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja,sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya(komunikasi) tak terganggu.

Alat Pelindung Diri 205


 Sumbat telinga biasanya terbuat dari karetplastic keras, plastic lunak,lilin,dan
kapas.
 Daya lindung (kemampuan attenuasi):25-30 dB
b. Tutup Telinga (ear muff)
Attenuasi (daya lindung) pada frekuensi 2800-4000Hz (35-45 dB), namun
pada frekuensi biasa ( 25 s/d 30 Hz )

Gambar 11. 1 Contoh Ear Muff dan Penggunaan Ear Plug Dalam Pekerjaan
Konstruksi

7. Alat Pelindung Tubuh


Alat pelindung tubuh berupa pakaian kerja. Pakaian kerja yang digunakan pekerja
harus sesuai dengan lingkup pekerjaannya. Pakaian tenaga kerja pria yang melayani
mesin harus sesuai dengan pekerjaanya. Pakaian kerja wanita sebaiknya berbentuk
celana panjang,baju yang pas,tutup rambut dan tidak memakai perhiasan-perhiasan.
Terdapat pakain kerja khusus sesuai dengan sumber bahaya yang dapat dijumpai,
seperti:
a. Terhadap radiasi panas, pakaian yang berbahan bias merefleksikan panas,
biasanya aluminium dan berkilat.
b. Terhadap radiasi mengion, pakaian dilapisi timbal (timah hitam).
c. Terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi, pakaian terbuat dari plastik atau
karet.
Sabuk Pengaman (Safety Belt) untuk mencegah cedera yang lebih parah pada
pekerja yang bekerja di ketinggian (tinggi > 2 M)

206 Alat Pelindung Diri


Gambar 11. 2 Contoh Pakaian Pelindung
Di samping alat pelindung diri di atas, pekerja harus berpakaian yang komplit sesuai
dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus dilengkapi jaket/rompi
kulit atau minimal harus memakai kaos dan celana panjang.

IV. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan


APD
APD akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar yang
ditentukan dan dipakai secara baik dan benar. Hal-hal yang perlua diperhatikan :
1. Sediakanlah APD yang sudah teruji dan telah memiliki SNI atau standar
Internasional lainnya yang diakui.
2. Pakailah APD yang seuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut hanya
memerlukan waktu yang singkat.
3. APD harus dipakai dengan tepat dan benar.
4. Jadikanlah kebiasaan memakai APD menjadi budaya. Ketidaknyamanan dalam
memakai APD jangan dijadikan alasan untuk menolak memakainya.
5. APD tidak boleh diubah-ubah pemakainya, kalau memang terasa tidak nyaman
dipakai harus dilaporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat
tersebut.
6. APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
7. Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja yang ada di lokasi proyek konstruksi
harus memakai APD yang diwajibkan, seperti Topi Keselamatan.

V. Standar yang Dipakai


Apabila akan membeli APD kita harus berpedoman kepada standar industri yang
berlaku. Belilah hanya barang yang telah mencantumkan kode SNI (Standar Nasional

Alat Pelindung Diri 207


Indonesia) atau JIS untuk barang buatan Jepang, ANSI, BP dsb. tergantung dari negara
asal barang kebutuhan proyek dan dinyatakan laaik untuk pekerjaan dmaksud.
Di bawah ini beberapa contoh standar APD dengan SNI dan standar internasional
lainnya.
 Topi Pengaman (Helmet)  ANZI Z 89,1997 standar
 Sepatu Pengaman (Safety Boots)  SII-0645-82, DIN 4843, Australian
Standard AS/NZS 2210.3.2000. ANZI Z 41PT 99, SS 105, 1997
 Sabuk Pengaman (Safey Belt)  EN 795 Class C ANZI OSHA
Banyak lagi standar-standar yang diberlakukan di negara maju, tetapi yang lebih
penting kalau kita memakai produk dalam negeri ujilah ketahanannya terhadap suatu
beban yang akan diberikan kepadanya dengan toleransi keamanan minimal 50%. Hal ini
penting karena mungkin bagi kontraktor kecil dan menengah apabila harus menyediakan
produk impor akan menjadi beban yang berat bagi keuangan perusahaan. Perlu juga
dipertimbangkan daya tahan dan kualitas barang yang ada untuk pemakaian di beberapa
proyek pekerjaan atau beberapa periode pekerjaan sehingga akan menghemat
pengeluaran.

208 Alat Pelindung Diri


MATERI 11 PENERAPAN K3 DI TEMPAT KEGIATAN
KONSTRUKSI

Penerapan K3 merupakan suatu gerakan yang dapat menanggulangi kecelakaan di


lapangan, dan tahapannya dimulai dengan:

A. Wajib lapor pekerjaan/ proyek konstruksi


Penyedia jasa yang melaksanakan pekerjaan konstruksi wajib melaporkan kegiatanan
konstruksi berdasarkan surat Dirjen Binawas No 147/BW/KK/iv/1997, dimana
didalamnya terdapat data-data :
1. Identitas : Perencana
2. Penanggung Jawab : Pelaksana Pengawas
3. Perlindungan Jamsostek
4. Jenis Pekerjaan
5. Waktu Pelaksanaan
6. Jumlah Pekerja
7. Pesawat/mesin/peralatan kerja
8. Bahan berbahaya
9. Fasilitas K3
10. Unit K3
11. Usaha – usaha K3
Hubungan awal yang dimulai dengan pendaftaran proyek ke Dinas Tenaga Kerja
setempat dan juga memberitahukan kepada Instansi Pemerintah/Muspida setempat.
Untuk proyek tertentu (tempat yang terpencil atau rawan kecelakaan dan penyakit
kerja) perlu menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit.

Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi 210


B. Penetapan Kebijakan K3
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pimpinan
perusahaan.
Kebijakan K3 memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan didalam menerapkan
peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang bertujuan untuk
melindumgi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

C. Perancanaan K3
Perencanaan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya , penilaian dan
pengendalian risiko . Mengidentifikasikan bahaya , risiko dan implementasi
pencegahan termasuk kegiatan rutin dan non rutin dan kegiatan setiap personil yang
mempunyai akses ke tempat kerja termasuk dan tamu.
Metode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko :
a. Mengidentifikasi sesuai ruang lingkup , sifat alami, dan waktu untuk memastikan
proaktif.
b. Klasifikasi risiko dan identifikasi mana yang harus di kontrol dan dihilangi.
c. Konsisten dengan pengalaman operasi dan kemampuan pengontrolan risiko
yang dimiliki.
d. Menentukan fasilitas yang dibutuhkan , identifikasi pelatihan yang diperlukan.
e. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian dijelaskan
dalam formulir ( HIRADC )

D. Penerapan dan Operasi Kegiatan


Dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) perlu menyediakan
sumber daya yang kompeten dalam melaksanakan kegiatan K3, dengan menentukan
peranan, pembagian tanggumg jawab dan memberikan kewenangan dengan cara :
1. Pembentukan Organisasi K3
Penyedia jasa berkewajiban membentuk organisasi K3 ditempat kegiatan konstruksi.
Keharusan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 )
apabila :

211 Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi


1. Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan dengan jumlah pekerja paling sedikit
100 orang.
2. Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan pekerja kurang dari 100 orang , akan
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan bahan radio aktif.

2. Pelatihan
Pelaksana konstruksi wajib :
1. Menjamin setiap karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang mengandung risiko
K3 memiliki kompetensi atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang
sesuai.
2. Mengidentifikasikan dan melaksanakan pelatihan K3 dan SMK3 sesuai dengan
kebutuhannya. Seperti : Pelatihan keadaan darurat, Pelatihan P3K dan Pelatihan
pemadam kebakaran.
3. Mengevaluasi keefektifan pelatihan.
4. Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur kerja karyawan.
5. Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat tanggung jawab,
kemampuan, keterampilan, pendidikan dan resiko.

3. Pengawasan Pelaksanaan K3
a. Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan-kegiatan antara lain:
i. Safety Patrol
Suatu tim yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli + 1
atau 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam kegiatan patroli K3 ini setiap
anggota mencatat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan K3.

ii. Safety Supervisor


Petugas yang ditunjuk oleh Manajer Proyek yang secara terus menerus
mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3,
Safety Supervisor berwenang menegur dan memberikan langsung instruksi
langsung terhadap Superitendent bila ada pelaksanaan yang mengandung
bahaya terhadap keselamatan kerja.
Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi 212
iii. Safety Meeting
Meeting Proyek membahas hasil/laporan safety Supervisor.
Yang paling utama dalam Safety Meeting tersebut adalah :
 Perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3
 Perbaikan sistem kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang
kembali

b. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3


i. Promosi Program K3 terdiri dari :
 Pemasangan bendera K3, bendera merah putih, bendera perusahaan
 Pemasangan signboard K3
Signboard bisa berupa Slogan-slogan yang mengingatkan akan perlunya
bekerja dengan selamat.
 Contoh Slogan-slogan K3 :
- Utamakan Keselamatan dan Kesehatan kerja
- Kecerobohan dan kelalaian sebab utama kecelakaan kerja

ii. Sarana/Alat K3
Sarana/alat K3 terdiri dari :
 Alat yang melekat pada orang, yaitu :
- Topi helm
- Sepatu lapangan
- Sabuk pengaman (untuk pekerja di tempat yang tinggi)
- Sarung tangan
- Masker pengaman debu
- Kaca mata las
- Obat-obatan untuk P3K

213 Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi


 Sarana/Alat Pengaman Lingkungan :
- Pagar proyek
- Tali warna kuning sebagai tanda pembatas
- Penangkal petir sementara
- Plat Form
- Jaringan Pengaman

- Rambu-rambu Peringatan
 Rambu-rambu peringatan antara lain :
- Peringatan bahaya dari atas
- Peringatan bahaya benturan kepala
- Peringatan bahaya longsoran
- Peringatan bahaya kebakaran
- Peringatan tersengat listrik
- Petunjuk ketinggian penumpukan material
- Larangan memasuki area tertentu
- Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja

 Kebersihan Areal Kerja


Kebersihan dan kerapihan tempat kerja merupakan syarat K3 yang terdiri
dari :
- Penyediaan air bersih yang cukup
- Tersedianya tempat mandi, mencuci dan kakus (MCK) yang cukup dan
bersih
- Penyediaan mushalla (tempat ibadah) yang bersih dan terawat
- Penyediaan bak sampah pada lokasi tertentu
- Pembersihan sampah secara teratur
- Kerapihan penempatan alat-alat kerja

Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi 214


 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat dilayani oleh Puskesmas atau Rumah Sakit
terdekat untuk memberikan pertolongan medis bila terjadi gangguan
kesehatan.

E. Pemeriksaan
Untuk mengukur tingkat pencapaian dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), perlu dilakukan dengan cara:
 Audit Internal K3
Agar semangat K3 dapat selalu terpelihara, sehingga sasaran akhir dapat
dicapai, maka dalam suatu pelaksanaan K3 diperlukan Audit K3

215 Penerapan K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai