Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih


satu dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama di
Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul
terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus
Ambon, Kupang, Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya menyisakan
masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan
memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemahaman masyarakat tentang kerukunan antar umat beragama perlu ditinjau
ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan antar agama,
yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa ketidakadilan.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu
mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan
berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena
keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama
yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan
tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar
umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.
Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua
masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negatif dari
ketidakrukunan agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.

1
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya
dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah
turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu
kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-
rasul berikutnya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama
yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua
anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik
antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang pentingnya menciptakan kerukunan antar
umat beragama di lingkungan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin?
2. Bagaimana dialog umat beragama (intern/antar)?
3. Apa yang dimaksud ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah ?
4. Apakah konsep keberagaman umat beragama dalam kehidupan sosial?

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1. Mengetahui definisi dari Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.
2. Mengetahui dialog umat beragama (intern/antar).
3. Mengetahui dimaksud ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah.
4. Mengetahui konsep keberagaman umat beragama dalam kehidupan
sosial.

D. MANFAAT

2
Manfaat yang dapat diperoleh dari menciptakan suasana rukun antar umat
beragama dilingkungan masyarakat yaitu dengan rasa aman, nyaman dan
sejahtera.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerukunan antar umat beragama


Kerukunan antar umat beragama merupakan rasa saling menghormati,
saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah
harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat
beragama,baik itu bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan,dan lain-lain.
Kerukunan antar umat beragama merupakan hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, contohnya yaitu
mendirikan rumah ibadah. Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di
tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh
warga Negara beserta instansi pemerintah lainnya. Sesuai dengan tingkatannya
Forum Kerukunan Umat Beragama dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan
hubungan yang bersifat konsultatif dan tugas melakukan dialog dengan pemuka
agama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dengan demikian akan dapat terciptanya keamanan dan ketertiban antar
umat beragama, serta ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

B. Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin


Rahmatan-lil-alamin (rahmat bagi semesta) adalah prasa populer yang
sering meluncur dari mulut para penceramah atau narasumber talk-show ketika
menggambarkan salah satu karakter atau prinsip utama Islam sebagai agama yang
merangkul atau mengayomi semua pihak dan dalam semua hal. Prasa ini biasanya

3
makin lantang dikumandangkan di berbagai mimbar dan forum tiap kali muncul
aksi kekerasan yang bernuansa keagamaan.
Secara etimologis, kalimat itu terdiri dari tiga bagian: kata rahmat (rahmat
atau anugerah atau kasih), hurup li (untuk) dan kata alamin (bentuk plural dari
kata alam yang berarti seluruh alam).
Secara terminologi, dalam ilmu kalam (teologi Islam), kata alam ()
didefenisikan "segala sesuatu selain Allah", yang mencakup seluruh makhluk
hidup dan benda (padat dan cair) serta makhluk/ciptaan abstrak. Karena itu,
pengertian dasar prasa rahmatan lil-alamin adalah bahwa Islam merangkul atau
mengayomi semesta dan segala isinya, tanpa kecuali. Sampai di sini, tidak ada
persoalan. Persoalannya mulai muncul ketika kata kasih/rahmat atau "merangkul
dan mengayomi" itu coba diimplementasikan dalam kehidupan praktis.
Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah
kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,

‫ني‬‫م‬ِ َ‫ناك إِالَّ رمْح ةً لِْلعال‬


َ َ َ َ ‫َوما أ َْر َس ْل‬
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat
bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa
ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi
seluruh manusia.
Untuk mengimplementasikan prinsip rahmatan lil-alamin itu secara benar
dan tepat, setidaknya diperlukan pemahaman yang utuh terkait beberapa catatan
sebagai berikut:

Pertama, memahami sejelas-jelasnya makna kata rahmat. Dan ini doktrin paling


mendasar dalam proses pembelajaran. Bukan sekedar pemahaman etimologis
(kajian kebahasaan), tapi juga pemahaman terminologis (defenitif), yang
dikombinasikan dengan faktor historis.
Pemahaman bahasa terhadap suatu kata yang bersifat umum, juga tidak selalu
gampang. Karena itu, ada beberapa metode, antara lain, memahami sebuah kata

4
dengan cara menyandingkan sebuah kata yang ingin dipahami (dalam hal
ini rahmat) dengan kata kontrasnya. Artinya, tidak rahmat adalah semua tindakan
yang bersifat kejam, keras, tidak manusiawi, intoleran, memecah dapat
dikategorikan.
Namun dalam proses pemahaman dan pemaknaan tentang kejam, keras,
tidak manusiawi, intoleran tersebut, harus mengacu pada aturan atau prinsip yang
jelas. Jika tidak, tiap orang akan cenderung memahaminya sesuai kehendak,
pengalaman dan pengetahuannya. Kalau ini dibiarkan, akan memicu perdebatan
yang tak ada ujung pangkalnya.
Nah, di dalam Islam, untuk mecegah terjadinya pemahaman dan
implementasi yang ngawur terhadap suatu prinsip yang bersifat umum dan
fleksibel, umumnya dibingkai dalam acuan yang jelas, yaitu syariat.
Contoh: Islam mengasihi atau merangkul dan mengayomi semua binatang, tanpa
kecuali. Ini prinsip dasarnya. Tapi tidak bisa diartikan misalnya dengan
mengatakan bahwa babi itu halal. Karena terkait babi, sudah ada aturan syariatnya
(haram).
Contoh lain: jika di suatu kampung tiba-tiba muncul ular piton besar yang
memangsa ternak dan orang, maka ular piton itu wajib dibunuh. Jangan dengan
argumen rahmatan lil-alamin lantas mengatakan, udah, biarin aja ular piton itu
berkeliaran.
Kedua, dalam kajian keIslaman, syariat Islam selalu diposisikan sebagai bagian
dari rahmat Allah kepada hambanya. Dan sikap dasar yang mestinya menjadi
acuan utama dalam memperlakukan syariat adalah ketaatan, bukan analisa dan
interpretasi.
Ketiga, bahwa rahmat Islam (atau Islam sebagai rahmat) tidak bisa diartikan
secara mutlak anti kekerasan. Sebab jika rahmat itu diartikan mutlak anti
kekerasan, maka konsekuensinya kita akan membatalkan beberapa hukum, yang
bagi sebagian orang dianggap kejam dan tidak manusiawi, seperti
hukuman qishas (vonis mati bagi pembunuh), atau rajam (bagi pezina yang sudah
menikah ) atau potong tangan (bagi pencuri yang memenuhi syarat jumlah
curiannya). Tegasnya, jangan dengan argumen rahmatan lil-alamin lantas hukum
yang terkesan kejam itu lantas ditiadakan.

5
Membunuh tanpa alasan syariat jelas diharamkan. Tapi sistem hukum apapun di
dunia ini mengakui bahwa dalam pertempuran atau perang, misalnya, membunuh
adalah pilihan pertama yang paling rasional. Prinsip yang berlaku: dari pada saya
yang mati, lebih baik musuh yang mati. Perbedaan pandangan atau interpretasi
muncul ketika membahas kapan suatu keadaan dapat dikategorikan sebagai
suasana perang dan kapan tidak.
Keempat, memahami tiap prinsip Islam mestinya tetap mengacu atau dalam
bingkai dan paradigma Islam. Memahami sebuah prasa, harus mengacu pada
paradigma yang melatari paradigma tersebut. Jika tidak, kecenderungan
munculnya interpretasi yang nyeleneh sangat besar.
Misal: jika mengacu pada paradigma HAM murni, konklusinya pasti akan
berakhir dengan mengatakan, hukum rajam anti HAM, qishash itu tidak
manusiawi.
Keenam, Islam dan hukum-hukumnya bukan untuk dicocok-cocokkan dengan
agama apapun atau konsep apapun. Dan memang salah satu perdebatan yang
sering memunculkan kontroversi adalah ketika salah satu pihak mencoba atau
bahkan terkesan memaksakan upaya mencocok-cocokkan itu.
Ketujuh, tiap pemahaman dasar terkait suatu prinsip Islam, juga tidak boleh
dipaksa-paksakan untuk diterima oleh kelompok komunitas selain Islam. Sebab
unsur pemaksaan itu sendiri sebenarnya sudah bertentangan dengan prinsip
rahmat (merangkul dan mengayomi). Dan poin yang terakhir ini ranahnya adalah
dakwah. Dan tiap dakwah adalah proses meyakinkan, bukan proses memaksakan.

C. Dialog Umat Beragama


Salah satu pilar utama tegak dan kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) adalah terpeliharanya kerukunan hidup antar umat beragama.
Dan tidaklah berlebihan apabila umat Islam sebagai pemeluk agama terbesar di
negeri ini telah memberikan andilnya yang amat besar bagi terwujudnya
hubungan yang relatif damai antar pemeluk berbagai agama.
Kini dengan terjadinya berbagai konflik yang tidak bisa dilepaskan dari
nuansa agama (paling tidak pada periode tertentu) seperti apa yang terjadi di
Maluku, Poso, mencuatkan kembali perlunya penataan kehidupan umat beragama,

6
baik internal umat masing-masing yang tentunya telah memiliki paradigma sendiri
dan yang amat penting adalah hubungan antar umat beragama: Islam, Hindu,
Budha, Protestan, dan Katolik.
Untuk maksud tersebut mutlak diperlukan aturan main, berupa perangkat
hukum guna menghindari hal-hal yang tidak dinginkan. Di antara penyebab
terjadinya radikalisme sosial, terutama yang bernuansa agama, adalah pemahaman
agama yang parsial dan ketidaksiapan antar umat beragama untuk hidup
berdampingan. Pada konteks ini dibutuhkan strategi baru yaitu dialog antar umat
beragama. Umumnya kita hanya mengenal dialog antar umat beragama yang
dikemas dalam konteks perdebatan teologi.
Akibatnya pengalaman keagamaan yang diperoleh selalu bercorak oposisi
biner; in group out group, golongan kami (minna)-golongan kamu (minkum), dan
benar salah antar satu golongan. Keinginan untuk saling bertemu, bertegur sapa,
dan memahami ajaran setiap agama pasti tidak dapat dicapai melalui dialog
dengan pendekatan teologis. Akan lebih baik jika dialog itu dirancang secara
informal sehingga antarumat beragama dan paham keagamaan saling bertegur
sapa tanpa terbebani perbedaan latar belakang sosial, budaya, agama, dan mazhab.
Strategi ini diharapkan dapat mendekatkan jarak antar umat beragama. Cara
ini juga terasa efektif untuk mengurangi masalah-masalah yang seringkali muncul
di antara umat beragama. Problem ini juga dialami oleh sebagian besar penganut
paham keagamaan dalam suatu agama. Karena itu, perlunya dialog antar umat
beragama yang melibatkan tokoh-tokoh dari setiap antar umat beragama dan
paham keagamaan. Nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah sikap
keberagamaan yang mengedepankan penghormatan dan penghargaan pada
pendapat, pilihan hidup, serta keyakinan yang berbeda dan juga menuntut setiap
orang terlibat aktif untuk mewujudkan tata kehidupan yang toleran dalam
masyarakat yang majemuk.
Keragaman jika dipahami secara positif justru menjadi ujian bagi setiap
penganut agama dan paham keagamaan. Ujiannya adalah seberapa besar kita telah
memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan umat. Karena itulah, semua
agama atau paham keagamaan dituntut untuk berlomba-lomba menjadi yang
terbaik (fastabiqul khairat). Allah berfirman; Sekiranya Allah menghendaki,

7
niscaya Kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji Kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan.
Hanya kepada Allahlah kembali Kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah Kamu perselisihkan itu.
Spirit ajaran Al-Quran dalam menyikapi perbedaan ini perlu dikemukakan
karena pluralitas agama merupakan rencana Allah. Pada konteks inilah perintah
fastabiqul khairat perlu menjadi perhatian dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk.

D. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah


Islam mengenal persaudaraan yang mana konsep persaudaraan ini disebut
dengan ukhuwah. Kemudian didalam ukhuwah dapat dibagi menjadi 3
kelompok besar. Yang paling besar diantaranya dalah ukhuwah islamiyah,
kemudian ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathaniyah.
1. Ukhuwah Islamiyah
adalah persatuan dalam umat islam, dimana kita berusaha untuk menjadikan
semua orang yang seiman, telah mengucap kalimat syahadat sebagai saudara,
tidak memandang batasan kesukuan, ras, warna kulit, negara, serta perbedaan
lainnya. Untuk mendapatkan sifat ini maka  soerang muslim harus menyatakan
diri sebagai umat Nabi Muhammad, maka umat nabi in iadalah satu, jangan
katakan saya Indonesia, saya madzab syafii, saya muhammadiyah, yang mana
nanti akan menimbulkan jurang-jurang bila kita fanatik akan perbedaan ini. Hal
ini sesuai dengan firman ALLAH “Orang-orang beriman itu bersaudara. Maka
eratkanlah hubungan antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mendapat rahmat. (al-Hujurat: 10)”

2. Ukhuwah Insaniyah

8
adalah persaudaraan antar sesama manusia tanpa ada batasan  iman maupun
negara. Dimana kita menyatakan bahwa seluruh manusia ini adalah bersaudara
dan saling membutuhkan. Maka kemudian kita saling menghargai dan saling
menghormati antar sesama atas dasar kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan
firman ALLAH yang artinya "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS.
Al-Hujurat ayat 13)

Perbedaan antara ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah adalah :

1. Ukhuwah Islamiyah adalah persatuan persaudaraan antar umat islam, tidak


memandang harakah, sedangkan ukhuwah islamiyah persatuan antar  sesama
manusia tanpa batasan agama.

2. Ukhuwah islamiyah diikat oleh kalimat “Laa illaha ila ALLAH,


Muhammadur Rasulullah”, ukhuwah insaniyah terikat oleh rasa kemanusiaan.

3. Ukhuwah islamiyah lebih besar dan erat hubungannya daripada ukhuwah


insaniyah

4. Ukhuwah Insaniyah tidak terbatas dunia, namun ukhuwah insaniyah terbatas


oleh dunia

9
E. Keberagaman Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri lebih dari
17.000 pulau dan jumlah penduduknya disinyalir mencapai lebih dari 237 juta
jiwa. Komposisi penduduknya  terdiri dari dari berbagai macam suku, bahasa,
adat istiadat dan agama atau kepercayaan.
Komposisi penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, yakni sekitar
85,2% penduduk Indonesia, sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%),
Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%), menempatkan Indonesia
sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, meskipun secara
resmi bukanlah sebuah Negara Islam.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak suku ,bahasa, dan agama,
bangsa Indonesia dipersatukan oleh pancasila sebagai pendoman dengan
semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya meskipun berbeda-beda tetapi
tetap satu dalam kesatuan negara Indonesia. Untuk itulah kita sebagai rakyat
Indonesia sangat mengayomi dasar negara Indonesia. 
Kelima sila yang terdapat dipancasila tersebut memberikan jaminan
kepada kita untuk selalu hidup rukun, aman dan tentram di bumi Indonesia
tercinta ini. Ditunjang dengan peraturan-peraturan daerah, hukum negara, hukum
agama dan perundang-undangan yang mengikat kita sebagai warga negara agar
tetap hidup rukun.
Untuk perbedaan dalam beragama, rakyat Indonesia di persatukan oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Perundang-Undangan dan hukum, yang menjamin
dan memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia dalam memeluk agama. 
Peraturan hukum tersebut mengikat seluruh umat beragama di Indonesia.
Sesama bangsa Indonesia hendaknya kita semua harus saling menghormati dan
memiliki toleransi yang sangat tinggi kepada saudara-saudara kita yang berbeda
agama.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kesadaran bertoleransi agama
sangat dibutuhkan di setiap elemen masyarakat di seluruh wilayah di Indonesia,
dari berbagai macam suku bangsa, adat budaya, ras dan agama yang berbeda-beda

10
kita bisa menciptakan dan membina kerukunan yang menjadikan kekuatan tak
terbantahkan yang hanya dimiliki Indonesia.
Toleransi antar umat beragama yaitu meyakini bahwa agamaku adalah
agamaku dan agamamu adalah agamamu tetapi disini harus saling menghargai
agama orang lain dan tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama
kita. 
Sesama bangsa Indonesia kita tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan,
mengejek-ngejek dan mencela agama orang lain dengan alasan apapun karena
sejatinya kita adalah sama-sama manusia yang hidup berdampingan.
Kerukunan merupakan hal penting buat kita semua di tengah-tengah
perbedaan. Perbedaan yang ada tidak menjadi hambatan untuk hidup rukun antar
umat beragama. Kerukunan harus bersifat Dinamis, Humanis, dan Demokratis. 
Dinamis yang dimaksud adalah semangat untuk mengembangkan sikap
kerukunan serta mengutamakan persamaan hak, kewajiban, dan perlakuan bagi
semua warga negara agar kerukunan beragama dapat dilaksanakan dengan baik
dan tidak merugikan kalangan manapun.
Sepanjang sejarah, agama dapat memberi sumbangsih positif bagi
masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar
anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu
pertentangan antar masyarakat beragama. 
Salah satu perbedaan atau pertentangan yang muncul di tengah
masyarakat adalah interaksi umat beragama. Hal ini merupakan permasalahan
yang kerap terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
Oleh karena itu, sikap tidak toleran atau intoleransi harus dipahami
dengan baik, dilakukan upaya sejak dini, yang kelanjutannya dapat dijadikan
dasar untuk mengembangkan budaya toleransi, mengelola perbedaan itu menjadi
kekuatan dalam kehidupan sosial keagamaan yang mencerminkan kedewasaan
dalam realita perbedaan keyakinan, penafsiran, pemahaman, dan juga keorganisasi
keagamaan.
Konflik yang bersinggungan dengan agama memang saat ini cukup
banyak terjadi di Indonesia dan sangat sulit ditemukan solusinya, terlebih jika
kedua belah pihak masing-masing menggunakan dalil agamanya, meskipun

11
sebuah keniscayaan bahwa semua agama yang hidup di negeri kaya raya penuh
susu dan madu ini tentu saja mengajarkan dan menuntun penganutnya untuk
hidup baik guna mewujudkan Hukum Tuhan yaitu Hukum Cinta.
Jadi, untuk membangun kerukunan umat beragama perlu keterlibatan dari
semua pihak. Pemerintah melalui Undang-undang melindungi setiap penganut
agama untuk menjalankan ajaran agamanya dengan bebas tanpa gangguan. 
Bukan hanya omongan saja, partisipasi setiap penganut agama perlu
dibuktikan dengan partisipasi nyata dalam kehidupan beragama. Kondisi tersebut
akan bermuara pada terbangunnya kerukunan umat beragama yang baik di
Indonesia. Karena, manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang perlu hidup
berdampingan dengan orang lain dan saling membutuhkan. 
Hidup yang damai, rukun, bersahabat dan bersatu padu dalam damai
merupakan hal yang harus diperjuangkan oleh siapapun, sekalipun berbeda
agamanya. Dan selanjutnya sesama umat beragama kita harus selalu merajut tali
kasih persaudaraan yang erat agar kerukunan selalu tercipta di negeri kita tercinta.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya
kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong,
dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.
Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama
adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya
membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada
beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama antara lain:

1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk


agama lain
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun
peraturan Negara
5. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan
tetapi salahkan orangnya.

13
6. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat
lain yang sedang beribadah.
7. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.
8. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya
menanamkan sejak dini pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar
terciptanya hidup rukun antar sesama sehingga masyarakat merasa aman, nyaman
dan sejahtera.

14

Anda mungkin juga menyukai