Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Konsep belajar
sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar yang disadari
atau tidak sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku
atau media elektronik, belajar di rumah, di sekolah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip belajar yang diperhatikan antara lain:
1. Kontinguitas
2. Pengulangan
3. Penguatan
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar
5. Tesedia materi pelajaran yang lengkap
6. Upaya membangkitkan keterampilan intelektual
Sedangkan perlengkapan peserta didik atau warga belajar sebagai subyek dalam garis
besarnya antara lain:
1. Watak
2. Kemampuan umum atau IQ
3. Kemampuan khusus atau bakat
4. Kepribadian
5. Latar belakang
6. Kecakapan, kepribadian individu
7. Kecerdasan
8. Kreativitas
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
c. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja
disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.[13]
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan..Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang
diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus
hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan
anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan.Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang
bersifat khusus.Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan.Sedangkan yang bersifat
khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap
perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ ْم َ قَا َل َرسُو ُل هللا:ي هللاُ َع ْنهُ قا َ َل ِ َوع َْن اَبِ ْي ثُريةَ َسب َْرةَ ْب ِن َم ْعبَ ٍد ْا ُجهَنِ ِي َر
^َ ض
^ٌ ح ِدي,
ْث َح َس ْن َ َ واضْ ِ^ر بُوْ هُ َعلَ ْيهَا ا ْبنَ َع ْش ِر ِسنِ ْين, َصاَل ةَ لِ َسب ِْع ِسنِ ْين َ الصبِ َي ال
َ َعلِ ُموْ ا
)(رواه ابوداود^ والتر مدي وقال حد يث حسن
Dari Abu Tsurayyah Sabrah Bin Ma’bad al-Juhanny ra.berkata Rasulullah SAW bersabda :
Ajarilah sholat anakmu bilamana sudah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkan sholat bilamana sudah berumur 10 tahun.( Riwayat Abu Daud dan At Tirmidzy ).
Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai
berikut :
a. Umur 0-2 tahun disebut masa bayi.Pada masa ini, si bayi sebagian besar memanfaatkan
hidupnya untuk tidur, memandang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak, dan berbicara.
b. Umur 2- 4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan
menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai bisa mellihat
struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi,masih suka menghayal sebab belum sadar
akan lingkungannya.
c. Umur 5-8 tahun disebut masa dongeng.Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya
sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang-orang
lain.mereka mulai bisa bermain bersama dan melakukan tindakan-tindakan yang kostruktif.
d. Umur 9-13 tahun disebut masa Robinson Crusoe ( nama seorang petualang ). Dalam masa ini
mulai berkembang masa pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat, dan bakat. Mereka
ingin mengetahui segala sesuatu secara mendalam, suka bertanya, dan menyelidiki.
e. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan.Misalnya anak-anak ini mulai tertuju ke
dalam dirinya sendiri , mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri, melamun, dan segan
olahraga.Mereka gelisah, cepat tersinggung,suka marah-marah, keras kepala, acuh tak acuh, dan
senang bermusuhan. Terhadap jenis kelamin lain, mereka ingin sama-sama tahu, tetapi masih
canggung.
f. Umur 14-18 tahun disebut masa puber.Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang
yang bertanggungjawabmerka sadar akan hak-hak segala kehidupan dalam
lingkungannya.Mereka mulai tahu bahwa setiap orang punya arah dan jalan hidup sendiri –
sendiri.
g. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen.Pada masa ini anak-anak mulai menemui
keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah
dipastikannya. Namun mereka belum berpengalaman, maka timbullah sikap radikal, ingin
menolak, mencela, dan merombak hal-hal yang tidak disetujuinya dalam politik,agama,sosial,
kesenian, dan sebagainya.
h. Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan
manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya.mereka mulai berhati-hati.[14]
Periode perkembangan tersebut diatas adalah merupakan periode secara umum.Artinya ada
saja perkembangan anak atau remaja yang menyimpang dari perkembangan umum itu.Konsep
perkembangan ini pula yang membuat para pendidik masa lampau memisahkan pendidikan anak
laki-laki dengan anak perempuan agar sejalan dengan masa tertentu terjadinya pertentangan
antara kelompok perempuan dengan laki-laki.Hasil penelitian kemudian menyatakan bahwa
pendidikan terpisah ini dapat merugikan anak-anak sebab mereka berkembang di luar kewajaran
hidup manusia, yang menyebabkan pendidikan terpisah ini dihentikan.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap
yaitu :
a. Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b. Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia
primitif.
c. Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk
berpetualang.
d. Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral.
Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.[15]
4. Teori Belajar
Menurut Pidarta,belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
[16]
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa
belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah
laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri
dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal
yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Beberapa teori belajar, secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi yaitu
a. Teori Disiplin Mental yaitu menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan,
kemampuan, dan potensi-potensi tertentu.Belajar adalah pengembangan dari kekuatan,
kemampuan , atau potensi-potensi tersebut.Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.Ke dalam teori Disiplin
Mental termasuk Psikologi Daya, Herbartisme, dan Naturalisme-Romantik.
b. Teori Behaviorisme, rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku
atau tingkah laku yang dapat diamati.Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.Ke
dalam Teori Behaviorisme terdiri atas Koneksionisme atau Perangsang-Jawaban (Stimulus-
Response) yaitu setiap individu jika dihadapkan dengan situasi yang baru akan melakukan
tindakan-tindakan yang sifatnya mencoba-coba.Pengkondisian (Conditioning) dan Penguatan
(Reinforcement).
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan
tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan. Motivasi belajar
berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga.
Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu. Tujuan
kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial.
Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai
tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai. Untuk mengefektifkan
belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta
mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan. Peserta didik cenderung pasif. Kegiatan
peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap
demi setahap secara rinci.
c. Teori Cognitive-Gestalt-Field, rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan
keterpaduan.Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian.Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight.Suatu keseluruhan terdiri
atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain. Ke dalam
Kognitif-Gestalt meliputi, teori : Kognitif, Gestalt dan teori Medan (Field theory).[17]Menurut
para ahli psikologis Gestalt, manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang berbuat
atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.Manusia adalah individu yang yang
merupakan kebulatan jasmani-rohani.Sebagai individu manusia berinteraksi dengan dunia luar,
dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula.tidak ada dua orang yang mempunyai
pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita yang sama.Manusia
adalah makhluk yang mempunyai kebebasan.Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dan
stimulus yang mana yang diterimanya, mana yang ditolaknya.
Teori belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adalah proses internal yang kompleks berupa
pemrosesan informasi dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan untuk memproses
informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya sehingga hasil belajar adalah
perubahan struktur kognitif yang ada pada individu tersebut. Tokoh teori ini adalah Jerome
Bruner
Teori belajar humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu
individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi utuh yang mempunyai kebebasan
memilih untuk menentukan kehidupannya, juga memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu,
juga memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-
pengalamannya.Tokoh teori ini adalah Carl Rogers
Memahami landasan psikologis dalam pendidikan memberikan implikasi bahwa pendidik
tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, seklaipun mereka memiliki
kesamaan.Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar
yang digariskan.
Sedangkan implikasinya yang berkaitan dengan arah perkembangan individu terhadap
pendidikan.
Pertama, mengingat perkembangan struktur mendahului fungsi, maka program
pembelajaran hendaknya disusun dengan memperhatikan kesiapan atau kematangan dari struktur
pada diri individu atau siswa.
Kedua, penyusunan kurikulum pendidikan dan penyusunan program pembelajaran yang
lebih bersifat operasional dilembaga pendidikan pada jenjang yang paling bawah ( Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar) hendaknya dilakukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai arah perkembangan individu sesuai tahap perkembangannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun
aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh
melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.
1. Landasan psikologis pendidikan secara umum dapat didefinisikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.Pemahaman terhadap peserta didik,
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidik.Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan.
2. Aspek-aspek yang berkaitan dengan landasan psikologis pendidikan diantaranya adalah
perkembangan dan pertumbuhan individu dan kejiwaan siswa, penyebab perkembangan tersebut,
arah perkembangan dan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan
individu siswa (nativisme, Empirisme, dan Konvergensi)..
3. Landasan Psikologi dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
4. Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh
pemahamannya tentang peserta didik.oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus
dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga
dewasa.
5. Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan adalah :
a. Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya memberikan kemungkinan untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap diperhatikan faktor-faktor
hereditas yang ada pada individu.
b. Seorang pendidik dalam proses pembelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan
pada setiap masa perkembangan anak.
B. Saran
Karena begitu pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, maka seluruh calon
pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan
psikologi dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA