Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

PENATALAKSANAAN AWAL GIGITAN ULAR DI MASYARAKAT

LITERATURE REVIEW

OLEH:
DEBBY CHINTYA KUMALASARI
181210003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
PROPOSAL

LITERATURE REVIEW KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN AWAL GIGITAN ULAR DI MASYARAKAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi DIII Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang

Debby Chintya Kumalasari

181210003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : PENATALAKSANAAN AWAL GIGITAN ULAR DI

MASYARAKAT

Nama Mahasiswa : Debby Chintya Kumalasari

NIM : 181210003

Telah di uji dan dinilai di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pendidikan pada program studi

Diploma III Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

Menyetujui

Komisi pembimbing

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M. Kep. Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK.04.05.052 NIK.04.08.123

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Afif Hidayatul Arham, S. Kep., Ns., M.Kep


NIK.01.11.439

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Debby Chintya Kumalasari

NIM : 181210003

Program Studi : Diploma DIII Keperawatan

Judul : Penatalaksanaan Awal Gigitan Ular Di Masyarakat

Telah diuji dan di nilai di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Diploma III

Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

Menyetujui

Komisi Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji : Ruliati,SKM.,M.Kes (……… )

Penguji Utama : Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M. Kep. (……… )

Penguji Anggota : Ucik Indrawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep. (…...…. )

Di tetapkan di : Jombang

Pada tanggal : 2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penatalaksanaan Awal
Gigitan Ular Di Masyarakat”. Adapun maksut dan tujuan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Diploma III
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dari berbagai pihak sejak persiapan hingga tersusunnya Karya Tulis
Ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan dorongan baik moral maupun spiritual terutama kepada Bapak Imam
Fatoni,S.KM.,MM, selaku ketua STIKES Insan Cendekia Medika Jombang. Dan
bapak Afif Hidayatul Arham,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua program Studi
Diploma III Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang. Bapak
Dr.Hariyono,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah
yang dengan sabar telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk, bimbingan
dan waktunya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan Ibu Ucik
Indrawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing kedua Karya Tulis Ilmiah. Serta
Kedua Orangtua tercinta yang berperan besar bagi penulis saat menyusun Karya
Tulis Ilmiah, yang telah berjuang memberikan masukan baik materi, nasihat serta
doa-doa untuk penulis. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Diploma III
Keperawatan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa studi. Tidak lupa kepada teman-teman saya yang selalu mendukung
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Jombang, 14 April 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iii

KATA PENGANTAR......................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR........................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN..................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

Latar Belakang.................................................................................... 1

Tujuan.................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 4

Konsep Pemahaman Masyarakat...................................................... 4

Konsep Gigitan Ular........................................................................... 6

Manajemen Gigitan Ular................................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN.................................................... 16

Strategi Pencarian Literatur.............................................................. 16

Kriteria Inklusi Dan Ekslusi.............................................................. 18

Seleksi Studi Dan Penelitian Kualitas............................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram alur review jurnal

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan eksklusi di format PICOS

Tabel 3.2 Daftar jurnal hasil pencarian

vii
DAFTAR SINGKATAN

JVP : Jugular Venous Pressure

IV : Intra Vena

NSAID: Non-steroid anti-inflamasi

PIT : Pressure Immobilization

SABU : Serum anti bisa ular

WHO : World health organization

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus gigitan ular di Indonesia yang secara letak geografis merupakan

kawasan yang menjadi teritori alami bagi ular, banyak masyarakat awam

tidak mengetahui pertolongan pertama terhadap gigitan ular, gigitan ular

tergolong dalam gawat darurat yang jika tidak segera tertangani dapat

mengakibatkan kematian. Racun yang terdapat pada ular dapat mengganggu

pernafasan, gangguan pendarahan, serta terganggunya fungsi ginjal serta

terjadi kerusakan lokal dapat mengakibatkan terjadinya disabilitas permanen

bahkan amputasi (Wintoko & Prameswari, 2020).

WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa sekitar 5,4

juta orang terkena gigitan ular pada setiap tahunnya, dan 2,7 juta antaralain

yaitu gigitan ular berbisa. Sekitar 81.000 hingga 138.000 orang meninggal

pada setiap tahunnya disebabkan oleh gigitan ular, dan banyaknya amputasi

serta disabilitas permanen diakibatkan oleh gigitan ular pada setiap tahunnya

(World health organization, 2019). Meskipun tidak ada data resmi

diIndonesia, ditafsirkan akibat gigitan ular korban bisa diperkirakan mencapai

100.000, dikarenakan tidak efektifnya data tentang gigitan ular menyebabkan

belum adanya perhatian serius dari pemerintah maupun tenaga medis karena

tidak akuratnya data (Agustin et al., 2019).

Gigitan ular adalah salah satu kegawatdaruratan medis, dan penyakit

dampak okupasi yang sering dilalaikan oleh tenaga medis. Paramedis atau

1
penanggung jawab kesehatan yang sangat terbatasi untuk mempelajari kasus

gigitan ular karena pelaporan yang sangat lemah. banyak dijumpai ular

kategori viperidae yang mempunyai bisa dengan kandungan hematoksin

dengan mekanisme aktivasi faktor koagulasi, trombositopenia,

hiperfibrinolisis, dan koagulasi intravaskular luas khususnya di wilayah Asia

Tenggara (Medikanto et al., 2017).

Efek dari toxic (racun) pada bisa ular pada saat mengigit terkait

spesies, ukuran ular, jenis kelamin, serta keefisienan gigitan: apakah hanya

satu atau kedua taring masuk kedalam kulit, dan banyaknya serangan yang

terjadi (Medikanto et al., 2017). Pengetahuan mengenai patofisiologi bisa ular

pada saat ini, aspek yang bisa mempengaruhi mordibilitas dan mortalitas

sesudah gigitan ular, dan managemen yang tepat pada pasien envenomasi ular

tidak lengkap, diketahui banyak rangkaian kasus retrospektif yang

menggambarkan kelompok pasien. Banyak laporan kasus yang tidak biasa

setelah gigitan ular. Percobaan prospektif yang dirancang dengan baik

pengobatan envenomotion ular menggunakan antivenom cenderung kecil,

hanya 121 kasus didistribusikan di 18 pusat dinegara AS (Bush et al., 2015).

Dampak risiko kesehatan yang bisa ditimbulkan, gigitan ular bisa ditanggapi

dengan lebih serius. Usaha untuk meminimalisir jumlah kasus dan kematian

diakibatkan oleh gigitan ular didunia telah dikembangkan dalam rencana

global oleh WHO dengan tujuan agar menghidupkan komunitas untuk

mencegah kasus gigitan ular, memperkuat sistem kesehatan untuk hasil yang

bagus, serta menjamin penatalaksanaan yang tepat, aman, dan efektif dapat

dipenuhi (Williams et al., 2019).

2
Pertolongan pertama pada kasus gigitan ular secara tradisional/herbal

banyak resikonya dari pada manfaatnya dan sangat tidak dianjurkan, akan

tetapi didalam komunitas tertentu, terapis tradisional dan praktik mereka

dihormati. Pentingnya komunikasi pada praktisi ini, bisa melalui antropolog

agar ada pemahaman untuk merujuk pasien yang dirugikan ke Rumah sakit,

sebaiknya pertolongan pertama pada korban gigitan ular berbisa

menggunakan penekanan bantalan tekanan diatas gigitan, imobilisasi

dianggota tubuh yang terkena gigitan, dan merujuk segera pasien dimana

pasien mendapat penanganan perawat medis tanpa melakukan penundaan

(WHO/Regional Office for South-East Asia, 2016).

1.2 TUJUAN

Mengidentifikasi penatalaksanaan awal gigitan ular di masyarakat.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemahaman Masyarakat

2.1.1 Pengertian Pemahaman

Pengertian pemahaman yaitu kemampuan individu dalam

mengartikan, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan, menjelaskan atau

mempertahankan tentang segala sesuatu hal yang diterima oleh individu

tersebut. Beserta pemahaman tersebut individu diminta untuk

memperlihatkan bahwa individu tersebut memahami hubungan sederhana

diantara fakta-fakta atau konsep (Lindriati et al., 2017).

Pemahaman kemampuan individu dalam menjelaskan kembali

dalam bentuk penjelasan secara lisan maupun tulisan dari apa yang individu

tersebut pelajari dan bisa digunakan sebagai pengetahuan atau gagasan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman juga dapat diartikan bahwa

individu mengerti tentang apa yang sudah dipelajari dan bisa menjelaskan

kembali atau memberikan uraian yang lebih rinci menggunakan bahasa dan

pemikiran sendiri dengan materi yang telah dipelajari, bahkan apabila bisa

menerapkan kedalam konsep-konsep lainnya (Fiteriani, 2017).

2.1.2 Pengertian Tingkat Pemahaman

Menurut (Kuntarto, 2018) Tingkat pemahaman yaitu seberapa

individu tersebut dalam menguasai dan membangun makna dari

pemikirannya dan juga seberapa mampukah individu tersebut menggunakan

apa yang sesorang pahami dalam keadaan lain. Bloom menjelaskan bahwa

4
ada 3 tipe kemampuan pemahaman yaitu translasi (kemampuan menjelaskan),

interprestasi (keahlian menerjemahkan), ekstrapolasi (keahlian meramal).

Tingkatan pemahaman terbagi menjadi tiga yaitu:

a) Tingkat paham

Tingkat paham ialah tingkat pengetahuan yang dapat dimanfaatkan

untuk menjelaskan apa yang dimengerti dengan benar. Dalam tingkat

pengetahuan ini dapat disimpulkan bahwa biasanya individu yang paham

belum tentu dapat menerapkan pada permasalahan yang sesungguhnya

(kehidupan dilapangan).

b) Tingkat cukup paham

Tingkat cukup paham ialah kemampuan individu mengemukakan

pendapat hanya sekedar mengetahui yang sumber tidak dapat

dipertanggung jawabkan (fiksi).

c) Tingkat tidak paham

Tingkat tidak paham ialah keahlian individu dalam menanggapi

suatu pernyataan yang telah dikemukakan, dan pendapat individu tersebut

tidak memahami apa yang telah disampaikan.

2.1.3 Pengertian masyarakat

Masyarakat ialah sekelompok orang yang membentuk sebuah

kelompok yang semi tertutup, dan semi terbuka dan sebagian besar yang

melakukan interaksi adalah individu-individu yang berada pada kelompok

tersebut. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab Musyarak. Abstraknya

masyarakat ialah jaringan yang saling berhubungan antara satu dan lainnya,

5
dan saling membutuhkan satu sama lainnya (interpenden). Pada umumnya

masyarakat digunakan sekelompok individu yang menjadi 1 kelompok yang

teratur. Masyarakat ialah sekelompok individu yang hidup bersama, saling

bekerjasama untuk memperoleh kepentingan dan sudah mempunyai norma,

tatanan kehidupan, dan adat istiadat yang harus dijalankan dan dipatuhi.

Dalam bahasa inggris masyarakat disebut dengan society yang berasal dari

kata socius (Najoan et al., 2017).

2.2 Konsep Gigitan Ular (snake bite)

2.2.1 Definisi

Gigitan ular adalah suatu keadaan gawatdarurat yang disebabkan oleh

bisa atau racun kompleks yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan ular

selain itu racun dapat disemprotkan ke mata maupun ke mukosa dengan

tujuan untuk pertahanan ular. Bisa ular sedikit demi sedikit menyesuaikan

untuk membunuh mangsa secara cepat menetapkan dan menghilangkan

fungsi berbagai reseptor sel terhadap manusia maupun pada hewan, masalah

ini bisa menimbulkan multi-organ atau multi-sistem yang bisa mengakibatkan

pendarahan, gangguan thrombosis, hemostasis yang berkepanjangan,

kelumpuhan neuromuskuler, nekrois jaringan, kerusakan otot umum,

kardiotoksisitas, cedera ginjal akut, syock hipovolamic dan efek lain

tergantung jenis/ spesies ular dan kategori racun dalam bisa (World health

organization, 2019). Gigitan ular adalah pemicu utama jumlah kematian pada

suatu populasi dalam skala yang besar (mortalitas) dan morbiditas diseluruh

dunia dengan beban mortalitas tinggi pada pedesaan miskin sub-sahara

(Tianyi et al., 2018). Gigitan ular yaitu masalah medis yang cukup banyak

6
kasus akan tetapi cukup terabaikan diIndia , kurangnya pengetahuan pada

tindakan awal pada saat tergigit ular berbisa yang benar dapat mengakibatkan

kematian terhadap manusia (Bhargava et al., 2020). Gigitan ular berbisa

dapat mengakibatkan keadaan yang berat hingga dapat menyebabkan

kematian. Sehingga gigitan ular mermelukan penanganan yang akurat untuk

meminimalisir gejala (Pratama & oktafany, 2017).

2.2.2 Cara mengenali jenis ular berbisa

Ada 3 keluarga ular yang banyak ditemui di Asia Tenggara yaitu,

Elapidae: mempunyai gigi taring pendek di depan (proteroglyph). Jenis ular

yang masuk dalam keluarga Elapidae yaitu kobra, king kobra, kraits, ular

koral, ular Australia, dan ular laut. Sebagian jenis kobra melindungi dirinya

dengan menyemburkan bisa (racun) yang mencapai satu meter lebih pada

mata korban. Viperidae: memiliki gigi taring yang cukup panjang

(solenogyph) jika tidak ada ancaman taring dilipat rata pada rahang atas, jika

ada ancaman dan menyerang taringnya akan tegang. Colubridae: yaitu terdiri

dari 2 spesies yang penting pada kawasan Asia Tenggara antaralain

Rhabdophis subminiatus yang memiliki ciri berleher merah dan Rhabdophis

triginus. Piton besar (boidae), yaitu python raticulatus diIndonesia, yang

pernah dilaporkan menyerang dan menelan manusia (WHO/Regional Office

for South-East Asia, 2016).

Sedikit korban yang terkena gigitan ular tidak mengerti terhadap jenis

ular dan berbahayanya ular yang menggigitnya, dan kurangnya pengetahuan

masyarakat terhadap ciri-ciri ular berbisa (racun) atau tidak. Tanda ular

berbisa yaitu kepala segitiga atau elips, mempunyai dua gigi taring yang besar

7
pada rahang atas jika digigit akan meninggalkan bekas dua titik. Sementara

itu cirri-ciri ular yang tidak berbisa yaitu kepala berbentuk bulat atau segi

empat, gigi taring kecil dan jika tergigit akan meninggalkan bekas gigitan

yang melengkung (Luman & Endang, 2017).

2.2.3 Tanda dan Gejala pada racun gigitan ular

Bisa ular merupakan campuran dari banyak bagian berprotein dan

memiliki efek fungsional yang beragam pada target fisiologis, Karena

konsistituen racun yang terkandung dalam racun beragam dari spesies ke

spesies, korban gigitan ular bisa timbul dengan berbagai patologi yang dapat

mengancam jiwa, berhubungan dengan efek neurotoksik, sistolik, dan

hemotoksik yang didapat dari racun. Beragam bisa ular menunjukan sifat

racun haemo yang kuat dan dapat mengakibatkan terganggunya tekanan

darah, faktor pembekuan dan trombosit, dan secara langsung bisa

menyebabkan pendarahan (Slagboom et al., 2017).

Nyeri tekan pada sekitar area bekas gigitan ular mencapai 98% kasus,

pembengkakan lokal dan menyebar, dan menyebabkan pembengkakan dan

nyeri pada kelenjar getah bening dan pendarahan lokal persisten, memar,

infeksi (pembengkakan, kemerahan, dan suhu tubuh mengalami peningkatan.

Pada kasus berat luka gigitan ular akan berkembang menjadi bula, dan

jaringan nekrotik. Dan munculnya gejala lain seperti mual, muntah,

kelemahan otot, dan kejang (WHO/Regional Office for South-East Asia,

2016). Tanda gejala gigitan ular yang umum ditemukan yaitu tanda-tanda

bekas gigi taring, leserasi, timbul bengkak dan kemerahan, terkadang

terdaparr bulae atau vasikular, sakit kepala, mual dan mutah, terasa sakit pada

8
otot-otot, demam, keringat dingin. Bisa neurotoksik: kelumpuhan pada otot

pernafasan, kardiovaskuler terganggu, kesadaran menurun hingga bisa terjadi

koma. Untuk bisa haemolitik: luka bekas gigitan ular terus berdarah,

haematimitis, kegagalan ginjal (HTN) (Suryati et al., 2018). Tanda dari

adanya envenomisasi berat pada gigitan ular harus ditinjau bila ditemui

kondisi seperti: ular dikategorikan sangat berbisa, pembekakan lokal yang

yang cepat pada daerah luka gigitan ular, terjadinya pembesaran kelenjar

getah bening yang menandakan penyebabran pada sistem limfatik, gejala lain

yaitu adanya tanda permasalahan siskemik awal, perdarahan siskemik awal

langsung (pendarahan pada gusi), dan adanya urine berwarna coklat-gelap

(Luman & Endang, 2017). Pasien yang menderita dengan kasus yang parah,

biasanya akan terjadi syok siskemik, mengalami pendarahan aktif,

neurotoksik manifes kelemahan otot atau mengalami pembengkakan

sitotoksik. Tingkat keparahan pada kasus gigitan ular terjadi karena beragam

faktor. Ular akan mengeluarkan bisa (racun) secar berbeda tergantung pada

situasi, mengendalikan volume bisa yang akan disuntikan pada mangsanya

(Wood et al., 2017). Kapasitas racun pada ular bervariasi sesuai dengan

spesies ular dan ukuran dari ular yang semakin besar biasanya volume racun

yang dikeluarkan semakin tinggi, pada kasus gigitan sitotoksik tingkat

keparahan cedera tergantung dari bagian tubuh yang tergigit dan kedalaman

ular menyuntikan racun (Wood et al., 2017).

9
2.3 Manajemen gigitan ular

2.3.1 Penatalaksanaan awal pada gigitan ular

Kurang lebih hal yang bisa dilakukan untuk pertolongan pertama

setelah gigitan ular yaitu tenangkan korban yang bertujuan untuk mengurangi

kecemasan agar hearth reat terkontrol dan menghambat penyebaran racun,

kecemasan yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa ekstremitas seperti

tertusuk, kaku pada tangan dan kaki, serta terjadi gangguan pada

keseimbangan (Medikanto et al., 2017). Tahap pertama yang disarankan

untuk penanganan awal pada gigitan ular adalah imobilisasi area dengan

menggunakan cara bebat tekan pada area bekas gigitan ular (pressure

immobilitation), dan secepat mungkin dibawa ke Rumah sakit untuk

mendapatkan penangan lebih lanjut. Apabila diterapkan dimasyarakat maka

memerlukan perhatian, karena kadang banyak masyarakat salah mengartikan

terhadap teknik balut tekan procedure bandage with immobilization with

(PIB), atau pressure immobilization technique (PIT). Menambahkan bidai

dengan tali bertujuan agar racun tidak menyebar (Avau et al., 2016). Pressure

immobilitation (PIT) bertujuan untuk memblok aliran darah limfatik tanpa

mempengaruhi aliran darah arteri maupun vena kemudian dapat mengurangi

penyebaran dan absorbs bisa ular, prinsip hamper sama dengan membalut

lokasi gigitan menggunakan angkle sprain. Perban elastis (15cm) bukan

perban berbahan crepe. Perban dipasang diatas lokasi gigitan selanjutnya

dikstal ke proksimal yang menutupi seluruh anggota tubuh (WHO/Regional

Office for South-East Asia, 2016). Pemberian tindakan immobilisasi sangat

disarankan sebagai usaha untuk memperlambat sistemik absorbsi racun,

10
pokok utama dari pertolongan pertama setelah gigitan ular yaitu

memperlambat sistemik absorbsi racun, untuk menyelamatkan nyawa dan

mengcegah komplikasi ketika pasien belum mendapatkan tindakan secara

medis, mengawasi gejala awal efek evenomasi yang berbahaya, mengatur

transport pasien ke pelayanan kesehatan, yang paling utama yaitu semua

tindakan itu tidak membahayakan dan memperburuk keadaan (Luman &

Endang, 2017). Pada pertolongan pertama luka bekas gigitan ular tindakan

tradisional tidak dianjurkan seperi menghisap, insisi, mengikat, massage

(pijat), pemberian herbal dan topikal. Insisi tidak disarankan karena beresiko

memperlambat penurunan pembengkakan dan meningkatkan paparan

mikroorganisme luar pada area yang terluka (WHO/Regional Office for

South-East Asia, 2016).

2.3.2 Penanganan di Rumah Sakit

Gigitan ular yaitu suatu kejadian kegawatdaruratan medis, sehingga

kejadian, sehingga tanda dan gejala pasien secepatnya harus segara diperoleh

agar penatalaksanaan yang tepat dansesuai dapat dilakukan. Pasien harus

dalam keadaan tenang untuk mengurangi tingkat kecemasan, tindakan awal

seperti primary survey yang disarankan oleh panduan Advance trauma life

support dengan mempertahankan airway, breathing, dan circulation juga

mengamati tanda hemodinamik dan juga gejala penyebaran bisa ular.

Pemberian profilaksis tetanus, antibiotic, dan analgesic selain NSAID bisa

diberikan karena terdapat resiko pendarahan (WHO/Regional Office for

South-East Asia, 2016).

Penilaian secara mendetail serta mengidentifikasi spesies:

11
a) Anamnesis (riwayat kesehatan)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang tepat untuk digunakan:

1) Pada bagian tubuh mana yang tergigit? Apakah anda bisa menunjukan

letaknya.

2) Kapan anda tergigit ular? dan apa yang anda lakukan pada saat anda

tergigit ular?

3) Apakah anda mengingat seperti apa bentuk dan warna ular yang menggigit

anda?

4) Apa yang anda rasakan pada saat ini?

Tanda dan gejala yang diakibatkan dari penyebaran bisa ular sangat

beragam, gejala awal yang ditimbulkan umumnya adalah mutah, kesadaran

menurun, pingsan, pendarahan pada bekas gigitan ular, dan reaksi

anafilaktis (WHO/Regional Office for South-East Asia, 2016).

b) Pemeriksaan fisik

Bisa dilakukan pemeriksaan pada area gigitan ular dapat ditemukan

pembekakan, nyeri tekan palpasi, tanda limfonodi, ekimosis, dan tanda-

tanda awal nekrosis (melepuh,perubahan warna, terjadi pembusukan)

(WHO/Regional Office for South-East Asia, 2016).

2.3.3 Anti Bisa Ular

Pemberian anti bisa ular dapat diberikansecepat mungkin dengan

kriterian pasien sudah memenuhi indikasi, masalah ini dikarenakan mahalnya

SABU (serum anti bisa ular) dan ketersedianya terbatas. DiIndonesia sendiri

serum anti bisa ular polyvalent hanya diproduksi oleh biofarma dan itu hanya

untuk menangani beberapa spesies ular berbisa yang ada diIndonesia yaitu

12
neurotoksik Naja sputatix, bungarus fasciatus, dan colloselasma

rhodostoma(Adiwinata & Nelwan, 2015), (WHO/Regional Office for South-

East Asia, 2016).

Berikut indikasi pemberian serum anti bisa ular:

a) Keracunan sistemik

1) Gangguan hemostasis: pendarahan spontan sistemik yang kejadiannya jauh

dari lokasi gigitan ular, koagulopati (20 WBCT positif), atau INR>1,2 atau

PT>4-5 detik atau mungkin lebih.

2) Panjang dari nilai kontrol yang dilakukan laboratorium, atau

trombositopenia (<100x10⁹/liter).

3) Gejala neurotoksik: ptosis (penurunan kelopak mata), oftalmoplegia

kelumpuhan otot mata), paralisis (kelumpuhan), dsb.

4) Gagal ginjal akut: oligouria/anuria (produksi urine sedikit), peningkatan

keratin atau urea.

5) Hemoglobin/myoglobin-uria: urin yang berwarna coklat gelap, dipstick,

dan temuan hemolisi intra vaskuler atau rhabdomiolisis.

a) Kercunan lokal

1) Terjadi pembengkakan lokal dari setengah tungkai yang tergigit (tanpa

tourniquet) dalam waktu 48 jam atau pembengkakan setelah gigitan terjadi

pada jari.

2) Pembengkakan yang meluas bisa mengakibatkan bengkak pada ankle

dalam beberapa jam setelah terjadi gigitan dikaki

3) Terjadi Pembengkakan limfonodi pada daerah yang terjadi gigitan.

13
Serum anti bisa ular disuntikan melalui intravena jika memungkinkan,

diberikan secara slow IV push injection (paling maksimal 2ml/menit) atau

bisa melalui infuse IV yang diencerkan menggunakan cairan isotonik perkilo

gram berat badan dengan waktu 30-60 menit. Sedangkan diIndonesia

penggunaan serum anti bisa ular dosis yang dianjurkan yaitu 2 vial serum anti

bisa ular diencerkan dalam 100ml normal saline 0,9% setelah itu didrip 60-80

tetes permenit, tindakan tersebut dapat diulang 6-8 jam. Disarankan tersedia

epinefrin digunakan untuk penanganan reaksi anafilaktik akibat efek serum

anti bisa ular. Pemberian serum anti bisa ular secara intramuskular tidak

disarankan kecuali jika akses intravena tidak memungkinkan untuk dilakukan

pemberian serum anti bisa ular, setelah pemberian pertama lakukan observasi

keadaan umum, pendarahan siskemik, dan apakah ada gejala neurotoksik.

Pemberian dosis awal bisa dilakukan pengulangan apabila terdapat gangguan

koagulasi persisten setelah 6 jam atau setelah 1-2 jam terjadi pendarahan serta

timbul deteriosasi neurotoksik atau kardiovaskuler setelah 1 jam (Adiwinata

& Nelwan, 2015), (WHO/Regional Office for South-East Asia, 2016).

2.3.4 Terapi tambahan pada kasus gigitan ular

Pemberian kolinesterase sangat terutama pada kasus keracunan

neurotoksik yang disebabkan gigitan ular kobra. Terlebih dahulu pasien

diberikan atropine sulfat (0,6 mg untuk dewasa; 50µg/kg untuk anak-anak)

dilakukan secara intravena selanjutnya diikuti neostigmine bromide atau

methlysulphate (prostigmin) dilakukan secara intramuskular dengan dosis

0.02 mg/kg untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak 0.04 mg/kg.

selanjutnya pasien diobservasi selama 30-60 menit kedepan untuk melihat

14
apakah tubuh merespon baik jika selama 30-60 menit ada respon baik maka

maintaindan neostigmine methysulphate 0.5-2.5 mg diberikan untuk dewasa

sedangkan 0.01-0.05 mg/kg diberikan setiap 2-4 jam pada anak-anak, injeksi

dapat dilakukan baik secara intravena maupun subkutan bersamaan dengan

antropin (WHO/Regional Office for South-East Asia, 2016).

Hipotensi (tekanan darah rendah) dan syok bisa terjadi disebabkan

oleh hypovolemia. Pengukuran menggunakan tensi dapat dilakukan dengan

posisi supinasi dan duduk. Selain itu dapat dilakukan passive leg raising test

yang bertujuan untuk menilai cairan. Jika menggunakan terapi kristaloid yang

harus diobservasi yaitu tekanan JVP (jugular venous pressure), pernafasan,

dan krepitasi, pada pasien yang mengalami peningkatan permeabilitas kapiler

bisa diberikan vasokonstriktor seperti dopamine, selanjutnya lakukan

observasi adanya tanda-tanda gagal ginjal akut seperti oliguri, kenaikan

keratin serum, dan bisa terjadi sindrom uremia. Pada pasien oliguri bisa

dilakukan fluide challenge atau furosemide test. Dialisis bisa dilakukan

apabila terjadi tanda-tanda uremia (ensefalopati, perikarditis), overload cairan

tidak merespon dengan deuretik, asidosis simptomatik, dan nilai ureum

>130mg/dl atau keratin>4 mg (WHO/Regional Office for South-East Asia,

2016).

15
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pencarian Literatur

Penelitian ini merupakan study literature yang menggunakan cara

meriview atau merangkum ulang dari beberapa penelitian yang sudah pernah

dilakukan oleh para peneliti lainnya yang berfungsi untuk mendeskripsikan

informasi yang relevan.

3.1.1 Framework yang digunakan

Metode yang dipakai pada study literature review ini dengan

menganalisa dan melaporkan ulang hasil dari penelitian tersebut

menggunakan sistem kerja PICOS yang tersusun meliputi:

1) Patient, Population, Problem, didalam literature review ini merupakan

masyarakat yang terkena gigitan ular.

2) Intervention menjelaskan tentang tatalaksana masalah yang bisa sebuah

intervensi untuk terapi obat, diagnosis pemeriksaan klinik dengan

menggunakan alat tertentu dan faktor prognostik dalam suatu tindakan

atau strategi untuk pencegahan.

3) Comparation penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai pembanding.

4) Outcome hasil atau luaran yang diperoleh pada penelitian

5) Study design desain penelitian yang digunakan oleh artikel yang akan

direview.

16
3.1.2 Keyword atau kata kunci

Kata kunci merupakan sebuah kata yang berupa kunci atau kode yang

digunakan untuk menghubungkan dari satu kata dengan kata yang lainnya.

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci yang digunakan untuk

memperluas atau menspesifikan hasil dari pencarian, sehingga kata kunci

dapat mempermudah dalam pencarian artikel atau artikel yang digunakan.

Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Pubmed

understanding public of management snake bite”, AND “Management of

snake bite”, sedangkan untuk artikel nasional kata kunci yang digunakan

adalah penatalaksanaan awal gigitan ular”DAN “pemahaman masyarakat

tentang gigitan ular.

3.1.3 Database atau search engine

Data yang digunakan dalam melakukan literature review adalah data

sekunder yang didapatkan bukan dari pengamatan langsung, namun

diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti-

peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel yang

relevan dengan topik yang dilakukan menggunakan database melalui

Google Scholar, Pubmed, Science Direct.

17
3.2 Kriteria inklusi dan ekslusi

Table 3.1 Kriteria inklusi den ekslusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population/problem Jurnal yang memiliki Jurnal yang tidak
hubungan sesuai dengan berhubungan dengan
tema penelitian yaitu topic yang akan diteliti
penatalaksanaan awal sesuai dengan kriteria
pada masyarakat yang yang diambil peneliti.
terkena gigitan ular.
Intervention Penatalaksanaan awal Selain penatalaksanaan
gigitan ular di awal di masyarakat.
masyarakat.
Comparation Tidak ada faktor Tidak ada faktor
pembandingan pembandingan
Outcome Tidak adanya pengaruh adanya pengaruh
Penatalaksanaan awal penatalaksanaan awal
gigitan ular pada gigitan ular di
dimasyarakat. masyarakat
Study design Mix methods study, Tidak ada
experimental study,
survey study, cross-
sectional, systematic/
literature review, analisis
korelasi, komprasi dan
studi kualitatif
Tahun terbit Artikel atau buku yang Artikel atau jurnal yang
terbit mulai tahun 2015 terbit sebelum tahun 2015
Bahasa Bahasa Inggris dan Selain bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia Indonesia

18
3.3 Seleksi studi dan penelitian kualitas

3.3.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

a. Artikel international

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui pubmed kata kunci

“management of snake bites” jumlah artikel 222 artikel, kemudian difilter

untuk terbitan tahun 2015 tahun keatas didapatkan sebanyak 122 artikel,

berdasarkan pencarian literature melalui science direct menggunakan kata

kunci early management of snake bite jumlah artikel yang sesuai dengan

kunci tersebut sebanyak 1,267 artikel, kemudian difilter untuk terbitan 2015

sebanyak 437 artikel, Assessment kelayakan terhadap 82 artikel yang

duplikasi dan artikel yang menyimpang dengan kriteria inklusi dilakukan

ekslusi, sehingga didapatkan 2 artikel yang dilakukan review.

b. Artikel Nasional

berdasarkan penelitian terkait penatalaksanaan awal terhadap gigitan

ular di masyarakat, suatu artikel sangat dibutuhkan dalam penyusunan

literature review ini, dengan publikasi google scholar menggunakan kata

kunci “penatalaksanaan awal gigitan ular di masyarakat” peneliti

menemukan 852 jurnal yang sesuai dengan kata kunci kemudian dipilah

untuk terbitan 2015 keatas dan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia sehingga menjadi 459 Jurnal,dilakukan eliminasi pada jurnal yang

menyimpang dengan kriteria inklusi dan eklusi, sehingga didapat 4 jurnal

yang akan dilakukan review.

19
Pencarian dengan
menggunakan keyword
melalui database google
scholar (n=852),
pubmed (n=222), dan
science direct
(n=1,267)
N= 2341

Seleksi jurnal 5 tahun


terakhir
Google scholer: (n = Exluded (N= 288 )
459) Problem/populasi
Pubmed: (n= 122) Tidak sesuai topic: (n= 32)
Science direct : (n= 437) Intervention
N = 1018 Selain penatalaksanaan awal di
masyarakat (n= 52)
Outcome
Tidak ada hubungan dengan
penatalaksanaan awal gigitan
ular (n= 40 )
Seleksi judul dan Study design
duplikat Encyclopedia (n= 20)
N= 458 Book chapters (n= 135)
Conference abstracts (n= 3)
Case reports (n= 6)
Identifikasi abstrak
N= 170
Exluded (N =165)
Tujuan penelitian tidak sesuai (n=
41)
Artikel yang dapat Rumusan masalah (n= 37)
dianalisa sesuai rumusan Metode penelitian tidak
masalah dan tujuan dijelaskan secara rinci (n=87)
N= 5

Gambar 3.1 Diagram alur review jurnal

20
3.3.2 Daftar artikel pencarian

Literature review ini disentensis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ekstrasi yang sejenis dan sesuai dengan

hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Artikel penelitian yang sama

dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan artikel

meliputi nama peneliti, tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta

database.

21
Tabel 3.2 Daftar jurnal hasil pencarian
No Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil penelitian Database
Angka (desain,sampel,variabe
l , instrument, analisis)

1. Risal 2020 Vol 4, Manajemen D: Qualitative Study Gigitan ular menjadi masalah kesehatan yang serius Google
Wintoko , no 1 gigitan ular S: total sampling di Asia Tenggara terutama di Indonesia.dikarenakan scholar
Neema V:manajemen gigitan aktivitas agrikultur masyarakat Indonesia yang tinggi
Putri ular sehingga berisiko juga untuk terkena gigitan ular.
Prameswa I: pengumpulan data Penanganan yang tepat dan cepat dapat mengurangi
ri menggunakan risiko kematian pada pasien gigitan ular, seperti
kuesioner yang dibuat melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban dengan
sendiri oleh peneliti membaringkannya dalam recovery position.
berdasarkan kajian
teori yang ada.
A : univariat dan
bivariat
2. Anissa 2020 Vol 11, Pertolonga D: Deskriptive Hasil dari penelitian tersebut distribusi keracunan dan Google
Cindy No 1 n pertama kuantitatif kematian akibat gigitan ular sangat bervariasi dan scholar
Nurul dan S: total sampling efek samping, tingginya kasus gigitan ular di
Afni , penilaian V:Pertolongan pertama Indonesia banyak pula masyarakat yang cenderung
Fakhrudin keparahan dan penilaian melakukan pertolongan pertama menggunakan cara
Nasrul envenomasi keparahan envenomasi tradisional , WHO 2016 sudah tidak
Sani pada pasien pada pasien gigitan merekomendasikan bentuk pertolongan pertama
gigitan ular ular seperti itu.
I: kuesioner
A: univariat
3. Soumyad 2020 Vol 14, Interventio D : meta analysis Untuk memastikan pengobatan yang aman dan Pubmed

22
eep No 10 ns for the S : purposive sampling efektif yang dapat menurunkan beban gigitan ular
Bhaumik, manageme V : penatalaksaan awal diperlukanadanya bahan anafilaksis yang berkualitas
Deepti nt of  gigitan ular di tinggi. Kurangnya bahan anafilaksis yang bermutu
Beri, snakebite masyarakat tinggi menghambat penyusunan pedoman serta
Zohra S. envenomin I : kuesioner tentang menginformasikan prioritas penelitian primer tentang
Lassi, g: An intervensi untuk gigitan ular.
Jagnoor overview pengelolaan gigitan
Jagnoor of  ular yang
systematic mengganggu:
reviews  gambaran tinjauan
sistematis
A : quantitative
analyses
4. Saurabh 2020 Vol 82, First-hand D: Deskritife Temuan penelitian ini menggambarkan arus skenario Pubmed
Bhargava, No 4 knowledge S: Random sampling kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ular,
Kiran about V: penatalaksaan awal gigitan ular, dan tindakan pertolongan pertama untuk
Kumari, snakes and gigitan ular di envenomasi ular seperti para peserta selanjutnya diuji
Rajendra snake-bite  masyarakat pengetahuan pertolongan pertama mereka untuk
Kumar manageme I: kuesioner gigitan ular
Sarin and nt: an
langsung tentang
Rajvinder urgent need
Pengetahuan
Singh
langsung tentang
ular dan manajemen
gigitan ular:
kebutuhan yang
mendesak
A: kualitatif
5. Suman 2021 Volume Care- D: quantitative study Gigitan ular merupakan kondisi darurat medis yang Science
Das, 77, seeking S: cross-sectional menentukan waktu dan memerlukan kontak sedini Direct
Sitikantha Issue 1 behaviour V: penatalaksaan awal mungkin dengan fasilitas kesehatan. Banyak korban

23
Banerjee, of gigitan ular di gigitan ular belum mencari perawatan dari dukun
Somnath suspected masyarakat tradisional (TH) atau dukun desa (VQ) sebelum
Naskar, snakebite I: kuesioner mencapai fasilitas yang sesuai, yang mengakibatkan
Dilip K. cases A:quantitative konsekuensi yang merugikan. Studi ini dilakukan
Das admitted in analyses untuk menilai perilaku pencarian perawatan dan jalur
a medical yang diikuti dalam mencapai fasilitas yang sesuai di
college of antara kasus dugaan gigitan ular dan untuk
West mengidentifikasi faktor terkait
Bengal: A
pathway
analysis

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Adiwinata, R., & Nelwan, E. J. (2015). Snakebite in Indonesia. Acta Medica

Indonesiana, 47(4), 358–365.

2. Agustin, H., Hidayat, D. R., & Supriadi, D. (2019). Anatomi Konflik

Komunikasi dalam Penanganan Neglected Tropical Disease di Media Sosial.

Ilmu Komunikasi, 11(1).

3. Avau, B., Borra, V., Vandekerckhove, P., & De Buck, E. (2016). The

Treatment of Snake Bites in a First Aid Setting: A Systematic Review. PLoS

Neglected Tropical Diseases, 10(10), 1–20.

https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005079

4. Bhargava, S., Kumari, K., Sarin, R. K., & Singh, R. (2020). First-hand

knowledge about snakes and snake-bite management : an urgent need. 82(4),

763–774. https://doi.org/10.18999/nagjms.82.4.763

5. Bhaumik, S., Beri, D., Lassi, Z. S., & Jagnoor, J. (2020). Interventions for the

management of snakebite envenoming: An overview of systematic reviews.

PLoS Neglected Tropical Diseases, 14(10), 1–26.

https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0008727

6. Bush, S. P., Ruha, A. M., Seifert, S. A., Morgan, D. L., Lewis, B. J., Arnold,

T. C., Clark, R. F., Meggs, W. J., Toschlog, E. A., Borron, S. W., Figge, G.

R., Sollee, D. R., Shirazi, F. M., Wolk, R., De Chazal, I., Quan, D., García-

Ubbelohde, W., Alagón, A., Gerkin, R. D., & Boyer, L. V. (2015).

Comparison of F(ab’)2 versus Fab antivenom for pit viper envenomation: A

prospective, blinded, multicenter, randomized clinical trial. Clinical

25
Toxicology, 53(1), 37–45.

https://doi.org/https://doi.org/10.3109/15563650.2014.974263

7. Das, S., Banerjee, S., Naskar, S., & Das, D. K. (2021). Care-seeking

behaviour of suspected snakebite cases admitted in a medical college of West

Bengal: A pathway analysis. Medical Journal Armed Forces India, 77(1), 58–

62. https://doi.org/10.1016/j.mjafi.2019.11.003

8. Fiteriani, I. D. A. (2017). STUDI KOMPARASI PERBEDAAN PENGARUH

PEMAHAMAN KONSEP DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS TERHADAP KEMAMPUAN MENDESAIN EKSPERIMEN SAINS |

FITERIANI | TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 4,

47–80.

9. Kuntarto, E. (2018). Analisis Tingkat Pemahaman Guru Terhadap Konsep

Pembelajaran Aritmatika-Bahasa di Sekolah Dasar. Jurnal Gantang, 3(2), 97–

108. https://doi.org/10.31629/jg.v3i2.629

10. Lindriati, S., Suntoro, I., & Pitoewas, B. (2017). PENGARUH SOSIALISASI

DAN TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MINAT

PEMBUATAN AKTA KEMATIAN DI DESA PURWOREJO. Jurnal Kultur

Demokrasi, 6(6), 1–14.

11. Luman, A., & Endang. (2017). Gigitan Ular Berbisa. 1–21.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/69014

12. Medikanto, A. R., Silalahi, L. M. M. V., Sutarni, S., & Srie, C. T. (2017).

Viperidae Snake Bite: Kasus Serial. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta

Wacana, 2(2), 361–374. https://doi.org/DOI:10.21460/bikdw.v2i2.61

13. Najoan, B., Kawengian, D. D. V., & Harilama, S. H. (2017). Peranan

26
Komunikasi Tokoh Masyarakat Dalam Meminimalisir Kesenjangan Sosial Di

Kelurahan Mampang Kota Depok Jawa Bara. E-Journal Acta Diurna, VI(3),

1–11.

14. Pratama, G. Y., & oktafany. (2017). GIGITAN ULAR PADA REGIO

MANUS SINISTRA. GIGITAN ULAR PADA REGIO MANUS SINISTRA,

7(1), 33–37.

15. Slagboom, J., Kool, J., Harrison, R. A., & Casewell, N. R. (2017).

Haemotoxic snake venoms: their functional activity, impact on snakebite

victims and pharmaceutical promise. British Journal of Haematology, 177(6),

947–959. https://doi.org/10.1111/bjh.14591

16. Suryati, I., Yuliano, A., & Bundo, P. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dan Sikap Masyarakat Dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang.

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 1(1), 1–11.

17. Tianyi, F. L., Agbor, V. N., Tochie, J. N., Kadia, B. M., & Nkwescheu, A. S.

(2018). Community-based audits of snake envenomations in a resource-

challenged setting of Cameroon: Case series. BMC Research Notes, 11(1), 1–

5. https://doi.org/10.1186/s13104-018-3409-3

18. WHO/Regional Office for South-East Asia. (2016). Management of

snakebites (WHO 2nd Ed) 2016. Guidelines for the Management of

Snakebites, 2nd Edition, vi, 140 p.

https://www.who.int/snakebites/resources/9789290225300/en/

19. Williams, D. J., Faiz, M. A., Abela-Ridder, B., Ainsworth, S., Bulfone, T. C.,

Nickerson, A. D., Habib, A. G., Junghanss, T., Fan, H. W., Turner, M.,

Harrison, R. A., & Warrell, D. A. (2019). Strategy for a globally coordinated

27
response to a priority neglected tropical disease: Snakebite envenoming. PLoS

Neglected Tropical Diseases, 13, 1–12.

https://doi.org/https://doi.org/10.1371/journal. pntd.0007059

20. Wintoko, R., & Prameswari, N. P. (2020). Manajemen Gigitan Ular. JK Unila,

4(1), 45–52. https://doi.org/https://doi.org/10.23960/jk%20unila.v4i1.2765

21. Wood, D., Sartorius, B., & Hift, R. (2017). Classifying snakebite in South

Africa: Validating a scoring system. South African Medical Journal, 107(1),

46–51. https://doi.org/10.7196/SAMJ.2017.v107i1.11361

22. World health organization. (2019). Snakebite envenoming: a strategy for

prevention and control. World Health Organization, xiv; 50 p.

https://www.who.int/en/news-room/fact- sheets/detail/snakebite-envenoming.

28

Anda mungkin juga menyukai