A. PENGERTIAN.
Hepatitis B merupakan peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat
infeksi virus. Manifestasi penyakit ini bervariasi dari akut sampai kronik. Brumberg
merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang disebut sebagai Australia
Antigen pada tahun 1962 dari serum seorang Aborigin Austraslia. Pada tahun 1970 Dane
menemukan virus lengkap yang kemudian dinamakan partikel Dane.
B. ETIOLOGI.
1. Hepatitis virus A.
Disebabkan oleh virus hepatitis A yang terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung.
Berukuran 27 nm dan termasuk enteral virus vikorna yang mirip virus polio
2. Hepatitis virus B
Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang di sebut partikel Dane.
3. Hepatitis C,
Merupakan contoh virus tipe non A dan non B yang ditularkan tertama melalui tranfusi darah
serta produkdarah lainnya.
Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-beda bagi setiap individu,
penderita dapat mengalami salah satu dari beberapa keadaan seperti dibawah ini ;
Tetap sehat.
Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ).
D. PATOFISIOLOGI.
Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi virus dalam hati meningkat, yang
di ikuti oleh penampilan komponen virus dan nekrosis sel hati bersama respons peradangan
yang menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti pada infeksi virus
lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C (nonA dan non B), adalah identik.
Pada kasus klasik, ukuran dan warna hati nampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit
oedem, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terjadi kekacauan
hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan perifer.
Perubahan reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, necrosis sub masif
atau masif dapat mengakibatkan payah hati yang berat dan kematian.
Hepaptitis virus D merupakan hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri
secara langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak bentuk hepatitis
kronik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
F. INTERVENSI MEDIS.
1. Pencegahan
a. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor
darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
b. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang
baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2. Obat-obatan terpilih.
a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
Contoh : -
Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam.
Interveron, hanya diberi pada kasus –kasus agak berat.
Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.
3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa
dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces
berubah menjadi asam.
G. DAFTAR PUSTAKA.
2. Sirkulasi
Tanda : • Bradikardi hiperbilirubinemia berat.
• Ikerik pada sklera, kulit dan membran mukosa
3. Eliminasi.
Gejala : • Urine gelap.
• Diare / konstipasi, faeses berwarna tanah liat.
• Adanya / berulangnya hemodialisa.
5. Neurosensori
Tanda : • Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : • Kram abdomen, nyeri tekan pada kwadran kanan atas.
• Mialgia, artralgia, sakit kepala.
• Gatal-gatan (pruritus)
Tanda : • Otot tegang, gelisah.
7. Pernapasan
Gejala : • Tidak minat / enggan merokok (perokok).
8. Keamanan
Gejala : • Adanya transfusi darah / produk darah.
Tanda : • Demam
• Ultikarya, lesi makulopapular, eritema tak beraturan.
• Eksaserbasi jerawat.
• Angioma jaring-jaring, eritema falmer, ginekomastia.
( kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik)
• Splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
9. Sexualitas
Gejala : • Pola hidup / prilaku meningkatkan resiko terpajan
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Tujuan jangka pendek : Menyatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program
pengobatan individu.
Menunjukan tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas. Tujuan
jangka panjang :
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Rencana intervensi.
1. Tingkatkan tirah baring / duduk, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai
keperluan.
2. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
3. Tingkatkan aktivitas esuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak pasif / aktif.
4. Dorong penggunaan tehnikmanajemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imaginasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat, contoh ; menonton TV, radio dan
membaca.
Rasionalisasi.
1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan, aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki,
yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
2. Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
4. Meningkatkan relaksasi & penghematan energi, memusatkan perhatian & koping.
Tujuan jangka pendek : Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan /
meningkatkan berat badan yang sesuai.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Rencana tindakan.
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering da
tawarkan makan pagi paling besar.
2. Berikan perawatan mulut sebelum makan.
3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
4. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan
lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasionalisasi.
1. Makan banyak sulit untuk mengukur bila pasien anorexia.. anorexia juga paling buruk
selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
2. Menghilangkan rasa tidak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi & pengeluaran empedu &
perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleran masukan normal atau
lebih protein akan membantu regenerasi hati.
Tujuan jangka pendek : Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat dan haluaran urien sesuai.
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi hidrasi yang berulang.
Rencana intervensi.
1. Awasi masukan dan haluaran , bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan
melalui usus, contoh ; muntah dan diare.
2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler (kapiler refill), turgor kulit dan membran
mukosa.
3. Observasi tanda perdarahan, contoh ; hematuri / melena, ekimosis, perdarahan terus-
menerus dari gusi / bekas injeksi.
4. Kolaborasi ; awasi ( observasi ) nilai laboratorium, contoh : HB, Na + dan waktu
pembekuan.
Rasionalisasi.
1. Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek therapy ; catatan : diare dapat
berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin terjadi sebagai masalah yang lebih
serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada traktus GI atau
sebagai hasil penggunaan obat ( neomisin ) laktolosa untuk menurunkan kadar amonia serum
pada adanya ensefalopati hepatik.
2. Indikator volume sirkulasi / perfusi.
3. Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memnjang bila absobsi vitamin k
terganggu pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena pengaruh hati.
4. Menunjukan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar protein yang dapat
menimbulkan pembentukan edema, defisit pada pembekuan potensial berasiko perdarahan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS
5. PENGKAJIAN
I. BIODATA.
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Ahmad Masturi
Umur : 53 th.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia.
Status perkawinan : Kawin.
Alamat : Jl. A. Yani. Gg. H. Abdul Kadir. No 34 Loktabat.
Tgl masuk RS / Pusk : 17-9-2001
Tgl pengkajian : 17-9-2001
Nomor register : 961853
Dignosa medis : Hepatitis B Akut.
Tanggal 15-9-2001 pagi hari saat px bangun tidur, kulit kekuning-kuningan, terutama pada
ekstremitas atas, pada sore hari akhirnya menyebar keseluruh tubuh termasuk daerah mata,
disertai rasa nyeri menusuk pada daerah hepar, akan bertambah sakkit bila px nerjalan /
beraktifitas, dan akan terasa nyaman apabila px beristirahat atau berbaring. Akhirnya pada
tanggal 17-9-2001 jam 08.30 px dibawa berobat ke RSU Banjarbaru.
B. Kulit.
• Kulit tampak ikterik, lesi (-). Tanda peradangan (-). Gejala cianosis (-).
• Turgor kulit baik, cepat kembali < 2 detik.
• Kelembaban kulit baik.
• Terdapat bekas luka ( sikatrik ) pada tangan kanan pasien
C. Kepala.
• Warna rambut hitam pekat, tampak adanya uban pada sebagian rambut.
• Distribusi rambut merata.
• Tidak terdapat adanya benjolan.
• Bentuk kepala mesosepal.
D. Penglihatan.
• Tidak terdapat adanya oedema palpebra.
• Konjungtiva mata tampak ikterik.
• Sklera mata ikterik (+).
• Refleks pupil terhadap cahaya (+).
• Pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
G. Mulut.
• Bentuk bibir simetris atas dan bawah.
• Mukosa bibir kering dan tampak pucat.
• Warna lidah merah bercak keputihan.
• Tidak terdapat adanya pembengkakan gusi.
H. Leher.
• Pulsasi vena jugularis (-).
• Pembesaran kelenjar thyroid (-).
• Tidak ada pembatasan gerak leher.
J. Abdomen.
• Bentuk simetris, ascites (-). Ikterik (+).
• Teraba pembesaran hati didaerah lumbal kanan.
• Nyeri tekan epigastrium (+).
• Bunyi tympani (+), ascites (-).
• Terjadi penurunan bising usus.
K. Sistem reproduksi.
• Jenis kelamin laki-laki.
• Menurut pasien tidak ada gangguan / kelainan pada organ reproduksi.
• Mempunyai anak 4 orang. 2 E dan 2 F.
B. Personal hygiene.
• Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehari.
• Ganti baju 2 x sehari.
• Potong kuku 1 minggu sekali. Sanitasi air bersih dari sumber PDAM
• Selama di RS pasien tidak bisa mandi, hanya diseka saja oleh istri pasien.
C. Nutrisi.
• Pola makan biasanya 3 x sehari, terdiri dari lauk dan pauk.porsi sekali makan bisa sampai 2
piring.
• Minum air putih sampai dengan 1 ½ liter sehari.tidak suka minum kopi.
• Di RS diet px bubur rendah lemak. Tetapi px hanya mampu menghabiskan ½ bagian saja.
• Nutrisi parenteral Ivfd RL 20 tts / mt.
D. Eliminasi.
• Di rumah : Pola BAB 1 x sehari, biasanya pada pagi hari.
Pola BAK 5 – 7 sehari.
• Di RS : Pola BAK tidak ada keluhan, tetap seperti biasa.
Sejak masuk RS sampai dengan sekarang px belum ada Bab
E. Sexualitas.
• Lamanya menikah 28 tahun
• Istri pasien 1 orang berusia 48 tahun.
F. Psikososial.
• Selama di RS pasien tampak tenang menerima penyakitnya.
• Pasien tampak koopertif dan terbuka dengan perawat.
G. Spiritual.
• Pasien beragama Islam.
• Menurut pasien, Sejak sakitnya mulai parah ia tidak dapat sembahyang seperti biasanya.
• Pasien tampak tabah dalam menjalani program pengobatan.
31 u/l
46 u/l
10,6 gr %
7800 /mm3
16 mm / jam
0/4/0/50/47/0
13,99 %
20,22 %
1,0 mg
189,0 u/l
200,5 u/l
red (+)
alb (-)
urob (+++)
bill (+++)
epitel (+)
leo (+) 1-3 /lp
erit (+) 0-1/ lp
crist (-)
cast (-)
B. Rontgen
Hasil :……………………..
C. EKG.
Hasil :…………………….
E. Pengobatan :
• Amoxycilin tab 3 x 1 tab
• Curcuma tab 3 x 1 tab
• B 6 tab 3 x 1 tab
• Procholin tab 3 x 1 tab
• Glikoben tab 3 x ½ tab
• Antasida tab 3 x 1 tab
• Actrapid inj 3 x 4 ml ( per 8 jam )
• IVFD Rl 20 tts /mt.
ANALISA DATA
Data Subyektif ;
Pasien mengatakan adanya kelemahan ekstremitas secara umum.
Data Obyektif ;
Adanya keterbatasan aktivitas
Terjadi penurunan kekuatan otot.
Ketergantungan pasien dalam beraktifitas dengan istrinya.
Terpasang infus RL 20 tts/mt
Data subyektif ;
Penurunan nafsu makan.
Adanya rasa mual.
Rasa nyeri di daerah epigatrium.
Data Obyektif ;
Porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan, hanya mampu menghabiskan ½ porsi dari
yang disediakan Adanya kelemahan umum, disertai rasa nyeri didaerah hepar
Gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan Intoleransi aktifitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
3
Selasa
18-9-01
Selasa
18-9-01
Selasa
18-9-01
Jangka panjang :
Menunjukan tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Jangka panjang :
Pasien dapat menunjukan perilaku untuk mempertahankan berat badan.
Jangka pendek :
Tidak terjadi anorexia berkepanjangan
Jangka pendek :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor resiko.
Jangka panjang :
Menunjukan tehnik & melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang /
transmisi ke orang lain.
1. Tingkatkan tirah baring duduk beri lingkungan tenang dan batasi jumlah pengunjung.
2. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleansi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif / aktif.
3. Ubah posisi sesering mungkin serta berikan perawatan kulit yang baik.
2. Awasi masukan dan haluaran,bandingkan dengan BB harian, catat kehilangan cairan baik
lewat oral – usus.
3. Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
4. Kolaborasi ;
Observasi nilai laboratorium setiap hari.
1. lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasn termasuk cuci tangan efektif.
2. Awasi / batasi jumlah pengunjung.
4. Berikan informasi tentang adanya Gama Glabulin, ISG HBIG. Vaksin HB.
1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.posisi duduk tegak dapat menurunkan aliran darah kekaki.
2. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang
mengganggu
3. Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan kerusakan jaringan.
4. Dapat menunjukan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium / kadar protein yang
dapat menimbulkan pembentukan oedema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko
perdarahan.
1. Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain melalui cuci tangan efektif dapat
mencegah transmisi virus.
3. Pemahaman alasan untuk perlindungan diri dan orang lain dapat mengurangi perasaan
isolasi dan stigma.
4. Efektif dalam mencegah Hepatitis virus pada orang yang terpajan tipe hepatitis dan periode
inkubasi.
1. Menganjurkan pasien untuk istirahat di tempat tidur dan duduk perlahan-lahan sesering
mungkin.
3. Mengubah posisi tidur px sesering mungkin, serta memberikan bedak di punggung pasien
1. Observasi keadaan umum pasien, dan saat makan pasien. Observasi derajat anorexia
pasien.
4. HE kepada pasien dan keluarga tentang imunisasi pencegahan terhadap virus HB.
CATATAN PERKEMBANGAN
NO HARI / TGL NO
DIAGNOSA PERKEMBANGAN PARAF
1
3 Kamis
20 – 9 - 2001
16.00
Kamis
20 – 9 - 2001
17.00
Kamis
20 – 9 - 2001
17.30
No 1
No 2
No 3 S : Pasien mengatakan kelemahan tonus otot berkurang.
O : Pasien sudah mampu bangun tidur / duduk sendiri tampa bantuan orang lain.
A : Kelemahan tonus otot mulai teratasi.
P : Pasien mampu melakukan peningkatan toleransi aktivitas serta tidak tergantung pada
orang lain.
I : Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi pasif dan aktif.
E : Pasien mampu bangun tidur dan berdiri tanpa dibantu, tapi untuk berjalan ke WC tetap
dibantu.
R : Masalah teratasi.
S : Tidak ada keluhan dari gejala / tanda tanda infeksi, contoh panas.
O : Tidak terdapat gejala infeksi
A : Tidak terjadi infeksi sekunder
P : Teriskan rencana dan tindakan septik dan sterilisasi.
Diposkan oleh Heri Saputra di Jumat, April 02, 2010
Label: ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH