Feeding and Eating Disorders
Feeding and Eating Disorders
01
Anorexia
Nervosa 02 Bulimia
Nervosa
03 Binge-Eating
Disorder
01
Anorexia
Nervosa
Anorexia Nervosa
● Anorexia : tanpa nafsu makan
● Orang dengan anorexia nervosa : jarang kehilangan nafsu makan.
Namun, mereka mungkin menolak untuk makan lebih dari yang
diperlukan untuk menjaga berat badan minimal untuk usia dan
tinggi badan mereka : mereka membuat diri mereka kelaparan.
● Biasanya terjadi pada remaja (mayoritas wanita) antara usia 12 dan
18 tahun.
Karakteristik Gangguan
● Tanda yang paling menonjol : penurunan berat badan yang parah karena
pembatasan asupan kalori.
● Fitur umum lainnya:
➞ Takut (berlebihan) menambah berat badan atau menjadi gemuk; diet
ekstrem dan olahraga berlebihan.
➞ Citra tubuh terdistorsi : menganggap diri mereka terlalu gemuk, meskipun
orang lain menganggap orang itu kurus; menyangkal bahwa mereka
kehilangan terlalu banyak berat badan.
➞ Kegagalan mengenali risiko yang ditimbulkan dengan mempertahankan
berat badan pada tingkat rendah yang tidak normal.
Sub-tipe Anorexia Nervosa
a. Tipe Binge eating / purging
● Misalnya, muntah yang diinduksi sendiri atau penggunaan obat pencahar,
diuretik, atau enema yang berlebihan.
● Cenderung memiliki masalah yang berkaitan dengan kontrol impuls ;
bergantian antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.
● Mungkin melibatkan penyalahgunaan zat.
b. Tipe Restricting
● Tidak binge eating / purging, tetapi membatasi.
● Cenderung kaku, bahkan obsesif, mengontrol diet dan penampilan mereka.
Perbandingan
Penegakan Diagnosis
(DSM V & PPDGJ-III)
DSM V PPDGJ-III
★ Ringan (mild) : BMI > 17kg / m^2 BMI ≤ 17,5 kg / m^2
★ Sedang (moderate): BMI 16-16,99 kg / m^2
★ Berat (severe): BMI 15-15,99 kg / m^2
★ Ekstrim (extreme): BMI < 15 kg / m^2
Kriteria Diagnosis : pembatasan asupan energi, ketakutan Kriteria Diagnosis : mengurangi berat badan dengan
yang intens akan bertambahnya berat badan atau sengaja, berat badan tetap dipertahankan 15 % dibawah
menjadi gemuk, gangguan dalam cara menilai berat yang seharusnya, terdapat distorsi body-image, adanya
badan. gangguan endokrin yang meluas, perkembangan
pubertas dapat tertunda atau tertahan
Dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu; Tidak dibedakan menjadi dua tipe. Kriteria diagnosa lebih
tipe binge-eating & tipe restricting mengarah kepada tipe restricting di DSM V
Adanya amenore dianggap sebagai indikator disfungsi Kriteria diagnosa termasuk; perkembangan pubertas
fisiologis yang tidak dimasukkan ke dalam kriteria utama, tertunda, atau dapat juga tertahan (pada perempuan
tetapi digunakan sebagai pendukung untuk buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore
meningkatkan kepercayaan diagnostik. primer; pada anak laki-laki genitalnya tetap kecil)
Etiologi Gangguan
Anorexia Nervosa dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
★ Perilaku kompensasi yang tidak pantas dan Melawan efek kegemukkan : merangsang muntah
berulang untuk mencegah kenaikan berat oleh diri sendiri, menggunakan pencahar
badan. berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan
★ Makan berlebihan dan perilaku kompensasi seperti penekan nafsu makan, sediaan tiroid atau
yang tidak pantas terjadi setidaknya sekali diuretika.
seminggu selama 3 bulan.
DSM V PPDGJ-III
Evaluasi diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk Gejala psikopatologi : ketakutan berlebihan
dan berat tubuh. akan kegemukkan, mengatur sendiri batasan
yang ketat dari ambang berat badannya,
seringkali ada riwayat episode anoreksia
nervosa sebelumnya.
Gangguan tidak terjadi secara eksklusif Bulimia nervosa harus dibedakan dari
selama episode anoreksia nervosa. gangguan depresif, walaupun penderita
bulimia sering mengalami gejala-gejala
depresi.
Penentuan Berdasarkan:
Remisi Tingkat Keparahan
● Faktor Psikososial
→ Kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap diet yang kaku menjadi awal
dari binge-eating. Binge-eating menyebabkan ketakutan akan bertambahnya
berat badan, yang memicu keinginan untuk memuntahkannya guna
mengurangi berat badan yang bertambah. Selain itu, ketidakpuasan terhadap
tubuh sendiri juga menjadi faktor penting lainya.
● Faktor Emosional
→ Bulimia nervosa seringkali disertai dengan gangguan lain yang dapat
didiagnosis, seperti depresi, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan terkait
zat. Ini menunjukkan bahwa beberapa bentuk pesta makan berlebihan mewakili
upaya untuk mengatasi tekanan emosional.
● Faktor Biologis
→ Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan dalam mekanisme
otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita bulimia,
kemungkinan besar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak. Serotonin
memainkan peran penting dalam pengaturan mood dan nafsu makan, terutama
selera terhadap karbohidrat. Ketidakteraturan dalam kadar serotonin atau cara
penggunaannya di otak dapat menyebabkan episode makan yang berlebihan.
03
Binge-Eating
Disorder
Karakteristik Gangguan
● Makan berlebihan dan kehilangan kendali makan : dikaitkan dengan peningkatan lemak
tubuh, penambahan berat badan, dan peningkatan gejala psikologis.
● Sering terjadi pada sampel remaja dan usia kuliah.
● Binge-eating disorder tampaknya relatif terus-menerus, dan perjalanan penyakitnya
sebanding dengan bulimia nervosa dalam hal keparahan dan durasinya.
● Persilangan dari binge-eating disorder ke gangguan makan lainnya jarang terjadi.
● Makan berlebihan terjadi, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan (rata-rata).
● Makan berlebihan tidak terkait dengan penggunaan perilaku kompensasi yang tidak
tepat seperti pada bulimia nervosa.
Perbandingan
Penegakan Diagnosis
(DSM V & PPDGJ-III)
DSM V PPDGJ-III
Terdapat episode berulang dari binge-eating, ditandai dengan: Dalam PPDGJ tidak menjelaskan secara
1. Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya, dalam khusus mengenai binge-eating disorder.
periode 2 jam), sejumlah makanan yang pasti lebih besar
dari apa yang kebanyakan orang makan dalam periode
waktu yang sama dalam keadaan yang sama.
2. Rasa kurang kontrol atas makan selama episode.
Episode binge-eating disorder dikaitkan dengan beberapa hal Pada bagian gangguan makan, ada
berikut: penjelasan bahwa makan berlebihan
1. Makan lebih cepat dari biasanya.
sebagai reaksi terhadap hal-hal yang
2. Makan sampai kenyang.
3. Makan makanan dalam jumlah besar saat tidak merasa membuat stres (emotionally distressing
lapar secara fisik. events), sehingga menimbulkan
4. Makan sendiri karena merasa malu dengan seberapa
"obesitas reaktif”, terutama pada
banyak seseorang makan.
5. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi, atau sangat individu dengan predisposisi untuk
bersalah sesudahnya. bertambah berat badan.
Penentuan Berdasarkan:
Remisi Tingkat Keparahan