Dilansir dari jurnal How To Survive An Affair yang ditulis oleh Willard F. Harley,
Jr., PhD, beberapa perselingkuhan sebenarnya memberikan pemicu traumatis
yang akhirnya membuat pasangan bisa memenuhi kebutuhan dasar masing-
masing secara lebih baik.
Jika Moms atau Dads berpikir bahwa pasangan layak untuk mendapat
kesempatan kedua, berikut adalah cara memperbaiki hubungan setelah
perselingkuhan.
1. Terima Perasaan
Shock, agitasi, ketakutan, nyeri, depresi, dan kebingungan adalah hal yang
normal. Menurut jurnal Emotional Processes Following Disclosure of an
Extramarital Affair, Dads kemungkinan besar akan merasa seperti berada
di rollercoaster emosional untuk sementara waktu.
Perlu waktu untuk mengatasi rasa sakit karena memiliki pasangan yang tidak
setia. Jangan berharap campuran perasaan dan ketidakpercayaan hilang begitu
saja bahkan jika Dads mencoba memaafkan pasangan dan memperbaiki
pernikahan kita. Pernikahan telah berubah dan sangatlah wajar untuk
mendukakan hubungan yang pernah dimiliki. Kebanyakan butuh waktu bertahun-
tahun untuk meredakan perasaan ini.
Tentu, pria tersebut sudah merusak hubungan pernikahan Dads dan pasangan
dan melewati batas. Tetapi, ancaman atau kekerasan fisik dari Dads malah akan
merugikan diri sendiri dan mungkin membuat kita masuk penjara dan mendorong
istri untuk masuk lebih jauh ke dalam pelukan pria tersebut. Jangan dikira
tidak ada niat mereka melakukan kontak lagi setelah peristiwa perselingkuhan
mereda.
Terlebih lagi istri Dads dan pria lain tersebut telah menurunkan standar mereka
dengan berselingkuh, ini tidak berarti Dads juga harus seperti mereka.
3. Intropeksi dan Mengakui Perselingkuhan
Dads haruslah meyakinkan diri dan pasangan bahwa perselingkuhan itu benar-
benar akan berakhir. Membicarakannya secara terbuka, walaupun menyakitkan
adalah hal terpenting. Karena selamanya setelah peristiwa itu, harus dihindari
beberapa tindakan yang bisa menimbulkan curiga.
Hal ini dilakukan agar pasangan yang diselingkuhi tidak terus terbebani dengan
perasaannya. Tentu saja diperlukan kesabaran yang ekstra untuk terus
memberikan kepercayaan pada pihak yang tersakiti. Itu konsekuensi logis dari
perbuatan menyakitkan yang pernah dilakukan.
Dilansir dari One Love Foundation, salah satu ciri hubungan yang sehat adalah
kejujuran.
Moms dan Dads harus merasa bisa berbagi kebenaran sepenuhnya tentang hidup
dan perasaan satu sama lain dan tidak pernah harus menyembunyikan
sesuatu.
Seperti yang dikutip psikolog dr. Peggy Drexler, penting untuk membahas yang
menjadi akar permasalahan sebenarnya.
Mungkin karena pasangan yang terlalu sibuk sehingga Moms atau Dads merasa
kesepian dalam hubungan saat ini. Atau bisa jadi karena kekurangan kepuasan
seksual dari pasangan. Sehingga mencoba-coba untuk mendapatkannya dari
orang lain yang tidak terduga oleh pasangan.
Apapun masalahnya, cobalah sama-sama mencari solusi dari apa yang menjadi
kesalahan masing-masing. Sehingga ke depannya, Moms dan Dads bisa saling
memahami dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Waktu adalah resep terbaik untuk luka, begitu pula patah hati ketika diselingkuhi
oleh pasangan. Butuh minimal 2 atau 3 tahun agar Moms atau Dads mulai dapat
kembali percaya pada pasangan.
Mencintai diri sendiri bisa dilakukan melalui relaksasi untuk menjaga pikiran agar
tetap positif.
Kalaupun memang harus ada yang diubah, maka perubahan itu sebaiknya
ditujukan bagi diri sendiri.
Moms atau Dads sebaiknya terfokus pada pemulihan diri dari trauma
perselingkuhan.
Ini juga merupakan cara terbaik untuk berdamai dengan keadaan dan belajar
memaafkan kesalahan pasangan sedikit demi sedikit. Mulailah untuk melakukan
hobi lama yang sempat terlupakan untuk menghilangkan stres.
Dikhianati oleh pasangan bisa memicu kemarahan. Dalam keadaan marah, naluri
pertama Dads mungkin menghukum pasangan dengan menjelek-jelekannya
kepada teman-temannya (atau lebih buruk lagi, di media sosial), atau berpikir
untuk berselingkuh demi membalas dendam.
Pikirkan juga sebelum memberi tahu keluarga. Mereka kemungkinan besar akan
memiliki pendapat yang kuat tentang apa yang harus dilakukan, pergi atau tetap
bertahan. Tapi tidak ada orang lain yang benar-benar mengerti apa yang terjadi
dalam pernikahan orang lain. Saat merenungkan bagaimana akan melanjutkan,
yang terbaik adalah merahasiakan detailnya.
Dads mungkin mengalami beberapa reaksi fisik akibat stres seperti mual, diare,
masalah tidur (terlalu sedikit atau terlalu banyak), gemetar, sulit berkonsentrasi,
tidak ingin makan, atau makan berlebihan. Ini mungkin akan terjadi dalam kurun
waktu yang lama. Bahkan bisa mempengaruhi pola hidup menjadi tidak sehat dan
mengundang penyakit.
Setelah berlalu, cobalah yang terbaik untuk makan makanan sehat, tetap pada
jadwal, tidur pada jam-jam yang teratur, berolahraga setiap hari, minum banyak
air, dan, ya, bersenang-senang.
Penting juga untuk menjaga kebutuhan emosional dan fisik kita. Bersandarlah
pada support system kita, bicarakan dengan terapis, tentang apa yang perlu
dilakukan agar emosi tidak menyebabkan penyakit dalam tubuh kita. Jangan
lupakan olahraga secara teratur, tidak ada yang dapat meredakan stres dan
mencegah depresi seperti rutinitas olahraga yang teratur.
Menyalahkan diri sendiri, atau pihak ketiga tidak akan mengubah apa pun dan itu
hanya membuang-buang energi. Meski benar Anda korban, tapi cobalah untuk
tidak berperan sebagai korban, jika bisa membantunya, atau berkubang dalam
mengasihani diri sendiri. Itu hanya akan membuat kita merasa lebih tidak berdaya
dan buruk tentang diri sendiri.
Situasi ini terjadi antara kita dan pasangan dan tidak boleh melibatkan anak.
Sekalipun telah memutuskan untuk mengakhiri pernikahan, berbagi detail tentang
perselingkuhan hanya akan menempatkan anak-anak pada posisi yang tidak
dapat dipertahankan, menyebabkan mereka cemas, membuat mereka merasa
terjebak di tengah, dan dipaksa untuk memihak. Dan sebagian besar anak akan
lebih dekat kepada ibunya, jadi ini akan jadi boomerang bagi Dads. Kalaupun
anak-anak harus tahu bagaimana sebenarnya ibunya, tunggulah sampai mereka
dewasa. Kecuali mereka melihat dengan mata kepala sendiri perbuatan ibunya.
Pastikan bahwa orang tersebut bisa bersikap netral agar nasihat yang diberikan
terbaik bagi kedua pihak dan hubungan.
Moms dan Dads juga bisa menghubungi psikolog untuk meminta solusi dari
permasalahan ini dan membantu menghilangkan trauma dan sindrom stres yang
dialami.
Menutup lembaran lama dan membuka lembaran yang baru adalah cara
mencapai kebahagiaan bersama pasangan. Itu bukan berarti melupakannya.
Berusahalah memberikan perhatian-perhatian lebih dari biasanya kepada
pasangan untuk membangkitkan rasa percayanya. Tunjukkan bentuk cinta
kepada pasangan dengan memberikan kejutan dan hadiah sederhana bagi
mereka. Jangan pasif!. Tapi jangan juga berpura-pura. Kepura-puraan akan
terlihat konyol oleh pasangan.
Tidak semua perselingkuhan harus berujung dengan perpisahan. Jika Moms dan
Dads bisa sama-sama belajar dan menerima kesalahan masing-masing, maka
masalah perselingkuhan ini pasti bisa diatasi.
Perselingkuhan memang merupakan salah satu tantangan yang lebih sulit yang
bisa dihadapi pernikahan, tetapi itu tidak selalu berarti akhir. Saat kita
menjalaninya dari waktu ke waktu, akan menjadi jelas bagaimana dan apa yang
harus dilakukan melangkah maju sehingga fase selanjutnya dalam hidup kita,
bersama-sama atau terpisah, dapat dimulai kembali, dan sangat mungkin untuk
diperbaiki.