bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang berwarna merah muda.
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet
sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop.
[1]
Disisi lain, bakteri gram-positif akan berwarna ungu.[1] Perbedaan keduanya didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan
Gram.[2]. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian
Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri.[3] Bakteri gram positif seperti
Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran
plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan [2]. Sekitar 90% dari
dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama
asam teikhoat.[1] Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran
ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. [2] Bakteri ini
mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan
membran luarnya. [2]
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi
organisme inang.[4]Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding
sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin).[4]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Karakteristik
2 Peptidoglikan
3 Penyakit
4 Klasifikasi
5 Lihat pula
6 Referensi
[sunting] Karakteristik
Berikut ini adalah karakteristik dari bakteri Gram positif dan negatif[4]:
[sunting] Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein) adalah komponen utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku
dan bertanggungjawab untuk menjaga integritas sel serta menentukan bentuknya. [5]
Protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding selnya dan karena suatu sel hidup di
lingkungan hipotonis (lebih encer dibanding sitoplasma sel) maka kecenderungannya air
akan masuk ke dalam sel sehingga protoplas yang tidak memiliki perlindungan dinding
sel akan pecah. [5]
Peptdoglikan adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu asam-N-asetil
glukosamin serta asam-N-asetil muramat, dan sebuah rantai peptida pendek yang
contohnya terdiri dari asam amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin
atau asam diaminopimelik (DAP). [5]
DAP adalah asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot. [5]
Untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
[sunting] Penyakit
Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan bakteri Gram positif dan negatif[5]:
[sunting] Klasifikasi
Berikut ini adalah klasifikasi bakteri gram negatif.
Gram-positif
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Bakteri gram positif Bacillus anthracis (batang ungu) pada cairan serebrospinal. Sel yang lain
adalah sel darah putih.
Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses
pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. [1]
Disisi lain, bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. [1] Perbedaan keduanya
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur
pewarnaan Gram. [2] Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama
Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri.[3]
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia)
hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan.[2] Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan
sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. [1] Di sisi lain, bakteri gram
negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti
oleh membran luar permeabel.[2] Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan,
yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.[2]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Karakteristik
2 Peptidoglikan
3 Klasifikasi
4 Penyakit
5 Lihat pula
6 Referensi
[sunting] Karakteristik
Berikut ini adalah karakteristik dari bakteri Gram positif dan negatif. [4]
[sunting] Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein) adalah komponen utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku
dan bertanggungjawab untuk menjaga integritas sel serta menentukan bentuknya. [5]
Protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding selnya dan karena suatu sel hidup di
lingkungan hipotonis (lebih encer dibanding sitoplasma sel) maka kecenderungannya air
akan masuk ke dalam sel sehingga protoplas yang tidak memiliki perlindungan dinding
sel akan pecah. [5]
Peptdoglikan adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu asam-N-asetil
glukosamin serta asam-N-asetil muramat, dan sebuah rantai peptida pendek yang
contohnya terdiri dari asam amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin
atau asam diaminopimelik (DAP). [5]
DAP adalah asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.[5]
Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
[sunting] Klasifikasi
Berikut ini adalah klasifikasi dari bakteri Gram positif.
[sunting] Penyakit
Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan bakteri Gram positif dan negatif.[5]:
PEWARNAAN GRAM
Teknik pengecatan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan
Denmark, 1884). Pengecatan Gram merupakan salah satu langkah awal mengidentifikasi sel
bakteri yang memisahkan bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif (berwarna
ungu/biru) dan bakteri Gram negatif (berwarna merah)
Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna
ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak
mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir
pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol
dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna
merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal.
Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi
oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama.
Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek.
Alat dan bahan :
- biakan bakteri
- larutan iodin
- mikroskop
- jarum ose
- aquadesh
Langkah Kerja :
1. Kaca objek dibersihkan dengan alkohol dan dilewatkan beberapa kali pada nyala api bunsen
2. Membuat olesan tipis bakteri dengan mengambil isolat bakteri dengan jarum ose secara aseptis
dan diberi 1-2 tetes aquadesh. Kering anginkan dan melewatkannya pada nyala api bunsen
(lampu sriritus)
3. Olesan tersebut dibubuhi kristal violet (Gram A = cat utama), dibiarkan selama 30 detik,
kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering
4. Dibubuhi dengan larutan iodin (Gram B = larutan mordan), dibiarkan selama 30 detik,
kemudian dicuci pada air mengalir hingga tetesan menjadi bening, dianginkan hingga kering
5. Melakukan dekolorisasi dengan dibubuhi etil alkohol 95% selama 10-20 detik, segera aliri
dengan air selama beberapa detik untuk menghentikan aktivitas dekolorisasi, dianginkan hingga
kering
6. Olesan bakteri ditetesi dengan safranin selama 20-30 detik, dicuci dengan air mengalir selama
beberapa detik untuk menghabiskan sisa-sisa cat. Selanjutnya air dihisap dengan kertas
penghisap dan kering anginkan
7. Melakukan pengamatan dengan mikroskop dan sel-sel yang tampak, digambar pada lembar
kegiatan
2.
2. Mengapa sel bakteri ada yang berwarna biru (ungu) dan merah?
Catatan :
- Kegiatan ini memerlukan bimbingan dari guru, membutuhkan peralatan dan bahan
laboratorium khusus seperti jarum ose, kaca objek, bunsen, larutan kristal violet, iodin, alkohol,
safranin dan mikroskop
- Teknik aseptis dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba. Teknik aseptis
yang dilakukan pada kegiatan ini pada saat awal membersihkan kaca benda dan pada saat
membuat olesan pada kaca benda dari biakan bakteri
Klasifikasi
Group A - Streptococcus pyogenes
Group B - Streptococcus agalactiae
Group C - Streptococcus equisimilis, Streptococcus equi, Streptococcus zooepidemicus,
Streptococcus dysgalactiae
Group D - Enterococci, Streptococcus bovis
Group E - Streptococcus milleri and mutans
Group F - Streptococcus anginosus
Group G - Streptococcus canis
Group H - Streptococcus sanguis
Group L - Streptococcus dysgalactiae
Group N - Lactococcus lactis
Group R&S - Streptococcus suis
other Streptococcus species are classified as non-Lancefield Streptococci
In 1984, many organisms formerly considered Streptococcus were separated out into the genera
Enterococcus and Lactococcus.[3]
Contents
[hide]
1 Pathogenesis
o 1.1 Alpha-hemolytic
1.1.1 Pneumococci
1.1.2 The Viridans group: alpha hemolytic
o 1.2 Beta-hemolytic
1.2.1 Group A
1.2.2 Group B
1.2.3 Group C
1.2.4 Group G streptococci
o 1.3 Non-hemolytic
1.3.1 Group D (enterococci)
2 Treatment
3 See also
4 References
5 External links
[edit] Pathogenesis
Streptococcal classification.
In addition to streptococcal pharyngitis (or strep throat), certain Streptococcus species are
responsible for many cases of meningitis, bacterial pneumonia, endocarditis, erysipelas and
necrotizing fasciitis (the 'flesh-eating' bacterial infections). However, many streptococcal species
are non-pathogenic. Indeed, Streptococci are a necessary ingredient in Emmentaler ("Swiss")
cheese. Streptococci are also part of the normal commensal flora of the mouth, skin, intestine,
and upper respiratory tract of humans.
As a rule, individual species of Streptococcus are classified based on their hemolytic properties.
[4]
Alpha hemolysis is caused by an oxidation of iron in hemoglobin, giving it a greenish color on
blood agar. Beta-hemolysis is complete rupture of red blood cells, giving distinct, wide, clear
areas around bacterial colonies on blood agar. Other streptococci are labeled as gamma
hemolytic, actually a misnomer, as no hemolysis takes place.
Beta-hemolytic streptococci are further characterised via the Lancefield serotyping – based on
specific carbohydrates in the bacterial cell wall.[5] These are named Lancefield groups A to v
(except I and J). In the medical setting, the most important groups are the alpha-hemolytic
streptococci, S. pneumoniae and Streptococcus Viridans-group, and the beta-hemolytic
streptococci of Lancefield groups A and B (also known as “Group A strep” and “Group B
strep”).
[edit] Alpha-hemolytic
[edit] Pneumococci
[edit] Beta-hemolytic
Alpha (left) and Beta (right) hemolytic streptococci grown on blood agar
[edit] Group A
S. pyogenes, also known as Group A Streptococcus (GAS), is the causative agent in Group A
streptococcal infections, including streptococcal pharyngitis ("strep throat" AmE), acute
rheumatic fever, scarlet fever, acute glomerulonephritis and necrotizing fasciitis. Other
Streptococcus species may also possess the Group A antigen, but human infections by non-S.
pyogenes GAS strains (some S. dysgalactiae subsp. equisimilis and S. anginosus Group strains)
appear to be uncommon.
Group A Streptococcus infection is generally diagnosed with a Rapid Strep Test (AmE) or by
culture. Rheumatic fever, a disease that affects the joints and heart valves, is a consequence of
untreated strep A infection caused not by the bacterium itself. Rheumatic fever is caused by the
antibodies created by the immune system to fight off the infection cross-reacting with other
protiens in the body. This cross-reaction causes the body to essentially attack itself and leads to
the damage above.
[edit] Group B
S. agalactiae, or GBS, causes pneumonia and meningitis in neonates and the elderly, with
occasional systemic bacteremia. They can also colonize the intestines and the female
reproductive tract, increasing the risk for premature rupture of membranes and transmission to
the infant. The American College of Obstetricians and Gynecologists, American Academy of
Pediatrics and the Centers for Disease Control recommend all pregnant women between 35 and
37 weeks gestation should be tested for GBS. Women who test positive should be given
prophylactic antibiotics during labor, which will usually prevent transmission to the infant.[6] In
the UK, clinicians have been slow to implement the same standards as the US, Australia and
Canada. In the UK, only 1% of maternity units test for the presence of Group B Streptococcus.[7]
Although The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists issued risk-based guidelines in
2003 (due for review 2006), the implementation of these guidelines has been patchy. Some
groups feel that as a result over 75 infants in the UK die each year of GBS related disease and
another 600 or so suffer serious infection, most of which could be prevented [8] however this is
yet to be substantiated by randomized controlled trial in the UK setting and, given the evidence
for the efficacy of testing and treating from other countries, it may be that the large-scale trial
necessary would receive neither funding nor ethics approval.[9]
[edit] Group C
Includes S. equi, which causes strangles in horses,[10] and S. zooepidemicus - S. equi is a clonal
descendent or biovar of the ancestral S. zooepidemicus - which causes infections in several
species of mammals including cattle and horses.
These streptococci are usually but not exclusively beta hemolytic. Streptococcus canis is an
example of a GGS which is typically found on animals but can cause infection in humans.
[edit] Non-hemolytic
Many former Group D streptococci have been reclassified and placed in the genus Enterococcus
(including S. faecalis, S. faecium, S. durans, and S. avium).[11] For example, Streptococcus
faecalis is now Enterococcus faecalis.
The remaining non-enterococcal Group D strains include Streptococcus bovis and Streptococcus
equinus.
Non-hemolytic streptococci rarely cause illness. However, weakly hemolytic group D beta-
hemolytic streptococci and Listeria monocytogenes (which is actually a gram positive bacillus)
should not be confused with non-hemolytic streptococci.
[edit] Treatment