Bukti audit Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu, auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analisis dan evaluasi lebih lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik berdasarkan unsur-unsurnya. Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. Kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitandengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan 4 pengambilan keputusanyang saling berkaitan, yaitu: 1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini. a. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uangkas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank. b. Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu duaminggu setelah tanggal neraca. c. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakanoleh klien. 2. Penentuan Besarnya Sampel Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuksetiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audityang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain. 3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harusmemutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. 4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca
Karakteristik Bukti Audits
Ketepatan Bukti Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalammemenuhi tujuan audit atas golongan transaksi saldo- saldo akun dan pengungkapan yangbersangkutan. Apabila bukti dipandang sangat tepat, maka akan sangat membantu auditor dalammendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar Relevansi Bukti Bukti harus relevan dengan tujuan audit yang harus diuji terlebih dahulu oleh auditorsebelum dapat dikatakan sebagai bukti yang tepat. Relavansi menjadi masalah dalam kaitannyadengan tujuan audit. Karena terkadang ada bukti yang relevan dengan suatu tujuan audit dan adajuga yang tidak relevan dengan tujuan lainnya. Reliabilitas Bukti Reliabilitas berkaitan dengan seberapa jauh bukti ini dapat dipercaya. Sama seperti relevansi, apabila tingkat reliabiliasnya tinggi, maka bukti ini akan sangat membantu auditordalam meyakini bahwa laporan keuangan telah di sajikan secara wajar. Reliabilitas tergantung pada apakah bukti telah memenuhi karakteristik – karakteristik berikut: i. Independensi pembuatan bukti ii. Efektivitas pengendalian internal klien iii. Pengetahuan langsung auditor iv. Kualifikasi individu pemberi informasi v. Tingkat objektivitas vi. Ketepatan waktu Kecukupan Bukti Kecukupan ini berkaitan dengan kuantitas atau seberapa banyak bukti audit yang harusdiperoleh. Kuantitas bukti audit ini dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahanpenyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Ada dua factor yang menentukanketepatan ukuran sampel dalam audit yaitu ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian danefektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.