Anda di halaman 1dari 13

Tugas II

Pendidikan Agama Islam

Tiara Putri Dhayni

042062978

Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Terbuka

2020
1. Sejauh manakah Pengaruh keimanan dalam kehidupan manusia?
Sebutkan tanda-tanda orang yang bertaqwa !

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka
tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada
khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7.

b. Iman  menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak


di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di
tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah:

Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu


kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (an-Nisa’ 4: 78).

c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan


manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud).
(Hud, 11: 6).
d. Iman memberikan ketentraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram
(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah:

…(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
(ar-Ra’d, 13: 28).

Seorang yang beriman tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap Qadla dan
Qadar. Dia mengetahui dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa Qadla dan Qadar
Allah telah tertulis di dalam kitab.

Qadar adalah apa yang dapat dijangkau oleh kemauan dan iradah manusia. Allah
telah menciptakan manusia serta dilengkapi dengan nikmat berupa akal dan
perasaan. Melalui akal dan iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam
batas iradah yang dianugerahkan Allah kepadanya. Di luar batas kemampuan
iradah manusia, Qadla dan Qadar Allahlah yang berlaku. Orang-orang yang selalu
hidup dalam lingkungan keimanan, hatinya selalu tenang dan pribadinya selalu
terang dan mantap. Allah memberi ketenangan dalam jiwanya dan ia selalu
mendapat pertolongan dan kemenangan. Inilah nikmat yang dianugerahkan Allah
kepada hambaNya yang mukmin dan anugerah Allah berupa nur Ilahi ini
diberikan kepada siapa yang dikehendakiNya. Orang mukmin mengetahui bahwa
mati adalah satu kepastian. Oleh sebab itu dia tidak takut menghadapi kematian,
bahkan dia menunggu kematian. Hal ini diyakini sepenuhnya selama hayat
dikandung badan. Keberanian selalu mendampingi hati seorang mukmin.

Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami atau menghadapi masalah,


baik materi, kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat
untuk ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau
penyerahan diri yang bulat kepada Allah, serta iman dengan Qadla dan Qadar
dapat meringankan pengaruh tekanan yang berat. Dalam keadaan yang seperti ini,
kalau seorang beriman ditimpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon
rahmat kepada yang memiliki segala rahmat. Dengan demikian ketenangan akan
meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya,
meneguhkan hatinya, serta memberikan kemenangan. (ar-Ra’ad 28, al-Fath 4).

Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati menjadi mantap,
segala krisis dapat dilalui, keseimbangan hormon tetap mantap, dan keserasian
kimiawi tubuh berjalan dengan wajar. Dalam keadaan demikian segala
penderitaan dan tekanan jiwa akan berganti dengan perasaan bahagia dan
ketenangan.

e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah :

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (an-Nahl, 16:
97).

f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen
dengan apa  yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan
hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah:

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (al-An’aam, 6: 162)

g. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung. (al-Baqarah, 2: 5).

h. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Hal itu karena semua gerak dan kegiatan manusia, baik yang dipengaruhi oleh
kemauan seperti makan, minum, berdiri, melihat dan berfikir, maupun yang tidak
dipengaruhi kemauan seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan
darah tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja di
bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon
yang diproduksi oleh kelenjar hipofise, yang terletak di samping bawah otak.
Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofiseditentukan oleh gen (pembawa sifat)
yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam
hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah
laku, dan akhlak manusia.

Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perobahan
fisiologis tubuh (keseimbangan hormon terganggu), seperti takut, marah, putus
asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh
karena itu orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah
terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.

Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.

Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi
tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat
dalam tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan
ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan


hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat
terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang
aman, tentram, damai, dan sejahtera

Tanda-Tanda orang yang bertaqwa : (1) Dermawan, (2) Sabar, (3) Mampu
menahan amarah, (4) Mudah memaafkan, dan (5) Suka shalat malam.
2. Jelaskan fungsi dan peranan Manusia!

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan


adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan
ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya,
baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah


ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.    Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan
pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.    Mengajarkan ilmu (Al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu
Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud
dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3.    Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya
sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi
SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
1.      Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak
mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah
makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko
besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang
terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56 “Dan tidak Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
2.      Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak
ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman
kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau
beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172 “Dan
(ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi
saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini(keesaan Tuhan)”
3.      Khalifah Allah. Sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai
dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk
memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan
sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah
seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-
syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang
beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah
adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho
allah. Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat
mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan
sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT.
Setiap gerak-gerik kehidupan di dunia ini harus senantiasa ada
pertanggungjawaban. Orang yang diberi amanah (mandat) harus
mempertanggungjawabkan amanahnya kepada orang yang memberikan amanah
kepadanya. Seorang karyawan harus mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada
atasannya. Buruh akan mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada majikannya.
Lurah mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Camat, dan Camat
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Bupati, dan seterusnya sampai
kepada Presiden yang harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada rakyat
melalui MPR. Fenomena ini sudah lazim bagi kita di dunia ini. Bahkan, akan tetap
lazim dan up to date bagi kita sampai memasuki alam yang baru nanti, yaitu alam
akhirat. Semua manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatan dan amalnya
kepada Allah SWT besok di hari akhirat karena manusia adalah makhluk ciptaan-
Nya serta menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini.
Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang harus kita
pertanggungjawabkan kepada Allah  SWT kelak di hari kiamat. Nabi saw
bersabda dalam sebuah hadisnya:

"Dari Abu Barazah A-Islami berkata, Rasulullah saw bersabda, "Kedua kakinya
seorang hamba besok di hari kiamat tidak akan terpeleset sehingga dia ditanyai
tentang empat hal:
1.      Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan.
2.      Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan.
3.      Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh.
4.      Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan." (HR Tirmidzi dan
berkata: hadis tersebut Hasan-Sahih
Keempat hal tersebut mari kita rinci dan uraikan satu per satu.
1.    Mengenai Umur
         Allah SWT memberikan umur kepada manusia sesuai dengan kehendak-
Nya, ada yang panjang, ada yang pendek, dan ada yang sedang-sedang saja. Yang
jelas umur yang diberikan kepada manusia itu ada batasnya, dan pada waktunya,
manusia akan diwafatkan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Alquran, "
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya." (Al-A'raaf: 34)
Berkaitan dengan umur ini umat Muhammad adalah umat yang paling
pendek umurnya dibandingkan dengan umat-umat yang terdahulu. Nabi saw
sendiri umurnya hanya 63 tahun, sebuah umur yang relatif pendek bila
dibandingkan dengan para Nabi sebelumnya. Secara umum umat Muhammad
berumur dalam kisaran 60 sampai 70 tahun, sebagaimana yang pernah beliau
tegaskan dalam hadisnya, "Rata-rata umur umatku antara 60 sampai 70 tahun."
Dengan umur sependek itu, pertanyaan yang perlu dikedepankan adalah
untuk apa umur yang begitu singkat itu kita habiskan? Realitas sosial
menunjukkan bahwa kebanyakan manusia selalu menunda-nunda melakukan amal
saleh padahal tidak jarang manusia yang masih muda, bahkan masih kecil, secara
mendadak di wafatkan oleh Allah SWT, Bagaimana menghadap kepada Allah
SWT sedangkan mereka ini dalam keadaan tidak siap mati karena semasa
hidupnya belum membekali dirinya dengan bekal-bekal kehidupan akhirat.
Mereka menunda-nunda di sisa umurnya, tapi di tengah perjalanan ke sana
mereka terlebih dahulu sudah diwafatkan oleh Allah SWT. Kalau memang begini
jadinaya, siapa yang rugi?
           
Oleh karena itu, kita memang harus selalu stand by dan siap dalam
menghadapi yang namanya maut itu. Kapan pun, di mana pun, dan saat apa pun
kita harus siap merespon panggilan yang terakhir dari Allah di dunia ini. Dengan
demikian, bekal taqwa dan ibadah yang selalu menyertai kita di mana pun kita
berada adalah yang terbaik bagi kita.

2.    Mengenai Ilmu
Ciri yang membedakan antara manusia dan binatang adalah adanya akal.
Dengan akal manusia mampu mengakses kebaikan-kebaikan, informasi-informasi,
dan lain-lain. Dengan akal pula manusia mampu menghasilkan ilmu. Berbekal
ilmulah manusia mencari kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan di akhirat.
Semakin banyak ilmunya, semakin dekat pula dia kepada Sang Pencipta (apabila
digunakan sebagaimana mestinya). Rasulullah saw telah bersabda, "Apabila
datang kepadaku suatu hari, di mana pada hari itu aku tidak bisa menambah ilmu,
maka tidak ada keberkahan bagiku pada hari itu."
Dengan ilmu yang dimiliki, manusia diharapkan akan menjadi orang yang
baik dalam semua lini kehidupannya, terutama ilmu agama. Namun, jika ada
orang yang pengetahuan agamanya lebih dari cukup, lalu tindakan kesehariannya
tidak sesuai dengan ilmunya, bahkan bertentangan.

3.      Mengenai Harta Benda


Dalam hal harta benda, ada dua pertanyaan yang akan ditanyakan Allah
kepada kita. Pertama, dari mana harta itu dihasilkan? Kedua, untuk apa harta itu
dibelanjakan? Harta yang ada pada kita itu semata-mata titipan Allah SWT,
karena itu kita harus pandai-pandai memperoleh dan membelanjakannya. Harta
yang kita dapatkan harus melalui jalan dan cara yang halal. Apabila tidak seperti
itu, maka pada hakikatnya hanya menyengsarakan kita. Rasul saw bersabda,
"Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih berhak
untuk memakan (menyiksa) daging itu."
Setelah harta tersebut kita peroleh dari jalan yang halal, maka kita pun wajib
membersihkan (menzakati) harta itu jika sudah mencapai satu nishab. Nishab
harta benda senilai 85 gram emas dan kita keluarkan 2 ½ % nya. Alquran
menjelaskannya, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu mmembersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo'alah untuk mereka.
Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (At-Taubah: 103).

4.      Mengenai Kesehatan dan Kondisi Tubuh


Kebanyakan manusia ketika sehat dan bugar sering lupa akan
kewajibannyan kepada Yang Maha Kuasa dan selalu lupa untuk melakukan hal-
hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Demikian pula ketika terbuka
kesempatan yang luas dihadapannya, yaitu ketika mereka sedang menjadi orang
yang penting, mereka lupa akan hal-hal tersebut. Namun, ketika semuanya itu
sudah sirna di hadapannya, yang sibuk sudah menjadi tidak sibuk, yang pegawai
(karyawan) menjadi pensiun dan yang militer sudah menjadi purnawirawan,
mereka semua ini baru sadar akan pentingnya hal-hal tersebut. Orang-orang
semacam ini masih beruntung karena penundaan mereka masih membuahkan hasil
dan tidak sia-sia. Akan tetapi, alangkah ruginya bagi orang-orang yang suka
menunda-nunda amal saleh, akan tetapi maut segera menjemputnya dengan tiba-
tiba. Alangkah sia-sianya penundaan mereka. Oleh karena itu, Rasul saw
mengingatkan kepada kita dalam sabdanya, "Ada dua kenikmatan, kebanyakan
manusia terlena dengan keduanya (sehingga mereka tidak diberkahi Allah), yaitu
kesehatan dan kesempatan." (HR Al-Bukhari)
Dalam riwayat yang lain Rasul saw pernah memberi nasihat kepada Ibnu
Umar, "… dan (manfaatkanlah) kesehatanmu sebelum datang waktu
sakitkanmu…."
Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar diberi-Nya kekutan untuk
mempersiapkan bekal selama hidup di dunia ini dengan mengabdi kepada-Nya,
sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan keempat hal tersebut di hadapannya
dengan benar dan penuh kemudahan, amin.

3. Sebutkan karakter Masyarakat Madani?

 Karakteristik masyarakat madani menjelaskan bagaimana cara


merealisasikan rencana masyarakat. Berikut karakteristik Masyarakat
Madani :

1. Free Public Sphere (Wilayah Publik yang Bebas), adalah masyarakat


memiliki ruang yang bebas untuk berpendapat, berorganisasi, memilih
agama, besuku.

2. Demokrasi, merupakan karakteristik yang penting bagi masyarakat


madani. Demokrasi adalah tatanan sosial politik masyarakat madani,
mereka dapat menyuarakan  pendapat mereka secara bebas dan aman.

3. Toleransi, merupakan ciri khas dan menjadi komponen penting bagi


masyarakat madani. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan
menghargai satu sama lain antar masyarakat. 

4. Pluralism, merupakan syarat penting masyarakat madani. Pluralism


merupakan sikap mengakui dan menerima kenyataan di masyarat
majemuk dengan nilai positif.

5. Keadilan Sosial (Social Justice), yaitu keseimbangan dalam tatanan


sosial masyarakat yang mencangkup, ekonomi, polotik, dan pengetahuan.
4. Jelaskan Macam-Macam  Hukum Syari’at!

 1. Wajib

Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan


pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang
memiliki hukum wajib adalah shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan,
dan Zakat.

2. Mandud atau Sunnah

Mandud atau sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk
dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau
sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau hukuman.
Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum mandud atau sunnah ialah 
shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu.

3. Mubah

Ada yang mengartikan bahwa mubah adalah suatu perbuatan yang


diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya.
Contoh dari mubah adalah makan, minum, bermain yang sehat dan
sebagainya.

4. Makruh

Perbuatan makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika


meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari
perbuatan makruh ini adalah memakai sutra atau cincin emas bagi laki-
laki.
5. Haram

Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan


mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.
Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah membunuh, mabuk,
judi, dan sebagainya.

5. Apa yang dimaksud Moralitas?jelaskan bahwa moralitas merupakan


suatu ciri khas manusia?

 Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya


dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Moral secara ekplisit adalah
hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.

Moralitas bisa dikatakan sebagai salah satu ciri khas manusia berwujud
kesadaran manusia akan tentang baik dan buruk, tentang yang boleh
dilakukan dan dilarang, serta tentang yang harus dilakukan dan tidak
pantas dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari, pembentukan moralitas
pada diri seseorang biasanya dipengaruhi oleh agama, filsafat, kelompok
sosial, dan hati nurani.

Normatif juga merupakan cabang dari etika yang membuat penilaian


tentang kewajiban dan nilai, berusaha untuk menentukan standar-standar
moral yang tepat, apa yang harus kita ikuti sehingga tindakan kita dapat
dikatakan baik atau benar secara moral.

Jadi apabila disimpulkan, etika membantu kita untuk mengambil


keputusan tentang tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi
tertentu dalam hidup kita sehari-hari. Selain itu etika juga membantu kita
untuk membuat pilihan, pilihan nilai dalam sikap dan perilaku kita dalam
menentukan makna kehidupan.
Referensi :

https://www.kompasiana.com/fahmi15/5e5351b8d541df2b7c0b6282/karakteristik
-masyarakat-madani

http://fajar310.blogspot.com/2017/12/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-
islam.html

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-04

https://www.kompasiana.com/kalimana/5b961171bde5757d4409dc64/bagaimana
kah-ciri-ciri-orang-bertaqwa?page=all

https://www.kompasiana.com/satriopinandhito/552fc9246ea834ce398b466f/kemb
ali-mengingat-etika-dan-moral

Anda mungkin juga menyukai