Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS


DI RUANG SERUBI-KRILY RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

HAYYI’ ROSYADA AL KAMILA


201810300511071

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS


DI RUANG SERUNI KRILY RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 4

NAMA: HAYYI’ ROSYADA AL KAMILA


NIM: 201810300511071
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 17-23 MEI 2021 / MINGGU KE-5

Malang, ___________________
Mahasiswa, Pembimbing,

(Hayyi’ Rosyada Al Kamila) (Anis Ika Nur R, M.kep.Sp.Kep.MB)

i
LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : ............................................


NIM : ............................................
TGL PRAKTEK : ............................................
MINGGU KE : ............................................

No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Malang, ______________ 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Nama Mahasiswa) (Nama Pembimbing)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................i
LEMBAR PENILAIAN....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Defisnisi..................................................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................................................4
C. Epidemologi............................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................................5
E. Ptofisiologi..............................................................................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................................6
G. Penatalaksanaan...................................................................................................................7
H. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................................................8
I. Diagnosa Keperwatawatan (SDKI).........................................................................................8
J. Luaran keperawatan (SLKI) dan Intevensi keperawatan (SIKI)............................................8
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................22

iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defisnisi
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses
metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan zat-zat
yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada kerusakan
jaringan ginjalyang progresif dan reversible. (Kamil et al., 2018)

Gagal ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversible. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan
ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang
menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas
sehingga kualitas hidup pasien menurun. (Hariawan et al., 2019)

B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut yaitu :

1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
Glomerulonefritis terbagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun
terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A). Glomerulonefritis
kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Inflamsi ini mungkin
diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit
sistemik lain atau glomerulonefritis akut
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.
Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke
ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus
urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital
yang memicuterjadinya pielonefritis.
3. Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urine, batu
yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam
(kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan (Sloane, 2004).

4
4. Penyakit polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi
yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat
penekanan.
5. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah satu
penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Lebih dari sepertiga
dari semua pasien baru yang masuk dalam program ESRD (End Stage Renal Disease)
menderita gagal ginjal. Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam
berbagai bentuk. Nefropati diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang
terjadi di ginjal pada diabetes mellitus

C. Epidemologi
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik (CKD)

1. Sindroma uremia
Gejala sindroma uremia yaitu :
a. Gastrointestinal, yang ditandai dengan nafsu makan menurun, mual, muntah,
mulut kering, rasa pahit, perdarahan ephitel. Manifestasi uremia pada saluran
pencernaan adalah mual, muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan. Keadaan
anoreksia, mudah lelah, dan penurunan asupan protein menyebabkan malnutrisi
pada penderita. Penurunan asupan protein juga memengaruhi kerapuhan kapiler
dan mengakibatkan penurunan fungsi imun serta kesembuhan luka
b. Kulit kering, mengalami atrofi, dan gatal. Manifestasi sindrom uremia pada kulit
adalah gambaran kulit menyerupai lilin dan berwarna kuning akibat gabungan
antara retensi pigmen urokrom dan pucat karena anemia, pruritus akibat deposit
garam Ca++ atau PTH dengan kadar yang tinggi, perubahan warna rambut, dan
deposit urea yang berwarna keputihan.
c. Pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung,
pericarditis
d. Anemia dan asidosis
e. Pada sistem neurologi yaitu apatis, neuropati perifer, depresi, prekoma.
2. Anemia
Anemia merupakan salah satu gejala komplikasi akibat dari penyakit gagal ginjal
kronik. Mekanisme yang dikemukakan sebagai penyebab anemia pada gagal ginjal
kronis, yaitu: defisiensi eritropoietin (Epo), pemendekan panjang hidup eritrosit,
metabolik toksik yang merupakan inhibitor eritropoesis, dan kecenderungan berdarah
karena trombopati.
3. Hiperkalemi

5
Kelebihan kalium atau hiperkalemia biasanya akibat dari disfungsi ginjal sementara
atau permanen. Kelebihan ini sering terjadi dalam kaitannya dengan gagal ginjal.
Kelebihan ini juga dapat terjadi sementara (dengan fungsi ginjal normal) setelah trauma
jaringan mayor atau setelah tranfusi cepat darah yang disimpan di bank darah
4. Hipokalmia
Hipokalemia adalah konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/1. Dapat terjadi
akibat penurunan asupan dalam diet, peningkatan pengeluaran kalium dari ginjal, usus,
atau lewat keringat, atau perpindahan kalium dari kompartemen ekstrasel ke intrasel.
Pada hypokalemia yang lebih parah, muncul gejala kelemahan, keletihan, mual dan
muntah, dan konstipasi

E. Ptofisiologi

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berhubungan dengan assessment biokimia pasien sebagai

penunjang diagnosis gizi yang akan digunakan, antara lain :

1. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum meningkat.


6
2. Pemeriksaan elektrolit: hyperkalemia, hipokalsemia, hipermagnesemia

3. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid: hiperkolesterolemia, hipertrigliserida,

LDL meningkat

4. Analisis gas darah: asidosis metabolic (pH menurun, HCO3 menurun)

G. Penatalaksanaan
Pada umumnya, pasien CKD tidak perlu dirawat. Indikasi rawat pada pasien CKD adalah
bila terdapat  komplikasi akut dan keadaan gawat darurat. Keadaaan gawat darurat pada
pasien CKD adalah oliguria  (fluid overload), asidosis metabolik, infeksi, anemia,
hiperkalemia, dan ensefalopati uremikum.

1. Oliguria adalah penurunan produksi urin karena adanya gangguan pada diuresis.
Sehingga, pada pasien  CKD dengan oliguria memiliki resiko lebih tinggi terjadi fluid
overload yang dapat menyebabkan pasien menjadi decomp. Untuk mengatasi keadaan
tersebut, pasien perlu diterapi dengan Furosemid injeksi 2 – 6 ampul (100 cc) / 24 jam.
Bila tidak berhasil, dapat diberikan Furosemid drip 10 – 20 ampul (100 cc) / 24 jam.
Maksimal Furosemid yang dapat diberikan adalah 20 ampul. Pemberian Furosemid
injeksi lebih dari 20 ampul dapat menyebabkan hiperkalemia dan ototoksik. Bila
masih gagal, pasien harus dilakukan tindakan HD Cito.
2. Asidosis metabolik adalah salah satu gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai
dengan turunnya kadar ion HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di
dalam arteri. Tampilan klinis yang paling khas pada pasien adalah sesak napas dengan
napas kussmaul. Pada pasien CKD dengan asidosis metabolik, keseimbangan asam
basa perlu dikoreksi dengan Bicnat menggunakan rumus 0,3 x BB x SBE. Jumlah
yang perlu dikoreksi kemudian dicampur ke dalam cairan Dextrose 5%, dan
seluruhnya di drip dalam 24 jam. Pada kondisi pasien dengan DM cairan untuk
mencampur Bicnat dapat menggunakan cairan NaCl 0,9 % atau Asering. Namun,
garam pada cairan akan bereaksi dan menyebabkan pengendapan. Sehingga, bila tidak
terpaksa, jangan mencampur Bicnat pada NaCl atau Asering. Bila drip Bicnat tidak
berhasil, harus dilakukan tindakan HD Cito.
3. Infeksi yang terjadi pada pasien dengan CKD perlu diterapi menggunakan antibiotik
sesuai dengan kebutuhan. Hindari antibiotik yang nefrotoksik. Untuk beberapa
antibiotik yang di ekskresi di ginjal, penggunaannya perlu di sesuaikan, karena pada
pasien CKD, ekskresi ginjal menurun sehingga perlu menjauhkan jarak minum obat.
Beberapa antibiotik yang penggunaannya tidak perlu disesuaikan kembali adalah
cefoperazon dan ceftriaxon. Kedua obat tersebut ekskresinya terdapat di ginjal dan
hati, sehingga tidak perlu memperjauh jarak minum obat.

7
4. Anemia pada pasien CKD dapat terjadi karena defisiensi eritropoietin dan defisiensi
besi. Pada pasien CKD dengan anemia perlu dilakukan pemeriksaan SI. Bila SI
normal, pasien dapat diterapi dengan injeksi EPO. Bila SI rendah, pasien perlu diterapi
menggunakan preparat besi. Kondisi anemia berat dapat mengakibatkan takikardi yang
pada akhirnya menyebabkan gagal jantung. Sehingga perlu dilakukan transfusi PRC.
Namun, transfusi PRC pada pasien CKD perlu dilakukan pre medikasi menggunakan
Furosemid injeksi sampai terjadi diuresis lebih dari 1000 cc, agar tidak terjadi fluid
overload.
5. Hiperkalemia  adalah keadaan dimana kalium darah lebih dari 5 mEq/L. Kondisi ini
dapat mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Oleh karena itu, perlu di koreksi
dengan segera. Biasanya pada keadaan asidosis metabolik, bila dilakukan koreksi
kepada asidosis metaboliknya, kondisi hiperkalemia juga akan terkoreksi. Namun, bila
hiperkalemia menetap setelah asidosis metabolik, dapat diterapi dengan Sansulin R 10
U yang dilarutkan kedalam Dextrose 10% di drip 10 tpm. Observasi keadaan pasien,
lakukan pemantauan GDS/6 jam, hati – hati bila pasien menjadi hipoglikemi. Bila
hiperkalemia menetap setelah terapi, perlu dilakukan tindakan HD Cito.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


I. Diagnosa Keperwatawatan (SDKI)
1. Defisit Nutrisi
2. Gangguan Integritas Kulit
3. Risiko penurunan Curah Jantung

J. Luaran keperawatan (SLKI) dan Intevensi keperawatan (SIKI)


Diagnosa Luaran Intervensi
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan Observasi
keperawatan selama 3x8 1. Identifikasi status nutrisi
jam diharapkan 2. Identifikasi makanan
pemenuhan yang disukai
kebutuhan nutrisi pasien 3. Monitor asupan
tercukupi dengan kriteria makanan
hasil: 4. Monitor berat badan
1. intake nutrisi tercukupi Terapeutik
2. asupan makanan dan 5. Lakukan oral hygiene
cairan tercukupi sebelum
makan, jika perlu
6. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi
serat
untuk mencegah
konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi duduk,
jika
mampu
9. Ajarkan diet yang
8
diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli
gizi
untuk menentukan jumlah
kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
11. Kolaborasi pemberian
medikasi
sebelum makan
Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
tindakan Obsevasi
keperawatan selama 3x8 1. Identifikasi penyebab
jam diharapkan integritas gangguan
kulit dapat terjaga dengan integritas kulit (mis.
kriteria hasil: Perubahan
1. Integritas kulit yang baik sirkulasi, perubahan
bisa dipertahankan status nutrisi)
2. Perfusi jaringan baik Terapeutik
3. Mampu melindungi kulit 2. Ubah posisi tiap 2 jam
dan mempertahankan jika tirah
kelembaban kulit baring
3. Lakukan pemijataan
pada area
tulang, jika perlu
4. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
5. Bersihkan perineal
dengan air
hangat
Edukasi
6. Anjurkan menggunakan
pelembab
(mis. Lotion atau serum)
7.Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
8. Anjurkan minum air
yang cukup
9. Anjurkan menghindari
terpapar
suhu ekstrem
Risiki Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
Jantung keperawatan selama 3x8 Observasi:
jam diharapkan 1. Identifikasi tanda dan
penurunan gejala
curah jantung meningkat primer penurunan curah
dengan kriteria hasil: jantung
1. Kekuatan nadi perifer (mis. Dispnea, kelelahan)
meningkat 2. Monitor tekanan darah
2. Tekanan darah 3. Monitor saturasi
membaik oksigen
100-130/60-90 mmHg Terapeutik:
3. Lelah menurun 4. Posisikan semi-fowler
4. Dispnea menurun atau
dengan frekuensi 16-24 fowler
x/menit 5. Berikan terapi oksigen
Edukasi
6. Ajarkan teknik relaksasi
napas
dalam
7. Anjurkan beraktifitas

9
fisik sesuai
toleransi
Kolaborasi
8. kolaborasi pemberian
antiaritmia,
jika perlu

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

10
LEMBAR PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.F DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL


GINJAL KRONIK

DI RUANG SERUNI KRILY RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

NAMA : HAYYI’ ROSYADA AL KAMILA

NIM : 201810300511071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

11
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian: 17 Mei 2021 No.Register :


Jam Pengkajian : 11.00 Tgl MRS : 16 Mei 2021
Ruang/Kelas : Seruni

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. F
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Kuping Gajah No.31 RT.005 RW.004 Kel. Jatimulyo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 52
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kuping Gajah No.31 RT.005 RW.004 Kel. Jatimulyo

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan utama saat MRS
Pasien mengatakan terasa sesak sejak siang, pusing, terasa dingin, perut membesar,
BAK keluar sedikit
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan perut terasa sebah dan tidak bisa buang air kecil.
III. DIAGNOSA MEDIS
Gagal Ginjal Kronis
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit lalu
3. Riwayat kesehatan keluarga
V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
1. Pola Aktivitas Sehari- hari

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola pemenuhan kebutuhan Makan / Minum Makan / Minum


nutrisi dan cairan (Makan Jumlah : 3x 1 hari Jumlah : 3x1
dan
- Nasi : - Nasi :
12
- Lauk : - Lauk :
- Sayur : - Sayur :
- Minum : - Minum/Infus :
Pantangan : - Pantangan :
Kesulitan Makan / Minum : - Kesulitan Makan / Minum :

Usaha Mengatasi kesulitan :- Usaha Mengatasi kesulitan :


Pola Eliminasi BAK : BAK :
BAK : Jumlah, Bau, 1x1 sehari sedikit”. Tidak sama sekali
Warna, Masalah, Cara BAB :
Mengatasi.
2x1 sehari BAB :

Konsistensi, Masalah, Cara 4x sehari sedikit sedikit


Mengatasi.

Pola Istirahat Tidur


- Jumlah/Waktu Siang : jam 13.00 -16.00 ( 3 jam) Tidur 1- 2 jam lalu terbangun lagi.
- Gangguan Tidur Malam : jam 01.00 – 10.00 ( 9 jam )
- Upaya Mengatasi
gangguan tidur
- Apakah mudah terbanguan
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur
lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
Pola Kebersihan Diri (PH)
- Frekuensi mandi Mandi : 2x1 hari Mandi : 1x1
- Frekuensi Mencuci rambut Cuci rambut : 2x1 hari Cuci rambur : 1x 1 hari

- Frekuensi Gosok gigi Gosok gigi : 2x1 hari

- Melakukan mandiri/ Gosok gigi : 2x1 hari Dibantu oleh keluarga


dibantu Mandi sendiri

2. Riwayat Psikologi
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan dirinya jarang bermain dengan teman-temanya. Biasanya di rumah
hanya bermain hp.
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan jarang melakukan ibadah ketika dirumah. Menurut keterangan dari
ibu klien, klien sangat sulit untuk di suruh beribadah.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan tanda-Tanda Vital
3. Pemeriksaan Wajah
13
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + /
- ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / -
), luka( + / - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva dan
sclera perubahanwarna (anemis / an anemis), Warna iris (hitam, hijau, biru),
Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna
Kornea
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan Oksigen………
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah :
Caries ( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah,
Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada/
tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk …Ukuran … Warna …, lesi ( + / - ), nyeri tekan
( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa
membran tympany amati, warna ....., transparansi ......, perdarahan ( + / - ), perforasi
( + / - ).
e. Keluhan lain:

4. Pemeriksaan Kepala dan leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan
(+/- ). Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-), Trepanasi ( + / - ). Palpasi :
Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut (
+ / - ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ), posisi
trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - )
c. Keluhan lain:

5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ?
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes
Biot’s / Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ). PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama
/ tidak sama). Lebih bergetar sisi ............................
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : (
bersih / halus
/ kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
14
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ),
Pectoriloqui ( + / -)
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ),
Wheezing ( + / - ), Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain
…………………….
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : ................
Keluhan lain terkait dengan paru: ……………….

15
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II ) Batas bawah
…....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra) Batas
Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur
(+ / - )
Keluhan lain terkait dengan
jantung : ............................................................

6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan
( + / - ), Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + /
-)

PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan
(keras / lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) .
( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya ............
Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney.
nyeri tekan (
+ / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).

16
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ).
(N = ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra :
penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...................... Scrotum dan
testis :
beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - )
Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
b. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan
( + / - ), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
c. Keluhan lain:
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat kelainan bentuk
tulang belakang, Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, apakah
terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri tekan.
Keluhan lain:
9. Pemeriksaan kulit/integrumen
a. Integument/Kulit

17
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna Kulit, Bila ada luka
bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %, cyanotik ( + / -)
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ), Struktur
(keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada daerah
mana?
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar
(+/-), Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi
( + / - ), Vitiligo/Hipopigmentasi (+/ - ), Tatto (+ /- ), Haemangioma (+/-),
Angioma/toh(+ /-), Spider Naevi (+ /- ), Striae (+ /-)
b.Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), Bau …. rontok (+/-),
warna .......... Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali
dalam…….
d.Keluhan lain:
10. Pemeriksaan Penunjang
A. DARAH LENGKAP
Hemoglobin : 11,5
Hematokrit : 37,9 %
MCHC : 30,3
Neutrofil : 73,0
Limfosit : 20,9
Laju Endap darah : 27
B. KIMIA DARAH
Kreatin : 9,5
Ureum : 193,5

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


- Inj. Ceftriaxone
- Inj. Santagesik

18
- Inj.Furosemid
- HD terjadwal hari selasa.

19
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Ds. ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran
- Dispnea ventilasi-perfusi Gas
- Pusing
Do.
- Takikardi
- Gelisah
- Pola napas abnormal
(cepat)
Ds. kelemahan Intoleransi aktivitas
- Mengeluh Lelah
- Dipsnea saat
beraktivitas
- Merasa lemah
Do.
- Frekuensi jantung
meningkat >20%
dari kondisi istirahat
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
Ds. Penyakit ginjal Risiko
- Klien mengatakan Ketidakseimbangan
tidak bisa BAK Cairan
- Klien mengatakan
perut terasa sebah
Do.
- Distensi abdomen.
Diagnosa Keperawatan sesuai dengan Prioritas

1. Risiko Ketidak seimbangan Cairan d.d. klien mengatakan tidak bisa BAK, perut
terasa sebah, dan distensi abdomen
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perifer d.d dipsnea,
pusing, takikardi, gelisah, dan pola napas cerpat.

20
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d. mengeluh Lelah, dipsnea saat beraktivitas
merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, dan tekanan
darah meningkat >20% dari kondisi istirahat.

21
No Dx Luaran Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Terapi Oksigen
Pertukaran Gas jam, pertukaran gas diharapkan meningkat dengan Observasi
kriteria hasil : - Monitor kecepatan aliran oksigen
1. Dipsnea menurun - Monitor posisi alat terapi oksigen
2. Pusing menurun - Monitor aliran oksigen secara periodic
3. Gelisah menurun dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Takikardi membaik - Monitor efektifitas terapi oksigen
5. Pola napas membaik - Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
- Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaboras

22
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Terapi Aktivitas
jam, toleransi aktivitas diharapkan meningkat dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi deficit tingkat aktivitas
1. Frekuensi nadi meningkat - Identifikasi kemampuan berpartisipasi
2. Keluhan Lelah menurun dalam aktivitas tertentu
3. Dipsnea saat beraktivitas menurun - Monitor respon emosional, fisik, social,
4. Tekanan darah membaik dan spiritual terhadap aktivitas
5. Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Fasilitasi memilih aktifitas sesuai
kemampuasn fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
- Fasilitasi aktivitas motoric untuk
merelaksasi otot
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari hari
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi kesehatan
3 Risiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan
ketidakseimbangan jam, Status Cairan diharapkan membaik dengan Observasi

23
Cairan kriteria hasil : - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
1. Kekuatan nadi meningkat - Monitor frekuensi napas
2. Dipsnea menurun - Monitor tekanan darah
3. Perasaan lemah menurun - Monitor intake dan output cairan
4. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
5. Tekanan darah membaik Terapeutik
6. Intake cairan membaik - Atur interval waktu pemantauan sesuai
7. Suhu tubuh membaik dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.

IMPLEMENTASI

Dx Pukul Implementasi Pukul Evaluasi


Gangguan Pertukaran 18/05/21 - Monitor kecepatan aliran 19/05/2021 S :
Gas 08.30 oksigen 07.30 klien mengatakan msih sesak
- Monitor posisi alat terapi O:
oksigen k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
- Monitor aliran oksigen TD : 140/80 N : 72 RR : 22 S : 36,5
secara periodic dan A:
pastikan fraksi yang Gangguan Pertukaran gas

24
diberikan cukup P:
- Monitor efektifitas terapi Lanjutkan pemberian terapi oksigen
oksigen
- Tetap berikan oksigen
saat pasien di transportasi

19/05/202 - Monitor aliran oksigen 20/05/21 S:


1 secara periodic dan 07.30 Klien mengatakan sudah tidak terasa sesak.
22.30 pastikan fraksi yang O:
diberikan cukup k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
- Monitor efektifitas terapi TD : 110/80 N : 65 : RR : 20 S : 36
oksigen A:
- Tetap berikan oksigen Masalah Teratasi
saat pasien di transportasi P:
Hentikan intervensi
Intoleransi Aktivitas 18/05/21 - Monitor respon 19/05/2021 S :
08.30 emosional, fisik, social, 22.30 Klien mengatakan merasa Lelah untuk
dan spiritual terhadap beraktivitas karena perutnya yang membesar.
aktivitas O:
- Jelaskan metode k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
aktivitas fisik sehari hari TD : 140/80 N : 72 RR : 22 S : 36,5
- Anjurkan melakukan A:

25
aktivitas fisik, social, Masalah tidak teratasi
spiritual, dan kognitif P:
dalam menjaga fungsi Lanjutkan Intervesi
kesehatan
- Monitor respon S:
emosional, fisik, social, Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas seperti
dan spiritual terhadap berjalan kekamar mandi dengan mandiri
aktivitas O:
- Jelaskan metode k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
aktivitas fisik sehari hari TD : 110/80 N : 65 RR : 20 S : 36
- Anjurkan melakukan A:
aktivitas fisik, social, Masalah teratasi
spiritual, dan kognitif P:
dalam menjaga fungsi Hentikan intervensi
kesehatan
Risiko 18/05/21 - Monitor frekuensi dan S:
Ketidakseimbangan 08.30 kekuatan nadi Klien mengatakan BAK keluar sedikit sedikit
cairan - Monitor frekuensi napas dan perut terasa sebah.
- Monitor tekanan darah O:
- Monitor intake dan k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
output cairan TD : 140/80 N : 72 RR : 22 S : 36,5
A:

26
Masalah tidak teratasi
P:
Lanjutkan pemantauan cairan
- Monitor frekuensi dan S:
kekuatan nadi Klien mengatakan masih kesusahan ketika BAK,
- Monitor frekuensi napas tetapi peru sudah kempes.
- Monitor tekanan darah O:
- Monitor intake dan k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
output cairan TD : 110/80 N : 65 RR : 20 S : 36
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Melanjutkan pemantauan Cairan secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai