A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Kontrak / Perjanjian
Kontrak atau Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Salah satu pihak disebut PIHAK KESATU dan pihak lainnya disebut PIHAK
KEDUA. Sedangkan dalam lingkup lingkup jasa konstruksi, pengertian para pihak
adalah :
PIHAK KESATU : Pengguna Jasa
PIHAK KEDUA : Penyedia Jasa
PIHAK I PIHAK II
pengguna jasa penyedia jasa
keinginan keinginan
& &
persyaratan persyaratan
DISEPAKATI
PERJANJIAN
KONTRAK
2. Administrasi Kontrak
Administrasi Kontrak merupakan upaya pengelolaan atas kontrak dalam periode
pelaksanaannya sehingga kewajiban dan hak dari masing-masing pihak dapat
dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak tersebut. Dengan
demikian Administrasi Kontrak diperlukan dalam setiap pelaksanaan kontrak.
Dan bagi pengguna jasa, Administrasi Kontrak diperlukan dalam mengelola kontrak
selama pelaksanaan proyek agar diperoleh hasil pelaksanaan berupa bangunan dan
kelengkapannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
kontrak.
Pengetahuan
Administrasi Kontrak
4. Pemahaman Istilah
a. Kontrak : suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.
b. Prime Cost : sejumlah biaya yang disediakan dan termasuk dalam kontrak,
untuk pekerjaan yang telah ditentukan, umumnya dikerjakan oleh NSC.
c. Nominated Sub Contractor (NSC) : sub kontraktor yang ditunjuk langsung
oleh Pihak I untuk pekerjaan tertentu yang telah ditetapkan.
d. Force Majeure (keadaan memaksa atau keadaan kahar) : kejadian atau
peristiwa luar biasa yang terjadi diluar kekuasaan Pihak I maupun Pihak II yang
tidak dapat dihindari atau diatasi secara wajar setelah timbul, yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan kontrak, antara lain berupa :
i. Bencana alam : banjir, gempa bumi, tanah longsor, badai dan lain-lain,
ii. Huru-hara, perang, pemberontakan, kerusuhan, kekacauan dan lain-lain,
iii. Kejadian yang diakibatkan oleh amunisi perang, juga bahan peledak, atau
kontaminasi radioaktif, sejauh bukan digunakan oleh kontraktor
iv. Keadaan memaksa yang dinyatakan secara resmi oleh Pemerintah.
e. Eskalasi harga : perubahan/kenaikan harga sesuai kondisi pasar untuk
kontrak tahun jamak (multi years).
f. Klaim : suatu permintaan akan tambahan harga kontrak, atau waktu
pelaksanaan, atau kompensasi atas terjadinya hal-hal yang bukan kesalahan
salah satu pihak dan merugikan pihak tersebut.
g. Sengketa kontrak : perselisihan/ perbedaan pendapat antara Pihak I dan
Pihak II yang tidak dapat disepakati atas hal-hal tentang pelaksanaan kontrak.
h. Penyelesaian sengketa : upaya mencapai kesepakatan antara dua pihak
melalui musyawarah, atau pengadilan, atau arbitrase.
i. Arbitrase : peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela oleh
pihak-pihak yang bersengketa.
3) Pertanggungan
Jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban Penyedia Jasa:
a. Pembayaran uang muka: dengan jaminan uang muka
b. Pelaksanaan pekerjaan: dengan jaminan pelaksanaan
c. Hasil pekerjaan : dengan ditahan sebagian pembayarannya (retensi)
d. Tenaga kerja: dengan asuransi tenaga kerja
e. Tuntutan pihak ketiga: dengan jaminan asuransi
f. Kegagalan bangunan: dengan jaminan asuransi
2. Perubahan Perjanjian
Terhadap suatu perjanjian/kontrak dimungkinkan adanya perubahan, yaitu :
• Perjanjian Amandemen (amendment contract)
bila ada satu atau lebih ketentuan harus dirubah (misalnya perubahan waktu
pelaksanaan)
• Perjanjian Addendum (addendum contract)
bila ada tambahan ketentuan baru (misalnya tambahan biaya eskalasi)
• Perjanjian Suplemen (supplementary contract)
bila ada tambahan ketentuan diluar substansi kontrak
4) Penyelesaian sengketa
Perlu dicantumkan klausul tentang penyelesaian sengketa :
a. Penyelesaian melalui Badan Abritase Nasional Indonesia (BANI), atau
melalui arbitrase dan menggunakan aturan BANI, atau
b. Penyelesaian dengan mediasi (melalui mediator) atau dengan konsiliasi
(melalui konsiliator), atau
c. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri
Dalam hal timbul kejadian merugikan diluar kekuasaan para pihak, maka :
• Bila ada aturan dalam kontrak, harus diikuti
• Bila tidak ada aturan dalam kontrak, perlu disepakati cara penanganannya
Proses Klaim
Dalam memproses klaim kepada Pihak I (Pengguna Jasa) dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Setiap “kesalahan” Pihak I dikonfirmasi secara tertulis
2. Bila harus mengerjakan diluar lingkup pekerjaan: diminta instruksi/konfirmasi
tertulis
3. Saat melaksanakan pekerjaan butir 1) dan 2), dibuat surat pemberitahuan
secara rinci (kapan, berapa lama, alat apa, material apa, tenaga kerja berapa, dan
lain-lain)
4. Buat foto dokumen sebelum, selama dan selesai pelaksanaan
5. Setelah pekerjaan selesai, buat konfirmasi atau Berita Acara
6. Pengajuan klaim dibuat jangan sampai terlambat, karena posisi tawar akan lemah
7. Berkas pengajuan klaim disusun lengkap, akurat, jelas, menarik
8. Diupayakan kondisi yang baik/kondusif, berupa :
a. Kinerja pelaksanaan selalu dibuat baik
b. Hubungan interpersonal dengan Pihak I dijaga baik
c. Suasana perundingan tetap hangat & bersahabat
9. Hasil perundingan dibuat formal
3. Kegagalan Bangunan
- keadaan tidak berfungsinya bangunan, sebagian atau keseluruhan, dari segi
teknis, manfaat, K – 3 atau keselamatan umum
- penilaian ats terjadinya kegagalan bangunan, bisa karena kesalahan dari
Penyedia Jasa (Pelaksana Konstruksi, Perencana Konstruksi, dan Pengawas
Konstruksi) atau Pengguna Jasa
- kewajiban dan tanggung jawab pihak yang dinilai bersalah
E. PENGAKHIRAN KONTRAK
Kontrak konstruksi berakhir bila :
a. Pelaksanaan kontrak selesai s/d penyerahan terakhir, dan semua kewajiban dan
hak masing-masing telah diselesaikan, atau
b. Dilakukan pemutusan kontrak oleh salah satu pihak oleh suatu sebab sesuai
kontrak, dan semua kewajiban dan hak yang timbul pada masing-masing pihak
telah diselesaikan, atau
Dalam hal tidak ditentukan, urutan prioritas untuk dilaksanakan berdasarkan urutan
adalah :
1. Instruksi tertulis Pengawas/Wakil Pemilik Proyek
2. Kontrak Adendum
3. Surat Perjanjian dan Syarat-syarat Perjanjian
4. Surat Perintah Kerja, Surat Penunjukan
5. Berita Acara Negosiasi
6. Berita Acara Klarifikasi
7. Berita Acara Aanwijzing/Risalah Rapat Penjelasan
8. Syarat-syarat Administrasi
9. Spesifikasi/Syarat Teknis
10. Gambar Rencana Detail
11. Gambar Rencana
12. Rincian Nilai Kontrak
H. BENTUK KONTRAK
Terdapat beberapa jenis bentuk kontrak dalam jasa konstruksi, tetapi yang banyak
ditemui adalah bentuk kontrak :
I. CONTOH KASUS
No. K A S U S UPAYA PENANGANAN
1 Kontrak belum ditanda tangani, Mempercepat proses penandatanganan
kontraktor diinstruksikan untuk kontrak, agar hak kontraktor (Pihak
melaksanakan pekerjaan. Kedua) terdukung
9. Pengakhiran kontrak
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya pengakhiran kontrak.
PLAN
ACTION DO
CHECK
Manajemen Risiko
Dalam menyusun dokumen Perencanaan Pelaksanaan perlu dipertimbangkan
adanya risiko yang diperkirakan bisa terjadi selama jalannya pelaksanaan
pekerjaan.
Pengertian risiko adalah tidak tercapainya sasaran atau tujuan dari suatu kegiatan.
Dalam pelaksanaan proyek, risiko yang bisa terjadi adalah tidak tercapainya
sasaran biaya pelaksanaan, sasaran mutu pelaksanaan (termasuk K-3 &
lingkungan), dan sasaran waktu pelaksanaan.
KEPALA PROYEK
Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat
Pendekatan fungsi
- pembagian tugas didasarkan pada fungsi/jenis tugas
KEPALA PROYEK
Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat
Bag. Teknik Bag. Adm & Keu Bag. Ad Kon Bag. Log Lat
Jumlah 4.400 2,7 19,4 37,5 54,1 67,2 84,3 99,1 100
Hari ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A
B
C
D
Mulai
kerja
Proses Konstruksi
Pelaksanaan proyek dapat berhasil bila didasarkan atas construction
planning yang baik dan persiapan fisik yang matang
Penyerahan
Bangunan
f) Rencana K3
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/ PRT/
M/ 2008 dan Pakta Kemitraan Departemen Pekerjaan Umum dengan
Mitra Kerja tanggal 12 Februari 2009, untuk setiap proyek dibawah
Departemen Pekerjaan Umum perlu dibuat Rencana K-3 (selanjutnya
dijelaskan dalam materi K-3).
g) Anggaran Pelaksanaan
Rencana pembiayaan untuk pelaksanaan proyek, yang menggambarkan
rencana pendapatan dan biaya yang diperkirakan terjadi dalam
pelaksanaan proyek
Pendapatan adalah nilai prestasi pelaksanaan kontrak (diluar Pajak
Pertambahan Nilai/PPN) yang telah diakui oleh pengguna jasa, dan akan
dibayarkan (berupa termin) kepada kontraktor
Biaya adalah seluruh beban, baik beban langsung maupun beban tidak
langsung, untuk mewujudkan prestasi pelaksanaan kontrak tersebut
Unsur Cash In :
- Uang muka pekerjaan
- Pembayaran prestasi pekerjaan (termin)
- Restitusi pajak
JADWAL
URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8
PENERIMAAN BERSIH - - 200 - 300 300 - 200
PENGELUARAN (50) (150) (150) (150) (100) (150) (100) (50)
PENERIMAAN-
(50) (150) 50 (150) 200 150 (100) 150
PENGELUARAN
KAS AWAL 50 200 46 92 38 32 80 80
SALDO SEBELUM
- 50 96 (58) 238 182 (20) 230
FINANSIAL
FINANSIAL :
-PINJAMAN 200 - - 100 - - 100 -
-PENGEMBALIAN
- - - - (200) (100) - (100)
PINJAMAN
-BUNGA PINJAMAN (2
- (4) (4) (4) (6) (2) - (2)
% PER BULAN)
-TOTAL FINANSIAL 200 (4) (4) 96 (206) (102) 100 (102)
KAS AKHIR 200 46 92 38 32 80 80 128
C
KUMULATIF PINJAMAN 200 200 200 300 100 - 100 -
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok dimulai,
umumnya terdiri dari :
a. Penyiapan patok-patok ukur (patok as, patok elevasi) setelah penyerahan
lapangan (setting out)
b. Pengukuran bersama (mutual check), bila diperlukan
c. Penyiapan site plan, termasuk pagar bila diperlukan
d. Penyiapan jalan kerja (access road) baik dilokasi maupun diluar lokasi, bila
diperlukan
e. Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan proyek
Tujuan dari persiapan fisik adalah untuk menjamin kegiatan pokok dapat
dilaksanakan tanpa hambatan
Pengertian risiko adalah tidak tercapainya sasaran atau tujuan dari suatu kegiatan.
Dalam pelaksanaan proyek, risiko yang bisa terjadi adalah tidak tercapainya
sasaran biaya pelaksanaan, sasaran mutu pelaksanaan (termasuk K3 &
lingkungan), dan sasaran waktu pelaksanaan.
6. Dalam penjadwalan proyek, selain telah digambarkan dengan bar chart schedule,
perlu dibuat curva – S yang cukup efektif untuk digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga untuk alat pengendalian waktu. Selain
itu curva – S juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengendalian biaya.
8. Rencana K3 perlu dibuat, karena telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09/ PRT/ M/ 2008 dan Pakta Kemitraan Departemen
Pekerjaan Umum dengan Mitra Kerja tanggal 12 Februari 2009, untuk setiap
proyek dibawah Departemen Pekerjaan Umum perlu dibuat Rencana K3.
9. Rencana Anggaran Pelaksanaan perlu dibuat secara rinci dan sesuai keadaan
yang sebenarnya, karena akan digunakan selain sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan, juga akan digunakan sebagai tolok ukur dalam
pengendalian biaya.
11. Persiapan fisik dilakukan secara cermat sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok
dimulai, umumnya terdiri dari :
a. Penyiapan patok-patok ukur (patok as, patok elevasi) setelah penyerahan
lapangan (setting out)
b. Pengukuran bersama (mutual check), bila diperlukan
c. Penyiapan site plan, termasuk pagar bila diperlukan
d. Penyiapan jalan kerja (access road) baik dilokasi maupun diluar lokasi, bila
diperlukan
e. Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan proyek
A. PENDAHULUAN
1. Definisi Proyek
Secara umum, proyek didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terencana
yang dilakukan dengan batasan - batasan tertentu (biaya, mutu dan waktu)
untuk mewujudkan suatu keinginan/ gagasan
Sedangkan proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang terencana terkait
pembangunan suatu bangunan yang dilakukan dengan batasan biaya, mutu dan
waktu untuk mewujudkan suatu bangunan seperti yang diinginkan
Proyek konstruksi, hasil akhirnya berupa :
a. Bangunan rumah, gedung
b. Jalan, jembatan
c. Saluran irigasi, tanggul banjir, dan lain-lain
PROYEK
INVESTOR
Rancang Desain PROYEK KONSULTAN
PERENCANA
PROYEK
Proses
KONSULTAN Supervisi PROYEK KONTRAKTOR
Konstruksi
PENGAWAS
Pengoperasian 4
PERENCANAAN PELAKSANAAN
PENYERAHAN
(Construction &
PENGENDALIAN BANGUNAN
Planning)
• Time Schedule • Persiapan • Penyerahan
(Jadwal Pelaksanaan) Pelaksanaan Pertama
• Metode Konstruksi • Pelaksanaan • Pemeliharaan
• Anggaran Pekerjaan Bangunan
Pelaksanaan Proyek • Pengendalian • Penyerahan
(APP) Pelaksanaan Kedua/
• Project Cash Flow terakhir
(Arus Kas Proyek)
• Organisasi Proyek
2. Melaksanaan Pekerjaan
Guna mendukung pelaksanaan tugasnya, Kepala Proyek perlu melakukan
kegiatan-kegiatan berikut :
a. Mempelajari dokumen proyek meliputi :
- Dokumen kontrak lengkap
- Dokumen Perencanaan Pelaksanaan
b. Mempelajari situasi/kondisi lapangan & lingkungan
- Situasi & kondisi lahan (tanah, bangunan, masyarakat dll)
- Kesesuaian dokumen Perencanaan dengan lapangan
c. Melakukan kegiatan pelaksanaan
- Menyusun program pelaksanaan pekerjaan (program bulanan, mingguan,
harian) yang mengacu kepada dokumen Perencanaan Pelaksanaan
- Menyusun program pengadaan sumber daya (tenaga kerja, material, alat)
yang mengacu kepada dokumen Perencanaan Pelaksanaan
- Melaksanakan pekerjaan berpedoman pada program pelaksanaan pekerjaan
- Melakukan pengendalian pelaksanaan dengan tolok ukur dokumen
Perencanaan Pelaksanaan
- Melakukan penyerahan bangunan
b. Lingkup external
- Menerima penyerahan lahan
- Menyerahkan bagian site facilities untuk Pihak I
- Menghadiri rapat mempersiapkan pelaksanaan
- Meminta persetujuan rencana/ gambar/ mat pada konsultan
- Melakukan pengukuran bersama (mutual survey)
- Mengajukan pembayaran uang muka pekerjaan
b. Lingkup external
- Mengajukan program pelaksanaan untuk disetujui konsultan
- Mengajukan contoh material untuk disetujui konsultan
- Memproses ijin pelaksanaan pekerjaan dari konsultan
- Memproses pengakuan atas kualitas & kuantitas hasil pelaksanaan dari
konsultan
- Mengajukan pembayaran atas prestasi pekerjaan kepada pihak I
- Melakukan pembahasan dan koordinasi dengan konsultan
- Membuat laporan kepada konsultan/Wakil Pihak I
5. Construction Method
a. Construction method sangat diperlukan apalagi untuk proyek besar atau
kompleks, karena akan menjadi pedoman untuk waktu penyelesaian, dan
besarnya biaya proyek yang diperlukan.
b. Dalam menetapkan construction method sering terbuka beberapa alternatif
yang harus dipilih, mana yang paling menguntungkan. Construction Method
yang paling menguntungkan belum tentu yang termurah, karena harus dikaitkan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang lain, dan biaya secara keseluruhan haruslah
yang termurah.
c. Alternatif construction method dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
adalah :
- Design bangunan
- Kondisi lingkungan lokasi proyek
- Peralatan yang mungkin diadakan
- Waktu yang tersedia
- Batasan anggaran
C. PENGENDALIAN PROYEK
Merupakan proses kegiatan yang dilakukan selama proses konstruksi yang
mengupayakan proses konstruksi tidak menyimpang dari rencana
Pada dasarnya ada tiga variabel, yang harus dikendalikan selama proses konstruksi,
yaitu :
1. Pengendalian Biaya
Secara umum biaya diperoleh dari perhitungan berikut :
Biaya = Kuantitas x Harga satuan
Konsep pengendalian biaya adalah mengendalikan kuantitas dan harga secara
serentak / bersamaan, baik untuk biaya material, biaya upah, maupun biaya alat.
Kuantitas dari setiap jenis material, upah pekerjaan, ataupun pemakaian alat
(jumlah unit alat, atau jumlah jam kerja alat) diupayakan tidak melebihi dari yang
dianggarkan.
Sedangkan harga satuan, baik untuk material, upah kerja, ataupun pemakaian alat,
diupayakan tidak melebihi harga satuan dari yang dianggarkan.
Namun pada akhirnya yang harus dipertahankan adalah jumlah biaya yang terjadi
untuk setiap item biaya, tidak melewati anggaran yang telah direncanakan.
Nilai Bobot
No Uraian Pekerjaan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
Rp (juta) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kegiatan A 40 10,00
2 Kegiatan B 70 17,50
3 Kegiatan C 110 27,50
4 Kegiatan D 95 23,75
5 Kegiatan E 55 13,75
6 Kegiatan F 30 7,50
Jumlah 400 100,00
Bobot rencana per bulan - % 25 30 35 10
Bobot akumulatif rencana - % 25 55 90 100
Prestasi riil - % 20 45 85(renc) 100(renc)
Nilai prestasi riil - Rp. ribu 80.000 180.000 340.000 400.000
Biaya seharusnya (85%) - Rp. ribu 68.000 153.000 289.000 340.000
Biaya riil minus stok mat.- Rp. ribu 76.000 163.000
Selisih biaya - Rp. ribu (-)8.000 (-)10.000
PELAKSANAAN
SESUAI
RAP
PROYEK
SELESAI
3. Pengendalian Waktu
a. Pada dasarnya yang harus dikendalikan adalah setiap kegiatan pelaksanaan yang
berjalan, dibandingkan dengan schedulenya, tidak cukup hanya total prestasinya
saja.
b. Informasi yang harus dapat disajikan dalam setiap evaluasi waktu pelaksanaan
adalah :
- Informasi kondisi tiap kegiatan : apakah dalam kondisi tepat waktu (on
schedule), atau terlambat (behind schedule), atau lebih cepat (ahead schedule)
- Bila ada kegiatan yang terlambat, berapa besar keterlambatannya
c. Caranya dengan menarik garis evaluasi pada waktu evaluasi, yang memotong
seluruh kegiatan yang ada pada titik-titik pencapaian progresnya
1. Persiapan
- Direksi keet 20,00 2 o 80%
- Pengukuran 20,00 2
- Stripping 60,00 6 o 60 %
2. Galian saluran 150,00 15
3. Timbun 270,00 27 o 40 %
tanggul
4. Pas. batu kali 400,00 40
o 20 %
5. Pas. batu muka 80,00 8
Total 1.000,00 100
Progres rencana kumulatif 4 15 31 45 82 100 o 0%
Progres realisasi kumulatif 2 20 25
Contoh: Evaluasi Schedule Pelaksanaan
Lingkup external
Mengajukan surat permohonan serah terima bangunan
Bersama konsultan melakukan pemeriksaan pekerjaan, dan mencatat cacat yang
ada
Bila PHO :
a. Dibuat defect list, cacat-cacat yang harus diperbaiki kontraktor
Lingkup internal
Membersihkan lapangan/ site
Melakukan demobilisasi sumber daya yang masih ada
Membuat laporan proyek selesai
Tugas kepemimpinan
Dalam membawahi personil anggota organisasi proyek dilapangan, seorang Kepala
Proyek harus melaksanakan tugas kepemimpinannya melalui kegiatan :
a. Mendemonstrasikan komitmen (demonstrate commitment)
58 Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Kebijakan/ strategi dalam mencapai target selalu dipegang kuat dan
dikomunikasikan kepada anggota organisasi
b. Memberdayakan dan memotivasi (empower & motivate)
Melengkapi anggota organisasi dengan pengetahuan serta prasarana dan sarana
sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya masing-masing secara optimal
c. Memberi hadiah dan menerapkan sanksi (reward & punishment)
Memberi pengakuan, hadiah atau pujian kepada personil yang berprestasi baik, dan
memberikan teguran sampai peringatan dan hukuman bagi yang bersalah
d. Berperan sebagai teladan (role model)
Memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan bekerja.
2. Kepala Proyek atau Site Manager sebelum melaksanakan pekerjaan terlebih dahulu
menyusun program pelaksanaan pekerjaan dan program pengadaan sumber daya
(material, alat, tenaga kerja) yang mengacu kepada dokumen Perencanaan
Pelaksanaan Proyek, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan yang
ada.
5. Pengendalian mutu dilakukan sejak tahap Input, tahap Proses, sampai ke tahap
Output.
A. PENDAHULUAN
Ilmu pengadaan barang disebut juga Ilmu Logistik, dipakai dalam hampir semua
kegiatan usaha, termasuk usaha jasa konstruksi. Namun pengertian logistik pada
berbagai bidang usaha tersebut tidak selalu sama, tetapi mempunyai perbedaan-
perbedaan sesuai dengan karakteristik dari setiap bidang usahanya.
Logistik
Kegiatan penyediaan material konstruksi bagi pelaksanaan proyek dilakukan dengan
batasan-batasan tertentu, baik dalam hal jenis, harga, kuantitas, kualitas maupun
waktu.
Manajemen Logistik
Manajemen Logistik adalah suatu sistem pengelolaan kegiatan material konstruksi bagi
pelaksanaan proyek, berupa perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian termasuk
penyimpanannya untuk mencapai efisiensi & efektivitas yang optimal dari kegiatan
penyediaan tersebut.
....................... , ......................
Kepala Proyek Kepala Seksi Teknik
(..............................) (................................)
....................... , ......................
Kepala Proyek Kepala Seksi Teknik
(..............................) (................................)
4. Pengangkutan
Ada 2 alternatif :
Pengangkutan menjadi tanggung jawab Pemasok tetap harus dipantau
Pengangkutan menjadi tanggung jawab Pembeli
6. Penggunaan Material
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan material untuk pelaksanaan
pekerjaan, antara lain adalah :
a. Pengambilan dari gudang dengan cara FIFO (first in first out), material yang
lebih dahulu masuk, lebih dahulu pula digunakan, atau cara LIFO (last in first
out), material yang lebih dahulu masuk, belakangan digunakan
b. Kuantitas pengambilan disesuaikan dengan tahap pelaksanaan
c. Cara penanganan material tetap dijaga baik
d. Sisa di pelaksanaan segera disimpan lagi, kecuali yang tidak ekonomis
PT.
Proyek :
KARTU GUDANG
Bulan : ............................. Material : ...........................
PENERIMAAN PENGELUARAN
Jumlah Jumlah SISA KET.
Tanggal Jumlh Jumlah
terusan terusan
.................... , ..............
Mengetahui, Diisi oleh,
Kepala Logistik Petugas Gudang
(............................) (.................................)
Contoh : Kartu Gudang
.................... , ..............
Mengetahui, Diisi oleh,
Kepala Proyek Kepala Logistik
(............................) (.................................)
Manajemen adalah rangkaian proses yang dikelola sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan sebuah organisasi yang telah ditetapkan. Rangkaian proses ini meliputi
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian dan penggunaan sumber
daya tertentu. Salah satu fungsi manajemen dalam sebuah organisasi, adalah sebagai
upaya untuk memelihara kerja sama antar individu ataupun kelompok, yang merupakan
sumber daya pada organisasi tersebut. Selain itu, manajemen juga dibutuhkan untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.
Setelah mempelajari materi ini, peserta selaku Penanggung Jawab Teknik (PJT)
diharapkan mampu mengetahui:
1. Tujuan organisasi
2. Manajemen jasa konstruksi
3. Cara berpikir strategi manajemen
4. Cara mengelola stress (tekanan)
Dalam usaha jasa konstruksi, unsur method atau metode kerja sangat menentukan proses
pekerjaan. Unsur material juga dinilai sangat penting bagi badan usaha pelaksana jasa
Manajemen Pengusahaan Jasa Konstruksi 76
konstruksi. Bahan sebagai sumber daya non manusia dalam sebuah proyek harus dikelola
dengan baik agar hemat dan efisien. Pengelolaan sisa bahan atau sampah dalam proyek
juga harus menjadi perhatian pelaku jasa konstruksi. Namun, ternyata unsur yang paling
sulit dikendalikan adalah man atau sumber daya manusia. Pemilik atau pimpinan badan
usaha jasa konstruksi kualifikasi kecil biasanya merupakan gabungan dari sikap sebagai
seorang manajer (manager) dan seorang pemimpin (leader).
Sikap manajer berorientasi kepada kegiatan mengatur atau mengelola semua sumber
daya untuk memenuhi sasaran, serta menjelaskan penyimpangan dan sanksi akibat tidak
tercapainya target. Di sisi lain, sikap seorang pemimpin lebih berorientasi kepada
keteladanan. Pemimpin akan memotivasi dan membangun kepercayaan SDM
dipimpinnya, serta memandang kesalahan bawahannya sebagai pelajaran berharga, bukan
sebagai ajang pemberian hukuman atau sanksi. Kelak, keberhasilan akan diraih dengan
belajar dari kesaalahan di masa lalu.
Pengertian Manajemen secara sederhana dapat digambarkan melalui skema pada gambar
di bawah ini, dimana di dalamnya terdapat unsur-unsur manajemen 5M dalam koridor
Plan-Do-Check-Action. Dewasa ini, sistem manajemen juga menambahkan unsur
komitmen dan sikap konsekuen pimpinan (manager & leader) pada prinsip Plan – Do –
Check – Action.
Rangkaian proses manajemen ini bersifat dinamis dan tidak kaku, karena tahapan-
tahapan tersebut tidak berdiri sendiri dan selalu saling terkait.
Penetapan tujuan organisasi merupakan tahapan paling awal dari suatu proses
manajemen. Tahapan ini berisi penentuan misi dan sasaran yang ingin dicapai oleh
organisasi di masa mendatang. Efektifitas pencapaian tujuan organisasi selain ditentukan
oleh kemampuan manajemen, juga ditentukan oleh sifat-sifat dari tujuan organisasi itu
sendiri. Tujuan organisasi yang baik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Spesifik, yaitu jelas apa yang ingin dicapai atau diperoleh
2. Realistis, yaitu bisa dicapai dan bukan sekedar angan-angan
3. Terukur, yaitu memiliki ukuran-ukuran tertentu untuk menentukan keberhasilannya
4. Terbatas, yaitu mempunyai batas waktu sebagai target kapan tujuan tersebut harus
tercapai
Dalam pencapaian tujuan organisasi ini terdapat 2 (dua) pendekatan yang dapat
dilakukan. Pertama, yang disebut dengan pendekatan top down atau pendekatan dari atas
ke bawah. Kedua, tujuan organisasi dapat dicapai dengan pendekatan bottom up atau
pendekatan dari bawah ke atas.
Peran manajemen pengusahaan dalam bidang jasa konstruksi sangat penting dimana:
1. Mengenali dan memahami posisi tawar atau kekuatan suplier bahan atau tenaga
kerja dalam proses produksi, dengan cara-cara tertentu kekuatan tersebut dapat
dimanfaatkan dan diredam.
2. Mengetahui dan memahami kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi
kekuatan atau keputusan pemilik proyek, dengan pendekatan-pendekatan tertentu
kekuatan atau posisi tawar pemilik proyek dapat dipengaruhi atau diredam.
3. Memahami aturan main dalam dunia jasa konstruksi, mudah-sulitnya keluar-masuk
dalam persaingan atau mudahnya membuat badan usaha jasa konstruksi akan
menambah rumitnya dunia jasa konstruksi.
KELUAR/MASUK BUJK
Kedalam pasar
PERSAINGAN
KEKUATAN Sesama BUJK KEKUATAN
Suplier Pengguna Jasa
HASIL KONSTRUKSI
BISAKAH DIGANTI ?
Apa yang harus dilakukan oleh manajemen jika kondisi pasar memburuk, perolehan
kontrak menurun atau kinerja perusahaan merosot?
Untuk menjaga efisiensi manajemen, maka bagian yang dibentuk paling akhir akan
dihapus terlebih dahulu. Contohnya, bagian K3, Mutu, Litbang, dan Tagihan dapat
dihapus, tanpa menghilangkan fungsinya. Fungsi bagian-bagian yang dihilangkan tersebut
akan ditempatkan pada bagian yang masih ada dalam organisasi. Bagian yang paling
awal dibentuk, seperti bagian teknik dan keuangan, tidak dapat dihapus.
Selanjutnya, manajemen harus melakukan peninjauan ulang kembali, muulai dari tahapan
nomor 1. Jika lingkungan bisnis mengalami perubahan, maka diperlukan strategi baru.
Hal ini akan teru berulang menjadi sebuah siklus.
KERANGKA BERPIKIR
STRATEGI MANAJEMEN
Kebijakan
Program
INTERNAL
Prosedur
Kekuatan
Kelemahan
Struktur
Kultur Budget
Sumberdaya
Standar
Performance
Umpan Balik
D. MENGELOLA STRES
Stres dapat terjadi di semua bidang manajemen tidak terkecuali dalam bidang usaha jasa
konstruksi. Namun demikian bukan berarti stres tidak dapat dikendalikan. Salah satu cara
dalam mengendalikan/ memanajemen stres yaitu dengan kesadaran (secara sadar)
melihat seberapa besar area tanggung jawab kita dalam lingkup suatu organisasi dalam
hal ini adalah organisasi badan usaha dalam menghadapi masalah apa saja yang terjadi.
Secara umum, semakin besar area tanggung jawab kita dalam suatu organisasi maka akan
semakin tinggi pula tingkat stres jika menghadapi masalah, namun demikian setiap
pekerjapun mempunyai stres yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan
masing-masing.
Sebagai ilustrasi : seorang PJT (Penanggungjawab tehnik) bisa stres apabila harga besi
beton naik, harga semen naik, pekerjaan belum selesai apalagi mendekati waktu atau
tanggal penyerahan. Contoh lainnya, dalam tender ternyata terdapat kesalahan angka
perhitungan yang dibuat oleh seorang PJT, akhirnya perusahaan kalah dalam persaingan
mendapatkan proyek, PJT santai santai saja. Contoh berikutnya adalah : diluar perkiraan
ternyata hujan turun pada saat pekerjaan pengecoran, mengakibatkan campuran semen
tidak dapat digunakan, PJT menjadi stres. Contoh yang terakhir adalah : mendengar dan
membaca berita bahwa semua kendaraan atau mobil pribadi harus menggunakan besin
pertamax, seorang PJT yang sehari hari menggunakan sepeda motor, ikut stres karena
bosnya punya mobil pribadi lebih dari satu.
Apakah penyebab masalah adalah faktor eksternal dimana seorang PJT tidak mempunyai
kuasa dan kewenangan untuk menurunkan harga diatas (apa bisa ?) dan apakah itu
menjadi tanggungjawab seorang PJT ? Apakah turunnya hujan menjadi tanggungjawab
seorang PJT ? tentu saja tidak, jika demikian maka tidak perlu stres.
Seorang PJT harus memindahkan energi dan waktunya untuk mencari upaya dengan
tenang : mencari pekerjaan tambah, melakukan negosiasi ulang harga, usaha menaikkan
volume. Jangan korbankan perasaan, pikiran, tenaga dan waktu untuk stres-mengeluh.
Lain halnya untuk contoh kesalahan menghitung untuk tender, seorang PJT mempunyai
tanggungjawab profesional dan kewenangan untuk memastikan angka tersebut benar,
anda pantas stres karena kesalahan tersebut, boleh saja tenggelam dalam penyesalan
tetapi jangan lama lama, segera ambil hikmahnya sebagai bagian dari pembelajaran dan
untuk tidak diulang lagi. Keterlaluan jika sikap yang muncul adalah acuh dan masa bodoh
Seorang PJT peduli terhadap kesulitan yang dihadapi oleh atasannya atau pemilik badan
usaha karena harus menggunakan pertamax dengan cara berempati, tetapi karena situasi
berada diluar tanggungjawabnya maka tidak perlu ikut stres. Empati tersebut dapat
dilanjutkan dengan memberikan masukan atau usulan lain yang dapat membantu
atasannya.
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara Indonesia yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. Pajak juga
merupakan kewajiban kepada negara yang harus dilakukan oleh setiap warga negara atau
orang diluar warga negara yang mendapatkan manfaat atau memperoleh perlindungan
yang diberikan oleh Negara.
Yang dibahas dalam materi ajar ini meliputi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
dan Bea Meterai.Pajak, dan masih ada beberapa jenis pajak lainnya seperti PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan), PPHTB (Pajak Pemanfaatan Hak tanah dan Bangunan), Retribusi
dan lainnya namun tidak dibahas dalam materi ini
1. Pajak Penghasilan
Diawali dengan pentingnya kita memahami pengertian sebuah penghasilan.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan di atas merupakan obyek dari pajak,
dengan demikian dapat dikenai pajak terhadap penghasilan (biasa disingkat dengan
PPh).
Macam-macam pajak penghasilan:
a. PPh pasal 21 pajak penghasilan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan
b. PPh pasal 22 pajak penghasilan sehubungan penyerahan barang, import, usaha
lain yang dipungut pemerintah
c. PPh pasal 23 pajak penghasilan atas deviden, bunga royalty, sewa, hadiah,
imbalan
d. PPh pasal 24 pajak penghasilan dari luar negeri
e. PPh pasal 25 pajak penghasilan yang dibayar sendiri oleh wajib pajak selama
tahun berjalan yang merupakan angsuran dari pajak yang akan terutang
f. PPh pasal 26 pajak penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri
g. PPh pasal 29 pajak penghasilan yang masih harus bayar
Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan dibedakan menjadi dua, yaitu Subyek Pajak Dalamn Negeri
dan Subjek Pajak Luar Negeri.
a. Subjek Pajak Dalam Negeri
90 Perpajakan
Orang pribadi (OP) yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari (dalam 12
bulan) atau dalam satu tahun pajak ada di Indonesia dan berniat untuk tinggal
di Indonesia
Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
Artinya semua pelaku usaha jasa konstruksi memenuhi ketentuan diatas dan
dianggap sebagai wajib pajak maka harus memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) yang dapat digunakan untuk mengurus pajak penghasilan pribadi (badan
usaha) atau pajak penghasilan pribadi (pekerja-yang digaji)
Perpajakan 91
Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
b. PPh Tidak Final ( Pasal 4 ayat 1)
Pajak Penghasilan tidak final adalah pajak yang dapat dikompensasikan dalam
perhitungan SPT tahunan PPh. Contoh diantaranya adalah sebagai berikut:
Gaji, upah
Laba usaha
Keuntungan karena pengalihan harta
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
Deviden, royalty, sewa (kecuali sewa tanah dan bangunan)
Keuntungan karena pembebasan utang
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
Premi asuransi
92 Perpajakan
1. Jasa Perencanaan dan Pengawasan
a) Untuk penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 4%
b) Untuk penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 6%
2. Jasa Pelaksanaan
a) Untuk penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil adalah sebesar 2%
b) Untuk penyedia jasa yang memiliki usaha menengah dan besar adalah sebesar
3%
c) Untuk penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha adalah sebesar 4%
Sebagai contoh : Berdasarkan perkiraan keuntungan 13.3% dikalikan dengan tariff
15% maka dihasilkan perhitungan PPh Final sebesar 2%.
Bagaimana penerapan pajak penghasilan pribadi ?
Untuk menghitung penghasilan bagi wajib pajak pribadi yang bekerja harus dikurangi
biaya jabatan dan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan
selanjutnya angka tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan pajak terhadap tarif
pajak yang berlaku.
Sebagaimana diketahui bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak selalu disesuaikan
sejalan dengan perkembangan perekonomian dan kenaikan upah pada umumnya.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk pribadi, tahun 2013
Rp 24.300.000,- : untuk diri sendiri (TK/0)
Rp 2.025.000,- : tambahan WP kawin (suami/isteri) (K/0)
Rp 24.300.000,- : tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami (pasal 8 ayat 2)
Rp 2.025.000,- : tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda garis keturunan lurus serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya
(maksimal 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga).
Sedangkan pengenaan pajak penghasilan untuk upah buruh harian atau pegawai
tidak tetap, terkait pajak penghasilan untuk tahun 2013 diatur sebagai berikut:
Perpajakan 93
Jika Penghasilannya sampai dengan Rp. 200.000/ hari maka tidak dikenakan
pajak penghasilan
Jika dibayar bulanan, maka dasar perhitungan hari kerjanya adalah 25 hari, jika
bekerja di bawah 25 hari maka dihitung secara harian
Jika dibayar mingguan maka dihitung secara rata-rata
Dengan catatan : jika upah harian tersebut dikalikan hari kerjanya tidak melebihi
Rp. 2.025.000 maka tetap tidak dikenakan pajak penghasilan.
94 Perpajakan
sampai dengan Omset Rp.600juta setahun, dan peraturan terbaru ini mulai
diberlakukan 1 Januari 2014.
a. Obyek PPN
Obyek PPN secara umum dibedakan:
1) Penyerahan BKP/JKP di daerah pabean
2) Impor BKP
3) Pemanfaatan BKP tidak terwujud atau JKP dari luar daerah pabean
4) Ekspor BKP oleh pengusaha kena pajak
Obyek Penyerahan BKP termasuk variasinya berupa:
1) Penyerahan BKP akibat leasing dengan hak opsi
2) Penyerahan BKP antar cabang, pusat-cabang akibat desentralisasi usaha
3) Penyerahan BKP melalui juru lelang
4) Pemakaian sendiri BKP atau pemberian Cuma-Cuma
5) Penyerahan BKP persediaan atau aktiva saat pemebubaran perusahaan
6) Penyerahan BKP secara konsinyasi
c. Dibebaskan PPN
BKP (Barang Kena Pajak) yang dibebaskan PPN :
1) Impor benih dan bibit (pertanian, perlebunan, kehutanan, pertenakan,
penangkaran, perikanan)
2) Penyerahan barang hasil pertanian oleh petani atau kelompok tani
3) Penyerahan air bersih yang dialirkan oleh PAM
4) Penyerahan listrik untuk perumahan di bawah 600 watt
Perpajakan 95
JKP (Jasa Kena Pajak) Jasa yang dibebaskan PPN :
1) Jasa di bidang pelayanan kesehatan
2) Jasa bidang pelayanan sosial
3) Jasa pengiriman surat
4) Jasa perbankan, asuransi dan sewa guna usaha (non hak opsi)
5) Jasa keagamaan,pendidikan, kesenian, hiburan dan tontonan
6) Jasa penyiaran yang bukan iklan
7) Jasa angkutan umum darat dan laut
8) Jasa bidang tenaga kerja
9) Jasa di bidang perhotelan
10) Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka tugas pelayanan
Sebagai tambahan, pemakaian JKP untuk diri sendiri yang bersifat produktif dan
bukan termasuk JKP yang dikenakan PPN, tetapi jika digunakan konsumtif untuk
diri sendiri dianggap JKP kena PPN (pemborong membangun rumah direksinya).
Kontraktor membangunan kantornya sendiri dapat dikenai PPN 10%, jika luasnya
200m2 atau lebih dan bersifat permanen, perhitungannya adalah 10% dari
40% (biaya membangun + pajak-pajak). Jika anda mengeluarkan biaya
pembangunan sebesar Rp. 400juta, maka 40% nya adalah dasar pengenaan
pajak Rp 160juta dan dikalikan tarif pajak 10% adalah Rp. 16juta,-
e. Tarif PPN
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% ( sepuluh persen)
2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
Ekspor Barang Kena Pajak berwujud;
Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud;
Ekspor Jasa Kena Pajak
96 Perpajakan
f. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh BKP/JKP atau bukti
atas impor BKP oleh DJBC. Bentuknya standard an modifikasi serta dapat menjadi
satu pajak, bisa dengan faktur penjualan.
Yang membeli atau memanfaatkan BKP/JKP menerima faktur pajak, membayar
atau menyerahkan dana 10% kepada pihak lawan transaksi dan dianggap sebagai
pajak masukan.
Dalam satu masa pajak, bisa terjadi jumlah Pajak Masukan(PM) lebih besar dari
Pajak Keluaran(PK), berakibat adanya hak restitusi. Demikian pula sebaliknya jika
PK lebih besar dari PM maka dapat dikompensasikan.
Dalam menjalankan ketertiban penerimaan pajak, pemerintah menggunakan
sarana lembaga dan aparaturnya untuk memungut PPN kepada penjual atau
penyedia BKP/JKP yang berhubungan dengannya. Badan Pemerintah yang
dimaksud adalah bendaharawan dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
sedangkan badan tertentu yang ditunjuk adalah Pertamina, Bank Pemerintah Bank
Pembangunan Daerah, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah serta kontraktor kontrak kara/ bagi hasil pertambangan.
Pajak Penjualan Barang Mewah adalah pajak di luar PPN, yang dikenakan pada
BKP yang tertentu. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah paling rendah
10%(sepuluh persen) dan paling tinggi 75%(tujuh puluh lima persen).
Perpajakan 97
MEKANISME PPN - NORMAL
HASIL PABRIK SUPLIER KONTRAK PENGGUNA
TAMBANG TOR TERAKHIR
NILAI BARANG/JASA 10 40 45 55 60.5
PPN 10% DITERIMA 0 4.0 4.5 5.5
SETOR KE PAJAK 0 4.0 0.5 1.0
3. Bea Materai
Bea meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut
Undang-undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang
menjadi objek Bea Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea
Meterai dengan menggunakan cara lain (distempel) sebelum dokumen itu digunakan.
Yang tidak dikenakan bea materai antar lain surat atau bukti pengiriman, segala
bentuk ijazah dan surat keterangan pelatihan, Tanda Bukti Penerimaan Uang dari Kas
Negara, Tanda terima untuk keperluan intern organisasi, kuitansi untuk semua jenis
pajak, tanda pembagian keuntungan atau bunga, surat gadai, dokumen yang
menyebutkan tabungan atau uang dari bidang yang bergerak di bidang tersebut.
Nilai meterai yang dikenal pertama adalah Rp. 3.000 umumnya digunakan untuk
transaksi/kuitansi/surat berharga bernilai Rp. 250.000 sampai dengan Rp.
1.000.000
98 Perpajakan
Nilai meterai Rp. 6.000 dikenakan untuk transaksi/kuitansi/surat berharga diatas
nilai Rp. 1.000.000.
Saat terutangnya bea meterai adalah saat:
- Dokumen dibuat oleh satu pihak, terutang bea meterai adalah pada saat
dokumen itu diserahkan;
- Dokumen dibuat oleh lebih dan satu pihak, terutang bea meterai adalah pada
saat selesainya dokumen dibuat;
- Dokumen yang dibuat di luar negeri, terutang bea meterai adalah pada saat
digunakan di Indonesia,
- Pihak yang terutang adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen
tersebut
Cara Pelunasan Bea Materai dengan Menggunakan Meterai Tempel atau dengan
menggunakan stempel
Cara Penggunaan Materai
- Ditempel pada dokumen pada lembar/kerta dan area tandatangan
- Ditulis tanggal, bulan dan tahun dokumen
- Dikenai Tandatangan
- Dengan catatan : meterai hanya boleh sekali pakai
Pertanyaan atau kuis : pihak mana atau siapa atau unit pemerintah manakah yang
melakukan pengawasan terhadap penggunaan meterai?
4. Pengelolaan Perpajakan
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan pajak, pengusaha dapat
memanfaatkan celah-celah pajak yang dapat menguntungkan perusahaannya, seperti
berikut ini :
Perpajakan 99
a. Penghindaran pengenaan pajak perusahaan dengan pengoptimalan pengeluaran
kepada transaksi yang bukan obyek pajak. Efisiensi PPh 21 lewat pemberian
natura kepada karyawan semaksimal mungkin karena natura bukan obyek pajak
PPh 21.
b. Memaksimalkan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 (tiga) orang asalkan ada
hubungan sedarah atau semenda (akibat hukum) satu derajat, akan menurunkan
penghasilan kena pajak.
c. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Contoh pengenaan PPh 22
atas pembelian solar bersifat final.
d. Penundaan pembayaran kewajiban pajak hingga mendekati batas waktu yang
diperkenankan, dengan cara menggeser jadwal pembayaran kewajiban mendekati
akhir bulan otomatis penerbiatan pajaknya bisa mundur bulan berikutnya
e. Penghindaran pemeriksaan pajak. Biasanya kantor pajak akan melakukan
pemeriksaan kepada wajib pajak yang:
- SPT lebih bayar (digunakan untuk usulan koreksi pembayaran masa)
- SPT Rugi
- Tidak memasukan SPT atau terlambat memasukan SPT
- Terdapat informasi pelanggaran
- Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh kantor pajak
- Untuk proyek yang jauh dari fasilitas umum, ajukan pemberlakuan daerah
terpencil kepada KKW, hasilnya berupa pembebanan natura dan kenikmatan
kepada karyawan proyek dapat dibiayakan :
- Tempat tinggal, mess, termasuk perumahan untuk keluarga
- Makanan dan minuman sepanjang tidak ada yang berjualan
- Pelayaan kesehatan
- Pendidikan bagi karyawan dan keluarganya
- Pengangkutan dari mess atau rumah ke tempat kerja
- Sarana olahraga umum bagi pegawai dan keluarganya.
100 Perpajakan
Peran Penting PJT dalam Perpajakan
Penanggung jawab Teknik Badan Usaha Jasa Kosntruksi Kecil, tetap mempunyai
peran penting dalam penerapan perpajakan.
Setelah mengetahui tentang bea meterai, pajak penghasilan dan pajak
pertambahan nilai maka langkah selanjutnya adalah memelihara situasi kerja dan
transaksi apapun yang terkait dengan proyek untuk selalu tertib dalam hal
perpajakan.
PJT (Penanggung Jawab Teknik) wajib mengingatkan dan menanyakan siapa saja
(petugas) yang menangani perpajakan apakah mereka adalah bagian
keuangan/administrasi proyek atau konsultan pajak perusahaan, agar:
Teliti dalam perhitungan pajak
Memeriksa semua bukti pajak, jangan cacat (belum sempurna)
Tertib saatnya waktu setor ke kantor pelayanan pajak
Tertib saatnya waktu lapor ke kantor pelayanan pajak
Perpajakan 101
Lampiran
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak
NPWP : - - - - - (3)
Nama :
Alamat :
NPWP : - - - - -
Nama :
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan dari Jasa Tanda Tangan, Nama dan Cap
Konstruksi yang dipotong/dipungut di
atas bukan merupakan kredit pajak
dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini
dianggap sah apabila diisi dengan ......................................................... (6)
lengkap dan benar.
F.1.1.33.16 Lampiran I.8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 53/PJ/2009
102 Perpajakan
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)
ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
(F.1.1.33.16)
Petunjuk Umum:
Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner , oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut
- Jika Wajib Pajak membuat sendiri
u Bk ti Pemotongan ini, jangan lupan ut uk membuat tandai ■( s egi empat hitam) d keempat
sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
- Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram.
- Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.
- Kolom Identitas:
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak
yang disediakan.
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat
Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI
- Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00)
dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50)
Petunjuk Khusus:
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat oleh pemotong pajak pada saat dibayarkannya/terutang penghasilan tersebut.
Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar ke 2 : Untuk KPP melalui pemotong/pemungut pajak, dilampirkan pada saat SPT PPh Pasal 4 ayat (2)
Lembar ke 3 : Untuk pemotong/pemungut pajak
Kolom 1 : Nomor, cukup jelas
Kolom 2 : Uraian, cukup jelas
Kolom 3 : Jumlah Nilai Bruto
Diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh.
Kolom 4 : Tarif
Diisi dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut
Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif
Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
Perpajakan 103
DEPARTEMEN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA SPT Normal
KEUANGAN R.I. PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) SPT Pembetulan Ke-
DIREKTORAT Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan/Pemungutan Masa Pajak
JENDERAL PAJAK Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) /
BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK
1. NPWP : -
2. Nama :
3. Alamat :
Nama 2 0
NPWP - tanggal bulan tahun
Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan
tanggal bulan tahun
F.1.1.32.04 Lampiran I.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 53/PJ/2009
104 Perpajakan
Perpajakan 105
MATERI 7 AKUNTANSI
A. PENDAHULUAN
Akuntansi yang baik merupakan salah satu alat untuk menjawab tuntutan
transparansi, kejujuran dan akuntabilitas suatu perusahaan baik di mata masyarakat,
pengelola, pemerintah dan pemerhati. Undang-Undang Jasa Konstruksi juga
mesyaratkan hal yang sama dimana performance keuangan perusahaan konstruksi
yang digambarkan dalam laporan keuangan perusahaan penyajiannya harus tertib,
wajar dan dapat dipercaya serta penjelasannya harus cukup memadai.
Bagi Penanggung jawab Teknik Badan Usaha, disamping mempunyai kemampuan
tehnis konstruksi, dirasakan pula bahwa kemampuan mengetahui laporan tersebut
juga penting. Materi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang tepat
kepada para penanggung jawab teknik tentang kegunaan akuntansi lewat sebuah
pemberdayaan singkat.
Setelah mempelajari tulisan ini diharapkan peserta sebagai penanggungjawab teknik
akan dapat:
1. Mengetahui akuntansi secara umum
2. Mengetahui manfaat laporan akuntansi
3. Mengetahui konsep dasar akuntansi
4. Mengetahui bentuk Laporan Neraca dan Laba-Rugi
B. PENGERTIAN AKUNTANSI
Secara sederhana, akuntansi adalah suatu seni berhubungan dengan penciptaan,
pengesahan, pencatatan, pengelompokan, pengelolaan, penyimpulan, penganalisaan,
penafsiran dan penyajian informasi sistematis yang dapat dipercaya, mengenai
transaksi keuangan dan hasil akhirnya diperlukan sebagai pertanggungjawaban
keuangan dan dasar pengambilan keputusan.
Akuntansi 107
Ilmu Akuntansi mempunyai cakupan yang luas dan tidak hanya dalam bidang
pembukuan saja akan tetapi mencakup ilmu dan fungsi yang berhubungan dengan
menciptakan sistem dan prosedur (yang sekarang diambil alih oleh computer
akuntansi), termasuk sistem pengesahan dan pembagian kewenangan dan
pengendalian aktivitas usaha.
Transaksi keuangan yang terjadi (baik yang berpengaruh terhadap kas atau tidak) dan
sah, menjadi bahan pencatatan dan jurnal, diproses lanjut dan akhirnya menghasilkan
laporan keuangan akuntansi yang umumnya minimal terdiri dari Laporan laba rugi dan
Laporan Neraca.
Kedua Laporan diatas dapat berbicara banyak lewat penafsiran, dan analisis, serta
dapat diperbandingan dan akhirnya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan.
2. Pemasok/ Kreditor
Supplier bahan atau peralatan atau pemberi pinjaman/ Bank tertarik pada
kemampuan kontraktor untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan kinerja,
108 Akuntansi
ketepatan waktu dan pembayaran/ pengembalian pokok dan bunga pinjaman.
Jika muncul keraguan maka dapat saja pemasok atau kreditor mengambil sikap
membatasi jumlah maksimal pinjaman dana atau volume pengiriman kepada
kontraktor untuk menjaga/ menghindari Risiko yang bakal terjadi.
4. Pemerintah
Pemerintah, perencana pembangunan nasional, lewat instrument perpajakan
berkepentingan dengan alokasi sumber daya perusahaan-perusahaan sebagai
dasar penyusunan statistik pendapatan nasional dan besaran target pajak dan
jenis pajak serta penerimaan lainnya.
3. Manajer
Berbagai tingkat manajer dalam perusahaan berkepentingan untuk menyiapkan
sistem pengolahan datanya agar dapat mendukung hasil output perusahaan
berupa laporan keuangan untuk publik. Kebijakan kapitalisasi, metode
persediaan, metode depresiasi, memelihara kriteria atau tolok ukur rasio-rasio
keuangan agar sesuai dengan rencana eksternal perusahaan.
Perbedaan kepentingan diatas akan lebih jelas lagi apabila kita memahami
Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) dan Akuntansi Manajerial
(Managerial Accounting).
110 Akuntansi
penyimpangan. Rumusan Penyusutan Aktiva Tetap atau Peralatan berbeda dengan
ketentuan umum dan bahkan berbeda dengan ketentuan perpajakan. Dalam praktek,
proyek dibebani penyusutan oleh kantor pusat untuk mengukur efektivitas penggunaan
alat sedangkan di tingkat perusahaan (untuk kepentingan pihak luar) penyusutan
digabung kembali (satu alat digunakan satu penyusutan -tidak memandang proyek
perproyek).
Konsep dasar akuntansi adalah sesuatu yang sangat mudah dipahami oleh masyarakat
umum karena cara berpikir menyangkut logika dan filosofi terjadinya suatu fenomena
dan budaya dalam masyarakat itu sendiri yang tertuang dalam transaksi atau kejadian
akuntansi. Akuntansi mempunyai konsep dasar yang dipahami benar dan universal
diikuti oleh dunia. Beberapa diantaranya adalah:
b. Ukuran Uang
Semua bentuk transaksi ataupun kejadian yang berakibat terhadap akuntansi harus
digambarkan dalam bentuk nilai uang dan mata uang yang sama, jika tidak maka
akan sulit dimengerti. Contohnya: bagaimana kita menggambarkan harta yang
dicatat dalam Neraca yang berupa: uang rupiah Rp 100.000 dan 200 sak
semen, sebuah Dump Truck serta mata uang USD 10.000. Konsep dasar yang
disepakati adalah menyatakannya dalam satu kesatuan mata uang, di Indonesia
adalah Rupiah, sedangkan di Amerika adalah USD.
c. Kesatuan Bisnis
Pelaporan keuangan adalah hasil dari suatu kesatuan usaha, yang semestinya
terpisah terutama dari orang-orang yang memilikinya (pemilik usaha), yang
menjalankan usaha ataupun berhubungan dengan cara lain. Kekayaan pribadi
harus terpisah dari kekayaan perusahaan. Contoh ekstremnya adalah bagaimana
Akuntansi 111
memisahkan harta kekayaan perusahaan pribadi dengan pribadi yang bersangkutan
(dimana kendaraan dinas adalah juga kendaraan keluarga).
d. Kelangsungan Usaha
Membuat satu perusahaan atau bentuk usaha adalah untuk kepentingan jangka
panjang, bersifat langgeng, terus, maju, dan berkembang dan tidak sekalipun
terlintas untuk tujuan ditutup, terkecuali untuk pekerjaan atau usaha yang sudah
dinyatakan bankrupt atau masa berlakunya habis seperti dalam usaha Joint
Operation ataupun Joint Venture.
e. Harga Perolehan
Dalam usaha mendapatkan sesuatu barang untuk dimiliki atau dipakai harus dinilai
berdasarkan pengorbanan nilai uang yang dikeluarkan secara nyata pada saat
mendapatkannya dan dalam keadaan siap dimanfaatkan (harga perolehan). Jika
saat ini atau setelah dibeli harga pasar atau ditawar orang lain dengan harga yang
berbeda dengan harga perolehan, maka tetap saja yang boleh dicantumkan dalam
neraca adalah harga perolehannya.
f. Konservatif
Prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan adalah dasar pemikiran konsep ini. Situasi
ketidakpastian terhadap kewajiban dan biaya lebih diutamakan daripada
ketidakpastian dalam hak dan penghasilan. Lebih baik mengakui dan menyatakan
kewajiban dan biaya yang mungkin timbul di dalam laporan keuangan dan
sebaliknya jangan mengakui pendapatan dan hak jika belum jelas dan nyata
perolehannya. Sebagai contoh : urusan klaim di pengadilan, piutang tak tertagih,
kemungkinan rugi dapat segera dinyatakan sebagai biaya. Contoh lain pada
performance proyek, jika secara kumulatif sampai dengan selesai (dinilai saat ini)
proyek diperkirakan rugi 5%, maka pengakuan laba kumulatif terdahulu hingga
saat ini (yang telah diakui 2 %) harus segera dilakukan revisi agar tidak
menimbulkan bom waktu di kemudian hari.
112 Akuntansi
g. Materialitas
Mengabaikan hal-hal yang sepele tetapi mengungkapkan semua hal yang
mempengaruhi secara keseluruhan adalah lebih penting. Contohnya: dalam usaha
konstruksi, membeli pensil untuk tulis menulis dibandingkan membeli semen dan
paku lebih penting mana diungkapkan. Apakah pengaruhnya signifikan terhadap
laporan keuangan.
i. Matching (Padanan)
Semua bentuk transaksi biaya (pengorbanan) adalah pada tempatnya dipadankan
terhadap prestasi atau pendapatan/ penjualan secra tepat. Contohnya :
Bagaimana kita menggambarkan semen yang telah dikeluarkan dari gudang,
apakah sudah menjadi biaya? Dan di lain pihak apakah sudah menjadi konstruksi
atau diakui sebagai progres fisik di lapangan?
Dibandingkan Kas Basis, Laporan Keuangan berdasarkan transaksi tunai saja (diakui
dan dicatat) maka beban administrasi dan monitoring menjadi sederhana. Untuk
mensiasati keharusan menjalankan Akrual Basis, Badan Usaha Jasa Konstruksi kecil
Akuntansi 113
dapat memberlakukan Kas Basis saja namun setiap akhir periode (Pembuatan
Laporan Keuangan) ditambahkan dengan angka yang berasal dari pencatatan
Kewajiban dan Hak. Hasil akhir Laporan Keuangan akan sama saja dengan sistim
Akrual Basis.
Informasi aktiva dapat dilihat dari neraca sisi kiri dan jumlah keseluruhannya sama
dengan (yang disebut) dengan kekayaan kotor (bruto). Informasi kewajiban dapat
dilihat dari neraca sisi kanan atas dimana posisi seluruh daftar kewajiban (baik
jangka pendek dan jangka panjang). Informasi modal dapat dilihat pada sisi kanan
neraca bagian bawah dimana posisi seluruh daftar modal (baik modal awal dan
perubahannya akibat untung/rugi). Neraca umumnya disajikan untuk tingkat
perusahaan namun bukan untuk tingkat proyek.
114 Akuntansi
1. Cobalah mencatat uang yang anda miliki saat ini baik secara tunai, di bank , di
atm ataupun dalam bentuk deposito
2. Catat nilai rupiah semua pinjaman yang diberikan kepada orang lain
3. Catat harga semua kendaraan pribadi waktu itu yang anda miliki baik secara
tunai ataupun kredit
4. Catat harga perolehan rumah atau bangunan waktu itu yang anda miliki secara
tunai ataupun kredit
5. Terakhir, catat dalam rupiah harta benda anda yang kecil-kecil dan jumlahkan
6. Susun dari atas kebawah dan jumlahkan, letakkan di sisi kiri neraca anda
7. Inilah kekayaan kotor yang anda miliki saat ini atau namanya Aktifa
Selanjutnya,
1. Catat dalam rupiah semua utang utang anda baik untuk pinjaman kepada orang
lain, perusahaan ataupun pinjam kepada saudara
2. Catat dalam rupiah semua sisa kredit untuk kendaraaan dan rumah/bangunan
yang anda miliki tadi
3. Catat utang-utang lain yang kecil-kecil dan jumlahkan
4. Jumlahkan dan jika lebih kecil dari jumlah kekayaan kotor anda, maka nilai
selisih tersebut tulis angkanya dan beri keterangan Modal dan tambahannya.
5. Susun dari atas kebawah dan jumlahkan (nilainya akan sama dengan kekayaan
kotor) letakkan di sisi kanan neraca anda, inilah yang dinamakan kewajiban dan
Modal
6. Jika modal anda positip, maka inilah yang biasa disebut kekayaan bersih. Jika
negatif maka bersiap-siaplah untuk mengkaji ulang catatan anda, mudah-
mudahan hidup anda bukan dari utang.
Akuntansi 115
Bagaimana cara anda menggambarkan atau menerangkan
Berapa ……… Kekayaan anda ?
HARTA%KEKAYAAN%
AKTIFA 1%
SEPTEMBER%2011% PASIFA
UANG%
TUNAI% 1! KREDIT%
BANK% 120!
UANG%
di%
BANK! 13! UTANG%
LAIN! 0!
MEMINJAMKAN%
UANG! 5! UTANG%
ke%
KANTOR! 3!
RUMAH! 150!
MODAL! 57!
BARANG%
LAIN! 6! LEBIH/KURANG!
175! 175!
JUTAAN RP
PENGHASILAN 5
HASIL KOTOR 2
LAIN LAIN 1
PENGHASILAN 1
116 Akuntansi
Komputer dapat membantu pembuatan Laporan Keuangan ini dengan
memanfaatkan aplikasi Microsoft execl yang umumnya dikuasai oleh banyak orang.
Program akuntansi computer ini dinamakan Just In Time (JIT). Proses bekerjanya
digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
1. Semua transaksi yang terjadi dicatat dan diperlakukan sebagai jurnal, selalu ada
catatan debet dan kredit atau sebaliknya.
2. Formula yang tersedia akan mengalokasikannnya kedalam rekening atau kode
memprosesnya kedalam laporan mutasi, selanjutnya
3. Laporan mutasi memprosesnya kedalam Laporan Neraca atau Laporan Rugi-
laba
4. Kita dapat mengetahui rekening apa saja dalam seketika, misalnya berapa
posisi Kas atau Bank atau Semen yang dimuliki perusahaan hanya dengan
mengisi kode rekening yang dimaksud (termasuk perubahannya)
Program aplikasi akuntansi ini dilampirkan dan dibagikan kepada peserta (lengkap
dengan contoh membuat dan contoh latihan)
Akuntansi 117
a. Sudut pandang manajemen
Manajemen perusahaan menganalisis laporan keuangan baik secara komparatif
atau trend terhadap jalannya operasional dan manajemen sumberdaya serta
profitabilitas.
1) Efektivitas Operasional
a) Menghitung atau membandingkan hasil antara laba (kotor atau bersih)
dengan pendapatan atau progress fisik secara persentase.
b) Menghitung atau membandingkan antara beban operasi dengan
pendapatan atau progress fisik secara persentase.
c) Menghitung kontribusi per jenis jasa/proyek terhadap seluruh
pendapatan perusahaan.
2) Manajemen Sumberdaya
a) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva menyeluruh terhadap
pendapatan atau progres fisik , seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
b) Menghitung atau membandingkan partisipasi modal kerja terhadap
pendapatan atau progress fisik, seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
c) Menghitung atau membandingkan partisipasi piutang terhadap
pendapatan atau progress fisik, seberapa tingkat perputaran dalam
setahun.
d) Menghitung atau membandingkan partisipasi sumber daya manusia
terhadap pendapatan atau progress fisik dalam setahun.
3) Profitabilitas
a) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva kotor menyeluruh
terhadap laba (kotor atau bersih atau setelah pajak).
b) Menghitung atau membandingkan partisipasi aktiva bersih menyeluruh
terhadap laba (kotor atau bersih atau setelah pajak).
118 Akuntansi
b. Sudut Pandang Pemilik
Pemilik perusahaan menganalisis laporan keuangan baik secara komparatif
maupun trend terhadap laba operasional dan balas jasa terhadap investasi yang
ditanamkannya.
1) Profitabilitas
a) Menghitung atau membandingkan hasil yang dicapai (laba bersih atau
rata) terhadap lembar saham yang dimiliki
b) Menghitung dan membandingkan ketersediaan laba berupa arus kas
sebagai antisipasi pembayaran terhadap lembar saham yang dimiliki.
c) Menghitung atau mengamati apresiasi/ depresiasi per lembar saham
sebagai monitor pendapat publik di pasar saham.
2) Disposisi
Menghitung atau membandingkan hasil putusan rapat pemegang saham
terhadap deviden yang akan dibagikan berupa: dana, saham lain atau
putusan lainnya
1) Likuiditas
Menghitung atau membandingkan kemampuan aktiva lancar atau jangka
pendek terhadap pinjaman atau tagihan pada perusahaan, apakah
perusahaan cukup mampu dalam waktu dekat memenuhi kewajibannya
kepada pemberi pinjaman.
2) Solvabilitas
Menghitung atau membandingkan apabila perusahaan tersebut jika
dilikuidasi atau ditutup apakah hartanya mampu untuk menutupi semua
kewajiban pinjaman dan tagihan yang ada.
Akuntansi 119
Dalam gambaran dan contoh perhitungan (dalam lampiran), akan
memberikan pemahaman lebih baik kepada peserta tentang bagaimana
memahami sebuah analisis keuangan perusahaan.
Penyedia Jasa harus dapat memanfaatkan rasio ini untuk mendapatkan pinjaman dan
bukannya alergi terhadapnya. Seperti kita ketahui walaupun kita mendapatkan Uang
Muka proyek, namun masih dibutuhkan dana pinjaman lainnya. Salah satunya dengan
memanfaatkan Lembaga Peminjam seperti Bank. Bank lebih suka ikut mengontrol
aliran dana yang dipinjamkan dengan cara : semua uang masuk dari tagihan yang
dibayar oleh pengguna jasa masuk ke catatannya dan semua rencana bayar kepada
rekanan atau supplier yang berpengaruh terhadap proyek diketahuinya sebelum
dibayarkan, artinya dibutuhkan kedisiplinan dalam menggunakan dana pinjaman untuk
proyek A hanya untuk proyek A saja, tidak untuk digunakan proyek B atau
kepentingan pribadi sebelum pinjamannya lunas.
Jika keterbukaan dan kedisiplinan ini terjaga maka selanjutkan hubungan antara
penyedia jasa dan penyedia pinjaman dana biasanya berlanjut untuk proyek-proyek
lainnya. Biasanya juga pihak bank akan membantu dalam penerbitan jaminan-jaminan
lainnya seperti Jaminan tender, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan dan
jaminan pemeliharaan dan bahkan ambang batas pinjamanpun bisa lebih tinggi dari
yang normal. Prinsipnya adalah jangan takut meminjam jika perhitungan biaya pinjam
telah diperhitungkan dalam biaya proyek dan bersinergi keterbukaan dan kedisiplinan
dengan pihak peminjam.
Pemberi Kerja dalam menilai kemampuan keuangan BUJK Kecil focus pada
Tersedianya dana tunai dibandingkan harta tetap seperti alat kerja dan kantor atau
kendaraan dengan perbandingan 1 : 1, tujuannya adalah sumberdaya pekerja lebih
penting diselesaikan pembayarannya dengan uang tunai.
120 Akuntansi
NERACA
1 Rubah tanggal
2 Print jam 20:42
3 Print tanggal 23/01/12 NERACA
4 Asisten
Tanggal
Nama Rekening No.Rek
1-Oct-03 31-Oct-03
Aktifa Lancar
Kas Proyek 111101 15,000,000 (95,000)
Bank Mandiri-Rph-0001 112101 5,000,000 3,757,500
Piutang Konstruksi 112201 - -
Prestasi Konstruksi YAMP 113001 - 150,000,000
Work in Progres II 131001 - -
Piutang Retensi 131002 - 7,500,000
Persediaan 133001 28,000,000 4,000,000
Uang Muka Pemasok 140001 - -
Uang Muka Sub Kont 140002 - -
Uang Muka Sewa Alat 140101 - -
Uang Muka Upah 140102 - -
Uang Muka BTL 140103 - 2,000,000
Uang Muka Dinas 140104 - -
Uang Muka Pajak 140105 - 4,000,000
Biaya Dibayar Dimuka 141001 - -
Aktifa Tetap
Aktifa Tetap 149000 - -
Akumulasi Penyusutan 150100 - -
DN Nota 610001 339,750,000
Pasifa
Utang Lancar
Hutang Pemasok 211001 18,000,000 58,000,000
Hutang Pemasok YBDF 211101 20,000,000 36,000,000
Hutang Sub Kontr 211201 - -
Hutang Sub Kontr YBDF 211301 15,000,000 74,000,000
Hutang Pemilik Alat 211401 5,000,000 10,000,000
Hutang Upah 211501 2,000,000 600,000
Hutang BTL 211502 - -
Uang Muka Pemilik Proyek 212020 - 170,000,000
Hutang Pajak 214001 - 34,952,500
Akuntansi 121
LAPORAN LABA- RUGI
1 Rubah tanggal
2
3
Print jam 20:18
Print tanggal 23/01/12
RUGI - LABA
4 Asisten
Rupiah
Nama Rekening No.Rek
Sep-04 Oct-04 sd Oct-04
Pendapatan Konstruksi
Biaya Konstruksi
122 Akuntansi
MATERI 8 ARUS KAS
A. PENDAHULUAN
Laporan Akuntansi yang disajikan sebagai bukti pertanggung jawaban keuangan yang
akuntabel dan memadai seperti yang dijelaskan pada materi 7 (tujuh) sebelumnya,
perlu didukung oleh usaha internal lainnya yaitu perencanaan keuangan secara kas.
Kita ketahui bersama bahwa Laporan Akuntansi bersifat Akrual Basis, dimana
pencatatan berdasarkan timbulnya hak dan kewajiban, timbulnya tagihan dan utang-
piutang. Di sisi lain harus dipahami bahwa jenis bisnis jasa konstruksi umumnya untuk
proyek dilakukan pencatatan secara sederhana berbasis kas, tersedianya dana likuid
dan pembayaran likuid menjadi lebih penting. Maka peranan perencanaan Arus Kas
harus dikuasai dengan baik agar tidak menghambat progres fisik di lapangan.
Setelah membaca modul ini dan mengikuti secara singkat selama 2 (dua) jam
pelajaran, diharapkan peserta sebagai Penanggung Jawab Teknik akan dapat :
1. Mengetahui Arus Kas
2. Mengetahui tahapan penyusunan Arus Kas
3. Mengetahui pedoman dasar penyusunan Arus Kas
4. Mengetahui contoh Arus Kas secara sederhana
Perlu diingat bahwa setiap kontraktor yang begerak atau menjalankan usahanya
dibidang jasa konstruksi harus mempunyai visi dan misi. Selain itu motivasi dalam
menjalankan bisnisnya tidak lain adalah uang. Tidak satupun kontraktor yang
menginginkan usahanya selesai dilapangan secara phisik namun gagal ditagih dan
menjadi uang apalagi merugi. Disisi lain rekanan kontraktor berharap menerima
pembayaran haknya (sesuai dengan perjanjian). Karena itu sangat penting bagi
seorang PJT untuk paham mengenai arus kas.
7. Rangkuman data diatas akan menghasilkan nilai rupiah dan skedul waktu realisasi
atas:
a. Penerimaan yang terdiri dari :
- Penerimaan uang muka
- Penerimaan tahapan (dipotong macam-macam, dan pajak)
- Penerimaan retensi
b. Pengeluaran yang terdiri dari :
- Pengeluaran sub kontraktor (uang muka, tahapan dan retensi)
- Pengeluaran untuk mandor dan pekerja
- Pengeluaran untuk bahan
- Pengeluaran untuk peralatan dan
- Pengeluaran untuk overhead
c. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran, yang akan menggambarkan bila :
- Lebih (surplus) berarti masih ada dana yang dapat digunakan periode
berikutnya :
- Kurang (defisit) berarti tidak ada dana bahkan kurang yang dapat digunakan
periode berikutnya.
Tahapan Finansial
Tahapan finansial adalah usaha untuk menutup defisit operasional baik lewat pinjaman
bank (jika proyek mandiri) ataupun lewat droping oleh kantor di atasnya secara
terencana dengan baik. Demikian pula jika surplus, ada usaha untuk
mengembalikan/menutup pinjaman/droping ataupun menempatkan kelebihan dana
pada bank yang menguntungkan ataupun meminjamkannya ke pusat atau proyek lain.
1. Estimasi kebutuhan dana pada awal periode
Nilai rupiah atas usaha diatas juga dipengaruhi oleh asumsi kebutuhan dana pada
awal periode berikut (kas awal periode berikut) dimana dana tersebut siap
digunakan untuk membiayai pengeluaran pada periode berikut sebelum ada dana
penerimaan. Besarannya juga dapat ditetapkan berdasarkan kapan estimasi tanggal
jatuh tempo penerimaan dana (tagihan-progres), maka persentase pengeluaran
dapat ditetapkan.
Contoh : penerimaan diperkirakan cair pada pertengahan bulan, sedangkan
estimasi pengeluaran bulan tersebut Rp 1 juta, maka kebutuhan dana pada awal
periode tersebut adalah 50% nya, yaitu Rp 500 ribu.
2. Estimasi Beban Bunga dan Hasil penempatan
Baik meminjam ke bank ataupun ke kantor pusat, estimasi kebutuhan dana pada
awal periode/cabang/ divisi selalu diikuti oleh risiko beban atau kewajiban yang
dinyatakan dalam persentase (%) dari suatu nilai kumulatif.
Lembaga Peminjam Dana apapun bentuknya (Bank ataupun Lembaga lainnya)
sepanjang dapat bermanfaat dan Risikonya telah diperhitungkan dengan benar
(masuk dalam perhitungan biaya proyek), maka dapat saja digunakan untuk
menutup kekurangan arus kas.
Persentase tersebut umumnya diasumsikan lebih besar untuk kondisi peminjaman
dan lebih kecil untuk kondisi penempatan, selisih antara 1 - 3% adalah wajar
walaupun nanti realisasinya berbeda.
Pekerjaan sub kontraktor yang besar diwakili oleh sub.kont A Rp. 20 juta: sub.
kont B Rp. 25 juta dan sub. kont C Rp. 30 juta. Masing-masing harus detil
per-periode pengeluaran dana,
Sedangkan Sub.Kontraktor lainnya yang kecil kecil digabung saja menjadi Rp.
25 juta dengan pembagian per periode pro-rata Rp. 2.5 juta mulai bulan ke 6
sampai dengan bulan ke 15.
(catatan : secara total biaya sub kontraktor tetap harus sama dengan rencana
anggaran dan biaya)
2. Penggunaan angka digit
Tidak perlu menggunakan angka satuan bahkan koma terutama untuk rupiah,
cukup dalam ribuan dan bahkan dalam jutaan (tergantung juga dengan total nilai
proyek), karena kesalahan yang mungkin terjadi hanya perbedaan yang angka
maksimalnya paling-paling mendekati seribu sampai sejuta.
3. Mata Uang
Jika dijumpai penggunaan mata uang yang berbeda sebaiknya perencanaan cash
flow juga sesuai dengan masing-masing mata uang terkecuali ada saatnya pada
129 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
satu periode terjadi defisit mata uang rupiah yang dikonversikan dalam mata uang
USD contohnya.
4. Periode
Kolom periode sebaiknya semakin dekat semakin detil, bila perlu mingguan, dan
semakin jauh bila perlu disajikan dalam triwulan atau semester. Sebagai contoh:
jika masa proyek selama 3 tahun atau 36 bulan maka kolom periode disajikan
sebagai berikut :
Bulan pertama sampai bulan ke 3 secara mingguan berarti ada 12 kolom
Berarti secara total ada periode sebanyak 29 kolom untuk proyek 3 tahun.
Demikian selanjutnya menginjak waktu terdekat dirubah lebih akurat menjadi
periode mingguan.
5. Fokus kedepan
Realisasi tidak akan berubah terlalu banyak karena dana yang telah dikeluarkan
tidak akan kembali lagi secara kas dan cukup disajikan secara kumulatif, di nisilah
letak perbedaan dengan metode akrual akuntansi. Perhatian lebih dicurahkan ke
depan.
KAS AWAL 2.0 7.5 15.0 15.0 7.5 10.0 5.0 2.5 2.0
SURPLUS (DEFISIT) -3.0 12.5 5.0 5.0 22.5 20.0 5.0 -2.5 12.0
TAHAP FINANSIAL
PINJAMAN 10.5 2.5 10.0 2.5 -12.5 -13.0 0.0 0.0 0
SIMPANAN 2.0 2.5 -4.5 10.0 10
KAS AKHIR 7.5 15.0 15.0 7.5 10.0 5.0 2.5 2.0 2.0
Yusuf adalah Penanggungjawab sebuah Proyek Rumah Tinggal tipe 36 senilai Rp. 47
juta. Proyek tersebut akan dimulai dua pekan depan. Ia baru saja mengikuti Program
Pemberdayaan PJT yang diselenggarakan pemda setempat. Perusahaan PT Bangun
Sarana tempat ia bekerja dipimpin oleh seorang Direktur yang merangkap pemilik usaha,
Bapak Ali.
Beberapa proyek saat ini sedang dikerjakan dan lainnya segera menyusul. Adalah menjadi
kebiasaan, dalam praktek sehari-hari selalu terjadi pinjam meminjam dana yang diatur
langsung oleh Ali.
Sering pula terjadi kekurangan dana dibeberapa proyek akibat tidak adanya perencanaan
uang masuk dan keluar secara baik. Pada saat uang banyak atau berlebihan, pak Ali
memindahkannya ke Kas pribadi. Disisi lain terkadang manajer proyeknya meminjam
kepada pihak lain (luar) untuk menutupi defisit kas yang terjadi.
Yusuf bersama stafnya telah membuat perencanaan Tehnik dan Operasional Proyek
Rumah Tipe 36 termasuk didalamnya perencanaan Arus Kas berdasarkan Kontrak dan
Rencana Biaya Proyek ( Total Biaya Rp. 38,5 juta ) seperti data terlampir. Keuntungan
proyek diperkirakan sebesar 8,5 juta rupiah.
Hari ini, Ali memanggil Yusuf kekantornya untuk rapat sehubungan dengan beberapa
permasalahan.
Ia mengatakan bahwa proyek Jembatan yang dipegang oleh Mahmud meleset dari target
produksi (pekan ini) sebesar 5% akibatnya progress terlambat dan penagihan juga
Pertanyaan :
1. Apakah usaha yang dilakukan Yusuf sudah maksimal ?
2. Jika anda sebagai Ali, bagimana tanggapan anda terhadap sikap Yusuf ?
3. Apakah tidak ada jalan alternatif selain meminjamkan uang kepada rekannya
Mahmud?
4. Lakukan diskusi kelompok dan bila perlu buatkan Rencana Arus Kas menurut masing-
masing kelompok
135 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
Rencana Arus Kas sebelum rapat
Lampiran :
Software (perangkat lunak) Excel untuk pembuatan Arus Kas secara sederhana uang
dapat digunakan dalam merencanakan diawal proyek.
I. Peralatan Konstruksi
1.1 Pengertian Peralatan Konstruksi
Peralatan Konstruksi yang dimaksudkan di sini adalah semua peralatan yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi baik berupa alat ringan ataupun peralatan
berat yang dipergunakan untuk mengerjakan suatu kegiatan dan proyek–proyek
konstruksi.
Peralatan ringan dapat berupa alat-alat yang digerakkan oleh tenaga manusia
ataupun bukan manusia atau dalam arti digerakkan secara mekanis oleh suatu
mesin penggerak, yang umumnya mempunyai kemampuan kecil baik kapasitas
tenaganya ataupun kekuatannya, misalnya 1 ton, di bawah 50/100 KVA dan
lain-lain.
Peralatan berat adalah peralatan yang umumnya digerakkan oleh tenaga penggerak
mesin, baik secara mekanik, hidraulis, dan pneumatik, mempunyai ukuran yang
besar, kemampuan dan kekuatan yang besar baik kapasitas tenaganya ataupun
kekuatannya, misalnya di atas 1 ton, di atas 50/100 KVA dan lain-lain.
Untuk lebih jelas dalam mengenal jenis-jenis alat peralatan konstruksi sebagaimana
disebutkan di atas, sebaiknya kita lihat “Batasan Peralatan Ringan, Peralatan Berat
dan Kendaraan” yang umumnya digunakan pada pekerjaan–pekerjaan konstruksi
di lapangan, diantaranya diuraikan secara detail pada halaman berikut ini.
2 Air Pneumatic Equipment & Power Plant 2 Air Pneumatic Equipment & Power Plant
1 Air Compressor (Kap. S/D 175 Cfm) 1 Air Compressor (Kap. Diatas 175 Cfm)
2 Power Plant: 2 Generating Set (Kap.Diatas 100 Kva)
Gen Set (Kap. S/D 100kva) 3 Engine (Kap.Diatas 100 Pk)
Engine (Kap. S/D 75 Pk) 4 Electromotor(Kap. Di Atas 55 Kw)
3 Electromotor (Kap. S/D 55 Kw) 5 Transformator (Kap..Diatas 100 Kva)
4 Transformator (Kap. S/D 100 Kva)
3 Compaction Equipment 3 Compaction Equipment
6 Drilling, Boring & Blasting Equipment 6 Drilling, Boring & Blasting Equipment
DRILLING (CRAWLER, WAGON,
1
JUMBO) EQUIPMENT
Pemilihan peralatan harus “tepat guna & ekonomis untuk dipakai”, di mana
peralatan harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian
produksi yang tinggi sesuai yang dikehendaki dalam perencanaannya.
Karena alasan efisiensi, baik dari segi keterbatasan tenaga kerja, keamanan dan
faktor-faktor ekonomi lainnya.
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 146
Alur Pemilihan Peralatan Konstruksi
Kita semua mengetahui bahwa semua jenis peralatan mempunyai batas akibat usia
yang mengakibatkan peralatan tidak dapat dioperasikan/dimanfaatkan sesuai fungsi
semula. Proses penuaan tersebut disebabkan oleh pengaruh fisik dan pengaruh-
pengaruh lainnya pada saat peralatan dioperasikan atau dalam pengelolaan di
lapangan pekerjaan (job site).
Dari hal-hal tersebut di atas, maka kita perlu secara terencana memprediksi
program pemeliharaan dan perbaikan. Tentunya dalam merencanakan/membuat
schedule pemeliharaan/perbaikan jangan dilupakan kendala-kendala yang
mempengaruhi kelambatan dari penanganan pemeliharaan dan perbaikan itu
sendiri diantaranya :
b. Keterampilan (Operator/Mekanik)
Dalam hal pemilihan dan penempatan operator, harus selalu disesuaikan
dengan jenis peralatan yang dimiliki baik tingkat pengetahuan maupun
keahliannya dalam pengoperasian alat.
Demikian juga untuk mekanik, jumlah yang dimiliki harus disesuaikan
dengan jumlah alat yang dimiliki tentunya dengan perbandingan yang
seimbang dan disesuaikan dengan jam kerja peralatan yang dipakai di
lapangan, misalnya untuk 1 (satu) orang mekanik dapat menangani 10 unit
alat. Jumlah perbandingan ini sangat tergantung dari besar kecilnya kapasitas
alat, kesulitan teknologi perbaikan termasuk jumlah alat yang dikelola sehari-
hari.
Keahlian dari operator dan mekanik dalam mengoperasikan dan
memelihara alat sangat berperan sekali, hal ini akan menentukan produktifitas
yang efektif dan efisien sehingga dapat mempertahankan tingkat keausan
yang wajar sepanjang umur ekonomisnya, dengan demikian kondisi alat dapat
terjamin selama dipergunakan. Oleh karenanya pemilihan sumber daya
manusia harus sangat hati-hati sekaligus sesuai dengan kebutuhan.
Penjelasan lebih detail untuk standar operasi alat akan dijelaskan dalam
bab tersendiri yang masuk dalam kriteria prosedur
pemakaian/pemeliharaan mesin.
8.Analisis Evaluasi
Dalam menganalisis dan mengevaluasi setiap data dari laporan peralatan
kita harus mengkaitkan produktifitas alat yang tinggi dengan biaya
produksi yang seefisien mungkin dalam batas umur ekonomis alat
dengan tidak mengabaikan kondisi alat. Berarti bahwa alat masih
mampu/sanggup beroperasi dengan kondisi yang baik, atau dapat
diringkas sebagai berikut :
1. Produktifitas alat dalam kapasitas harus selalu dibandingkan dengan
jam operasi alat, baik dalam hari (untuk yang dikenakan sewa harian
ataupun dalam jam operasi aktual)
2. Biaya produksi rendah (di mana alat masih dalam batas umur
ekonomis).
3. Secara fisik alat masih mampu/available untuk dioperasikan
Hasil analisis 1, 2 dan 3 di atas dapat diketahui setelah kita
memperoleh perhitungan rasio pemakaian (Occupancy Ratio/OR) per
hari/per bulan atau per tahun.
3.1.2 Inspeksi/Pemeriksaan
Bagian berikutnya dari jalur pemeliharaan adalah pemeriksaan alat. Sangat
disayangkan bahwa pada kebanyakan organisasi pemeliharaan, bagian ini sering
terlupakan.
Nilai dari program inspeksi yang baik tidak dapat disangsikan lagi. Suatu program
inspeksi yang baik, ataupun tanpa itu, akan jelas mempengaruhi biaya dan
pengadaan alat. Sesungguhnya, suatu program inspeksi yang baik sering
menentukan apakah pemeliharaan secara aktif dikontrol dan diatur, atau bila tidak
berfungsi maka organisasi itu akan bertindak dari suatu krisis kepada krisis lainnya
dan tidak pernah ada kontrol terhadap alat.
Suatu elemen kontrol yang penting dari tugas inspeksi adalah keterampilan balik
yang didapat manajemen. Ini dapat berupa suatu daftar inspeksi yang telah diisi,
yang melaporkan bahwa inspeksi telah dilaksanakan dan menyebutkan kerusakan
yang ditemukan pada pemeriksaan. Ini sangat penting karena langkah berikutnya
dalam jalur pemeliharaan adalah analisa hasil inspeksi.
Langkah yang harus diambil dari hasil inspeksi ini adalah menemukan hal-hal yang
perlu penanganan segera biasa disebut dengan perbaikan darurat
(emergency repair). Perbaikan darurat dapat dilaksanakan kerusakan berpotensi
mengakibatkan problema yang serius atau mahal bila tidak segera diperbaiki.
Dari hasil inspeksi ini juga dapat ditemukan hal-hal yang dapat dijadwalkan
perbaikannya pada waktu yang akan datang dan memberi kesempatan kepada
manajemen dan proses control untuk mengambil langkah sehingga lebih efektif dan
efisien.
Bila hasil inspeksi ini diketahui, langkah berikutnya dalam jalur pemeliharaan
adalah bertatap muka atau berkomunikasi dengan beberapa departemen dan
manajer agar jelas tindakan apa yang akan diambil, dimengerti dan disetujui.
Pada saat perbaikan dilakukan, ada kesempatan yang sangat baik untuk melakukan
tambahan inspeksi dan pengetesan. Ini akan mengurangi gangguan di kemudian
hari dengan menemukan problema yang dapat ditanggulangi pada saat itu. Pada
saat pekerjaan perbaikan selesai, ada langkah lain yang harus diambil sebelum
menyatakan bahwa perbaikan selesai.
Arti dari quality control adalah bahwa tiap pekerjaan diperiksa dan dites sebelum
alat dioperasikan kembali. Testing sangat penting khususnya untuk komponen
rumit seperti engine dan transmission guna mendeteksi problema sebelum dipasang
kembali. Jangan menggunakan alat (Machine) sebagai “test bench”.
Hasil inspeksi dan testing dicatat dan merupakan dokumen tertulis untuk ditinjau
kembali oleh manajer bengkel atau peralatan. Dengan selesainya perbaikan dan
pengecekan mutu, langkah berikutnya pada jalur pemeliharaan adalah laporan
penyelesaian kerja untuk mereka yang berkepentingan guna mengetahui bahwa
alat dapat kembali beroperasi. Laporan penyelesaian kerja dilakukan secara lisan
tetapi lebih baik dibuat laporan tertulis.
Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi 160
3.1.8 Laporan
Bagian produksi atau koordinator pemeliharaan dapat diberitahu secara lisan, tetapi
keterangan tertulis berdasarkan data peralatan konstruksi, surat perintah kerja dan
rekapitulasi biaya diperlukan untuk data arsip alat.
Keuntungan ketiga adalah dapat menghasilkan system pengadaan alat yang baik,
terutama bila program inspeksi ditekankan.
Di samping hal yang tersebut di atas, ada hal-hal penting lain yang harus
diperhatikan untuk melengkapi organisasi pemeliharaan dari elemen kerja pada
jalur pemeliharaan.
161 Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Konstruksi
3.2 Sistem Manajemen Pemeliharaan
Untuk mengontrol laju pemeliharaan, diperlukan suatu sistem manajemen
pemeliharaan. Sistem yang akan dibahas, terutama untuk peralatan konstruksi pada
tugas pekerjaan tanpa memperhatikan jabatan ataupun struktur. Ini disebabkan pada
beberapa organisasi seseorang merangkap beberapa pekerjaan yang harus diawasi.
3.2.4 Inspeksi
Fungsi inspeksi sangat penting, apakah dilakukan secara harian, mingguan atau
berkala, merupakan bagian dari jalur pemeliharaan, dan harus menghasilkan
laporan inspeksi untuk dapat dianalisis.
Analisis ini akan membuahkan kesimpulan apakah diperlukan suatu perbaikan
darurat, atau perbaikan dapat dilakukan pada waktu mendatang. Laporan
disampaikan pada perencana pemeliharaan yang kemudian akan memasukkan
dalam rencana kerja pada jadwal induk. Pada saat inilah tercapai persetujuan
penjadwalan dengan bagian produksi.
Tugas seorang inspektur adalah memeriksa alat, meyelesaikan pengisian, atau bila
perlu, membuat catatan laporan kelainan.
Sistem catatan dan dokumen terdiri atas informasi tingkat awal, informasi untuk
pembaharuan sistem dan laporan hasil pencatatan untuk membantu pengaturan
KENALI
JENIS ALAT
KENALI JENIS
KERUSAKAN
TROUBLE SHOOTING
LANGKAH-LANGKAH OVERHAUL
PERBAIKAN DARURAT
PERSIAPAN :
- SUKU CADANG/MATERIAL
CONSUMABLE GOOD
- MEKANIK
- TOOLS/SARANA KERJA
PERBAIKAN
INSPEKSI
OK
SELESAI
3.4.8 Inspeksi
Inspeksi ini harus dilaksanakan pada setiap proses perbaikan baik yang akan selesai
maupun telah selesai, dengan maksud menjamin alat-alat agar benar-benar siap
pakai dengan mutu perbaikan yang baik.
Inspeksi harus dilakukan bersama-sama antara petugas perbaikan dengan quality
controller. Dalam melaksanakan inspeksi akan dijumpai temuan-temuan. Temuan
tersebut harus dibuat kesimpulan dan saran-saran untuk perbaikan, selanjutnya
dapat digunakan untuk usulan/saran guna memperbaiki kekurangan, kesalahan–
kesalahan yang pernah terjadi, agar menjadi lebih baik dan kesalahan yang sama
tidak terulang.
Hasil dari proses control ini harus dievaluasi kembali untuk melaksanakan tindakan
perbaikan dengan maksud untuk memperoleh hasil yang terbaik.
Dari data yang ada persentase kecelakaan pada pekerjaan konstruksi adalah sbb :
30% : pengangkutan dan lalu lintas
29% : kejatuhan benda
5% : kebakaran
26% : tergelincir, terpukul
10% : jatuh dari ketinggian
(Sumber laporan ASTEK tahun 1981 – 1987)
Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah kepala, tangan, kaki
padahal bagi para pekerja justru bagian tubuh itu sangat penting dalam melakukan
tugasnya sehari hari. Data tentang kecelakaan kerja di tempat kegiatan konstruksi
di semua negara pada umumnya menunjukan angka yang tinggi. Di Jepang
kecelakaan kerja konstruksi rata-rata 42% dari total kecelakaan kerja pada tahun
1989 dengan jumlah yang meninggal sebanyak 2.412 orang.
Bahan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi di samping berasal dari bahan
bahan alami juga banyak dari bahan buatan yang tidak jarang mengandung bahan
kimia yang mempunyai efek berbahaya bagi para pekerja. Hal hal seperti itu
merupakan sumber penyakit akibat kerja atau juga dapat di sebut sebagai penyakit
jabatan, karena pekerja sakit akibat kerja atau sakit yang diperoleh pada waktu
melakukan pekerjaan. Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam hal ini juga termasuk
kecelakaan kerja.
Standar K3 Internasional :
Konvensi ILO No. 167 Tahun 1988, tentang Safety and Health in
Construction
Rekomendasi ILO No. 175 Tahun 1988, tentang Safety and Health in
Construction
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 178
ILO/OSH June 2001, tentang Guidelines on Occupational Safety and
Health Management Systems (OSHMS)
Occupatinal Health and Safety Assesment Series ( OHSAS
18001:2007)
Kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dihitung dalam beberapa aspek seperti:
a. Korban manusia
183 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
b. Biaya pengobatan dan rehabilitasi
c. Jam kerja hilang
d. Penggunaan peralatan tidak maksimal
e. Penurunan rehabilitasi perusahaan
Akibat lain dari kecelakaan kerja yang seyogyanya dapat dihindari dan perlu dicatat
adalah penurunan nilai aset, penurunan produksi, kerusakan lingkungan dan ketidak-
nyamanan masyarakat karena gangguan terhadap proses produksi.
Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat ditempuh melalui
upaya:
1. Kampanye dan penyuluhan K3 secara teratur untuk menumbuhkan kesadaran ber
K3
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi K3 bagi para pekerja maupun staf
kontraktor
3. Melakukan pengecekan secara teratur
4. Memasang poster-poster dan tanda–tanda K3 pada tempat–tempat yang
strategis
5. Memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi
peraturan K3 serta memberi penghargaan bagi mereka yang disiplin dan patuh
melaksanakan K-3
6. Usahakan adanya pertemuan, diskusi dan dialog tentang K3 baik dengan pekerja
maupun staf, sebelum mulai atau setelah selesai bekerja, selama proyek berjalan
dan dilakukan secara berkala
Pada buku ini disajikan beberapa hal yang penting berupa suatu ilustrasi dan contoh-
contoh yang didasarkan pada praktek lapangan.
1. Pencegahan kecelakaan akibat angkutan, penggunaan alat dan lalu lintas
Kecelakaan yang disebabkan oleh angkutan dan lalu lintas termasuk terbanyak
(30%). Pengaturan lalu lintas, pengangkutan bahan, alat serta cara
penggunaan alat perlu mendapat perhatian.
Penempatan bahan, alat pada lokasi proyek perlu direncanakan sebaik-baiknya,
agar pada waktu bahan dan alat tersebut akan diangkut dan digunakan tidak
membahayakan para pekerja dan tidak mengganggu lalu lintas di tempat kerja.
Sebagai contoh ketentuan penggunaan peralatan perpindahan tanah, dirinci
dalam :
a. Ketentuan persyaratan alat pemindahan tanah itu sendiri. Alat harus dalam
keadaan baik untuk digunakan, perlengkapan peralatan di antaranya data dan
informasi alat, lampu sain, lampu sinyal, alat peredam dan lain-lain harus
lengkap dan dalam keadaaan baik
b. Ketentuan persyaratan operatornya, antara lain keterampilannya, alat
perlindungannya, perlengkap-an dan lain-lain
c. Cara penggunaan mulai dari cara menghidupkan mesin, cara
mengoperasikan, cara memarkir dan lain-lain
Untuk dapat melakukan PPPK dan tindak lanjutnya di proyek, perlu adanya
orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan bahan PPPK, daftar nama, alamat,
nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi apabila terjadi
kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan
lain-lain.
Dalam hal ini perlu adanya pengertian serta usaha pencegahan, baik untuk
keselamatan maupun kesehatan kerja, serta perlu adanya hubungan baik antara
sesama tenaga kerja maupun pimpinan.
Sifat pekerjaan membuat para personil rentan terinteksi oleh virus HIV/AIDS, hal
ini disebabkan antara lain :
a. Pengetahuan yang rendah taentang HIV/AIDS.
b. Adanya perilaku berisiko.
c. Pekerjanya dipisahkan dari norma-norma tradisional, agama dan budaya.
d. Tidak adanya ketentuan untuk pendidikan pencegahan HOV/AIDS dalam
kebijakan manajemen.
e. Tidak ada kebijakan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan
pendekatan proaktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan program pencegahan
HIV/AIDS di sektor konstruksi.
Human Immuno deficiency Virus ( HIV ) adalah virus yang menyerang dan
merusak/menurunkan sistim kekebalan tubuhmanusia.
Misalnya sakit mata yang biasanya dianggap sakit ringan itu, bila terjadi pada
pekerja maka sakit mata tersebut sebaiknya perlu mendapat perhatian. Karena
penyakit tersebut mudah atau cepat menular. Bayangkan sebagian pekerja sakit
mata, bisa menimbulkan pekerjaan terganggu.
I. Pendahuluan
Sejak dahulu para pengusaha dan para pekerja sudah berusaha untuk melindungi
diri mereka dari terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat menimpa mereka. Alat
pelindung diri itu bisa berupa pakaian, topi untuk melindungi diri dari serangan cuaca
atau sepatu yang kuat agar mereka dapat bekerja dengan nyaman tanpa terganggu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, Alat Pelindung Diri (APD) semakin beragam
bentuk dan fungsinya dan ini sangat membantu menurunkan jumlah pekerja yang cidera
atau meninggal akibat kecelakaan kerja.
Di negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan APD relatif
masih sangat kurang. Menurut data yang ada pada PT. Jamsostek, lebih dari 8.000
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari terjadi
kecelakaan kerja. Angka tersebut baru dari laporan PT. Jamsostek untuk keperluan
pemberian santunan, belum lagi kecelakaan yang didiamkan, atau tidak berakibat fatal
yang terkadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh kontraktor untuk menghindari
masalah dengan pihak yang berwajib (polisi dan Departemen tenaga Kerja).
Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja ini cukup besar, di samping
pengeluaran biaya untuk berobat juga kerugian waktu yang hilang serta berkurangnya
asset nasional berupa tenaga terampil di bidang jasa konstruksi.
Banyak kontraktor secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan
APD yang memadai dengan alasan tidak dianggarkan dalam proyek dan tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya dengan penyediaan APD
yang cukup, kontraktor justru telah menjaga dirinya untuk tidak mengeluarkan biaya tak
terduga yang timbul akibat kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih
takkan berkurang.
Pemerintah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja telah mewajibkan kepada para pengelola pekerjaan untuk
menyediakan APD dan mewajibkan para pekerja untuk memakainya. Undang-Undang ini
diperkuat dengan peraturan-peraturan dari Menteri yang terkait seperti Peraturan
Alat Pelindung Diri 199
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum dengan terbitnya Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kegiatan Konstruksi.
Penggunaan APD yang standar sangat diperlukan, karena banyak kasus di mana
pekerja yang sudah menggunakan APD masih bisa terkena kecelakaan akibat alat yang
dipakainya tidak memenuhi standar. Modul ini sengaja disusun agar para pemakai dapat
mengetahui APD yang dibutuhkan, standar yang diminta serta kegunaannya.
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga
kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul di tempat
kerjanya
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang dharuskan dalam
tempat kerjanya
c. Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan Peraturan dan perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk :
1. Memakai Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
d. Menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan
kepada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya …. dst.
Gambar 11. 1 Contoh Ear Muff dan Penggunaan Ear Plug Dalam Pekerjaan
Konstruksi
C. Perancanaan K3
Perencanaan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya , penilaian dan
pengendalian risiko . Mengidentifikasikan bahaya , risiko dan implementasi
pencegahan termasuk kegiatan rutin dan non rutin dan kegiatan setiap personil yang
mempunyai akses ke tempat kerja termasuk dan tamu.
Metode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian risiko :
a. Mengidentifikasi sesuai ruang lingkup , sifat alami, dan waktu untuk memastikan
proaktif.
b. Klasifikasi risiko dan identifikasi mana yang harus di kontrol dan dihilangi.
c. Konsisten dengan pengalaman operasi dan kemampuan pengontrolan risiko
yang dimiliki.
d. Menentukan fasilitas yang dibutuhkan , identifikasi pelatihan yang diperlukan.
e. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian dijelaskan
dalam formulir ( HIRADC )
2. Pelatihan
Pelaksana konstruksi wajib :
1. Menjamin setiap karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang mengandung risiko
K3 memiliki kompetensi atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang
sesuai.
2. Mengidentifikasikan dan melaksanakan pelatihan K3 dan SMK3 sesuai dengan
kebutuhannya. Seperti : Pelatihan keadaan darurat, Pelatihan P3K dan Pelatihan
pemadam kebakaran.
3. Mengevaluasi keefektifan pelatihan.
4. Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur kerja karyawan.
5. Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat tanggung jawab,
kemampuan, keterampilan, pendidikan dan resiko.
3. Pengawasan Pelaksanaan K3
a. Pengawasan pelaksanaan K3 meliputi kegiatan-kegiatan antara lain:
i. Safety Patrol
Suatu tim yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli + 1
atau 2 jam (tergantung lingkup proyek). Dalam kegiatan patroli K3 ini setiap
anggota mencatat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan K3.
ii. Sarana/Alat K3
Sarana/alat K3 terdiri dari :
Alat yang melekat pada orang, yaitu :
- Topi helm
- Sepatu lapangan
- Sabuk pengaman (untuk pekerja di tempat yang tinggi)
- Sarung tangan
- Masker pengaman debu
- Kaca mata las
- Obat-obatan untuk P3K
- Rambu-rambu Peringatan
Rambu-rambu peringatan antara lain :
- Peringatan bahaya dari atas
- Peringatan bahaya benturan kepala
- Peringatan bahaya longsoran
- Peringatan bahaya kebakaran
- Peringatan tersengat listrik
- Petunjuk ketinggian penumpukan material
- Larangan memasuki area tertentu
- Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
E. Pemeriksaan
Untuk mengukur tingkat pencapaian dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), perlu dilakukan dengan cara:
Audit Internal K3
Agar semangat K3 dapat selalu terpelihara, sehingga sasaran akhir dapat
dicapai, maka dalam suatu pelaksanaan K3 diperlukan Audit K3