Anda di halaman 1dari 4

“RESUME TEORI MEDELINE LEININGER”

A. TEORI MEDELINE LEININGER

1.1 Proses keperawatan Transkultural.


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model) seperti yang terdapat pada gambar:

 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
 Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.
 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
 Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
 Faktor pendidikan (educational factors)
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan
klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya.

1.2 Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya
 Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya Berolah raga setiap pagi.
 Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.
 Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
 Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
 Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan
 Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
B. STUDI KASUS
Ny. Sri (28) dan Ny. Jaenap (29) sedang melakukan pemeriksaan terkait usia
kehamilannya yang sudah mencapai tanggal perkiraan dokter dirumah sakit MEDIKA
UTAMA. Dan datanglah dua perawat yang memeriksa terkait kandungan dari Ny. Sri dan Ny.
Jaenap. Selang beberapa waktu, atas perintah dokter perawat mengabarkan kepada Ny. Sri
untuk menyiapkan diri untuk menjalani proses persalinan secara normal. Tahap awal
melahirkan normal yaitu adannya kontraksi membuat serviks terbuka secara bertahap. Serviks
mulai melentur sehingga dapat terbuka dan melebar sampai 10 cm. Tahap kedua persalinan
berlangsung dari serviks terbuka sampai bayi lahir. Dan berhubung Ny. Jaenap memiliki
panggul yang sempit maka atas perintah dokter persalinan atas nama Ny. Jaenap dilakukan
secara cesar. Maka dilakukan operasi diarea perut kebawah, dan tahap awal dilakukan
pembiusan sehingga operasi cesar dapat dimulai. Melakukan sayatan lapis demi lapis diarea
perut, penyedotan cairan ketuban, mencari posisi kepala bayi, kemudian kepala dan bahu bayi
dikeluarkan. Setelah itu pemotongan tali pusat plasenta. Setelah selesai semua persalinan Ny.
Sri disaran kan oleh neneknya memakai centing/stagen sesuai dengan adat jawa dan Ny.
Jaenap setelah jahitan di perutnya kering juga dipaksa neneknya untuk memakai
centing/stagen. Namun perawat menyarankan kepada keluarga Ny. Sri dan juga keluarga Ny.
Jaenap boleh memakainya asal tidak terlalu ketat.

C. SUSUNAN ANGGOTA KELOMPOK


1. AGUSTINA PURWITASARI : Ny. Sri
2. AISAH CAHYANINGSIH: Nenek dari Ny. Sri
3. AIYSAH NUR FITRIANI : ibu mertua dari Ny. Jaenap
4. ALFIAN PUTRA GEMILANG: suami dari Ny. Jaenap
5. ALISA NUR SABRINA: perawat 1
6. AMANDA PRATIWI : Ny. Jaenap
7. LIGIONA NUGRAHA: suami dari Ny. Sri
8. LINA SARI: nenek dari Ny. Jaenap
9. RR SEPTIYANI PUSPITASARI: ibu mertua dari Ny. Sri
10. WULAN MA’RIFATUS SHOLIKAH: perawat 2

Anda mungkin juga menyukai