Anda di halaman 1dari 5

Nama: ALYA ANNISA

Kelas : XI AKL A

Akuntansi pemerintah

Bab 4

1. E. Pemerintahan desa (Hal. 98)


2. C. Pemerintah desa (Hal. 98)
3. E. Keuangan desa (Hal. 98)
4. E. Penerimaan desa (Hal. 99)
5. A. Kepala seksi (Hal. 100)
6. B. Bendahara desa (Hal. 101)
7. D. Harga perolehan
8. A. Realisasi pendapatan
9. E. konsistensi
10. D. Pendapatan desa (Hal. 102)
11. B. Badan usaha milik negara (Hal. 98)
12. C. Peraturan desa
13. D. Alokasi dana desa (Hal. 102)
14. B. Bersifat umum (Hal. 103)
15. A. Belanja desa (Hal. 103)
16. C. Belanja Pegawai ( Karena Kegiatan ini dilakukan perbulan)
17. A. Belanja Barang dan Jasa
18. C. Belanja Desa (Hal.103)
19. A. RKP desa (Hal.98)
20. C. Pendapatan asli daerah (Hal.104)
21. C. Pendapatan desa (Hal.102)
22. E. Peraturan desa (Hal.106)
23. B. Uang muka (Hal.107)
24. B. Pencairan Dana Cadangan (Hal.107)
25. D. Bukti Kas Umum (Hal.108)
26. E. Bukti Kas Bank (Hal. 108)
27. A. Badan Usaha Milik Daerah (Hal.102)
28. A. Sisa Lebih Anggaran
29. E. Penerimaan Desa
30. B. Surplus Anggaran Desa

Essay
1. Ketentuan Jabatan Kepala Desa
Kepala desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan
dan dapat menjabat paling lama 3(tiga) kali masa jabatan secara berturut turut. Dalam
melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan desa, kepala desa menguasakan
sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa. (Hal.100)

2. Ketentuan alokasi dana berdasarkan amanat Undang-undang (UU No. 6 Tahun 2014)
Alokasi dana desa merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% setelah dikurangi dan alokasi
khusus
Dalam proses penganggaran desa, bupati/wali kota menginfokan rencana ADD dalam
jangka waktu 10 hari setelah kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas serta Plafon
Anggaran Sementara (KUA/PPAS) disepakati kepala daerah bersama dewan
perwakilan rakyat daerah. (Hal.103)

3. Ketentuan Belanja Desa (dipergunakan dalam rangka mendanai penyelengaraan


kewenangan desa)
Belanja Desa ditetapkan dalam APB Desa sesuai Pasal 100 PP No. 43 Tahun 2014
dna PP No. 47 Tahun 2015 digunakan dengan Ketentuan, sbb:
a. Minimal 70% (≤70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan ke masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
b. Maximal 30% dari jumlah anggaran belanja digunakan untuk hal
1) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa
2) Operasional pemerintah desa
3) Tunjangan dan opersional Badan Permusyawaratan Desa
4) Intensif RT Dan RW yaitu bantuan kelembagaan yang digunakan
untuk opersional (Hal. 103-104)

4. Asumsi Keseimbangan Entitas/Kesinambungan Entitas artinya Laporan Keuangan


disusun dengan Asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya.
Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuiditas
atas entitas pelaporan dalam jangka pendek. (Hal.12)

5. Informasi dikatakan andal jika dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, disajikan fakta secara jujur,serta dapat
diverifikasi. Dengan ciri sbb :
a. Penyajian Jujur (Informasi memggambarkan dengan jujur transaksi secara
peristiwa lainnya yang harus disajikan)
b. Dapat diverifikasi (Informasi yang disajikan dapat diuji dan hasilnya tidak
beda jauh)
c. Netralis (Informasi diarahkan pada kebutuhan umum) (Hal.13)
6. Prosedur Pelaksanaan Belanja Desa
Setelah APB Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan, program dan kegiatan desa
sebagaimana yang telah direncanakan baru dapat dilaksanakan. Hal ini dikecualikan
untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional dapat dilakukan tanpa
perlu menunggu penetapan APB Desa. Pelaksanaan APB Desa dilakukan sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki oleh desa berdasarkan ketentuan yang berlaku.
(Hal.106-107)

7. Penatausahaan Penerimaan Desa


Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh bendahara Desa dibuatkan bukti
kuitansi tanda terima dan dicatat oleh bendahara Desa pada buku kas umum.
Sementara itu, untuk penerimaan yang bersifat transfer, bendahara Desa akan
mendapat informasi dari bank berupa nota kredit atas dana-dana yang masuk kedalam
rekening kas desa. Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya bendahara Desa melakukan
pencatatan kedalam buku bank. Pencatatan penerimaan, baik kas maupun transfer,
harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada buku kas umum atau buku bank, bendahara Desa juga
membukukan Realisasi Pendapatan ke dalam buku perincian pendapatan. Pencatatan
dalam buku perincian pendapatan berguna untuk mengklasifikasi perincian dari
Realisasi Pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi
APB Desa. Pencatatan seluruh penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan teritib.
(Hal.108)

8. Penataan Belanja Desa


Belanja kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh bendahara Desa dibuatkan
bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh bendahara Desa pada buku kas umum.
Sementara itu untuk belanja yang bersifat transfer langsung ke pihak ketiga,
bendahara Desa melakukan pencatatan kedalam buku Bank (tidak dicatat di BKU
karena BKU untuk transaksi tunai). Pencatatan penerimaan, baik kas maupun transfer,
harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan transaksi pada buku kas umum atau buku bank, bendahara Desa
juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong atau dipungut atas transaksi
belanja yang dilakukan. Atas pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan,
bendahara Desa mencatat dalam buku pajak pada kolom penerimaan. Nilai potongan
atau pemungutan pajak didasarkan pada bukti kuitansi. Ketika bendahara Desa
melakukan penyetoran ke kas negara dengan batasan waktu yang diatur dalam
ketentuan perpajakan melalui formulir SSP, bendahara Desa mencatat dalam buku
pembantu pajak pada kolom pengeluaran. (Hal.108-109)

9. Penatausahaan Pembiayaan Desa


Penatausahaan realisasi pembiayaan, baik penerimaan pembiayaan maupun
pengeluaran pembiayaan, dicatat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan dalam
buku rincian pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi perincian dari realisasi
pembiayaan. Pencatatan ini diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam laporan
realisasi APB Desa. Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan tersebut dilakukan
secara benar dan tertib. (Hal.109)

10. Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa


Bendahara Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa buku pembantu
Panjar dan buku pembantu perincian objek belanja karena telah dilaksanakan oleh
fungsi yang lain. Buku pembantu Panjar secara sederhana telah digantikan dengan
buku pembantu kegiatan yang dikelola pelaksana kegiatan titik buku pembantu
perincian objek belanja yang menggambarkan akumulasi realisasi belanja dapat
dilihat pada dokumen SPP terakhir yang juga didokumentasikan oleh pelaksana
kegiatan. Buku pembantu kas tunai tidak ada karena telah digantikan dengan buku kas
umum. (Hal.109)

Keterampilan
Studi Kasus
1. Setelah APB Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan, program dan kegiatan desa
sebagaimana yang telah direncanakan baru dapat dilasanakan. Hal ini dikecualikan untuk
belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional dapat dilakukan tanpa perlu
menunggu penetapan APB Desa. Pelaksanaa APB Desa dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki oleh desa berdasarkan ketentuan yang berlaku.(hal.106)

2. Kelompok pendapatan asli desa terdiri dari :


1) Hasil Usaha, sumber pendapatan yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari badan
usaha milik desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa,
pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang bantuan dengan tidak
menggunakan alat berat, serta sumber lainnya.
2) Hasil Aset, terdiri dari: pasar desa, dan jaringan irigasi.
3) Swadaya, partisipasi dan gotong royong, di antaranya membangun dengan kekuatan
sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga dan barang yang diniai
dengan uang.
4) Lain-lain pendapatan asli desa, diantaranya hasil pungutan desa.(Hal.102)

3. Pendapatan transfer desa :


1) Dana Desa, yaitu dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara
yang diperuntukan bagi desa, yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran
pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
2) Alokasi dana desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota setelah dikurangi dana alokasi khusus.
3) Bagi hasil pajak dan retribusi
Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan bagian dari pajak dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota kepada desa paling sedikit 10% dari realisasi penerimaan hasil pajak
dan retribusi daerah Kabupaten/Kota. Sesuai ketentuan, KUA dan PPAS paling
lambat disepakati akhir bulan juli.
4) Bantuan Keuangan pemerintah provinsi/kabupaten/kota
Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan
sepenuhnya kepada desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan
tugas pemerintah daerah di desa.(Hal.102-103)
4. a) paling sedikit 70%(<=70%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaran pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
ke masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
b) Paling banyak 30% (<=) dari jumlah anggaran belanja digunakan untuk hal-hal,
sebagai berikut.
1) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa.
2) Operasional pemerintah desa.
3) Tunjangan dan operasional Badan permusyawatan Desa.
4)intsentif Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), yaitu bantuan
kelembagaan yang digunakan untuk operasional RT dan RW.(Hal.104)

5. Dalam menyususun RPJM Desa, Pemerintahdesa wajib menyelenggarakan musyawarah


perencanaan pembangunan Desa (Musrenbangdes) secara pertisipatif yang diikut oleh
pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan unsur masyarakat desa, yang terdiri
atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan/atau tokoh pendidikan. RPJM Desa
ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
pelantikan kepala desa.(hal.104)

6. Proses Penyusunan APD Desa dimulai dengan urutan, sebagai berikut.


a. Pelaksanaan kegiatan menyampaikan usulan anggaran kegiatan kepada sekretaris desa
berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan.

b. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APB Desa (RAPB Desa)
dan menyampaikan kepada kepala desa.

c. Kepala desa, selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa


(BPD) untuk dibahas dan disepakati bersama. Rancangan peraturan desa tentang APB
Desa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara kepala
desa dan BPD.

d. Rancangan peraturan desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama
selanjutnya disampaikan oleh kepala desa bupati/wali kota melalui camat atau sebutan
lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

e. Bupati/wali kota menetapkan hasil evaluasi rancangan APB Desa paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya rancangan peraturan desa tentang APB Desa.

f. Peraturan desa tentang APB Desa paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran
berjalan.

Anda mungkin juga menyukai