Manifestasi Neurologis Covid-19 Pada Anak
Manifestasi Neurologis Covid-19 Pada Anak
Oleh :
Iola Salsabila
1930912320034
Pembimbing :
PENDAHULUAN
menjadi pandemi yang menginfeksi lebih dari sembilan juta orang (pada
pertengahan Juni 2020). Pada orang dewasa, gejala COVID-19 ditemukan mulai
dari yang asimtomatik hingga gagal napas berat.1 COVID-19 yang terjadi pada
anak memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah, tetapi tidak menutup
enzyme 2 (ACE2) yang dihasilkan oleh neuron dan sel glia, sehingga mekanisme
disebabkan oleh virus yang menginvasi langsung ke sistem saraf pusat (SSP). 1
Jika dibanding orang dewasa, COVID-19 pada anak-anak dan dewasa muda
mungkin tidak memberikan manifestasi klinis yang lebih bahaya. 3 Namun, pada
beberapa kasus, kasus COVID-19 pada anak juga dapat menimbulkan komplikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
di mana virus ini merupakan virus ke-7 coronavirus. 2 Anak menurut World
<18 tahun.5 Jadi, dapat didefinisikan COVID-19 pada anak adalah seseorang
2.2 Epidemiologi
setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020.
Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian
2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus
lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia,
Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan,
sejumlah dua kasus.6 Terhitung hingga tanggal 17 Juli 2020, Amerika Serikat
pada anak usia 10-19 tahun ditemukan sebanyak 594/72.314 atau 1% dari seluruh
kasus; sedangkan kelompok usia <10 tahun sebanyak 416/72.314 (0,9%) kasus.5
disebabkan oleh virus patogen yang berbahaya yaitu severe acute respiratory
RNA coronavirus. Studi laboratorium mengungkap bahwa reseptor sel host utama
ACE2 ini dihasilkan oleh neuron dan sel glia yang berada di sistem saraf pusat
(SSP). Karena itu, hal ini menjadi target potensial bagi COVID-19 menginvasi
Jalur persarafan
ada di nasal dan SSP. Struktur seperti ini yang membuat mudahnya
virus masuk melalui jalu neuronal. Virus yang masuk melalui nasal
anaerob di mitokondria yang ada di sel otak. Akumulasi dari produk akhir
dan nyeri kepala yang disebabkan karena iskemik dan kongesti. Jika
hipoksia ini terus berlanjut, edema serebral dan gangguan sirkulasi pada
Maka dari itu, banyak pasien COVID-19 yang mengalami hipoksia yang
oleh sistem imun. Patologi dari infeksi virus yang erat kaitannya dengan
yang persisten dan kemampuannya yang dapat mengaktivasi sel glia dan
faktor-faktor inflamatori dalam jumlah besar seperti IL-6, IL-12, IL-15, dan
TNF-α setelah terinfeksi CoV. Maka dari itu, aktivasi dari sel imun pada
dan otot-otot skelet yang berfungsi dalam meregulasi tekanan darah dan
target utama dari berbagai jenis CoV dan virus influenza. Berikatan dengan
dengan ACE2 yang dihasilkan pada endotelium. Virus tersbeut juga dapat
sistem vaskular.11
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Asimtomatik
2.4.2 Mild
indera penciuman. Manifestasi klinis tipikal berupa mual, muntah, diare, dan
2.4.3 Moderate
demam (biasanya persisten dan di atas 37,8 oC), dan batuk kering. Pada
dan konsolidasi paru. Selain itu, juga ditemukan bunyi crackles atau
2.4.4 Severe
kerusakan paru sebanyak lebih dari 50%, diare, mual, dan muntah.
2.4.5 Critical
saraf pusat (SSP), sistem saraf perifer, dan otot skelet. Pada pasien COVID-19
dan gangguan pada otot skelet merupakan hal yang lebih sering terjadi.
Menurut Helms et al, pasien dengan ARDS yang terinfeksi SARS-CoV-2 juga
mendapatkan gejala neurologis saja termasuk nyeri kepala, lesu, malaise, dan
juga bisa didapatkan pada bayi seperti distonik ekstensi tungkai dan gangguan
respons.12
terjadi termasuk kerusakan neuronal dan lesi pada jaringan saraf. Pada
onsetnya bersifat akut dan gejala yang sering ditemui adalah nyeri
ini terdapat adanya SARS-CoV-2. Adanya solid basis pada CoV inilah
pada penyakit ini. Perubahan patologis yang mendasari pada penyakit ini
klinis seperti nyeri kepala, disforia, gangguan mental, dan delirium. Pada
Secara kolektif, temuan ini dapat menjadi bukti bahwa COVID-19 dapat
yang disebabkan oleh virus adalah fakor risiko independen untuk acute
peningkatan nilai D-dimer dan penurunan jumlah platelet yang parah, hal
COVID-19. Pada penelitian Mannan et al, dari 50 pasien anak yang terinfeksi
pada SSP yang ditemukan adalah ensefalopati, nyeri kepala, disartria, disfagia,
miopati. 1
12
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
(diare, mual, muntah). Faktor risiko juga penting dalam anamnesis (kontak
2.7 Penatalaksanaan
beberapa hal yang bisa dilakukan adalah isolasi dan perawatan suportif termasuk
terapi oksigen, manajemen cairan, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder.
Beberapa pasien COVID-19 berkembang dengan cepat menjadi ARDS dan syok
septik, yang akhirnya diikuti oleh kegagalan organ multipel. Saat ini, tidak ada
vaksinasi yang tersedia, tetapi bahkan jika ada, penggunaannya mungkin kurang
optimal.2 Terapi imun juga dapat diberikan pada pasien anak dengan COVID-19
375 mg/m2.1
BAB III
PENUTUP
Saat ini, COVID-19 merupakan pandemi yang dapat menyerang siapa saja
tetapi jika ditemui kasus COVID-19 pada anak dengan adanya kondisi penyakit
yang mendahului akan memberikan manifestasi klinis yang serius termasuk pada
ada temuan antiviral yang efektif untuk mengobati penyakit ini sehingga hanya
terapi suportif dan simtomatis saja yang dapat diberikan untuk mencegah adanya