Anda di halaman 1dari 7

KORUPSI, BAHAYA BERDAMPAK NYATA

Andreas Renaldy Nugrahanto

Universitas Negeri Semarang


Jalan Raya Sekaran, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati, Kota
Semarang, 50229
humas@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK

Sejatinya politik merupakan bentuk pelayanan kepada negara (publik) demi


terciptanya tujuan dan cita-cita bersama. Namun politik kini lebih dimaknai
sebagai tindakan untuk memperoleh keuntungan pribadi oleh berbagai pihak.
Melalui kegiatan politik, para pemangku kekuasaan seakan terbiasa untuk
bertindak korup. Terlepas dari hukum yang ada, korupsi memang sudah menjadi
satu kesatuan dengan budaya perpolitikan di Indonesia, menyebabkan kegiatan
politik menjadi ladang penghasil uang haram dan berdampak merugikan publik;
menunjukkan kedangkalan berpikir para penguasa dan pejabat sehingga menjadi
bisnis politik semata yang tak beretika.

Kata Kunci : Korupsi; Budaya; Dampak.

ABSTRACT

In fact, politics is a form of service to the state (public) for the creation of
common goals and ideals. However, politics is more interpreted as various
actions to gain personal gain by parties. Through political activities, it seems as if
the power holders are accustomed to acting corruptly. Apart from the existing
law, corruption has indeed become an integral part of the political culture in
Indonesia, causing political activity to become a field for producing illicit money
and having an adverse impact on the public; shows the superficiality of thinking
of the rulers and officials so that it becomes merely a political business that is
unethical.

Keywords: Corruption; Culture; Impact.


PENDAHULUAN

Korupsi merupakan gejala yang sangat sulit untuk diberantas. Praktik tercela
ini disinyalir sudah menjadi bagian dari budaya, sehingga dalam pikiran banyak
orang terkesan sebagai sesuatu yang lumrah untuk dilakukan, meskipun secara
moral dan hukum diakui sebagai hal yang salah. Tidak hanya mengancam
perekonomian negara, nyatanya korupsi juga dapat mengancam lingkungan hidup,
lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan hak-hak dasar
kemerdekaan, dan yang paling buruk adalah menghambat jalannya pembangunan
dan semakin memperparah kemiskinan. Di samping itu, korupsi juga terbukti
telah melemahkan kemampuan pemerintahan untuk memberikan pelayanan-
pelayanan dasar dan memperlebar jurang ketaksetaraan dan ketakadilan. Korupsi
menjadi unsur penting yang menyebabkan ekonomi tak mampu memberantas
kemiskinan dan meningkatkan pembangunan.

Korupsi benar-benar telah menjadi permasalahan akut dan sistemik yang


sangat membahayakan dan merugikan Negara maupun masyarakat. Modus dan
pelaku kejahatan korupsi selalu berganti secara cepat. Sementara itu, laju
perubahan undang-undang sendiri selalu terlambat beberapa langkah di belakang
kejahatannya. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak orang,
kelompok, maupun oknum tertentu untuk melakukan berbagai perbuatan yang
dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Untuk lebih lanjut akan kita
bahas dalam paper berjudul “Korupsi Bahaya yang Berdampak Nyata”.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi Secara Umum

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang


artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut
Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan
umum. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber
kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri. Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999,
korupsi adalah tindakan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi juga
diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

B. Dampak Korupsi Dalam Berbagai Bidang

A. Dibidang ekonomi

1. Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Baik pihak asing maupun


lokal akan sulit dalam menanamkan modal karena ketidakpercayaan dan
kurangnya kepastian hukum dalam melakukan investasi akibat sering
terjadinya kasus korupsi.

2. Penurunan produktifitas. Produktifitas menurun terjadi karena


terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang lebih
maju. Faktor ini dapat mengakibatkan terjadi PHK sehingga angka
pengangguran serta kemiskinan dapat meningkat dengan pesat.
3. Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik. Beras murah yang tidak
layak untuk dimakan, jembatan dan bangunan yang ambruk, ini adalah
contoh rendahnya kualitas barang dan jasa sebagai akibat dari korupsi.
Adanya pondasi yang kurang kokoh karena ada korupsi dibalik proyek
pembangunan tersebut, ada suap, ada pengurangan bahan untuk pondasi
yang digunakan penyelewengan uang proyek merupakan contoh-contoh
yang kerap ditemui.

4. Menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak. Banyak sekali pegawai


dari sektor pajak yang memperkaya diri sendiri dengan mengkorupsi
pajak, mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak
sehingga berdampak buruk pada percepatan pembangunan.

B. Bagi Sosial-Masyarakat

1. Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik. Rendahnya kualitas


pelayanan, keterbatasan akses, distribusi, kesehatan, pendidikan. Karena
terjadi penyelewengan dana kepada para koruptor.

2. Pemberantasan kemiskinan berjalan lambat. Koordinasi pendataan serta


penyelewengan pendanaan karena korupsi yang semakin mempersulit
permasalahan kemiskinan itu sendiri sehingga masyarakat semakin
kesulitan karena tidak mendapatkan bantuan.

3. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin. Harga bahan pokok


melambung tinggi, masyarakat miskin tidak dapat membeli, pendidikan
dan kesehatan yang mahal, serta rumah layak huni dan informasi hukum
yang tidak sampai dan kurang berpihak pada masyarakat miskin.

4. Meningkatnya angka kriminalistas dalam masyarakat. Korupsi terjadi


dimana-mana, mulai dari masyarakat kecil sampai pejabat leluasa
melanggar hukum untuk berkorupsi menciptakan stigma bahwa tindakan
melanggar hukum merupakan hal yang biasa dan sudah dilumrahkan.
C. Dibidang Politik

1. Munculnya kepemimpinan korup. Contohnya adanya suap kepada


masyarakat dari calon-calon pemimpin partai saat pesta demokrasi.
Masyarakat akan dituntun untuk memilih pemimpin yang korup akibat
orientasi akan money-politics.

2. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi. Berkurangnya


kepercayaan masyarakat pada demokrasi karena terjadi tindak korupsi
para pejabat negara, legislatif, maupun petinggi partai politik sehingga
masyarakat tidak lagi percaya kepada sistem pemerintahan saat ini

3. Birokrasi tidak efisien. Tujuan birokrasi untuk memberikan pelayanan


kepada publik. Penting untuk membanu pemerintah dalam menjalankan
program dan kebijakan untuk publik. Contohnya banyak investor yang
ingin menanamkan modalnya tapi karena melalui birokrasi ini sangat
sulit dan berbelit pada akhirnya suaplah jalan tercepat yang ditempuh..

D. Dibidang Budaya

1. Matinya etika sosial. Jika ada salah satu dari anggota kelompok
melakukan korupsi, kelompok itu akan rela melindungi anggotanya
dengan berbagai cara. Banyak pejabat negara yang tertangkap karena
korupsi namun tidak merasa salah.

2. Menguatnya sisi individualisme dalam masyarakat. Masyarakat menjadi


apatis tentang program yang dibuat pemerintah, anggapan mereka
program tersebut tidak akan mengubah kondisi mereka. Ini
mengakibatkan masyarakat cenderung berusaha menyelamatkan diri
sendiri menggunakan cara-cara negatif.

3. Tidak efektifnya peraturan dan perudang-undangan. Masyarakat menjadi


acuh dan tak patuh kepada hukum. Hukum pun menjadi lahan suap bagi
para pemangku kepentingan. Sistem yang ada menjadi kacau sehingga
hukum dan undang-undang kehilangan authority nya dalam menjaga
keseimbangan didalam negara dan masyarakat.

KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, rendahnya sumber
daya manusia, serta struktur ekonomi. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai
bidang diantaranya, bidang politik, ekonomi, dan budaya yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Lele, Gabriel. 2008. Memahami Etika Birokrasi Publik: Sebuah Diagnosis


Institusional, Pusat Pengkajian Penelitian BKN, Vol.2 No.2

Hartanti, Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.

Abidin, Zainal. 2015. Psikologi Korupsi: Memahami Aspek-Aspek Psikologi


Pelaku Korupsi, Pola-Pola Perilaku Korupsi, dan Pola-Pola Penanganan
Korupsi di Indonesia. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Rosidi, Ajip. 2006. Korupsi dan Kebudayaan: Sebuah Karangan Lepas. Bandung:
Pustaka Jaya

Anda mungkin juga menyukai