Menghafal Al Qur’an adalah ibadah jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Juga
bukan untuk mengharapkan pujian di dunia. Bahkan salah satu ciri orang yang berilmu
menurut standar Al Qur’an, adalah mereka yang memiliki hafalan Al Qur’an. Allah
berfirman,
Bahkan, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata, yang ada di dalam dada orang-
orang yang diberi ilmu. (QS. al-Ankabut: 49).
Diceritakan bahwa Ibnu Jarir Ath Thobari berkata, “Aku menghafal Al Qur’an pada usia
7 tahun, aku mulai belajar shalat jama’ah pada usia 8 tahun dan aku mulai menulis
hadits pada usia 9 tahun.”
Dalam sebuah hadist Rasulullah yang disampaikan dari Abdullah bin ‘Amr,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dikatakan kepada orang yang
membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah
sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir
ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914)
“Wahai Saad perbaikilah makananmu, makanlah dari makanan yang baik-baik. Niscaya
kamu akan menjadi orang yang mustajab doanya” (HR Ath-Thabrani).
Ada sebuah kisah lahirnya sahabat masyhur Abdullah bin Mubarok. Ia lahir dari kedua
orang tua yang sholih. Orang tuanya selalu berusaha menghindarkan dirinya dari
syubhat yaitu mubarok. Begitu juga lahirnya Umar Bin Abdul Aziz, kalau kita runtun
silsilah nasabnya maka akan bertemu dengan Ashim bin Umar. Beliau dinikahkan oleh
Umar Bin Khattab dengan seorang gadis yang disuruh Ibunya untuk mencampur susu
dengan air agar mendapat keuntungan lebih. Akan tetapi gadis itu bersikukuh menjaga
hartanya dari syubhat. Ketika ibunya berkata bahwa sesungguhnya Umar tidak melihat
kita, lantas sang gadis menjawab, sungguh Tuhannya Umar melihat kita. Masya Allah
kisah mereka menjadi tolak ukur untuk mendidik anak yang sholih berawal dari menjaga
apa yang masuk kedalam perut orang tuanya.
Teknik lainnya yakni sama seperti saat kita mengajak anak untuk bisa berbicara
mengikuti perintah orang tua. Anak balita lebih mudah menyerap berbagai hal yang ada
di sekitarnya. Terlebih jika hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Jadi
perdengarkanlah lantunan ayat Al Qur’an dimanapun dan kapanpun.
1. Membacakan langsung secara dekat ke arah perut sang ibu. Dibacakan secara
lambat dan diulang sebanyak tiga kali. Lakukan jadwal rutin misalnya dua
kali dalam sehari. Jadikan ini sebagai sekolah bayi Anda yang pertama. Orang
tua harus bekerja sama, baik ayah maupun ibu harus saling mendukung langkah
tersebut.
2. Rajin-rajinlah memperdengarkan lantunan murottal Al Qur’an kepada bayi dalam
kandungan, baik oleh Anda maupun suami, atau juga bisa menggunakan mp3
murottal dari para syaikh. Putar sesering mungkin, terutama pada waktu-
waktu shalat, magrib, hendak tidur dan sebagainya.
3. Berdoalah selalu kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang hafizh. Selain itu
jadilah tauladan yang baik bagi anak. Cara-cara tersebut telah terbukti membuat anak
yang baru lahir menjadi lebih akrab dan mudah menghafal Al Qur’an.
2. Di Atas 2 Tahun
3. Di Atas 4 Tahun
Terimalah saat anak malas untuk menghafal Al Qur’an. Tetaplah memberikan kasih
sayang yang tulus. Di Pesantren Tahfidz Zamzam Syifa Boarding School memiliki para
ustadz dan ustadzah yang berkompeten. Bukan hanya berkompeten di bidang
akademik, tetapi juga bagaimana mendidik anak dengan menyenangkan sehingga
terciptalah keikhlasan anak dalam menghafal Al Qur’an.
8. Konsisten
Orang sukses melakukan sesuatu secara tekun dan konsisten. Kita bisa mencontoh
Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu listrik. Ia mengalami berbagai kegagalan
hampir ratusan kali. Namun dengan konsistensinya, akhirnya ia bisa menciptakan
sebuah bola lampu yang kini telah bisa menerangi seluruh dunia.
Begitupun halnya dalam mendidik anak menjadi penghafal Al Qur’an. Meski ia sudah
merasa bosan ataupun rutinitas kita yang padat, sebaiknya jangan berhenti mendukung
anak. Karena kegagalan hanya ada pada orang yang berhenti mencoba.
ومTتين ال تقTداه حلTى والT ويكس، مسTوء الشTمن قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجا ً من نور ضوؤه مثل ض
بأخذ ولدكما القرآن: بم كسينا هذا ؟ فيقال: لهما الدنيا فيقوالن
Siapa yang menghafal Al Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan
memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti
matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai
dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi
pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah
mengamalkan Al Qur’an.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
ض َع ْن ُهَ ب ْار ِّ س ُحلَّ َة ا ْل َك َرا َم ِة ُث َّم َيقُول ُ َيا َر ُ ب ِزدْ هُ َف ُي ْل َبِّ اج ا ْل َك َرا َم ِة ُث َّم َيقُول ُ َيا َر ُ ب َحلِّ ِه َف ُي ْل َب
َ س َت ِّ َي ِجى ُء ا ْلقُ ْرآنُ َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َف َيقُول ُ َيا َر
س َن ًة ْ ضى َع ْن ُه َف ُي َقال ُ لَ ُه ا ْق َر ْأ َو
َ ارقَ َو ُت َزا ُد بِ ُكل ِّ آ َي ٍة َح َ َف َي ْر
Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia
perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafidz Al Qur’an mahkota kemuliaan. Al Qur’an
meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan
kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu
dikatakan kepada hafidz Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu
pahala dari setiap ayat yang kamu baca. (HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan
shahih).
Orang yang membaca dan menghafal Al Qur’an, dia bersama para malaikat yang
mulia. Sementara orang yang membaca Al Qur’an, dia berusaha menghafalnya, dan itu
menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua pahala. (HR. Bukhari 4937)
Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan agar anak menjadi seorang Hafiz Qur’an.
Lakukanlah secara konsisten, bimbing anak dan jangan lupa belajar juga buat diri
sendiri.