Anda di halaman 1dari 4

1. Apa yang dimaksud dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ?

 Monopoli yaitu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau


atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha.
 Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
 Jadi monopoli persaingan usaha tidak sehat yaitu penguasaan atas produksi
dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha yang menimbulkan persaingan
antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha.

2. Mengapa praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat mengganggu
perekonomian suatu negara?
 Karena Praktek Monopoli atau pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha akan mengakibatkan dikuasaianya produksi dan/atu
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat yang menyebabkan terjadinya persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha yang sehingga dapat merugikan
kepentingan umum.

3. Lembaga apa yang menangani kasus-kasus persaingan usaha tidak sehat di


Indonesia ?
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah ditetapkan sebagai lembaga
yang berwenang melaksanakan pengawasan sekaligus melakukan eksekusi jika terjadi
pelanggaran terhadap undang-undang persaingan usaha ini. Posisi lembaga ini adalah
regulator bukan pemerintah, namun sebagai salah satu lembaga negara yang
independen. Oleh karena itu, pengesahan keanggotaannya harus disetujui DPR dalam
rangka menjaga tingkat independensinya sebaik mungkin. Sebagai lembaga baru dan
terbatas dalam sumberdaya, KPPU menjalankan fungsi kuasi-yudikatif, yang dapat
menerapkan sanksi administratif terhadap badan usaha.
Pendekatan KPPU terhadap praktek-praktek persaingan yang tidak sehat ini
dapat dilihat dari dua jenis rumusan pasal-pasal, yang melihat dua asas pendekatan
yaitu: 1. Asas per se illegal, 2. Asas rule of reason. Kegaiatan bisnis senantiasa
berkembang dengan cepat sehingga kedua asas ini dilihat dengan seksama oleh KPPU
untuk menentukan ada atau tidaknya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat yang dilakukan oleh pelaku usaha.

4. Jelaskan nama dasar hukum/undang-undang yang mengatur kebijakan persaingan


usaha di Indonesia !
 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Undang-Undang tentang Larangan Praktek monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat merupakan usul inisiatif DPR RI sebagai lembaga legislatif
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 21 ayat (1) UUD 1945. Usul inisiatif
DPR RI merupakan tahapan baru dalam era reformasi yang pada dasarnya
bermakna pembaharuan dan perbaikan semua distorsi di berbagi bidang
kehidupan bernegara khususnya bidang ekonomi. Semangat perubahan dan
eforia politik pasca jatuhnya rezim Orde Baru telah membawa semangat
perubahan dalam sejarah ketatanegaraan di Indonesia.
Tujuan pembentukan undang-undang persaingan usaha adalah untuk :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
5. Mengapa BUMN menjadi sebuah entitas lembaga usaha yang boleh memonopoli
penyediaan barang atau jasa di Indonesia ? Jelaskan!
Pasca krisis moneter tahun 1998 dengan dalil stabilitas dan penguatan
ekonomi pemerintah melakukan privatisasi besar-besaran terhadap BUMN, termasuk
juga melakukan demonopolisasi terhadap sektor-sektor utilitas public. Dorongan
privatisasi dan demonopolisasi BUMN berasal dari desakan IMF atas evaluasi kinerja
perusahaan negara yang buruk semasa orde baru dengan kegiatan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan pemerintah. Berbagai peraturan perundang-
undangan juga diterbitkan sebagai dasar penguat pelaksanaan pemulihan
pembangunan ekonomi bangsa yang menjadi salah satu prasyarat dalam Letter of
Intent IMF tertanggal 15 Januari 1998 dan diamandemen tanggal 20 Januari 2000.
Pengaturan mengenai pendirian Perusahaan Negara disempurnakan dengan
diberlakukannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, terminologi Perusahaan Negara diganti dengan istilah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Selain itu bentuk perusahaan yang semula dapat didirikan dalam
tiga bentuk perusahaan, diubah hanya dapat didirikan dalam bentuk perusahaan umum
atau perusahaan perseroan. Arah kebijakan juga mengalami perubahan, dimana
BUMN yang semula memiliki kedudukan monopoli satu persatu didemonopolisasi.
Demonopolisasi BUMN yang dilakukan pemerintah didasarkan atas dasar
desakan globalisasi yang menuntut kesempatan berinvestasi atas dasar implementasi
pasar bebas. Demonopolisasi merupakan usaha penghapusan monopoli, dengan kata
lain suatu keadaan dimana suatu badan usaha diberikan hak untuk melakukan
monopoli dalam kegiatan usaha tertentu, kemudian hak tersebut dicabut melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu kebijakan demonopolisasi
BUMN dilakukan sebagai strategi penyehatan perekonomian Indonesia pasca krisis
moneter tahun 1998.
Demonopolisasi BUMN dilakukan dalam rangka meningkatkan peran BUMN
agar dapat bersaing dan menjalankan usaha secara efisien, efektif, serta transparan.
Orientasi utama adalah membenahi BUMN agar mampu menjadi agent of
development bagi pembangunan bangsa Indonesia. Demonopolisasi terhadap BUMN
yang dilakukan oleh pemerintah apabila dikaitkan dengan Pasal 51 Undang-undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, justru sedikit mengalami perbedaan, Pasal 51 Undang-Undang No.5 Tahun
1999 memberikan dukungan kepada BUMN untuk melakukan monopoli dengan dasar
untuk melindungi cabang-cabang produksi penting dan melindungi hajat hidup rakyat
banyak.
Pemerintah dengan menerbitkan berbagai peraturan yang mendemonopolisasi
BUMN khususnya BUMN yang melakukan aktivitas pelayanan publik, seolah-olah
menegaskan bahwa peran negara dalam melindungi kemaslahatan rakyat banyak
mulai dialihkan kepada swasta yang jelas-jelas lebih berorientasi pada keuntungan
perusahaan dan kemungkinan kecil mentransfernya dalam bentuk pemberian jaminan
kesejahteraan rakyat banyak. Pilihan kebijakan dalam memberikan hak monopoli atau
justru memberlakukan hak demonopolisasi terhadap bidang usaha yang akan
dilakukan oleh BUMN harus diupayakan untuk memberikan jaminan terhadap
keberlanjutan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta jaminan akan
terpenuhinya akan kebutuhan masyarakat banyak.

Anda mungkin juga menyukai