Anda di halaman 1dari 18

.

Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Konsep belajar
sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar yang disadari
atau tidak sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku
atau media elektronik, belajar di rumah, di sekolah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip belajar yang diperhatikan antara lain:
1.    Kontinguitas
2.    Pengulangan
3.    Penguatan
4.    Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar
5.    Tesedia materi pelajaran yang lengkap
6.    Upaya membangkitkan keterampilan intelektual

Sedangkan perlengkapan peserta didik atau warga belajar sebagai subyek dalam garis
besarnya antara lain:
1.    Watak
2.    Kemampuan umum atau IQ
3.    Kemampuan khusus atau bakat
4.    Kepribadian
5.    Latar belakang
6.    Kecakapan, kepribadian individu
7.    Kecerdasan
8.    Kreativitas
DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Mitsaq Pustaka, 2011.


Maunah, Binti, Landasan Pendidikan,Yogyakarta: Teras, 2009.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
 
LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKANPENDAHULUAN
Latar Belakang
Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah
Landasan Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis dalam Pendidikan.
Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan psikologis dalam pendidikan maka
pembahasan yang kami lakukan sangat perlu untuk dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting
dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan pendidikan
termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.Perbedaan individual terjadi karena adanya
perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan
kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan
aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik
perlu memahami perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya
maupun arah perkembangannya.
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar pendidik dapat memahami
perkembangan peserta didiknya berdasarkan tahapan usia perkembangannya sehingga
diharapkan tidak ada kekeliruan dalam mengenali dan menyikapi peserta didiknya. Dengan
demikian proses pendidikan pun akan berjalan dengan lancar.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:Bagaimanakah pengertian
landasan psikologis dalam pendidikan?Bagaimanakah implikasi landasan psikologi dalam
pendidikan?1
 
PEMBAHASAN
Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psiologis sangat diperlukan
penerapannya dalam bidang pendidikan. Misalnya pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi,
urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk
mengembangkannya. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan
pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi. Individu memiliki bakat,
kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan
yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum
perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis
besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya
dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikit, dan belajar
(Tirtarahardja, 2005: 106).
Perkembangan Individu dan Faktor yang Mempengaruhinya2.1 Perkembangan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik

Landasan Psikologis Pendidikan


Landasan Psikologis Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami
perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan
berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan
gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu
memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun
pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut
karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.Dasar-dasar
pemahaman dan pengkajian tersebut diambil dari suatu cabang ilmu yang disebut psikologi.[1]
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subjek dan
objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi
sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis
anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan secara efektif (Yusuf, 2000:2).[2]
B.       Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian landasan psikologi dalam pendidikan ?
2.    Bagaimanakah implikasi  landasan psikologi dalam pendidikan?
C.       Tujuan Pembahasan
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pengertian landasan
psikologis dalam pendidikan dan implikasi landasan psikologi dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Landasan Psikologi dalam Pendidikan


Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa
dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006)
karena :
Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis  dengan
metode-metode ilmiah.[3]
Menurut Pidarta,Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa
itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam
sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang
berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.[4]
Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan yang
berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang
berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku
sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-
mengajar. Karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar
dalam proses pendidikan sangat diperlukan.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang
berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari
psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.[5]
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya
dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar
(Tirtarahardja, 2005: 106).
Dengan demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan.Antara psikologi
dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek
pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis  dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam
proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat
mutlak.Analisi psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak
didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.
Menurut pandangan ilmu psikologi bahwa pendidikan adalah : 1. proses yang dilakukan
seseorang untuk megembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku yang bernilai positif dalam
masyarakat dimana orang itu hidup; 2. menyiapkan individu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya; 3. proses pertumbuhan atau pengembangan kekuatan, kemampuan dan minat
(Mantja,2001).
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang
sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali.Makin
besar anak itu makin berkembang pula jiwanya.dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya
anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar ,sebab pada masa
ini mereka peka untuk belajar, punya waktu banyak untuk belajar, belum berumah tangga,
bekerja , dan bertanggungjawab terhadap kehidupan keluarga. Masa belajar ini bertingkat-tingkat
sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka.Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan
terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh
anak-anak.[6]

B.       Implikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan


1.    Psikologi Perkembangan
       Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun
secara mental sejak berada didalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal.proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses
belajar dari waktu ke waktu.Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu
dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis,misalnya seorang anak yang beranjak
dewasaakan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.[7]
       Kematangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu .Yang
dimaksud kematangan ini adalah “siapnya suatu fungsi kehidupan, baik fisik maupun psikis
untuk berkembang dan melakukan tugasnya”.[8]
       Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang,    
misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar
yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.Manusia
dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia
dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam
perkembangannya tersebut diantaranya adalah aspek fisik,mental,emosional, dan sosial. 
               Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan
yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat proses perkembangan terdapat nilai-nilai
universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan.Prinsip perkembangan
tersebut diantaranya sebagai berikut : 1. perkembangan terjadi terus menerus hingga manusia
meninggal dunia ; 2. kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda ; 3. semua aspek
perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya ; 4. arah perkembangan
individu dapat diprediksi ; 5. perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai
karakteristik tertentu.

2.    Pengaruh Hereditas dan Lingkungan terhadap Perkembangan Individu


          Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan dan belajar.Dua faktor
( hereditas dan lingkungan) berpengaruh terhadap perkembangan individu.hereditas diartikan
sebagai“ totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi(masa pembuahan
ovum oleh sperma)sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen“.[9]Lingkungan
adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu itu terlibat atau terpengaruh
karenanya.Individu akan akan menerima pengaruh dari lingkungan, memberi respon kepada
lingkungan, mencontoh atau belajar tentang berbagai hal dari lingkungan[10]. Terdapat
perbedaan pendapat dari beberapa para ahli mengenai faktor mana yang paling mempengaruhi
perkembangan individu.Perbedaan pendapat itu adalah :
a.    Nativisme ( pembawaan )
            Tokohnya Schoupenhower ( Jerman).Pendapat aliran ini adalah, bahwa perkembangan 
individu itu semata-mata ditentukan oleh sesuatu yang telah ada didalam diri individu yang
dibawa sejak lahir ( pembawaan ).Menurut pendapat ini lingkungan tidak mempunyai peranan
terhadap perkembangan individu tersebut.Implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu
kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta
didik.Berdasarkan hal itu, peranan pendidikan atau sekolah sedikit sekali dapat dipertimbangkan
untuk dapat mengubah perkembngan peserta didik.Teori demikian dipandang sebagai teori yang
pesimistis terhadap upaya-upaya pendidikan untuk dapat mengubah atau turut menentukan
perkembangan individu.
b.    Empirisme ( pengalaman )
            Tokohnya : John Locke ( Inggris ).Pendapatnya: bahwa perkembangan individu itu semata-
mata ditentukan oleh lingkungan.John Locke seorang tokoh yang terkenal dengan teorinya: “
Tabula rasa ”, yaitu yang menganggap, bahwa anak yang dilahirkan itu bagaikan meja lilin atau
kertas putih bersih, yang belum kena coretan apapun.Implikasinya teori empirisme terhadap
pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat
membentuk kepribadian peserta didik; Tanggung jawab pendidikan sepenuhnya ada di pihak
pendidik.Teori Empirisme memberikan implikasi yang bersifat optimistis terhadap pendidikan
untuk dapat sepenuhnya mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu seperti apa
yang diharapkan pendidik.
c.    Konvergensi
     Tokohnya William Stern ( Jerman ).Pendapatnya: pembawaan dan lingkungan merupakan dua
faktor yang sama kuat menentukan perkembangan individu.[11]Implikasi teori konvergensi
terhadap pendidikan yaitu memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu
perkembangan kepribadian individu sesuai yang diharapkan , namun demikian pelaksanaannya
harus tetap memperhatikan faktor-faktor hereditas peserta didik: kematangan, bakat,
kemampuan, keadaan mental dan sebagainya.
3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu
Tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan dalam rentang kehidupan indivu
dapat diuraikan sebagai berikut :
a.    Tugas Perkembangan Usia Bayi dan Kana-Kanak (0,0-6,0) yaitu belajar berjalan,belajar
memakan makanan padat,belajar berbicara, belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet
training),belajar mengenal perbedaan jenis kelamin,mencapai kestabilan jasmaniah
fisiologis,belajar memahami konsep-konsep sederhana tentang kehidupan sosial dan alam,belajar
melakukan hubungan emosional dengan orang tua,saudara, dan orang lain.Belajar mengenal
konsep baik dan buruk (mengembangkan kata  hati).Mengenal konsep,norma atau ajaran agama
secara sederhana.
Implikasinya terhadap pendidikan yaitu Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan
bagi perkembangan peserta didik pada masa prasekolahdan kanak-kanak : Memberikan tanggung
jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan terus menerus. Latihan
harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan. Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik. Menyediakan benda-benda untuk di
eksplorasi. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil.
Menggunaka program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dan lain-lain.. Memperbanyak
aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat aturan-
aturan.
Menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak ; dan menambah tanggung jawab
anak. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projek- projek dan permainan kelompok.
Membangkitkan rasa ingin tahu. Secara konsisten mengupayakan disipilin yang tegas dan dapat
dipahami. Menghadapkan anak pada gagasan-gagasan dan pandangan- pandangan baru.
Bersama-sama menciptakan aturan dan kejujuran. Memberikan contoh model hubungan sosial.
Terbuka terhadap keritik.
b.    Tugas Perkembangan Usia Sekolah Dasar (7,0-12 tahun) yaitu belajar memperoleh keterampilan
fisik untuk melakukan permainan.Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis ( dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri).Belajar bergaul
dengan teman sebaya.Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.Belajar
keterampilan dasar dalam membaca,menulis dan berhitung.Belajar mengembangkan konsep 
(agama,ilmu pengetahuan,adat istiadat) ehari-hari.Belajar mengembangkan kata hati(pemahaman
tentang benar-salah baik-buruk).Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi pribadi
(bersikap mandiri).Belajar mengmbangkan sikap positif terhadap kehidupan sosial.Mengenal dan
mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
c.    Tugas Perkembangan Usia Remaja (13-19 tahun) yaitu menerima fisiknya sendiri berikut
keragaman kualitasnya.Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orang tua dan orang lain tanpa
tergantung kepadanya).Mengembangkan keterampilan komunikasi intern personal.Mampu
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar.Menemukan manusia model yang
dijadikan pusat identifikasinya.menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.Memperoleh self-control ( kemampuan mengendalikan sendiri) atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.Mampu meniggalkan reaksi dan penyesuaian
diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan.Bertingkah laku yang bertanggungjawab secara
social.Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga
Negara.Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).Memiliki sikap positif terhadap
pernikahan dan hidup berkeluarga.Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Implikasinya terhadap pendidikan  yaitu perlakuan pendidik (orang dewasa) yang
diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja awal : Memberikan kesempatan
berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar.
Menerima makin dewasanya peserta didik. Memberikan tanggung jawab secara berangsur-
angsur. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa remaja akhir : Menghargai pandanganpandangan peserta didik. Menerima kematangan
peserta didik. Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja
secara cermat. Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir. Menggunakan
kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah. Berkreasi bersama dan bersamasama
menegakan berbagai aturan.
d.   Tugas Perkembangan Usia Dewasa Awal (20-40 tahun) yaitu mengembangkan sikap,wawasan,
dan pengalaman nilai-nilai (ajaran) agama.Memperoleh atau memasuki pekerjaan.Memilih
pasangan hidup.Mulai memasuki pernikahan dan hidup berkeluarga.Mengasuh,merawat,dan
mendidik anak.Mengelola hidup rumah tangga.Memperoleh kemampuan dan kemantapan
karir.Mengambil tanggungjawab atau peran sebagai warga masyarakat.Mencari kelompok sosial
(kolega) yang menyenangkan.
e.    Tugas Perkembangan Usia Dewasa Madya ( 40-60 tahun) yaitu memantapkan pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai agama.Mencapai tanggungjawab sosial sebagai warga Negara.Membantu
anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan
bahagia.Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek
fisik (penurunan kemampuan dan fungsi).Memantapkan keharmonisan hidup
berkeluarga.Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir.
f.     Tugas Perkembangan Usia Dewasa Tua (Lansia : 60 tahun-mati) yaitu lebih memantapkan diri
dalam mengamalkan ajaran agama.Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan
dan kesehatan fisik.Dapat menyesuaikan diri dengan masa pensiun ( jika pegawai negeri ) dan
berkurangnya “income” ,penghasilan keluarga.Dapat menyesuaikan diri dengan kematian
pasangan.Membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia.Memantapkan hubungan yang
lebih harmonis dengan anggota keluarga  (istri,anak,menantu,cucu, dan saudara).[12]
Dari uraian diatas, seorang pendidik dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan
tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak.Dimulai dari perencanaan
pembelajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran
tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa
perkembangannya.
       Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud
adalah (Nana Syaodih, 1988).
a.    Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada
setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
b.    Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok–
kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah
kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan
sebagainya.

c.    Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja
disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.[13]
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan..Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang
diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus
hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan
anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan.Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus.Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan.Sedangkan yang bersifat
khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap
perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ ْم‬ َ ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ي هللاُ َع ْنهُ قا َ َل‬ ِ ‫َوع َْن اَبِ ْي ثُريةَ َسب َْرةَ ْب ِن َم ْعبَ ٍد ْا ُجهَنِ ِي َر‬
^َ ‫ض‬
^ٌ ‫ح ِدي‬,
‫ْث َح َس ْن‬ َ َ‫ واضْ ِ^ر بُوْ هُ َعلَ ْيهَا ا ْبنَ َع ْش ِر ِسنِ ْين‬, َ‫صاَل ةَ لِ َسب ِْع ِسنِ ْين‬ َ ‫الصبِ َي ال‬
َ ‫َعلِ ُموْ ا‬
)‫(رواه ابوداود^ والتر مدي وقال حد يث حسن‬
     Dari Abu Tsurayyah Sabrah Bin Ma’bad al-Juhanny ra.berkata Rasulullah SAW bersabda :
Ajarilah sholat anakmu bilamana sudah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkan sholat bilamana sudah berumur 10 tahun.( Riwayat Abu Daud dan At Tirmidzy ).
Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai
berikut :
a.    Umur 0-2 tahun disebut masa bayi.Pada masa ini, si bayi sebagian besar memanfaatkan
hidupnya untuk tidur, memandang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak, dan berbicara.

b.    Umur 2- 4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan
menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai bisa mellihat
struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi,masih suka menghayal sebab belum sadar
akan lingkungannya.

c.    Umur 5-8 tahun disebut masa dongeng.Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya
sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang-orang
lain.mereka mulai bisa bermain bersama dan melakukan tindakan-tindakan yang kostruktif.

d.   Umur 9-13 tahun disebut masa Robinson Crusoe ( nama seorang petualang ). Dalam masa ini
mulai berkembang masa pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat, dan bakat. Mereka
ingin mengetahui   segala sesuatu secara mendalam, suka bertanya, dan menyelidiki.

e.    Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan.Misalnya anak-anak ini mulai tertuju ke
dalam dirinya sendiri , mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun, dan segan
olahraga.Mereka gelisah, cepat tersinggung,suka marah-marah, keras kepala, acuh tak acuh, dan
senang  bermusuhan. Terhadap jenis kelamin lain, mereka ingin sama-sama tahu, tetapi masih
canggung.

f.     Umur 14-18 tahun disebut masa puber.Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang
yang bertanggungjawabmerka sadar akan hak-hak segala kehidupan dalam
lingkungannya.Mereka mulai tahu bahwa setiap orang punya arah dan jalan hidup sendiri –
sendiri.

g.    Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen.Pada masa ini anak-anak mulai menemui
keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah
dipastikannya. Namun mereka belum berpengalaman, maka timbullah sikap radikal, ingin
menolak, mencela, dan merombak hal-hal yang tidak disetujuinya dalam politik,agama,sosial,
kesenian, dan sebagainya.

h.    Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan
manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya.mereka mulai berhati-hati.[14] 
    Periode perkembangan tersebut diatas adalah merupakan periode secara umum.Artinya ada
saja perkembangan anak atau remaja yang menyimpang dari perkembangan umum itu.Konsep
perkembangan ini pula yang membuat para pendidik masa lampau memisahkan pendidikan anak
laki-laki dengan anak perempuan agar sejalan dengan masa tertentu terjadinya pertentangan
antara kelompok perempuan dengan laki-laki.Hasil penelitian kemudian menyatakan bahwa
pendidikan terpisah ini dapat merugikan anak-anak sebab mereka berkembang di luar kewajaran
hidup manusia, yang menyebabkan pendidikan terpisah ini dihentikan.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap
yaitu :
a.    Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b.    Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia
primitif.
c.    Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk
berpetualang.
d.   Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral.
Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.[15]
4.        Teori Belajar
      Menurut Pidarta,belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
[16]
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa
belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku.  Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah
laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
dipandang  sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal
yaitu  proses belajar dan hasil belajar.
    Beberapa teori belajar, secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi   yaitu
a.         Teori Disiplin Mental yaitu menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan,
kemampuan, dan potensi-potensi tertentu.Belajar adalah pengembangan dari kekuatan,
kemampuan , atau potensi-potensi tersebut.Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.Ke dalam teori Disiplin
Mental termasuk Psikologi Daya, Herbartisme, dan Naturalisme-Romantik.
b.         Teori Behaviorisme, rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku
atau tingkah laku yang dapat diamati.Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.Ke
dalam Teori Behaviorisme terdiri atas Koneksionisme atau Perangsang-Jawaban (Stimulus-
Response) yaitu setiap individu jika dihadapkan dengan situasi yang baru akan melakukan
tindakan-tindakan yang sifatnya mencoba-coba.Pengkondisian (Conditioning) dan Penguatan
(Reinforcement).
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan
tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan. Motivasi belajar
berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga.
Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu. Tujuan
kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial.
Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai
tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Untuk mengefektifkan
belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta
mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan. Peserta didik cenderung pasif. Kegiatan
peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap
demi setahap secara rinci.
c.         Teori Cognitive-Gestalt-Field, rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan
keterpaduan.Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian.Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight.Suatu keseluruhan terdiri
atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain. Ke dalam
Kognitif-Gestalt meliputi, teori : Kognitif, Gestalt dan teori Medan (Field theory).[17]Menurut
para ahli psikologis Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang berbuat
atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.Manusia adalah individu yang yang
merupakan kebulatan jasmani-rohani.Sebagai individu manusia berinteraksi dengan dunia luar,
dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula.tidak ada dua orang yang mempunyai
pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita yang sama.Manusia
adalah makhluk yang mempunyai kebebasan.Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan
stimulus yang mana yang diterimanya, mana yang ditolaknya.
Teori belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adalah proses internal yang kompleks berupa
pemrosesan informasi dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan untuk memproses
informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya sehingga hasil belajar adalah
perubahan struktur kognitif yang ada pada individu tersebut. Tokoh  teori ini adalah Jerome
Bruner
Teori belajar humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu
individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi utuh yang mempunyai kebebasan
memilih untuk menentukan kehidupannya, juga memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu,
juga memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-
pengalamannya.Tokoh teori ini adalah Carl Rogers
        Memahami landasan psikologis dalam pendidikan memberikan implikasi bahwa pendidik
tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, seklaipun mereka memiliki
kesamaan.Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar
yang digariskan.
       Sedangkan implikasinya yang berkaitan dengan arah perkembangan individu terhadap
pendidikan.
       Pertama, mengingat perkembangan struktur mendahului fungsi, maka program 
pembelajaran hendaknya disusun dengan memperhatikan kesiapan atau kematangan dari struktur
pada diri individu atau siswa.
       Kedua, penyusunan kurikulum pendidikan dan penyusunan program pembelajaran yang
lebih bersifat operasional dilembaga pendidikan pada jenjang yang paling bawah ( Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar) hendaknya dilakukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai arah  perkembangan individu sesuai tahap perkembangannya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
   Psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun
aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh
melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.
1.    Landasan psikologis pendidikan secara umum dapat didefinisikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.Pemahaman terhadap peserta didik,
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidik.Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan.
2.    Aspek-aspek yang berkaitan dengan landasan psikologis pendidikan diantaranya adalah
perkembangan dan pertumbuhan individu dan kejiwaan siswa, penyebab perkembangan tersebut,
arah perkembangan dan  faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan
individu siswa (nativisme, Empirisme, dan Konvergensi)..
3.    Landasan Psikologi dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
4.    Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh
pemahamannya tentang peserta didik.oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus
dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga
dewasa.
5.    Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan adalah :
a.    Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya memberikan kemungkinan untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap diperhatikan faktor-faktor
hereditas yang ada pada individu.
b.    Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan
pada setiap masa perkembangan anak.
B.    Saran
              Karena begitu pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, maka seluruh calon
pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan
psikologi dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku


Pidarta Made.2000.Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Sukmadinata Nana Syaodih.2005.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya
Yusuf Syamsu dan Nurihsan A. Juntika.2006.Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung:Rosdakarya

Sumber dari internet


Http://amrull4h99.wordpress.com/2009/12/24/landasan-psikologi-pendidikan/,diakses pada
tanggal 11 Pebruari 2014
Http://arerariena.wordpress.com/2011/03/09/landasan-psikologi-pendidikan/,diakses pada
tanggal 12 Pebruari 2014
Http://mertinpare.blogspot.com/2012/12/landasan-psikologi-dalam pendidikan_23.html       ,     
diakses pada tanggal 11 Pebruari 2014
http://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-psikologis-pendidikan/,
diakses pada tanggal 12 Pebruari 2014

Diposkan 22nd May 2014 oleh Mah muda

Anda mungkin juga menyukai