Reni Rohayati Hukum Pidana Analisis KUHP RUU-KUHP

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Nama : Reni Rohayati

NPM : 7420120008

Semester : 2A

Analisis pasal :

PASAL KUHP

BUKU KE II KEJAHATAN (BAB I) TENTANG KEJAHATAN TERHADAP


KEAMANAN NEGARA.

Pasal 107

(1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan, diancam


dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(2) Pemimpin dan pengatur makar tersebut ayat 1, diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.

PASAL RUU-KUHP

BUKU KE II KEJAHATAN (BAB I) TENTANG KEJAHATAN TERHADAP


KEAMANAN NEGARA.

Pasal 193

(1) Setiap Orang yang melakukan Makar dengan maksud menggulingkan


pemerintah yang sah dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua
belas) tahun.

(2) Pemimpin atau pengatur Makar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

KOMENTAR :

Saya setuju dengan RUU-KUHP dimana untuk hukuman Makar itu


dikurangi karena Makar itu sendiri makna nya masih multitafsir bagaimana
jika hanya niat saja, apa hukuman nya akan disamakan dengan pelaku
makar yang diartikan sebagai serangan, sedangkan dalam RUU-KUHP pasal
167 “Makar adalah niat untuk melakukan suatu perbutan yang telah
diwujudkan dengan adanya permulaan pelaksanaan perbuatan tersebut,”
dan makna dari makar itu sendiri masih ada yang mengartikan dengan niat
dan perbuatan permulaan pelaksanaan. Dan apabila makar dimaknai
sebagai “serangan” sebagai mana makna makar dalam KUHP adalah
penyerangan dengan maksud hendak membunuh merampas, jadi makna
makar dalam KUHP dan RUU-KUHP itu sudah berbeda dalam KUHP makna
makar lebih berat yaitu “serangan dengan maksud hendak membunuh,
merampas” sedangkan dalam RUU-KUHP dimaknai sebagai “Niat dan
perbuatan permulaan pelaksanaan” jadi bisa dikatakan saya setuju dengan
pengurangan hukuman tindak pidana makar dalam RUU-KUHP.

KETERANGAN :

Harus adanya pengujian oleh badan-badan yang berwenang, pengujian


terhadap pasal-pasal tindak pidana makar agar definisi makar tidak lagi
multitafsir demi terwujudnya kepastian hukum dalam penanganan tindak
pidana makar. Dan jika dikaitkan dengan pasal 7A UUD 1945 tentang
pemberhentian presiden dan wakil presiden jika terbukti melakukan
pelanggaran hukum, tetapi jangan sampai makar dijadikan tameng oleh
para petinggi negeri untuk melakukan pengkhianatan terhadap negeri
sendiri. Bisa saja presiden dan wakil presiden digulingkan dan bukan
merupakan tindak pidana makar jik presiden dan wakil presiden nya
melakukan pelanggaran hukum, seperti korupsi misalnya seperti tercantum
dalam pasal 7A UUD 1945. Jadi Pasal 7A UUD 1945 tentang pemberhentian
presiden dan wakil presiden jika terbukti melakukan pelanggaran hukum
dan pasal 193 ayat (1) dan (2) tentang tindak pidana makar harus bisa
bekerja sama memberantas para pengkhianat dan penjahat di negeri ini
demi mencapai Indonesia yang aman dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai