Manajemen Privasi Komunikasi Pada Pengungkapan Dan Penyembunyian Identitas Seksual Gay Di Organisasi Cangkang Queer Kepada Lingkungan Sosial
Manajemen Privasi Komunikasi Pada Pengungkapan Dan Penyembunyian Identitas Seksual Gay Di Organisasi Cangkang Queer Kepada Lingkungan Sosial
TESIS
Oleh
SOFIARI ANANDA
167045004
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi
dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SOFIARI ANANDA
167045004
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses penerimaan diri gay terhadap
identitas seksual mereka, menganalisis manajemen privasi komunikasi pada
pengungkapan dan penyembunyian identitas seksual gay. Metode yang digunakan
metode kualitatif dengan pendekatan interaksionisme simbolik. Unit analisis adalah
gay yang sudah melakukan pengungkapan identitas seksual. Subjek penelitian
ditentukan dengan teknik snowball dan diperoleh lima orang gay dari organisasi
Cangkang Queer. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan
observasi non-partisipan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa gay tidak melalui fase
penerimaan diri secara bertahap. Fase yang dilalui oleh kelima gay dalam penelitian ini
adalah fase mencari tahu informasi mengenai homoseksual dan fase menerima diri.
Gay di Cangkang Queer mengungkapkan identitas seksualnya karena motif tertentu,
mulai dari kedekatan, kenyamanan dan ingin memiliki teman berbagi. Pengungkapkan
identitas seksual dilakukan secara langsung baik melalui ucapan maupun tulisan. Gay
dalam penelitian ini menutupi identitas seksualnya, karena ketidaksiapan menerima
resiko, seperti tidak diterima dan dijauhi. Gay menutupi identitas seksualnya dengan
cara mengalihkan topik pembicaraan ketika ditanya mengenai pasangan dan
pernikahan.
Kata Kunci: Manajemen Privasi Komunikasi, Gay, Identitas Seksual, Cangkang Queer,
Medan
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis
ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Tesis ini penulis
persembahkan untuk kedua orangtua penulis, ayahanda Syahrizal MD dan ibunda Sri
Rahma Hasibuan serta kakak penulia Nevy Felanty Rahmi dan adik penulis Fahmi
Rizal. Terima kasih untuk doa, dukungan, bantuan dan segalanya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu. Selain itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum,selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku DekanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
serta selaku Ketua Seminar Hasil dan Sidang Meja Hijau atas saran dan ilmu
yang diberikan
4. Bapak Drs. Syafruddin Pohan M.Si Ph.D, selaku Sekretaris Magister Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
serta selaku Pembimbing II atas bimbingannya selama pengerjaan tesis ini
5. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan peneliti dalam penulisan tesis ini.
6. Ibu Almarhumah Dr. Inon Beydha Lukman, M.Si, selaku Pembimbing II
sebelumnya. Semoga ilmu yang beliau berikan menjadi amal jariyah, Aamiin.
7. Bapak Dr. Humaizi, MA dan bapak Prof. Syukur Kholil, MA, selaku Komisi
Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan
iii
ABSTRAK …………………………………………………………………………... i
ABSTRACT …………………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………....... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………...... 1
1.2 Fokus Masalah ……………………………………………………... 11
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………... 11
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 12
vi
vii
viii
ix
Tabel Hal
3.1. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 70
Gambar Hal
2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 65
xi
PENDAHULUAN
waktu yang lama untuk dilakukan karena sifatnya yang sensitif. Dalam ilmu
dengan atau tanpa hubungan fisik kepada sesama jenis” (Direktorat Kesehatan,
homoseksual adalah ketertarikan manusia yang melibatkan rasa emosi dan romantis,
dan/atau seksual terhadap manusia lainnya yang memiliki gender dan/atau seks yang
sama dengannya.
yaitu gay dan lesbian. Gay adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki.
Perbedaan gay dan lesbian secara istilah hanya terletak di subjeknya saja yang ditarik
dari seks, atau alat kelamin biologis yang dimilikinya. Meskipun sebenarnya, dalam
kajian-kajian seksualitas secara radikal defenisi gay dan lesbian ditarik juga tidak
1
Universitas Sumatera Utara
2
hanya dari jenis kelamin biologisnya saja tetapi dari jenis kelamin sosialnya” (Butar-
membutuhkan pengelolaan batasan publik dan privat. Batasan-batasan ini ada diantara
perasaan yang ingin diutarakan oleh seseorang dan perasaan yang ingin disimpan.
informasi privat kepada orang lain. Dibutuhkan negosiasi dan koordinasi akan batasan.
digambarkan dalam kegiatan kita sehari-hari. Ketika kita bertemu dengan berbagai
macam orang dalam kehidupan “rekan sekerja, teman sekelas, anggota keluarga, teman
sekamar, dan seterusnya” kita terlibat di dalam negosiasi kompleks antara privasi dan
keterbukaan. Memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa yang harus
2013: 252)
kita dan orang lain yang ada disekitar kita. Privasi merupakan hal yang penting bagi
kita karena hal ini memungkinkan kita untuk merasa terpisah dari orang lain. Hal ini
memberikan kita perasaan bahwa kita adalah pemilik sah dari informasi mengenai diri
kita. Ada risiko yang dapat muncul dari pembukaan kepada orang yang salah,
membuka diri pada saat yang tidak tepat, mengatakan terlalu banyak tentang diri kita
sendiri, atau berkompromi dengan orang lain. Di lain pihak, pembukaan dapat
memvalidasi perspektif kita, dan menjadi lebih intim dengan pasangan kita dalam suatu
“Keseimbangan antara privasi dan pembukaan memiliki makna karena hal ini
sangat penting terhadap cara kita mengelola hubungan-hubungan kita. Munculnya teori
manajemen privasi komunikasi ini menarik karena tiga alasan. Yang pertama, teori ini
adalah pemikiran yang terkini dalam disiplin ilmu komunikasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemikiran yang segar dan baru terus memberikan penerangan
memberikan gambaran akan hidupnya komunikasi sebagai bidang ilmu. Kedua, fakta
bahwa CPM bertumbuh secara khusus dari fokus terhadap komunikasi. Ini bukti akan
kematangan dan pertumbuhan bidang ilmu komunikasi. Ketiga, CPM berusaha untuk
melakukan sesuatu yang telah dilakukan oleh teori-teori lain: menjelaskan proses yang
Tiyarestu & Rudi (2015) menyatakan pengolahan privasi atau CPM memiliki
ikaitan erat pada perkembangan remaja, khususnya pada aspek otonomi diri, identitas
diri, dan keintiman. Privasi merupakan bagian dari keempat aspek ini. Pada aspek
otonomi, remaja sudah mulai memutuskan apa saja yang menjadi bagian dari dirinya,
bentuk privasi apa saja yang harus dijaga dan dibagikan. Hal ini terkait dengan aspek
CPM, yaitu boundary permeability, yang fokus pada sejauh dan sebanyak apa
informasi pribadi yang dibagikan kepada pihak lain. Selanjutkan pada aspek identitas
diri, remaja akan melakukan evaluasi terkait identitas diri yang mereka gambarkan
pada kehidupan sehari-hari. Lalu pada aspek keintiman atau kedekatan pada proses
interaksi, remaja sudah mulai dapat memilih kepada siapa seharusnya ia mendekatkan
diri dengan membuka privasi yang merupakan bagian dari dirinya. Hal ini terkait
dengan aspek CPM, yaitu boundary link ages, yang fokus pada siapa saja yang dapat
“Terdapat perbedaan CPM di media sosial Twitter pada remaja dengan tipe
kepribadian. Tipe introvert lebih menjaga privasi dibanding dengan tipe extravert. Hal
ini sesuai dengan karakteristik masing-masing tipe kepribadian, yaitu tipe extravert
yang lebih cenderung terbuka dan tipe introvert yang lebih cenderung tertutup”
sebagai kaum minoritas sering membuat gay mendapatkan sebuah penolakan, hal
orientasi seksualnya terhadap orang lain, terutama kepada keluarga. Pada umumnya
merupakan bagian terdekat di dalam kehidupan seorang gay maka dari itu gay
orientasi seksualnya.
Pola pikir yang berbeda-beda di dalam keluarga membuat gay merasa kesulitan
dalam keluarga terdapat pola pikir yang berbeda dalam memandang gay, hal tersebut
dianggap tabu, hal tersebut membuat timbulnya keraguan gay untuk mengungkapkan
orientasi seksualnya. Gay yang memiliki latar belakang agama yang kuat cenderung
orientasi seksual berupa resiko fisik. Selain resiko, manfaat dari pengungkapan diri
adalah kedekatan emosional gay dengan keluarga, serta gay tidak harus berpura-pura
diri yaitu motivasi yang berasal dari sesama gay yang sudah mengungkapkan identitas
seksual dalam keluarga dan pertimbangan bahwa anggota keluarga tersebut sudah
yaitu selection, gay dalam hal ini mengungkapkan identitas seksual kepada salah satu
seksualnya. Strategi berikutnya yaitu strategi timbal balik, yaitu gay mengungkapkan
identitas seksualnya kepada salah satu keluarga yang juga seorang gay. Sedangkan gay
keseluruhan strategi yang digunakan oleh gay tergantung kepada hubungan gay dengan
out). Menurut Arus Pelangi (2018), kelompok LGBT harus mengalami proses panjang
adalah:
1. Copying mechanism
2. Self and knowing acceptence
3. Manajemen privasi dalam komunikasi dan interaksi
4. Collectivities Building / Pembangunan kolektif
Aktualisasikan diri dilakukan oleh seorang gay bernama Fahmi –yang saat
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU. Fahmi adalah seorang gay yang masih
menutupi identitas seksualnya dari keluarga. Hal tersebut Fahmi lakukan untuk
menjaga nama baik keluarga. Ia mulai membuka diri saat SMA. Namun, ia tidak
mengingat pada siapa dia bercerita pertama kali. “Aku sih merasa untuk apa ditutupin
ke teman-teman, kita kan udah sama-sama dewasa,” terangnya (SUARA USU, 2013,
keluarga yang lainnya yaitu “berbicara”. Hubungan yang akrab adalah sesuatu hal yang
penting pada sebuah keluarga. Komunikasi di dalam keluarga merupakan sesuatu hal
yang sangatlah penting. Komunikasi yang terjadi antara keluarga dapat membentuk,
mendasari, danjuga memelihara keluarga itu sendiri, beserta dengan citra yang dimiliki
Seorang homoseksual yang sudah bisa menerima keadaan dirinya, akan mulai
merancang cara untuk mengungkapkan diri pada keluarganya. Seperti yang dilakukan
Dika, Ketua Cangkang Queer, organisasi yang mengorganisir individu dan komunitas
(LGBTIQ). Berdasarkan wawancara penulis pada bulan April 2013, Dika mengatakan
keluarganya tidak ada yang tahu ia adalah seorang gay, hanya adiknya yang tahu karena
mereka tinggal bersama di Medan. Dika mengaku tak mau langsung memberitahukan
ia adalah seorang gay. Dika menyiapkan konsep yang kuat agar ia tidak
masa kuliah. Dika melakukannya saat berada di kelas mata kuliah Antropologi Sosial.
penyimpangan. Merasa tak terima, 2 teman akrab Dika yang tahu benar kehidupan
Dika, mengungkapkan bahwa Dika adalah seorang gay. Dika pun kemudian
menambahkan jika homoseksual adalah sesuatu yang alami dan merupakan pilihan.
Dengan segenap keberanian, ia membuka diri kalau ia adalah seorang gay ke seluruh
isi kelas.
Setelah itu, di luar dugaan Dika, tidak ada diskriminasi berlebihan yang
diterimanya. Dika malah semakin kompak dengan teman wanita yang dulu sempat
jauh. Hanya saja tetap ada teman lelaki yang menjaga jarak dengannya. Beda dengan
Adiknya yang memang suka baca, merasa penasaran dan membaca buku-buku
tersebut. Dika tak langsung memberitahu adiknya. Ia pasang strategi selanjutnya. Dika
selalu membiarkan laptopnya terpampang setiap melakukan video call dengan pacar
(lelaki) nya yang tinggal di Jakarta, yang sudah dipacarinya selama 7 bulan. Adiknya
melihat dan merasa bingung. Adiknya bertanya mengapa Dika melakukan video
calldengan pria dan menanyakan apakah pria tersebut adalah pacar Dika dan Dika pun
Buku-buku yang sudah dibaca adiknya, membuat ia paham tidak ada yang berbeda
dengan Dika.
Lain pula dengan seorang gay yang membuka dirinya di akun media sosial
“Teman-teman mungkin sudah biasa lihat aku posting hal-hal tentang LGBT.
Dan ada dari kalian yg tahu juga orientasi seksualku seperti apa. Sebelumnya,
aku ngetwit begini hanya untuk berbagi pengalaman dan semoga bisa ngasih
semangat bagi teman2 yg juga merasakan. Singkatnya, aku 'merasa berbeda'
sejak kecil. SD hingga SMA belum bisa menerima diri. Aku biasa nulis di diary
karena takut ngomong. Takut ngomong dan tak tahu juga mau ngomongin ini
ke siapa.
Sialnya, teman2 SMA baca diariku dan itulah kali pertama ada yang tau. Waktu
itu aku tidak bisa berbuat apa2 dan bahkan minta maaf sama teman2 karena
suka cowok. Mereka menasihati agar berubah. Berkali-kali aku coba berubah.
Tetapi tetap tak bisa. Selain suka sama cewek, aku tetap saja bisa suka cowok.
Beruntung, waktu kuliah aku bertemu teman2 yang bisa diajak ngobrol dan
punya pemikiran terbuka. Kepada mereka akhirnya aku berani bilang. Tetapi
tetap saja tak mudah. Seorang teman berkata mungkin aku sendiri belum
menerima diriku. Mungkin saja. Aku kembali ke awal dan dua tahun terakhir
akhirnya aku menerima diriku. Aku melela kepada satu dua teman dekat.
Banyak yang menerima namun ada pula yg tidak. Di awal, aku sempat tidak
terima dengan konsep melela karena buat apa bilang, toh ini ranahnya privasi.
Tapi, menurutku ini penting, sebab dari sini aku akhirnya punya rasa percaya
diri dan tak berkecil hati kalau diejek. Dulu dicie2 in karena kemayu cuma
diam saja atau palingan ngebantah dan bilang aku ga begitu. Kemudian sedih.
Sekarang paling tidak bisa speak up dan stand up untuk diri sendiri.
Setelah balik ke Panyabungan, menurutku aku telah menjadi diriku... di
pergaulan dan di kantor, kecuali di rumah. Belum melela ke ortu. Setelah
setahun lebih di sini, kemarin akhirnya aku melela kepada orang tuaku. Aku
belum siap sebetulnya, tetapi begitulah semesta mengatur. Apakah orang tuaku
menerimanya? Aku tahu tak mudah bagi mereka untuk mengunyah kenyataan
ini. Apalagi mereka adalah orang yg relatif relijius dan dikenal luas di sini.
Pada akhirnya aku bilang juga (tentu saja sambil mewek dan beberapa kali
suasana memanas terutama dengan ayah). Aku tidak bisa bilang mereka
menerimaku begini. Tetapi ibu tetap memelukku, tadi pagi bahkan buat
sarapan khusus. Ayah mungkin yg jelas belum menerima. Kami hampir
tumbukan. Dan ayah keluar rumah. Dan kami belum bicara lagi sampai
sekarang.
Tetapi percaya, time will heal. Apalagi waktu ibu bilang mereka sudah
merasakannya lama terutama sejak aku beli satu set alat make up dan setelah
melihat beberapa postinganku terutama di ig story dan blog. Mungkin aku
mengecewakan mereka. Tetapi kubilang sama ibu...Aku tak akan meminta maaf
kepada kalian karena orientasi seksualku. Aku juga belum tahu ke depannya
bakal seperti apa. Tetapi, Tuhan, aku lega”.
yang sangat lama untuk dapat menerima dirinya dan membuka diri pada
Keterbukaan penting untuk dilakukan oleh semua orang, termasuk orang yang
bahwa homoseksual, biseksual serta orientasi seksual lainnya yang tidak sesuai dengan
yakni Amee, Alifo, dan Hasri, pada 12 Maret 2018, tingginya kekerasan terhadap
LGBT menjadi salah satu alasan dibentuknya Cangkang Queer. Cangkang Queer
adalah satu-satunya organisasi yang fokus pada LGBT di Sumatera Utara. Cangkang
Queer hadir untuk merangkul LGBT agar tidak merasa sendiri dan memiliki
mengatakan, ada beberapa anggota yang sebelum bergabung dengan Cangkang Queer
sempat merasa depresi dan berpikir untuk bunuh diri. Cangkang Queer juga
menyediakan layanan advokasi untuk LGBT yang terlibat kasus hukum, kecuali untuk
kasus kriminal dan narkotika. Singkatnya Cangkang Queer membantu LGBT yang
mengalami diskriminasi. Selain itu Cangkang Queer juga memberikan edukasi kepada
LGBT agar dapat menerima dirinya dan mungkin berani membuka identitas seksualnya
Dari pemaparan di atas, terdapat perbedaan CPM yang dilakukan oleh setiap
gay. Fahmi lebih memilih menutup identitas dirinya dari keluarga dan terbuka pada
bantu pendukung seperti buku tentang LGBT kepada adiknya. Serta RN yang memilih
Berdasarkan adanya perbedaan CPM yang terjadi dari setiap gay di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang manajemen privasi komunikasi yang dilakukan
lingkungan sosialnya.
identitas seksualnya?
Berdasarkan fokus masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
khususnyapada LGBT
KAJIAN PUSTAKA
“Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan data yang diangkat dalam
penelitian ini, maka paradigma yang relevan dalam penelitian ini adalah paradigma
sebagai makhkuk rohaniah alamiah. Dalam pandangan ini, manusia sebagai makhluk
alasan tertentu, yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan
social behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan
interpretasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna itulah yang perlu
dibuka, dilacak, dan dipahami untuk bisa memahami fenomena sosial apapun,
pembahasan kembali ke rumpun ilmu-ilmu sosial. Dalam ilmu-ilmu sosial, Taylor dan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau gejala
13
Universitas Sumatera Utara
14
berbagai sudut pandang orang-orang yang hidup di dalamnya. Realitas sosial yang
dihadapi manusia sudah terbentuk dari waktu ke waktu melalui proses komunikasi,
positivis, karena perspektif positivis dipandang terlalu umum, terlalu mekanis, dan
tidak mampu menangkap keruwetan, nuansa, dan kompleksitas dari interaksi manusia.
dunia yang kita bentuk itu. Dalam pencarian pemahaman jenis ini, teori interpretif
mendekati dunia dan pengetahuan dengan cara yang sangat berbeda dengan cara teori
Management (CPM) yang dijadikan sebagai bahan literatur dalam penelitian ini, yakni
sebagai berikut: yang pertama adalah penelitian Veritasia (2015). Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
interaksionisme simbolik. Terdapat keunikan strategi yang dilakukan gay dalam proses
Keluarga dipandang memiliki resiko penolakan yang lebih besar daripada teman,
terutama tidak adanya pengakuan. Hal ini disebabkan oleh fungsi keluarga sebagai
pusat afeksi atau kasih sayang dan rasa aman yang tidak dimiliki oleh institusi lain.
Selain itu, dalam `pengungkapan kepada temannya, gay, baik dengan peran maskulin
maupun feminin lebih memilih teman perempuan daripada laki-laki karena perempuan
dengan femininitasnya dirasa lebih suportif secara emosional. Proses coming out gay
dilakukan secara bertahap dan dipengaruhi oleh reaksi pertama yang diterimanya.
peneliti lakukan terdapat pada subjek penelitian dan objek penelitian, dimana peneliti
akan meneliti gay dan melihat manajemen privasi komunikasi pada pembukaan dan
lesbian. Alasan penutupan informasi tersebut adalah karena individu takut bila terjadi
atau orang terdekat yang dirasa sesuai kapasitasnya atau dirasa sama dengan dirinya.
juga menunjukkan terjadinya beberapa gangguan batasan yang dialami oleh individu
atas privasi yang dimilikinya. Ketegangan yang tercipta tidak begitu besar dikarenakan
penelitian yang peneliti lakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengalami berbagai jenis dilema yang berkisar pada informasi pribadi siswa-atlet yang
Kepada Pasangan / Pasangan Seksual Di Antara Orang Dengan HIV Aids (ODHA) di
Guangxi oleh Xiao dkk (2015). Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan
terletak pada objek dan subjek penelitian serta metode yang digunakan. Hasil penelitian
ini menyebutkan kedekatan emosional sangat penting bagi pengungkapan HIV dalam
hubungan sukarela (teman dan pasangan intim) dimana daya tarik bersama dapat
menjadi faktor hubungan yang penting. Ketegangan yang signifikan antara kebutuhan
ketakutan akan penolakan, dan kebutuhan akan privasi di antara peserta studi.
kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
subjek dan metode penelitian. Subjek penelitian yang peneliti ambil adalah gay dan
melakukan batasan antara informasi pribadi dan peraturan formulir untuk memutuskan
kapan harus mengungkapkan informasi yang sesuai dengan teori CPM. Konsumen
Andris Petersons dan Ilkhom Khalimzoda (Petersons & Ilkhom, 2016) dari
dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah subjek penelitian dan metode yang
pengungkapan diri didasari karena salah satu anggota keluarga tidak sengaja
mengetahui bahwa informan adalah seorang gay. Berdasarkan hal tersebut, empat
keluarga karena takut mengecewakan, dan takut akan mengalami penolakan dari
keluarga.
adalah penekanan secara personal penerimaan diri serta manajemen privasi komunikasi
communication) adalah komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang.
pengalaman yang dimiliki baik oleh pihak pertama sebagai sumber maupun pihak
maupun proses penyampaian pesan itu sendiri. Sebuah kegiatan interpersonal, selain
dilatarbelakangi oleh suatu bentuk pengalaman yang dimiliki oleh sumber maupun
penerima, juga dapat dilihat suatu hubungan yang sangat penting antara kedua belah
pihak. Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima dengan atau tanpa media
tertentu.
dimana hal tersebut dapat dkatakan sebagai kelebihan yang terdapat dalam proses
mengetahui hal-hal yang disukai atau yang tidak disukai. Melalui Komunikasi
dirinya pada orang lain. Dengan kata lain, melalui Komunikasi Interpersonal
orang lain.
yang dijalin bersama dengan orang lain. Pada kenyataannya, keyakinan, sikap,
interpersonal antara satu orang dengan orang lain yang melakukan komunikasi
seseorang, yakni dimana seseorang dapat melakukan berbagai hal yang bersifat
serius dan formal sekaligus di lain waktu dapat membantu orang yang
6. Untuk membantu
seperangkat komunikasi dalam diri kita. Jadi, jangan salah persepsi terhadap seseorang
yang ingin menyendiri atau sedang tidak mau diganggu. Bisa jadi seseorang itu sedang
Seseorang yang mampu berdialog dengan diri sendiri, berarti seseorang itu
mengenal dirinya. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir,
kita.
Proses berkomunikasi dengan diri sendiri secara sederhana dapat dilihat ketika
kita sedang berpikir. Ada seperangkat kinerja dalam otak dan tubuh kita yang
dengan ilmu psikologi, khususnya dalam hal berpikir yang dimulai dari adanya
dimulai dengan sensasi, persepsi, memori dan terakhir berpikir. Adapun tahapan
1. Sensasi
lingkungan. Sensasi terkait dengan informasi yang kita terima. Proses sensasi
terjadi bila kita menerima informasi dan alat-alat indera kita mengubah
2. Persepsi
yang diterima.
3. Memori
menyebabkan kita sanggup merekam fakta yang ada di dunia dan menggunakan
pengetahuan yang kita miliki untuk membimbing perilaku kita. Memori dalam
pemanggilan.
4. Berpikir
tersebut secara sederhana dapat dijelaskan seperti berikut: ketika kita menerima
sebuah informasi, hal pertama yang menanggapi adalah alat indera kita, setelah
persepsi kita. Dalam persepsi informasi yang kita terima tidak serta merta kita
terima begitu saja, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu pengalaman
dan peristiwa yang terjadi diseputar informasi yang diterima dengan peristiwa
yang tersimpan sewaktu-waktu. Tahap terakhir masuklah ke dalam proses berpikir kita,
yang mengulang sensasi yang diterima dipersepsi dan dimasukkan ke dalam memori,
yang akhirnya kita bisa menarik kesimpulan informasi yang kita terima.
Itulah mengapa ketika kita sedang berpikir terlihat seperti melamun atau
berbicara dengan diri sendiri, karena berpikir membutuhkan waktu yang tidak singkat,
karena bersifat situasional dan kondisional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak selalu
bahwa keterbukaan diri adalah mengungkapkan suatu tanggapan atau reaksi terhadap
sebuah situasi yang sedang dihadapi, serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan di masa kini tersebut.
Pengertian yang lebih lengkap dikemukakan oleh DeVito (1997), yang mengartikan
pengungkapan diri sebagai salah satu jenis komunikasi, dimana informasi tentang diri
yang biasanya dirahasiakan dan sebelumnya tidak diketahui orang lain, kemudian
dikomunikasikan.
Untuk bisa dikatakan pengungkapan diri (self disclosure), informasi harus bisa
diterima dan mampu dimengerti oleh orang lain. Menurut Johnson dalam Supratiknya
(1995), menyebutkan ada beberapa manfaat dan dampak keterbukaan diri terhadap
hubungan antar pribadi. Pertama, keterbukaan diri merupakan dasar bgi hubungan yang
sehat antara dua orang. Kedua, semakin individu bersikap terbuka kepada orang lain,
semakin orang lain tersebut akan menyukai individu tersebut. Akibatnya, orang lain
akan semakin terbuka kepada individu tersebut. Ketiga, orang yang rela membuka diri
kepada orang lain cenderung memiliki sifat-sifat seperti kompeten, terbuka, ekstrover,
fleksibel, adapatif, dan inteligen. Keempat, membuka diri kepada orang lain
merupakan dasar relsi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengn diri individu
sendiri mupun dengan orang lain. Kelima, membuka diri berarti bersikap realistik.
Seperti halnya konsep diri yang memiliki berbagai dimensi, begitu juga halnya
dengan self disclosure. Joseph A. Devito menyebutkan ada 5 dimensi self disclosure,
yaitu “ukuran self disclosure, valensi self disclosure, kecermatan dan kejujuran,
maksud dan tujuan, dan keakraban” (Devito, (1997: 40). Ini berbeda dengan dimensi
yang dikemukakan dalam Fisher (1986) yang menyebutkan “dua sifat pengungkapan
yang umum dalam self disclosure adalah memperhatikan jumlah (seberapa banyak
informasi tentang diri yang diungkapkan) dan valensi (informasi yang diungkapkan
bersifat positif atau negatif). Apabila diperbandingkan, fokus yang dikemukakan Fisher
hanya pada jumlah atau dalam istilah Devito “ukuran” dan valensi saja” (Fisher, 1986:
261). Kelima dimensi menurut Devito dapat dipadukan dengan apa yang diungkapkan
Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri yang
menyampaikan pesan-pesan self disclosure atau bisa juga dengan menggunakan ukuran
komunikasinya. Misalnya, dalam percakapan antara anak dan orang tuanya, tentu tidak
bersifat self disclosure. Mungkin hanya 10 menit saja dari waktu tersebut yang
kekhawatirannya nilai rapornya jelek untuk semester ini atau tatkala di anak
Hal ini berkaitan dengan kualitas self disclosure seseorang: positif atau negatif.
Saat seseorang menyampaikan siapa dirinya secara menyenangkan, penuh humor, dan
menarik seperti yang dilakukan seorang tua yang berkepala botak yang menyatakan,
“Inilah model rambut yang paling cocok untuk orang seusia saya.” Ini merupakan self
dengan menyatakan, “Sudah berobat ke sana ke mari dan mencoba berbagai metode
mencegah kebotakan yang ternyata bohong semua, inilah hasilnya. Ini berarti self
disclosure negatif. Dampak dari self disclosure yang berbeda itu tentu saja akan
berbeda pula, baik pada orang yang mengungkapkan dirinya maupun pada lawan
komunikasinya.
Apabila seseorang mengenal dengan baik dirinya, maka ia akan mampu melakukan self
termasuk orang yang bodoh apabila ia sendiri tidak mengetahui sejauh mana
kebodohannya dan tidak bisa juga merumuskan apa yang disebut pandai itu. Di
samping itu, kejujuran merupakan hal yang penting yang akan mempengaruhi self
disclosure seseorang. Oleh karena seseorang mengemukakan apa yang ia ketahui maka
melebih-lebihkan atau cukup rinci bagian-bagian yang ia anggap perlu. Untuk hal-hal
yang bersifat pribadi, banyak orang memilih untuk berbohong atau melebih-lebihkan.
Namun, self disclosure yang seseorang lakukan akan bergantung pada kejujurannya.
Misalnya, seseorang bisa melihat perilaku orang yang hendak meminjam uang.
seperti tak memiliki uang untuk belanja besok hari, anaknya sakit atau biaya sekolah
anaknya. Sering pula kemudian self disclosure dalam wujud penderitaan itu dilebih-
Salah satu hal yang seseorang pertimbangkan dalam melakukan self disclosure
adalah maksud atau tujuannya. Tidak mungkin orang tiba-tiba menyatakan dirinya
apabila tidak memiliki maksud dan tujuan tertentu. Seseorang mengungkapkan dirinya
dengan tujuan tertentu. Oleh karena menyadari adanya maksud dan tujuan self
disclosure itu maka ia pun melakukan kontrol atas self disclosure yang ia lakukan.
Orang yang melebih-lebihkan atau berbohong dalam melakukan self disclosure pada
satu sisi bisa dipandang sebagai salah satu bentuk kontrol supaya self disclosure-nya
5. Keakraban
Fisher (1986) mengemukakan keakraban merupakan salah satu hal yang serta
kaitannya dengan komunikasi self disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-
hal yang sifatnya pribadi atau intim misalnya mengenai perasaan seseorang, tetapi bisa
juga mengenai hal-hal yang sifatnya umum, seperti pandangan seseorang terhadap
situasi politik mutakhir di tanah air atau bisa saja antara hal yang intim/pribadi dan hal
situasi yang lain. Dalam DeVito (1997:62), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Seorang individu melakukan keterbukaan diri bila orang yang bersamanya juga
melakukan keterbukaan diri. Efek diadik ini berangkali membuat individu tersebut
Pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila itu dilakukan sebagai tanggapan atas
Self disclosure itu bersifat timbal balik. Oleh karena itu, keterbukaan diri
interaksi antara seseorang dan lawan komunikasi bisa berlangsung. Keterbukaan diri
dua orang untuk membuka diri juga. Inilah yang dinamakan efek diadik.
b. Kepribadian
lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul dan introvert. Perasaan
Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga jarang melakukan keterbukaan
c. Jenis Kelamin
Umumnya wanita lebih terbuka daripada pria. Wanita lebih senang lekas membagikan
informasi tentang dirinya ataupun orang lain. Sebaliknya pria lebih senang diam atau
d. Besar Kelompok
Keterbukaan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada kelompok
besar. Kelompok yang terdiri atas dua orang merupakan lingkungan yang paling cocok
saja. Jika khalayak komunikasi itu besar jumlahnya maka kita akan sulit mengontrol
dan menerima umpan balik dari lawan komunikasi kita. Apabila khalayaknya kecil saja
maka kita bisa mengontrol situasi komunikasi dan bisa melihat umpan balik itu.
Apabila lawan komunikasi kita memberikan respons yang baik terhadap self
disclosure kita, dengan melakukan self disclosure juga maka proses komunikasi yang
e. Topik
Seseorang cenderung membuka diri tentang topik tertentu daripada topik yang
lain. Sebagai contoh, lebih mungkin mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaaan
atau hobi daripada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan. Seseorang juga lebih
sering mengungkapkan informasi yang bagus daripada informasi yang kurang baik.
Umumnya, makin pribadi dan negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan untuk
mengungkapkannya.
f. Penerima hubungan
Keterbukaan diri dianggap berhasil bila ada umpan balik dari pendengar
informasi. Pria cenderung lebih terbuka kepada teman-temannya dari pada kepada
orang tuanya karena merasa memiliki satu tujuan. Sebaliknya wanita lebih suka terbuka
kepada orang tuanya atau teman prianya karena dianggap mampu memberikan
perlindungan
“individu yang mampu dalam keterbukaan diri (self disclosure) akan dapat
mengungkapkan diri dengan tepat; terbukti mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih
percaya diri, lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif, percaya
terhadap orang lain, lebih objektif, dan terbuka. Sebaliknya individu yang kurang
mampu dalam keterbukaan diri (self disclosure) terbukti tidak mampu menyesuaikan
diri, kurang percaya diri, timbul perasaan takut, cemas, merasa rendah diri, dan
keterbukaan diri juga dapat untuk memenuhi kebutuhan dan memelihara keselarasan
serta membentuk kesehatan mental. Keterbukaan diri sangat penting dalam hubungan
antar manusia. Sifat timbal balik antar manusia dapat meningkatkan keakraban sosial
Selain memiliki manfaat, keterbukaan diri juga dapat menimbulkan resiko atau
bahaya. Almas (2007:79) menemukan resiko dari keterbukaan diri yaitu mendapatkan
hukuman dan tidak terjaganya rahasia. Seseorang yang melakukan keterbukaan diri
bisa saja memperoleh citra yang negatif dari orang lain, informasi yang diberikan akan
disalahgunakan untuk hal yang negatif, kehilangan kendali terhadap orang lain atau
terhadap situasi, terlihat seperti menyombongkan diri, dan adanya penolakan (Tubbs &
Moss, 2000:18).
Sedangkan menurut Bochner (dalam Devito, 2011), kita jangan hanya fokus
pada manfaat keterbukaan diri, namun juga harus melihat bahaya atau resiko yang
percaya. Selain itu, seseorang juga memilih mengungkapkan diri pada orang yang
secara pribadi jika hal yang diungkapkan tidak disukai atau sesuai dengan komunikan.
2. Kerugian Material
seorang selebriti yang mengaku bahwa ia pecandu narkoba. Pihak yang akan
3. Kesulitan intrapribadi
dan penghindaran, dapat menjadi beban baginya dan memungkinkan terjadinya stress
atau rasa sedih dan rendah diri, yang merupakan contoh kesulitan intrapribadi.
Selain itu, Devito (2011) juga menyebutkan beberapa resiko pengungkapan diri
lainnya, yakni:
a) Resiko pribadi; Jika Anda sendiri mengungkapkan aspek kehidupan Anda yang
mungkin bertemu dengan penolakan bahkan dari teman terdekat dan anggota
keluarga.
agama atau ras yang berbeda dapat menciptakan masalah di tempat kerja.
(CPM)
dikemukakan oleh Sandra Petronio. Teori ini menjelaskan adanya tekanan antara
keterbukaan dan rahasia pribadi antara sesuatu yang “bersifat umum” dan “rahasia”
dalam hubungan (Littlejohn dan Foss, 2009). Teori ini lahir dari ketertarikan para
peneliti pada kriteria pembentukan aturan dalam sistem manajemen aturan bagi
pembukaan. Para peneliti mengamati bahwa pria dan wanita memiliki kriteria yang
berbeda untuk menilai kapan harus terbuka dan kapan harus diam. Kriteria-kriteria ini
menuntun pada aturan-aturan yang berbeda pada pria dan wanita dalam hal
pembukaan.
dalamnya, terus mengatur batasan-batasan antara apa yang umum dan pribadi, antara
perasaan-perasaan tersebut yang ingin mereka bagi dengan orang lain dan yang tidak
ingin mereka bagi. Dalam tingkat kedekatan tertentu, batasannya dapat ditembus, yang
artinya informasi tertentu dapat diungkapkan atau dibagi; dan pada saat yang lain,
batasan ini tidak dapat ditembus dan informasi yang ada tidak dapat diungkapkan atau
tidak dapat dibagi. Sifat tembus dari sebuah batasan tidak berubah dan situasinya dapat
keamanan informasi yang dimiliki semakin kuat, dan sebaliknya pembukaan batasan
dapat memberikan kedekatan dan pembagian yang lebih besar, juga disertai kelemahan
yang lebih besar. Tetapi memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa yang harus
dan privasi memiliki resiko serta penghargaan bagi seseorang dalam semua situasi yang
dihadapinya.
Yang dimaksudkan sebagai sesuatu yang bersifat “rahasia” dalam sebuah hubungan,
atau dapat juga disebut dengan informasi privat, merupakan informasi mengenai hal-
hal yang sangat berarti bagi mereka. Oleh karena itu, proses mengkomunikasikan
informasi privat dalam hubungan dengan orang lain menjadi apa yang disebut dengan
berbeda dalam tiga cara: pertama, pembukaan pribadi memberikan penekanan lebih
pada isi personal dari pembukaan itu sendiri atau dengan kata lain lebih pada substansi
dari pembukaan atau pada hal-hal yang dianggap pribadi; kedua, teori ini mempelajari
bagaimana orang melakukan pembukaan melalui sistem yang didasarkan pada aturan;
dan yang terakhir, teori ini tidak melihat bahwa pembukaan hanyalah berkaitan dengan
membahas tentang dosen-dosen yang memiliki orientasi seksual meyimpang dan juga
orientasi seksual mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Hasil dari penelitian ini adalah dosen memiliki beberapa pertimbangan seperti budaya,
jenis kelamin, resiko serta manfaat dan beberapa criteria yang mereka miliki untuk
kepada mahasiswa dengan aturan pribadi mereka yang rumit. Relevansi yang terdapat
antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh McKenna-Buchanan adalah
teori yang di gunakan sama, yaitu teori Communication Privacy Management (CPM).
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
peneliti hanya berfokus pada gay dan keterbukaan identitas seksual yang dilakukan
Teori CPM mencapai tujuan-tujuan ini dengan mengajukan lima asumsi dasar:
Ketika kita berfokus pada isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk
pembukaan diri dengan keintiman seakan keduanya merupakan hal yang ekuivalen
walaupun dua hal ini merupakan dua konsep yang berbeda. Namun asumsi ini
mendalam dalam cara-cara fisik, psikologi, emosional dan perilaku karena orang ini
proses bercerita dan merefleksikan diri dari informasi privat mengenai orang lain dan
kita.
terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap privat. Pada satu sisi batasan ini,
orang menyimpan informasi privat untuk diri mereka sendiri, dan di sisi lain, orang
membuka beberapa informasi privat kepada orang lain di dalam relasi sosial mereka.
(collective boundary), dan informasi itu tidak hanya mengenai diri, informasi ini
menjadi milik hubungan yang ada. Ketika informasi privat tetap disimpan oleh seorang
individu dan tidak dibuka, maka batasannya disebut batasan personal (personal
boundary).
Asumsi ini bergantung pada ide bahwa orang merasa mereka memiliki
informasi privat mengenai diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi ini, maka
mereka percaya bahwa mereka harus ada dalam posisi untuk mengontrol siapa saja
(jika memang ada) yang boleh mengakses informasi ini. Jadi jika informasi privat itu
sudah diketahui oleh orang lain padahal pemilik informasi merasa tidak pernah
Sistem ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang
tentang informasi privat. West dan Turner (2008: 264) menyebutkan sistem manajemen
berdasarkan aturan ini memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif
serta merupakan pengaturan rumit yang terdiri atas tiga proses, yakni:
Karakteristik Aturan Privasi ini memiliki dua fitur utama yakni pengembangan dan
atribut.
A). Pengembangan aturan (rule development) dituntun oleh kriteria keputusan orang
untuk mengungkapkan atau menutupi informasi privat. Teori CPM menyatakan bahwa
Kriteria ini bergantung pada norma untuk privasi dan keterbukaan di dalam
privasi dengan adanya nilai-nilai yang mereka pelajari dalam budaya mereka.
Oleh karena itu, kita dapat memahami bahwa individu-individu dengan budaya
pria dan wanita dalam menarik batasan privasi mereka. Walaupun perbedaan-
perbedaan ini tidak selamanya tidak dapat diubah, pria dan wanita sepertinya
c) Kriteria motivasional
menutupi informasi privat. Yang lain mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk
mengklarifikasi diri mereka atau kedekatan hubungan. Selain itu mungkin akan
d) Kriteria kontekstual
dua elemen yang menyusun sebuah konteks, yaitu lingkungan sosial (keadaan-
keputusan untuk tidak membuka sesuatu) dan latar belakang fisik (keadaan-
B) Atribut aturan privasi (privacy rule attribute) terdiri dari dua, yaitu properti-properti
dari aturan itu sendiri dan cara orang mendapatkan aturan. Umumnya, properti aturan
menunjukkan seberapa stabil atau dapat diubah sebuah peraturan itu, sedangkan cara
orang untuk mendapatkan aturan sendiri, dinyatakan bahwa orang mempelajari aturan
melalui proses sosialisasi atau melalui negosiasi dengan orang lain untuk menciptakan
2. Koordinasi Batasan
dimiliki bersama. Hal ini adalah proses melalui mana sebuah keputusan dibuat dan
informasi privat. Dan menurut Petronio, seseorang mengatur informasi privat melalui
sengaja mendengar sebuah informasi privat yang tidak ditujukan padanya tetapi
pertalian yang ada lemah karena orang tersebut tahu bahwa dia bukan penerima yang
dituju oleh informasi itu), hak kepemilikan batasan (merujuk pada hak-hak dan
keistimewaan yang diberikan pada pemilik pendamping dari sebuah informasi privat)
dan permeabilitas batasan (merujuk pada seberapa banyak informasi dapat melalui
batasan yang ada. Ketika akses terhadap suatu informasi privat ditutup, batasannya
disebut sebagai batasan tebal; sedangkan ketika aksesnya terbuka, batasannya disebut
3. Turbulensi Batasan
Hal ini muncul sebagai benturan ketika aturan-aturan koordinasi batasan tidak
jelas atau ketika harapan orang untuk manajemen privasi berkonflik antara satu dengan
lainnya. Menurut Afifi dalam Pengantar Teori Komunikasi, teori CPM berargumen
bahwa ketika individu mengalami turbulensi batasan, mereka akan mencoba untuk
koordinasi.
mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menutupinya. Jadi sering kali
tertentu yang dibawa sebagai akibat dari oposisi dan kontradiksi mengenai keinginan
keinginan untuk merespon interaksi secara baik karena dia menikmati interaksi
tersebut.
Terdapat empat jenis strategi komunikasi privasi yaitu selection, timbal balik, ambigu,
dan pengalihan.
1. Strategi Seleksi
pengungkapan diri merupakan sesuatu yang membuat stress yang membuat kesehatan
mental negatif, namun hal tersebut juga dapat menjadi sebuah pengalaman yang positif
digabungkan dengan ketulusan dan kejujuran (Buchanan dkk, 2015). Strategi timbal
sengaja untuk memberikan respon kepada orang lain. Strategi ini dimana seseorang
mengungkapkan mengenai informasi pribadi. Pada faktor efek diadik dalam teori
3. Strategi Ambigu
Berbeda dengan strategi seleksi dan timbal balik yang secara terang-terangan
homoseksual biasanya memberikan beberapa kode pada strategi ini, mereka tidak
beberapa arti, intinya adalah ambiguitas merupakan pesan yang memiliki banyak
4. Strategi Pengalihan
seksual mereka (Buchananet dkk, 2015). Pada umumnya strategi pengalihan adalah
sebagai homoseksual dapat menjadi sesuatu hal yang sangat berisiko. Melihat dari
sudut pandang yang ada keterbukaan diri homoseksual merupakan sesuatu yang
untuk memiliki suatu pemikiran positif mengenai dirinya yang sebenarnya, dan hal ini
tidak muncul dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan oleh orang tersebut.
Sedangkan menurut Hurlock (1974) penerimaan diri adalah seberapa sejauh seorang
menerima untuk hidup dengan karakteristik tersebut. Menurut Jerslid (dalam Hurlock,
1974) individu yang dapat menerima dirinya memiliki penilaian akan realita dari
yang dapat menerima kelebihan yang ia miliki hak untuk menolak apa yang dirasa tidak
sesuai dengan dirinya dan mengakui segala kekurangan dirinya tanpa ada rasa
menyalahkan. Ditambahkan lagi oleh Hurlock (1974), penerimaan diri menjadi salah
satu faktor yang penting dan memiliki peran terhadap kebahagiaan seseorang sehingga
kesimpulan bahwa penerimaan diri adalah sikap individu yang menunjukkan ia mampu
menerima dan bahagia atas segala yang ia miliki dan tidak miliki serta mampu dan
bersedia untuk hidup dengan segala yang ada dalam dirinya, tanpa merasakan tidak
Proses individu agar dapat menerima dirinya tidak muncul begitu saja,
1. Penghindaran (Aversion)
2. Keingintahuan (Curiosity)
keingintahuan dari terhadap masalah atau situasi yang ia hadapi. Hal ini membuat
individu ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai masalah atau situasinya tersebut
3. Toleransi (Tolerance)
Pada tahap ini, individu akan memilih menahan perasaan tidak nyaman yang
Setelah dapat bertahan akan perasaan tidak nyaman tersebut, individu akan
mulai membiarkan perasaan tersebut hadir dan hilang begitu saja. Individu secara
5. Persahabatan (Friendship)
perasaan tidak menyenangkan tadi dan mencoba mencari sisi positif atas kesulitan atau
mengubanya menjadi rasa bersyukur atas sisi positif yang ia dapatkan berdasarkan
individu memiliki ideal self yang lebih tinggi dibandingkan real self yang dimilikinya
(Hurlock, 1974). Apabila ideal self itu tidak realistis dan sulit untuk dicapai pada
kehidupan nyata, maka hal itu akan menimbulkan rasa frustrasi dan kecewa (Hurlock,
1974). Kondisi yang mendukung proses penerimaan diri tersebut, antara lain:
Pemahaman diri adalah persepsi tentang dirinya sendiri yang dibuat secara
jujur, tidak berpura-pura dan bersifat realistis. Pemahaman diri bukan hanya terpaku
pada mengenal atau mengakui fakta tetapi juga merasakan pentingnya fakta-fakta.
akan sulit untuk dicapai. Namun jika lingkungan, dan significant others turut
memberikan dukungan, maka kondisi ini dapat mempermudah penerimaan diri seorang
individu.
Tiga kondisi utama yang menghasilkan evaluasi positif terhadap diri seseorang
antara lain, tidak adanya prasangka terhadap seseorang, adanya penghargaan terhadap
kelompok sosial.
Ketiadaan gangguan stress yang berat akan membuat individu dapat bekerja
sebaik mungkin, merasa bahagia, rileks, dan tidak bersikap negatif terhadap dirinya.
kemudian akan menjadi lebih mudah dalam menerima dirinya sendiri, dimana ia telah
lingkungan sosial.
7. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik (Identification
penyesuaian diri yang baik, maka hal itu dapat membantu individu untuk
mengembangkan sikap positif dan menumbuhkan penilaian diri yang baik. Lingkungan
rumah dengan model identifikasi yang baik akan membentuk kepribadian sehat pada
memandang dirinya, akan membuat individu tersebut menerima dirinya dengan baik.
terhadap penerimaan diri seseorang tetap ada walaupun usia individu terus bertambah.
Dengan demikian, pola asuh juga turut mempengaruhi bagaimana seseorang dapat
melihat dirinya sendiri dalam suatu cara yang menyenangkan untuk menguatkan
konsep dirinya, sehingga sikap penerimaan diri itu akan menjadi suatu kebiasaan.
dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuian diri dan sosialnya. Hurlock (1974)
kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri
(self esteem). Selain itu mereka juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan
dirinya. Penerimaan diri memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih
yang realistis terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Ia
juga mampu membuat penilaian diri yang kritis (critical self-appraisals) yang
membantunya mengenal dan mengoreksi kekurangan yang ada pada dirinya. Selain itu
yang paling penting adalah mereka juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain.
Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain,
sesama yang dibarengi dengan rasa selalu ingin membantu orang lain, serta menaruh
minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan simpati. Dengan
demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial
yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri. Ia dapat
2.3.5 Gay
fenomena kaum gay. Atas dasar tersebut, maka setiap kajian mengenai
homoseksualitas dapat mencakup kajian mengenai gay. Gay merupakan kata ganti
terhadap jenis kelamin yang sama” (Feldman, 1990: 359). Gay adalah seorang pria atau
laki-laki yang memiliki orientasi seksual sesama jenis atau ketertarikan seksual
terhadap jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain menyukai pria atau laki-laki secara
emosional dan seksual. Gay bukan hanya menyangkut kontak seksual antara seorang
laki-laki dengan laki-laki yang lain tetapi juga menyangkut individu yang memiliki
kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap laki-laki yang lain. Gay tetap
seseorang mengembangkan orientasi heteroseks, biseks, gay, atau lesbian. Banyak riset
budaya pada orientasi seksual. Namun, tidak ada temuan yang memungkinkan para
faktor tertentu. Meskipun banyak orang yang berpikir bahwa faktor alami dan pola asuh
memainkan peran yang kompleks, banyak orang yang merasa tidak memilih orientasi
“Psikoanalis lain menyatakan bahwa kondisi atau pengaruh ibu yang dominan
bahwa kondisi atau pengaruh ibu yang dominan dan terlalu melindungi sedangkan ayah
cenderung pasif. Penyebab lain dari homoseksualitas seseorang yaitu karena faktor
belajar” (Feldmen, 2005: 360). Orientasi seksual seseorang dipelajari sebagai akibat
pengalaman masa kanak-kanak, khususnya interaksi antara anak dan orangtua. Fakta
yang ditemukan menunjukkan bahwa homoseksual diakibatkan oleh pengaruh ibu yang
dominan dan ayah yang pasif” (Fakih, 2003: 312). Dalam masa perkembangan sebelum
perkembangan manusia sebelum usia dewasa awal dimulai pada usia bayi, masa kanak-
Ahli sosiologi, Kenneth Kenniston menggunakan istilah masa muda atau youth,
yaitu periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa
pertanyaan yang jawabannya suatu saat akan menentukan masa dewasanya. Kaum
muda berusaha membangun diri secara mandiri dan menjadi terlibat secara sosial.
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya
memberitahukan orang lain mengenai orientasi seksualnya. Coming out adalah proses
dari penemuan atau penerimaan diri sendiri dan pemberitahuan tentang orientasi
lesbian atau gay seorang individu kepada orang lain” (Putri, 2007: 2). Paul & Weinrich
(dalam Olivia, 2012: 4) menjelaskan lebih lanjut bahwa “coming out merupakan suatu
penegasan bahwa identitas seksual sebagai homoseksual seorang individu terhadap diri
sendiri dan orang lain yang mengandung resiko berbahaya. Hal ini artinya adalah
individu mau tidak mau harus siap menerima label dari orang lain yang menghina
dirinya karena identitas seksual sebagai homoseksualnya dan dalam lingkup yang lebih
luas, hidup dalam masyarakat yang memusuhi. Dari definisi di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa coming out adalah proses pemberitahuan kepada orang lain
homoseksual yang paling terkenal dan paling berpengaruh yang pernah dibuat oleh
Cass (1996), Coleman (1982), Lee (1977), McCarn & Fassinger (1996), Sophie (1986),
dan Troiden (1989). Vaughan dalam Olivia (2012: 5) membagi fokus terhadap proses
1. Awareness
Proses ini dimulai dengan kewaspadaan awal terhadap perasaan berbeda dari
teman sebaya yang memiliki gender yang sama. Mereka mulai untuk mengenali bahwa
mereka tidak cocok dengan teman sebaya mereka. Mereka juga kurang cocok terhadap
2. Exploration
dengan homoseksual lain. Seiring dengan toleransi dan keterbukaan yang semakin
tinggi untuk menyelidiki seksualitas mereka, individu mulai untuk mencari lingkungan
mereka dapat belajar dari kaum homoseksual lainnya tentang bagaimana artinya
menjadi homoseksual.
3. Acceptance
dihubungkan dengan kontak sosial yang lebih luas dengan homoseksual lainnya,
menjalin pertemanan, dan mengejar kesempatan untuk terlibat dalam hubungan seksual
4. Commitment
memperjuangkan hak yang sederajat bagi mereka dan yang lainnya serta berusaha
untuk mengubah stereotip yang negatif tentang homoseksual dalam masyarakat. Secara
internal, komitmen ini diekspresikan melalui penerimaan penuh dan tidak terkondisi
5. Integration
Periode ini fokus pada pemerolehan kesesuaian maksimal antara pribadi dengan
sosial mereka dengan dan peran penting lainnya disertai dengan rasa hormat terhadap
dimana pemikirannya terangkum dalam konsep utama mengenai “mind”, “self” dan
manusia menafsirkan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya.
Mead (dalam Mufid, 2009:161-165) melihat ”pikiran dan diri menjadi bagian dari
perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Interaksi itu membuat
dia mengenal dunia dan dia sendiri. Mead mengatakan bahwa, pikiran (mind) dan diri
(self) berasal dari masyarakat (society) atau aksi sosial (social act)”.
dan berkembang dalam proses sosial sebagai hasil dari interaksi. Mind dalam hal ini
mirip dengan symbol, yakni sebagai hasil dari interaksi sosial. Hanya, mind terbentuk
melakukan percakapan diri yang juga disebut sebagai berpikir. Karenanya bagi Mead,
Konsepsi “mind” lebih merupakan proses daripada sebuah produk. Hal ini
berarti bahwa kesadaran bukanlah hasil tangkapan dari luar, melainkan secara aktif
Self, menurut Mead adalah proses yang tumbuh dalam keseharian sosial yang
melakukan role taking (pengambilan peran) dari orang lain. Dalam role taking kita
relasi dengan orang lain untuk kemudian memunculkan adopsi nilai dari orang lain.
dalam lingkungan yang lebih luas yang berupa hubungan personal, kelompok intim,
dan komunitas. Institusi society karenanya terdiri dari respon yang sama. “Society”
dipelihara oleh kemampuan individu untuk melakukan role taking dan generalized
others.
berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespons makna yang mereka bangun
sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam
dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia
juga menjadi instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan
cara lahirnya makna melalui interaksi dalam kelompok sosial. Contohnya, Mead
berbicara tentang simbol signifikan (significant symbol) dengan makna yang sama
dalam sebuah masyarakat. Tanpa sistem penyimbolan yang sama aksi yang
interaksionisme simbolik adalah orang lain yang signifikan (significant others) yaitu
orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita. Lalu orang lain (generalized
other) yang digeneralisasikan yakni konsep tentang orang lain merasakan kita dan tata
cara yang dipakai (role taking) yaitu pembentukan setelah perilaku setelah perilaku
orang lain. Konsep ini disusun bersama dalam teori interaksionisme simbolik untuk
menyediakan sebuah gambaran kompleks dari pengaruh persepsi individu dan kondisi
psikologis, komunikasi simbolik, serta nilai sosial dan keyakinan dalam sebuah
interaksionisme simbolik terdiri dari tiga asumsi, yakni : pertama, bahwa manusia
bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) itu atas dasar makna (meaning) yang dimiliki
sesuatu tersebut baginya. Kedua, makna yang memiliki sesuatu tersebut berasal atau
muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Ketiga, bahwa makna
mengurangi keadaan negatif dengan cara membuat suatu keadaan sesuai dengan
keadaan lainnya. Elemen kognitif adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang, bisa
berupa dirinya sendiri, tingkah lakunya atau juga pengamatan sekeliling. Pengurangan
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui atau mempunyai
pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang dipegang (Turner, 2007).
Roger Brown (1965) mengatakan, dasar dari dari teori ini mengikuti sebuah
prinsip yang cukup sederhana : “Keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan
mencapai konsonansi”. Brown menyatakan bahwa teori ini memungkinkan dua elemen
untuk memiliki tiga hubungan yang berbeda satu sama lain, konsonan; disonan; dan
tidak relevan (Turner, 2007 : 137). Secara sederhana, proses disonansi kognitif
berakibat pada;
dengan;
perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara
kognisi-kognisi. Turner (2007 : 139) menyebutkan empat asumsi dasar dari teori
disonansi kognitif :
a) Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan
perilakunya.
c) Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan
Zimbardo, Ebbesen, dan Maslach (dalam Turner, 2008 : 141), tiga faktor yang
dirasakan.
jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang kosonan. Ada
disonansi.
disonansi. Teori ini menyarankan untuk dapat mempersuasi seseorang, perlu ada
strategi yang berfokus pada inkonsistensi dan juga penyediaan akan perilaku baru yang
orang berada dalam disonansi mereka cenderung untuk mengurangi disonansi kognitif
mereka dengan mencari persuasi dari orang lain yang dapat mengurangi disonansi
kognitif mereka. Persuasi yang dibutuhkan ini dapat diterima dari orang lain atau dari
Menurut Turner (2007: 142), teori disonansi kognitif berkaitan juga dengan
a) Terpaan selektif, mencari informasi yang konsisten yang belum ada. CDT
perilaku mereka.
rasakan.
Teori penetrasi sosial merupakan salah satu teori dalam kajian komunikasi
interpersonal yang dikemukakan oleh dua orang ahli psikologi, Irwin Altman dan
Dalmas A.Taylor (1973). Menurut Altman (1973: 5), penetrasi sosial mengacu pada:
dan
gerakan lengan dan kepala, ekspresi wajah seperti tersenyum, pelototan mata
misalnyajarak pribadi dan spesial diantara orang dan penggunaan dari objek
”Teori penetrasi sosial ini disusun berdasarkan suatu gagasan yang menyatakan
bahwa manusia membuat keputusan didasarkan atas prinsip “imbalan” dan “biaya”.
seseorang. Sementara biaya mengacu pada setiap faktor yang bertindak menghambat
Dari apa yang disampaikan oleh Irwin Altman dan Dalmas A.Taylor tersebut
dapat dipahami bahwa orang akan memperhitungkan apa yang bisa diterima atau
keuntungan apa yang akan diperoleh dalam sebuah hubungan. Orang akan
mengungkapkan berbagai informasi tentang dirinya bila rasio antara biaya (cost) dan
selanjutnya.
keterbukaan diri dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang
seperti “bola”. ”Di bagian dalam bola tersebar berbagai macam catatan atau rekaman
dan tindakan yang pernah dilakukan. Perempumaan “bola” ini tidak jauh dari gambaran
terhadap individu pada awal perkembangan teori penetrasi sosial pada tahun 1960-an.
Menurut teori ini, untuk mengetahui atau mengenal diri orang lain dapat dilakukan
dengan cara “masuk ke dalam” (penetrating) bola diri orang bersangkutan” (Morissan,
2014: 297).
”Menurut Altman dan Taylor hubungan yang tidak intim bergerak menuju
hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini memungkinkan orang
untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan. Self disclosure membantu membentuk
hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang, dan membuat diri terbuka
terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik” (Wulandari, 2013: 106).
Menurut Altman dan Taylor (1973), proses penetrasi sosial melalui beberapa
1) Orientasi (orientation)
Tahap ini merupakan tahap paling awal dalam sebuah interaksi yang terjadi
pada bagian terluar dari kepribadian di tingkat “wilayah publik”. Pihak-pihak yang
terlibat dalam interaksi hanya berbagi sedikit sekali informasi mengenai diri masing-
masing. Mereka hanya berbagi informasi yang bersifat umum saja. Ucapan atau
komentar yang diberikan oleh mereka hanya sekedar untuk basa-basi yang hanya
menunjukkan informasi pada tingkat permukaan saja atau informasi yang nampak
secara kasat mata saja. Pada tahap ini komunikasi bersifat tidak pribadi (impersonal)
dan masing-masing pribadi cenderung untuk tidak saling mengkritik atau mengevaluasi
secara terbuka, khususnya pada perilaku negatif. Kalaupun terdapat evaluasi atau kritik
maka mereka akan melakukannya secara halus, yang bisa diterima secara kultural dan
Tahap pertukaran penjajakan afektif adalah tahap perluasan area publik diri,
aspek kepribadian baru saja ditunjukkan sebelum transaksi informasi yang lebih detail
dan dengan pemahaman, keunikan dan efesiensi komunikasi yang lebih tinggi. Tahap
ini terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian individu mulai muncul. Apa yang
semula menjadi wilayah pribadi berubah menjadi wilayah publik. Perkataan dan respon
non-verbal menjadi lebih sinkron, arus interaksi menjadi lebih halus, isyarat lebih cepat
menggunakan kata-kata atau ungkapan yang lebih personal. Hubungan pada tahap ini
secara umum lebih bersahabat, santai, dan kasual, namun komitmen masih terbatas dan
bersifat sementara.
antara orang-orang yang saling mengenal dengan baik dan telah memiliki riwayat
pergaulan yang begitu tulus. Pertukaran berlangsung dengan bebas dan lepas. Masing-
masing dari mereka merasa senang dan nyaman antara satudengan yang lainnya. Tahap
pertukaran afektif termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai” di mana
komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang cepat,
sering kali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan”
”Tidak banyak hubungan yang mampu sampai dalam tahapan ini. Pertukaran
memaknai komunikasi di lapisan terluar dari kepribadian. Pada tahap ini komunikasi
berjalan dengan efisien, ada banyak jalan dalam mengekspresikan perasaan yang sama,
Individu menunjukkan perilaku yang sangat intim sekaligus sinkron yang berarti
perilaku masing-masing individu sering kali berulang, dan perilaku berulang itu dapat
diantisipasi atau diperkirakan oleh pihak lain secara cukup akurat. Jarang terjadi
pihak cukup berpengalaman dalam melakukan klarifikasi satu sama lain terhadap
berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh norma sosial
dan sikap individu terhadap perilaku” (Eagle, Dahl, Hill, Bird, Spotswood, & Tapp,
yang normal dan dapat diterima dalam masyarakat, sedangkan untuk sikap individu
Menurut (Lee & Kotler, 2011: 198), ”theory of reason action yang
dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein, menyatakan bahwa prediksi terbaik mengenai
perilaku seseorang adalah berdasarkan minat orang tersebut. Minat perilaku didasari
oleh 2 faktor utama, yaitu : kepercayaan individu atas hasil dari perilaku yang
dilakukan dan persepsi individu atas pandangan orang-orang terdekat individu terhadap
proses pengambilan keputusan yang cermat dan memiliki alasan dan akan berdampak
a) Sikap yang dijalankan terhadap perilaku, didasari oleh perhatian atas hasil yang
b) Perilaku yang dilakukan oleh seorang individu, tidak saja didasari oleh
pandangan atau persepsi yang dianggap benar oleh individu, melainkan juga
memperhatikan pandangan atau persepsi orang lain yang dekat atau terkait
dengan individu.
c) Sikap yang muncul didasari oleh pandangan dan persepsi individu, dan
memperhatikan pandangan atau persepsi orang lain atas perilaku tersebut, akan
yaitu kepercayaan bahwa individu dapat melakukan suatu perilaku didasari oleh
kemampuan untuk melakukannya” (Lee & Kotler, 2011: 198). Teori ini dinamai
dengan Teori Perilaku Terencana (theory of planned behaviour). Inti dari teori perilaku
terencana mencakup 3 hal yaitu, keyakinan akan kemungkinan hasil serta evaluasi dari
perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan akan norma yang diharapkan serta
motivasi untuk memenuhi harapan yang diinginkan (normative beliefs), dan keyakinan
tentang suatu faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran
Theory of Reasoned Action dipengaruhi oleh niat individu, dan niat tersebut terbentuk
dari sikap dan norma subjektif. Salah satu variabel yang mempengaruhi, yaitu sikap,
dipengaruhi oleh hasil tindakan yang sudah dilakukan pada masa lalu. Sedangkan
norma subjektif, akan dipengaruhi oleh keyakinan pada pendapat orang lain serta
motivasi untuk menaati pendapat orang lain tersebut. Sederhananya, individu akan
melakukan suatu tindakan, jika memiliki nilai positif dari pengalaman yang sudah ada
komunikasi privasi untuk meminimalisir segala kemungkinan terburuk, baik pada saat
tersebut, akan ditemukan apa saja kriteria dan strategi yang gay gunakan. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini berawal dari seorang gay di Cangkang Queer, kemudian
digali bagaimana proses ia menerima diri. Setelah itu dilihat bagaimana dan kepada
sebagai output dari penelitian ini adalah kriteria aturan privasi dan strategi komunikasi
privasi.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Manajemen privasi
komunikasi pada
pengungkapan
Gay di identitas seksual
Cangkang Queer Penerimaan 1. Kriteria
diri aturan
Manajemen privasi privasi
komunikasi pada
2. Strategi
- Disonansi kognitif penyembunyian
identitas seksual komunikasi
-Penetrasi sosial
privasi
-Tindakan beralasan
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Maka proses
penelitian ini berpikir induktif, peneliti melihat langsung situasi dan latar belakang
fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan
etnometodologi, interaksi simbolik, etnografi, dan studi budaya, sering disebut sebagai
67
Universitas Sumatera Utara
68
a) Realitas-realitas adanya proses penerimaan diri yang harus dilalui gay serta
adanya cara tertentu yang digunakan gay untuk mengungkapkan atau menutupi
didasarkan pada adanya perbedaan latarbelakang gay itu sendiri baik sifat diri
proses penerimaan diri gay dapat dilihat melalui teori penerimaan diri (self
acceptance).
c) Pada penelitian ini dilihat bagaimana proses penerimaan diri gay, kemudian
dilihat apakah setelah bisa menerima diri, gay memilih untuk mengungkapkan
narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang
kriteria tertentu kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini, subjeknya adalah
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi
dan sampel. Subjek penelitian menjadi informan yang memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian informan dari penelitian ini ditentukan
melalui suatu teknik yang diharapkan dapat memenuhi kriteria respoden yang
dibutuhkan.
Kriteria informan yang baik adalah, “all individuals studied represent people
1. Seorang gay
2. Sudah coming out dan melakukan pengungkapan diri pada lingkungan sosialnya, di
lingkungan sosial gay, dengan kriteria orang tersebut harus sudah mengetahui orientasi
seksual gay tersebut melalui pengungkapan diri yang dilakukan gay itu sendiri.
Dalam penelitian kualitatif tidak hanya bisa hanya berhenti hanya dengan
kriteria, karena dengannya hanya diperoleh jumlah responden yang memenuhi kriteria,
informan lain yang memenuhi kriteria sampai menghasilkan data jenuh. “Snowball
adalah teknik pengambilan sampel dengan bantuan key-informan, dan dari key
informan inilah berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya
2006:31). Data dikatakan jenuh jika sudah tidak ada lagi informan yang bersedia
Menurut Creswell (1998), dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dapat
Tabel 3.1
Metode Pengumpulan Data
dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku
memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.
Seperti yang ada dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku, jurnal dan berita
sebagai sumber studi kepustakaan yang relevan, antara lain yaitu studi kepustakaan
tentang gay, penerimaan diri, pengungkapan diri dan manajemen privasi komunikasi.
yang bersumber melalui internet baik itu sebuah situs resmi, blog, dan sebagainya yang
ada di internet. Internet searching nantinya digunakan pula untuk menganalisis media
1. Wawancara Mendalam
Pada proses wawancara ini pertanyaan yang diberikan semi terstruktur, dan
dalam suasana bebas yang santai maksudnya adalah menghilangkan kesan formal
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan petunjuk umum wawancara berupa kerangka dan garis besar pokok-
lebih dalam mengenai informasi yang dibutuhkan. Wawancara dalam penelitian ini
juga bersifat terbuka sehingga subjek mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai
dan mengetahui apa maksud dan tujuan wawancara tersebut” (Satori dan Komariah,
2009: 130).
2. Observasi Non-Patisipan
Dalam hal ini, peneliti bukan anggota organisasi Cangkang Queer. Maka
Sugiyono (2013:145) “dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya
data dilakukan dengan cara peneliti mengamati informan penelitian ketika melakukan
wawancara”.
3. Dokumentasi
Cangkang Queer, aktivitas media sosial yang berhubungan dengan fokus penelitian
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat informasikan kepada orang lain. Dapat
disimpulkan bahwa, teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan.
wawancara dan observasi pra penelitian melalui internet dan bertemu langsung
tujuan penelitian.
bentuk narasi dan dilengkapi dengan tabel sesuai keperluan agar mudah dibaca
Keabsahan data atau validitas data dibutuhkan pada penelitian ini untuk
subjektifitas peneliti. Pada penelitian ini, dilakukan dua proses triangulasi data yakni
dan kebenaran suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Pada
lingkungan sosial gay yang sudah mengetahui identitas seksual gay langsung
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
melihat bahwa untuk melakukan coming out, RN harus mempersiapkan diri dan cara
khusus serta membutuhkan waktu yang relatif lama sampai merasa siap untuk
seorang gay bernama Dika yang pernah peneliti wawancarai pada bulan April 2013.
Hal ini akhirnya menjadi pengamatan awal peneliti untuk menentukan tema penelitian.
penelitian untuk mata kuliah Kajian Mandiri di semester 3. Namun ketika itu peneliti
belum menemukan judul yang dirasa tepat untuk tema tersebut. Peneliti kemudian
CPM memiliki hubungan yang kuat dengan adanya strategi yang dilakukan gay untuk
melakukan coming out. Setelah menemukan tema dan teori yang tepat, peneliti
77
Universitas Sumatera Utara
78
adalah berdiskusi dengan dosen pengampu mata kuliah Kajian Mandiri dan melakukan
dipresentasikan pada Seminar Kajian Mandiri yang dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 3
Februari 2018.
Medan. Peneliti melakukan pencarian di media sosial Instagram dan menemukan akun
peneliti yakni Dika, untuk mencari koneksi dengan homoseksual. Peneliti menemukan
akun Facebook Dika dan mengirimkan pesan, namun tidak ada respon. Peneliti
pesan dan Dika merespon dengan memberikan nomor handphone nya. Kemudian
peneliti melihat bahwa ternyata Dika mengikuti akun Cangkang Queer. Ternyata Dika
adalah ketua Cangkang Queer dan kemudian membantu peneliti untuk bisa melakukan
penelitian di sana.
dengan dosen pembimbing dan terjadi perubahan judul. Awalnya peneliti ingin melihat
tersebut didasari oleh kecilnya kemungkinan homoseksual sudah membuka diri kepada
Peneliti pun meminta bertemu dengan pengurus inti Cangkang Queer guna
terkini baik di kota Medan secara umum dan di Cangkang Queer khususnya. Pertemuan
dilakukan pada tanggal 12 Maret 2018. Pada pertemuan tersebut, peneliti melakukan
wawancara pra penelitian dengan menanyakan kondisi Cangkang Queer terbaru dan
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian, ternyata benar jika hampir semua
kepada keluarga. Pengurus juga mengatakan jika sulit mencari lesbian yang sudah
membuka diri atau mau terbuka dan di Cangkang Queer sendiri, sangat sedikit jumlah
lesbian yang masih aktif. Pertemuan tersebut berakhir dengan kesepakatan bahwa
revisi proposal sesuai dengan ketentuan Cangkang Queer. Sebagai timbal baliknya,
wawancara pra penelitian tersebut, hingga kembali terjadi pergantian judul menjadi
Sosial di Cangkang Queer”. Judul inilah yang kemudian peneliti presentasikan pada
Cangkang Queer dan kemudian dikirimkan pada tanggal 12 Mei 2018 melalui email.
Pada tanggal yang sama, Cangkang Queer mengirimkan kembali proposal peneliti
sebab ada beberapa bagian yang harus peneliti revisi. Masa revisi proposal peneliti isi
kembali proposal yang sudah direvisi pada tanggal 21 Mei dan disetujui oleh Cangkang
Queer tiga hari kemudian. Proses penelitian pun berlanjut dengan menentukan waktu
para informan.
Peneliti bertemu dengan 4 informan utama untuk pertama kalinya, yakni Alifo,
Putra, Keenan dan Edo, pada tanggal 2 Juni 2018 pukul 18.00 WIB. Waktu tersebut
peneliti gunakan untuk berkenalan, melakukan observasi serta wawancara awal, yang
penyembunyian identitas seksual gay. Perubahan ini diikuti dengan pelengkapan judul
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 3 Juli 2018. Jarak yang lama antara
pertemuan pertama dan kedua disebabkan oleh dua faktor. Pertama, adanya libur Hari
Raya Idul Fitri, dan kedua karena sekretaris Cangkang Queer (yang juga merupakan
salah satu calon informan) meninggal dunia. Pada wawancara kedua tersebut, peneliti
melakukan wawancara lebih mendalam kepada 3 informan utama yakni Alifo, Keenan
dan Edo dan 1 informan tambahan yakni Amee. Wawancara terasa lebih santai dan
nyaman karena peneliti dan para informan sudah saling berkenalan sebelumnya.
utama, yakni Putra dan 1 informan tambahan, yakni Chio. Wawancara berlangsung
selama 1,5 jam. Keesokan harinya, peneliti mewawancari 1 informan tambahan yakni
Anastasya melalui WhatsApp, sesuai dengan permintaan informan. Sampai di hari itu,
masih merasa belum cukup, namun 1 calon informan utama tidak bersedia
diwawancarai.
ada 1 anggota Cangkang Queer yang bersedia dan bisa diwawancarai pada hari yang
sama. Pertemuan keempat dengan 1 informan utama, yakni Christian dilakukan pada
sore harinya. Pertemuan tersebut berlangsung selama 3 jam. Esok harinya, peneliti
Informan ini menjadi informan penutup wawancara yang peneliti lakukan. Penelitian
dirasa cukup sebab data yang dikumpulkan sudah jenuh dan sudah sesuai dengan
sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah
proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan
tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
Pada temuan penelitian ini, peneliti menjabarkan data hasil penelitian yang
utama yakni gay dan 5 informan tambahan yakni orang-orang di lingkungan sosial gay.
Data dikumpulkan melalui wawancara secara langsung dengan gay dan lingkungan
sosialnya, serta melalui observasi secara langsung dan melalui internet. Data yang telah
kebutuhan peneliti. Hasil reduksi data kemudian disajikan dengan cara deskriptif dan
dikategorikan sesuai dengan tujuan penelitian yang tertera pada BAB I. Penelitian ini
dipedomani dengan daftar pertanyaan yang bersifat mendalam namun semi terstruktur.
Pemilihan 10 informan disesuaikan dengan kriteria informan yang tertera pada BAB
III. Peneliti memaparkan temuan penelitian ini berdasarkan deskripsi informan serta
AHU-0026608.AH.01.07.TAHUN
2016
2) Sejarah Singkat
Cangkang Queer terbentuk pada 10 Februari 2012 yang diiniasi oleh 6 orang
individu LGBTIQ yang sebagian besar adalah mahasiswa. Pada awal berdiri,
Kemudian di 2013 sempat berafiliasi dengan gerakan feminis sosialis dengan wilayah
kerjanya kampus, mahasiswa dan anak muda pro demokrasi. Pada 2014, Cangkang
Queer bergerak keluar dari kampus dan mulai fokus turun ke basis untuk mengorganisir
individu dan komunitas LGBTIQ. Hingga saat ini, sebanyak 6 kabupaten kota di
Sumatera Utara (Medan, Binjai, Deli Serdang, Siantar, Asahan dan Tanjung Balai)
telah di organisir. Pada tahun yang sama, Cangkang Queer menjadi Anggota Luar Biasa
budaya, seksual, reproduksi, lingkungan hidup yang bebas dari diskriminasi atas
dasar jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, ekspresi gender dan kelas
sosial.
b) Misi :
c) Prinsip:
1. Anti Diskriminasi
2. Kesetaran Gender
3. Anti Kekerasan
4. Independen
5. Inklusif
4) Pilar Organisasi
1. Pengorganisasian
2. Pendidikan
3. Penelitian dan pengembangan
4. Advokasi
5. Kampanye
5) Struktur Organisasi
Staff Program :
1. Muhammad Donri
2. Amee Adlian
3. Hasri Dwi Manda
Volunteer :
1. Keenan
2. Evida Hanum
Saat ini Cangkang Queer memiliki 53 anggota aktif, yang terdiri dari 11 orang
lesbian, 18 orang gay, 7 orang biseksual, 2 orang transwoman, 7 orang transman dan
8 orang heteroseksual. Dari total 18 orang gay yang aktif, peneliti mewawancarai 5
orang di antaranya. 5 orang gay yang menjadi informan penelitian ini adalah Alifo,
Keenan, Edo, Putra dan Christian. Kelima informan ini dipilih sesuai dengan kategori
Informan kunci dari penelitian ini adalah Dika, dimana ia adalah Ketua
kesediannya menjadi informan, Alifo kemudian mencari informan lain yang sesuai
peneliti dengan Edo yakni anggota Cangkang Queer, Keenan sebagai volunteer
kemudian Putra yang juga merupakan anggota Cangkang Queer. Sebagai informan
Queer.
Penelitian & Pengembangan di Cangkang Queer. Alifo saat ini terdaftar sebagai
mahasiswa strata 1 program studi Pertanian. Alifo merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dan berasal dari Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.
Ia berasal dari keluarga dengan latarbelakang agama yang kuat. Secara fisik, Alifo
adalah pria bertubuh cukup proporsional dengan rahang wajah yang tegas, memiliki
kumis dan jenggot serta rambut yang ikal, warna kulit sawo matang.
sesama pria. Alifo mengatakan ia mulai menyadari jika ia adalah gay ketika ia duduk
di bangku SD. Alifo merasa kagum dengan seorang teman pria yang berprestasi.
Namun tidak ada ketertarikan secara seksual. Alifo merasakan ketertarikan seksual saat
mendekati masa pubertas (kelas 6 SD). Alifo mengalami mimpi basah, yang dalam
ajaran agama Islam, mimpi basah merupakan tanda seorang pria sudah baligh saat kelas
1 SMP. Alifo justru mengalami mimpi basah dengan seorang pria, bukan dengan
Alifo sepenuhnya tertarik secara seksual dengan pria saat memasuki masa SMP.
begitu seterusnya sampai masa SMA. Alifo sebenarnya memiliki keinginan untuk
menjadikan pria yang ia sukai sebagai pacar, ingin berduaan, namun tidak bisa
halamannya.
mengetahui ia adalah gay. Ia mengetahui istilah “gay” sewaktu SMP melalui Al-Quran
dan mengetahui bahwa homoseksual adalah hal yang salah dalam agama. Alifo juga
memasuki masa SMA. Alifo mulai membaca buku-buku dan menemukan berbagai
“Proses penerimaan diri 1 SMP sampai semester 1 kuliah. Itu sudah aku selama
itu sudah cari di Al-Quran, tapi tidak tahu detail. Sampai semester 1 aku sudah
bongkar-bongkar dari sains, Wikipedia, koran, tanya-tanya semua. Itulah yang
sayang sekali, kalau kita cari dalam bahasa indonesia, makin stres kita bacanya.
Hampir semua artikel dalam bahasa indonesia pasti kaitannya dengan agama.
Tidak ada kaitannya dengan ilmiah, walaupun ada pasti dikaitkan lagi dengan
agama”
Alifo merasa pengetahuan yang ia dapat dari sudut pandang keilmuan tidak
membuatnya sampai jatuh sakit selama 1 minggu. Alifo pun mulai menyalahkan
dirinya, namun lebih menyalahkan Tuhan. Ia pun mengurung diri, jarang makan dan
“Aku tidak mau menyalahkan diriku sendiri karena itu menurutku bahaya.
Sangat bahaya. Kalau aku menyalahkan diriku sendiri mungkin aku sudah
bunuh diri. Tuhan itu Maha Kuat, Dia yang punya segalanya. Jadi lempar saja
semua masalah sama Dia, serahkan saja semua sama Dia. Sampai sholat
tahajud, sampai kalau aku bisa berubah besok, atau dalam waktu dekat ini,
nazar-nazar. Bagaimana mana kau mau sembuh, orang kau saja tidak sakit. Mau
puasa 3 hari nazarnya. Sebenarnya agama tidak menyingkirkan orang. Agama
itu justru merangkul kita semua, semua umat. Justru ada kawanku yang jadi
benci sama agamanya, semakin benci, tidak percaya lagi sama agamanya”
Islam Indonesia. Dalam grup itu, dikatakan bahwa sebenarnya Allah SWT mencintai
merasa bukan dirinya yang bersalah dan tidak ada siapapun yang salah. Alifo merasa
“Aku sudah mantap dengan agamaku, aku semakin mantap dengan status
orientasi seksualku”
Alifo menjalani proses penerimaan diri sebagai gay selama 7 tahun, dimulai
dari kelas 1 SMP sampai kuliah semester 1. Alifo mencari tentang homoseksual dari
segala sumber, mulai dari Al-Quran, segi sains, Wikipedia, koran dan bertanya sana-
Alifo selanjutnya melakukan pengungkapan diri atau coming out, setelah ia bisa
tidak terlalu memusingkan jika orang lain mengetahui ia adalah gay. Pada akhir masa
kuliah (semester 8), coming out pertama dan satu-satunya ia lakukan kepada teman
“Aku bilang lewat Facebook. Kami kan di kuliah yang dekat bertiga, satu
cewek, dua cowok. Ku bilang sama dia waktu itu lewat pesan Facebook, awalnya dia
tidak percaya. Terus dia bilang “kau tidak kayak waria”. Terus ku bilang “beda lah
waria sama gay”. Kalau waria sudah dandan dia, sudah make-up. Terus reaksinya
seperti menyalahkan aku, “dosa itu kembalilah ke jalan yang benar”, keluarlah dari
sudut pandang agama itu kan. Sampai sekarang dia tidak mau jumpa lagi, padahal
sudah kayak saudara”.
Pemilihan waktu tersebut merupakan strateginya dan saat yang dirasa tepat
karena jika si teman tidak bisa menerima, mereka juga tidak akan bertemu kembali.
temannya selalu cerita kepadanya jika ada masalah, Alifo juga mempercayainya. Alifo
biaya tambahan seperti halnya pesan singkat. Temannya awalnya tidak percaya dan
menyalahkan Alifo.
kepada keluarga. Ia mengaku sudah memberikan clue. Jika ibunya menanyakan kapan
“Aku tidak mau nikah sama perempuan, tidak mau dekat sama perempuan. Aku
tidak mau nikah, mak. Nanti kalau abang sama adik nikah, mamak yang urus
sayang pada orangtuanya dan begitu sebaliknya. Alifo tidak ingin ada yang berubah
dengan hal tersebut, terlebih hanya karena tahu ia adalah gay. Alifo sebenarnya sangat
“Masih menyembunyikan dari orang tua karena aku sayang sama orang tua ku
dan dia juga sayang sama ku. Aku tidak mau ubah itu. Hanya karena itu jadi
tidak sayang sama ku lagi. Biarkan dia mengenalku dengan apa yang dia kenal
dan tahu dan dia sayang, dan dia tahu aku sayang dia, dia sayang aku”
Cangkang Queer. Ia adalah sarjana program studi keperawatan. Keenan atau biasa
disapa Ken adalah anak terakhir dari 8 bersaudara. Ken dan saudara-saudaranya
dibesarkan oleh sang ibu, karena ayahnya meninggal dunia ketika Ken duduk di kelas
2 SMA. Ken merupakan sosok yang jarang bergaul. Ia lebih suka menghabiskan waktu
di rumahnya, yang sudah dilengkapi dengan wifi. Ken adalah sosok pria bertubuh
Ken merasakan bahwa ia adalah gay ketika duduk di bangku SD. Ia menyukai
pria yang lebih tua dan manly. Ken baru dapat mengidentifikasi jika ia adalah gay
ketika SMP sampai SMA, dengan cara sering membaca mengenai homoseksual.
Mencari tahu mengenai homoseksual adalah cara Ken untuk dapat menerima dirinya.
Ken mengaku tidak pernah melakukan penolakan terhadap apa yang ia rasakan. Ken
merasa marah karena mempertanyakan mengapa hal itu terjadi pada dirinya, saat
masuk SMA.
Ken sudah menjadi dirinya sendiri namun ia belum bisa menemukan orang
yang sama dengannya terkait dengan konsep diri setelah memasuki masa kuliah.
Menurut Ken, pria ideal menurut masyarakat adalah pria yang sixpacks dan sebagainya.
Ken adalah pria bertubuh gemuk, hitam, dan segala macam. Ken menggunakan foto
orang lain di media sosial dan untuk berhubungan dengan orang lain, seperti teleponan,
menemukan bahwa orang dengan fisik sepertinya juga memiliki peminat sendiri pada
Ken bersama mantan pacar dan Putra (informan utama lain) membuat sebuah
komunitas bernama Chubby Chaser Medan. Komunitas itu mereka buat terinsipirasi
dari sebuah komunitas serupa yang ada di Jakarta, yang mereka temukan dari Twitter
dan aplikasi khusus gay chubby bernama Growlr. Ken kemudian menghubungi salah
satu teman yang bergabung di komunitas di Jakarta tersebut dan menyampaikan niat
untuk membuat komunitas serupa di Medan dengan nama yang berbeda. Komunitas
tersebut akhirnya terbentuk berupa grup di Line, namun bertahan 6 bulan lebih dengan
anggota ± 50 orang, yang berasal dari Medan dan Binjai. Komunitas tersebut
mengalami pecah-kongsi, Ken dan Putra memutuskan keluar dan bergabung dengan
Cangkang Queer.
Ken melalui proses penerimaan diri selama ± 8 tahun, yakni dari akhir SMP
sampai di semester 7 masa kuliah. Menurut Ken, proses yang panjang tersebut terjadi
karena ia adalah seseorang yang tertutup sejak kecil. Ken juga lebih suka
menghabiskan waktu di dalam rumah, termasuk untuk bermain. Jika anak laki-laki suka
bermain layang-layang, maka Ken suka bermain boneka. Ken hanya menyukai catur
dan kartu bergambar yang identik dengan permainan anak laki-laki. Ken lebih suka
rumah membuat Ken tidak mengenal orang yang lain-lain termasuk mengetahui
tentang homoseksual. Hanya sekali-dua kali para tetangga bertemu dengannya hingga
ia SMA.
“aku hobi banget nonton. Jadi aku di rumah itu memang sudah disiapin papa
ku wifi. Jadi ya cari hal yang benar sampai yang tidak benar ya di situ”
Ken akhirnya merasa lelah terus bertanya-tanya dan tidak percaya diri dengan
dirinya, hingga ia mencari tipe-tipe gay dan menemukan chubby dan chaser,
menemukan istilah chubby to chaser, dimana seorang gay yang gemuk disukai oleh
gay yang bertubuh proporsional, kemudian ada chubby to chubby dan sebagainya. Ken
kemudian berani menggunakan foto dirinya, namun ia tetap merasa hilang harapan
menemukan pria yang akan menyukainya. Harapan Ken kembali muncul setelah
menemukan aplikasi Growlr dan Daddy Heart, karena ia suka dengan pria yang lebih
tua darinya. Setelah bergabung dengan aplikasi tersebut, barulah Ken bisa menerima
kuliah. Setelah Ken memasang foto dirinya di Twitter, ada seorang teman satu kelasnya
di kampus yang mengikuti akun Twitter-nya namun menggunakan akun palsu, tanpa
Ken ketahui. Ken memang mengunci akunnya hingga hanya orang-orang yang dia ikuti
yang bisa melihat isi akunnya. Ken pun menerima permintaan bertemannya karena
“Namanya juga seorang gay seperti aku kan, mungkin ada video-video yang
menarik kan, you know-lah, terlihat sama dia dan itu yang akhirnya langsung
disebar. Dia mengatasnamakan akun lain terus karena saat itu aku lagi private
akun, kita lihat fotonya, orangnya oh kayaknya biasa, aku accept. Dia sebarkan
ke mading-mading, dibentuk kertas A4.”
Ken tidak langsung marah setelah mengetahui siapa pelakunya, sebab ia masih merasa
syok hal tersebut terjadi ketika ia sudah punya keinginan membuka diri kepada teman-
teman dekatnya. Ken memiliki relasi yang pernah mengalami hal serupa, dan
menjadi tempat yang paling tidak nyaman dan menyakitkan bagi Ken. Setiap ia jalan,
belakang, bahkan oleh mahasiswa baru sekalipun. Ken juga tidak mengetahui motif
temannya melakukan hal tersebut dan merasa ia tidak memiliki masalah dengan
siapapun.
Ken mengatakan masalah tersebut berlangsung selama 2 s/d 3 bulan dan sampai
kepada dekan. Dekanat meminta agar orangtua Ken datang untuk dilakukan
pembinaan. Ken menolak sebab ia merasa sudah dewasa dan bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa keterlibatan orangtua. Ken kemudian mencari kode etik
pendidikan yang mengatakan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Lima teman dekat Ken menanyakan kebenarannya saat kejadian tersebut. Ken
menanyakan apakah teman-temannya mau menerima dia apa adanya atau tidak.
Mereka mengatakan
“yaudah sih cuek aja tidak peduli kok kau tetap kau, orang yang suka diajak ke
mall, orang yang suka diajak shopping, diajak nonton, mau cerita samamu”
“Kalau paling dekat sih sama keluarga sih masih belum. Hanya dulu memang
ada sedikit-sedikit kasi clue. Aku minta Wardah ini. “Minta Wardah no 3, ma”. Mama
ku kan kadang “apa dibawa-bawa” misalnya aku bawa masker, tapi sekarang sudah
paham. Hanya ketika aku punya pacar yang sekarang, relasi yang sekarang itu, yang
pernah ku bawa ke rumah sempat ditanya kakak ku itu kan “kau bener hanya kawannya
si Keenan?”.
merasa belum memiliki amunisi yang kuat. Ia ingin ketika coming out ke keluarga, ia
sudah mandiri dan bisa mempertanggungjawabkan dirinya. Ibunya tidak lagi pernah
bertanya kapan Ken akan menikah, sekarang. Menurut Ken, mungkin ibunya sudah
mengetahui anaknya adalah gay. Ibunya berkata bahwa kakaknya adalah anak terakhir
yang menikah.
“Aku pun ya aku mau nikah sama siapa coba? Perempuan, aku juga sakit hati,
aku tidak nyaman, daripada aku nikah sama perempuan, tiba-tiba malam
Ken mengatakan ia ingin seperti kakak dan abangnya yang bisa mengenalkan
pacar ke rumah orangtua. Pacar Ken sering datang ke rumah, ibunya juga sangat sayang
pada pacarnya namun ibu Ken tahu bahwa ia adalah teman Ken. Saat berbicara di
telepon dengan pacarnya, ibu Ken juga menanyakan identitas pacarnya. Ken
memberitahu semua hal mengenai pacarnya, kecuali satu hal, yakni bahwa pacarnya
penyanyi. Ia juga merupakan anggota Cangkang Queer. Edo merupakan anak tunggal
dan berasal dari Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Keluarga
Edo merupakan keluarga yang sangat Islami. Edo memiliki tubuh yang kurus dan
tinggi. Tampilannya nyentrik dengan rambut dicat blonde dan kacamata berbingkai
bulat dan besar. Dia hobi bernyanyi, merekam dan kemudian mengunggahnya di
Facebook. Edo memiliki 3 akun Facebook; akun asli, akun gay dan akun game. Ia
paling aktif di akun game. Semua akun menggunakan foto asli dan nama asli kecuali
di akun game yang menggunakan nama panggilan saja. Di akun asli, Edo hanya
membahas kegiatan sehari-hari seperti mengirim video lagu begitu juga di akun gay.
Perbedaan hanya dari orang-orang yang berteman di kedua akun tersebut. Edo
merasa ia adalah gay. Edo merasa gay merupakan orientasi seksual yang ada dalam
“Kalau kelas 3 SD suka sama kawan sekelas. cowok. Ya di situ sukanya, hanya
kadang waktu di SMA lihat cewek juga suka, makanya aku lebih
mengkategorikan diriku sebagai biseksual. Cari tahu nya SMA kelas 2 aku itu
cari tahu, cari tahu kategori-kategorinya apa ternyata kemarin aku menganggap
diriku itu gay pas SMA, mungkin suka cewek itu suka-suka biasa saja, ternyata
tertarik pacaran sama cewek juga tertarik makanya aku cari-cari tahu ternyata
ada biseksual namanya di SMA kelas 2”
Edo mulai cenderung tertarik kepada pria saat memasuki masa kuliah. Awal
kepada pria dibanding teman perempuan. Edo juga memiliki kriteria, tidak semua pria
dia suka. Edo menyukai seseorang dengan ukuran tubuh kecil, baik pria maupun
perempuan, misalnya seperti siswa SMA. Ia juga lebih menyukai yang usianya lebih
muda.
Edo melalui proses penerimaan diri yang terbilang sangat mudah dan cepat. Ia
mengaku menerima orientasi seksualnya begitu saja, tanpa rasa stres, tanpa bertanya-
ketika SMA namun hanya fokus mencari pacar perempuan. Edo akhirnya tertarik pada
“Tidak ada cari tahu komunitas. Aku pertama kali paling di Facebook lah, itu
juga ke temen-temen chat. Kalau masalah cari aplikasi, tidak ada. Cangkang
Queer satu-satunya. Cangkang Queer itu tahu juga setelah semester 6. Tahu
perempuannya saat kuliah. Setelah berteman selama setahun lebih tepatnya pada
“aku sebenarnya tertarik sama cowok, sama cewek juga, hanya sayangnya kau
bukan karakter aku, ku bilang gitu kan, dia diam saja mengobrol terus ya sudah
begitu saja flat, ya sudah lah makan, makan, pulang. Besoknya, kontak aku
diblok, Facebook aku diblokir, kadang chat Line "kamu kenapa? apa karena
kemarin?", "tidak biasa aja". Terus waktu yang kemarin juga ada yang suka
sama aku. Awalnya kan aku di chat kan sama cewek inisialnya T, “kamu ini?”,
eh kok bisa ku pikir “iya dari si anu”, dari yang aku outing, ya ampun kok
sampai seperti ini aku pikir, aku kira dia bakal jaga ternyata dibeberkan.
Edo memilih untuk jujur dan melakukan coming out kepada teman
Menurut Edo, jika ia sudah jujur, temannya bisa menjaga topik pembicaraan dengan
tidak membahas mengenai hal-hal berbau homoseksual. Edo enggan untuk coming out,
merasa lebih nyaman berteman dengan pria. Ia takut teman-teman prianya akan
menjauhinya jika tahu ia adalah gay. Edo menjaga agar sahabat prianya sejak TK tidak
tersebut tidak nyaman sebab Edo tahu si sahabat tidak menyukai LGBT
“Kalau sama keluarga ya tidak ada yang tahu. Memang tidak ada ditanya,
memang tidak ada respon, memang tidak ada feeling “kau gay ya kau lesbi" apa
kek, tidak ada diam saja. Tidak pernah tanya pacar. Paling mengobrol bahas
masa depan, bahas anak bahas istri “nanti kalau kamu nikah, istrimu dokter”,
“iya”, “bapak milih istrinya polisi”,“iya, terserahlah nanti aku cari istri polisi”
pembicaraan.
Putra (nama panggilan) adalah seorang anak tunggal. Putra memiliki keluarga
berkulit cokelat dan mengenakan kacamata. Ia adalah sarjana matematika dan saat ini
Putra bercerita bahwa rasa penasaran mengapa ia sedikit tertarik pada pria saat
SMA menjadi awal cerita Putra mengetahui orientasi seksualnya. Sebelumnya ia belum
mengenal istilah gay dan masih penasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya. Putra
merupakan siswa yang berprestasi dan memprioritaskan belajar dibanding hal lainnya
semasa sekolah.
“Pertama kali saya penasaran, waktu SMA, kenapa saya itu tidak tertarik sama
cowok. SMA sepertinya awal lah. Itupun saya tidak tahu entah saya merasakan
entah apa itu belum tahu ke arah situ, masih penasaran-penasaran. Saya carilah
di FB, di situ kan terus ada teman FB yang sakit juga. Dia pernah chat mengajak
saya pun tidak tahu kan awal-awalnya saya tidak mau seperti itu. chattingan
saja. sebelumnya saya pun masih suka sama cewek juga. Kemudian saya pun
waktu sekolah ya belajar, jadi tidak peduli tidak dulu tapi masih penasaran,
biasalah kalau udah main sosmed udah FB kan, ntah apa-apa dibuka kan. Jadi
dari situlah mungkin. Tapi mulai-mulai ke sini nya pas udah tahu lah aplikasi,
waktu SMA kelas 3 atau mau sudah tamat, antara itu. Di situlah saya tahu
pertama kali karena HP saya belum tab jadi belum tahu masih blackberry dulu
kan. Waktu kuliah semester 3 entah 4 saya dibelikan tab, saya tahu aplikasi
tentang ini, saya download, saya buka, di situlah saya pernah chattingan, pernah
jumpa pernah apa di situ; aplikasi Grindr, itu awalnya saya. Ketemu, sering-
sering chat kalau ada yang mau jumpa, jumpa, kalau tidak yaudah, pacaran pun
biasanya pacaran lewat chat saja tidak pernah jumpa masih dunia maya tapi
sebentar saja biasanya kan”.
hubungan dengan alasan ingin fokus belajar. Keduanya masih dekat karena merupakan
“kelas 2 SMA balik lagi. Dia minta maaf kemarin diputuskan eh ternyata
terulang dia selingkuh sekali, putus. kelas 3 nya sebelum UN, 3 hari sebelum
UN kami balikan lagi setelah itu putusnya sebelum pengumuman UN. Baru
balik ke kuliah, biasa saja tapi aku bingung antara ke cewek atau ke cowok,
karena waktu kuliah aku kenal cewek dari FB, di situ saya ada rasa sama cewek
itu ternyata cewek itu baru putus jadi dia tidak mau pacaran setelah tahu agama
tidak boleh pacaran, dia tidak mau pacaran, tapi di situ saya masih suka-suka
kepoin, dulu hanya sekarang sudah tidak. Waktu kuliah dekat lagi sama mantan
tapi itu sudah kenal sama cowok dari FB, chat-an, sms, telpon, barulah ketemu
aplikasi itu, tahu dari kawan grup di FB. Chating-an, di situ itu belum ada
pacaran sama cewek tapi itu ada pacaran sama cowok”.
Putra bingung karena ia merasa tertarik dan berpacaran dengan pria dan
perempuan. Putra yang belum mengenal media online merasa bahwa ketertarikannya
kepada pria hanya rasa kagum semata. Ia mengaku sebelumnya ia masih memiliki rasa
“Tidak tahu lah, semenjak waktu putus terakhir waktu seminar proposal,
terakhir pacaran sama cewek. Setelah itu seminar terus ya tidak mau lagi, saya
bilang “udahlah mungkin kita tidak jodoh karena dalam hubungan kami seperti
ada egonya tinggi, karena itu aku juga ya sudahlah nanti-nanti saja sukses saja
dulu tidak usah mikirin cewek”
Proses penerimaan diri Putra berlangsung sejak ia SMA sampai kuliah semester
seksualnya sejak lahir. Ia bisa menerima diri, namun sangat menutupinya. Putra pernah
digoda oleh seorang teman pria, anggota ekstrakulikuler basket saat SMA. Saat mereka
“wee..wee.he jangan ganggu ini pacarku” begitu tapi saya bilang “halah” tapi
kayak dalam hati “is” begitu lah. Karena yang terakhir pacaran sama cewek itu
seperti sudah tidak ada rasa lagi, hanya seperti mau balik begitu sekitar 30 dan
70 persen. Jadi ya sudah, pernah sudah ajak ke tempat saudara, mengenalkan
hanya sudah tidak tertarik lagi sudah tidak ada rasa, saya sering chattingan sama
cowok”
Putra melakukan coming out hanya kepada teman sesama gay dengan
memperkenalkan bahwa ia juga seorang gay. Putra bertemu dengan sesama gay di
diminta datang ke Pakam atau Tanjung Morawa, kemudian di situlah terbentuk grup
Chubby Cheaster Medan (bersama Ken, informan utama lainnya). Pada orang-orang di
grup tersebutlah Putra melakukan coming out. Ketika ia sudah bisa menerima dirinya
di saat semester 3 atau 4 masa kuliah, di saat itu juga lah Putra coming out dengan
Putra merasa takut jika harus coming out ke orangtuanya. Ia berasal dari
keluarga besar dan ia ingin menjaga nama baik keluarganya sebab banyak harapan yang
“Saya tidak mau bongkar. Tapi suatu saat saya ingin pindah, nanti kalau sudah
mapan, tapi orangtua kadang izinkan, kadang tidak. Saya mau mandiri karena
kalau di sini seperti tidak bebas karena keluar seperti ini pun “lama kali pulang
Putra menutupi orientasi seksualnya dari keluarga dengan cara beralibi ingin
fokus bekerja dan tidak memikirkan berpacaran. Putra sempat mengenalkan mantan
pacarnya pada sang ibu. Sang ibu juga masih menanyakan sang mantan pacar ketika
mereka telah putus. Putra selalu menjawab bahwa ia ingin fokus kerja dahulu setiap
ditanya tentang pacar atau pernikahan. Putra tidak memiliki keinginan untuk coming
out ke orangtuanya. Putra fokus untuk bisa lulus pegawai negeri sipil, keluar dari kota
Medan dan hidup dengan bebas. Putra juga ingin orangtuanya melihat ia menikah,
namun ia hanya menunggu bagaimana proses ke depannya karena ia sendiri sudah tidak
memiliki ketertarikan pada perempuan. Di media sosial pun Putra tidak pernah
“Dekat ya dekat. Pokoknya kalau dulu, sekali tatap, pandangan pertama ada
rasa, sekarang sudah tidak ada lagi. Ya biasa aja, cantik ya cantik memang, tapi
banyak penilaian saya “ah pasti nanti matre”. Kalau cowok kan tergantung,
kalau cowok chat “oh berarti dia matre” dari chat saja kami. Kalau pacar pernah
kan kemarin sudah dikenalkan, terus putus, mama ku pun kemarin masih
mengharapkan dia, saya bilang “ma, saya tidak suka lagi sama dia” “oh ya
sudah” terus orangtua pun tahu semenjak saya sudah tidak berhubungan sama
cewek “ma saya fokus kerja dulu, saya tidak mau pacaran, saya fokus kerja cari
duit” mama ku kasi tahu, setiap saudara nanya “alah belum lah, orang belum
kerja kok” orangtua bantu.
Kalau temen-temen saya biasa saja kalau teman ya biasa saja, Kalau teman
nongkrong biasa ya biasa saja kalau temen ini ya temen ini”
Andre, Chris atau Tian, begitu ia biasa disapa. Andre adalah anak kedua dari
empat bersaudara. Ayah Christian memiliki karakter yang tegas. Christian merupakan
lulusan SMK yang kini bekerja sebagai guru private. Ia memiliki tubuh yang tinggi
Queer.
Christian menyadari ia adalah gay ketika kelas 2 SMP tahun 2007. Ia memiliki
ketertarikan dengan sesama jenis karena ia tertarik dengan teman sebangkunya, yang
seorang pria, dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut terbukti ketika mereka
nyaman, dimana seharusnya ia merasa risih. Christian belum mengetahui apa itu gay
saat itu. Ia hanya merasa nyaman dan cocok dengan temannya tersebut dan keduanya
Christian sempat tertarik dengan lawan jenis. Perasaan senang berada didekat
temannya tersebut, merasa diperhatikan dan dijaga, akhirnya Christian tidak lagi
“Sama lawan jenis hanya sekedar “cantik ya, pinter ya begitu orangnya”,
kagumlah tidak yang sampai suka, kagum lah, falling in love itu tidak pernah”
Christian mengatakan ia adalah seorang yang pendiam dan penakut. Jika ada
saat SMA, namun Christian menolak dengan mengatakan ia sudah punya pacar
“Hanya aku tidak bilang yang punya itu cowok. Setelah itu lambat laun karena
temen dekat itulah “pacar aku laki-laki”, mereka kagetlah sempat juga lah tidak
merasakan ketidakwajaran dengan apa yang ia lakukan dengan teman prianya tersebut.
Teman-teman sekelas mereka saat SMP juga merasa heran kenapa Christian dan teman
sebangku yang juga pacarnya tersebut sangat dekat. Christian dan pacarnya selalu
“Jadi orang curiga, akhirnya karena kecurigaan itu sempat juga risih awalnya
lama kelamaan karena diyakini dia “untuk apa kamu memikirkan orang”
Penerimaan diri Christian terjadi setelah lulus SMA. Christian baru mengenal
media sosial dan internet saat kelas 2 SMA. Christian tahu bahwa apa yang ia lakukan
adalah sebuah penyimpangan. Ia menjadi takut namun kembali diyakinikan oleh sang
pacar.
“Aku ceritalah ya kan “eh ternyata yang kita lakukan ini salah” “kamu nyaman
tidak samaku?” katanya “nyaman”, “kamu sayang tidak sama ku?” “sayang”
“kamu cinta tidak sama ku?” “cinta” “ya sudah buat apa lagi dipikirkan”, “tapi
ini salah loh” “salah tidak salah yang penting kan kita bukan merugikan orang”
“oh ya sudah””
Christian bisa menerima dirinya sebagai gay adalah karena penguatan dari sang pacar.
Christian sebelumnya tidak tahu sama sekali dan menjalani apa adanya. Hal ini
membuat ia sempat mengalami pelecehan seksual oleh sepupunya sendiri saat kelas 2
SMA.
“jadi dia sering memegang kemaluannya jadi sepertinya udah mulai ke arah-
arah sana juga. Dia juga sering pegang kemaluanku mulai dari awal itu aku juga
cerita sama pacarku, ya tetap juga sampai akhirnya aku sudah mulai tahu
tentang itu, saudara sudah mulai berani lagi, aku bilang “nanti aku adukan”
sekolahnya, seorang perempuan tahun 2012, setelah lulus SMA. Ia adalah seorang
Christian memilih temannya tersebut sebagai orang pertama yang tahu ia gay, sebab
mereka sudah berteman akrab sejak kelas 1 SMP. Menurut Christian, ia adalah orang
“Ah sampai kapan aku sembunyikan. Tidak enak juga”, karena nanti kalau aku
ada apa-apa, ingin cerita kalau misalnya aku ada masalah itu sama siapa selain
sama pacar nanti, kalau aku misalnya bermasalah sama pacar, nanti aku
Christian mencari kenalan gay lain melalui Facebook dengan mengetik “gay
Medan”, ternyata muncul banyak akun dan Christian tambahkan sebagai teman.
Christian mencari grup gay di Facebook pada tahun 2013. Christian melihat info bahwa
grup tersebut akan mengadakan perteman di salah satu mall di kota Medan. Christian
“ada yang mendekati ada yang mengedipkan mata, pokoknya lucu di situ outing
terbesar itu di situ walaupun sesama orang yang seperti itu, tapi tetap juga
Christian coming out ke sang ibu selang setahun kemudian dan merupakan
coming out yang tidak disengaja. Ada satu teman gay Christian berkunjung ke rumah,
si teman mengatakan
“mampus aku”
Ibu Christian langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah mereka setelah
menghabiskan minum dan pulang. Christian pun kemudian berbicara dengan ibunya.
Ibunya diam tanpa Christian tahu itu adalah bentuk kemarahan atau bukan. Christian
dan ibunya kemudiN berbicara seperti biasa, hanya ibunya menjadi sedikit lebih
protektif. Menurut Christian, ibunya sudah mulai mengetahui ia adalah gay, karena
pacarnya sering datang ke rumah, komunikasi yang intens dan sering masuk ke kamar.
Christian mengingat dengan jelas kapan ia melakukannya, yakni bulan Agustus tahun
2016. Christian diam sejenak seperti ragu akan bercerita pada peneliti. Ia melihat
tidak milih temen atau bagaimaan? Hmm kalau misalnya aku kasih tahu sesuatu
sudut kanan atas buku peneliti, kata “HIV”. Bapaknya mengetahui ia adalah gay karena
hal itu. Christian belum bekerja pada saat itu, sedangkan ia butuh dana untuk cek darah
dan cek paru-paru. Akhirnya seluruh keluarganya tahu ia adalah gay dan mengidap
“aku tidak mau nangis, aku paling benci mengeluarkan air mata. Soalnya aku
mengalami penurunan berat badan, akhirnya ia tidak sanggup lagi dan memilih jujur.
Christian merasa sangat lega sudah bisa coming out, meski ia masih memiliki
ketakutan.
gereja, karena menurut Christian, mereka tidak akan bisa menerimanya. Ia pernah coba
“tidak”
Perkataan Christian hanya dianggap sebagai candaan oleh teman-teman gerejanya dan
“Mungkin sama orang gereja kali ya tidak bicara. Karena kita sudah tahu
mendeteksi orang “seperti itu, mungkin mereka tidak seperti ini”, aku pun juga
nanti-nanti tunggu kapan lah. Satu-satunya temen gereja yang tidak tahu”
peneliti tidak ikutserta dalam lingkungan ataupun kegiatan gay secara langsung.
Temuan observasi ini adalah hasil observasi peneliti melalui internet, media sosial
LGBT secara umum, coming out adalah sebuah pilihan, yang terpenting adalah
penerimaan diri. Sulitnya coming out dibuktikan dengan adanya sebuah laman bernama
Melela.org yang khusus membahas dan mewadahi insan LGBT agar mampu
menyiapkan diri untuk coming out. Kata melela dapat digunakan sebagai padanan kata
Inggris coming out, yakni aktivitas LGBT ketika membuka dirinya pada lingkungan
sekitar.
yang diterbitkan di Melela.org berkaitan dengan kegiatan coming out, yakni “Saat
ketika seorang LGBT pertama kali membuka diri mengenai identitas dirinya kepada
orang lain”. Melela.org menerima kisah-kisah para insan LGBT ini tanpa bertujuan
mendorong orang lain agar membuka diri sebelum benar-benar siap. Tidak hanya dari
LGBT melalui kisah dari orang-orang terdekat mereka. Dengan begitu, Melela.org
dapat menyajikan isu LGBT secara inklusif. Meneruskan semangat inklusivitas yang
diusung website ini, melela.org memberikan bantuan kepada orangtua terkait dengan
GUIDE, Anda dapat menemukan berbagai informasi yang ditujukan untuk menjawab
Berdasarkan beberapa cerita yang peneliti baca di laman tersebut, setiap gay
memiliki perbedaan dalam proses penerimaan diri dan pengungkapan dirinya (coming
out). Perbedaan tersebut didasari oleh faktor internal maupun eksternal diri gay
tersebut. Budi Alamsyah Perwakilan Indonesia di Mr. Gay World 2017 bercerita jika
ia menonton sebuah film dokumenter mengenai pasangan sejenis yang bisa memiliki
anak dengan kelahiran surogasi. Budi menyadari kehidupan seperti itulah yang ia
bersamaan memutuskan untuk coming out. Lain lagi dengan cerita Egi Septiadi.
Keinginannya dapat menerima diri membuatnya mencari tahu lebih dalam mengenai
dirinya saat SMA melalui pelajaran biologi. Namun pembahasan seksualitas di Biologi
meski sudah terdapat hokum yang jelas melarang hubungan sejenis, LGBT di sana
masih berani mengekspresikan dirinya. Hal tersebut semakin membuka mata Egi
tentang dirinya. Cerita lain datang dari Rizki Julianto Wibowo yang berhasil menerima
dengan cinta pertamanya. Ia mencoba menyayangi pria tersebut dan tidak ada
Berdasarkan tiga cerita di atas, terlihat bahwa saat gay merasakan ada yang
berbeda dengan dirinya, mereka melakukan pencarian untuk dapat mengetahui apa
yang sedang terjadi pada dirinya. Setelah mengetahui gay sebagai orientasi seksual
mereka, mereka dapat menerima diri setelah menemukan informasi yang mendukung
dan membenarkan orientasi seksual mereka, misalnya adanya cerita bahagia pasangan
dan keduanya memiliki proses dan alasan yang berbeda. Di laman Melela.org, Budi
ibu karena ia menyayangi beliau. Pada sang ibu, Budi mengatakannya secara langsung.
Memulainya dengan menanyakan kepada sang ibu apakah ibunya penasaran mengapa
perempuan.
Budi Alamsyah memutuskan untuk coming out karena ia tidak ingin terus
menerus menutup diri dari keluarga yang ia cintai. Budi Alamsyah melakukan
pengungkapan diri yang berbeda kepada setiap anggota keluarganya. Orang pertama
yang ia beritahu adalah adiknya, yang saat itu akan tinggal bersamanya di Meulborne.
mempermasalahkan selama ia bukan menikah dengan sesama pria, sebab adiknya ingin
memiliki keponakan darinya. Selanjutnya coming out kepada sang ibu, yang
memutarkan film Modern Family yang bercerita tentang salah satu bagian keluarga
besar itu adalah pasangan gay yang mengadopsi anak, yang diterima oleh keluarga
besarnya. Budi Alamsyah melakukan hal yang sama kepada ayahnya. Setelah selesai
hadapan keluarga sangatlah sulit. Apalagi di keluarganya, untuk membahas hal yang
berkaitan dengan seks, seperti mimpi basah saja sangatlah tabu. Sehingga, dapat
Namun, Egi tidak bisa berbicara banyak karena kondisi emosional yang sedang lemah.
Egi pun mengusulkan untuk melibatkan pihak ketiga yang netral untuk membantu
situasi ini. Psikiaternya yang sempat menangani Egi bisa menjadi pihak yang mampu
menjelaskan situasinya lebih baik. Egi pun kemudian menemui psikiater tersebut
menjelang Ujian Nasional (UN) tingkat SMA, Firmansyah menulis surat untuk kedua
orangtuaku. Surat itu berisikan permintaan maaf, ucapan terimakasih, dan kejujuran ku
1. Alifo
Secara fisik, Alifo adalah pria bertubuh cukup proporsional dengan rahang
wajah yang tegas, memiliki kumis dan jenggot serta rambut yang ikal, warna kulit sawo
matang. Ketika berbicara, ia melihat lawan bicaranya dengan tangan yang terus
bergerak, seperti merapikan rambut dan memegang kumis atau jenggot. Saat
berkumpul dengan gay yang lain pun saat wawancara, Alifo jarang sekali ikut
mendengarkan. Sosok Alifo yang introvert juga terlihat dari tidak adanya foto dirinya
Alifo memiliki 2 akun di Facebook, akun asli dan akun untuk gay. Akun gay
“Medsos ada 2 akun. Asli dan gay. Beda postingan, sangat beda, Satu temen
disitu bahas LGBT. Akun gay pakai foto Troye Sivan, kalau asli tidak pakai
Akun untuk gay Alifo memiliki 499 pengikut dan mengikuti 227 orang. Kebanyakan
d) “pengen curhat”
e) “Disaat energi negatif sudah mulai mengelilingi tak ada cara lain selain
moveeeee”
f) “Skema 1:
menyumbangkan pemikirannya pada berita politik dan menuliskan apa yang ia rasakan
dengan kalimat yang tertata. Sosoknya yang cenderung pendiam dan tertutup terlihat
Liman Meiwan hetero artinya apa ? becanda guys , walaupun bener hehe
Begitu juga saat chat dengan peneliti, ia selalu to the point. Di akun gay nya ia
menyukai atlet-atlet yang bertubuh penuh otot. Ia menyukai musik dan film asal
Amerika, mulai dari penyanyi yang familiar seperti Beyonce, Adele, Justin
Timberlake, hingga yang tidak terlalu familiar seperti Riot Ten. Kebanyakan penyanyi
pria.
berita politik tapi tidak menganalisisnya. Hanya ada 1 foto dan 1 video diri. Laman
yang disukai sama seperti di akun gay. Ia juga membagikan game dan kartun juga.
2. Keenan
Ken adalah sosok pria bertubuh tambun, berkulit hitam dan mengenakan
kacamata. Melalui observasi saat wawancara, Keenan terlihat sebagai pribadi yang
suka mengobrol, enak diajak bercerita dan apa adanya saat berbicara. Keenan adalah
diwawancarai, sebab ia selalu bercerita dengan lengkap tanpa ditanya perlu ditanya
mendalam. Ia suka ngobrol atau sharing, terlihat dari keterangan fotonya yang panjang.
Misalnya saat mengunggah foto bersama seorang anggota Cangkang Queer yang baru
"nan tuh badan jangan makin lebar lah. Ga suka aku sama kau lagi" kelakar
bunda saat kami berdua duduk diruang tengah.. aku mengeluarkan jurus
andalanku. Yup. Nyengir kuda. Ah, aku ga akan lupa kenangan semua
tentangmu bundaku.
Kamu selalu buat aku ketawa. Selalu buat aku tersenyum. Bahkan melupakan
nikmatin dulu sekarang" dengan logat mukanya yang standar buat ketawa.
Bunda, kasih tau bagaimana suka surga. Aku ingin tahu, aku ingin tahu
bagaimana keadaanmu sekarang. Aku ingin tahu apa yang kamu alami
Bunda, aku tidak berhak bilang aku sayang samamu. Semua orang yang
mungkin diatasku pantas mengatakan itu. Aku cuma mau kamu tau. Aku
Keenan menamai akun Facebook nya dengan Keenan P. Ia memakai pakai foto
aktor Korea Song Joong Ki sebagai foto profil. Ia menggunakan poster drama Korea
Descendants of The Sun. Ia menyukai Raisa, terlihat dari banyaknya foto Raisa di
Facebook nya. Ia juga mengunggah banyak foto diri sendiri. Ia juga membagikan
mengenai LGBT, tapi lebih sering membagikan berita politik atau video yang menarik
baginya.
“Di Facebook sering banget. Aku sering banget ketika aku udah masuk
Cangkang Queer apapun terkait Cangkang Queer “baik itu tentang bagaimana
cara bertemu temen kencan dsb sering ku share. Terkait politik juga sering”
Facebook-nya hanya dari teman ke teman. Ada foto diri dan keseharian, seperti ulang
tahun. Facebook tersebut hanya dikhususnya bagi orang sekitarnya. Keenan juga sering
3. Edo
Edo memiliki tubuh yang kurus dan tinggi. Tampilannya nyentrik dengan
rambut dicat blonde (pada saat wawancara) dan kacamata berbingkai bulat dan besar.
Edo memiliki suara yang berat dan bertipe bass. Saat berbicara, ia selalu menatap
peneliti dan sering tersenyum saat bercerita. Edo seorang yang cenderung tidak banyak
bicara. Saat menunggu giliran wawancara, ia selalu memegang ponsel untuk bermain
“Facebook. Ada 3 akun; dunia nyata, gay, game. Di game aktif banget. Semua
pakai foto asli. Nama di game yang tidak asli. Nama panggilan aja. Kalau di
medsos yang nyata bahas kegiatan biasa, kirim video lagu. Di gay kontennya
sama cuma pertemenannya yang beda. Bahas tentang LGBT di grup Facebook”
Teman Facebook-nya 95 persen pria. Ia menggunakan foto diri sebagai foto profil. Ada
27 foto diri dan 1 video cover lagu yang ia buat. Hobi nyanyi dan kesukaannya pada
musik juga terlihat dari kalimatnya yang menggunakan diksi yang manis dan mendayu.
Di linimasa Facebook-nya, ia hanya sering mengunggah foto diri sendiri dan caption,
misalnya
malam mu”
jalani dengan mu
4. Putra
datang dan menunggu wawancara dimulai, Putra sering pegang ponsel untuk bermain
media sosial. Hanya sekali-kali ia ikut mengobrol. Begitu juga yang terlihat dari video
live Facebook yang ia bagikan. Ia fokus live, Keenan (informan II) dan Chio (informan
tambahan IV) yang sedang bersamanya asik mengobrol, dan ia sesekali ikut bicara.
Saat berbicara, Putra jarang sekali menatap peneliti, cara ia bercerita tidak runut dan
harus dibantu untuk memperjelas hal apa yang ia maksud. Hal ini menunjukkan Putra
Akun Facebook Putra bernama Putra Syah. Ia memiliki 5000 teman, semuanya
pria, hanya peneliti yang perempuan. Beberapa akun pria tersebut menggunakan foto
profil menunjukkan badan yang berotot atau fokus ke kemaluan. Putra mengisi
Facebook-nya dengan foto di sendiri, video live, video apa yang ia lihat. Di linimasa ia
hanya membuat status kegiatan harian. Putra aktif dan terbuka sekali di FACEBOOK
“lagi di Hermes”
“lagi di Man 2”
“Di Facebook tidak pernah bahas gay. Satu yang tidak berfoto untuk ga juga
tapi lupa password, satu berfoto tapi palsu akun gay, satu foto asli akun asli
isinya teman kuliah, SMA tapi ada juga gay ngeadd. Yang asli jarang buat
status, cuma ke mall ya cuma nunjukin kalau ada yang lucu-lucu saya bagikan,
kalau yang foto tapi palsu kayak itu lah “nongkrong yuk”, “ih sunyi kali nih
jalan yuk”
5. Christian
Christian memiliki tubuh yang tinggi dan kurus dengan kulit berwarna kuning
langsat. Saat awal berkenalan, Christian terlihat sebagai seorang yang pemalu. Namun
setelah bercerita lebih lama, Christian merupakan sosok yang sangat antusias dan
ekspresif ketika berbicara. Ia juga mudah akrab dengan seseorang. Gaya bicara dan
gerak tubuhnya kemayu. Ia menutup mukanya ketika tertawa dan ketika ia merasa
malu. Christian menggunakan Facebook dan Instagram, serta aktif di kedua akun
tersebut. Semua akun asli. Ia memiliki 1102 teman di Facebook, dan mayoritas adalah
pria. Ia juga seorang yang ramah dan memiliki banyak teman, terlihat dengan
“aku tidak pakai akun ganda, foto asli tapi namanya sih ku bikin Christian,
nama asli juga, tapi orang kan tau Andre Christian, tapi ku bikin Christian.
Tetap juga nama asli, juga pakai foto asli. FACEBOOK aku lebih sering bahas
pribadi, kalau yang untuk orientasi malah sekali dua kali lah, kalau misalnya
ada berita-berita yang tidak manusiawi untuk temen-temen LGBT, aku
langsung posting, aku merasa kayak “ini hidup kami, kenap sih harus diganggu,
kita juga tidak mengganngu kalian kok”. Aku kan juga belajar kan tentang
seksualitas sampai dibilang itu penyakit, ada yang bilang gini “homo itu
penyakit menular gini-gini”, aku langsung berkomen “oh ya, itu disebabkan
oleh virus dan bakteri apa? parasit apa? jamur apa? tolong dong kasi tau aku
bilang kayak gitu mereka langsung diem”, “kalau misalnya kamu tau virus apa
bakteri apa, saya kasi jempol deh tapi kalau kamu tidak bisa buktiin, tolong
hapus ya”. Sampai sekarang sih misalnya ada yang bilang begitu sih saya sih
orangnya langsung tidak suka. Nyerangnya bukan menyerang secara “eh kau
ayam kau” tapi aku nyerangkan secara halus”
Christian adalah penggemar drama, musik dan program Korea, terlihat dari
jika ada yang membahas mengenai gay di akunnya, seperti yang terlihat di bawah ini,
Kamu baik
triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama. Ringkasnya, triangulasi sumber data adalah menggali
kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
dimana kelima-nya merupakan teman dekat informan utama yang mengetahui informan
dengan informan tambahan, peneliti akan melihat kebenaran data yang diberikan
informan utama mengenai pengungkapan diri mereka. Sumber kedua yang peneliti
gunakan adalah media sosial informan utama. Melalui media sosial informan utama,
peneliti akan melihat kesesuaian mengenai keterbukaan diri yang informan sampaikan
Cangkang Queer. Ia adalah seorang transgender. Amee adalah salah satu anggota yang
dekat dengan Alifo (informan utama I). Mereka bertemu pertama kali ada acara
Rainbow Camp Cangkang Queer, sekitar tahun 2014. Namun Amee kurang ingat betul
bagaimana Alifo bisa bergabung di acara tersebut. Mungkin ia mendaftar dan diseleksi
oleh Dika, ketua Cangkang Queer. Mereka mulai komunikasi setelah acara tersebut.
transgender misalnya, atau mungkin sebaliknya. Jadi menurut Amee, Alifo mungkin
lebih banyak bercerita dengan Dika. Namun setelah Rainbow Camp, intensitas Alifo
Amee melihat adanya perbedaan di diri Alifo antara awal masuk dan sekarang
sudah sangat aktif di Cangkang Queer. Alifo adalah seorang yang introvert. Dulu, Alifo
pendiam, tapi kini ia menjadi seorang yang lebih vokal. Awal kedekatan mereka adalah
saat Alifo yang jago desain, membantu membuat desain poster. Namun saat itu Alifo
“Kalau sekarang dia sudah jadi kayak diri dia. Malah sekarang jadi over. Dalam
arti positif. Misalnya “kau kenapa? haha”, tapi itu dia. Ada perubahan-
perubahan yang lain. Kita tidak aneh awalnya. Tapi kita kayak “ada gila-gilanya
anak ini”
masalahnya. Misalnya saat dia sedang recharge kehabisan energi, jika anggota lain
recharge dengan kumpul sama kawan, cerita, sharing mengeluarkan unek-unek atau
kos. Sisi luar biasa Alifo menurut Amee adalah kemampuannya mengidentifikasi
dirinya. Misalnya kapan saat dia recharge, kapan dia siap berkegiatan lagi. Alifo
mengetahui apa yang menjadi kelemahannya. Selain itu menurut Amee, lebih nyaman
Amee mengatakan, sekarang Alifo sudah bisa menerima diri dan tidak
bermasalah lagi dengan orientasi seksual. Menurut Amee, pada Dika, Ketua Cangkang
“kalau aku sekarang ini tidak takut akan kematian, karena aku merasa aku sudah
Hal yang dimaksud Alifo adalah tentang orientasi yang mereka perjuangkan sekarang.
Menurut Amee, Alifo memang sudah pure menerima dirinya sebagai seorang gay.
“Dia sudah menjadi dirinya sendiri tanpa harus menjaga image. Harapannya
Cangkang Queer itu jadi tempat untuk begitu. Cangkang Queer melihat
kebahagiaan diri ada. Dulu jaim diam saja ngomong seperlunya, sekarang lebih
hal pribadi. Jika ia punya relasi (kenalan), ia tidak pernah memperkenalkannya pada
Amee. Amee merasa Alifo lebih nyaman bercerita tentang asmara kepada anggota
sesama gay. Ia hanya tahu luarnya saja. Amee hanya sering mengingatkan soal
kesehatan.
Alifo di mata Amee adalah orang yang kritis. Namun kekritisannya cenderung
menimbulkan kesan keras kepala. Kalau bicara dengan Alifo, mereka harus punya
argumentasi yang logis. Satu hal lain, Amee meminta Alifo untuk tidak mengurung
dirinya saat ada masalah dan lebih sering memberi kabar agar ia tidak merasa khawatir.
“jadi kalau apa-apa, setidaknya kita tahu anaknya dimana. Paling tidak tahu,
Halimah adalah teman dekat Keenan (informan utama II), yang berprofesi
sebagai dokter. Halimah mengenal Keenan bulan November tahun 2017 saat acara
Di mata Halimah, Keenan sudah seperti saudara sendiri. Keenan memiliki sifat
yang manja namun bisa menjadi dewasa dan merupakan pendengar yang baik. Sifatnya
karena Keenan adalah sosok yang mudah berteman. Keenan memberi tahu orientasi
seksualnya secara perlahan-lahan, ia mengatakan jika ia berbeda dari yang lain dan
bertanya apa hal yang berbeda. Keenan menjawab identitas seksualnyalah yang
Halimah, Keenan orang yang tidak bisa berbohong. Halimah tidak merasa kaget
mendengar pengakuan Keenan. Ia justru merangkul Keenan sebagai teman baiknya dan
Halimah bisa menerima orientasi seksual Keenan karena menurutnya setiap manusia
lahir sudah memiliki haknya masing-masing, dan itu hak Keenan untuk memilih
identitas seksualnya dan ia merasa nyaman dengan itu, kenapa tidak. Halimah hanya
sering mengingatkan Keenan untuk tidak melakukan seks bebas dan selalu
Homoseksual bukanlah hal yang asing bagi Halimah, dan bukan hal yang hina.
Ia sering membaca dan mencari tahu dari Youtube mengenai homoseksual. Ia juga
bawaan dari lahir dan jika keturunan memang dikarenakan adanya bawaan dari
merupakan jati dirinya. Berbeda dengan homoseksual karena trauma atau coba-coba.
Anatasya biasa dipanggil Caca adalah seorang wirausaha dan lulusan diploma
3 administrasi bisnis. Anatasya adalah teman dari Edo (informan utama III). Edo dan
Anatasya bertemu sekitar 2 tahun lalu saat acara ulang tahun teman Anatasya, yang
Edo merupakan pacar dari teman pria Anatasya. Edo datang dan dikenalkan
sebagai pacar dari temannya. Setelah acara itu, mereka tetap berkomunikasi dengan
teman-teman lainnya juga. Mereka jadi sering chat dan bertemu karena tergabung
dalam satu grup WhatsApp yang sama bernama Kimochi Reborn. Anatasya merasa
nyaman berteman dengan Edo karena hatinya yang baik. Anatasya selalu memandang
seseorang dari sisi baiknya saja. Di acara ulang tahun itu juga lah Anatasya mengetahui
orientasi seksual Edo. Kini Anatasya bahkan menanggap Edo sebagai adiknya sendiri.
Anatasya sendiri sudah tidak asing dengan homoseksual, karena bukan hanya
Edo temannya yang seperti itu. Anatasya bisa menerima Edo dan teman-teman gay nya
yang lain karena ia merasa setiap orang pasti memiliki kesalahan dan kekhilafan.
“kalau itu emang suatu kekhilafan yang Edo jalani, Caca yakin suatu saat pasti
Edo tidak mengatakan secara langsung bahwa ia adalah gay. Edo hanya sering cerita
tentang pacarnya yang seorang pria, tidak to the point. Anatasya tidak pernah sekalipun
merasa tidak nyaman dengan Edo. Dua tahun berteman, Edo yang dulunya pendiam
Chio adalah teman dekat Putra (informan utama IV) dan merupakan staf
keuangan di Cangkang Queer. Chio adalah seorang transgender. Chio dan Putra
bertemu pada akhir tahun 2017, saat acara TDoR yang diadakan Cangkang Queer.
“Jadikan waktu itu kami di Cangkang Queer lagi persiapan, Ken bilang “aku
mau ajak temen tapi orangnya sedikit introvert” “ya sudah ajak aja ya kalau dia
welcome kita gabung-gabung, ya sudah”. Terus dikenalin, dia dibawa ke CQ,
dikenalin terus dari situ kita kan dekat sama Ken, seringlah kami nongkrong-
nongkrong, ngajak-ngajak dia makanya jadi dekatlah kayak keluarga”
Menurut Chio, Putra adalah orang yang terkadang dewasa, kadang manja. Sisi
hal, misalnya tidak boleh melawan orangtua. Putra adalah teman yang selalu
mendukung temannya.
Sejak awal bertemu sebenarnya Chio sudah mengetahui orientasi seksual Putra
setelah acara TDoR dan sering berkumpul bersama, Putra mulai berani bercerita
tentang kedekatannya dengan seorang pria. Meski Chio seorang transgender, namun
“Dia nyaman-nyaman aja sih, bahkan bisa dibilang kayak kami kan, aku, Ken,
Putra, ada pacar aku kan dan pacarnya Ken memang kami sering nongkrong
bareng, sering sharing gitu jadi yah paling kami selaku teman dan kami
menganggap dia sebagai keluarga “jangan sembarangan, perhatiin dirinya” tapi
itu semua kan kembali ke dirinya”
Coming out yang dilakukan Putra ke Chio mengalir begitu saja tanpa ia perlu
kepada Chio yakni ketika Putra ingin menjalin hubungan yang serius dengan
seseorang, namun ternyata orang tersebut hanya menganggap Putra seperti cinta satu
malam saja.
security-nya. Lebih berhati-hati berkenalan dengan orang lain terutama di dunia maya.
Pada orang-orang homophobia, Chio mengajak untuk mencari tahu terlebih dahulu
Isna adalah seorang guru. Ia dan Christian (informan utama V) adalah teman di
komunitas Sahabat Peduli Medan (SPM). Mereka bertemu saat rekrutmen anggota
SPM. Waktu itu Christian lah yang merekrut Isna dan calon anggota baru lainnya.
Mereka semakin dekat setelah bertemu untuk kedua kalinya pada suatu acara. Menurut
Isna, Christian adalah pribadi yang ramah dan mudah berbaur hingga siapapun akan
mudah sekali dekat dengannya. Sekarang mereka memang sudah jarang bertemu tapi
Isna mengetahui Christian adalah gay pada bulan Februari kemarin, meski
sebelumnya ia sudah memperkirakannya melihat dari gesture dan foto pacar Christian.
Isna sempat mengira itu hanya candaan, tapi ternyata benar adanya. Christian tidak
“Ya dia cerita persoalan dia. Tapi maaf kakak tidak bisa jelaskan secara blak-
blakan. Tapi tidak langsung tentang pacar sih. Tentang masalah pribadinya dulu
Isna bisa menerima orientasi seksual Christian meski awalnya sempat merasa
kaget karena menurutnya itu adalah masalah pribadi Christian. Menurut Isna, selama
Christian dapat bersosialisasi dengan baik, berbuat baik pada orang lain, tidak ada
“Karena banyak pelajaran juga yang kakak dapat dari berteman dengan dia. Ya
awalnya kakak tidak tau kalau masalah keluarga berdampak dengan perilaku
buruk yang sangat menyimpang, terus dari dia juga kakak tahu bagimana dapat
disalahkan sepenuhnya. Perasaan mereka ada yang mengatur dan ada sebabnya. Pihak
keluarga dan lingkungan mungkin bisa membantu mereka bukan justru ditinggalkan
atau dijauhi.
“Karena itu kan perilaku menyimpang, semoga ada cara nya tuk mengubah
mereka. Setidaknya buat mereka yang homo atau lesbi, semoga mereka diberi
hidayah tuk kembali. Dan buat yang menjelek-jelekan, kakak rasa lebih baik di
nasehati dan dirangkul karena mereka butuh cinta dan kasih. Tapi bukan
mendukung ya”
yang bisa saja ditambahkan, dikurangi, atau diganti dalam penelitian. Dalam bahasa
aggregating, dan ordering. Kategorisasi merupakan proses intuitif yang sistematik dan
mekanisme divergensi mengacu pada pencopotan data atau informasi dari kategori
Kategorisasi merupakan lanjutan dari langkah reduksi. Oleh sebab itu, untuk kategori
dibuat berdasarkan tujuan penelitian yakni proses penerimaan diri, manajemen privasi
komunikasi pada pengungkapan identitas seksual gay serta manajemen privasi pada
yang muncul begitu saja, dan muncul ketika masa sekolah yang ditandai dengan
merasa karena adanya faktor lingkungan yakni Christian yang dibuat nyaman
oleh teman prianya, dan Putra yang merasa nyaman menjalin komunikasi yang
intens dengan pria setelah merasakan sakit hati pada mantan pacar
perempuannya.
2. Proses penerimaan diri gay berbeda antara satu dan lainnya, begitu pula fase
seksual mereka. Empat informan akan mencari cara untuk menjadi nyaman
ketika mereka merasakan sesuatu yang kurang nyaman. Tidak begitu dengan
membiarkan perasaan tertarik mereka pada sesama pria berjalan begitu saja.
gay.
karena kedekatannya dengan teman yang ia beritahu ia adalah gay, begitu juga
4. Setiap informan memiliki kriteria yang berbeda terhadap pria yang disukai.
Perbedaan kriteria ini dilaras dengan perbedaan kategori gay setiap informan.
Informan dengan tipe gay kemayu, menyukai pria gay yang atletis, sedangkan
PEMBAHASAN
analisis secara lebih rinci, sistematis, dan mendalam. Peneliti menjabarkan fenomena
yang ada berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan observasi. Wawancara
purposif.
Tema yang diangkat pada penelitian ini adalah manajemen privasi komunikasi
pada pengungkapan dan penyembunyian identitas seksual gay. Melalui gay yang sudah
coming out, peneliti kemudian menggali proses penerimaan diri informan sebagai gay
mengacu pada tahapan interpretasi yang merupakan dasar dari seluruh proses analisis.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan tiga tema induk.
Germer mengatakan fase ini dilakukan secara bertahap oleh individu yang melakukan
penerimaan diri. Namun berdasarkan hasil penelitian ini, tidak semua informan melalui
setiap fase secara bertahap (tabel rangkuman data penerimaan diri gay di Cangkang
Queer terlampir).
132
Universitas Sumatera Utara
133
Penelitian ini menunjukkan bahwa fase yang dilalui oleh semua informan
adalah 2 fase, yakni fase keingintahuan dan persahabatan. Pada fase penghindaran,
tidak memiliki ketertarikan dengan perempuan. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk
keingintahuan adalah fase yang pertama dilalui para informan setelah mereka merasa
tertarik dengan sesama pria. Fase ini kemudian menjadi penentu apakah informan akan
bisa menerima dirinya atau meneruskan pencarian informasi lainnya mengenai gay.
Gay dalam penelitian ini melalui fase ini dengan cara yang sama, yakni mencari tahu
mengenai homoseksual melalui media sosial atau internet dan buku-buku terkait.
Ketiga, fase toleransi, yang artinya individu menahan perasaan yang tidak
menyenangkan dan berharap perasaan tersebut hilang dengan sendirinya. Empat orang
gay dalam penelitian ini tidak melalui fase ini. Ketika mereka merasakan
ketidaknyamanan, seperti merasa berbeda atau karena stigma negatif dari lingkungan,
homoseksual atau mencari tipe gay yang sama dengan mereka. Hanya satu orang
informan yang melalui fase toleransi ini, yakni ketika ia merasa tidak nyaman dengan
hal tersebut berlalu begitu saja. Umumnya gay mencari tempat atau orang yang
Fase selanjutnya adalah fase “membiarkan begitu saja”. Fase ini berarti
individu tersebut sudah lepas dari perasaan tidak nyaman dan membiarkan perasaan
tersebut mengalir begitu saja. Empat gay dalam penelitian ini melalui fase ini,
sedangkan satu gay lainnya pernah melakukan penghindaran atau penolakan terhadap
orientasi seksualnya. Hal ini terjadi karena empat gay sudah melalui fase
keingintahuan, dimana mereka menemukan informasi bahwa tidak ada yang salah
pasangan. Keberhasilan fase keingintahuan membuat gay bisa sampai pada fase
Terakhir, fase persahabatan. Bagi gay dalam penelitian ini, fase ini adalah fase
penerimaan diri mereka. Setelah melalui fase keingintahuan, dukungan dari lingkungan
sosial di fase persahabatan ini sangat mereka butuhkan. Empat gay di penelitian ini
melalui fase persahabatan dengan menemukan orang dengan orientasi yang sama
dengan mereka. Sedangkan satu informan mampu menerima dirinya setelah mendapat
Perbedaan fase yang dilalui gay pada penelitian ini dapat terjadi sebab adanya
perbedaan kondisi yang mendukung proses penerimaan diri mereka. Tidak semua
individu dapat menerima dirinya dikarenakan masing-masing orang memiliki ideal self
yang lebih tinggi dibandingkan real self yang dimilikinya (Hurlock, 1974). Apabila
ideal self itu tidak bersifat realistis dan sulit untuk diraih dalam kehidupan yang nyata,
maka hal itu akan menyebabkan frustrasi dan perasaan kecewa (Hurlock, 1974). Lebih
lanjut Hurlock (1974) menjelaskan beberapa kondisi yang mendukung seseorang untuk
harapan yang realistis, tidak adanya hambatan lingkungan, sikap sosial yang
orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik, perspektif diri, pola asuh masa kecil
yang baik, konsep diri yang stabil. Pada modul pendidikan dasar SOGIESC (Arus
Pelangi, 2018), disebutkan pula bahwa sebagai individu tentunya wajar bagi kita untuk
mempunyai proses yang berbeda beda. Kebanyakan Individu LGBTIQ justru hanya
berhenti di fase toleransi, karena tekanan sosial yang sangat kuat dan makin massif
dilakukan.
Penerimaan diri yang efektif oleh gay di penelitian dapat dilihat dari sosialisasi
mereka dengan lingkungan sosial. Kelima informan tambahan mengatakan jika mereka
sangat nyaman dengan teman mereka yang seorang gay. Teman para informan juga
sudah menganggap para informan sebagai keluarga mereka sendiri. Para informan
menceritakan masalah pribadi dan membuka diri kepada para informan tambahan,
“Penerimaan diri kalau sekarang gak ada masalah utk masalah orientasi seksual.
Dia pernah mengeluarkan statemen, gak sama ku sih tapi sama si Dika “kalau
aku sekarang ini gak takut akan kematian, karena aku ngerasa aku sudah
melakukan dan berusaha untuk berbuat banyak untuk orang lain” makusdnya
ya itu tentang orientasi itu. Yang kami perjuangkan sekarang lah. Artinya dia
memang udah pure menerima dirinya sebagai seorang gay.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kelima gay dalam penelitian ini
bisa menerima diri dan semakin mantap dengan identitas seksual mereka setelah
bergabung dengan Cangkang Queer. Hal ini menunjukkan bahwa Cangkang Queer
sudah menjadi layaknya rumah bagi para gay hingga mereka bisa menjadi diri mereka
sendiri dan berani memperjuangkan dan mengekspresikan diri serta identitas seksual
mereka.
Penerimaan diri gay juga dapat dilihat melalui sudut pandang disonansi
pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk
keadaan semacam ini populer dengan istilah denial. Namun, ditinjau dari segi
psikologis, disebut sebagai atau disonansi kognitif. Teori ini sejalan dengan proses
penerimaan diri fase penghindaran dan keingintahuan. Menurut Turner (2008), hal ini
dapat dilihat melalui sudut pandangan proses persepsi yang terjadi pada disonansi
a. Terpaan Selektif
Pada proses ini, gay mencari informasi mengenai homoseksual dari berbagai
sumber dan mencari tipe-tipe gay. Gay menghindari penjelasan mengenai homoseksual
dari segi agama karena akan membuat mereka depresi. Kalaupun mencari dari sudut
agama, gay akan mencari referensi yang membenarkan orientasi seksual mereka.
b. Pemilihan Perhatian
Merujuk pada melihat informasi secara konsisten begitu konsisten itu ada.
Orang memperhatikan informasi dalam lingkungannya yang sesuai dengan sikap dan
Proses ini sejalan dengan fase persahabatan pada proses penerimaan diri serta
kriteria dan strategi pada manajemen privasi komunikasi. Pada proses ini, gay mencari
d. Retensi Selektif
kemampuannya yang lebih besar dibandingkan yang kita akan lakukan terhadap
terhadap informasi yang tidak konsisten. Gay memilih untuk mendalami informasi
menghindarinya dan memilih informasi dari segi agama namun dari sudut pandang
sesama gay. Seperti yang dilakukan Alifo, yang mencari semua informasi terkait gay
dari berbagai sudut pandang, dan pada segi agama, ia merujuk pada grup Gay Islam
proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi privat. Teori ini tidak
membatasi proses ini hanya kepada diri, tetapi memperluas mencakup banyak level
karakteristik aturan privasi yang merupakan salah satu sistem manajemen berdasarkan
aturan privasi dan memahami sifat dari aturan-aturan. Pengembangan privasi aturan
teknis harus dilakukan dengan kriteria yang dilaksanakan untuk memutuskan apakah
dan bagaimana informasi akan dibagi. Kriteria tersebut adalah kriteria berdasarkan
pembahasan penelitian ini, akan dipaparkan kriteria apa yang digunakan gay dalam
dapat menyebabkan informasi pribadi untuk dibagikan. Motivasi untuk berbagi dapat
mencakup timbal balik atau klarifikasi diri. Kelima gay dalam penelitian ini melakukan
pengungkapan diri pada teman dekatnya karena sudah merasa nyaman dan dekat. Alifo
mengungkapkan dirinya pada teman dekat yang dikenalnya selama 4 tahun, karena ia
ingin bisa menjadi dirinya sendiri di depan teman dekatnya, termasuk mengeluarkan
sisi feminimnya. Edo mengungkapkan diri karena ia ingin teman dekatnya menjaga
topik pembahasannya agar tidak mengarah ke penghinaan terhadap gay. Putra memiliki
alasan agar ia tidak sendiri, agar ia memiliki kenalan sesama gay. Terakhir, Christian
mengungkapkan diri kepada teman dekatnya agar ia memiliki tempat untuk bercerita
mengenai kehidupan percintaannya, pada orangtua karena ia ingin merasa lega tanpa
Selain karena adanya motif, dua gay dalam penelitian ini mengungkapkan diri
sesama gay.
komunikasi. Strategi komunikasi privasi terdiri dari strategi seleksi, timbal balik,
ambigu, dan pengalihan. Berdasarkan hasil penelitian, empat gay melakukan strategi
seleksi dan hanya satu yang melakukan strategi timbal balik. Namun ditemukan juga
bahwa tiga gay melakukan dua strategi ketika mengungkapkan identitas seksualnya.
teman dekatnya bahwa ia adalah gay. Strategi memang sudah ia susun sebelumnya. Ia
memilih mengungkapkannya di akhir masa kuliah dan melalui media sosial FB, demi
kenyamanannya. Keenan dan Christian melakukan dua strategi sekaligus, yakni seleksi
meminta dibelikan produk kosmetik dan sering membawa pulang masker wajah.
setelah ia tahu bahwa teman dekat perempuannya nyaman bahkan menyukainya. Putra
melakukan pengungkapan diri hanya pada sesama gay, artinya ia menggunakan seleksi
timbal balik, yakni mau membuka diri setelah orang lain melakukannya.
karena gay sudah mampu mengidentifikasi orang yang akan ia jadikan objek membuka
diri. Pertemanan yang lama dengan objek membuka diri membuat gay sudah
memahami bagaimana cara mengungkapkan diri dan sudah merasa siap dengan efek
langsung, gay secara perlahan sudah mulai memberikan kode pada objek mereka akan
Kriteria dan strategi dalam mengungkapkan diri yang demikian juga dilakukan
gay pada para informan tambahan. Menurut kelima informan tambahan, gay
hubungan mereka dengan gay menjadi akrab. Gay juga menyampaikannya pada
mereka secara sengaja baik melalui ucapan langsung maupun melalui cerita mengenai
masalah percintaan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan tambahan bernama
Halimah:
“Gak lah mbak itu proses pendekatan. Ya paling 1 bulan. Kan dia orang nya
mudah berteman ya. Kita itu tetap sering komunikasi. Ya pelan-pelan mbak,
'kalau aku berbeda dari yang lain apa aku tetap mau jadi teman dia’, nah aku
dalam proses pemilihan perhatian dan interpretasi selektif yang terdapat pada teori
orang-orang yang sudah nyaman dengan mereka dan memiliki kedekatan secara
ambigu sehingga menjadi konsisten. Pada proses ini, gay mengidentifikasi lingkungan
sosialnya menurut kriteria mereka sendiri apakah lingkungan tersebut akan dapat
menerima mereka atau tidak, atau sekedar kenyamanan untuk membuka diri. Christian
mengungkapkan identitas seksualnya pada teman yang suka membaca komik Jepang,
karena Christian menginterpretasi bahwa banyak istilah homoseksual yang berasal dari
Jepang.
Pengungkapan diri gay jelas berkaitan dengan penetrasi sosial. Teori ini
menjelaskan proses ikatan yang menggerakkan sebuah hubungan dari yang superfisial
menjadi lebih intim. Teori ini berfokus pada hubungan interpersonal yang dinamis dan
dapat berkembang dari yang tidak intim menjadi lebih intim maupun sebaliknya.
Hubungan interpersonal sesungguhnya adalah sesuatu yang dapat diprediksi. Teori ini
penetrasi sosial:
1) Tahap orientasi. Masa orientasi dapat disebut masa pengenalan dan terjadi pada
tingkat publik. Saat dua orang berinteraksi mereka akan membuka diri sedikit
demi sedikit dengan tetap memperhatikan nilai-nila yang ada di masyarakat dan
Tahap ini adalah tahap dimana gay baru berkenalan dengan lingkungan
dengan munculnya rasa nyaman, interaksi tanpa beban dan pengunaan idiom
personal. Gay memerlukan waktu tertentu untuk dapat merasa nyaman dengan
4) Pertukaran stabil. Tahap ini adalah tahap keterbukaan total, baik terbuka dalam
pemikiran, perilaku dan perasaan. Saat memasuki tahap ini, dua orang telah
saling mengerti dan semakin kecil tingkat ambiguitas. Hal-hal kecil menjadi
sesuatu yang tidak penting sehingga mereka dapat menghindari konflik. Tahap
ini dimana gay mengungkapkan identitas seksualnya. Cara yang gay gunakan
juga beragam mulai dari langsung mengungkapkan atau memberi kode terlebih
dahulu.
Terdapat dua konsep dasar dalam teori penetrasi sosial, yaitu pengungkapan diri atau
1. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri memiliki beberapa prinsip, yang secara umum hampir sama
adalah masa dimana gay mulai memasuki lingkungan sosialnya. Pada masa
ini, gay lebih banyak diam dan berusaha mengidentifikasi dan beradaptasi
dengan lingkungannya.
informasi yang bersifat lebih akrab. Pada masa ini gay mulai bertukar cerita
lingkungan sosialnya.
Timbal balik juga dirasakan gay ketika teman di lingkungan sosialnya mau
keluarga.
2. Timbal-balik
Timbal balik yang dirasakan oleh gay dari lingkungan sosial mereka adalah
kenyamanan dan kemauan untuk mendengarkan cerita mereka. Lingkungan sosial juga
kerap memberikan nasehat pada gay baik mengenai percintaan sampai kesehatan
seksual. Lingkungan sosial gay juga ikut menentang orang-orang homophobia yang
Menurut Devito (2011 & 2015), terdapat beberapa resiko yang terjadi saat
penolakan sosial. Resiko ini dialami oleh satu informan yakni Alifo yang dijauhi oleh
teman dekatnya setelah ia mengatakan bahwa ia adalah gay. Penolakan juga menjadi
alasan mengapa kelima gay dalam penelitian ini memilih untuk menyembunyikan
identitas seksualnya.
kepada mereka untuk menyakiti atau mengontrol perilaku seseorang tersebut. Resiko
pengungkapan diri ini dialami oleh informan II yakni Keenan. Dimana setelah ia
b. Resiko Relasional
lain dan individu tersebut sering berasumsi atau bahkan secara tegas meminta agar
informasi itu di rahasiakan. Namun, orang lain sebagai tempat individu tersebut
cenderung membuka informasi yang pribadi kepada orang yang dipercayainya. Dengan
adanya resiko atau bahaya dalam mengungkapkan diri, seorang individu terkadang
melindungi hidupnya dari penyelidikan orang lain (Finkenauer & Hazam dalam Taylor
dkk, 2009:337). Resiko ini dirasakan oleh informan III yakni Edo. Ketika ia sudah
menyukainya, sang teman menyebarkan identitas seksual Edo kepada perempuan yang
c. Kerugian Material
Selain dua resiko di atas, kelima gay dalam penelitian ini menganggap pengungkapan
identitas seksual mereka akan berdampak pada perekonomian pribadi mereka. Dimana
kelima informan masih menggantungkan biaya hidup dari keluarga dan belum
memiliki penghasilan pribadi yang stabil. Resiko ini juga lah yang akhirnya membuat
pengungkapan identitas seksual gay juga dirasakan dari segi kesehatan. Resiko ini
dialami oleh satu informan yakni Christian, yang mengidap HIV karena ia sangat
terbuka dengan identitas seksualnya dan melakukan hubungan seks yang tidak sehat.
Selain memiliki manfaat, keterbukaan diri juga dapat menimbulkan resiko atau
bahaya. Almas (2007:79) menemukan resiko dari keterbukaan diri yaitu mendapatkan
hukuman dan tidak terjaganya rahasia. Seseorang yang melakukan keterbukaan diri
bisa saja memperoleh citra yang negatif dari orang lain, informasi yang diberikan akan
disalahgunakan untuk hal yang negatif, kehilangan kendali terhadap orang lain atau
terhadap situasi, terlihat seperti menyombongkan diri, dan adanya penolakan (Tubbs &
Moss, 2000:18).
Dengan kata lain, mungkin ada ketegangan antara ingin mengungkapkan dan
ingin melindungi kerahasiaan. Tujuan seseorang sering kali adalah untuk mengontrol
informasi yang dimiliki orang lain tentang dirinya dan orang tersebut ingin
menyembunyikannya. Sama halnya dengan poin pengungkapan, fokus pada poin ini
berdasarkan kriteria resiko dan budaya. Kriteria resiko adalah ketika pemilik informasi
pribadi yang mengevaluasi risiko relatif terhadap manfaat dari pengungkapan atau
tergantung pada norma-norma untuk privasi dan keterbukaan dalam suatu budaya
tertentu.
kriteria resiko dan budaya. Pada kriteria resiko, keduanya merasa takut tidak diterima
oleh keluarga. Sedangkan pada kriteria budaya dan agama dikarenakan agama yang
mereka anut yakni Islam, melarang hubungan sesama jenis. Penyembunyian identitas
oleh Keenan dan Putra masuk dalam kategori kriteria resiko. Alasan keduanya sama,
agama.
menyembunyikan identitas seksualnya karena merasa tidak siap dengan resiko yang
akan diterima. Resiko yang paling ditakuti oleh gay adalah kemungkinan tidak diterima
oleh keluarga atau kekhawatiran akan merusak nama baik keluarga. Alasan kedua
perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan norma yang dianut Indonesia. Selain itu
budaya juga dapat menyangkut agama, dimana ajaran semua agama melarang
hubungan sejenis. Kelima gay merasa pengungkapan diri pada keluarga adalah hal
tersulit.
seksual mereka. Pembahasan poin ini juga dilihat dari strategi-strategi komunikasi
privasi yakni strategi seleksi, timbal balik, ambigu dan pengalihan. Berdasarkan hasil
penelitian, tiga orang gay melakukan strategi pengalihan dan dua lainnya melakukan
dengan mengalihkan topik pembicaraan. Sedangkan strategi ambigu adalah ketika gay
Strategi pengalihan dilakukan oleh Keenan, Edo dan Putra. Keenan mengajak
bertanya, Keenan menceritakan semuanya kecuali jenis kelamin pacarnya dan tidak
memberitahu bahwa pria yang sering ia bawa ke rumah adalah pacarnya. Edo
menjawab suka hati temannya ketika ia menyebut Edo seperti gay. Ia juga ikut
membahas mengenai fisik perempuan meski ia tidak sebenarnya tidak tertarik. Pada
keluarganya, saat ada topik mengenai homoseksual, Edo memilih menjauh. Jika
ayahnya bilang ingin menantu seperti apa, Edo hanya mengiyakan. Kemudian Putra,
Strategi ambigu dilakukan oleh Alifo dan Christian. Alifo yang masih
oleh ibunya. Sedangkan Christian yang masih menyembunyikan dari teman gerejanya,
pernah mengatakan ia ingin tipe pria seperti Tora Sudiro, namun dengan nada yang
mengatakan kalimat dengan pesan yang tersirat atau memilih untuk mengamini saja
permintaan orang terdekat mereka terkait orientasi seksual. Ketertutupan gay sebelum
menungkapkan diri juga mereka lakukan pada para informan tambahan, seperti yang
disampaikan Cio
“Ada. Dia diem aja. Kalau gak ditanya gak jawab “apa sih kalian? apa sih?”.
Kalau sekarang itu lah dia, sedikit rewel kalau misalnya agak telat dikit “udah
lah aku pulang”, kalau berantem ya cekcok-cekcok tapi besok udah gak lagi
bahkan 1 jam kemudian kami udah chat-an lagi. Dia pernah cerita, Dia ada jalan
sama seseorang terus dia pengen serius tapi ternyata seseorang itu cuma
nganggapnya cinta satu malam doang. Waktu itu dia ngajak aku cerita, kami
cerita berdua doang. Kami intens sering nongkrong. Paling lama mungkin
sebulan gak sampai pun, hitungan minggu dia udah mau cerita tentang relasi
pria. Dia mungkin ngerasa nyaman kali ya”
Mereka menghindari agar tidak dicela, tidak merasa terisolasi, dan juga stress.
Menghindari untuk mengungkapkan diri dilakukan agar seorang gay agar tidak
mengalami masa-masa sulit. Mereka lebih memilih untuk berhenti berbicara daripada
penyembunyian identitas diri gay berkaitan dengan Theory of Reasoned Action (TRA).
Teori ini menjelaskan, perilaku dan praktik seseorang dipengaruhi oleh niat, sedangkan
niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh
keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh
keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut.
Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu
perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang
Teori ini juga menjadi landasan mengapa gay memilih mengungkapkan dan
mereka, karena ingin merasa lega dan karena merasa tidak masalah jika orang tersebut
6.1 Simpulan
disimpulkan bahwa:
1. Proses penerimaan diri yang dilalui gay di Cangkang Queer adalah proses
Queer membiarkan rasa tertarik pada sesama pria mengalir begitu saja hingga
memiliki orientasi seksual yang sama dan lingkungan sosial yang bisa
menerima mereka.
langsung.
merasa tidak siap dengan resiko yang mungkin mereka terima, seperti dijauhi
atau tidak diterima. Tiga gay menutupi identitas seksualnya karena faktor
152
Universitas Sumatera Utara
153
6.2 Saran
1. Secara teoritis
2. Secara akademis
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih dalam mengenai tema ini,
3. Secara praktis
berkonsultasi dengan pihak ketiga seperti psikolog agar dapat merasa nyaman
negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, I., & Taylor, D.A. (1973). Social Penetration: The Development of
Interpersonal Relationship. Newyork: Holt, Rinehart, & Winston
Arus Pelangi. (2013). Menguak Stigma, Kekerasan & Diskriminasi Pada LGBT Di
Indonesia. Jakarta: Arus Pelangi
Bogdan, Robert dan Steven Taylor. (1992). Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Buchanan, McKenna, Stevie Munz & Justin Rudnick. (2015). To Be or Not To Be Out
in the Classroom: Exploring Communication Privacy Management
Strategies of Lesbian, Gay, and Queer College Teachers. Journal
Communication Education Volume 64, 2015 - Issue 3. Diakses dari
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03634523.2015.1014385?jo
urnalCode=rced20
Cangkang Queer. (2015). Laporan Situasi LGBT di Sumatera Utara. Diakses dari
https://cangkangqueer.org/2017/01/20/laporan-situasi-lgbt-di-sumatera-
utara/
Cox, N., Dewaele, A., van Houtte, M., & Vincke, J. (2010). Stress-Related Growth,
Coming Out,and Internalized Homonegativity in Lesbian, Gay, and Bisexual
Youth. An Examination ofStress-Related Growth Within the Minority Stress
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among
Five Tradition. London: Sage Publications
Denes, A., & Afifi, T. D. (2014). Coming Out Again: Exploring GLBQ Individuals’
Communicationwith Their Parents After the First Coming Out. Journal of
GLBT Family Studies, 10(3), 298–325. Diakses dari
https://doi.org/10.1080/1550428X.2013.838150
Eagle, L., Dahl, S., Hill, S., Bird, S., Spotswood, F., Tapp, A. (2013). Social Marketing.
London: Pearson Prentice Hall
Fakih, Mansur. (2003). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Research: Theory, Method and Practice, ed. David Silverman. London: SAGE
Publications
Lee, Nancy R and Philip Kotler. (2011). Social Marketing :Influencing Behaviorsfor
Good. US: Sage Publication, Inc.
McDavitt, B., Iverson, E., Kubicek, K., Weiss, G., Wong, C. F., & Kipke, M. D. (2008).
Strategies Used by Gay and Bisexual Young Men to Cope With
Heterosexism. Journal of Gay & Lesbian Social Services, 20(4), 354–380.
https://doi.org/10.1080/10538720802310741
Nordqvist, P., & Smart, C. (2014). Troubling the family: coming out as lesbian and
gay. Families,Relationships and Societies, 3(1), 97–112. Diakses dari
https://doi.org/10.1332/204674313X667380
Olivia, Tjia Regina. (2012). Perbedaan Proses Coming Out Antara Gay dan
Lesbian.(Online). Diakses dari
http://thesis.binus.ac.id/doc/RingkasanInd/2011-2-00033-
PS%20Ringkasan001.pdf, pada 3 April 2018)
Puspitosari, Hesti & Pujileksono, Sugeng. (2005). Waria Dan Tekanan Sosial. Malang:
UMM Press Santrock
Ruben, Brent D., Stewart, Lea P. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia (Edisi
kelima).Jakarta: Rajawali Pers
Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak (Edisi Kesebelas, Jilid 2). Jakarta:
Erlangga
Sanur, Rania Mansur. (2017). Keterbukaan Diri Seorang Gay Di Dalam Keluarga
(Skripsi). Surakarta: Fakultas Komunikasi Dan Informatikauniversitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/54302/3/PUBLIKASI%20ILMIAH%20RANIA%2
0MANSUR%20SANAD%20L100130041.pdf
SUARA USU. (2013). Agar Mereka Tak Lagi Beda. Diakses dari
http://suarausu.co/agar-mereka-tak-lagi-beda/
Subagyo, P. J. (2006). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Taylor, Shelley. E., dkk. (2009). Psikologi Sosial edisi 12. Jakarta : Kencana
Tubbs, Stewart. L., & Moss, Sylvia. (2000). Human Communication (terjemahan
Deddy Mulyana). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Indeks.
West, Richard & Lynn H.Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika
West, Richard & Lynn H.Turner. (2013). Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika
Xiao,Zhiwen, Xiaoming Li, Shan Qiao, Yuejiao Zhou, Zhiyong Shen & Zhengzhu
Tang. (2015). Using Communication Privacy Management Theory To
Examine HIV Disclosure To Sexual Partners/Spouses Among PLHIV In
Guangxi. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4699476/
Internet
https://twitter.com/DhoKudo
Fase
(3 Juli 2018)
Usia : 25 tahun
Pendidikan/Pekerjaan : S1 Pertanian
Awalnya pas waktu sejak kecil, dari SD. Kayaknya semua orang sama lah, kalau di kelas
itu kan ada yang juara 1, semua orang pasti suka sama dia, ingin berteman sama dia. Pas SD itu
masih belum kenal suka secara seksual sih, masih secara mengagumi. Pas mau dekat puber,
barulah ketertarikan seksual itu mulai ada (kelas 6 SD). Pas kelas 1 SMP itu pertama kali mimpi
basah sama cowok. Karena terbayang-bayang sampai terbawa mimpi, mimpi basah sama cowok,
sampai sekarang pun aku mimpi melakukan hal itu enggak pernah sama cewek. Kalau dalam
Waktu SMP mulai tertarik secara seksual sama cowok. Ada cowok yang dikagumi. Tapi
gak sampe…cuma sebatas itu ajalah. Gitu terus sampai SMA. Gak dekat atau pacaran atau
mengungkapkan, cuma pendam-pendam aja. Pengen jadi pacarnya, pengen berduaan tapi gak mau
gt. Masih…karena lingkungan itu kan masih di kampong-kampung. Dari SD karena gak tau apa
istilahnya jadi aku memang gak tau itu apa, gak aku ceritakan ke orangtua. Waktu diSMP udah tau
itu namanya karena ada di Al-Quran. “Oh ini ternyata salah dalam agama kayak-kayak gitu lah”.
dibaca. Aku ikut pesantren gitu kan. Siangnya sekolah, sorenya pesantren ngaji. Udah itu sampai
Waktu SMA baca di buku-buku, ada tau namanya istilahnya gay, lesbian. “Oh ternyata
nama istilahnya gay, ada lesbian, ada biseksual juga kayak gitu lah ya kan”. Tapi waktu di situ aku
belum nyari-nyari jauh, nyari-nyari kayak-kayak mana, kayak mana sih gay itu, masih nyari-nyari
mengabaikan, gak berpengaruh dalam hidup, gak berpacaran, bukan cari-cari pasangan. Pas akhir
SMA mulailah “pengenlah punya pacar, Pengenlah masa-masa sendiri udah gak relevan dengan
puber kita”. Pas waktu kuliah, udah tau internet, mulai aku cari-cari di situ. Nah di situ lah semester
1 mulai perdebatan dalam diri. Ku cari-cari. Ya paling segi sains udah dapat kayak mana-mana,
yang paling ininya dari segi agamanya. Sampe sakit 1 minggu karena mikirin itu aja itu aja. Sampai
sakit. Kayaknya menyalahkan Tuhan, menyalahkan diri, kayak-kayak gitulah aku. Pas waktu masa
itu aku gak mau ngapa-ngapain, makanpun jarang, pokoknya dalam 1 minggu udah down kali.
Dititik aku capek daripada bunuh diri…kepikiran bunuh diri itu ada waktu itu hampir bunuh diri.
“Udah bunuh diri aja, masuk neraka ajanya kan”. Terus adakan grup-grup Gay Islam Indonesia
“Sebenarnya Allah itu, Tuhan itu cinta samamu. Cinta sama semua makhlukNya, katanya”. Ada
sesuatu yang disitu yang menyemangati untuk hidup kembali. Ternyata yang salah itu bukan
akunya, gak ada yg salah sebenanrya. Tuhan itu sebenarnya Maha Benar gak ada yg salah
ciptaanNya. Nah setelah itu, aku udah dapat hidayah atau apalah ya, pencerahan gitu lah ya. Dah
mantap kali lah ya. Aku udah mantap dengan agamaku, aku semakin mantap dengan status
orientasi seksualku, yaudah, cuma utk cari pacar udah gak ku fokuskan lagi. Dari SMA sampai
Proses penerimaan diri 1 SMP sampai semester 1 kuliah. Itu udah aku selama itu udah
nyari-nyari di Al-Quran ada ini tapi gak tau detail. Sampai semester 1 aku udah bongkar-bongkar
darisains, Wikipedia, koran, Tanya-tanya semua. Itulah yang sayang sekali, kalau kita cari dalam
bahasa indonesia, makin stres kita bacanya. Hampir semua artikel dalam bahasa indonesia pasti
kaitannya dengan agama. Gak ada kaitannya dengan ilmiah, walaupun ada pasti dikaitkan lagi
dengan agama.
3. Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui orientasi seksual Anda? Apakah Anda
Dua-duanya, tapi lebih menyalahkan Tuhan. Aku gak mau menyalahkan diriku sendiri
karena itu menurutku bahaya. Sangat bahaya. Kalau aku menyalahkan diriku sendiri mungkin aku
sudah bunuh diri. “Tuhan itu Maha Kuat, dia yang punya segalanya. Jadi lempar aja semua masalah
sama dia, serahkan saja semua sama dia”. Sampai sholat tahajud, sampai..”kalau aku bisa berubah
besok, atau dalam waktu dekat ini”…nazar-nazar gt” “kayak mana kau mau sembuh, orang kau
aja gak sakit”. Mau puasa 3 hari nazarnya. “Sebenarnya agama gak menyingkirkan orang. Agama
itu justru merangkul kita semua, semua umat”. Justru ada kawanku yang jadi benci sama
agamanya, semakin benci, gak percaya lagi sama agamanya. Cuma kebanyakan bahkan hampir
Coming out itu untuk orang-orang terdekat menurutku. Aku coming out nya ke orang-
orang terdekat. Kalau ke orang-orang umum ya gak ku urus, kalau mereka tau ya gak apa-apa,
kalau orang terdekat itunya. Kita butuh penerimaan dari orang terdekat kan, nah itu. Pernah ku
coba itu coming out ke salah satu temen yg kenal dari semster 1 sampai akhir-akhir semester 8.
dua cwok. Ku bilang sama dia waktu itu lewat pesan FB, awalnya dia gak percaya. Terus dia bilang
“kau gak kayak waria”. Terus ku bilang “beda lah waria sama gay”. Kalau waria udah dandan dia
kayak gitu, udah make-up. Terus ya gitu lah reaksinya kayak-kayak menyalahkan aku, kayak“dosa
itu kembalilah ke jalan yg benar”, keluarlah dari sudut pandang agama itu kan. Sampai sekarang
Dia selalu curhat sama ku kalauada masalah, aku percaya sama dia juga makanya aku cerita
sama dia. Temen yang cowok itu yg sering ke kos, saling cerita. Dia care sama ku juga walaupun
dia menyalahkan. Aku minta pendapat dia “menurutmu orientasi seksualku ini, perlu ku ceritakan
sama temen cewek ini juga gak?” “gak usahlah nanti dia gak terima”. Tapi di sisi lain menganggap
Aku ngomong langsung gak keluar semua, kalau nulis baru keluar semua. Karena FB
gratis. Whatsapp belum ada semsester 8. Aku lebih nyaman menulis daripada ngomong.
Memilih ngomong diakhir kuliah karena itu strategiku juga kan kalau misalnya dia gak
terima gak jumpa lagi nya kita, kalau terima kan bisa jumpa lagi. Setelah aku bilang gitu dia
menghindar. Sekarang dia di luar kota, nikah pun gak ngabarin. Kayak ada rasa ini udah temenan
7. Selain ke teman tersebut, apakah Anda pernah coming out ke orang terdekat lain?
nanya kapan nikah. Ku bilang “aku gak mau nikah sama perempuan, gak mau dekat sama
perempuan”. “Kenapa?”“Aku gak mau nikah mak. Nanti kalau abang sama adikku nikah, mamak
yang ngurusin siapa. Aku yang ngurusin mamak aja”. Hahaha ketawa dia. Pokoknya setiap dia
Abangku ini, kayaknya abangku udah tau aku gay. Karena waktu pulang kamping,
handphone ku dipinjam abang ku, ternyata akun FB ku yang gay, dia buka nampak itu. Dia tanya
“itu siapa?”, “ngg fesbuk kawan itu bang” ku bilang. “Kok banyak foto cowok-cowoknya ini,
banyak foto cowok telanjang dada”. Yaudah ku ambil aja HP ku, abis tu gak dibahas-bahasnya
lagi. Tapi abis itu setiap aku keluar pasti ditanyanya “kau keluar sama siapa?” “sama kawan”
“kawanmu cewek apa cowok?” pasti nanya-nanya kayak gitu “cowok ku bilang hehe” “oh ya
Masih menyembunyikan dari orang tua karena aku sayang sama orang tua ku dan dia juga
sayang sama ku. Aku gak mau ubah itu. Masak cuma gara-gara itu jadi gak sayang sama ku lagi.
10. Apa Anda ada keinginan untuk coming out ke orang tua?
Pengen ngomong sama orangtua pengen ngomong, pengen diterima, pokoknya kayak Sofi
pengen diterima di keluarga. Tapi belum siap. Aku gak bakal ngomong sama orangtua. Biarkan
dia mengenalku dengan apa yang dia kenal dan tau dan dia sayang dan dia tau aku sayang dia, dia
sayang aku. Ke abang ku ada saatnya aku bilang mungkin pas aku belum nikah-nikah, udah rawan
nikah.
Susahnya orang lain yang susah menerima kita. Kalau aku pacaran gak terlalu fokus ke
sana. Di Indonesia sulit, gak bakal diterima, pindah ke luar negeri, masa depan lebih terjamin, di
Cari pasangan sekarang lebih mudah karena ada sosmed, tergantung niat. Sulit itu yang
buat sulit stigma pandangan orang. Kayak di kosan aku kan, misalnya aku udah coming out, pasti
diusir itu. Kayaknya negatif-negatif masih ada. Ketakutan terus ada kalau org terdekat tau.
Aku sukanya bule, kalau gak yg kayak aku. Atau kayak aku, yg benar-benar mengerti aku.
Tidak ada masalah penerimaan konsep diri. Iam happy for the iam.
Medsos ada 2 akun. Asli dan gay. Beda postingan, sangat beda, Satu temen kampus, temen
dekat. Satu lagi teman-teman Cangkang Queer, komunitas, disitu bahas LGBT. Akun gay pakai
foto Troye Sivan, kalau asli gak pakai foto asli tapi ada foto ku.
16. Apa yang berbeda dari Anda sebelum dan sesudah gabung di Cangkang Queer (CQ)?
Setelah CQ ada ilmu baru yang dapat, lingkungannya, rasa takut menurun, “eh ini ada
orang yang diterima sama keluarganya” kayak-kayak menginspirasi gitu. Jumpa keluarga dan
kawan baru yg sangat menginspirasi. Aku orangnya gak percaya diri, introvert. Mungkin di CQ
aku berlatih untuk bisa berlatih ngomong biar lebih vokal karena itu dituntut di situ.
Misalnya ada yang menyembuhkan gay, menurutku enggak. Karena menurutku menjadi
bagian gay ini aku justru mendapatkan pemandangan, merasakan orang-orang yang seperti aku.
Misalnya kayak minoritas lainnyam minoritas agama, minoritas ras. Menjadi bagian dari minoritas
itu kita merasakan apa yang mereka rasakan juga. Lebih berempati. Membuat sudut pandangku
lebih manusiawi.
18. Jika bisa dilahirkan kembali, Anda memilih tetap menjadi gay atau menjadi
heteroseksual?
Tetap gay. Karena menurutku itu adalah anugerah. Kalau misalya aku gak dilahirkan gay,
mungkin aku kayak kawanku mungkin. Ada orang beda sedikit sama ku udah pasti aku menjauh
dari dia.
19. Apa yang ingin Anda sampaikan untuk orang-orang yang homophobia?
Iam just like you. Homophobia itu kan takut sama identitas seksual orang kan. Bodoh kali
lah org itu masak takut sama identitas seksualnya, kayak aku takut sm orang kulit hitam, orang
Kristen, orang yang berbeda. Ketakutan itu gak beralasan, kayak takut tertular kayak nya itu bukan
manusia sekali. Sebagai manusia satu-satunya makhluk di dunia ini yang katanya makhluk punya
intelektual yg lebih, ya hargai satu sama lain. Sama-sama merasakan manusianya juga, dia juga
Menurutku hetero gak perlu dapat ilmu, mengerti sepenuhnya tentang LGBT, gak perlu.
Cukup menghargai aja udah. Kalaupun menolak tapi dia menghargai gak apa-apa. Dan apa hak
(3 Juli 2018)
Usia : 24 Tahun
Pendidikan/Pekerjaan : S1 Keperawatan
Ketika waktu saat SD aku bilang kan memang kemarin aku suka sama laki-laki yang tua,
yang kayak yang betul-betul laki. Tapi pas waktu untuk mengidentifikasi kalau aku memang gitu
itu emang waktu SMP sampai SMA. Waktu pada saat itu lah aku yang tau aku memang gitu kan.
Aku sering-sering baca juga kan. Itu sih yang pas tau nya. Tapi emang pas saat mencari itu proses
penerimaan diriku untuk menjadi itu, aku gak langsung mengalami denial kayak “ah aku gak
mungkin, gak mungkin” aku gak pernah, cuma memang pernah pada saat aku di kondisi yang
down itu, aku memang pernah langsung kayak mara-marah gitu iya, itu waktu pada saat mau
masuk SMA gitu lah. Udah cari tau dan aku udah tau, aku kayak marah kenapa gitu kenapa gini.
Pas masuk kuliah di situ aku udah mulai jadi diriku sendiri, cuma ku masih belum bisa
mencari orang yang sama denganku. Jadi dulu aku masih yang terkait dengan konsep diri sih
karena masih “oh idealnya masayarakat itu masih yang laki-laki itu harus yang begini-begini, harus
sixpack, harus begini-begini ya kan. Sedangkan aku yang gemuk, hitam, buncit, segala macam.
Dulu gilanya pakai foto palsu, pakai foto orang untuk berhubungan sama orang. Jadi kayak
telponan, via telepon aja. Pada saat semester 7 aku cari info ternyata ada kayak market pasar kita
mulai terbuka terbuka terbuka. Langsung lah ada komuniitas kami, itulah namanya “Chubby
Chaser Medan”, itulah yang kami buat itu, kami bertiga, aku mantanku sama Putra (informan
lainnya). Mungkin memang ada terjadi satu hal masalah, akhirnya aku sama Putra keluar, udah
Aku ketemu sama CQ itu tahun 2016 saat aku lagi profesi. Jadi emang saat aku profesi
kemarin itu emang aku ketemu CQ gak dari temen, aku cari info. Awalnya aku cari info bukan
dari temen-temen di Medan ya, tapi dari teman-teman dari Kalimantan. Jadi di Kalimantan itu aku
udah sempat kenal beberapa temen “ada gak sih komunitas seperti ini yang di Medan?” akhirnya
dia menyarankan ke CQ. Jadi ketemu CQ langsung diverifikasi sama bang Dika, setelah seminggu
itu kan di telpon bang Dika “kamu mau gak ikut acara ini-ini, acara apa itu lupa” aku bilang aku
lagi profesi kan padat jadwal kayaknya aku tahun depan untuk mulai bisa bergabung, maksudnya
untuk bisa fokus.Terus memang sempat aku yg di outing itu kan yang kemarin waktu aku udah
semester 7 tahun 2015/2016 aku udah mulai pake foto ku sendiri apa ku sendiri yg di Twitter, jadi
ada salah satu temen yang dari kampus itu yang memang mungkin gak suka atau apa, jadi meng-
outing aku sampai aku harus ke dosen ke apa segala macam aku kemarin itu. Aku punya temen 5
kawan itu yang sering nanya “kau beneran begini kau beneran begini” kadang capek juga ditanya
“iya kenapa rupanya kalau kalian gak suka sama ku gak apa-apa”, trus dia dengan respon biasa dia
ngomong “yaudah sih gak apa-apa gak masalah”. Itu yang membuat aku sama orang itu jadi
berkawan terus kan cuma karena aku bilang selesai kuliah ini aku fokus ke CQ, mereka kan juga
punya fokus yang lain jadi kami komunikasi cuma via Whatsapp aja.
Ketemu sama Putra itu gini sebenarnya kami udah punya teman kayak kumpul-kumpul
gini misalnya ayok kita kumpul ke sini dan itu semuanya temen-temen yang chubby yang chaser
khusus gay chubby, jadi kenal situ jumpa-jumpa, ketemu yaudah kita buat yuk karena juga ada
salah satu inspirasi dari Jakarta yang mereka punya kawan sampai 500an orang chubby dan chaser
Indonesia. Mereka punya beberapa cabang di Indonesia tapi di Medan gak ada. Jadi aku hubungi
salah satu teman di situ “kami mau buat ini yang di Medan tapi kayaknya kami gak mau sesuai
nama sama kalian, kami mau buat nama lain”, itu makanya kami bertiga. Udah akhirnya terbuat
di grup di Line barulah mulai ngomong-ngomong segala macam, bertahan 6 bulan lebih malah,
anggota sempat 50an Medan dan Binjai. Jadi pas karena emang akhirnya pecah kongsi ada yang
satu begini-begini, aku sama Putra mengeluarkan diri kayak gak cocok lagi di situ jadi gak tau
sekarang gimana setelah itu baru ketemu sama CQ, tapi aku aktif itu bener-bener saat acara
TIDOT, di situ aku mulai masuk mulai fokus jd setiap ada kegiatan-kegiatan sampai sekarang sih.
Lama proses penerimaan diri dari marah SMP kalau betul-betul udah jadi itu di semster 7.
Karena sebenarnya aku orangnya gak terbuka ya, ketika aku udah mengetahui aku itu begini,
dengan dulunya pas kecil, laki suka bermain layang, aku suka bermain boneka, tapi aku mainan
yang untuk laki-laki ada yang suka dulu catur sama mainan gambar-gambar gitu tapi aku suka,
bersifat rumah aku suka. Tapi kalau kayak layangan, main bola, aku gak suka, kecuali kayak pecah
piring itu aku suka. Karena aku udah mulai tau gitu kan jadi kayak aku emang tipikal orang yang
gak pernah keluar maksudnya keluar-keluar rumah, ketemu kawan apa segala macam, jadi aku gak
pernah mengenal orang yang lain-lain gitu. Di kampung ku itu sampai aku SMA mereka ketemu
aku tu cuma sekali dua kali aja. Jadi aku di rumah. Apa sih yang di rumah itu? Ya itu yang mungkin
orang bilang gimana sih orang introvert itu kalau orang di rumah ngapain, banyak yang dilakukan.
sampai nyari hal yang bener sampai gak bener pun itu di situ.
Sampai akhirnya aku sadar ini kok capek ya? Akhirnya aku cari info kan tipe gay akhirnya
muncul tu chubby dan chaser, chubby to chubby, oh ada ternyata pas dibilang ada tu barulah aku
tergerak mengganti foto. Pas udah ganti foto, udah awalnya aku mikir “ah pasti gak ada ni” udah
hopeless gak ada orang sepaham segala macam, ternyata ada “masuk aja ke aplikasi ku, aplikasi
Growlr” aku masuk ke Growlr sama aku masuk ke Daddy Heart, karena kan aku suka yang agak-
agak tua tapi bukan dalam arti tua banget gitu. Pas wktu itu aku mulai kan di situ aku masuk.
3. Apa yang berbeda antara Anda sebelum dan sesudah menerima diri?
Beda banget. Jadi dulu saat aku belum menerima aku sangat gak mau membahas masalah
tentang orientasi, gender padahal aku udah memahami itu aku udah belajar seksualitas kan dulu
waktu di kampus. Tapi aku gak mau bahas itu. Jadi pada saat udah menerima, udah masuk ke CQ
jadi ya isi-isi sosmed ya rata-rata kampanye semua. Akhirnya aku netap di CQ dan Chaser Medan
aku udah gak aktif lagi tapi aku aktif di FB. Jadi di FB malah makin bertambah sih jadi kayak ada
temen-temen yang dari komunitas yang lain, ada yang hetero juga yang malah gabung malah
Menerima kita ya begini, itulah kuncinya. Jadi kayak aku yang sukanya, memang harusnya
aku, di CQ tiba-tiba keluar ngondek apa segala macam itu, adalah salah satu bentuk kebebasanku
untuk berekspresi ketika aku di luar aku harus begini. Ketika aku ke tempat yang nyaman, aku
bakal berekspresi seperti yang ku mau, ituyang paling mendasar. Terus juga yang kedua, ngubah
persepsi dan prinsip terhadap kaum gay yang mengatakan one day im gonna married with woman
itu adalah mungkin menurutku secara pribadi itu adalah salah satu bentuk upaya yang salah karena
ketika kita menikah, dengan seorang perempuan karena kita bilang kita sedang dalam proses
(untuk lesbian), itu adalah salah satu bentuk perselingkuhan, untuk apa begitu. Kasian antara dua
belah pihak, baik itu ke perempuan baik ke laki-laki bahkan ke selingkuhannya sendiri. Jadi ketika
ada yg berprinsip seperti itu, aku akan berpikir gini “oh mungkin dia belum menerima dirinya”.
Dia masih menganggap dirinya sebagai fantasia atau apa dan mengubah persepsi bahwa hubungan
gay dan hubungan hetero sama, sama-sama cari tempat nyaman, sama-sama nyari tempat untuk
berbicara, tempat untuk dekat dan segala macam. Itu kuncinya. Seperti pacaran orang-orang
mayoritas gitu. Gak ada bedanya. Ya tetap satu ya tetap satu. Ya masalahnya dia selingkuh atau
Outing itu pada saat aku semester 7 pada saat aku pakai foto aku tapi emang aku private
kemarin. Pada saat di Twitter itu lah aku di outing kan, di-capture. Namanya juga seorang gay
kayak aku gitu kan, mungkin ada video-video yang menarik kan, you knowlah, terlihat sama dia
dan itu sih yang akhirnya langsung disebar. Ketika dibilang begitu kan akhirnya aku ngaku kan
“oke memang begini, emangnya kenapa?”. Cuma gini sih, outing itu menyakitkan. Aku pernah
ngalamin outing maksudnya itu adalah salah satu yang menyakitkan. Cuma aku akhirnya kayak
berterima kasih sih. Maksdnya ketika dia mulai itu, artinya dia membuka satu jalan, satu hal untuk
bahwasanya “oke aku harus cari orang yang benar-benar bisa menerima aku tu siapa”.
Temen sekelas. Dia pakai akun lain gak tau dia sengaja atau gimana. Dia mengatasnamakan
akun lain terus karena saat itu aku lagi private akun, kita lihat fotonya, orangnya oh kayaknya
biasa nih, aku accept. Dia sebarin ke mading-mading, dibentuk kertas A4. Aku sih gak akan
langsung marah atau apa. Aku karena mungkin masih syok banget pada saat aku ingin membuka
untung aku gak. Aku sempat punya relasi, dia nguatin. Karena relasi ku juga udah di-outing
samakawannya di kampus juga. Dia tau bagaimana. Jalani prosesnya pelan-pelan. Setiap emang
jalan di kampus emang kayak sakit. Bahkan sampai yang udah selesai, bahkan orang yang masuk
kampus pun kayak udah pad kenal “oh si Ken yg ini ya yg gini-gini”, jadi kayak ketika aku lewat
ada mahasiswa baru pun mandang sinis tapi sekarang aku udah cuek sih.
Aku gak pernah punya masalah. Karena pada saat aku di kampus, aku masuk PEMA, jadi
aku masuk di PEMA, aku bagian media dan informasi, aku ketua klub mading di kampus tapi aku
gak tau entah apa masalah dia ke aku, aku juga gak ngerti mungkin secara gak sadar aku pernah
ngelakuin kesalahan, aku juga gak tau gitu. Cuma emang aku ngerasa gak ada ngelakuin apa-apa.
Dia cewek. Cuma sekelas, dia dekat sama salah satu temanku, malah kawanku yang minta maaf.
Aku bilang sama temenku yang 5 orang, paling penting sekarang kalian mau terima aku atau gak
“yaudah sih cuek aja gak peduli kok kau tetap kau, orang yang suka diajak ke mall, orang yang
6. Berapa lama masalah itu berlangsung dan apa saja yang terjadi?
Masalah itu 2-3 bulan, tetap kekeh aku gak mau dipanggil orangtua. Karena om aku bilang
gini “kuliah ituproses pembelajaran secara dewasa, dan aku sudah dewasa, masalah ku bisa ku
hadapi sendiri tanpa terlibat orang tua”, aku bilang gitu, akhirnya dekan juga diem. Jadi aku sempat
cari-cari kode etik pendidikan, aku kasi ke dekanku, akhirnya dekanku men-stop kasusku
bahwasanya ketika mendapat hak pendidikan siapapun orangnya, dia berhak. Dekanku netral,
cuma yang bermasalah itu dosenku yang satu. Dia dosen psikologi yang masih menganggap itu
adalah hal yang salah. Padahal di WHO udah jelas, tahun 1993, 17 mei menghapus itubahkan di
Dekan gak bawa sampai ke rektor atau kemana cuma saat itu dia bilang aku mau dipanggil
orangtua atau istilahnya dibina. Ku bilang aku bisa ngebina diriku, aku bukan anak SMA lagi, aku
udah berproses menjadi seorang dewasa. Orang kuliah itu adalah belajar secara proses
pendewasaan. Aku sudah cukup dewasa, umurku sekian, aku bilang sama dekanku kayak gitu.
Kenapa dekanku ngomong kayak gitu, dia gak salah sih karena didesak sama dosenku.
Temanku yang lain pada saat itu langsung menjauh kayak satu virus yang berbahaya kayak
dipegang langsung nular. Malah cowok gak masalah loh, itu kuakui. Temen2 ku masih mau
gabung masih ketawa-ketawa masih nyinggung hal yg gini-gini, ngondek apa segala macam, cuma
menganggap itu sebagai bentuk candaan dan aku masih merasa ah itu candaan aja, masih ada kok
orang yang bisa nerima. Cuma ku akui memang 5 kawanku itu yg sampai sekarang emang mereka
kalau cerita “kau udah gak sama ini lagi, gak sama ini lagi”, sampai mereka yang paham aku
8. Apakah sebelum kejadian tersebut Anda sudah memiliki rencana untuk coming out?
Sebenarnya aku memang udah ada rencana. Maksudnya ketika aku memang udah, aku di
kampus ingin mengeluarkan jati diriku tapi pada saat aku udah mau selesai mungkin prosesnya
gak akan buruk. Ini karena aku masa pada saat skripsi sih makanya langsung kayak terotak.
Cumasampai sekarang sih udah kayak salah satu tempat yang paling gak nyaman aku kunjungi
adalah kampus, masih ada ijazah satu tertinggal cuma belum aku ambil karena gak nyaman ke
sana.
kebetulan kami berlima kan masuk PEMA tu dan si cowok ini kan ketua PEMA, dia langsung
undang“eh Ken datang lah jangan lah, kau gak datng, kau kan dulu ketua bidang strategi advokasi”,
“iya aku datang ku bilang. Pada saat datang itu aja, waktu aku jalan aja yang mahasiswa-
mahasiswa baru nengok aku, lirik, udah kayak sebar-menyebar mulut ke mulut.
Keinginan untuk outing karena aku ngerasa aku gak salah, aku tu gak satu hal yang gak
perlu ditakutin. Aku tu sama, sama kalian, aku pengen bebas karena ketika aku di luar menjadi
apapun yg aku mau, aku gak mau jadi orang yang harus mungkin aku harus begini mungkin dalam
aturan gay itu 3 hal: no ngondek, no centil, no bawel. Itu 3 hal yang kayak dihentikan sama orang.
aku gak mau kayak gitu, aku udah mau, pengen meluapkan apa yang kurasa gitu.
10. Kepada siapa Anda rencana ingin coming out saat itu?
Sebenarnya ke siapa pasti yang terdekat 5 kawanku itu, itu yang pertama. Karena dari awal
pas masuk kami kuliah, pas matrikulasi, mereka tu kayak udah mulai paham yang aku suka
perawatan, aku ke dokter Paramitha ke dokter ini, tu aku paham. Kayak mau beli sepatu high heels,
kawanku selalu “tu ayok bawa Keenan. Keenan tau tu model yang bagus karena kami 2 kai-laki,
3 perempuan, yang kawanku satu ni gak suka belanja dan aku sangat hobi, jadi ketika aku disuruh
belanja sama kawanku, aku suka. Kami pernah ngelilingin mall sampai satu jam, aku mau. Itulah
Aku punya rencana ketika aku ketemu, mau ngenalin langsung ke pasanganku, karena kan
mereka masing-masing udah punya pasangan aku pengen punya pasangan kayak “ini pasangan
ku” tapi ketika aku nyampekan gitu ke kawanku dibilang “itu tu makin awkward lah aku. Aneh ku
rasa kau bawa lakik kau” “iya juga ya hahaha”. Tapi pernah aku bawa sekali, paskami di Texas
gitu “gak loh penasaran aja”. Jadi kami pernah ngomongin masalah perawan dan gak perawan
tandanya gimana.
11. Ada yang berbeda gak sama temen-temen Anda setelah Anda coming out?
Ada satu sih. Dulu kan aku sama temenku laki-laki tu kan kalau kami kepepet selalumandi
berdua sekarang “kau jangan pernah lagi mandi sama ku”. Kalau tidur dia masih mau. Karena pada
saat aku tidur, pernah ku tanya sm dia “kau masih nyaman gak tidur samaku?” karena aku gak mau
daripada gak nyaman mending aku pindah kamar ke temen cewek ku, “oh gak apa-apa kok”,
katanya.
12. Apakah Anda menyembunyikan orientasi seksual Anda? Kepada siapa dan bagaimana?
Kalau paling dekat sih sama keluarga sih masih belum. Cuma dulu emang ada dikit-dikit
ngasi clue, aku minta wardah ini wardah ini “minta wardah no 3 ma” mama ku kan kadang “apa
sih dibawa-bawa” kayak aku bawa masker tapi sekarang udah paham. Cuma ketika aku punya
pacar yang sekarang, relasi yang sekarang itu, yang pernah ku bawa ke rumah sempat sih ditanya
13. Kenapa Anda masih menyembunyikan identitas seksual Anda dari keluarga?
Karena aku belum punya amunisi yang kuat, bukan amunisi secara pengetahuan ya. Aku
tu gini, kalau bisa ketika aku outing ke keluarga, itu aku harus memikirkan bagaimana ke depannya
aku. Aku butuh amunisi yang dimana aku bisa berdiri, bisa mempertanggungjawabkan diri sendiri.
Cuma kalau untuk amunisi itulah yang masih ku pikirkan, amunisi belum kuat. Kalau kita amunisi
secara omongan kita pasti akan kalah. Tapi kita harus memikirkan kemungkinan terburuk.
gitu padahal udah kenal udah tau, cuma nantilah paling kayak gitu kalau mau telponan ya telponan
aja, “ilove you”, udah. “Orang mana?” “orang Medan”. Pokoknya semuanya ku kasi tau, cuma
sosoknya belum, “itu laki-laki ma”, gak. Cuma aku 2 kemungkinan opsi sih, maksudnya aku
ngebentuk pacarku, pacarku juga salah satu orang yang masih tahap kaum gay yang “one day im
gonna married with momen”, tapi sekarang semenjak dia sama aku ada ilmu yg ku dapat pelan-
pelan masuk, dia udah mulai paham. Cuma ketika dia bilang aku outing, kita mau berdua jalan,
ayuk kita berdua jalan maksudnya mau cari tempat di luar atau emang aku yang outing.
Bapak meninggal pas aku SMA kelas 2. Aku anak ke 8 dari 8 bersaudara. Sekarang sih
pulang, mama gak ada nanya kapan nikah, mungkin udah tau anaknya kayak gini kali. Jadi ketika
kakak ku yang terakhir nikah, dia kan blg “inilah terakhir anakku nikah”. Aku pun ya aku mau
nikah sam siapa coba, perempuan aku juga sakit hati, aku gak nyaman, daripada aku pas nikah
sama perempuantiba-tiba malam pertama “ya maskaranya kayak gitu”, kan gak lucu juga.
Pengen kayak kakak ku, abang ku bawa pacar ke rumah. Sebenarnya mama ku ini sayang
kali sama pacarku ini, ketika dia datang ke rumah dia kayak nyari hati mamakku, jadi aku kayak
bukan anaknya loh jadi kalau ada apa-apa, “itulah si Adi tu begini-begini kalah kau”, iya aja. Dia
kan maskulin, jadi pekerjaan yang berat dia bisa, aku mana bisa.
Gak bisa PDA atau Public display affection. Aku tu pengen punya pacar yang di luar ayok
pegangan tangan, ayok pelukan, ya peduli amat, cuma masalahnya pasangan gak mau. Cuma kalau
kami di motor gak masalah meluk dia cuma kalau udah jalan gak.
Di FB sering banget. Aku sering banget ketika aku udah masuk CQ apapun terkait CQ baik
itu tentang bagaimana cara bertemu temen kencan dsb sering ku share. Terkait politik juga sering.
Kami butuh hidup tenang. Memanusiakan manusia. Baik ketika kamu percaya bahwa
kamu adalah seorang hetero, apakah kamu gay, bahkan aseksual sekalipun, ketika kamu manusia,
kamu manusia. Ketika kita berbicara manusia, itu bentuknya beragam, jadi jangan berpikir bahwa
orang itu akan sama dengan hetero. Tapi percayalah temenn-temen yang beragam itu lebih indah,
lebih enak untuk diajak ngobrol, diajak sharing, dan temen-temen ku yang lain yang pada hetero
Enggak. Aku sangat nyaman untuk seperti ini. Aku pernah coba pacaran sama cewek,
pernah tapi 1 hari putus karena gak nyaman, waktu SMP kelas 1. Sangking gak nyamannya pagi
ku tembak, siangnya ku putusin. Gak ada loh deg-degan, rasa aku penasaran tu gak ada. Rasa
[16:24, 7/5/2018] Sofiari Ananda: Kata Halimah, Ken outing ke dia setelah 1 bulan dekat.
Boleh tau gak, alasan kenapa Ken akhirnya mutusin utk outing ke Halimah?
[16:25, 7/5/2018] CQ Ken: Dan itu yang membuat aku akhirnya aku coming out
[16:25, 7/5/2018] CQ Ken: Seorang teman yang tanpa apapun mengkritik secara orientasi
[16:26, 7/5/2018] CQ Ken: Setelah aku coming out ke dia. Malah sekarang kami jadi dekat. Kalau
[16:28, 7/5/2018] Sofiari Ananda: Sebelum outing, Ken ada ngerasa gak lepas karena belum
[16:28, 7/5/2018] CQ Ken: Iya. Kayak ada beban yang harus disampaikan. Setelah memberitahu
[16:29, 7/5/2018] Sofiari Ananda: Hmm. Berarti rasa nyaman sama dia dan keinginan untuk
lepasin beban itu tadi yang buat Ken milih untuk outing ke Halimah ya?
(3 Juli 2018)
Nama : Edo
Usia : 21 Tahun
Pendidikan : S1 Etnomusikologi
Kalau merasakan itu dari lahir udah merasakan. Udah mulai bisa berpikir udah merasakan.
Kalau diinget masa-masanya lupa, kayaknya SD udah kena deh. Kalau 3 SD sih suka sama kawan
sekelas. Itu kemaren cowok. Ya di situ sih sukanya tau, cuma kadang waktu di SMA lihat cewek
juga suka, makanya aku sih lebih mengkategorikan diriku itu sebagai biseksual. Cari tau nya SMA
kelas 2 aku tu cari tau, cari tau kategori-kategorinya apa ternyata kemarin aku menganggap diriku
tu gay pas SMA, mungkin suka cewek tu suka-suka biasa aja, rupanya tertarik sih pacaran sama
cewek juga tertarik makanya aku cari-cari tau ternyata ada biseksual namanya di SMA kelas 2.
Setelah tau rasanya biasanya aja sih, oh berarti gitu oh yaudah, toh kawan-kawan gak tau.
Gak bertanya-tanya. Bodo amat lah jalani aja. Toh juga kalau aku depan orang tua pacaran bawa
cewek, ada cewek dibawa. Lagian tingkah perilaku aku kan gak terlalu feminin jadi orang tua tu
Cenderung ke cowok masa-masa kuliah. Awal masuk itu kan bisa membandingkan kawan-
kawan kampus, aku tuh lebih tertarik sama cowok-cowoknya dibanding ceweknya, cuma
Aku tuh sama yang kecil-kecil imut-imut gitu, sukanya kayak gitu. Yang imut-imut mau
cewek mau cowok suka lah. Rata-rata sih yang aku suka keci-kecil, imut-imut tu kyk anak-anak
SMA, makanya aku dikategorikan mereka kayak pedofil, padhal sebenarnya gak. Suka lebih muda,
Baru putus sebulan yang lalu sama cowok lebih muda, umur 19 tahun. Lama hubungan 1
Proses coming in sih aku ku terima aja, begitu tau yauda terima gak ada stres kayak gitu
mikirin "kenapa sih kayak gini", gak ada "demi Tuhan", gak ada, aku tu jalani aja, mungkin karena
emang pembawaannya. "Kok bisa kayak gini", "Dosa gak dosa ini ya" gak, gak pokoknya. Kayak
gini oh yaudah mungkin kayak gitu jalan aja, tapi kalau gak cocok-cocok mungkin dibatasi, yang
cocok dijalani.
7. Apa untuk hal atau masalah lain Anda juga seperti itu?
Tergantung. menurut aku masih bisa disembunyiin, ya aku diem aja. Contohnya kayak aku
narkoba ni contohnya kan tu keliatan tu dari mukanya kan ini gimana nih kalau ketauan itu pasti
gundah, cuma kalau gini kan cuek aja. Diajak nonton bola sok ayok, diajak main bola ayok, diajak
main catur ayok, diajak main musik ayok, ngobrol sama orang-orang tua bahas apa ayok. Cuma
aku kayak "apa sih", langsung cabut. Kalau pembahasan gak nyaman.
Prosesnya waktu tu aku kan SMA tau, cuma aku prosesnya itu bisanya sampai kuliah
semester 1. Prosesnya 1 tahun setengah. Waktu cari tau tu aku fokusnya pacarku harus cewek tu,
cuma lama-lama akhirnya tertarik sama cowok. Waktu SMA pacarnya cewek semua gak pernah
Gak ada cari tau komunitas. Aku tu pertama kali tu paling di FB lah, itu juga ke temen-
temen chat. kalau masalah cari aplikasi, gak ada. CQ satu-satunya. CQ tu tau juga setelah semester
Aku tuh outing cuma sekali itupun sama temen aku, cewek. Temen kuliah cuma beda
jurusan. Masalahnya kalau gak salah, itu temen dekat, makan bareng, apa-apa bareng. Dia tu
pecicilan juga, ketawa ngakak mulutnya lebar, cewek keren lah, gak jaim, cantik juga. Kalau
tempat sopan, pakai baju sopan, fleksibel, enak diajak kemana-mana. Ada sampai 2 semester
temenan, setahunan. Dia bilang nih "aku pengen cerita loh. aku gini aku gini. pacarmu mana sih?",
kadang dia ejek-ejek "ada loh yang aku suka cuma aku gak berani bilang". Terus waktu semester
4/3 itu dia bilang suka ke aku "aku suka samamu", terus "kok bisa sih" "ya suka lah bodoh", "oh
yaudah terus gimana lah", trus di situ aku mulai outing "ntar malam ngobrol berdua di café ini ya",
café Dr.mansyur. Pas ngobrol bincang-bincang “aku tu sebenarnya tertarik sama cowok”, dia diem
aja diem aja gak ngobrol apapun “aku tertarik sama cowok, sama cewek juga, cuma sayangnya
kau tu bukan karakter aku” ku bilang gitu kan, dia diem aja ngobrol enggak terus yaudah gitu aja
flat, yauda lah makan, makan, pulang. Besoknya dia, kontak aku diblok, FB fb aku diblokir, kadang
kemarin juga ada yg suka ama aku. Awalnya kan ini aku di chat kan sama cewek inisialnya T,
“kamu tu ini?”, eh kok bisa sih ku pikir “iya dari sini anu”, dari yang aku outing, ya ampun kok
sampai kayak gini sih aku pikir, aku kira dia tu bakal jaga ternyata dibeber. Terus kan “kok bs
diceritain?” “iya dia datang-datang langsung ceritain” “aku sih masih sempat gak percaya cuma
ya kayak mana” “terserahmu lah mau nanggepin gimana" aku bilang gitu "kalau menurutmu bener
Aku pun merasa nyaman berteman makanya ungkapin selain karena dia nembak. Cuma
kayaknya lebih enak kalau dia ungkapin duluan ,yang tandanya dia nyaman samaku. Enakan aku
jujur bisa enak, topik-topik pembahasannya mungkin dia bisa menjaga topik pembahasan gak
bahas-bahas itu. Kadang ada temen aku yg "bencong lah", dia sering kayak gitu, walaupun
bercanda cuma dia. Aku agak apa sih, sensitif , walaupun aku gak bencong.
11. Apakah Anda masih ada keinginan untuk berhubungan baik dengannya?
Kalau sekarang sih gak ada. Kalau sekedar menghindsr gak masalah, tapi dia menjelek-
jelekkan, dia mengouting aku ke orang lain, ada yang suka sama ku dia itu kan ini, gak usah ah,
dihalang-halangi. Temen-temen cowok aku sih biasa aja ada yg percaya atau gak pokoknya kalau
orang tu nanya aku cuma jawab “menurut kalian lah kayak gimana, mulut cewek kalian percaya".
12. Setelah coming out itu, apakah Anda berencana coming out ke orang lain lagi?
Aku gak mau outing sama orang, emang gak mau outing. ada rencana outing masih dipilih-
pilih orangnya, gak asal outing. Punya temen yg hetero, cuma tau aku gay dari temen ke temen.
Menyembunyikan identitas karena aku tu lebih nyaman temenan sama cowok. Kan ada nih
yg contohnya LGBT yg gay feminim, dia mungkin lebih betah sama cewek, aku tu lebih betah
sama cowok, kalau cewek jauh mah bodo amat. kayaknya lebih gaul, apalagi cewek yg kecowok-
Menyembunyikan sama temen dekat cowok dari TK karena takut dia gak nyaman. Respon
dia terhadap LGBT itu gak suka. Kalau sama keluarga ya gak ada yg tau. Memang gak ada ditanya,
memang gak ada respon, memang gak ada feeling “kau gay ya kau lesbi" apa kek, gak ada diem
aja. Gak pernah tanya pacar. Paling ngobrol bahas masa depan, bahas anak bahas istri “nanti kalau
kamu nikah, istrimu dokter” “iya” “bapak milih istirnya polisi” “iya, terserahlah nanti aku cari istri
polisi".
Cara menyembunyikan, kadang-kadang gini kan ku gini kan (rangkul teman cowok) “awas
lah kau kayak homo” “ah suka kau" paling gitu aja "suka kau lah suka suka”, ngobrolin pacar gak
pernah. Paling bahas dada bahas-bahas apa semua, tau lah pembahasan laki-laki kan aneh-aneh.
16. Apa kesulitan yang Anda alami dengan identitas seksual gay?
Kesulitan gak ada sama sekali. Aku pun bersyukur tu malah. Bersyukur aja. Kayak gini oh
yaudah syukurin. Percuma kan kalau seandainya aku marah atau apa kan gak ada yang mau
disalahin. disyukurin aja oh yaudah kayak gini yaudah. Seengaknya tubuhku sempurna pokoknya
ada hal yg membuat aku feedback, aku mungkin kayak gini, seenggaknya aku gak jelek kali aku
tu gak pendek.
Yang aku sesalin itu paling outingnya. Kenapa sih aku gak bisa diterima, kalaupun aku
outing, aku pengn diterima langsung apalagi orangtua kan terlalu islamiah, apa-apa sikit agama-
agama, jadi buat outing kayaknya gawat. Pengen banget outing. Cuma kalau temen-temen yg dekat
personal itu pengennya terouting jd enak “kamu tu gini ya” “aku gini-gini” “oh yaudah iya”
temenan udh gitu, tapi jangan terouting dia jauhin aku, tu aku gak suka.
18. Kalau sudah nyaman dan tidak ada kesulitan dengan identtiss seksual ANda, mengapa
Butuh CQ karena ya enak. kalau dibandingin 1-10, CQ itu angka 10. Kayaknya aku nyaman
aja. awalnya masuk CQ, aku tu ngiranya temen-temen2 ku bakal cowok ternyataada yg trans juga,
19. Apa saja media sosial yang ANda gunakan? Dan apa saja yang ANda bahas di sana?
FB. Ada 3 akun; dunia nyata, gay, game. Di game aktif banget. Semua pakai foto asli.
Nama di game yang gak asli. Nama panggilan aja. Kalau di medsos yg nyata bahas kegiatan biasa,
kirim video lagu. Di gay kontennya sama cuma pertemenannya yg beda. Bahas tentang LGBT di
grup FB.
20. Sebagai anak tunggal, harapan orang tua pasti bertumpu di Anda. Bagaimana dengan
hal tersebut?
Itu sih yg jadi beban ke depannya gimana. aku tu kan gak tau ke depannya, aku belum ada
planning. Aku ke depannya gimana, apakah aku tiba-tiba bakal diusir karena outing, apa aku cari
kerja dulu terus aku outing, udah sukses. kalau aku ditelantarkan orangtua ku juga, takutnya
orangtua nanti yg kenapa-kenapa soalnya anaknya kan gak ada. Pilihannya itu. Kalau aku kerja,
aku ditelantarin gak apa tapi orangtua ku siapa yg jagain. Tanjung Balai.
Keinginan outing sama orangtua ada, pasti ada. Caranya sih mungkin ada, ntar aku sukses,
temen, “temen aku tuh harus kayak gini”, kan toh kita aktivitasnya sama, toh walaupun aku ini gay
kan tetap sama, “tetap aku ya aku sama seperti yg biasa kau kenal walaupun aku sudah outing”.
Toh ini gak menular, toh aku LGBT aku gak langsung suka, aku punya criteria, tipe-tipe yg aku
23. Jika Anda bisa dilahirkan kembali, apa Anda tetap mau menjadi gay?
Terlahir menjadi hetero kalau bisa diulang. Kalau disembuhkan, ya buat apa disembuhkan,
kalau emang seandainya itu nyata dan real, kayaknya aku milih gak usah disembuhkan, biar aja
kayak gini. Maksudnya lebih nyaman kayak gini. Itu sama kayak kita biasa minum air putih tiba-
tiba disuruh minum air tebu. Air tebu terus-terusan kan gak enak lebih baik aku minum air putih
terus-terusan.
Mau jadi hetero biar aku gak merasakan. Kalau aku merasakan aku kan bakal milih.
Contoh, aku hetero ni, dan hetero dianggap normal, ya mending aku jadi hetero dan gak ada
dipermasalahkan sama siapapun, gak ada beban harus ini orangtua ngomong, pacarpun oh ya nanti
kayaknya pasti udah banyak pacarku, ku bawa ke orangtua ku, kayak gitu sih.
(7 Juli 2018)
Nama : Putra
Usia : 24 Tahun
Pendidikan : S1 Matematika
Pertama kali tu saya belum tau bagaimana saya tu seperti ini. Pertama kali saya penasaran,
waktu SMA, nah kenapa saya itu agak tertarik sama cowok gitu kan. SMA kayaknya awal lah.
Nah itupun saya gak tau ntah saya merasakan ntah apa tu belum tau ke arah situ, masih penasaran-
penasaran. Saya carilah di FB, di situ kan terus ada teman FB yg sakit juga. Dia pernah chat ngajak-
ngajak saya pun gak tau kan awal-awalnya saya gak mau kayak gituan. Nah paling chattingan
doang. Nah sebelumnya saya pun masih suka sama cewek juga. Kemudian saya pun waktu sekolah
ya belajar, jadi gak open dulu tapi masih penasaran, biasalah kalau udah main sosmed udah FB
kan, ntah apa-apa dibuka kan. Jadi dari situlah mungkin. Tapi mulai-mulai ke sini nya pas udah
tau lah aplikasi, waktu SMA kelas 3 ntah mau udah tamat gitu lah antara itu. Di situlah saya tau
pertama kali karena HP saya belum tab jadi belum tau masih blackberry dulu kan.
Waktu kuliah semester 3 ntah 4 saya dibelikan tab, saya tau aplikasi tentang ini, saya
download, saya buka, di situlah saya pernah chattingan, pernah jumpa pernah apa di situ; aplikasi
Grindr, itu awalnya saya. Ketemu, sering-sering chat kalau ada yang mau jumpa, jumpa, kalau gak
Kalau 1 kampus, 2 kali, tapi beda jurusan, kenal di aplikasi. Kenalan kemudian ada sempat
pacaran beberapa bulan, kami putus karena perbedaan pendapat, jadi putus kemudian dia sibuk,
yauda terus gak berapa lama jumpanya paling sama yang udah tua, maksudnya yang udah beristri,
Saya awalnya tertutup. Sebelum jumpa sama CQ tertutup kali saya gak ada yg tau ya hanya
paling orang-orang nebak gita aja sama yang chat lah kenalan yang tau, tapi kalau teman-teman
Dari SMP pacaran sama cewek, karena dia mau belajar katanya, jadi yaudalah satu
semester kami pacaran baru putus tapi kami kan sekelas, tapi masih dekat jadi diapain kawanlah
karena kami pacaran, jadi kayak ada rasa gini tapi gitu-gitu ajalah, tarik ulur kan. Kelas 3 SMP
pun juga kami pernah kesempatan lah dalam kesempitan. Orang rame-rame kami pegangan tangan
pas SMP kelas 3. Ngelayat, pas pulang rame kan terus kami pegangan tangan terus nampak temen
dikepo-kepoin, terus ya ada rasa dikit karena kemarin diputusin, jd agak-agak gitu.
Kemudian saya kelas 2 pacaran pun LDR sama orang Jawa semua karena kadang pernah
melalui sms tapi ntah nomor saya ntah dapat darimana, mungkin dari FB, kan dapatnya orang
Indramayu, cuma gak lama kan karena LDR. Lanjut SMA kelas 1 karena mantan mungkin masih
ada rasa, saya tidak ada. Kemudian kami beda kelas jadi setiap pergi sekolah, dia melewati kelas
aku jadi sering-sering lihatlah dia, kemudian temen aku di kelas didekatinnya juga, mungkin untuk
lihat-lihat gitu lah. Di situ saya prestasi juga sih waktu kelas 2, mungkin dilihatnya prestasi
dia selingkuh sekali, putus. Nah kelas 3 nya sebelum UN, 3 hari sebelum UN kami balikan lagi
abis tu putusnya sebelum pengumuman UN. Baru balik ke kuliah, biasa aja tapi aku bingung antara
ke cewek atau ke cowok, karena waktu kuliah aku kenal cewek dari FB, di situ saya ada rasa sama
cewek itu ternyata cewek itu baru putus jadi dia gak mau pacaran setelah tau agama gak boleh
pacaran, dia gak mau pacaran, tapi di situ saya masih suka-suka kepoin, dulu cuma sekarang udah
gak.
Waktu kuliah dekat lagi sama mantan tapi itu udah kenal sama cowok dari FB, chat-an,
sms, telpon, barulah ketemu aplikasi itu, tau dari kawan grup di FB. Chating-an, di situ tu belum
4. Sewaktu SMA, Anda pacaran sama cewek, tapi juga tertarik dan pacaran sama cowok,
artinya Anda tertarik dengan keduanya, bagaimana dengan hal tersebut? Apa Anda sempat
merasa bingung?
Masih bingung karena dulu saya gak itu kali sama media gak ke arah situ dulu ya normal-
normal aja, cuma kalau cowok misal ganteng ya kayak gini “ih ganteng kali cuma ya temennya
itu”.
Pacaran cewek memang ada rasa dulu, tapi sekarang udah gak. Gak tau lah, udah
kayak….semenjak waktu putus terakhir waktu seminar proposal, terakhir pacaran sama cewek.
Abis itu seminar terus ya gak mau lagi, saya bilang “udahlah mungkin kita gak jodoh karena dalam
hubungan kami kayak ada egonya tinggi, gara-gara itu aku juga yaudahlah nanti-nanti aja sukses
SMA sampai semester 3. Waktu kenal aplikasi itu yang pernah jumpa. Karena yang
terakhir pacaran sama cewek itu kayak udah gak ada rasa lagi, cuma kayak mau balik gitu sekitar
30 dan 70 persen. Jadi yaudah, pernah sih udah ngajak ke tempat saudara, ngenalkan cuma udah
gak tertarik lagi udah gak ada rasa Cuma saya sering chatingan sama cowok.
Saya sih biasa aja maksudnya mungkin dari sananya mungkin kan, saya gak tau juga kayak
mana karena kan kita gak tau kan tu arahnya tapi saya masih nutupin ke keluarga, rekan-rekan
SMA pernah diapain sama kawan juga yang laki-laki. Nah dia ekskul basket, jadi kalau
misalnya ke kantin, kemana jumpa dia, kadang dia dihalanginnya “wee..wee.he jangan ganggu ini
pacarku” gitu makanya kayak tapi saya bilang “halah” tapi kayak dalam hati “is” gitu lah, karena
biasa lah kumpulan-kumpulan waktu tu kan gitu yaudah makanya pas adekan kelas lebih bahaya
lagi, nampak dia maksudnya kayak nampaknya lah gitu melambainya, kalau saya sih masih
nutupin. Mungkin saya di situ prestasi, terkenal mungkin gita lah sering didekatin.
Waktu SMA saya bingung kan, “kenapa ya saya kenapa kok ada kayak gini” tapi dalam
hati pernah sih “kok saya gini ya? Apakah saya ini?” tapi saya jalani aja karena saya belajar aja
jadi gak kepikiran ke situ, saya gila belajar waktu sekolah, jadi gak terlalu fokus, paling kalau buka
FB biasalah cari-cari.
Download aplikasi karena semakin penasaran aja dari SMA, penasaran kan mana tau jumpa
Sama temen-teman gay, maksudnya memperkenalkan bahwa saya itu. Kalau saya sih
jumpa-jumpa temen gay juga sih dari grup dari medsos. Gak pernah ke orang-orang normal, gak
pernah. Ceritanya dari FB, dia mungkin suka sama chubby. Awalnya dia ngeadd, dia kenalan FB
yauda terus saya belum-belum ngerti itu apa ini apa cuma dia dulu di Pakam/Tanjung Morawa,
jadi jauh kali disuruhnya datang, rupanya gak lama kami semester….tahun 2016 dia minta Line
disuruh, chatlah “datanglah kalian ke sini” “Ngapain?” “jumpa aja” yaudah, jumpalah kami kan di
situlah kami buat grup chubby chaser. Ya saya outingnya ke temen-temen itu jg.
Saya takut ke orangtua ke teman kerja. Mungkin kalau dia juga sakit, kenal di aplikasi ya
diem aja, kami biasa aja mungkin gitu lah. Ada temen terus dia kenal juga aplikasi nya ya kami
diem aja gak kami bongkar. Jadi kayak jaga nama baik juga saya, karena keluarga saya besar, terus
keluarga-keluarga besar itu kayak mengharapkan saya juga. Saya gak mau bongkar. Tapi suatu
saat saya kepingin pindah, nanti kalau udah mapan, tapi orangtua kadagn izinkan kadang enggak.
Saya mau mandiri karena kalau di sini kayak gak bebas karena keluar kayak gini pun kayak “lama
kali pulang jam berapa ini”. Nerima diri total semester 3 atau 4 dan sekaligus outing.
Kalau pacar pernah kan kemarin udah dikenalkan, terus putus, mama ku pun kemarin masih
mengharapkan dia, saya bilang “ma, saya gak suka lagi sama dia” “oh yaudah” terus orangtua pun
tau semenjak saya udah gak berhubungan sama cewek “ma saya fokus kerja dulu, saya gak mau
pacaran, saya fokus kerja cari duit” mama ku ngasi tau, setiap saudara nanya “alah belum lah,
orang belum kerja kok” orangtua bantu. Kalau temen-temen sih saya biasa aja kalau teman ya
biasa aja, Kalau temen nongkrong biasa ya biasa aja kalau temen ini ya temen ini.
Kayaknya gak ada. Saya takut hehe. Takut semua karena gak beranilah tapi rencana sih
kalau dapat, saya akan gak di Medan lagi. Saya ngejar PNS, misal saya lulus sini, saya minta
pindah ke Jawa.
Pengen, cuma ya gimana lihat ke depan lah prosesnya saya pun ini kayaknya sama cewek
masih-masih agak udah gak gitu kali. Dekat ya dekat pokoknya kalau dulu sekali tatap pandangan
pertama kayak ada rasa sekarang udah gk ada lagi, ya kayak biasa aja cantik ya cantik memang
tapi banyak penilaian saya “ah pasti nanti matre gitu-gitu”. Kalau cowok kan tergantung kalau
cowok chat “oh berarti dia matre” dari chat aja kami.
12. Menurut Anda, apakah hal ini disebabkan karena adanya rasa trauma?
Sakit hati ada yang sama mantan itu, karena dia selingkuh. Di situ paling sakit kali pas di
depan mata saya tu waktu SMA, dia Anak rohis aku anak dokter remaja kan kami biasa kami
pulang pergi sama rupanya dia gak mau terus tiba-tiba ada cowoknya, saya biasa aja dulu terus ya
sms dia “kau kenapa gini?” “oh yaudah” di situlah saya sakit, akhirnya waktu makanya terakhir
sama dia tu udah gak ada rasa lagi sama dia. Mungkin yaudah lah kalau misalnya kayak gini ya
gini. Kalau menikah mungkin saya juga mau karena tuntutan, kayak biseksual jadinya. Saya aja
sekarang sampai kenalan om-om yang udah beristri malah dia ngechat saya bukan saya ngechat
dia prnah vc-an, kebanyakan dari Jawa sih kenal jadi “kenapa bang? Lagi apa bang?” “jangan ribut
Baik hati, lebih tinggi dari saya, kalau bisa lebih kurus, gemuknya jangan lewatin saya,
manly tapi ada juga yg kurang manly, malah manly-an saya, saya agak risih kalau gitu, cakep.
15. Apakah di media sosial Anda pernah membahas tentang gay? Dan berapa akun FB yang
Anda miliki?
Di FB gak pernah bahas gay. Satu yang tidak berfoto untuk ga juga tapi lupa password,
satu berfoto tapi palsu akun gay, satu foto asli akun asli isinya teman kuliah, SMA tapi ada juga
gay ngeadd. Yang asli jarang buat status, cuma ke mall ya cuma nunjukin kalau ada yg lucu-lucu
saya bagikan, kalau yang foto tapi palsu kayak itu lah “nongkrong yuk”, “ih sunyi kali nih jalan
yuk”.
16. Jika ada yang mengatakan gay bisa disembuhkan, apa pendapat Anda?
Kalau bisa, bisa. Kayaknya sih gak yakin 100 persen bisa disembuhkan karena pasti….tapi
kebanyakan munaknya. Kalau udah kena ke sini, payah pasti, gak akan hilang, walaupun dia nikah
pasti dibagi mungkin, tapi gak 100 persen ke cewek. Menyembuhkan mau, cuma saya dalam hati
udah kayak “udah jalanin aja dulu, cewek nanti aja dlu kalau ada yg mau dekat ya dekat”.
17. Jika bisa dilahirkan kembali, apakah Anda mau tetap menjadi gay?
Mau jadi hetero, yg normal, kepingin aja membahagiakan orangtua. Karena yg membiayai
hidup ya orangtua.
Kalau misal ada yg gay mohon jangan disindir-sindir kemudian ya terima aja, biasa aja anggap
aja kayak temen jangan disindir-sindir jangan gak suka gitu gara-gara gini, harus didukung kalau
Usia : 25 Tahun
Mulainya sih dari tahun 2007, kelas 2 SMP. Dari SMP kelas 2 sampai SMA kelas 3. Ada
ketertarikanlah sama sesama sejenis karena ada salah satu teman, teman sebangku yg interest juga
sih ngeliatnya dan dia pun juga sebenarnya sama. Tau nya waktu kita itu ada kerja kelompok
bareng dan aku nginep di rumah dia, dan tu ngelakuin hal yg anehlah menurutku hanya sekadar
cuddling dan itu membuat aku nyaman sama dia, pada akhirnya “oh ternyata aku begini ya” dan
itu pun sebenarnya sih masih belum tau apa itu gay apa itu apa, istilahnya apa belum tau lah jadi
karena merasa nyaman aja berdua rupanya ya klik lah sampai jadian juga, sampai dia pun outing
Dia duluan yg inisiatif, soalnya aku orangnya agak pasif satu, yg kedua agak penakut jg
sih sayanya, karena itu kan dengan keadaan saya pas lagi di rumah orang, saya juga kurang nyaman
gitu kalau misalnya ada lagi di rumah orang saya lagi ngapa-ngapain gitu cuma karena dia duluan
pun ada masih ada lah sempat tapi karena seneng gitu dekat sama dia dan dia pun jg seperti care
lah sama ku, menjaga lah gitu apa-apa aku tu dijagalah gitu, mau kemana-kemana tanya kabar,
sekedar say hello, enak, klik, nyambung akhirnya untuk yg lawan jenis gitu kayak gak terpikiran
lagi.
Sama lawan jenis hanya sekedar “cantik ya, pinter ya gitu orangnya”, kagumlah gak yg
sampai suka, kagum lah, falling in love itu gak pernah karena aku rasa susahlah pendekatan karena
aku orangnya agak pendiem gitu, jadi ada yg ngedeketin pun akupun juga orangnya “hmm hmm”,
takut orangnya, takut ngecewain. Ada cewek yg deketin waktu SMP, waktu SMA sempat dekat
cuma aku bilang “sorry aku udah ada yg punya”, cuma aku gak bilang yg punya itu cowok. Setelah
itu lambat laun karena temen dekat itulah “pacar aku laki-laki”, mereka kagetlah sempat juga lah
Bingung pasti ada. Karena namanya lelaki sama lelaki gitu kan. Orangpun kalau misal
orang awampun mikirnya “Ih apa sih”. Jangankan untuk tidur satu kamar, untuk jalan
bergandengan pun orang udah lain gitu, lain lagi ceritanya kalau cewek sama cewek, kalau aku
Masih SMP terus temen-temen pun juga udah mulai heran “ini kenapa sih kok lengket
banget mereka?”, sampai pacarku minta pindah untuk duduk di sebelahku, begitupun aku juga
minta tolong supaya dia pindah. Jadi orang-orang pada heran “ini kenapa sih kemana-mana selalu
lengket”, jadi orang curiga, akhirnya sih karena kecurigaan itu sempat juga risih awalnya lama
kelamaan karena diyakini dia “ngapain sih kamu mikirin org” akhirnya wes jalani aja seperti biasa.
Penerimaan diri malah aku tu setelah tamat SMA. Karena waktu SMA kelas 2 aku baru
kenal namanya medsos, baru kenal FB, internet segala macam. Akhirnya di situ lah baru tau
“ternyata ini gini ya ternyata itu menyimpangnya begini-begini”, akhirnya aku juga takut juga tapi
kembali lagi diyakini sama pacar. Aku ceritalah ya kan “eh ternyata yg kita lakuin ini salah” “kamu
nyaman gak samaku?” katanya “nyaman”, “kamu sayang gak sama ku?” “sayang” “kamu cinta
gak sama ku?” “cinta” “yaudah ngapain lagi dipikirin”, “tapi ini salah loh” “salah gak salah yg
Setelah tamat SMA, di situ udah mulai outing sedikit-sedikit sama temen-temen sekolah
dulu. Mulai penerimaan diri, diapun ngasi tau ke orangtua nya tapi aku bilang “jangan kasih tau
orangtua ku dulu ya, aku masih takut”. Pacaran sampai 2 tahun setelah tamat SMA. Sekarang dia
di Bengkulu.
Bisa menerima diri karena ada penguatan dari pacar. Sebelum bisa menerima diri itu sama
sekali gak tau, jalani aja. Sempat juga sih dulu tu seperti kayak pelecehan seksual dari sepupu
sendiri. Dia anak dari abangnya bapak. Jadi dia tu sering memegang kemaluannya jadi kayaknya
sih udah mulai ke arah-arah sana juga. Dia juga sering pegang kemaluanku mulai dari awal itu aku
juga cerita sama pacarku, ya tetap juga sih sampai akhirnya aku udah mulai tau tentang itu, saudara
udah mulai berani lagi, aku bilang “nanti aku aduin”. Itu pas kelas 2 SMA.
6. Anda bisa menerima diri saat kelas 3 SMA, namun sejak SMP Anda sudah merasa
nyaman berhubungan dengan pria. Apa berarti sejak awal Anda sudah bisa menerima diri?
Bingung sih antara dibilang penerimaan diri atau enggak karena kan masih belum terlalu
mengerti tentang itu, jadi tenang karena pacar bilang tenang aja karena sampai saat itu aku belum
tau sampai kelas 2 SMA, guru-guru cerita dan saya merasa takut, ngedrop lagi akhirnya sampai
Kalau aku untuk yg satu itu, kayak yang tadi aku bilang, masih belum terlalu tau lah karena
masih kecil, bisa dibilang gitu, walaupun umur udah 17 tahun. Setelah aku tau ya karena diberikan
kekuatan, yaudah lah, namanya juga ini diriku, apalagi yg harus ku takuti dan apapun yg akan
Tahun 2012, udah tamat SMA. Ke temen satu sekolah. Cewek. Dia penggemar komik-
komik Jepang, jadi dia sering cerita-cerita “eh kau tau gak” “apa” “aku mau ngaku samamu”
“ngaku apa” “aku udah pacaran loh sebenarnya” “oh iya? Sama siapa? cewek mana?” katanya
kayak gitu “tapi gak sama cewek” “jangan bilang sama cowok. Ih siapa siapa beneran ih aku mau
kenal lah orangnya” “kau gak jijik?” “aku malah seneng, aku mau minta fan service lah” “fan
service maksudnya ku bilang kayak gitu” “ntah kalian pelukan kek atau ciuman kek di depan aku
“haloo hari gini” “iya fan service, kami tu ada grupnya” “grup apa” “grup fujoshi”. Fujoshi itu
kayak perempuan-perempuan yg suka berbau-bau gay gt, istilah-istilah Jepang. “oh ya, nantilah
ku tanya dulu tapi aku baru kali ini ngaku sama orang” “oh iya haduh kau mau ku beliin apa, aku
traktir deh, kamu kasi fan service” “FS jangan di depan mu ya aku foto, aku kirim” “yauda gpp”,
malah seneng, aneh ada ya orang kayak gitu. Unik lucu tapi aneh ah yasudalah.
Setelah itu barulah kenal lagi sama temen, kenal di sosmed, baru tau ada grup di medan
seperti itu. Dulu kan kalau aku boleh jujur, dulu kalau di Medan itu gak terlalu jahat-jahat banget
sih, sekarang aja yg baru-baru, malah kan temen-temen juga bilang begitu dulu kalau gay-gay
suka sesama tapi orang luar Indonesia. Cuma aku iseng-iseng di FB ku ketik “gay Medan” eh
rupanya ada dulu kan masih FB model lama, eh ada jadi aku add satu-satu “oh ternyata orang
Meet up, ketemu dengan modal nekat ceritanya jumpa di Medan Mall, rame, aku paling
muda, ini pacar gak tau kumpul-kumpul. Ada yg deketin ada yg ngedipin mata, pokoknya lucu di
situ outing terbesar itu di situ walaupun sesama orang yang seperti itu, tapi tetap juga sih lucunya
Karena dia teman akrab juga sih dari SMP kelas 1, dia orangnya baik, humble, gak
munafik-munafik amat, gak yg fanatik-fanatik amat sama orang, dia orangnya let it flow, yg kedua
tu dia orangnya suka terima apa adanya mau sebagaimana orangnya, “tapi kalau dia baik sama ku
aku pun juga bisa balik sama dia, asalkan dia jangan jahat sama ku, kita sama-sama saling timbal
Lagi main ke rumahnya, dia lagi baca komik Jepang. Aku kan taunya kan kalau misalnya
kayak kami gitu banyak dari Jepang istilah-istilahnya, “ah sampai kapan sih aku sembunyiin. Gak
enak juga”, karena nanti kalau aku ada apa-apa, pengen cerita kalau misalnya aku ada masalah itu
sama siapa selain sama pacar nanti, kalau aku misalnya bermasalah sama pacar, ntar aku
Outing grup 2013, itulah baru aku cari-cari grup di situ. Di situ banyak juga yg baru-baru,
masih anak kelas 2-3 SMA, banyak juga kemarin terus aku tanya juga “ini kita ngumpul kayak
gini gak apa-apa?” “gak apa-apa, asal gak ember aja mulutnya”. Outing di situ jg kayak biasa gitu
grup, ketemu, aku lihat siapa yg buat acaranya aku chat “boleh ikut gak bg” “boleh” “bayar berapa”
“gak, gak ada bayar, tapi makan sendiri-sendiri”. Aku datang dengan modal nekat. Sendiri,
besoknya aku cerita sama pacar dia marah “kamu gak tau orang Medan tu jahat-jahat apalagi gay
Medannya begini” “tapi aku gak ngapa-ngapain kok cuma ngumpul-ngumpul aja” “oh iya tapi
kalau apa-apa kasih tau dulu” “ya kalu aku kasi tau kamu gak akan kasi”. Kalu dia kan enaknya
dia udah outing sama orangtuanya, aku kan belum. Aku aja outing sama orangtua tahun 2014.
2014, setahun kemudian sama orangtua. Itu outing sama orantua secara gak sengaja. Jadi
ada temen datang ke rumah, dia kayak gitu (tertawa) “haduh kalau ingat itu lucu sebenarnya”. Dia
bilang gini “beb minumku mana?”, “mampus aku”. Orangtua situ langsung (memalingkan wajah,
melirik). Aku situ pun gak nyadar juga “tadi kau ngomong apa?”, “beb” “aduh mampus aku” gitu
juga kan, “udah cepat-cepat kau minum, pulang kau pulang kau”. Aku orangnya jarang bawa
Akhirnya di situlah ngomong sama orangtua “itu tadi siapa?”, “temen”, “kau suka sama
laki-laki ya?” gitu, mamak kayaknya udah bau-bau sih kayaknya “kamu suka sama laki-laki?”
akhirnya ngomong juga lah kan, “iya ma”, abis tu diem lah mama tapi setelah itu ngomong lagi
“kalau bisa ditinggalin lah tapi kalau misalnya apa, ya gimana lagi mau dibuat, asalkan bisa jaga
diri”. Cuma bilang gini “mama marah ya?”, “ya marahlah”, “jangan gitu lah ma. Aku nyaman loh
gini. Kyk ada yang lindungi aku loh mak”, mama diem aja ntah marah juga gak tau, setelah itu
ajak ngomong kayak biasa “mau kemana?” cuma kayak lebih protect-lah walaupun anaknya
kadang pun juga bandel, bandel setelah putus. Sangat bandel sih menurutku. Bapak belum tau
waktu itu.
Karena kan pacar dulukan sering ke rumah tapi dikenalin sebagai temen, cuma kayak
Lega sih. Akhirnya bapak tau tahun 2016, bulan 8, saya masih ingat kali itu. Lega terus ada
agak takut juga masih ada. Cuma kayak udah free, udah gak ada yang perlu disembunyin lagi cuma
harus jaga diri lah sama orangtua. Namanya juga sama orangtua gak mungkin lah kita udah outing
sama orangtua kita jadi kita bisa lakuin apa aja gitu, waktu itu berpikirnya seperti itu.
tanya, kakak orangnya gak milih temen atau gimana? Hmm kalau misalnya aku kasih tau sesuatu
menyangkut diriku bakal ngejauh gak?” (dia ambil pulpen saya, tulis di buku, kata “HIV”). Bapak
taunya karena itu. Sejauh ini sih aku sih outing juga sih sama temen-temen CQ kalau aku tu HIV.
Waktu itu yang pertama tau tu bang Amek (informan lainnya), jadi di situ pun kayaknya aku butuh
Waktu itu sesi malam (acara CQ di Salah satu hotel di Medan), kalau gak salah. Jadi aku
nengok bang Amek, bang Amek kayak udah bisa baca, akhirnya aku cerita. Karena kan setiap
malam kita kan ngumpul tapi itu sampai jam 10, sementara aku minum obat itu jam 9 jadi harus
naik lagi ke atas naik lagi jam 9 naik lagi jam 9, kayaknya aku gak nyaman, aku membohongi
temen-temen gt, “ngapain ke atas?”, “minum obat, vitamin, obat lambung”, kayaknya gak enak
bohongin orang gitu. Akhirnya setelah itu salah satu pengurus bilang gini, di situ dia bilang gini
“Tian kenapa sih minum obat mulu?”, pas aku buka status di situ kalau aku HIV, barulah dia nangis
kayak sedih, mereka malah nyambut aku secara lebih hangat lagi lebih ngerangkul lagi.
HIV itu. Kan aku harus cek darah, cek paru-paru, kan bayar dan aku kan harus cerita, butuh dana.
Waktu tu kakak yang di Malaysia lah bantu, akhirnya satu keluarga pun tau aku gay dan HIV.
Bapak speechless lah, nangis, “aku gak mau nangis, aku paling benci ngeluarin air mata. Soalnya
aku paling gak suka kalau ngeluarin air mata depan orang. Kemarin aja yg nangis-nangis di Salah
satu hotel di Medan tu aja sebenarnya malu banget merasa bersalah gitu”. Orangtua nangislah,
“kenapa sih sampai sebegitunya”, tapi akhirnya namanya juga anak ya kan, apapun pasti bakal
dilakuin.
Berat ngomongnya kayak mulutnya dikunci. Tapi aku itu ketauan status kan bulan 4, 2016,
tapi aku baru bukanya itu bulan 8, 2016. Kenapa lama? Tapi di situ sih kayak belum ada tanda-
tanda, cuma kayaknya berat badanku menurun, akhirnya gak sanggup juga akhirnya ngomong.
Putus tahun 2015, karena dia jauh, dia gak mau LDRan lah ceritanya. Akhirnya yg hilang
semangat “siapa sih yang beri kekuatan, gak ada gitu”, hilanglah gak ada yg nyokong lagi. Aku
kenalan di medsos terus having fun tapi aku having fun nya gak yang sembarang hanya ada 2 orang,
tapi aku gak nyangka dari 2 orang itu ada yg seperti ini dan satu yg ini aku contact sampai sekarang.
Tahun 2017, aku tiba-tiba dapat contact dia, dia sekarang di Jakarta, aku tanya “kamu kena
HIV ya?”, “kamu kok tau?”, “aku juga”, ternyata aku tu kenanya dari dia..mungkin. Yaudahlah
gak apa-apa. Setelah aku minum obat setahun, baru tau siapa yg nularin. Ketemu dia 2015,
16. Apakah Anda ada usaha untuk menyembunyikan identitas seksual Anda?
Kayaknya gak sih. Dulu ada ikut komunitas selain CQ, mereka tau kalau aku gay, ya aku
kasi tau. Komunitas Sahabat Peduli Medan. Pertama, mereka bilang, “ajaklah pacarnya”, “mana
hahhaha, “ah serius”, “jadi kalau misalnya kamu dikasi pilihan antara Christian Sugiono sama Titi
Kamal”, “ya Christian Sugiono lah, siapa lagi ya kan”, akhirnya temen-temen juga bilang “oh ya,
Karena sudah outing ke orangtua, ngomong sama orang lain tu yaudah gitu. Mungkin sama
orang gereja kali ya gak ngomong. Ada lah satu, dua mungkin cuma kayaknya mereka itu seperti
aku sih. Karena kita udah tau mendeteksi orang “seperti itu, mungkin mereka gak kayak gini”, aku
pun juga kayak nanti-nanti deh tunggu kapan lah. Satu-satunya temen gereja yang gak tau. Pernah
ngomong tentang pacar, “punya pacar gak?” “gak” “mau cari pacar yg kayak gimana”, “manis,
baik, kayak Tora Sudiro”, ku bilang kayak gitu, ketawa “ah canda mulu” tapi mereka kayak yang
langsung cari topik lain padahal itu seriusan. Keinginan outing? Ada lah tapi perlahan-lahan lah.
17. Apakah ada rasa takut atau khawatir ketika akan coming out?
Enggak rasa takut. Kalau masalah orientasi aku sih orangnya yg let it flow aja, karena itu
that’s me, apalagi sih yg harus aku takutin. Cuma ya aku bilang walaupun aku seperti ini, jangan
takut. Aku gak makan orang. Terus aku juga orangnya tau lah untuk mengontrol diri, kecuali kalian
18. Mengenai konsep diri, apakah Anda pernah mengalami kesulitan dalam menerima diri?
Pernah sekali. Aku kan termasuk tipe orang yg agak flamboyan dikit lah, agak melambai
sedikit, kayaknya masih sampai sekarang deh. Cuma aku sih orangnya takut lah kalau misalnya
ada orang yg lihat sinis gitu. Terus kedua aku takut dibilang sombong sama orang, itu aku paling
menghindari. Karena kalau dibilang sombong, itu kayaknya sombong itu udah terlalu apa gitu,
walaupun orang bercanda “ih Tian atau ih Andre kenapa sih kok sombong banget sih jadi orang?”,
oh di situ aku langsung “aku gak sombong loh kapan kita pernah jumpa?” takut juga. Kayak gak
malah aku sangat-sangat menghargai orang dengan fisiknya, mau fisiknya gimana aku sangt
menghargai gitu dan aku pun juga lah seperti itu. Kenapa sih kita harus minder sm fisik kita
sendiri? Orang-orang aja mungkin ada yg gak pnya salah satu bagian anggota tubuh tapi mereka
tetap pede, aku mikrinya seperti itu kalau tentang fisik. Kalau tentang kelakuan atau gimana paling
cuma yg flamboyan itu aja sih tadi aku kurang pede juga sampai ada bully-an juga SD, SMP, SMA,
saya di bully. SMP, SMA, saya sempat di bully tapi waktu SMA sih udah mulai “ah masa bodoh
mau kau bully gimana-gimana pun aku bodok (dibilang bencong)”. Tapi dengan bully-an itu, saya
merasa lebih kuat sih daripada sebelumnya, karena ada yg bela pacar dan guru-guru jg karena
termasuk orang yg pinter lah di sekolah, jadi guru-guru pun “udah gak usah didenger apa kata
orang, nanti kalau ada yg bully bilang sama ibu sama bapak”.
FB, Instagram aktif. Semua akun asli, aku gak pakai akun ganda, foto asli tapi namanya
sih ku bikin Christian, nama asli juga, tapi orang kan tau Andre Christian, tapi ku bikin Christian.
Tetap juga nama asli, juga pakai foto asli. FB aku lebih sering bahas pribadi, kalau yg untuk
orientasi malah sekali dua kali lah, kalau misalnya ada berita-berita yg tidak manusiawi untuk
temen-temen LGBT, aku langsung posting, aku merasa kayak “ini hidup kami, kenap sih harus
diganggu, kita juga gak mengganngu kalian kok”. Aku kan juga belajar kan tentang seksualitas
sampai dibilang itu penyakit, ada yg bilang gini “homo itu penyakit menular gini-gini”, aku
langsung berkomen “oh ya, itu disebabkan oleh virus dan bakteri apa? parasit apa? jamur apa?
tolong dong kasi tau aku bilang kayak gitu mereka langsung diem”, “kalau misalnya kamu tau
virus apa bakteri apa, saya kasi jempol deh tapi kalau kamu gak bisa buktiin, tolong hapus ya”.
Nyerangnya bukan menyerang secara “eh kau ayam kau” tapi aku nyerangkan secara halus.
Ada temen kamu gay atau LGBT, dia dekat sama teman kamu satu lagi, rupanya temen
kamu ini jadi LGBT juga, ya berarti itu namanya juga udah gimana, berarti dia memang ada klik,
ada suatu koneksi, bukan berarti itu ada penyakit menyerang langsung tubuh kamu itu. Itu virus
emang? Flu haccimm langsung nular? Enggak. Berarti kan ada prosesnya, berarti memang ada
20. Apakah Anda percaya jika homoseksual dapat disembuhkan? Jika dapat, apakah Anda
ingin sembuh?
Bisa disembuhkan, enggak. Ada keinginan sih cuma aku takutnya. Ada gak sih untuk
Andre berpikiran untuk berubah? Aku bilang sih ada. Cuma kalau misal aku bilang ada, aku
takutnya jadinya membohongi diriku sendiri karena memang inilah aku dengan segala yg aku
punya gak yg harus…banyak sih teman yg bilang-bilang berubah napa, “emang kamu pikir
berubah itu lompat? lompat ke sini nyampe, jalan ke sini nyampe, enggak”, beda. Misalnya kamu
menulis satu kalimat, rupanya kamu salah menulis kalimat itu, akhirnya kamu tipeks atau kamu
coret, itu bakalan bersih gak? bakal ini gak? Enggak kan, begitu juga dengan kami. Misalnya kami
berubah sifat-sifat masa lalu, tu juga pasti bakal ada dan sisanya itu masih bakalan ada jadi gak
akan bisa dipaksa, kecuali kalau memang ada keajaiban atau sebuah mukjizat yg membuat kami
21. Jika dilahirkan kembali, apakah Anda tetap ingin menjadi gay?
Aku gak pernah berpikiran kayak gitu sih. Mungkin kalau misalnya aku pengen dilahirkan
kembali, aku mau gak ada virus di tubuhku. Kalau orientasi gak ada kepikiran karena nyaman
sampai sekarang.
Mungkin yg agak gemuk dan berkacamata, udah. Berisi, cuma kalau gemuk enak gitu buat
dipeluk. Kalau berkacamata, gemuk, tu ada nilai plus. Enak aja gitu ngeliatnya.
Aku pengen bilang seperti ini aja “uruslah urusanmu”, itu aja sih. Karena dengan kata
“uruslah urusanmu” berarti itu udah merembet kemana-mana. Kamu gak perlu ngurusin kami
seperti apa kami, jadian dengan siapa, kamu harus suka dengan siapa, itu gak perlu karena itu diri
kami. Kamu hrus mengurusi diri kamu sendiri dulu, kalau misalnya diri kamu sendiri udah benar,
itupun kamu belum tentu kamu bisa urusin kalau sama seorang homo atau LGBT.
Karena bagi ku, homophobia itu sebenarnya sih lama kelamaan bakal…misalnya gini,
misalnya ada seorang homophobia dan keluarganya pun ada seorang yg LGBT, apakah dia tetap
akan jadi homophobia? Menurutku sih beberapa persen sih aku bilang gak, karena homophobia itu
juga gak akan bisa, terus gak akan bisa stagnan, di situ aja pasti dia bakal terima kok keluarganya
sebagai seorang LGBT. Makanya ku bilang, urusilah urusanmu jangan urusin urusan orang,
Mungkin kalau dibilang dari lahir kayaknya sih gak ya. Mungkin karena lingkungan jg sih,
karena pacarku/mantaku itu. Sebelum itu kan sempat tertarik juga sama perempuan. Sekarang
makin mantep. Gak ada usaha menjauhi temen cowok itu malah nyaman sekali, dia sih yg deketin,
aku bilang “ada apa sih di diriku kok sampai kamu suka padahal aku biasa-biasa aja kalau kamu
ke rumahku juga rumahku biasa-biasa aja?”, “gak apa-apa, aku nyaman aja”.
Itu kayak role nya aja sih, sebagai perempuan atau lakinya atau bisa keduanya kayak aku
kan bisa keduanya, versatile namanya. Ada yg bilang bawaan ada yg bilang pilihan. Kalau aku
karena aku yg vers, kesepakatan sama pasangan, “kamu tu apa?”, “aku top”, misalnya gitu, “aku
vers, berarti aku bisalah jd bot (bottom)”. Itu berhubungan ke hubungan seksual, kalau sehari-hari
Gak ada perbedaan gesture antara top atau bot. malah aku kemarin sempat ketemu sama
orang yg udah nikah udah punya 2 anak, dia manly banget dan ternyata dia bottom, serius, gak
menentukan. Dan aku di situ kaget, “serius bottom”. Pernah ketemu sekali dua kali sama yg udah
menikah, ada juga yang duda, yang masih anak-anak umur 15-16 tahun, kadang juga mau jumpa
aku langsung bilang “dek, aduh dek, kalau bisa berubah lah kamu dek”, ku bilang gitu “berubah
(5 Juli 2018)
Nama : Amek
Usia : 29 Tahun
Pendidikan : SMA
Ketemunya tahun 2000 berapa ya…Rainbow Camp Cangkang Queer pertama kali,kalau
gak salah aku sih tahun 2014. kalau misal kegiatan CQ itu kan, itu kan kita publish di kalangan
tertentu, komunitas. Biasanya sih kita menseleksi pesertanya bukan cuma aku, tapi BPH CQ. Kalau
proses Alifo akhirnya bisa ikut Rainbow Camp itu aku kurang ingat betul. Tapi intinya dia tiba-
tiba udah di situ aja. Mungkin, mungkin ya eh dia mendaftar melalui Dika (ketua CQ) kali. Cuma
waktu kegiatan itu yaudah akhirnya kenal. Mulai komunikasi pasca camp. Sebenarnya klu di CQ
kita punya strategi komunikasi. Karena biasanya kalau temen-temen gay itu agak kurang nyaman
mungkin ngobrol sama temen-temen trans misalnya, atau mungkin temen-temen lesbi atau trans
kurang nyaman komunikasi sama gay begitu sebaliknya. Jadi kalau komunikasi yang lebih itu
kayaknya si Dika. Tapi dia kan akhirnya main ke sekret juga, intensitasnya lebih sering, di situlah.
2. Apa yang berbeda di diri informan sebelum dan sesudah bergabung di CQ?
Berbeda kali dulu sebelum dan sesudah CQ. Alifo itu introvert. Dulu awalnya pendiem,
kalau sekarang bijak kali mulutnya. Dulu dia juga orangnya memang gak bisa ngomong depan
ada topik yang diobrolin. Dia pandai desain, dia bantu-bantu kamilah, desain poster. Jadi ya
awalnya cuma itu aja. Karena memang anaknya kita bingung. Dia pendiam kalau sekarang kayak
mana ya. Kalau dia masih memperhatikan tempat, adaptasi, belum sepenuhnya nyaman karena di
CQ orangnya gak cuma 1 identitas tapi macam-macam. Dulu ada perempuan lesbi, perempuan
hetero, temen-temen perempuan biseksual, ada aku disitu sebagai trans. Kalau sekarag dia udah
jadi kayak diri dia. Malah sekarang jadiover. Dalam arti positif. Misalnya “kau kenapa?haha” tapi
itu dia. Ada perubahan-perubahan yang lain. Kita agak aneh awalnya. Tapi kita kayak “ada gila-
gilanya anak ini”. Dia modelnya itu kalau dia lagi recharge kehabisan energi misalnya, kalau kita
rechargekumpul sama kawan cerita, sharing mengeluarkan unek-unek atau mungkin nonton,
refreshinglah. Dia gak. Memilih diam sendiri di kosan. Dia org yang unik menurutku. Cuma
memang luar biasanya dia itu, dia bisa mengidentifikasi dirinya. Misalnya kapan saat dia recharge,
kapan dia siap berkegiatan lagi. Dia tau apa yg menjadi kelemahan dia. Misalnya iseng godain dia
aku ajak seminar, “tanyalah Alifo”, sepanjang seminar itu kami bergosip berdua karena menurut
kami gak kayak gitu gak kayak gitu, ada poin-poin dia nulis, dia sodorkan sama ku “aku gak ngerti
tulisan kau, kau lah yg ngomong”, Mau sampai matipun kita suruh dia, gak akan mau dia. Jadi dia
yang merangkum, aku yang ngomong. Dan menurutku lebih enak komunikasi sama dia dari teks
daripada ngomong. Kadang-kadang kita ngomong kemana, dia ngomong kemana. Tapi dia bisa
mengidentifikasi itu.
Akhirnya dia walaupun anonim, misalnya di media sosial dia yang gencar untuk
mengedukasi kawan-kawan. Bahkan gak cuma di grup-grup gay sih. Di grup-grup LBQ juga di
FB, aku ada di situ tiba-tiba dia nongol di situ “loh kau ngapain di situ?”.
Penerimaan diri kalau sekarang gak ada masalah utk masalah orientasi seksual. Dia pernah
mengeluarkan statemen, gak sama ku sih tapi sama si Dika “kalau aku sekarang ini gak takut akan
kematian, karena aku ngerasa aku sudah melakukan dan berusaha untuk berbuat banyak untuk
orang lain” makusdnya ya itu tentang orientasi itu. Yang kami perjuangkan sekarang lah. Artinya
dia memang udah pure menerima dirinya sebagai seorang gay. Kalau dulu aku gak tau karena dulu
Paling kelihatan perubahan dia setelah 1 tahunan di CQ. Dulu gak terlalu aktif, tapi kalau
ada desain dia. Dia dulu kuliah, dulu sempat punya job sampingan.
Alifo gak pernah cerita tentang stigma-stigma. Soal pribadi jarang cerita. Dia orang
tertutup kalau soal pribadi. Tapi kalau apa yang dia lihat, dia cerita. Kalau untuk masalah stigma-
stigma dia gak pernah. Dia itu orang yang berelasi tapi gak pernah memperkenalkan ini
pasanganku, tapi akhirnya kami tau kedekatan-kedekatannya. Kalau cerita aku rasa dia lebih
nyaman cerita sama temen sesama gay. Kalau asmara-asmara pasti sama gay, kalau aku cuma
kulit-kulitnya karena mungkin segan. Mungkin karena aku dianggap lebih tua. Secara organisasi
kami sangat menekankan gak ada yang tua muda pintar bodoh, semua sama kita setara. Paling aku
Alifo itu orangnya kritis. Sangking kritisnya akhirnya bebal. Jawabannya bener yang dia
dapat dari googling, dari baca-baca. Contohnya kayak gini ya, dia itu tau banyak hal, karena dia
memang suka baca dan dia kritis. Misalnya masak sayur. Masak kan sama dia. Mungkin dia
memahami ini kayak gini bang rasanya dikasi garam dikit, sementara “gak Fo kayak gini rasanya,
tapi dia maksudnya lebih bagus itu yang setengah mentah berpikirnya kayak gitu. Banyak hal yang
dia kritisnya. Makanya kita kalau ngomong sama dia memang punya argumentasi dan logis.
6. Apa sifat informan yang menurut Anda harus diubah? Dan apa sifat informan yang baik
menurut Anda?
Kalau dia itu yang harus diubah ya menjadi kritis itu baik, cuma kadang-kadang jangan
akhirnya jadi pemikiran sendiri. Coba dipertimbangkan masukan-masukan. Mungkin memang dia
pertimbangkan tapi responnya gak cepat. Dia tipikal modelnya gini misalnya ada tugas laporan
suka menunda-nuda Itu harus ubah. Kalau untuk dia introvert, dia tertutup aku itu gak bisa
intervensi karena memang itu dirinya. Yang bagus itu dia modelnya benar-benar mau melakukan
kerja di CQ. Kalau secara pribadi dia mau melakukan apapun tapi dia tau saat dia gak mampu lagi,
itu cukup baik. Dia sudah menjadi dirinya sendiri tanpa harus menjadi image. Harapannya CQ itu
jadi tempat untuk begitu. CQ melihat kebahagiaan diri ada. Dulu jaim diam aja ngomong
Kita boleh kritis, menjadi kritis itu baik, kita memang harus menjadi kritis tapi menjadi
kritis bukan berarti kita gak mempertimbangkan pendapat orang lain. Dia memang agak lambat,
tapi dipertimbangkannya. Mungkin dia cari referensi lain yang membenarkan masukan ini jadi gak
mentah-mentah langsung ini. Dalam hal ini kadang-kadang ada hal-hal yang gak semuanya bisa
kita dapat di google atau di buku. Mungkin orang kasih masukan dari pengalaman, pengalaman
gak semuanya sama. Kalau masalah ke CQ, dia laporan udah mulai membaik. Tapi memang yg
kita masih sering bingung sebenarnya, memang ada tenangnya orang beda-beda, nonton tenang,
karoke tenang, dia diem dikos sendiri. Aku secara pribadi malah sebenarnya khawatir karena dia
ya sama kawan”, jadi kalau apa-apa, seengaknya kita tau anaknya dimana. Paling gak tau, kita gak
akan ganggu.
Usia : 24
Pekerjaan : Dokter
[16:36, 7/4/2018] Sofiari Ananda: 1. Kapan dan bagaimana mbak kenal Ken?
[16:39, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Mbak ikutan acara tersebut atau gimana?
[16:43, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Mbak sebelumnya sudah tau tentang CQ?
[16:43, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Sampai akhirnya bisa ikut acara tersebut
[17:00, 7/4/2018] Sofiari Ananda: 2. Bagaimana sosok Ken di mata mbak? Secara spesifik
[17:01, 7/4/2018] Halimah: Kami itu udah kayak saudara jadi buruk nya baik nya yaa gitu mbak
[17:01, 7/4/2018] Halimah: Sifat buruk nya kalau udah gak mood kayak anak-anak
[17:05, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Kalau sikap atau sifat Ken yg paling mbak suka atau
kagumi apa?
[17:23, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Itu yg buat nyaman sekali temenan sama Ken ya mbak?
[18:30, 7/4/2018] Halimah: Maksudnya yang buat nyaman berteman sama Kenan itu dari sifat
[18:31, 7/4/2018] Sofiari Ananda: 3. Kapan dan bagaimana mbak mengetahui identitas
seksual Ken?
[18:34, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Taunya pas acara itu ya mbak? Karena kan yang ikut
acara itu banyak orang. Sampai akhirnya bisa kenalan sama Ken dan tau dia gay gimana?
[18:35, 7/4/2018] Halimah: Tahu dia gay karena dia yang bicara langsung ke saya
[18:47, 7/4/2018] Halimah: Kan dia orang nya mudah berteman yaa
[18:48, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Nah. Saya butuh cerita soal proses pendekatannya itu
mbak secara lengkap. Mungkin bisa dari voice note mbak biar lebih enak
[18:49, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Karena kan setelah ketemu di acara, dari sekian banyak
orang kenapa akhirnya bisa komunikasi sama Ken, terus proses dekat sampai 1 bulan gitu
[20:11, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Jadi setelah 1 bulan pendekatan, baru Ken kasi tau kalau
dia gay?
[20:13, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Cara Ken kasi tau nya gimana mbak?
[20:15, 7/4/2018] Halimah: Yaa pelan-pelan mbak, 'kalau aku berbeda dari yg lain apa aku tetap
mau jadi teman dia nah aku bilang berbeda dari mana nya, yaa dr identitas seksual nya
[20:15, 7/4/2018] Halimah: Yaa dia jawab berbeda dari identitas seksual gitu mbak
[20:16, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Oo. Terus mbak jawabnya gimana? Kaget gak mbak?
[20:18, 7/4/2018] Halimah: Gak mbak karena aku bisa memahami yaa teman dekat ku
[20:18, 7/4/2018] Halimah: Kaget gak tapi saya tetap merangkul Kenan jadi teman baik ku
[20:18, 7/4/2018] Halimah: Karena aku tahu juga keluarga dia gimana
[20:19, 7/4/2018] Halimah: Seiring kami smp saat ini jadi teman dekat
[20:19, 7/4/2018] Halimah: Gak hina yaa bagi saya memiliki saudara gay seperti Kenan
[20:20, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Kenapa mbak bisa nerima orientasi seksual Ken dan gak
jauhin dia?
[20:21, 7/4/2018] Halimah: Karena menurut saya yaa setiap manusia itu dari lahir sudah memiliki
hak nya dan itu hak dia untuk memilih identitas seksual nya dia merasa nyaman kenapa tidak yang
penting aku ingatin dia buat jangan melakukan seks bebas kalau mau bawa kondom
[20:22, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Mbak sendiri dengan hal-hal mengenai homoseksual
[20:24, 7/4/2018] Halimah: Kalau menurut saya homoseksual itu bawan lahiriah
[20:25, 7/4/2018] Halimah: Beda dengan mereka yg trauma dan coba dengan dunia homo
[20:25, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Pernah atau sering baca atau gimana?
[20:26, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Pandangan ini mbak punya dari sebelum ketemu Ken atau
[20:27, 7/4/2018] Halimah: Sering baca tentang homoseksual dan cari tahu dari youtube
[20:27, 7/4/2018] Halimah: Karena dari DSM V aja gangguan homoseksual sudah dihapuskan
[20:28, 7/4/2018] Halimah: Dan saya cari tahu dari artikel kesehatan tentang homoseksual yaa itu
memang bawaan dari lahir dan kalo keturunan juga ada bawaan dari kromosom nya
[20:32, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Oke. Sebentar saya simpulkan ya mbak. Minta tolong
dikoreksi:
Mbak kenal Ken udah setahun-an. Ketemu pertama kali di acara idahot. Setelah ketemu di
acara itu, mbak jadi sering komunikasi via WA sama Ken, karena dia orang yang mudah
berteman dan ada kesamaan profesi sama mbak. Setelah 1 bulan dekat, Ken akhirnya kasi
tau kalau dia adalah gay secara langsung. Dan mbak sangat tidak mempermasalahkan itu
karena homoseksual bukan suatu hal yg asing buat mbak dan mbak punya pandangam
Tepat ya mbak?
Ken yg sekarang?
[20:35, 7/4/2018] Halimah: Gakk ada mbak Kenan tetap dengan yg saya kenal dari awal sampai
sekarang
[20:36, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Ken pernah cerita gak mbak kalau dia diejek, dijahatin
[20:38, 7/4/2018] Halimah: Ada mbak kalo gak salah teman kuliah nya seingat saya
[20:38, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Oh yg nyebarin Twitter dia yg kasusnya sampai ke dekan
itu ya?
[20:41, 7/4/2018] Halimah: Tapi teman nya tahu lewat twitter kalau gak salah
[20:42, 7/4/2018] Halimah: Kalau gak salah waktu SMA Kenan juga di bully sama teman nya
[20:42, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Waktu denger cerita Ken, mbak sampein apa ke Ken?
[20:43, 7/4/2018] Halimah: Gimana yaa mbak saya juga korban bully waktu sekolah jadi yaa
[20:44, 7/4/2018] Halimah: Karena menurut saya mereka yg menjelekan Kenan hanya kurang
kerjaan
[20:44, 7/4/2018] Halimah: Karena Kenan juga berperstasi di kuliah dan aktif di organisasi
[20:44, 7/4/2018] Halimah: Jadi pas tahu rahasia Kenan yaa begitu mbak
[20:50, 7/4/2018] Halimah: Buat yg homophobia yaa cobalah mengenal minimal dikit aja tentang
LGBT, biar agak hilang rasa ketakutan sama orang minoritas seperti LGBT,
Untuk orang-orang yg haters bangeeet sama LGBT mungkin tabiat mereka yaa mbak jadi susah
tapi ingat mereka para LGBT gak mau dilahirkan ke dunia seperti itu, mereka tersiksa dengan
[20:53, 7/4/2018] Sofiari Ananda: Kalau gak bisa mendukung, paling gak menghargai ya
mbak?
Usia : 24 tahun
[20:20, 7/8/2018] Sofiari Ananda: 1. Kapan dan bagaimana Caca Kenal Edo?
[20:22, 7/8/2018] Caca: waktu itu kira-kira 2 tahun yang lalu ada acara ulang tahun di rumah teman
Caca namanya Ayu dan di acara tersebut Edo juga hadir nah disitu mulanya Caca kenal sama Edo,
[20:25, 7/8/2018] Caca: Sosok Edo yaaa... Edo menurut Caca anak yg baik, ramah, penyayang
[20:27, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Setelah kenalan di acara ultah itu, akhirnya bisa temenan
[20:28, 7/8/2018] Caca: yaa setelah acara itu kami tetap berkomunikasi antara Edo dan juga teman
yg lainnya
[20:28, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Apa yg buat Caca nyaman dan tertarik untuk temenan
[20:30, 7/8/2018] Caca: mungkin itu yg buat Caca nyaman dan tertarik temenan lebih dekat dengan
Edo
[20:30, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Setelah ketemu pertama kali itu, makin dekatnya karena
[20:32, 7/8/2018] Caca: karna emang juga kebetulan kami ada group di whatsapp ini jadi
[20:32, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Oo jadi gabung di grup yang sama juga. Grup apa ya kalau
[20:34, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Grup itu ada sebelum atau sesudah ketemuan di acara
ultah itu?
[20:36, 7/8/2018] Sofiari Ananda: 3. Kapan dan bagaimana Caca tau orientasi seksual Edo?
[20:38, 7/8/2018] Caca: yaa tau karna pacarnya Edo itu temennya Caca
[20:39, 7/8/2018] Caca: bahkan udah Caca anggap seperti adik sendiri
[20:39, 7/8/2018] Caca: tapi mereka udah tidak ada hubungan lagi
[20:40, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Berarti waktu acara ultah itu, temen Caca kenalin Edo
sebagai pacarnya?
[20:41, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Artinya Caca udah enggak terlalu asing dengan orientasi
gay ya?
[20:42, 7/8/2018] Caca: karna bukan hanya Edo temen Caca yg seperti itu
[20:43, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Oo. Nah, Caca sendiri kenapa bisa menerima temen Caca
adalah seorang gay (mau berteman) dan nerima Edo sebagai temen Caca?
[20:50, 7/8/2018] Caca: menurut Caca yaa seseorang pasti punya yg namanya salah dan khilaf
[20:50, 7/8/2018] Caca: kalau itu emang suatu kekhilafan yg Edo jalani, Caca yakin suatu saat
[20:52, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Edo ada ngomong langsung gak ke Caca kalau dia gay?
[20:52, 7/8/2018] Caca: seperti yg Caca bilang ke Sofi tadi, Caca memandang seseorang hanya
[20:52, 7/8/2018] Caca: yaa walaupun Edo seorang Gay dia tetap seseorang yg mempunyai
kepribadian yg baik
[20:54, 7/8/2018] Caca: tapi curhatan dia tentang pacarnya yg seorang cowo
[20:59, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Ada yg berbeda gak antara Edo yg awal Caca kenal sama
[21:02, 7/8/2018] Caca: sekarang udah mulai terbuka dan blak blakan
[21:03, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Edo pernah cerita gak dia galau atau sedih atau apapun
[21:08, 7/8/2018] Caca: yg pernah curhat tentang kegalauan hatinya malah si mantan pacarnya itu
[21:13, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Apa hal yg pengen Caca sampaikan ke orang-orang yg
[21:14, 7/8/2018] Caca: yaa Caca cuma mau menyampaikan ambil baiknya buang aja buruknya
[21:14, 7/8/2018] Caca: tidak usah membenci mereka apalagi sampai menyakiti hati mereka
[21:15, 7/8/2018] Caca: karna mereka juga manusia sama seperti kita
[21:16, 7/8/2018] Caca: cukup nasehat yang mereka butuhkan bukan kebencian
[21:16, 7/8/2018] Caca: yaa akan tetapi jikalau nasehat yg baik pun tidak mereka hiraukan kita
kok
[21:18, 7/8/2018] Sofiari Ananda: Oke, terakhir Ca. Apa sih sikap atau sifat Edo yg paling
Caca salut? Kemudian apa sikap dan sifat edo yg menurut caca perlu diperbaiki?
[21:23, 7/8/2018] Caca: sikap perduli terhadap sesamanya itu yg buat Caca salut
[21:23, 7/8/2018] Caca: sifat egonya aja yg harus diperbaiki yaa walaupun sifat egonya itu gak
(7 Juli 2018)
Nama : Chio
Usia : 28 Tahun
2017 akhir, pas selesai acara TIDOR. Jadi kenalnya sebenarnya dari Keenan (informan
lainnya). Jadikan waktu itu kami di CQ lagi persiapan, Ken bilang “aku mau ajak temen tapi
orangnya sedikit introvert” “yauda ajak aja ya kalau dia welcome kita gabung-gabung, yauda”.
Terus dikenalin deh, dia dibawa ke CQ, dikenalin terus dari situ kita kan dekat sama Ken, seringlah
Dia bisa dibilang anak mami juga sih cuma ya kadang ada dewasanya kadang anak-
anaknya kadang nyebelin, namanya manusia ada masa-masanya gitu kan. Dewasanya “jangan
kayak gitu, gak boleh kayak gitu loh” “jangan ngelawan orangtua kayak gitu lah” pokoknya temen
yg saling support, anak maminya contohnya kayak tadi aja “hujan..gak bisa..” “perasaan rumah ku
Sebenarnya udah tau, cuma kembali ke individunya dia nyaman atau gak untuk share
bahwa dia tu seorang ini, lama-lama kebuka sendiri aja, dia yg share “aku punya kenalan loh ini”.
nongkrong bareng paling “pacarmu mana Put?” gitu aja tapi dia langsung “lagi single, cariin lah
yg gini-gini”.
Gak lama sih. Karena setelah TIDOR, kami intens sering nongkrong. Paling lama mungkin
sebulan gak sampai pun, hitungan minggu. Dia mungkin ngerasa nyama kali ya.
Biasa aja. Kalau aku pribadi memang sama temen-temen LGBT ya, itu keluargaku. Aku
transman. Jadi hal-hal yg biasa karena sebelum kenal mereka aku juga punya temen yang cukup
dekat.
6. Amek (informan lainnya) bilang kalau teman-teman gay di CQ terkadang merasa kurang
Dia nyaman-nyaman aja sih, bahkan bisa dibilang kayak kami kan, aku, Ken, Putra, ada
pacar aku kan dan pacarnya Ken emang kami sering nongkrong bareng, sering sharing gitu jadi
yah paling kami selaku teman dan kami menganggap dia sebagai keluarga “jangan sembarangan,
Dia ada jalan sama seseorang terus dia pengen serius tapi ternyata seseorang itu cuma
nganggapnya cinta satu malam doang. Waktu itu dia ngajak aku cerita, kami cerita berdua doang.
8. Apakah ada yang berbeda dari informan sebelum dan sesudah kalian dekat?
Ada. Dia diem aja. Kalau gak ditanya gak jawab “apa sih kalian? apa sih?”. Kalau sekarang
itu lah dia, sedikit rewel kalau misalnya agak telat dikit “udah lah aku pulang”, kalau berantem ya
cekcok-cekcok tapi besok udah gak lagi bahkan 1 jam kemudian kami udah chat-an lagi.
Jangan suka jajan. Jangan sembarangan pilih orang. Digital security dijaga. Hati-hati
karena gak baik juga untuk diri dia. Kita gak tau orang-orang di FB itu niatnya, bisa aja orang itu
meng-outing. Itu sih yg sering kami ingatin. Kalau pasangan aku sering ingetin “jangan suka cari-
cari pacar yg gak jelas”, ada yg ngajak jumpa dia langsung datang.
Outing-nya dia ke kami tu memang ngalir gitu aja. Bisa dibilang aku orangnya netral. Gak
ada yang harus “aku gay” gak harus gitu. Aku berpikir bahwa aku sesama kok pasti udah tau siapa
aku.
Lebih hati-hati dalam menggunakan medsos, kenal dengan orang lain juga hati-hati juga, jangan
sampai masuk ke dunia yg amit-ami gitu kan maksudnya, yg pergaulan bebas, seks bebas, kita
Bahwa sebenarnya cari tau dulu apa, kenapa, apa sebabnya akibatnya kenapa memilih
dunia seperti itu. Kita gak pernah tau mereka itu mengalami hal apa dan lain sebagainya, kita gak
pernah tau. Mereka punya hak atas diri mereka, kebahagiaan mereka, mereka ciptakan sendiri.
Orang-orang homo itu ibarat orang-orang disabilitas yg cacat fisik tapi kalau homo itu dia cacat
di orientasi seks, sama-sama aja kita saling menghargai antar sesama manusia, karena mereka juga
manusia.
Usia : 26 Tahun
Pekerjaan/Pendidikan : Guru/S1
[08:17, 7/11/2018] Sofiari Ananda: 1. Kapan dan bagaimana kakak kenal Christian?
[08:18, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Boleh pake voice note ya kak kalau kepanjangan
ngetiknya
[08:20, 7/11/2018] SPM Isna: Waktu recruitment anggota SPM (sahabat peduli medan), karena
[08:22, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Oh iya lupa jelasin. Sofi lagi penelitian untuk tesis kak.
Dan ambil mengenai aktualisasi diri gay. Sofi kerjasama sama Cangkang Queer dan
[08:24, 7/11/2018] SPM Isna: Ya si Cris.. Karena dia kan salah satu yg merekrut kami..
[08:25, 7/11/2018] SPM Isna: Tapi memang dia ramah kali orgnya...
[08:25, 7/11/2018] SPM Isna: Jadi siapa pun bakal ngampang kali dekat ke dia..
[08:26, 7/11/2018] SPM Isna: Dengan cepat jadi baur aja gitu
[08:28, 7/11/2018] SPM Isna: Owner lah tepatnya.. Sama beberapa teman..
[08:28, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Sekarang, kakak sama Cris kedekatannya gimana kak?
[08:29, 7/11/2018] SPM Isna: Eemm yaa dekat gmn ya.. Ketemu si sekarang udah jarang tapi
[08:30, 7/11/2018] SPM Isna: Yaa.. Dia anggap aku kayak kakak nya lah😅
[08:31, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Mulai jd makin dekatnya gitu sejak kapan kak? Setelah
[08:31, 7/11/2018] SPM Isna: Pas acara yaa pertemuan kedua lah kami makin akrab
[08:33, 7/11/2018] Sofiari Ananda: 2. Cris itu sosok yg gimana kak di mata kakak?
[08:33, 7/11/2018] SPM Isna: Cris orangnya asik.. Kadang kelewatan manjanya... 😅
[08:34, 7/11/2018] SPM Isna: Awalnya kakak juga gak tau kalau dia gay.
[08:34, 7/11/2018] SPM Isna: Kirain hanya gayanya aja.. Ternyata sejauh itu dia😔
[08:34, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Oke gay itu ntar ada pertanyaannya haha
[08:37, 7/11/2018] SPM Isna: Yg baiknya ramah, semangat energik luar biasa, tanggung jawab,
[08:38, 7/11/2018] SPM Isna: Yg mesti diubah yaa gampang tersinggung, kadang manjanya suka-
[08:39, 7/11/2018] Sofiari Ananda: 3. Kapan dan bagaimana kakak tau Cris adalah gay?
[08:40, 7/11/2018] SPM Isna: Bulan 2 kmren yg lebih jelasnya sebelumnya samar-samar lah
[08:42, 7/11/2018] SPM Isna: Pas ada problem dikit terus dia cerita,
Tapi sebelumnya juga kakak udah paham dari gaya dan foto cowoknya. Kakak kira awalnya main-
[08:45, 7/11/2018] SPM Isna: Yaa dia cerita persoalan dia. Tapi maaf kakak gak bisa jelaskan
secara blak-blakan..🙏🏻
[08:54, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Iya gak apa-apa kak. Maksud Sofi pas dia bilang "aku
gay" itu kata-katanya gimana kak? Apa dia langsung bilang "kak aku gay" atau gimana?
[08:58, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Oh. Berarti dia cerita tentang masalah dia sama pacar
dulu awalnya...
[09:02, 7/11/2018] Sofiari Ananda: 4. Kenapa kakak memutuskan untuk menerima Cris yg
adalah seorang gay? Kenapa kakak tetap mau berteman sama dia gitu kak?
[09:04, 7/11/2018] SPM Isna: Karena menurut kakak itu masalah pribadi nya... Selama dia baik
bersosial, baik untuk orang lain, kenapa gak ditemani, semoga dia diberi hidayah itu sih doa kk...
[09:05, 7/11/2018] SPM Isna: Karena banyak pelajaran juga yg kakak dapat dari bertemn dengan
dia
[09:07, 7/11/2018] SPM Isna: Yaa awalnya kakak gk tau kalau masalah keluarga berdampak
dengan prilaku buruk yg sangat menyimpang, terus dari dia juga kakak tau gimana dapat
[09:08, 7/11/2018] Sofiari Ananda: Masalah keluarga yg Cris ceritain itu ya kak?
[09:20, 7/11/2018] SPM Isna: Eemm masalah pribadinya kakak gak bisa cerita belum dapat
izin🙏🏻
[09:33, 7/11/2018] Sofiari Ananda: 5. Apakah ada perbedaan yg terjadi pada pandangan
[10:06, 7/11/2018] SPM Isna: Perbedaan kayaknya gak ada lah.. Karena beberapa teman di SPM
jg sih sebenarnya
Terakhir nih,
[10:24, 7/11/2018] SPM Isna: Ya sebenarnya kita gak bisa nyalahkan mereka sepenuhnya karena
kan perasaan itu ada yg mengatur dan ada sebabnya... Mungkin di lingkungan dan keluarga bisa
membantu mereka, bukan ditinggalkan atau dijauhi.. Karena itu kan perilaku menyimpang semoga
[10:26, 7/11/2018] SPM Isna: Setidaknya buat mereka yg homo ato lesbi. Semoga mereka diberi
Dan buat yg menjelek-jelekan kakak rasa lebih baik di nasehati dan di rangkul karena mereka
Wawancara Pra Penelitian, 12 Maret, 2018. (Kiri-Kanan) Peneliti, Amek, (Alm) Hasri, Alifo
23 Juli 2018, (Kiri-Kanan) Edo, Chio, Putra, Peneliti, Keenan, Alifo, Christian
Medan
Pekerjaan -
Email sofiariananda@gmail.com