DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
OLEH :
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 4
Malang, ___________________
Mahasiswa, Pembimbing,
i
LEMBAR PENILAIAN
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................i
LEMBAR PENILAIAN....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Defisnisi..................................................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................................................4
C. Epidemologi............................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................................5
E. Ptofisiologi..............................................................................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................................6
G. Penatalaksanaan...................................................................................................................7
H. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................................................8
I. Diagnosa Keperwatawatan (SDKI).........................................................................................8
J. Luaran keperawatan (SLKI) dan Intevensi keperawatan (SIKI)............................................8
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................22
iii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defisnisi
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses
metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan zat-zat
yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada kerusakan
jaringan ginjalyang progresif dan reversible. (Kamil et al., 2018)
Gagal ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
irreversible. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan
ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang
menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas
sehingga kualitas hidup pasien menurun. (Hariawan et al., 2019)
B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut yaitu :
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.
Glomerulonefritis terbagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut dan
glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun
terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A). Glomerulonefritis
kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Inflamsi ini mungkin
diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit
sistemik lain atau glomerulonefritis akut
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.
Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke
ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus
urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital
yang memicuterjadinya pielonefritis.
3. Batu ginjal
Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama urine, batu
yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam
(kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan (Sloane, 2004).
4
4. Penyakit polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi
yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat
penekanan.
5. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah satu
penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Lebih dari sepertiga
dari semua pasien baru yang masuk dalam program ESRD (End Stage Renal Disease)
menderita gagal ginjal. Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam
berbagai bentuk. Nefropati diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang
terjadi di ginjal pada diabetes mellitus
C. Epidemologi
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik (CKD)
1. Sindroma uremia
Gejala sindroma uremia yaitu :
a. Gastrointestinal, yang ditandai dengan nafsu makan menurun, mual, muntah,
mulut kering, rasa pahit, perdarahan ephitel. Manifestasi uremia pada saluran
pencernaan adalah mual, muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan. Keadaan
anoreksia, mudah lelah, dan penurunan asupan protein menyebabkan malnutrisi
pada penderita. Penurunan asupan protein juga memengaruhi kerapuhan kapiler
dan mengakibatkan penurunan fungsi imun serta kesembuhan luka
b. Kulit kering, mengalami atrofi, dan gatal. Manifestasi sindrom uremia pada kulit
adalah gambaran kulit menyerupai lilin dan berwarna kuning akibat gabungan
antara retensi pigmen urokrom dan pucat karena anemia, pruritus akibat deposit
garam Ca++ atau PTH dengan kadar yang tinggi, perubahan warna rambut, dan
deposit urea yang berwarna keputihan.
c. Pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung,
pericarditis
d. Anemia dan asidosis
e. Pada sistem neurologi yaitu apatis, neuropati perifer, depresi, prekoma.
2. Anemia
Anemia merupakan salah satu gejala komplikasi akibat dari penyakit gagal ginjal
kronik. Mekanisme yang dikemukakan sebagai penyebab anemia pada gagal ginjal
kronis, yaitu: defisiensi eritropoietin (Epo), pemendekan panjang hidup eritrosit,
metabolik toksik yang merupakan inhibitor eritropoesis, dan kecenderungan berdarah
karena trombopati.
3. Hiperkalemi
5
Kelebihan kalium atau hiperkalemia biasanya akibat dari disfungsi ginjal sementara
atau permanen. Kelebihan ini sering terjadi dalam kaitannya dengan gagal ginjal.
Kelebihan ini juga dapat terjadi sementara (dengan fungsi ginjal normal) setelah trauma
jaringan mayor atau setelah tranfusi cepat darah yang disimpan di bank darah
4. Hipokalmia
Hipokalemia adalah konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/1. Dapat terjadi
akibat penurunan asupan dalam diet, peningkatan pengeluaran kalium dari ginjal, usus,
atau lewat keringat, atau perpindahan kalium dari kompartemen ekstrasel ke intrasel.
Pada hypokalemia yang lebih parah, muncul gejala kelemahan, keletihan, mual dan
muntah, dan konstipasi
E. Ptofisiologi
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berhubungan dengan assessment biokimia pasien sebagai
LDL meningkat
G. Penatalaksanaan
Pada umumnya, pasien CKD tidak perlu dirawat. Indikasi rawat pada pasien CKD adalah
bila terdapat komplikasi akut dan keadaan gawat darurat. Keadaaan gawat darurat pada
pasien CKD adalah oliguria (fluid overload), asidosis metabolik, infeksi, anemia,
hiperkalemia, dan ensefalopati uremikum.
1. Oliguria adalah penurunan produksi urin karena adanya gangguan pada diuresis.
Sehingga, pada pasien CKD dengan oliguria memiliki resiko lebih tinggi terjadi fluid
overload yang dapat menyebabkan pasien menjadi decomp. Untuk mengatasi keadaan
tersebut, pasien perlu diterapi dengan Furosemid injeksi 2 – 6 ampul (100 cc) / 24 jam.
Bila tidak berhasil, dapat diberikan Furosemid drip 10 – 20 ampul (100 cc) / 24 jam.
Maksimal Furosemid yang dapat diberikan adalah 20 ampul. Pemberian Furosemid
injeksi lebih dari 20 ampul dapat menyebabkan hiperkalemia dan ototoksik. Bila
masih gagal, pasien harus dilakukan tindakan HD Cito.
2. Asidosis metabolik adalah salah satu gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai
dengan turunnya kadar ion HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di
dalam arteri. Tampilan klinis yang paling khas pada pasien adalah sesak napas dengan
napas kussmaul. Pada pasien CKD dengan asidosis metabolik, keseimbangan asam
basa perlu dikoreksi dengan Bicnat menggunakan rumus 0,3 x BB x SBE. Jumlah
yang perlu dikoreksi kemudian dicampur ke dalam cairan Dextrose 5%, dan
seluruhnya di drip dalam 24 jam. Pada kondisi pasien dengan DM cairan untuk
mencampur Bicnat dapat menggunakan cairan NaCl 0,9 % atau Asering. Namun,
garam pada cairan akan bereaksi dan menyebabkan pengendapan. Sehingga, bila tidak
terpaksa, jangan mencampur Bicnat pada NaCl atau Asering. Bila drip Bicnat tidak
berhasil, harus dilakukan tindakan HD Cito.
3. Infeksi yang terjadi pada pasien dengan CKD perlu diterapi menggunakan antibiotik
sesuai dengan kebutuhan. Hindari antibiotik yang nefrotoksik. Untuk beberapa
antibiotik yang di ekskresi di ginjal, penggunaannya perlu di sesuaikan, karena pada
pasien CKD, ekskresi ginjal menurun sehingga perlu menjauhkan jarak minum obat.
Beberapa antibiotik yang penggunaannya tidak perlu disesuaikan kembali adalah
cefoperazon dan ceftriaxon. Kedua obat tersebut ekskresinya terdapat di ginjal dan
hati, sehingga tidak perlu memperjauh jarak minum obat.
7
4. Anemia pada pasien CKD dapat terjadi karena defisiensi eritropoietin dan defisiensi
besi. Pada pasien CKD dengan anemia perlu dilakukan pemeriksaan SI. Bila SI
normal, pasien dapat diterapi dengan injeksi EPO. Bila SI rendah, pasien perlu diterapi
menggunakan preparat besi. Kondisi anemia berat dapat mengakibatkan takikardi yang
pada akhirnya menyebabkan gagal jantung. Sehingga perlu dilakukan transfusi PRC.
Namun, transfusi PRC pada pasien CKD perlu dilakukan pre medikasi menggunakan
Furosemid injeksi sampai terjadi diuresis lebih dari 1000 cc, agar tidak terjadi fluid
overload.
5. Hiperkalemia adalah keadaan dimana kalium darah lebih dari 5 mEq/L. Kondisi ini
dapat mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Oleh karena itu, perlu di koreksi
dengan segera. Biasanya pada keadaan asidosis metabolik, bila dilakukan koreksi
kepada asidosis metaboliknya, kondisi hiperkalemia juga akan terkoreksi. Namun, bila
hiperkalemia menetap setelah asidosis metabolik, dapat diterapi dengan Sansulin R 10
U yang dilarutkan kedalam Dextrose 10% di drip 10 tpm. Observasi keadaan pasien,
lakukan pemantauan GDS/6 jam, hati – hati bila pasien menjadi hipoglikemi. Bila
hiperkalemia menetap setelah terapi, perlu dilakukan tindakan HD Cito.
9
fisik sesuai
toleransi
Kolaborasi
8. kolaborasi pemberian
antiaritmia,
jika perlu
10
LEMBAR PENGKAJIAN
NIM : 201810300511071
11
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. F
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Kuping Gajah No.31 RT.005 RW.004 Kel. Jatimulyo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 52
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kuping Gajah No.31 RT.005 RW.004 Kel. Jatimulyo
2. Riwayat Psikologi
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan dirinya jarang bermain dengan teman-temanya. Biasanya di rumah
hanya bermain hp.
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan jarang melakukan ibadah ketika dirumah. Menurut keterangan dari
ibu klien, klien sangat sulit untuk di suruh beribadah.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan tanda-Tanda Vital
3. Pemeriksaan Wajah
13
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + /
- ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / -
), luka( + / - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva dan
sclera perubahanwarna (anemis / an anemis), Warna iris (hitam, hijau, biru),
Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna
Kornea
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan Oksigen………
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah :
Caries ( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah,
Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada/
tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk …Ukuran … Warna …, lesi ( + / - ), nyeri tekan
( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa
membran tympany amati, warna ....., transparansi ......, perdarahan ( + / - ), perforasi
( + / - ).
e. Keluhan lain:
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ?
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes
Biot’s / Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ). PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama
/ tidak sama). Lebih bergetar sisi ............................
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : (
bersih / halus
/ kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
14
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ),
Pectoriloqui ( + / -)
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ),
Wheezing ( + / - ), Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain
…………………….
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : ................
Keluhan lain terkait dengan paru: ……………….
15
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II ) Batas bawah
…....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra) Batas
Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur
(+ / - )
Keluhan lain terkait dengan
jantung : ............................................................
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan
( + / - ), Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + /
-)
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan
(keras / lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) .
( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya ............
Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney.
nyeri tekan (
+ / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
16
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ).
(N = ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra :
penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...................... Scrotum dan
testis :
beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - )
Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
b. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan
( + / - ), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
c. Keluhan lain:
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat kelainan bentuk
tulang belakang, Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, apakah
terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri tekan.
Keluhan lain:
9. Pemeriksaan kulit/integrumen
a. Integument/Kulit
17
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna Kulit, Bila ada luka
bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %, cyanotik ( + / -)
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ), Struktur
(keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada daerah
mana?
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar
(+/-), Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi
( + / - ), Vitiligo/Hipopigmentasi (+/ - ), Tatto (+ /- ), Haemangioma (+/-),
Angioma/toh(+ /-), Spider Naevi (+ /- ), Striae (+ /-)
b.Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), Bau …. rontok (+/-),
warna .......... Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali
dalam…….
d.Keluhan lain:
10. Pemeriksaan Penunjang
A. DARAH LENGKAP
Hemoglobin : 11,5
Hematokrit : 37,9 %
MCHC : 30,3
Neutrofil : 73,0
Limfosit : 20,9
Laju Endap darah : 27
B. KIMIA DARAH
Kreatin : 9,5
Ureum : 193,5
18
- Inj.Furosemid
- HD terjadwal hari selasa.
19
ANALISA DATA
1. Risiko Ketidak seimbangan Cairan d.d. klien mengatakan tidak bisa BAK, perut
terasa sebah, dan distensi abdomen
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi-perifer d.d dipsnea,
pusing, takikardi, gelisah, dan pola napas cerpat.
20
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d. mengeluh Lelah, dipsnea saat beraktivitas
merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, dan tekanan
darah meningkat >20% dari kondisi istirahat.
21
No Dx Luaran Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Terapi Oksigen
Pertukaran Gas jam, pertukaran gas diharapkan meningkat dengan Observasi
kriteria hasil : - Monitor kecepatan aliran oksigen
1. Dipsnea menurun - Monitor posisi alat terapi oksigen
2. Pusing menurun - Monitor aliran oksigen secara periodic
3. Gelisah menurun dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Takikardi membaik - Monitor efektifitas terapi oksigen
5. Pola napas membaik - Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
- Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaboras
22
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Terapi Aktivitas
jam, toleransi aktivitas diharapkan meningkat dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi deficit tingkat aktivitas
1. Frekuensi nadi meningkat - Identifikasi kemampuan berpartisipasi
2. Keluhan Lelah menurun dalam aktivitas tertentu
3. Dipsnea saat beraktivitas menurun - Monitor respon emosional, fisik, social,
4. Tekanan darah membaik dan spiritual terhadap aktivitas
5. Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Fasilitasi memilih aktifitas sesuai
kemampuasn fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
- Fasilitasi aktivitas motoric untuk
merelaksasi otot
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari hari
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
social, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi kesehatan
3 Risiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan
ketidakseimbangan jam, Status Cairan diharapkan membaik dengan Observasi
23
Cairan kriteria hasil : - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
1. Kekuatan nadi meningkat - Monitor frekuensi napas
2. Dipsnea menurun - Monitor tekanan darah
3. Perasaan lemah menurun - Monitor intake dan output cairan
4. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
5. Tekanan darah membaik Terapeutik
6. Intake cairan membaik - Atur interval waktu pemantauan sesuai
7. Suhu tubuh membaik dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
IMPLEMENTASI
24
diberikan cukup P:
- Monitor efektifitas terapi Lanjutkan pemberian terapi oksigen
oksigen
- Tetap berikan oksigen
saat pasien di transportasi
25
aktivitas fisik, social, Masalah tidak teratasi
spiritual, dan kognitif P:
dalam menjaga fungsi Lanjutkan Intervesi
kesehatan
- Monitor respon S:
emosional, fisik, social, Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas seperti
dan spiritual terhadap berjalan kekamar mandi dengan mandiri
aktivitas O:
- Jelaskan metode k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
aktivitas fisik sehari hari TD : 110/80 N : 65 RR : 20 S : 36
- Anjurkan melakukan A:
aktivitas fisik, social, Masalah teratasi
spiritual, dan kognitif P:
dalam menjaga fungsi Hentikan intervensi
kesehatan
Risiko 18/05/21 - Monitor frekuensi dan S:
Ketidakseimbangan 08.30 kekuatan nadi Klien mengatakan BAK keluar sedikit sedikit
cairan - Monitor frekuensi napas dan perut terasa sebah.
- Monitor tekanan darah O:
- Monitor intake dan k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
output cairan TD : 140/80 N : 72 RR : 22 S : 36,5
A:
26
Masalah tidak teratasi
P:
Lanjutkan pemantauan cairan
- Monitor frekuensi dan S:
kekuatan nadi Klien mengatakan masih kesusahan ketika BAK,
- Monitor frekuensi napas tetapi peru sudah kempes.
- Monitor tekanan darah O:
- Monitor intake dan k/u : cukup, GCS.456, kes. CM
output cairan TD : 110/80 N : 65 RR : 20 S : 36
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Melanjutkan pemantauan Cairan secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
27