Anda di halaman 1dari 48

PROMOSI KESEHATAN

A. Tinjauan Pustaka
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Pasal 2 Ayat 1, 2, dan 3, Nomor
43, Tahun 2019 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat dengan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu,
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas sebagaimana dimaksud di atas
adalah dalam rangka mewujudkan kecamatan sehat. Kecamatan sehat sebagaimana dimaksud
dilaksanakan untuk mencapai kabupaten/kota sehat. Selain itu, sebagaimana ketentuan dalam Pasal
18 ayat (3) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal menggantikan Peraturan Pemerintah
sebelumnya Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
Pelayanan dasar dalam Standar Pelayanan Minimal merupakan urusan pemerintahan wajib
yang diselenggarakan Pemerintah daerah baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Daerah.
Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis
SPM terdiri atas :
1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan permukiman.
5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarkat.
6. Sosial.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor;
1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Keseharan di Daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran diri, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.1
Visi, misi, dan strategi promosi kesehatan di Indonesia sudah sangat yang jelas sebagai
suatu lembaga atau institusi atau suatu program. Melalui visi dan misi tersebut lembaga atau
program memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, visi promosi kesehatan di
Indonesia tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang terdapat dalam
Undang-Undang Kesehatan RI
No. 36 Tahun 2009, yaitu: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya, sebagai investasi
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.2
Visi dari promosi kesehatan yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang :
1. Mau (willingess) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit.
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu
ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis
tidak statis.2
Sebagaimana disebut dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi kesehatan adalah1,3

1) Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam
penyelanggaraan setiap upaya kesehatan
Pemberdayaan di bagi menjadi tiga yaitu terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang
diselenggarakan sesuai dengan sosial budaya masyarakat setempat.
a. Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan puskesmas
terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan puskesmas. Di samping itu,
individuindividu yang menjadi sasaran kunjungan misal, upaya keperawatan kesehatan masyarakat,
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan perilaku baru kepada individu yang
mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh individu tersebut. Metode yang
digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari dialog, demonstrasi, konseling dan bimbingan.
Demikian pula media komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari lembar
balik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain yang mudah dibawa untuk kunjungan rumah.
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu pengunjung
puskesmas atau keluargakeluarga yang ebrada di wilayah kerja puskesmas.
Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan perilaku baru yang
mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktikan oleh keluarga tersebut. Pemberian
informasi tentang perilaku yang diperkenalkan seperti tersebut diatas perlu dilakukan secara
sistematis agar anggota-anggota keluarga yang dikunjungi oleh petugas puskesmas dapat menerima
dari tahap “tahu” ke “mau” dan jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan keluarga dapat berupa
pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi, konseling dan media
komunikasi seperti lembar balik, leaflet, gambar/foto (poster) atau media lain yang mudah dibawa
saat kunjungan rumah. c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota masyarakat) yang dilakukan oleh
petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu kelompok masyarakat
mengenali masalah-masalah yang menganggu kesehatan sehinggga masalah tersebut menjadi
masalah bersama. Kemudian masalah tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara
bersama. Dari hasil tersebut tentunya masyarakat melakukan upaya-upaya kesehatan tersebut
bersumber dari masyarakat sendiri dengan dukungan dari puskesmas. Peran aktif masyarakat
tersebut diharapkan dalam penanggulangan masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan
dukungan dari puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut diharapkan dalam penanggulangan
masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan dukungan dari puskesmas.

Hal-hal yang harus dilakukan puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat yang berwujud UKBM
antara lain:
• Upaya kesehatan ibu dan anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
• Upaya pengobatan : Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa
• Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
• Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti
Husada, Pos Kesehatan Pesantren.
• Upaya Kesehatan Lingkungan : kelompok pemakai air (Pokmair),

2) Bina Suasana
Upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan
lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan apabila lingkungan
sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian, dll) mendukung. Metode yang tepat
adalah dengan penggunaan media, seperti misalnya pembagian selebaran (leaflet), pemasangan
poster atau penayangan video berkaitan dengan permasalahan di daerah tersebut.

3) Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar
masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya
serta menciptakan lingkungan sehat. Perlu diperhatikan bahwa sasaran advokasi hendaknya
diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan berikut agar dapat dikatakan berhasil
a. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
e. Menyampaikan langkah tindak lanjut

4) Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan.
Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas dengan sasarannya dan pihak
lainnya yang dapat membantu tercapainya tujuan. Tiga prinsip dasar kemtiraan yang harus
diperhatikan dan dipraktikkan adalah
a. Kesetaraan: dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan: diperlukan kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus
disertai dengan itikad yang jujur, sesuai fakta, tidak menutupi sesuatu
c. Saling menguntungkan: solusi yang diajukan hendaknya selalu memberikan keuntungan untuk
semua pihak (puskesmas, masyarakat, dan pihak donatur).

Terdapat tujuh landasan (tujuh saling) yang harus diperhatikan dan dipraktikkan dalam
mengembangkan kemitraan:
a. Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing
b. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
c. Saling berupaya untuk membangun hubungan
d. Saling berupaya untuk mendekati
e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu
f. Saling mendukung upaya masing-masing
g. Saling menghargai upaya masing-masing

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar masyarakat


mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan maslaah-masalah
kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang
berpotensi mengancam, secara mandiri, disamping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan
mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok
atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Hal ini terdiri dari 4 bidang:3
a. Pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan.
• Perilaku mencuci tangan dengan sabun
• Pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat
• Menggunakan air bersih
• Menggunakan jamban sehat
• Pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat
• Memberantas jentik nyamuk
• Tidak merokok di dalam ruangan, dll

b. Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana


• Meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Menimbang balita setiap bulan
• Mengimunisasi lengkap bayi
• Menjadi aksepto keluarga berencana, dll

c. Gizi dan farmasi


• Perilaku makan dengan gizi seimbang
• Minum tablet tambah darah selama hamil  Memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif 
Mengonsumsi garam beryodium, dll.

d. Pemeliharaan kesehatan
• Ikut serta dalam jaminan pemeliharaan kesehatan
• Aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
• Memanfaatkan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, dll.

Dalam praktiknya telah disepakati lima tatanan dalam pelaksanaan PHBS. Akan tetapi,
untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di
tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan 10 indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah
tangga telah mempraktikkan PHBS, dimana kesepuluh indikator tersebut dianggap sudah mewakili
keseluruhan perilaku. Berikut adalah PHBS dalam berbagai tatanan3,4
1. PHBS di Rumah Tangga
Indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yang digunakan Provinsi Jawa tengah ada 16 yang
terdiri berdasarkan poin-poin berikut:
a. KIA dan Gizi
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2) Bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
3) Anggota rumah tangga mengkonsumsi beranekaragam makanan dalam jumlah cukup untuk
mencapai gizi seimbang
4) Penimbangan balita

b. Kesehatan Lingkungan
1) Anggota rumah tangga menggunakan air bersih
2) Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat
3) Anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9m2 per orang
4) Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air 5) Anggota rumah tangga membuang
sampah pada tempatnya

c. Gaya Hidup
1) Anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik/olahraga
2) Anggota rumah tangga tidak merokok
3) Anggota rumah tangga terbiada mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB
4) Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari
5) Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan narkoba

d. Upaya Kesehatan Masyrakat


1) Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)
2) Anggota rumah tangga melakukan PSN minimal seminggu sekali Berdasarkan indikator diatas
starat PHBS pada tatanan rumah tangga dibagi menjadi empat. Strata pratama, apabila nilai
indakator antara 0 s/d 5. Strata madya, apabila nilai indakator antara 6 s/d 10. Strata utama, apabila
nilai indakator antara 11 s/d 15. Strata paripurna, apabila nilai indakator antara 16. Indikator PHBS
pada tatanan rumah tangga berdasarkan rapat Koordinasi Promosi Kesehatan Tingkat Nasional,
tahun 2007 direduksi menjadi 10, antara lain :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberikan bayi ASI eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik nyamuk
h. Mengonsumsi buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

2. PHBS di Institusi Pendidikan


Terdapat 15 indikator PHBS pada tatanan institusi pendidikan, antara lain pada aspek-aspek berikut
:
a. Kesehatan lingkungan
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban sehat
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Warung sekolah sehat
b. Gaya hidup
1) Kebersihan kuku
2) Tidak merokok di lingkungan sekolah
3) Menggosok gigi minimal 2 kali sehari
4) Memakai sepatu
5) Tidak menggunakan NAPZA
6) Berolahraga secara teratur
7) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

c. Upaya kesehatan masyarakat


1) Dana sehat/jaminan pelayanan kesehatan
2) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk
3) Dokter kecil/kader kesehatan Remaja
4) UKS dan Peralatan P3K
Indikator tersebut kemudian dibagi menjadi 4 strata. Strata pratama, apabila nilai indikator antara 0
s/d 6. Strata madya, apabila nilai indikator antara 7 s/d 11. Strata utama, apabila nilai indikator 12
s/d 15.
3. PHBS di Tempat Kerja
Indikator PHBS pada tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll) antara lain;
a. Tidak merokok di tempat kerja
b. Membeli dan mengonsumsi makanan sehat
c. Melakukan olahraga/aktifitas fisik secara teratur
d. Mencuci tangan sengan sabun dan air mengalir
e. Memberantas sarang nyamuk secara rutin
f. Menggunakan air bersih
g. Menggunakan jamban sehat
h. Membuang sampah pada tempatnya
i. Menggunakan alat pelindung diri

4. PHBS di Tempat Umum


Indikator PHBS pada tantanan tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga,
dll)
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Tidak merokok di tempat umum
e. Tidak meludah sembarangan
f. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk

5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Indikator PHBS pada tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit, dll)
antara lain
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban sehat
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Tidak merokok di institusi kesehatan
e. Tidak meludah sembarangan
f. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk

Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan pengelolaan


manajemen program PHBS berupa pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan
pemantauan, dan penilaian. Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan
merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber
daya (dana, sarana dan tenaga).
a. Pengkajian PHBS secara kuantitatif
Dengan pengumpulan data sekunder selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder, data
tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga
Sehat) sehingga semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah selain itu juga
dapat ditentukan prioritas utama. Adapun besar pengambilan sampel PHBS sederhana rekomendasi
WHO:

b. Pengkajian PHBS secara kualitatif


Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif.
Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan,
sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
Desa Siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.5,6
Berdasarkan Depkes tahun 2007 desa yang dimaksud adalah kelurahan atau istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah, yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan negara Kesatuan Republik Indonesia.5,6
Menurut Depkes tahun 2009, konsep desa siaga adalah pembangunan suatu sistem di suatu desa
yang bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan
interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Pengurus desa juga dilibatkan untuk
mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu.5
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Secara khusus tujuan
pengembangan desa siaga berdasarkan Depkes tahun 2006 antara lain:5,6
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan dan sebagainya)
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

Berdasarkan Depkes tahun 2006, suatu desa dikatakan desa siaga apabila memenuhi kriteria
berikut:5
1. Memiliki 1 orang tenaga kebidanan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-kurangnya 2
orang kader desa
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan
perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat (UKBM) yang melaksanakan
kegiatan minimal:
a. Pengamatan epidemioloogis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
serta faktor-faktor risikonya
b. Penanggulangan penyakit menular dan ayng berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi
c. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan
d. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya
Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan lingkungan, dll.

Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat
kriteria.5,6
1. Tahap Bina
Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD) dengan kegiatan antara lain:
sosialisasi, pengenalan kondisi desa, membentuk kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD,
pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi
dan menentukan masalah prioritas yang akan diatasi. Forum masyarakat desa mungkin belum aktif,
tetapi telah ada forum atau lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja
misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, dll.
2. Tahap Tambah
Dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya terdiri dari penentuan prioritas masalah dan
perumusan alternatif pemecahan masalah. Forum masyarakat desa telah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat, selain posyandu, demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya pada tahap madya
3. Tahap Kembang
Merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah
berperan secara aktif dan mampu mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan dengan biaya berbasis
masyarakat
4. Tahap Paripurna.
Kegiatan evaluasi atau penilaian dengan kegiatan berupa pertanggung jawaban. Semua indikator
dalam kriteria siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta
berperilaku hidup bersih dan sehat. Atas dasar kriteria desa dan kelurahan siaga aktif yang telah
ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif,
sehingga dapat dicapai tingkatan-tingkatan atau kategori desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif
sebagai berikut.8
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.9
Tujuan umum posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan sasaran bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu nifas dan ibu menyusi juga pasangan usia subur (PUS). Pengelolaan posyandu adalah unsur
masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu dan
kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu. Kader posyandu adalah
anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
posyandu secara sukarela.9
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/tambahan.
Kegiatan utama terdiri dari beberapa kegiatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang menjadi
sasaran adalah ibu hamil, ibu nifas dan menyusui, bayi dan anak balita. Selain itu, kegiatan
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan pencegahan dan penanggulangan diare. Dalam
keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu apabila cakupan kegiatan utama
sudah diatas 50% dan tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan diambil
berdasarkan Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).9
Pembinaan dan pengawasan posyandu dilakukan secara berjenjang dari pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Bentuk pembinaan dan pengawasan dilakukan
melalui:9
1. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat Provinsi terhadap
pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu.
2. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat kabupaten/kota terhadap pelaksanaan
layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu.
3. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan di tingkat kecamatan terhadap
pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu.
4. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan
layanan kesehatan sosial dasar lainnya di
Posyandu desa/kelurahan, Bupati/Walikota dapat melimpahkan kepada Camat
5. Kepala desa melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan layanan
kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu;
6. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana tersebut diatas dilakukan melalui:
a. Sosialisasi
b. Rapat koordinasi
c. Konsultasi
d. Workshop
e. Lomba
f. Pernghargaan
g. Orientasi dan pelatihan

Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan
untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu,
telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama
Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan
Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat yaitu Posyandu pratama, Posyandu madya,
Posyandu purnama, dan Posyandu mandiri. Berikut adalah indikator perkembangan Posyandu.9
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader Posyandu dengan bimbingan
teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah
kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh
Posyandu, yakni yang mengacu pada sistim 5 langkah. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap
langkah serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut:9
a. Langkah Pertama : Pendaftaran oleh Kader.
b. Langkah Kedua : Penimbangan oleh Kader.
c. Langkah Ketiga : Pengisian KMS oleh Kader.
d. Langkah Keempat : Penyuluhan oleh Kader.
e. Langkah Kelima : Pelayanan Kesehatan oleh Kader atau kader bersama petugas kesehatan.
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu kali dalam sebulan.
Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak pada setiap hari buka
Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas
pada hari buka
Posyandu antara lain sebagai berikut:9
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5 (lima). Sesuai
dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas
hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari
satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu sesuai
dengan kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung
Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta menyusun
rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
Amanat Peraturan Bersama (PB) 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri Nomor
6/X/PB/2014; Nomor 73 Tahun 2014; Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M), pasal 4 dan 5
mengamanatkan bahwa kegiatan pokok UKS/M yaitu penanaman dan pembudayaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).10
Berdasarkan Depkes tahun 2010, UKS adalah bagian dari program kesehatan anak usia sekolah.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya terpadu antara lintas program dan lintas sektor. UKS
dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan pendidikan dan kesehatan secara bersamaan, terencana
dan bertanggung jawab dalam menciptakan, mengembangkan serta melaksanakan kegiatan hidup
bersih dan sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah.11
Ruang lingkup pembinaan UKS/M di sekolah atau madrasah tercermin dalam tiga program pokok
(Trias UKS) meliputi:10
a. Pendidikan kesehatan, untuk meningkatkan pengetahuan perilaku, sikap, dan keterampilan hidup
bersih. Pembudayaan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelayanan kesehatan, yang dimaksudkan adalah immunisasi, screening kesehatan, pemeriksaan dan
perawatan gigi serta mulut, PHBS, tes kebugaran jasmani, pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
pemberian tablet tambah darah, kecacingan, Tanaman Obat Keluarga, kantin sehat, keamanan
makanan jajanan anak sekolah dan gizi, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan
pertolongan pertama pada penyakit (P3P), pemulihan pasca sakit, dan rujukan ke
Puskesmas/Rumah Sakit.
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat, dimaksudkan adalah pelaksanaan 7K (Kebersihan,
Keindahan, Kenyamanan, Ketertiban, Keamanan, Kerindangan, dan Kekeluargaan). Pemeliharaan
lingkungan sehat yaitu bebas dari narkoba, psikotropika, asap rokok, pornografi, kekerasan dan
perundungan (bullying) pada anak, dan sebagainya.
UKS pada setiap jenjang pendidikan memiliki program yang berbeda. Berdasarkan program yang
dilakukan dibagi dalam empat strata yaitu strata minimal, standar, optimal dan paripurna. Pada
jenjang SD/MI dan SMP progran pada strata UKS dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, pondok pesantren
adalah lembaga pendiidkan keagamaan islam yang berbasis masyarakat baik sebagai satuan
pendidikan dan/atau sebagai wadah penyelenggara pendidikan. Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren) merupakan salah satu wujud UKBM yang merupakan upaya fasilitasi, agar warga
pondok pesantren mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan, dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan
setempat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan Poskestren, lebih diutamakan dalam hal
pelayanan promotif (peningkatan kesehatan dan preventif (pencegahan), tanpa mengabaikan aspek
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang dilandasi semangat gotong
royong dengan pembinaan oleh Puskesmas.12
Daftar Pustaka:
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas.
585/MENKES/SK/V/2007 Indonesia; 2007.
2. Susilowati D. Promosi Keseharan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 201
p.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Jakarta, Indonesia; 2011. 97 p.
4. Bupati Klaten. Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Kabupaten Klaten. Nomor 97
Tahun 2019 Indonesia; 2019 p. 17.
5. Pengertian, tujuan, indikator, dan kegiatan Pokok Desa Siaga [Internet]. Kementerian Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018 [cited 2021 Jan 15]. Available
from: https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dankegiatan-pokok-desa-siaga
6. Desa Siaga [Internet]. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat. 2018 [cited 2021 Jan 15]. Available from: https://promkes.kemkes.go.id/desa-siaga
7. Surtimanah T, Dedeh H, Rini A. Buku pedoman Desa Siaga Aktif. Dinas Kesehatan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat; 2011. 13 p.
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan kelurahan Siaga Aktif. 1st
ed. Jakarta: Pusat promosi Kesehatan; 2010. 44 p.
9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.
10. M SN, Suharyanto A. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dsar dan Menengah Kemeterian pendidikan dan kebudayaan; 2019. 108 p.
11. Lina PH. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan
Kuranji Padang. 2012;12.
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan
Pesantren [Internet]. 2013. Available from: http://ngada.org/bn163-2013.htm
10. Humas BNN. Penyuluhan Sadar Narkoba Bagi Pelajar SLTP dan SLTA [Internet]. Badan
Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2008 [cited 2021 Jan 17]. Available from:
https://bnn.go.id/penyuluhansadar-narkoba-bagi-pelajar-sltp-dan-slta/
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Penghitungan Biaya Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 68 p.
B. Analisis Situasi

Upaya promosi kesehatan Puskesmas Salaman 1 pada tahun 2020


1. Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
a. Jumlah rumah tangga yang di survey

Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%)=


41,91%

- Cakupan Bulan Berjalan (%)=

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

b. Jumlah institusi pendidikan yang disurvey

Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =


- Pencapaian 1 tahun (%) =
125,42%

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

2. Tatanan sehat
a. Jumlah Rumah Tangga Sehat yang memenuhi Strata Utama dan Paripurna (11 s/d 16
indikator PHBS)

Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%) =


34,69%

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =


46,87%

- Pencapaian Bulan Berjalan (%) = =

b. Jumlah Institusi pendidikan yang memenuhi strata utama (12 s/d 15 indikator
PHBS)
Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

2. Intervensi/penyuluhan
a. Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga

Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%) =


26,03%

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =


26,03%

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

b. Jumlah intervensi/penyuluhan berkaitan dengan PHBS dalam institusi pendidikan

Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

2. Pengembangan posyandu
a. Jumlah pembinaan posyandu
Indikator Targe Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaia Pencapaian
t tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan n 1 tahun Bulan
Tahun Berjalan (%) Berjalan (%) Berjalan
2020 (%) (%)
Jumlah 100% 73 55 19 26,02% 34,55% 26,02% 34,55%
Pembinaan Posyand Posyand Posyandu
Posyandu u u
Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

b. Jumlah posyandu purnama mandiri (PURI)


Indikator Targe Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian
t tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun Bulan
Tahun Berjalan (%) Berjalan (%) Berjalan
2020 (%) (%)
Jumlah 26% 73 55 19 26,02% 34,55% 100,07% 132,88%
Posyandu Posyandu Posyandu Posyand
Purnama u
Mandiri
(PURI)
Keterangan :

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =


100,07%

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =


34,55 %
X 100 %=132,88 %
26 %

2. Penyuluhan NAPZA
a. Jumlah penyuluhan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)
Indikator Target Sasaran 1 Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaia Pencapaian
Tahun tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan n 1 tahun Bulan
2020 Berjalan (%) Berjalan (%) Berjalan
(%) (%)
Jumlah 25% 17 13 4 23,53% 30,77% 94,12% 123,08%
Penyuluhan Penyuluha penyuluhan penyuluhan
NAPZA n
(Narkotika,
Psikotropika
, dan Zat
Adiktif
Lainnya)
Keterangan:
4
- Cakupan 1 tahun (%) = X 100 %=23,53 %
17

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

2. Pengembangan desa siaga aktif


a. Jumlah pengembangan desa siaga aktif pratama
Indikator Targe Sasaran Sasaran Hasil Cakupan Cakupan Pencapaian Pencapaian
t 1 tahun Bulan Kegiatan 1 tahun Bulan 1 tahun Bulan
Tahun Berjalan (%) Berjalan (%) Berjalan
2020 (%) (%)
Jumlah 80% 9 desa 7 desa 81 desa 900% 1157,14 1125% 1446,43%
Pengembangan %
Desa Siaga
Aktif Pratama
Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =


81
X 100 %=1157,14 %
7

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =


1157,14 %
X 100 %=1446,43 %
80 %

b. Jumlah pengembangan desa siaga aktif purnama dan mandiri

Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =


900%

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =


2. Pengembangan dan pembinaan UKS
a. Jumlah Sekolah Dasar (SD/MI) dan SMP yang memenuhi kriteria UKS strata Optimal
dan Paripurna

Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =


46,15%

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =


384,58%

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =


62,07 %
X 100 %=517,25%
12 %

2. Program pengembangan UKM lainnya


a. Jumlah pembinaan kesehatan di pondok pesantren
Keterangan:

- Cakupan 1 tahun (%) =

- Cakupan Bulan Berjalan (%) =

- Pencapaian 1 tahun (%) =

- Pencapaian bulan berjalan (%) = =

C. Pembahasan

Berdasarkan data SPM Puskesmas Salaman I Bulan September tahun 2020, target sasaran
SPM sebanyak 14.421 RT (100%) untuk dilakukan survei untuk pengkajian PHBS. Pada bulan
berjalan tahun tersebut, sebesar 6044 RT (41,91%) yang memenuhi cakupan program 1 tahun,
yang artinya cakupan program 1 tahun belum memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut
didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM jumlah rumah tangga yang disurvei di Puskesmas
Salaman I sebesar 55,88%, yang berarti pencapaian belum mencapai 100%. Berdasarkan data
tersebut didapatkan kesalahan dalam peng-inputan pada sasaran 1 tahun dimana tertulis jumlah
sasaran 1 tahun sejumlah 14421 RT, sedangkan jumlah rumah tangga dalam lingkup kerja
Puskesmas Salaman I pada tahun 2020 sebesar 13839 RT. Sehingga dengan menganggap target
100% dengan sasaran 1 tahun seluruh rumah tangga pada lingkup kerja Puskesmas Salaman I,
maka jumlah sasaran 1 tahun 13839 RT dan sasaran bulan berjalan 10379 RT. Dengan hasil
kegiatan 6044 RT, maka didapatkan cakupan 1 tahun 43,67% dan cakupan bulan berjalan
58,23%. Berdasarkan cakupan dan target tersebut didapatkan pencapaian 1 tahun 43,67% dan
pencapaian bulan berjalan 58,23%, yang artinya pencapaian bulan berjalan belum mencapai
100%.
Target sasaran SPM untuk jumlah institusi pendidikan yang disurvey tentang pengkajian
PHBS sebanyak 46 sekolah (52%). Pada bulan berjalan tahun 2020, sebesar 30 sekolah
(85,71%) yang memenuhi cakupan program, yang artinya cakupan bulan berjalan telah
memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM
jumlah institusi pendidikan yang disurvey di Puskesmas Salaman I sebesar 164,8%, yang berarti
pencapaian sudah dan bahkan melampaui 100%. Pencapaian bulan berjalan melebihi 100%
kemungkinan dikarenakan terdapat kesalahan penentuan target sasaran tahunan, sehingga perlu
dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan sasaran tahunan berdasarkan data.
Manajemen PHBS di puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan yaitu
pengkajian, perencanaan, pemantauan dan penilaian, penggerakan dan pelaksanaan. Pengkajian
dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku PHBS dan sumber daya. Pengkajian
dapat dilakukan dengan survei PHBS oleh petugas promosi kesehatan dan kader kesehatan
dengan melakukan kunjungan rumah. Dengan tujuan untuk dapat memetakan masalah PHBS
yang dapat dilanjutkan dengan rumusan masalah dan rencana pemecahan masalah. Apabila
terjadi hambatan dalam tahap pengkajian maka tahapan selanjutnya tidak dapat dilakukan dan
menimbulkan masalah.
Target tahun 2020 SPM jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi strata utama dan
paripurna yaitu yang memenuhi 11 s/d 16 indikator PHBS sebesar 74% (10671 RT). Pada bulan
berjalan tahun 2020, sebesar 5003 RT (46,25%) yang memenuhi cakupan program, yang artinya
cakupan bulan berjalan belum memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan
pencapaian bulan berjalan 62,5%, yang berarti pencapaian belum mencapai target tahun 2020
yaitu 74%. Berdasarkan data tersebut didapatkan kesalahan dalam peng-inputan pada sasaran 1
tahun dimana tertulis jumlah sasaran 1 tahun sejumlah 14421 RT, sedangkan jumlah rumah
tangga dalam lingkup kerja Puskesmas Salaman I pada tahun 2020 sebesar 13839 RT. Sehingga
dengan menganggap target 74% dengan sasaran seluruh rumah tangga pada lingkup kerja
Puskesmas Salaman I, maka jumlah sasaran 1 tahun 13839 RT dan sasaran bulan berjalan 10379
RT. Dengan hasil kegiatan 5003 RT, maka didapatkan cakupan 1 tahun 36,15% dan cakupan
bulan berjalan 48,2%. Berdasarkan cakupan dan target tersebut didapatkan pencapaian 1 tahun
48,85% dan pencapaian bulan berjalan 65,14%, yang artinya pencapaian bulan berjalan belum
mencapai target tahun 2020 yaitu 74%. Penetapan target pada SPM sesuai dengan target
cakupan PHBS Rumah Tangga yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2014 pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32/Menkes/SK/1/2013, yakni sebesar 70%. Belum tercapainya target cakupan dapat disebabkan
karena belum tercapainya target rumah tangga yang disurvei terkait pengkajian PHBS sehingga
didapatkan hasil cakupan jumlah rumah tangga yang berPHBS dibawah target.
Target tahun 2020 SPM jumlah institusi pendidikan yang memenuhi strata utama yaitu
yang memenuhi 12 s/d 15 indikator PHBS sebesar 62% (29 sekolah). Pada bulan berjalan tahun
2020, sebesar 28 sekolah (80%) yang memenuhi cakupan program, yang artinya cakupan bulan
berjalan sudah memenuhi target. Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan
berjalan 129,03%, yang berarti pencapaian sudah tercapai, bahkan melampaui 100%.
Pencapaian bulan berjalan melebihi 100% kemungkinan dikarenakan terdapat kesalahan
penentuan target sasaran tahunan, sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang untuk
menentukan sasaran tahunan berdasarkan data. Sekolah merupakan institusi pendidikan yang
menjadi target PHBS, sehingga penerapan perilaku tersebut menjadi lebih baik. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya banyak data yang menampilkan bahwa sebagian besar penyakit
yang sering diderita anak usia sekolah (usia 6–10) ternyata berkaitan dengan PHBS. Selain itu,
masih kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan sekolah dapat menyebabkan dampak lain,
yaitu kurang nyamannya suasana belajar akibat lingkungan kelas yang kotor, menurunnya
prestasi dan semangat belajar siswa, serta dapat membuat citra sekolah menjadi buruk.11
Berdasarkan data SPM tahun 2020, target sasaran SPM jumlah intervensi/penyuluhan
dalam rumah tangga sebanyak 73 RT (100%). Pada bulan berjalan tahun tersebut, didapatkan
cakupan sebesar 19 RT (34,55%), yang artinya cakupan bulan berjalan belum memenuhi target.
Berdasarkan cakupan tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM jumlah
intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga sebesar 34,55%, yang berarti belom mencapai target
tahun 2020 yaitu 100%. Belum tercapainya target cakupan dapat disebabkan karena belum
tercapainya target rumah tangga yang disurvei terkait pengkajian PHBS sehingga didapatkan
hasil cakupan jumlah intervensi dan penyuluhan dalam rumah tangga yang masih rendah.
Target SPM Puskesmas Salaman I tahun 2020 pada jumlah intervensi/penyuluhan dalam
institusi pendidikan sebanyak 39 sekolah (85%) dan didapatkan cakupan bulan berjalan sebesar
29 sekolah (82,86%). Berdasarkan cakupan dan target tersebut, didapatkan pencapaian bulan
berjalan sebesar 97,48%, yang menunjukkan sudah mencapai target tahun 2020 yaitu 85%.
Target sasaran SPM untuk jumlah pembinaan posyandu sebesar 100% (73 posyandu). Pada
bulan berjalan tahun 2020, sebanyak 19 posyandu (34,55%) yang memenuhi cakupan program,
yang artinya cakupan bulan berjalan belum memenuhi target. Berdasarkan cakupan dan target
tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan SPM jumlah pembinaan posyandu di Puskesmas
Salaman I sebesar 34,55%, yang berarti pencapaian belum mencapai 100%. Pembinaan
posyandu penting dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan kader dalam
melaksanakan tugasnya dan memberikan motivasi kepada masyarakat agar meningkatkan
kesadaran akan arti penting menjaga kesehatan terutama para ibu hamil dan balita.9
Sebanyak 19 posyandu (26%) menjadi target SPM jumlah posyandu purnama mandiri
(PURI). Cakupan bulan berjalan jumlah posyandu purnama mandiri (PURI) Puskesmas
Salaman 2020 sebesar 34,55%, yang artinya cakupan bulan berjalan sudah memenuhi target.
Berdasarkan cakupan dan target tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan sebesar
132,88%, yang berarti pencapaian sudah melebihi 100%. Posyandu purnama merupakan
posyandu yang memenuhi kriteria frekuensi penimbangan sudah >8 kali/tahun, kader yang
bertugas >5 orang, cakupan program utama >50%, sudah ada kegiatan tambahan berupa dana
sehat <50% KK. Posyandu mandiri adalah posyandu yang memenuhi indikator melakukan
kegiatan secara rutin setiap bulan, kader yang betugas >5 orang, cakupan program utama >50%,
ada program kegiatan tambahan berupa cakupan dana sehat >50%.9
Didapatkan data SPM cakupan bulan berjalan jumlah penyuluhan NAPZA sebanyak 4
penyuluhan (30,77%) yang hasilnya sudah mencapai target yaitu sebesar 4 penyuluhan (25%).
Berdasarkan data tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan jumlah penyuluhan NAPZA
sebanyak 123,08%, yang berarti pencapaian sudah melampaui 100%. Berdasarkan data dari
Badan Narkotika Nasional (BNN), Provinsi Jawa Tengah menduduki rangking 7 dengan data
290 kasus berdasarkan pengungkapan Penyidik Polri bulan Januari-Juni tahun 2008. Hal ini
menunjukkan Jawa Tengah merupakan daerah rawan penyalahguna narkoba Jateng. Tindakan
penyuluhan berfungsi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pelajar untuk
menghindari narkoba.13
Data cakupan bulan berjalan jumlah pengembangan desa siaga aktif pratama sebesar
1157,14% (81 desa), hal ini menunjukkan cakupan sudah mencapai target yaitu 7 desa (80%).
Pencapaian bulan berjalan sebesar 1446,43%, yang menunjukkan capaian melampaui 100%.
Pencapaian bulan berjalan melebihi 100% kemungkinan dikarenakan terdapat kesalahan
penentuan target sasaran tahunan, sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang untuk
menentukan sasaran tahunan berdasarkan data.
Pada pengembangan desa siaga aktif purnama dan mandiri ditetapkan target sebesar 10% (1
desa) dan didapatkan cakupan bulan berjalan sebanyak 9 desa (900%) sehingga pencapaian
bulan berjalan sebesar 9000%, yang berarti melampaui 100%. Penetapan target pada jumlah
desa siaga aktif sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
741/MENKES/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di
Kabupaten dan Kota serta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten
dan Kota menetapkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 80% desa telah menjadi Desa Siaga
Aktif.14
Cakupan bulan berjalan SD/MI dan SMP yang memenuhi kriteria UKS strata optimal dan
paripurna sebesar 62% (18 sekolah). Cakupan ini sudah melampaui target yaitu sebanyak 12%
(5 sekolah). Didapatkan pencapaian bulan berjalan sebesar 517,25% yang artinya sudah
melampaui 100%.
Data SPM target pembinaan kesehatan di pondok pesantren sebesar 3 pondok pesantren,
didapatkan cakupan bulan berjalan sebesar 87,5% (7 pondok pesantren) yang sudah melampaui
target. Berdasarkan data tersebut didapatkan pencapaian bulan berjalan sebesar 273,44%.
Pencapaian bulan berjalan melebihi 100% kemungkinan dikarenakan terdapat kesalahan
penentuan target sasaran tahunan, sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang untuk
menentukan sasaran tahunan berdasarkan data.
D. Masalah

Berdasarkan data tersebut didapatkan masalah sebagai berikut


1. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga yang disurvei
untuk pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga 55,88% belum
mencapai target tahun 2020 yaitu 100%
2. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga sehat yang
memenuhi strata utama dan paripurna (11 s/d 16 indikator PHBS)
62,5% belum mencapai target tahun 2020 yaitu 74%
3. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah intervensi/penyuluhan dalam
rumah tangga 34,55% belum mencapai target tahun 2020 yaitu 100%
4. Pencapaian bulan berjalan dari jumlah pembinaan posyandu 34,55%
belum mencapai target tahun 2020 yaitu 100%
E. Prioritas masalah
a. Besarnya Masalah
Pencapaian Besar Masalah
No. Masalah
(<100%) (100% - %pencapaian)
Jumlah rumah tangga yang disurvey
1. untuk pengkajian PHBS dalam 55,88% 44,12%
tatanan rumah tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang
2. memenuhi strata utama dan paripurna 62,5% 34,8%
(11 s/d 16 indikator PHBS)
Jumlah intervensi/penyuluhan dalam
3. 34,55% 65,45%
rumah tangga
4. Jumlah pembinaan posyandu 82,86% 17,14%
 Rumus Sturgess: K = 1 + 3,3 log n
n=4
K = 1 + 3,3 log 4
= 3 kelas
 Nilai besar masalah:
Interval= (nilai terbesar – nilai terkecil) : jumlah kelas
65,45−17,14
= =16,10
3

Skala Interval Nilai


17,14 – 33,24 1
33,25 – 49,35 2
49,36 – 65,46 3

 Pengelompokkan masalah sesuai kelas interval:

Pencapaian Besar Masalah


No. Masalah Nilai
(<100%) (100% - %pencapaian)
Jumlah rumah tangga yang
1. disurvey untuk pengkajian PHBS 55,88% 44,12% 2
dalam tatanan rumah tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang
memenuhi strata utama dan
2. 62,5% 34,8% 2
paripurna (11 s/d 16 indikator
PHBS)
Jumlah intervensi/penyuluhan
3. 34,55% 65,45% 3
dalam rumah tangga
4. Jumlah pembinaan posyandu 82,86% 17,14% 1
b. Kegawatan Masalah

Asal
No. Masalah U S G Total
c. Masalah
Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk
1. SPM pengkajian PHBS dalam tatanan rumah 2 1 3 6
tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi
2. SPM strata utama dan paripurna (11 s/d 16 2 1 2 5
indikator PHBS)
Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah
3. SPM 3 1 3 7
tangga
4. SPM Jumlah pembinaan posyandu 2 1 2 5

Kemudahan dalam penanggulangan

No. Masalah Nilai

Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk pengkajian PHBS dalam


1. 4
tatanan rumah tangga
Jumlah rumah tangga sehat yang memenuhi strata utama dan paripurna
2. 2
(11 s/d 16 indikator PHBS)
3. Jumlah intervensi/penyuluhan dalam rumah tangga 2
4. Jumlah pembinaan posyandu 2
d. Faktor PEARL

e. No Hasil
Masalah P E A R L
. Kali

No Jumlah rumah tangga yang disurvei untuk


1.. pengkajian PHBSMasalah
dalam tatanan rumah A 1 B 1 C 1 D 1 Nilai 1 Prioritas
1
tangga
Jumlah rumah tangga yang disurvei
Jumlah rumah tangga sehat yang
1. untuk pengkajian PHBS dalam tatanan 2 6 4 1 48 1
2. memenuhi strata utama dan paripurna (11 1 1 1 1 1 1
rumah tangga
s/d 16 indikator PHBS)
Jumlah rumah tangga sehat yang
2.
3. memenuhiintervensi/penyuluhan
Jumlah dalam
strata utama dan paripurna 2 1 5 1 2 1 1 1 20 1 31
rumah tangga
(11 s/d 16 indikator PHBS)
4. Jumlah
Jumlah pembinaan posyandu
intervensi/penyuluhan dalam 1 1 1 1 1 1
3. 3 7 2 1 42 2
rumah tangga
4. Jumlah pembinaan posyandu 1 5 2 1 10 4
Prioritas Masalah

F. Analisis Penyebab Masalah


Prioritas Masalah: Pencapaian bulan berjalan dari jumlah rumah tangga yang
disurvey untuk pengkajian PHBS dalam tatanan rumah tangga 55,88% belum
mencapai 100%
Penyebab dari masalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Input
1. Man
• Belum adanya SDM yang memenuhi standar untuk menjadi
tenaga promosi kesehatan masyarakat dan ilmu perilaku di
Puskesmas Salaman I.
• Kurang optimalnya survei yang dilakukan oleh kader.
2. Money
• Tidak ada data BLUD
3. Method
• Tidak sesuainya jadwal kunjungan rumah untuk survei kader
dengan warga
• Puskesmas tidak bisa langsung merekrut tenaga kerja promkes
dan hanya bisa mengajukan laporan kebutuhan tenaga
kesehatan kepada dinas kesehatan.
4. Material
• Tidak ada data
5. Machine
• Tidak ada masalah
b. Proses
1. P1 (Perencanaan)
• Belum ada koordinasi antara kader dengan warga untuk
memaksimalkan kegiatan survei PHBS dalam tatanan rumah tangga
2. P2 (Pelaksanaan-Penggerakan)
• Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan kurang optimalnya
pelaksanaan kegiatan survey
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)
 Kurang maksimalnya pengawasan terhadap kegiatan survey PHBS
dalam tatanan rumah tangga akibat pandemi COVID-19
Grafik 1. Diagram fishbone
G. Rencana Intervensi Tabel 14.
Rencana intervensi
Program Pemecahan
No Masalah Strategi Kegiatan Tujuan Lokasi Sasaran Pelaksana
Masalah
1. Pencapaian Pemberdayaan Pembentukan dan Mempraktikkan metode survei Seluruh warga Lokasi = Kader
bulan berjalan Tenaga pengembangan PHBS dalam tatanan rumah Puskesmas Salaman I Puskesmas Kesehatan,
dari jumlah Kesehatan metode survei PHBS tangga via form online oleh memahami, mau Salaman I
rumah tangga dalam tatanan rumah kader kesehatan kepada Ketua berpartisipasi, dan Sasaran =
yang disurvey tangga via form RT atau Ketua Ibu PKK, untuk mahir dalam mengisi Masyarakat
untuk online agar tidak kemudian diajarkan kepada survei PHBS secara di ruang
pengkajian terkendala oleh warga agar dapat diterima dan online lingkup
PHBS dalam ketidaksesuaian dipahami oleh warga Puskesmas
tatanan rumah jadwal kunjungan Salaman I
tangga 55,88% rumah dan
belum mengurangi tatap
muka saat survei
mencapai
PHBS kepada warga
100% di era pandemi covid-
19

Anda mungkin juga menyukai