Disusun oleh :
NIM : PO714203191001
Kelas : A1
TAHUN 2021
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu , 14 April 2021
A. Dasar Teori
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterokbakteria gram-negatif
berbentuk batang. Morfologi Salmonella typhosa berbentuk batang, tidak berspora
dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan
gram bersifat gram negatif, ukuran 2-4 mikrometer x 0.5 - 0.8 mikrometer dan
bergerak, pada biakan agar darah, koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3
millimeter, bulat, agak cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan hemolisis.
Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41oC (suhu
pertumbuhan optimum 37 oC) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Salmonella sp. yang
hanya menginfeksi manusia, diantaranya S. typhii, S. paratyphi A, S.
paratyphi C. Kelompok ini termasuk agen yang menyebabkan demam tifoid dan
paratifoid, yang menjadi penyebab sebagian besar serangan salmonella. Demam
tifoid merupakan penyakit sistemik yang menjadi masalah kesehatan dunia.
Demam tifoid lebih sering menyerang anak usia 5-15 tahun. Menurut
laporan WHO (2003), insidensi demam tifoid pada anak umur 5-15 tahun di
Indonesia terjadi 180,3/100.000 kasus pertahun dan dengan prevalensi mencapai
61,4/1000 kasus pertahun. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella
thypii (S. typhii). Bakteri ini termasuk kuman Gram negatif yang memiliki flagel,
tidak berspora, motil, berbentuk batang,berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob
dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. (Karsinah,1994)
Uji serologi standar dan rutin untuk diagnosis demam tifoid adalah uji
widal.Uji ini telah digunakan sejak tahun 1896. Uji widal merupakan uji
aglutinasi yang menggunakan suspensi kuman Salmonella typhi dan Salmonella
paratyphi sebagai antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi di dalam serum penderita. Indikasi pemeriksaan
uji widal di pakai untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit demam tifoid
( Handojo, 2004 ).
Prinsip uji widal adalah serum pasien dengan pengenceran berbeda-beda
ditambah antigen dalam jumlah sama. Jika serum terdapat anatibodi maka akan
terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum (Tumbelaka R.A, 2001).
Prinsip dasar Uji Widal Lempeng yaitu 1 tetes serum (Ab) + 1tetes antigen
Aglutinasi.Awalnya uji laboratories ini hanya dipakai untuk uji penyaring dan
amat berguna untuk laboratorium yang memeriksa banyak bahan serum. Bila Uji
Lempeng positif, harus diulang dangan uji tabung. Uji Widal Lempeng impor
lebih mudah dibaca karena menggunakan lateks yang berwarna, namun 2 kali
lebih mahal harganya. Oleh karena antigen yang dipakai untuk uji widal lempeng
impor berasal dari strain atau phagetype di luar daerah endemis (tidak prevalen di
indonesia) maka sensitivitasnya, dan terutama spesifitasnya kurang baik bila
dibandingkan dengan uji Widal lempeng lokal yang menggunakan 5 phage-types
S.typhi yang prevalen di Indonesia sebagai antigen. Cara pengenceran serum yang
dipakai oleh berbagai macam kit uji widal lempeng, baik yang impor maupun
yang local, untuk mendapatkan titer tertentu, berbeda antar kit, namum tercantum
dalam petunjuk pemeriksaan yang terdapat di dalam kit (Handojo, 2004).
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Pra Analitik
Persiapan Praktikan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
a) Jas Laboratorium
b) Masker
c) Handscoon
d) Face Shield
e) Menggunakan Sepatu Laboratorium
Persiapan pasien
Tidak membutuhkan persiapan yang khusus. Jangan lupa
untuk memberikan identitas pada sampel pasien agar tidak tertukar
dengan pasien lain.
Persiapan Sampel
1. Menyiapkan Alat & Bahan : Spoit, tourniquet, kapas alkohol,
alkohol swab, tabung reaksi, pipet tetes dan centrifuge
2. Mengambil darah vena sesuai yang dibutuhkan
3. Memindahkan darah ke dalam tabung melalui dinding tabung
4. Sentrifuge sampel selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm
5. Mengambil serum pada tabung yaitu cairan yang berwarna kuning
bening yang berada di bagian atas eritrosit. Serum bebas dari
darah, lemak, dan kontaminasi. Serum dapat disimpan pada suhu 1-
8⁰C selama 48 jam jika tidak segera dikerjakan.
6. Sampel siap digunakan
Alat :
1. Slide putih lingkaran
2. Mikropipet & Tip
3. Batang pengaduk
4. Tabung reaksi
Bahan :
1. Sampel serum darah atau plasma
2. NaCl 0,9 % (Fisiologis)
3. Kit Reagen :
- Antigen O ( Salmonella thypi )
- Antigen H (Salmonella thypi)
- Antigen AO ( Salmonella parathypi A)
- Antigen AH ( Salmonella parathypi A )
- Antigen BO ( Salmonella parathypi B )
- Antigen BH ( Salmonella parathypi B )
- Antigen CO ( Salmonella parathypi C )
- Antigen CH ( Salmonella parathypi C )
- Positive Control ( Serum pasien > 25 orang positif
demam tifoid )
- Negative Control (Serum pasien > 25 orang negatif
demam tifoid )
2. Analitik
Metode : Slide tes aglutinasi kualitatif
Prinsip Kerja
Antibodi yang terdapat dalam serum akan bereaksi dengan
antigen yang terdapat pada reagen yang selanjutnya akan
membentuk aglutinasi. (antibodi anti salmonella + suspensi antigen
aglutinasi )
Cara Kerja
1.Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.Diteteskan masing – masing 1 tetes (20 ul) serum pada lingkaran
yang terdapat pada slide.
3.Menambahkan 1 tetes dari setiap reagen antigen salmonella pada
lingkaran yang terdapat pada slide. Dan homogenkan
4.Menggoyangkan slide diatas rotator atau secara manual dengan
gerak melingkar selama 1 menit
5.Amati adanya aglutinasi pada masing masing lingkaran tersebut,
hasil positif dilanjutkan ke cara tabung untuk menentukan titernya.
Keterangan :
Negatif (-) = Tidak terjadi aglutinasi
Positif (+) = Terjadi aglutinasi
Keterangan :
Slide 1/20 O & H = Tidak terjadi aglutinasi
Slide 1/40 O & H = Tidak terjadi aglutinasi
Slide 1/80 O & H = Tidak terjadi aglutinasi
Slide 1/ 160 O & H = Tidak terjadi aglutinasi
Slide 1/ 320 O & H = Tidak terjadi aglutinasi
C. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan widal kualitatif menunjukkan hasil negatif pada sampel serum
yang berarti tidak terdapat salmonella antigen O dan H pada Salmonella
typhi dan Salmonella parathypi A,B & C dan hanya control positif yang
terjadi aglutinasi. Sedangkan pada pemeriksaan semi kuantitatif hasil
pemeriksaan widal semi-kuantitatif pada sampel serum dari pengeceran
1/20,1/40,1/80,1/160, dan 1/320 tidak terjadi aglutinasi dan sampel serum
tidak didapatkan titer (jumlah dan keberadaan antibodi dalam darah).
DAFTAR PUSTAKA
Praktikan,
A. Ikah Puspitasari
Pembimbing I Pembimbing II
Pembimbing III