Abstrak
Orang-orang pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti manajer, direktur, kepala
dan sebagainya, memiliki kekuasaan (power) dalam konteks memengaruhi perilaku
orang-orang yang secara struktural organisasi berada di bawahnya.Sebagian pimpinan
menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu menumbuhkan motivasi
karyawan untuk bekerja dan melaksanakan tugas dengan lebih baik.Namun, sebahagian
pimpinan lainnya tidak mampu memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga aktivitas
untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas tidak dapat dilakukan dengan baik.
Studi yang mempunyai hubungan dekat dengan kekuasaan dalam organisasi adalah
politik.Politik seperti halnya kekuasaan adalah sesuatu yang nampak dan dialami dalam
kehidupan setiap organisasi.Akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku
keorganisasian, karena keberadaannya dapat memengaruhi perilaku orang-orang yang
ada dalam organisasi.Untuk menyelesaikan konflik sesuai dengan keinginan individu
atau subunit seringkali harus terlibat dalam perilaku politik untuk meningkatkan
kekuasaan dan pengaruhnya.
A, Pendahuluan
B. Pembahasan
1
James G. March and Thierry Weil, On Leadership (Malden : Blackwell Publishing, 2005) h. .52
2
Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership,
2nd Edition (Santa Barbara: Praeger, 2009) ,h. 5
4
3
Gareth Morgan, Images of Organization (Thousand Oaks, California: Sage Publications, 2006) h.166.
4
Stephen P. Robbins, Organisational Behaviour: Global and Southern African Perspectives, 2nd Edition (Cape
Town: Pearson Education South Africa (Pty) Ltd., 2009) h.15
5
Penulis lain semisal John A. Wagner and John R. Hollenbeck justru menawarkan
definisi kekuasaan dari para politisi semisal Winston Churchill dan Bill Clinton, yaitu “
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dan membujuknya untuk
melakukan hal-hal yang tidak bisa mereka tolak.” Sebab itu, Wagner and Hollenbeck
mendefinisikan kekuasaan sebagai“ ... kemampuan, baik untuk mempengaruhi perilaku
orang lain ataupun untuk melawan pengaruh yang tidak diinginkan.” 5
Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah
kekuatan yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana
influence (pengaruh) adalah apa yang kita gunakan saat kita menggunakan kekuasaan.
Seorang manajer membiakkan kekuasaan dari aneka sumber, baik dari organisasi yang
disebut sebagai “power position” ataupun dari personalitasnya sendiri yang disebut
“personal power.”
Dari manakah sumber-sumber kekuasaan? Para penulis berbeda pendapat – kendati punya
banyak kesamaan satu sama lain – seputar sumber kekuasaan di dalam organisasi. Ada baiknya
kita tinjau pendapat Gareth Morgan tentang sumber kekuasaan dalam organisasi, yang
menurutnya berasal dari:8
1. Otoritas formal;
2. Kendali sumber daya langka;
3. Penggunaan struktur, aturan, dan kebijakan organisasi;
4. Kendali proses pembuatan keputusan;
5. Kendali pengetahuan dan informasi’
6. Kendali batasan (boundary) organisasi;
7. Kendali teknologi;
8. Aliansi interpersonal, jaringan, dan kendali atas “organisasi informal”;
9. Simbolisme dan manajemen makna (filosofi organisasi);
10. Gender dan manajemen hubungan berbasis gender;
11. Faktor-faktor struktural yang menentukan tahap-tahap tindakan; dan
12. Kekuasaan yang telah seorang miliki.
Revisi atas taksonomi French and Raven dilakukan oleh Ronald J. Stupak and
Peter M. Leitner dalam Handbook of Public Quality Management tahun 2001, di mana
mereka menerima 5 jenis kekuasaan French and Raven tetapi menambahkannya
8
Gareth Morgan, Images.h. 167.
Douglas Fireholm, tentang Organizational . h. 216
9
7
menjadi:10
Taksonomi French and Raven juga diadopsi oleh Stephen P. Robbins. Bagi
Robbins, sumber kekuasaan dikategorikan ke dalam 2 lokus, yaitu: (1) Kekuasaan
Formal dan (2) Kekuasaan Personal. Kekuasaan Formal didasarkan posisi individu
dalam organisasi.Kekuasaan formal juga bisa datang dari kemampuan seorang pejabat
melakukan tindak koersif, reward, juga otoritas.Kekuasaan personal datang dari
individu sendiri.Mereka tidak harus punya posisi formal untuk berkuasa.Orang-orang
yang kompeten bekerja, kendati bukan manajer atau pimpinan, bisa berkuasa.Kekuasaan
ini datang dari karakteristik unik mereka.
Taksonomi jenis dan sumber kekuasaan dari Robbins adalah sebagai berikut:
10
Ronald J. Stupak and Peter M. Leitner, Handbook of Public Quality Management, (Boca Raton,
Florida: CRC Press, 2001). h.78
8
Kemunculan dimensi politik dalam organisasi ini akan kami tutup dengan model analisis
dari Stephen P. Robbins. Model analis tersebut sebagai berikut
:
9
C. KESIMPULAN
Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah
kekuatan yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana
influence (pengaruh) adalah apa yang kita gunakan saat kita menggunakan kekuasaan.
Seorang manajer membiakkan kekuasaan dari aneka sumber, baik dari organisasi yang
disebut sebagai “power position” ataupun dari personalitasnya sendiri yang disebut
“personal power.”
pendapatGareth Morgan tentang sumber kekuasaan dalam organisasi, yang menurutnya berasal
dari:
1. Otoritas formal;
10
DAFTAR PUSTAKA