Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari dan
mengaplikasikan teknik yang menggunakan dan memanfaatkan sistem hayati
untuk mendapatkan barang atau jasa yang berguna untuk kesejahteraan manusia
(Moeljopawiro, 2014). Kesejahteraan manusia dapat dicapai mulai tingkat
individu, kelompok, lingkungan hingga global saat manusia tersebut merasakan
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa merusak atau
mengurangi kebutuhan lainnya.
Bioteknologi sebagai suatu teknologi sebenarnya bukanlah hal baru. 
Bioteknologi sederhana telah dilakukan oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Seperti pada bidang teknologi pangan adalah pembuatan keju, roti ataupun
bir yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Prinsip dasar melakukan aplikasi
bioteknologi pada pembuatan makanan tersebut sama yakni dengan memberi ragi
pada bahan makanan yang nantinya akan menghasilkan bahan makanan yang
diinginkan. Selain bidang makanan, bioteknologi juga diterapkan pada
proses pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian. Sedangkan pada bidang medis, penerapan bioteknologi di masa
lalu dibuktikan dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih
dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna.
Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktoroleh Louis
Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan
secara massal. Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di
negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam teknologi, misalnya teknologi yang berkaitan dengan rekayasa
genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk,
dan kloning. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan
penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan,
seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga
memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di
bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan
dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan
bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan
hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah
ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai
atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.  Kini, bioteknologi modern
dapat menghasilkan produk-produk yang bersumber dari sel (cellular product)
dan dapat dilakukan melalui transformasi biologis (biotransformation). Terlebih
lagi bioteknologi  modern dalam prosesnya dapat  dipengaruhi serta dikendalikan
sepenuhnya oleh manusia sebagai pelakunya.

B. Periode Perkembangan Bioteknologi


Anonim (2010) menyatakan bahwa perkembangan bioteknologi dapat
dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode bioteknologi tradisional,
1. Periode Bioteknologi Tradisional (Bioteknologi Konvensional)
Pada periode ini, merupakan bioteknologi yang memanfaatkan
mikroorganisme secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
Proses pembuatan makanan dengan teknik konvensional ini masih sangat
sederhana dan hanya dilakukan dalam skala kecil. Penelitian secara ilmiah pada
masa ini masih belum dilakukan oleh manusia. Pada periode ini, belum ada
penelitian mengenai fenomena yang terjadi, karena semua berawal dari
ketidaksengajaan. Mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada
proses fermentasi.
Periode ini ditandai dengan adanya peristiwa sebagai berikut:
a. Pada masa 8000 SM, bangsa Babilonia, Mesir dan Romawi telah mengenal
cara bercocok tanam yang baik dengan cara pengumpulan dan pemilihan
benih untuk ditanam. Selain itu, di bidang peternakan, mereka telah

2
mengembangbiakkan hewan ternak secara selektif  untuk peningkatan
kualitas ternak.
b. Pada masa 6000 SM, manusia mengetahui cara membuat minuman bir dan
anggur menggunakan teknik fermentasi. Selain itu, juga membuat roti dengan
bantuan ragi.
c. Pada masa 4000 SM, bangsa Tionghoa telah membuat yogurt dan keju dari
susu dengan bakteri asam laktat.
d. Pada masa 1500 SM, bangsa Aztec memanfaatkan gangga sebagai sumber
makanan.

2. Periode Bioteknologi Ilmiah


Pada masa ini manusia mulai menyadari bahwa fenomena yang terjadi
pada proses fermentasi tidak terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, rasa ingin
tahu mendorong mereka untuk melakukan penelitian yang menggunakan prinsip-
prinsip ilmiah.  
Periode bioteknologi ilmiah ditandai dengan munculnya banyak penelitian
ilmiah dalam berbagai bidang, antara lain yaitu:
a. Pada tahun 1665, penemuan sel oleh Robert Hooke pada sayatan gabus yang
diamati dengan mikroskop sederhana.
b. Pada tahun 1670, pemanfaatan mikroba dalam usaha penambangan tembaga di
Rio Tinto, Spanyol
c. Pada tahun 1686, ditemukan lensa mikroskop yang lebih maju oleh Antony
Van Leeuwenhoek yang dapat digunakan untuk melihat mikroba. Karena
penemuannya tersebut, Antony menjadi manusia pertama yang melihat
mikroba. Setelah penemuan lensa mikroskop tersebut, penelitian tentang
mikroorganisme semakin berkembang pesat.
d. Tahun 1800, Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian yang komprehensif
tentang perkembangbiakan hewan.
e. Tahun 1856 - 1865, Gregor Mendel mengawali penelitian genetika tumbuhan
dengan menggunakan tanaman kacang ercis. Pada akhirnya dari penelitian
tersebut Mendel menemukan hukum pewarisan sifat induk pada turunannya.

3
f. Tahun 1870, ditemukannya mikroba dalam makanan dan minuman oleh Louis
Pasteour, yang merupakan awal berkembangnya bidang mikrobiologi
g. Tahun 1890, ditemukannya alkohol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakar motor
h. Tahun 1897, ditemukannya enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula
menjadi alkohol oleh Eduard Buchner
i. Tahun 1912 -- 1915, pada tahun inilah ditemukan teknik pengelolahan limbah
dengan menggunakan mikroba. Selain itu, mulai ditemukan pula produksi
aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri
j. Tahun 1919, mulailah digunakan kata “bioteknologi” oleh seorang insinyur
berkebangsaan Hongaria bernama Karl Ereky
k. Tahun 1928, merupakan tahun ditemukannya zat antibiotik “penisillin” oleh
Alexander Fleeming
l. Tahun 1953, ditemukannya struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh
Crick dan Watson
m. Pada tahun 1994, mulailah diproduksi penisillin dalam jumlah besar

3. Periode Bioteknologi Modern


Pada periode biteknologi modern, manusia mulai mengembangkan hasil
penelitian ilmiah untuk mendapatkan produk-produk yang efektif dan efisien.
Periode bioteknologi modern diawali dengan perkembangan pesat dalam bidang
genetika, yaitu:
a. Teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai
dengan penemuan enzim endonuklease restriksi oleh Dussoix dan Boyer.
Adanya enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong DNA pada posisi
tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan
potongan DNA lain yang dikenal dengan teknik DNA rekombinan.
b. Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, pada tahun 1976 dimulai 
program bahan bakar alkohol dari Brazil dan teknologi hibridoma yang
menghasilkan antibodi monoklonal.
c. Pada tahun 1980, Rank Hovis Mc. Dougall diberikan izin untuk memasarkan
produk jamur yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

4
d. Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan
diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk
pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin
buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly Company.
e. Pada tahun 2000-2005, proyek genom manusia dimulai dan berhasil
dilakukan, sehingga peta genom manusia dapat dibuat secara utuh. Hingga
saat ini, penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik
terus dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom
makhluk hidup.

C. Bidang-Bidang Penerapan Bioteknologi


Bioteknologi terbagi dalam beberapa bidang. Dalam bidang kesehatan
telah banyak penelitian yang memanfaatkan bioteknologi dalam mengembangkan
obat seperti stem cell. Dalam bidang pertanian dan makanan juga telah banyak
penelitian untuk menghasilkan tanaman yang dapat memproduksi buah atau
tanaman yang diinginkan. Begitupula dalam bidang teknik dan lingkungan telah
banyak penelitian yang dilakukan. Dalam bidang lingkungan misalnya membuat
alternatif plastik biodegradable yang dapat digunakan dalam berbagai industi
salah satunya industri makanan. Plastik ini dapat diurai kembali sehingga tidak
akan merusak lingkungan. Berikut beberapa bidang yang menerapkan
biotekhnologi.
Kesehatan dan Farmasi:
Produknya meliputi antibiotika, vaksin, hormon, gen terapi (diabet,
antikanker, AIDS, dan DNA rekombinan), antibiotika yang penting untuk
antitumor. Produk tersebut diproduksi dengan proses fermentasi yang belum
menggunakan bioteknologi maju. Bahan obat tanaman dapat diproduksi dengan
teknik immobilisasi, dalam penerapan ini digunakan bagian sel yaitu organela
untuk produksi bahan yang diinginkan, juga pada sel hewan dapat pula dilakukan
penerapan teknik immobilisasi sel hewan untuk penggunaan pada virus
poliomielitus, virus herpes dan interferon.
Teknik immobilisasi menjanjikan proses yang efisien dan penanganan
proses yang lebih prospektif untuk memperoleh hasil yang besar. Dalam bidang

5
kedokteran memberikan harapan diterapkan untuk intrakorporal enzymetherapi,
extrakorporal enzymtherapi dan organ artifisiil seperti membran dialysa yang
berfungsi untuk penyaringan ginjal.
Pangan dan Pertanian
Upaya peningkatan penyediaan pangan global membutuhkan
produktivitas tanaman yang lebih besar, dengan beberapa syarat seperti:
tersedianya benih atau bahan tanaman berkualitas, perbaikan sistem pertanian,
pengajaran dan pelatihan, ketersediaan input produksi dan adanya pasar untuk
tujuan komersiil. Bioteknologi menjadikan tanaman sebagai bioreaktor untuk
menghasilkan senyawa spesifik, yang sekarang lazim dinamakan pertanian
molekuler (molecular farming)
Ada 2 jenis produk utama dari teknologi ini yaitu senyawa-senyawa
bernilai tinggi yang membutuhkan skala produksi relatif kecil dan senyawa
senyawa yang dibutuhkan pada skala besar dengan biaya produksi yang rendah.
Tabel 1: Sembilan senyawa yang dihasilkan oleh tanaman transgenik dalam bidang
pertanian
Spesies
No Senyawa Manfaat Asal Gen
Tanaman
Arabidopsis Termoplastik Alcaligenes
1 Polihidroksialkanoat
thaliana biodegradable
Brasica napus Neuropeptida Manusia
2 Leu-enkefalin
(kanola)
Tembakau
Peptida Katak
3 (Nicotiana Magainin
antibakteri
tabacum)
Clostridium
Proses biomas
thermocellu
4 Tembakau Silanase termostabil dan industri
m
kertas
Bacillus
5 Tembakau Alfa-amilase Proses pangan
lichneiformis
Tembakau yang
Parasit
diinfeksi dengan Malaria, Epitope Vaksin malaria
6 malaria
tobacco mosaic
virus
Kentang Antigen
Vaksin oral Vibrio
7 (Solanum enterotoksin
kolera cholerae
tuberosum)
8 Kentang Serum albumin Klinis Manusia
Sumber: Dhanutirto (2004)

6
Pada bidang pangan dan tanaman umumnya bioteknologi yang
dikembangkan adalah tanaman transgenik. Berikut beberapa jenis tanaman
transgenik dan manfaatnya.
Tabel 2: Beberapa jenis tanaman transgenik dan tujuan pemanfaatannya
No Jenis tanaman transgenik Tujuan pemanfaatannya
1 Tanaman transgenik toleran terhadap Pengendalian tanaman rumput
herbisida dan pengganggu lainnya
2 Tanaman transgenik resistant Bt-insect Tanaman tahan hama serangga
3 Tanaman transgenik papaya Papaya yang resisten tehadap
ringspot
4 Tanaman transgenik tomat Peningkatan vit. A, menghambat
pematangan buah, tahan terhadap
tanah beragam, tahan thd bercak
bakteri
5 Tanaman transgenik padi Pembentukan beta karoten
sebagai prekusor vitamin A, tahan
terhadap kekeringan
6 Tanaman transgenik kanola Peningkatan kadar vitamin E
7 Tanaman transgenik bunga matahari Tanaman resisten terhadap jamur
putih, insekta dan toleran
herbisida
8 Tanaman transgenik rumput Toleran herbisida, tahan
kekeringan,tahan insekta dan
jamur, pertumbuhan lambat
sehingga mengurangi frekwensi
pemotongan
9 Tanaman transgenik pisang Kekebalan tubuh karena berisi
vaksin inaktivasi yang
menyebabkan kolera, hepatitis
dan diarrhea
10 Tanaman transgenik kopi Kopi tanpa cofein, aroma tetap
sama
11 Tanaman transgenik teh Kopi tanpa tein, aroma tetap sama
12 Tanaman transgenik tembakau Tembakau bebas nikotin
13 Tanaman transgeni pohon Tanaman pohon yang toleran
herbisida, resisten terhadap
insekta
Sumber: Dhanutirto (2004)
Industri dan lingkungan
Dalam bidang industri dan lingkungan telah banyak produk-produk hasil
pengembangan bioteknologi seperti Enzim, protein, asam organik, probiotik,
waste treatment, pengurai limbah minyak dilaut, pengurai kandungan logam berat,
bioleaching.

7
Sampah merupakan masalah global yang masih dirasakan dan terus
mengalami peningkatan. Sampah yang tidak dapat diurai (sampah anorganik)
merupakan salah satu masalah global yang kuantitasnya selalu meningkat setiap
tahunnya dan memberikan kontribusi terbesar dalam maalah lingkungan. Apabila
masalah sampah anorganik tidak dapat diatasi maka kesejahteraan manusia akan
terganggu. Oleh karena itu telah banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengatassi masalah tersebut, salah satunya adalah mengganti kemasan makanan,
kosmetik, obat dan produk industri lainnya dengan kemasan alternatif yang
bersifat boidegradable. Bahan yang bersifat biodegradable umumnya berbahan
dasar organik.
Poly-Lactic Acid (PLA) adalah salah satu jenis biodegradable polyester
yang memiliki rumus kimia (CH3CHOHCOOH)n serta merupakan poliester alifatik
yang terbuat dari bahan-bahan terbarukan bukan dari minyak bumi. Monomer
asam laktat merupakan bahan dasar pembuatan polimer Poly-Lactic Acid (PLA).
Asam laktat diproduksi melalui dua cara yakni disintesis secara kimiawi dan
fermentasi dengan mikroba. Produksi asam laktat melalui fermentasi lebih
menguntungkan dan lebih aman dari pada produksi melalui cara kimiawi yang
dapat merusak lingkungan dan menghasilkan campuran rasemat (Ryu et al, 2003).
Produksi asam laktat melalui fermentasi dilakukan oleh bakteri jenis mikroba
homolaktat umumnya genus Lactobacillus yang memanfaatkan karbohidrat
sebagai sumber karbon. Sumber karbon diperoleh dari substrat yang digunakan,
umumnya adalah limbah pertanian yang mengandung lignoselulosa. Semua
komponen lignoselulosa terdapat pada dinding sel tanaman. Selain aman bagi
lingkungan pemanfaatan material limbah pertanian yang bersifat alami, murah dan
tersedia melimpah sepanjang tahun juga dapat menekan biaya produksi asam
laktat, sehingga para peneneliti banyak melakukan riset dengan menggunakan
limbah pertanian.
Review ini akan membahas tentang proses produksi dan pemurnian asam
laktat dengan menggunakan bahan utama dari berbagai material limbah pertanian.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asam Laktat
Asam laktat merupakan senyawa asam organik yang digunakan secara luas
dalam bidang industri dan bioteknologi, terutama sebagai bahan industri bidang
pangan, farmasi dan industri kimia. Pemanfaatan asam laktat yang semakin
meningkat memicu para saintis melakukan penelitian khususnya pada aspek nilai
material yang digunakan. Beberapa metode telah dilakukan untuk memproduksi
asam laktat mulai dari optimasi hasil hingga pemurniannya.
Asam laktat memiliki atom karbon asimetris yang tersedia di alam dalam
dua bentuk optikal aktif. Pada manusia dan mamalia hanya terdapat L(+)-asam
laktat, namun kedua enantiomer D(-) dan L(+) dapat disintesis melalui fermentasi
karbohidrat yang dilakukan oleh bakteri asam laktat. Bentuk optikal asam laktat
jika ditempatkan dalam polarimeter akan memutar bidang cahaya terpolarisasi ke
arah kanan (searah jarum jam) sehingga diberi notasi (+) dan bersifat putar kiri
H
D(-)-asam laktat
CH

COOH
3

OH
Optical isomer
HO
L(+)-asam laktat
CH3

COOH
H

9
yang diberi simbol L. Dalam proyeksi fischer, semua gula yang ada di alam yang
mempunyai gugus hidroksil pada atom karbon kiral paling bawah terletak di kiri
dinamakan gula L. Asam laktat pada manusia dan mamalia memiliki gugus
hidroksil pada atom kiralnya terletak di kiri sehingga dinamakan L(+)-asam laktat,
struktur ini ditunjukkan oleh gambar 1.1
Gambar 1. Bentuk Enantiomer D(-)-asam laktat dan L(+)-asam laktat

Asam laktat atau 2-hydroxypropanoic acid, juga dikenal dengan asam susu,
mempunyai hidroksil dekat dengan gugus karboksil membentuk Alfa Asam
Hidroksi (AHA). Di dalam larutan air, senyawa ini dapat kehilangan proton dari
gugus asam menjadi ion laktat CH3CH(OH)COO-, larut dalam air atau etanol dan
bersifat higroskopis.
OH O OH O
H2O
CH3 C CH3 C
H OH H O-

Asam laktat ion laktat


Gambar 2. Reaksi Asam Laktat dengan Air yang Menghasilkan Ion Laktat

Hampir 90% asam laktat yang diproduksi dibuat melalui proses


fermentasi dan sisanya diproduksi melalui sintesis hidrolisis laktonitril[14].
Produksi asam laktat melalui proses fermentasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
jenis bakteri yang digunakan. Sumber karbon yang digunakan oleh mikroba dalam
memproduksi asam laktat dapat berupa gula murni seperti glukosa, sukrosa, dan
laktosa akan tetapi harga gula murni masih mahal sehingga apabila diproduksi
dalam skala besar tidak akan optimal. Oleh karena itu banyak penelitian yang
telah dilakukan untuk memproduksi asam laktat dengan variasi bakteri dan
substrat yang digunakan dengan menggunakan bahan limbah sebagai sumber
karbon sehingga nantinya dapat menekan biaya produksi.
Asam laktat disintesis melalui dua cara yakni secara kimiawi dan
fermentasi. Produksi asam laktat melalui fermentasi lebih menguntungkan karena
asam laktat yang dihasilkan lebih murni dari pada melalui proses secara kimiawi
yang selalu menghasilkan campuran rasemat (Rhandawa et al, 2012). Campuran

10
rasemat mengandung dua jenis isomer asam laktat yakni D(-)-asam laktat dan
L(+)-asam laktat, sehingga asam laktat yang dihasilkan tidak murni seperti pada
produksi melalui fermentasi yang hasilnya hanya mengandung salah satu dari
isomer asam laktat. Campuran rasemat asam laktat dapat dipisahkan menjadi asam
laktat murni melalui beberapa cara.

B. Poly-Lactic Acid (PLA)


Salah satu jenis poliester biodegradable adalah Poli-Lactic Acid (PLA)
yang pertama ditemukan oleh Carothers (DuPont) pada tahun 1932 dengan hasil
PLA yang memiliki berat molekul rendah, PLA yang diproduksi pada kala itu
dilakukan dengan memanaskan asam laktat pada kondisi vakum. Akhirnya
beberapa tahun kemudian ditemukan cara untuk meningkatkan berat molekul PLA
yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan metode polimerisasi cincin ternuka
senyawa laktida. Poly-lactic Acid (PLA) memiliki rumus kimia
(CH3CHOHCOOH)n yang merupakan polymer plastik bersifat biodegradable
sehingga aman bagi lingkungan dan thermoplastic. Dilihat dari nama polimernya

Poly-lactic Acid (PLA) dibentuk dari monomer asam laktat. Gambar 1.3
menunjukkan pembentukan Poly-lactic Acid (PLA) melalui monomer asam laktat
dengan memanfaatkan pati sebagai substrat.
Gambar 3. Pembentukan Poly-lactic Acid (PLA) melalui Monomer Asam
Laktat.

C. Pembuatan asam laktat

11
Asam laktat dapat disintesis melalui dua cara, secara fermentasi dengan
menggunakan bakteri asal laktat dan secara kimiawi.
1. Sistesis asam laktat secara fermentasi
Kemampuan mikroorganisme mengkonversi molekul kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana tergantung pada jenis kultur dan kondisi
pertumbuhan yakni kondisi lingkungan ekstrinsik dan intrinsic (lucas et al., 2007)
Metode fermentasi untuk memproduksi asam laktat umumnya menggunakan
batch fermentasi, kondisi yang digunakan pada fermentasi ini berbeda-beda
tergantung pada bakteri yang digunakan, namun pada umumnya jika bakteri
Lactobacillus delbrueckii yang digunakan suhunya berkisar antara 45-60 0C, pH
5-6,5 dan jika Lactobacillus bulgaricus suhu yang digunkan 43 0C dengan pH 6-7.
Lama fermentasi dibawah kondisi optiml sekitar 1-2 hari dengan produk asam
laktat 90-95 wt%. Zhou et al. (2003) menyatakan bahwa fermentasi bergantung
pada parameter yang digunakan, seperti pH, suhu, konsentrasi substrat dan
konsentrasi sumber Nitrogen.
Pemilihan kultur yang sesuai untuk mengkonversi jenis substrat yang
spesifik menjadi produk yang diinginkan merupakan langkah yang penting dalam
teknik fertasi (Krishna, 2005). Pada proses batch fermentasi, pertama-tama kultur
ditumbuhkan pada inoculum kemudian dipindahkan ke fermentor. Ukuran
inoculum biasanya 5-10% dari volum fermentor. Selanjutnya difermentasi pada
suhu 35-45 0C dan pH 5-6,5 dengan menambahkan laruran basa Ammonium
hidroksida (Gonzales et al., 2007). Metode fermentasi lain untuk memproduksi
asam laktat adalah fed-batch , repeated batch dan continuous batch. Namun
konsentrasi tertinggi asam laktat didapat pada metode batch fermentasi dan fed-
batch. Fermentasi untuk memproduksi L(+)-asam laktat dapat dilakukan oleh
bakteri asam laktat dan fungi seperti Rhizopus oryzae. Rhizopus sp. dapat
memproduksi asam laktat dari pati sebagai substrat, namun hasil yang diperoleh
lebih rendah dibanding bakteri asam laktat.
Bakteri asam laktat umumnya adalah bakteri gram positif, bakteri ini tidak
mensintesis porfirin dan sitokrom, oleh karena itu mereka tidak menghasilkan
ATP. Bakteri ini tumbuh dalam kondisi anaerobik namun juga dapat tumbuh
dalam kondisi aerobic. Mikroorganisme yang digunakan untuk memproduksi

12
asam laktat umumnya adaah bakteri asam laktat dan fungi berfilamen (Rhizopus).
Bateri dan fungi tersebut memanfaatkan glukosa sebagai sumber karbon untuk
memproduksi asam laktat pada kondisi anaerobic. Rhizopus sp. R. oryzae dan R.
arrhizus dapat mengkoversi pati menjadi L(+)-asam laktat melalui bantuan
aktivitas enzim amilolitik (Wee et al., 2006)
Farooq (2012) menyatakan bahwa total gula yang dimanfaatkan oleh
bakteri Lactobacillus delbrueckii lebih tinggi pada fermentasi menggunakan tetes
tebu, hal ini dimungkinkan karena pemilihan kultur dan komposisi substrat
(sukrosa) yang ada pada tetes ebu dimanfaatkan sebagai sumber karbon. Konversi
total gula menjadi asam laktat pada dasarnya tergantung pada substrat untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat atau kultur (John et al., 2009). Tetes tebu
merupakan cairan yang masih mengandung gula setelah proses penghilangan gula
dari mother syrup. Tetes tebu mengandung sukrosa, glukosa dan fruktosa pada
konsentrasi total karbohidrat 45-60% (Mariam et al., 2009).
Produksi asam laktat komersial dengan menggunakan metode fermentasi
bergantung pada raw material yang digunakan. Sehingga pemilihan raw material
untuk produksi industry sangatlah penting, aspek yang dipertimbangkan adalah
dapat menekan biaya produksi, kecepatan fermentasi, produk asam laktat yang
tinggi, tingkat kontaminasi rendah dan tersedia sepanjang tahun (Randhawa et al.,
2012). Oleh karena itu limbah pertanian banyak dimanfaatkan sebagai sumber
karbon dalam memproduksi asam laktat melalui metode fermentasi. Dalam
limbah pertanian seperti ampas tebu, bonggol jagung, batang jagung, jerami dan
lain-lain mengandung lignoselulosa. Selain murah juga dapat melestarikan
lingkungan sekitar. Lignoselulosa mengandung selulosa damiselulosa yang
dibangung oleh monomer heksosa dan gula pentose. Proses prokok terletak pada
hidrolisis lignoselulosa oleh enzim selulotik atau hemiselulotik untuk
mendapatkan gula yang nantinya dapat digunakan pada proses selanjutnya yakni
fermentasi. Pretreatment yang dilakukan baik secara mekanik ataupun kimiawi
berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel lignoselulosa agar mempermudah
menghilangkan lignin (Maas et al., 2008). Peberian suplemen (nutrisi) pada media
fermentasi sangatlah penting agar produksi asam laktat berjalan cepat. Ekstrak
khamir merupakan nutrien yang umum digunakan dalam produksi asam laktat,

13
akan tetapi cara ini dapat meningkatkan biaya produksi sehingga alternatifnya
adalah menggantinya dengan corn steep, dimana cairan ini mengandung 85%
Nitrogennya berasal dari asam amino, peptide dan protein (Wee et al., 2006).

2. Sintesis asam laktat secara kimiawi


Sintesis asam laktat secara kimiawi bergantung pada senyawa laktonitril.
Pada kondisi basa asetaldehid ditambah hydrogen sianida untuk menghasilkan
laktonitril. Reaksi terjadi pada kondisi tekanan tinggi pada fasa cair. Selanjutnya
crude laktonitril diperoleh dan dimurnikan dengan cara hidrolisis. Laktonitril
dihidrolisi dan ditsmbah dengan asam sulfat pekat atau asam klorida untuk
menghasilkan asam laktat dan garam ammonium, kemudian asam laktat yang
diperoleh diesterifikasi dengan methanol untuk memproduksi metil laktat
kemudian dihidrolisis kembali untuk menghasilkan asam laktat dan methanol
(gambar 1.4). Sistesis asam laktat secara kimiawi menghasilkan campuran rasemat
D-asam laktat dan L-asam laktat.
 Penambahan hydrogen sianida
CH3CHO + HCN ------- CH3CHOHCN

 Proses hidrolisis dengan H2SO4


CH3CHOHCN + H2O + ½ H2SO4 -------- CH3CHOHCOOH +
½ (NH4)2SO4
Gambar 4. Proses Reaksi Sintesis Asam Laktat Secara Kimiawi

3. Optimasi fermentasi asam laktat


Beberapa variabel pada proses fermentasi menggunakan raw material
telah dioptimasi. Produk asam laktat dipengaruhi oleh suhu, waktu fermentasi
dan konsentrasi substrat. Hasil tertinggi diperoleh saat fermentasi selama 7 hari
dengan media yang mengandung 18% konsentrasi substrat yakni 7,76 ± 0,08
g/100mL (77,6 g/L) pada suhu 42 0C (Randhawa et al., 2012). R. oryzae NRRL
395 yang diimobilisasi dengan busa poliuretan digunakan sebagai
mikroorganisme fermentasi penghasil asam laktat dengan hasil maksimum asam

14
laktat 93,2 g/L saat menggunakan glukosa sebagai substrat dengan konsentrasi
150 g/L, pH 6,39 dan kecepatan agitasi 147 rpm (Tanyildizi et al., 2012).

4. Pemurnian asam laktat


Pemurnian atau product recovery merupakan tahapan penting dalam
memproduksi asam laktat. Broth fermentasi mengandung residu gula, nutrisi da
asam organic lain yang menyebabkan produk tidak murni. Residu tersebut harus
dihilangkan agar memperoleh asam laktat murni. Untuk memurnikan L(+)-asam
laktat yang diproduksi dari fermentasi mikrobial, maka digunakan metode
kromatografi penukar ion. Metode sangat selektif dan menghasilkan produk
murni dengan biaya rendah serta waktu penggunaannya sangat cepat. Asam kuat
umumnya digunakan sebagai resin penukar kation (Zhang et al., 2004).
Permukaan aktiv molekul seperti protein dan enzim dipisahkan menggunakan
metode FS (foam separation). Kurt (2006) menyatakan bahwa metode FS sangat
efisien untuk pemurnian asam laktat, ekstrak khamir dan residu bir spent brewer.
Pada metode elektrodialisis bipolar, DK nanofiltrasi dugunakan untuk
memurnikan asam laktat. Ion Mg2+ dan Ca2+ dihilangkan dari sodium laktat
dengan nanofiltrasi sebelum dilakukan elektrodialisis. Hasil maksimum
pemurnian diperoleh saat transmembran bertekanan tinggi. Ion pfosfat dan ion
sulfat juga sebagian dihilangkan. Asam laktat dapat diekstraksi dari larutannya
dengan menggunakan n-butanol sebagai ekstraktan. Ekstraksi asam laktat
dipengaruhi oleh pH, waktu pencampuran, konsentrasi awal asam laktat, dan
rasio antara fasa organik dan fasa cair. Derajat asam laktat dan koefisien
distribusi meningkat saat pH larutan tinggi (Chawong et al., 2011). Proses
pemurnian asam laktad dari subtansi pengotornya ditunjukkan oleh gambar 4.

15
Gambar 4. Proses Pemurnian Asam Laktat dari Broth Fermentasi dengan
Metode Membran Sebagai Pemisah

16

Anda mungkin juga menyukai