Anda di halaman 1dari 6

Volume 3, Nomor 2, Oktober 2014 http://doi.org/10.

21009/JPPP

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PERILAKU BULLYING


PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS X

Fellianti Muzdalifah* Hafiz Bimo Afriyanto**

*Jurusan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta


**Jurusan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.032.03

Alamat Korespondensi:
f_muzdalifah@unj.ac.id

ABSTRACT
This research aims to find out the influence of self-concepts towards bullying behavior among college
student in “X” University. The dependent variable in this study was bullying and independent variable in
this study was the self concept.This research uses quantitative methods, data were obtained by using a
questionnaire. William h. Fitts (1965), whereas the scale of bullying refers to the theory of Participant
Questionnaire (PRQ) Role of Salmivalli (1996). Data processing using Rasch modeling with the hel p of
winstep version 3.73 and hypothesis test using the SPSS version 16.0. The participants of this research
were 71 college students in “X” University. This research using a nonprobability sampling. The results of
this research show that there was negative influences between self-concept toward bulying behavior of
23% and the remaining 77% influenced by other factors.

Keywords
self concept, bullying

1. Pendahuluan seperti kasus yang terjadi pada mahasiswa di


salah satu perguruan tinggi yang tewas akibat
Perilaku kekerasan di dunia pendidikan
perilaku bullying yang dilakukan oleh lima orang
Indonesia saat ini masih sering terjadi. Salah satu
seniornya.
perilaku kekerasan yang sering terjadi di hampir
“Dua jam di bully, Amir kemudian tumbang para
seluruh daerah Indonesia adalah bullying. Ber- pelaku kemudian panik lalu membaringkan korban di
sumber dari Kompasiana.com, setiap hari sekitar kasur. Setelah itu melaporkan kejadian ini ke
160.000 kasus bullying terjadi di Indonesia. mahasiswa tingkat empat. Setelah itu, dengan
Selain itu berdasarkan data Komisi Perlindungan menggontong korbannya, mereka membawa ke dokter
Anak Indonesia (KPAI) bullying yang terjadi di klinik. Tapi, nyawa Amir tak bisa diselamatkan.”
dalam lingkungan pendidikan terus meningkat (www.kebumenekspres.com, 2014). Bentuk-bentuk
setiap tahunnya, pada tahun 2011 sebanyak 48 bullying yaitu; bullying secara fisik, bullying
kasus, 2012 sebanyak 66 kasus, 2013 sebanyak 63 secara emosional, bullying secara verbal, bullying
kasus, 2014 sebanyak 67 kasus menurut Luthfi relasional ataubullying sosial, cyberbullying
Asisten Komisioner Bidang Pendidikan (KPAI). (Bernard & Milne, 2008; Craig, Pepler & Blais,
Banyaknya perilaku bullying tersebut tidak hanya 2007 dalam Fitria, 2014).
terjadi pada anak-anak, tetapi juga dapat terjadi di Perilaku bullying pada mahasiswa yang dapat
kalangan mahasiswa. Bahkan perilaku bullying di berdampak pada kematian tersebut seharusnya
kalangan mahasiswa ini dapat berdampak hingga tidak perlu terjadi, karena pada usia tingkat ini
kematian bagi para korbannya. Hal tersebut individu sudah memiliki pemikiran yang lebih

59
Fellianti Muzdalifah Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying
Hafiz Bimo Afriyanto Pada Mahasiswa di Universitas X

dewasa serta matang. Meskipun usia mahasiswa lingkungan Universitas X yang terpisah dengan
masih berada di masa transisi antara remaja akhir fakultas lain, membuat mahasiswanya menjadi
dan dewasa awal, namun seluruh fungsi dan lebih dekat dan akrab satu dengan lainnya.
peranan yang ada tidak jauh berbeda dengan Obrolan sehari-hari yang dibalut dengan candaan
orang yang berusia dewasa. Pada usia transisi serta ledekan pun sering terjadi dan tidak dapat
yang berada pada rentang sekitar 20-25 tahun ini, dihindari baik secara sengaja maupun tidak.
mahasiswa memasuki tahap berpikir reflektif. Berdasarkan hasil preliminary dari beberapa
Pemikiran reflektif dapat menciptakan sistem angkatan terdapat sekitar 13, 3% atau sekitar 87
kecerdasan kompleks yang menyatukan konflik orang mahasiswa yang menjadi pelaku bullying di
ide-ide atau pertimbangan yang muncul. Akan kampus Universitas X.
tetapi meski hampir semua individu dewasa Terdapat tiga faktor eksternal yang dapat
mengembangkan kapasitas untuk menjadi pemikir memengaruhi terjadinya bullying yaitu keluarga,
reflektif, lebih sedikit yang mencapai kecakapan sekolah dan teman sebaya. Bukan hanya faktor
yang optimal dalam keterampilan tersebut dan eksternal yang mempengaruhi seseorang melaku-
bahkan lebih sedikit lagi yang menggunakannya kan perilaku bullying, namun faktor internal juga
secara konsisten untuk beragam masalah (Papalia memperngaruhi perilaku tersebut. Faktor dari
& Feldman, 2014). Selain kecakapan dalam setiap individu atau faktor internal, merupakan
berpikir, berbagai macam faktor eksternal maupun salah satu faktor yang dapat membedakan pelaku
internal memengaruhi seseorang dalam bersikap bullying dengan individu lainnya yang berada
maupun berperilaku. Oleh karena itu, tidak heran dalam lingkungan atau faktor eksternal yang
bila masih terdapat kecenderungan perilaku sama. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan
bullying pada mahasiswa. perilaku bullying dapat terjadi dalam lingkungan
Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan pendidikan salah satunya faktor konsep diri.
pendidikan merupakan perbuatan atau perkataan Menurut Coloroso (2007 dalam Fitria, 2014),
yang menimbulkan rasa takut, sakit atau tertekan seseorang yang melakukan bullying memiliki sifat
baik secara fisik maupun mental yang dilakukan suka mendominasi, suka memanfaatkan orang lain
secara terencana oleh pihak yang merasa lebih untuk mendapatkan keinginan pribadi, sulit me-
berkuasa terhadap pihak yang dianggap lebih lihat situasi dari titik pandang orang lain, hanya
lemah (Coloroso, 2007 dalam Fitria, 2014). Tidak peduli pada keinginan dan kesenangan sendiri,
heran jika perilaku bullying yang sering terjadi di serta haus akan perhatian.
lingkungan pendidikan adalah kekerasan yang Konsep diri adalah sebuah gambaran tentang
dilakukan oleh senior kepada para juniornya. individu mengenai dirinya sendiri sesuai yang
Perilaku-perilaku bullying yang samar tersebut terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan-
mengakibatkan pihak kampus luput ataupun ter- nya. Konsep diri merupakan bagaimana cara
kesan cenderung mengabaikan keberadaan peri- “kita” melihat diri sendiri serta bagaimana cara
laku bullying. Hal tersebut menjadikan maha- “kita” menjadi individu yang diinginkan. Konsep
siswa yang menjadi pelaku bullying mendapatkan diri merupakan salah satu aspek dalam perkem-
penguatan terhadap perilaku tersebut untuk terus bangan psikologi siswa. Konsep diri merupakan
melakukan intimidasi pada mahasiswa yang lain. salah satu variabel yang penting dalam menentu-
Selain aspek dari lingkungan kampus yang sering kan proses pendidikan.
mengabaikan perilaku bullying, faktor dari setiap Beberapa faktor yang memengaruhi konsep
individu juga dapat menyebabkan bullying terjadi diri seseorang adalah terjadinya perubahan-peru-
di lingkungan kampus. bahan baik fisik maupun psikis. Selain karena
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan perubahan dalam dirinya, konsep diri juga dipe-
perilaku bullying juga dapat terjadi pada maha- ngaruhi oleh pengalaman dari lingkungan sekitar-
siswa psikologi yang sudah mempelajari dan nya. Selain itu konsep diri berkembang melalui
mengetahui seperti apa perilaku bullying tersebut pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya
serta dampak dari perilaku tersebut. Termasuk serta konsep diri bisa berubah sebagai hasil dari
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X yang pematangan dan belajar.
mempelajari hal tersebut. Selain itu faktor

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014 60


Fellianti Muzdalifah Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying
Hafiz Bimo Afriyanto Pada Mahasiswa di Universitas X

Konsep diri terbagi menjadi positif dan negatif. Melisa Holdt (2001). Variabel konsep diri di ukur
Konsep diri positif adalah orang yang mampu dengan instrumen Tennesse Self Concept Scale
mengenali dan menerima dirinya apa adanya, cen- (TSCS) yang di susun oleh Fitss (1965). Instru-
derung memiliki sifat rendah hati dan memiliki men ini mengukur konsep diri seseorang secara
harapan yang realistis dan harga diri yang tinggi. umum, yang dilihat melalui skor total yang di
Menurut Nurius dan Markus (dalam Sartana dan hasilkan dari kombinasi dua dimensi meliputi
Helmi, 2014) menunjukan bahwa individu yang dimensi internal (identitiy, behavioral, dan
membayangkan dirinya sukses cenderung men- judging), dimensi eksternal.
deskripsikan dirinya dengan gambaran diri positif, Populasi adalah mahasiswa/mahasiswi terdiri
sementara individu dengan membayangkan atas subjek dan obyek dengan kreteria tertentu
pengalaman gagal lebih banyak menggambarkan yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
dirinya secara negatif. Peran konsep diri cukup kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan
besar dalam menentukan perilaku perilaku maha- sekedar jumlah pada subjek atau obyek yang di
siswa di dalam kampus karena setiap mahasiswa pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau
memiliki konsep diri yang berbeda. Lemahnya sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
konsep diri pada diri mahasiswa juga dapat meng- (Sangadji dan Sopiah, 2010). Populasi yang digu-
akibatkan kurang dapat mengontrol emosinya dan nakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i
cenderung emosi tersebut merupakan emosi “Universitas X”.
negatif seperti bullying. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
Hasil penelitian Pangestuti (2011), menun- sampling yang di gunakan adalah nonprobability
jukkan bahwa konsep diri sosial dan konsep diri sampling. Nonprobability sampling adalah teknik
fisik pelaku bullying di SMPN Y di Jawa adalah pengambilan data atau sampel yang tidak mem-
positif, sedangkan konsep diri moral serta konsep beri peluang atau kesempatan sama bagi setiap
diri keluarga negatif. Perbedaan pelaku dengan unsuratau anggota populasi untuk dipilih menjadi
yang bukan pelaku antara lain bahwa pada bukan anggota sampel (Sangadji dan Sopiah, 2010).
pelaku, konsep diri fisiknya negatif, konsep diri Menurut Sugiono (2011), Salah satu teknik
sosial, keluarga dan konsep diri moral positif. nonprobability sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh,
2. Metode Penelitian sampling jenuh merupakan teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan pene-
sebagai sampel. Teknik ini di gunakan bila jumlah
litian kausal komperatif dengan desain penelitian
populasi relatif kecil. Pada penelitian ini sampel
expost facto. Penelitian kausal komperatif adalah
yang di gunakan adalah mahasiswa pada
penenelitian yang menunjukkan arah hubungan
“Universitas X”.
antara variabel bebas dengan variabel terkait,
Teknik analisa yang digunakan dalam pene-
disamping mengukur kekuatan hubungannya.
litian ini adalah teknik analisis regresi. Analisis
Tujuan dari penelitian kausal komperatif untuk
regresi dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
mengidentifikasi fakta atau peristiwa tersebut
penelitian yang belum dapat diperoleh jika hanya
sebagai variabel yang dipengaruhi dan melakukan
dengan uji korelasi. Jika suatu variabel mem-
penyelidikan terhadap variabel-variabel yang
punyai hubungan dengan variabel-variabel lain-
mempengaruhinya (Sangadji & Sopiah, 2010).
nya, maka analisis regresi dapat dilanjutkan untuk
Variabel penelitian adalah konstruk atau sifat
mengetahui bagaimana prediksi suatu variabel
yang akan dipelajari yang memiliki nilai
terhadap variabel lainnya serta bagaimana
bervariasi. Variabel juga sebuah lambang atau
hubungan sebab-akibat antar variabel tersebut.
nilai yang padanya kita letakkan sembarang nilai
atau bilangan (Kerlinger,2006)..
3. Hasil Penelitian dan Diskusi
Variabel bullying di ukur dengan cara melihat
skor total yang di peroleh dari Instrumen Illinois Hasil analisis data dilakukan untuk menguji H0
Bully Scale (IBS) dan terbagi 3 dimensi yaitu, yang mengatakan tidak ada pengaruh persepsi
victim subscale, bullying scale, dan fight subscale. gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada
Instrumen ini di susun oleh Dorothy Espelage dan

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014 61


Fellianti Muzdalifah Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying
Hafiz Bimo Afriyanto Pada Mahasiswa di Universitas X

karyawan. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada


tabel berikut

Tabel 1. Hasil Perhitungan Analisis Regresi


Variabel Konstanta Koefisien Regresi Signifikansi
Persepsi Gaya Kepemimpinan
13,443 0,998 0,003
terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat dijadikan implikasi dari penelitianini dalam dunia
bahwa besarnya signifikansi adalah 0,003. Hal ini kerja, yaitu apabila gaya kepemimpinan diper-
menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari baiki dalam suatu perusahaan/organisasi, maka
0,05 (p = 0,003 < 0,05). Sehingga H0 yang menya- kepuasan kerja karyawan akan meningkat sebesar
takan tidak ada pengaruh persepsi gaya kepemim- 27%, dan hal ini juga akan meningkatkan produk-
pinan terhadap kepuasan kerja pada karyawan, tivitas perusahaan.
ditolak. Sedangkan Ha yang mengatakan ada Adanya pengaruh yang positif antara gaya
pengaruh persepsi gaya kepemimpinan dengan kepemimpinan dengan kepuasan kerja dapat ter-
kepuasan kerja pada karyawan, diterima. Untuk jadi mengingat gaya kepemimpinan memegang
persamaan regresi dapat disusun sebagai berikut: peranan penting terhadap kepuasan kerja. Pemim-
Y = 13,443 + 0.998X pin yang diharapkan mampu memberikan cara-
Kepuasan Kerja = 13,443 + 0,998 Persepsi Gaya cara memimpin dengan tepat sesuai dengan situasi
Kepemimpinan dan kondisi yang terjadi tanpa melupakan fokus
Interpretasi persamaan tersebut adalah jika terhadap tujuan yang hendak dicapai organisasi.
persepsi gaya kepemimpinan (X) mengalami Menurut Robbins (2001) perilaku atasan
kenaikan sebesar satu satuan, maka kepuasan merupakan determinan utama dari kepuasan kerja
kerja (Y) mengalami peningkatan sebesar 0,998. karyawan meningkat bila penyelia langsung
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka bersifat ramah dan dapat memahami, memberikan
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan
persepsi gaya kepemimpinan terhadap kepuasan pendapat karyawan dan menunjukkan suatu minat
kerja yang bersifat positif. Hal ini berarti semakin kepada karyawan.
baik gaya kepemimpinan akan diiringi dengan Kategorisasi skor bertujuan untuk mengelom-
tingginya kepuasan kerja. Begitu pula sebaliknya, pokkan skor ke dalam kategori tinggi, sedang, dan
buruknya gaya kepemimpinan akan diiringi rendah. Dalam penelitian ini, variabel kepuasan
dengan rendahnya kepuasan kerja pada karyawan. kerja dapat diketegorisasikan untuk mengetahui
Analisis regresi menghasilkan Rsquare (R2) posisi skor tersebut di dalam kelompok responden
sebesar 0,273. Artinya adalah variabel gaya kepe- yang diteliti. Sehingga dapat diketahui arti skor
mimpinan memengaruhi kepuasan kerja sebesar tersebut jika dibandingkan dengan skor-skor ke-
27% dan sisanya 73% dipengaruhi oleh faktor puasan kerja yang diperoleh oleh responden lain-
lain. nya.
Berdasarkan hasil analisis statistik, dihasilkan
R Square (R2) sebesar 27%. Hal tersebut dapat

Tabel 2. Kategorisasi Skor Kepuasan Kerja


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 30 100%
Sedang 0 0%
Rendah 0 0%
Jumlah 30 100%

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014 62


Fellianti Muzdalifah Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying
Hafiz Bimo Afriyanto Pada Mahasiswa di Universitas X

Berdasarkan tabel di atas, kategori tinggi Fitria, S. N. (2014). Efektivitas Penerapan the
dihasilkan ketika skor total kepuasaan kerja lebih Support Group Method untuk Meningkat-
besar dari 113,67 ( X > 113,67), kategori sedang kan Self-Efficacy pada Korban Bullying
ketika skor total berada di antara 72,33 sampai (Tesis) Fakultas Psikologi Universitas
dengan 113,67 (72,33 < X < 113,67), dan kategori Sumatera Utara.
rendah ketika skor total lebih kecil dari 72,33 ( X
< 72,33 ). Dari pengkategorisasian tersebut, maka Fitts, W. H (1971). The Self Concept and Self
diperoleh 30 responden berada pada kategori Actualization. California: Western Psycho-
tinggi. logical Service.

4. Kesimpulan Handini, F. (2010). Hubungan Konsep Diri


dengan Kecenderungan Berperilaku
Bedasarkan hasil dari penelitian dapat disim-
Bullying Siswa SMAN 70 Jakarta (skripsi)
pulkan bahwa terdapat pengaruh antara konsep
Fakultas Psikologi Universitas Islam
diri terhadap kecenderungan perilaku bullying
Negeri Syarif Hidayatullah.
pada mahasiswa di Universitas X. Korelasi antara
konsep diri dan perilaku bullying menunjukan
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan:
hasil yang signifikan. Dapat di artikan bahwa
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
konsep diri dan perilaku bullying memiliki
Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
pengaruh yang signifikan. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa semakin tinggi konsep diri
Novianti, L., & Putra, D. (2014). Hubungan
seseorang maka semakin rendah perilaku orang
antara Konformitas terhadap Teman
tersebut melakukan perilaku bullying. Presentase
Sebaya dengan Perilaku Bullying pada
pengaruh antara konsep diri terhadap perilaku
Siswa SMPN 22 Tangerang. Jurnal
bullying pada mahasiswa di Universitas X.
NOETIC Psikologi, 4(1), 81-98.
Sebesar 5,6% dan 94,4% yang lainnya di
pengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti pada
Pangestuti, R. D. (2011). Konsep Diri Pelaku
penelitian ini.
Bullying pada Siswa SMPN Y di Jawa
Untuk peneliti selanjutnya dapat lebih
(Tesis) Fakultas Kedokteran Universitas
mengembangkan penelitian ini dari segi populasi
Gadjah Mada.
dan subjek agar dapat ditemukan generalisasi
yang lebih meluas. Selain itu, agar peneliti
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014).
selanjutnya sebaiknya meneliti aspek-aspek
Menyelami Perkembangan Manusia Edisi
empati, perilaku bystander, regulasi emosi, harga
12 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
diri, dan lain-lain yang dapat memengaruhi
perilaku bullying baik dari sisi pelaku maupun
Rahmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi.
korban.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
5. Daftar Pustaka
Rangkuti, A. A. (2012). Konsep dan Teknik
Amaliah (2012). Gambaran Konsep Diri Pada Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Dewasa Muda Yang Bermain Erepublik. Bidang Psikologi dan Pendidikan. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. FIP Press.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Kencana. S. D. R., & Fitriyani. (2014). Bullying
Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Makalah) Fakultas Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Espelage, D. L., & Holt, M. K. (2014). Bullying Sebelas Maret Surakarta.
and Victimization During Early Adoles-
cence.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014 63


Fellianti Muzdalifah Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Bullying
Hafiz Bimo Afriyanto Pada Mahasiswa di Universitas X

Salmivalli, C. (2010). Bullying and the Peer Sucipto. (2012). Bullying dan Upaya Meminima-
Group: a review. Agress Violent Behavior, lisasikannya. Psikopedagogia, 1(1), 1-12.
15(2), 112-120.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan
Salmivalli, C., & Voeten, M. (2004). Connection Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Between Attitudes, Group Norms and R&D. Bandung: Alfabeta.
Behavior Associated with Bullying in
School. International Journal of Sumintono. B. & Widhiarso. W. (2013). Aplikasi
Behavioral Development, 28, 246-258. Model RASCH Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Bandung: Trim Komunikata
Sangadji, E. M., & Sopiah. (2010). Metodologi Publishing House.
Penelitian; Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Andi. Tri, E. (2012). Karakteristik Pelaku Bullying.
Bengkulu.
Sartana & Helmi, A. F. (2014). Konsep Diri
Remaja Jawa Saat Bersama Teman. Jurnal
Psikologi, 41(2), 190-204. .

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 3, No. 2, Oktober 2014 64

Anda mungkin juga menyukai